ATONIA UTERI
Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Disusun Oleh :
214121003
2021
1. Pengertian Postpartum
Menurut Departemen Kesehatan RI dalam Padila (2014), postpartum atau
masa postpartum adalah masa sesudahnya persalinan terhitung dari saat selesai
persalinan sampai pulihnya kembali alat kandung ke keadaan sebelum hamil
dan lamanya masa postpartum kurang lebih 6 minggu.
Ibu postpartum adalah keadaan ibu yang baru saja melahirkan. Istilah post
partum adalah masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa beberapa jam
sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke enam setelah
melahirkan. Masa post partum dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali pada masa sebelum hamil yang
berlangsung kira-kira enam minggu, setelah kelahiran yang meliputi minggu-
minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali kekeadaan
yangnormal pada saat setelah hamil (Marni, 2012).
Masa nifas atau masa postpartum adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara
berlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas
perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi
pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya
wankita meninggal dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada wanita post
partum (Maritalia, 2012).
Jadi dapat disimpulkan postpartum/masa nifas merupakan masa pulih
kembali mulaidari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti [ra-
hamil, yaitu kira kira 6-8 minggu. Pada masa posyt partum ibu banyak
mengalami kejadian seperti perubahan fisik,psikologis atau menghadapi masa
nifas uang bila tidak ditangani segera, akan dapat membahayakan kesehatan
atau mendatangkan kematian bagi ibu di waktu masa nifas (Indriyani, 2013).
Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor,
terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus
uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga
perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna
serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat
dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang
dapat masuk.
Selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum
hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih besar, tetap ada
retakretak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada
pinggir sampingnya.
Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara
labia menjadi lebih menonjol.
Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan
saat sebelum persalinan pertama. Meskipun demikian, latihan otot
perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat
mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat
dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian.
Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada
keadaan sebelum melahirkan (Nurjanah. 2013:58-59).
Proses penyembuhan luka episiotomi sama dengan luka
operasi lain. Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak,
atau rabas) atau tepian insisi tidak saling mendekat bisa terjadi.
Penyembuhan harus berlangsung dua sampai tiga minggu.
2) Ambulasi
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin
membimbing pasien dari tempat tidurnya dan membimbingnya secepat
mungkin untuk berjalan. pada persalinan normal sebaiknya ambulasi
dikerjakan setelah 2 jam (ibu boleh miring kiri atau ke kanan untuk
mencegah adanya trombosit). Keuntungan dari ambulasi dini adalah
sebagai berikut :
a) Ibu merasa lebih sehat dan kuat
b) Memperlancar pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium
c) Mempercepat involusi uterus
d) Memperlancar fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin
3) Eliminasi
a) Miksi
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya, miksi
normal bila dapat BAK spontan setelah 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat
disebabkan karena sfingter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme
oleh iritasi muskulo sfingter ani selama persalinan, atau dikarenakan
odema kandung kemih setelah persalinan.
b) Defekasi
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila
mengalami kesulitan BAB, lakukan diet teratur, cukupi kebutuhan
cairan, konsumsi makanan berserat, olahraga, beri obat rangsangan per
oral atau per rektal atau lakukan klisma jika perlu.
4) Kebersihan diri
Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan
perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian,
tempat tidur maupun lingkungan. Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu
post partum dalam menjaga kebersihan diri, adalah sebagai berikut dalam
menjaga kebersihan diri adalah sebagai berikut :
a) Mandi teratur minimal 2 kali sehari
b) Mengganti pakaian dan alas tempat tidur
c) Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal
d) Melakukan perawatan perineum
e) Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari
f) Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia
5) Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang
hari. Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan
istirahatnya antara lain :
a) Anjurkan ibu untuk cukup istirahat
b) Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan
c) Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur
6) Seksual
Hubungan seksual aman dilakukan begitu darah berhenti. Namun
demikian hubungan seksual dilakukan tergantung suami istri tersebut.
Selama masa nifas hubungan seksual juga dapat berkurang. Hal berikut
yang dapat menyebabkan pola seksual selama masa nifas berkurang antara
lain :
a) Gangguan/ ketidak nyamanan fisik
b) Kelelahan
c) Ketidak seimbangan hormone
d) Kecemasan berlebihan
7) Senam nifas
Organ-organ tubuh wanita akan kembali seperti semula sekitar 6
minggu. Oleh karena itu, ibu akan berusaha memulihkan dan
mengencangkan bentuk tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
cara senam nifas. Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari
pertama post partum sampai dengan hari kesepuluh. Tujuan senam nifas
adalah sebagai berikut :
a) Membantu mempercepat pemulihan kondisi ibu
b) Mempercepat proses involusi uteri
c) Membantu mempercepat mengencangkan otot panggul, perut dan
perineum
d) Memperlancar pengeluaran lochea
e) Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan
persalinan
f) Mengurangi kelainan dan komplikasi masa nifas
8. Pathway
Etiologi
12. Penatalaksanaan
Menurut Widiawanti (2014), penatalaksanaan atonia uteri yaitu:
a) Berikan 10 unit oksitosin IM, lakukan massage uterus untuk mengeluarkan
gumpalan darah. Periksa lagi dengan teknik aseptik apakah plasenta utuh.
Pemeriksaan menggunakan sarung tangan DTT atau steril, usap vagina dan
ostium serviks untuk menghilangkan jaringan plasenta atau selaput
ketuban yang tertinggal.
b) Periksa kandung kemih ibu jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi atau
gunakan teknik aseptik untuk memasang kateter ke dalam kandung kemih
(menggunakan kateter karet steril/DTT).
c) Gunakan sarung tangan DTT/steril, lakukan KBI selama maksimal 5 menit
atau hingga perdarahan bisa dihentikan dan uterus berkontraksi dengan
baik.
d) Anjurkan keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan
e) Jika perdarahan bisa dihentikan dan uterus berkontraksi baik, teruskan KBI
selama 1-2 menit.
f) Keluarkan tangan dengan hati-hati dari vagina
g) Pantau kala IV dengan seksama, termasuk sering melakukan masase,
mengamati perdarahan, tekanan darah dan nadi
h) Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu
5 menit setelah dimulainya KBI, ajari salah satu keluarga melakukan KBE
i) Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati
j) Jika tidak ada tanda-tanda hipertensi pada ibu, berikan methergin 0,2 mg
IM
k) Mulai infus RL 500cc + 20 unit oksitosin menggunakan jarum berlubang
besar (16/18 G) dengan teknik aaseptik. Berikan 500cc pertama secepat
mungkin dan teruskan dengan IV RL + 20 unit oksitosin kedua
l) Jika uterus tetap tidak kontraksi maka ulangi KBI
m) Jika berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantau kala IV
dengan seksama
n) Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera
o) Dampingi ibu ke tempat rujukan, teruskan infus dengan kecepatan
500cc/jam hingga ibu mendapatkan total 1,5 liter dan kemudian turunkan
hingga 125cc/jam.
13. Komplikasi
a) Syok hipovelemik
b) Mudah terjadi komplikasi infeksi terutama akibat pendarahan yang berasal
dari trauma jalan lahir
c) Patogenesisnya tidak diketahui secara pasti, tetapi terjadi gangguan dalam
sekresi hormone tropic pada kelenjar sehingga mengalami gangguan
d) Hipotensi ortostatik
e) Anemia
f) Depresi postpartum hingga syok hemoragik
b) Konsep diri
Gambaran diri : Kaji klien bagaimana dengan perubahan badannya
selama kehamilan dan setelah persalinan.
Peran diri : Kaji kesadaran diri klien mengenai jenis kelaminnya,dan
kaji apakah klien mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat
direalisasikan.
Identitas diri : Tanyakan kepada klien tentang fungsinya sebagai
wanita.
Ideal diri: Kaji persepsi klien tentang bagaimana ia harus berperilaku
sesuai dengan standar pribadi.
Harga diri : Kaji penilaian pribadi klien dalam memenuhi ideal diri
klien.
6. Data Sosial
Hubungan dan pola interaksi klien dengan keluarga, masyarakat dan
lingkungan saat sakit.
a) kebutuhan Bounding Attachment
Mengidentifikasi kebutuhan klien terhadap interaksi dengan bayi
secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori.
b) Kebutuhan pemenuhan seksual
Mengidentifikasi kebutuhan klien terhadap pemenuhan seksual pada
masa postpartum/nifas.
7. Data spiritual
Menghidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme kesembuhan
penyakit, gangguan dalam melaksanakan ibadah.
8. Pengetahuan tentang perawatan diri
Mengidentifikasi pengetahuan tentang perawatan diri; breast care,
perawatan luka perineum, perawatan luka dirumah, senam nifas, KB dan
lain lain.
3. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan aliran arteri dan/atau vena
Observasi:
Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, CRT, warna,suhu)
Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis. diabetes, perokok, orang
tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
Monitor panas, kemerahan,nyeri atau bengkak pada ektermitas
Terapeutik
Hindari pemasangan infuse atau pengambilan darah di area keterbatasan
perfusi
Hindari pengukuran TD pada ekstermitas dengan keterbatasan perfusi
Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cedera
Lakukan pencegahan infeksi
Lakukan hidrasi
Edukasi:
Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan
Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
Anjurkan program rehabilitasi vaskular.
DAFTAR PUSTAKA
Dian N.,A. (2018). Modul Skill Lab Keperawatan Maternits II. Stikes Surya
Global Yogyakarta
Dewi, V.N.L. & Tri Sunarsih. 2014. Asuhan kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
Irma, N., dkk (2013). Asuhan Keperawatan pada Ibu Postpartum Dan Bayi Baru
Lahir. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media
Mansyur & Dahlan, (2014). Buku Ajar: Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Malang:
Selaksa Media
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: TIM.
Samenel., H., M. (2019). Askep Dengan Pendarahan Post partum di RSUD Prof.
Dr. W.Z. Johannes Kupang. Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kupang
Suryati, (2018). Modul skill lab Keperawatan Anak I. Stikes Surya Global
Yogyakarta
Sujana, (2018). Pendarahan massif pada section Cesarea Dengan Atonia Uteri.
Jurnal Keperawatan. Departemen Anestesiologi dan terapi intensif FK UNUD
Denpasar
TIM Pokja sdki PPNI (2017). Standar diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta.
TIM Pokja sdki PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta.