Anda di halaman 1dari 50

Laporan Pendahuluan Keperawatan Maternitas

Antenatal Care, Intranatal Care, Post Natal Care, Bayi Baru Lahir

Dosen pembimbing
Ns. Yessi Andriani, M.Kep, Sp Kep. Mat

Disusun oleh :
Aldo Febrianto
20230282025

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


TAHUN AJAR 2020/2021
Antenatal care

1. Pengertian
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untukmemeriksa
keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap
penyimpangan yang ditemukan (Depkes RI,1996).
Antenatal care adalah perawatan selama masa kehamilan sebagai suatu
manajemen kehamilan dimana ibu dan anaknya diharapkan sehat dan baik (Hanifa
Wiknjosastro, SPOG, dkk (2002) Ilmu Kebidanan).

Tujuan Pelayanan Antenatal Care


a. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan
memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses kelahiranbayi.
b. Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis, bedah ataupun obstetri
selamakehamilan.
c. Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan menghadapi
komplikasi.
d. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan
puerperiumnormal,danmerawatanaksecarafisik,psikologidansocial(Kusmiyati, et
al.,2008).

Pelayanan AntenatalCare
Pelayanan antenatal dalam penerapan operasionalnya dikenal dengan standar
minimal “7T” yang terdiri dari:
1. Timbang badan dan tinggi badan dengan alat ukur yangterstandar
Penimbangan dilakukan setiap kali ibu hamil memeriksakan diri, karena
hubungannnya erat dengan pertambahan berat badan lahir bayi. Berat badan ibu hamil
yang sehat akan bertambah antara 10-12 Kg sejak sebelum hamil (Nadesul, 2006).
Tinggi badan hanya diukur pada kunjungan pertama. Ibu dengan tinggi <145 cm perlu
diperhatikan kemungkinan panggul sempit sehingga menyulitkan pada saat persalinan
(Depkes RI, 1998).
2. Mengukur tekanan darah dengan prosedur yangbenar
Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk
melakukandeteksidiniterhadapterjadinyatigagejalapreeklamsi.Tekanandarahtinggi,
protein urin positif, pandangan kabur atau oedema pada ekstremitas. Apabila tekanan
darah mengalami kenaikan 15 mmHg dalam dua kali pengukuran dengan jarak 1 jam
atau tekanan darah > 140/90 mmHg, maka ibu hamil mengalami preeklamsi. Apabila
preeklamsi tidak dapat diatasi maka akan menjadi eklamsi (Mufdlillah, 2009).
3. Mengukur Tinggi fundus uteri dengan prosedur yangbenar
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan secara rutin untuk mendeteksi secara
dini terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan janin intrauterin, tinggi fundus
uteri juga dapat digunakan untuk mendeteksi terhadap terjadinya molahidatidosa, janin
ganda atau hidramnion (Nadesul, 2006)
4. Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) lengkap (sesuaijadwal).
Pemberian imunisasi TT untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus. Jadwal
pemberian imunisasi TT sebagai berikut:
Interval(selang Lama
Antigen %
waktuminimal) perlindungan perlindungan
TT1 Padakunjungan - -
antenatapertama
TT2 4 minggu 3 tahun * 80
setelah
TT1
TT3 6 bulan setelah 5 tahun 95
TT2
TT4 1 tahun setelah 10 tahun 99
TT3
TT5 1 tahun setelah 25 99
tahun/seumur
TT4
hidup
Ket : * artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan, maka bayi
yang dilahirkan akan terlindung dari TN (Tetanus Neonatorum) sumber:
(Prawirohardjo, 2006).

5. Pemberian Tablet tambah darah minimal 90 tablet selamakehamilan


Pemberian tablet tambah darah dimulai setelah rasa mual hilang satu tablet
setiap hari, minimal 90 tablet. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg)
dan asam folat 500 μg. Tablet besi sebaiknya tidak minum bersama kopi, teh karena
dapat mengganggu penyerapan (Prawirohardjo,2006).
6. Tes laboratorium (rutin dankhusus)
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan hemoglobin, protein
urine, gula darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan khusus dilakukan didaerah prevalensi
tinggi dan atau kelompok perilaku terhadap HIV, sifilis, malaria, tubercolusis, cacingan
dan thalasemia. (Meilani, et al., 2009).
7. Temu wicara(konseling)
Memberikanpenyuluhansesuaidengan kebutuhansepertiperawatandiriselam
hamil, perawatan payudara, gizi ibu hamil, tandatanda bahaya kehamilan dan janin
sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambil keputusan dalam perawatan
selanjutnya dan mendengarkan keluhan yang disampaikan (Meilani, et al.,2009).

Progam-progam dalam AntenatalCare


Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan antenatal terintegrasi
meliputi :
a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination(MNTE)
b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan(Andika)
c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan(PIDK)
d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) danFrambusia
e. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi(PMTCT)
f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan(PMDK)
g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) danKusta
h. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan(PKDK)
i. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan(PAGIN).
(Depkes RI, 2009)

I. Jadwal Pemeriksaan AntenatalCare

Kunjugan Waktu Informasi Penting


Trimester Sebelum minggu ke o Membangunhubunga
Pertama 14
n saling percaya
antara petugas
kesehatan dengan
ibuhamil
o Mendeteksimasala
h
danmenanganinya
o Melakukan tindakan
pencegahan seperti
tetanus neonatorum,
anemis
kekuranganzat
besi, penggunaan
praktik tradisional
yang merugikan
o Memulai
persiapan
kelahiran bayi
dan kesiapan
untuk
menghadapi
komplikasi
o Mendorong
perilakuk yang sehat
(giat, latihan dan
kebersihan, dsb)
Trimester kedua Sebelum minggu ke 28 Sama seperti diatas
ditambah kewaspadaan
khusus mengenai
preeklampsia ( tanya
ibu tentang gejala –
gejala preeklapmsia,
pantau TD, evaluasi
edema, periksa untuk
mengetahui
proteinuria)
Trimester ketiga Antara minggu 28 – 36 Sama seperti diatas,
ditambah palpasi
abdominal untuk
mengetahui apakah
ada
kehamilan ganda
Trimester ketiga Sama seperti diatas,
ditambah deteksi
letak bayi yang tidak
normal, atau kondisi
lain yang
memerlukan
kelahiran
dirumah sakit.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ANC
1. Anamnesa
- Anamnesa identitas istri dansuami
- Anamnesaumum:keluhankehamilan(mual,muntah,sakitkepala,nyeriulu hati),
nafsu makan, tidur, miksi, defekasi,perkawinan
- Tentang kehamilan, persalinan, keguguran dan kehamilan ektopik atau
kehamilan molasebelumnya
2. Pemeriksaan FisikDiagnostik
a. Keadaanumum
Dengan inspeksi, dapat diperoleh gambaran mengenai keadaan panggul. Adanya
kesempitan atau kelainan panggul, dapat diduga bila terlihat jalannya ibu tidak normal,
misalnya pincang, ibu sangat pendek, adanya kelainan panggul (kifosis, skoliosis),
kelainan belah ketupat dari michealis (tidak simetris).
b. Tinggibadan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor risiko untuk ibu hamil atau
ibu bersalin. Jika tinggi badan kurang dari 145 cm dimungkinkan sang ibu memiliki
panggul sempit.
c. Beratbadan
Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5 kg/minggu. Bila
dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan selama hamil muda 5 kg,
selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-masing bertambah 5 kg. Pada akhir
kehamilan, pertambahan berat badan total adalah 9-12 kg. Bila terdapat BB yang
berlebihan,perludipikirkanadanyarisikobengkak,kehamilankembar,hidroamnion,dan
anak besar.
d. Lingkar lengan atas(LILA)
LILA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang
kurang/buruk. Ibu beresiko untuk melahirkan anak dengan BBLR.
e. Tanda-tandavital
 Tekanandarah
TD yang tinggi (lebih dari 140/90 mmHg) merupakan resiko dalam kehamilan.
Penanganan yang kurang tepat, TD sistolik 30 mmHg atau lebih, dan/atau
diastolik 15 mmHg atau lebih dapat berlanjut menjadi preeklamsi dan eklamsi.
 Denyutnadi
Jumlah denyut nadi normal adalah sekitar 80 kali/menit.
 Suhu
Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,50C dikatakan demam, hal ini kemungkinan
ada infeksi dalam kehamilan.
 Pernapasan
Frekuensi napas normal orang dewasa adalah 16-20 kali/menit. Bila ibu
mengalami peningkatan frekuensi napas, ibu akan mudah lelah atau
kemungkinan dicurigai mempunyai penyakit jantung.
f. Kepala danLeher
- Memeriksa apakah terdapat edema padawajah
- Memeriksa apakah kelopak mata bagian bawah tampak pucat, berwarna
kuning/jaundice padasklera
- Memeriksa apakah rahang pucat dan periksa juga keadaangigi
- Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar tiroid,
pembesaran pembuluh limfe dan pembesaran venajugularis
g. Payudara
- Amatibentuk,ukurandankesimetrisannya;payudaranormalmelingkar,agak
simetris, dan dapat dideskripsikan kecil, sedang, danbesar
- Puting payudara menonjol atau masuk kedalam
- Adanya kolostrum atau cairan lain, misalnyaulkus
- Retraksi akibat adanyalesi
- Masa atau pembesaran pembuluhlimfe
h. Abdomen
- Memeriksa apakah ada bekas lukaoperasi
- Mengukur tinggi fundus uteri menggunakan tangan bila usia kehamilan > 12
minggu, atau pita ukuran bilausiakehamilan > 22minggu
- Melakukanpalpasiuntukmengetahuiletakpresentasi,posisi,danpenurunan
kepala janin kalau lebih dari 36minggu
Pemeriksaan Leopold :
LeopoldI :
 Pemeriksaan menghadap kemuka ibuhamil
 Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalamfundus
 Konsistensi uterus
Leopold II :
 Menentukan batas samping rahimkanan-kiri
 Menentukan letak punggungjanin
 Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin
LeopoldIII :
 Menentukan bagian terbawahjanin
 Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk/ masihgoyang
Leopold IV :
 Pemeriksa menghadap kea rah kaki ibuhamil
 Bisajugamenentukanbagianterbawahjaninapadanberapajauhsudahmasuk PAP

Tinggi Fundus Uteri berdasarkan minggu kehamilan

i. Tangan dan kaki


- Memeriksa apakah tangan dan kaki edema atau pucat pada kukujari
- Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya varises
- Memeriksa refleks patela untuk melihat apakah terjadi gerakan hipo atau
hiper

j. Pemeriksaanpanggul
Panggul : genital luar
 Memeriksalabiamayoradanminora,klitoris,lubanguretra,introitusvaginauntuk
melihat adanya tukak atau luka, varises, cairan yang ada (warna, konsistensi,
jumlah,bau)
 Melakukan palpasi pada kelenjar bartolini untuk mengetahui adanya
pembengkakan masa atau cairankista
Panggul : menggunakan spekulum
 Memeriksa serviks untuk melihat adanya cairan/darah, luka/lesi, apakah serviks
sudah membuka ataubelum
 Memeriksa dinding vagina untuk melihat adanya cairan/darah danluka
Panggul : pemeriksaan bimanual
 Mencari letak serviks dan merasakan untuk mengetahui pembukaan (dilatasi) dan
rasa nyeri karena gerakan (nyeri tekan atau nyerigoyang)
 Menggunakanduatangan,satutangandiatasabdomen,duajarididalamvagina untuk
palpasi uterus. Ukuran, bentuk dan posisi, mobilitas, rasa nyeri, serta
adanyamasa.

Auskultasi untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ) :


Dari Janin :
 Djj pada bulan ke4-5
 Bising talipusat
 Gerakan dan tendangan janin
Dariibu :
 Bisingrahim
 Bisingaorta
 Peristaltikusus

Pemeriksaan Dalam
(1) Vaginal Toucher(VT)
(2) Rectal Toucher
(RT) Dapat dinilai:
 Pembukaan serviks : berapa cm/jari
 Bagian anak paling bawah : kepala, bokong sertaposisinya
 Turunnya bagian terbawah menurut bidangHodge
INTRANATAL CARE

I. Pengertian.
- Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta
dan selaput janin dari tubuh ibu. (Sulaiman Sastrawinata, 1983).
- Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
turi) yang dapat hidup didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau
jalan lain. (Rustam Muchtar, 1998).

II. Pengawasan persalinan di lakukan untuk :


1. Mengetahui tahap persalinan sebagai acuan penilaian
kemajuan persalinan dan sebagai dasar untuk menentukan rencana
perawatan selanjutnya.
2. Mengetahui kelainan – kelainan yang mungkin dapat
mengganggu kelancaran persalinan atau segera mengetahui persalinan
beresiko.
3. Memberikan asuhan yang memadai selama persalianan
dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman
dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.

III. Jenis Persalinan


a. Menurut cara persalinan.
- Persalinan spontan.
Proses lahir bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan dan alat,
serta tidak melukai ibu dan bayi yang berlangsung kurang dari 24 jam.
- Persalinan buatan.
Persalinan pervaginam dengan bantuan alat – alat atau melalui dinding
perut dengan operasi secio caesaria.
- Persalinan anjuran
Kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan jalan rangsangan seperti pemberian pitocin atau prostaglandin
atau pemecahan ketuban.
b. Menurut usia (tua kehamilan)
1. Abortus.
Pengeluarana buah kehamilan sebelum kehamilan 22 mg atau bayi
dengan berat badan kurang dari 500 g.
2. Partus imaturus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 mg dan 28 mg atau bayi dengan
berat badan antara 500 g dan 999 g.
3. Partus prematurus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 mg dan 37 mg atau dengan
berat badan 1000 g dan 2499 g.
4. Partus matures / aterm
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 mg dan 42 mg atau bayi dengan
BB 2500 g atau lebih
5. Partus post matures / serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah 42 mg.

IV. Sebab – sebab yang menimbulkan persalinan.


1. Teori penurunan hormon progesterone.
Progesterone menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen didalam darah,
tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga
menimbulkan his.

2. Teori oxytocin.
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot – otot rahim.
3. Teori placenta menjadi tua.
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesterone yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini
akan menimbulkan his.
4. Teori prostaglandin.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap umur kehamilan.
5. Pengaruh janin.
Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada
anencephalus, kehamilan sering lama dari biasanya

6. Teori distensi rahim.


Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot –
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
7. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser
dan ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan his.

V. Gejala Persalianan.
a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering
dan teratur
b. Keluarnya lendir bercampur darah lebih banyak. Hal ini
terjadi karena robekan – robekan kecil yang terjadi pada serviks
c. Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar, lunak dan
terdapat pembukaan
.
VI. Tanda – tanda permulaan persalinan.
- Kepala turun memasuki PAP terutama pada primigravida. Pada
primigravida kepala anak pada bulan terakhir berangsur – angsur turun
kedalam rongga panggul. Pada multigravida, dinding rahim dan perut
sudah kendor kekenyalannya sudah berkurang sehingga kekuatan
mendesak kebawah tidak seberapa, biasanya kepala bru turun pada
permulaan persalinan.
- Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
- Perasaan sering atau susah BAB karena vesika urinaria karena
tertekan oleh bagian terbawah janin.
- Perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya his.
- Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, sekresi bertambah,
kadang – kadang bercampur darah
VII. Penurunan kepala janin.
PERIKSA LUAR PERIKSA DALAM KETERANGAN
- kepala
5/5 diatas PAP
- mudah
digerakkan
- sakit
4/5 H I – II digerakkan
- bagian
terbesar PAP
belum masuk
panggul
- bagian
3/5 terbesar kepala
H II – III
belum masuk
panggul
- bagian
2/5 H III + terbesar kepala
sudah masuk
panggul

- kepala
1/5 H III - IV didasar panggul

- diperine
HV um
0/5

Ket :
: kepala janin
: PAP
HI : sama dengan atas pintu panggul / PAP
H II : sejajara dengan H I melalui pinggir bawah simpisis
H III : sejajar dengan H I melalui spina iskhiadika
HV : sejajar dengan H I melalui ujung os coxigius

VIII. Proses persalinan


1. Kala I.
 Dimulai dari saat persalinan mulai sampai
pembukaan lengkap (10 cm)
 Terbagi menjadi 2 fase :
- fase laten : serviks berdilatasi
kurang dari 4 cm
- fase aktif : serviks berdilatasi 4 – 9
cm, kecepatan pembukaan 1 cm atau lebih perjam, penurunan
kepala dimulai.
 Pada kala pembukaan his belum begitu kuat,
datangnya 10 – 15 menit dan tidak seberapa mengganggu ibu
hingga ia sering masih dapat berjalan
 Lambat laun his bertambah kuat, interval
menjadi lebih pendek, kontraksi lebih kuat dan lebih lama, lendir
darah bertambah banyak.
 Lamanya kala I untuk primipara 12 jam dan
untuk multipara 8 jam.
 Kemajuan persalinan dalam kala I :
a. Kemajuan yang cukup baik
pada persalinan kala I :
- Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan
frekuensi dan durasi.
- Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam
selama persalinan faseaktif (dilatasi serviks berlangsung
atau ada disebelah kiri garis waspada).
- Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
b. Kemajuan yang kurang baik pada kala I :
- Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase
laten.
- Kecepatan pembukaan servuks lebih lambat dari 1 cm
perjam selama persalinan fase aktif ( dilatasi serviks berada
disebalah kanan garis waspada).
- Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin
 Kemajuan pada kondisi ibu.
a. Jika denyut nadi ibu
meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan dehidrasi atau
kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau IV dan
berikan analgesik secukupnya.
b. Jika tekanan darah ibu
menurun, curigai adanya perdarahan
c. Jika terdapat aceton didalam
urine ibu, curigai masukan nutrisi yang kurang. Segera berikan
dextrose IV.
 Kemajuan pada kondisi janin.
a. Jika didapati DJJ tidak
normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180 x / menit) curigai
adanya gawat janin.
b. Posisi atau presentasi selain
oksiput anterior dengan reflek fleksi sempurna digolongkan
dalam malposisi atau malpresentasi.
2. Kala II
a. Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.
b. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 – 100
detik, datngnya tiap 2 – 3 menit. Ketuban biasanya pecah dalam
kala ini dan ditandai dengan keluarnya cairan yang kekuningan
secara sekonyong – konyong dan banyak.
c. Pasien mulai mengejan.
d. Pada akhir kala 2 sebagai tanda bhwa kepala sudah
sampai didasar panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan
rectum terbuka.
e. Dipuncak his, bagian terkecil dri kepala nampak dalam
vulva, tetapi hilang lagi waktu his berhenti. Pada his berikutnya
bagian kepala yang nampak lebih besar lagi, tetapi surut kembali
kalau his terhenti. Kejadian ini disebut kepala membuka pintu.
f. Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai
lingkaran terbesar dari kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak
dapat mundur lagi. Pada saat ini tonjolan tulang ubun – ubun saat
ini telah lahir dan sub oksiput ada dibawah simpisis. Pada saat ini
disebut kepala keluar pintu. Karena pada his berikutnya dengan
ekstensi lahirlah ubun – ubun besar, dahi dn mulut pad komisura
posterior.
g. Setelah kepala lahir ia jatuh kebawah dn kemudian terjadi
putaran paksi luar, sehingga kepala melintang. Sekarang vulva
menekan pad leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari
hidung anak keluar lendir dan cairan.
h. Pada his berikutnya bahu lahir, bahu belakang dulu
kemudian baru depan disusul oleh seluruh badan anak dengan
fleksi lateral sesuai dengan paksi jalan lahir.
i. Lamanya kala 2 pada primi kurang lebih 50 menit dan
pada multi kurang lebih 20 menit.
3. Kala III
- Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta.
- Lamanya kala uri kurang lebih 8,5 menit dan pelepasan plasenta
hanya memakan waktu 2 – 3 menit.
4. Kala IV
- Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
postpartum.

IX. Diagnosa keperawatan tujuan dan intervensi.


Kala I :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
peningkatan frekuensi dan intensitas kontraksi uterus.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam pasien dapat
beradaptasi terhadap nyeri dengan KH :
- Tampak rileks diantara kontraksi
- Dapat mengontrol penyebab nyeri
Intervensi :
- Kaji derajat ketidak nyamanan malalui isyarat verbal dan non
verbal.
- Jelaskan penyebab nyeri.
- ajarkan klien cara mengontrol nyeri dengan menggunakan tehnik
pernapasan / relaksasi yang tepat dan masses pinggang
- Bantu tindakan kenyamanan mis : gosokan pada kaki, punggung,
tekanan sakral, perubahan posisi.
- Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1- 2 jam, palpasi diatas
simpisis untuk menentukan ada tidaknya distensi setelah blok syaraf.
- Hitung waktu dan catat frekuensi, intensitas dan pola kontraksi
uterus setiap 30 menit.
- Monitor vital sign.

2. Resti cedera / distress terhadap janin behubungan dengan


hipoksia jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih selama 1 x
3 jam tidak terjadi cedera pada janin dengan KH :
- DJJ dalam batas normal
Intervensi :
- Lakukan palpasi (leopold) untuk menentukan posisi janin,
berbaring dan presentasi.
- Hitung DJJ dan perhatikan perubahan periodik pada respon
terhadap kontraksi uterus.
- Catat kemajuan persalinan.
3. Resti cedera terhadap maternal berhubungan dengan
perlambatan mortilitas gastric, dorongan fisiologis.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih 1 x 2 jam
tidak terjadi cedera pada maternal dengan KH :
- Klien mengatakan resiko dan alasan dan intervensi khusus sudah
dimengerti.
- Klien kooperatif untuk melindungi diri sendiri / janin dari dari
cedera.
- Klien bebas dari cedera / komplikasi
Intervensi :
- Pantau aktivitas uterus , catat frekuensi, durasi dan intensitas
kontraksi.
- Lakukan tirah baring saat persalinan menjadi lebih intensif.
Hindari meninggalkan klien tanpa perhatian.
- Tempatkan klien pada posisi agak tegak miring kiri
- Berikan perawatan perineal setiap 4 jam.
- Pantau suhu dan nadi.
- Berikan es batu atau cairan jernih pada klien bila memungkinkan,
hindari makanan padat.
- Anjurkan klien untuk bernapas pendek dan cepat atau meniup bila
ada dorongan untuk mengejan.
4. Resti gngguan pertukran gas pada janin berhubungan
dengan perubahan suplai O2 atau aliran darah : anemia dan pendarahan
sekunder
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan pertukaran gas pada janin dengan KH :
- DJJ dalam batas normal (120 – 160 x / menit).
- Bayi tidak mengalami hipoksia selama persalinan.
Intervensi :
- Kaji faktor – faktor maternal atau kondisi yang menurunkan
sirkulasi uteroplasental.
- Pantau DJJ setiap 15 – 30 menit.
- Pantau DJJ dengan segera bila ketuban pecah.
- Pantau besarnya janin pada jalan lahir melalui pemerikasaan
vagina .
- Kaji perubahan DJJ selama kontraksi.
5. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan
dilatasi atau regangan dan hipoksia jringan, tekanan mekanik dari bagian
presentasi.
Tujuan :
Pasien dapat bertoleransi terhadap nyeri dengan KH :
- Klien menyatakan rasa nyeri berkurang.
- Klien mampu menggunakan tehnikm yang tepat untuk
mempertahankan kontrol, istirahat diantara kontraksi.
Intervensi :
- Kaji derajat ketidakmampuan melalui isyarat verbal dan non
verbal.
- Kaji perubahan klien terhadap sentuhan fisik selama kontraksi.
- Pantau frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi uterus.
- Bantu klien dan ajarkan mengubah bernapas menjadi lebih cepat
mis : tiupan napas pendek dan cepat.
- Berikan lingkungan yang tenang dengan ventilasi adekuat.
- Lakukan gosokan sakral / punggung, pengubahan posisi.
- Pantau dilatasi serviks.
- Catat penonjolan perineal.
- Anjurkan klien untuk berkemih (fase laten)
- Berikan dorongan dan informasi tentang kemajuan persalinan dan
berikan reinforcement untuk upaya klien / pasangan.
- Pantau tanda vital ibu dan janin.
- Kolaborasi pemberian analgesik.
6. Resti terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan penurunan aliran balik vena, hipovolemia, perubahan tahanan
vskuler sistemik.
Tujuan :
Tidak terjadi penurunan curah jantung dengan KH :
- Tanda – tanda vital sesuai terhadap tahap persalinan.
- Tidak ada edema, DJJ dalam batas normal (120 – 160 x / menit).
Intervensi :
- Kaji tekanan darah dan nadi diantara kontraksi, sesuai indikasi
- Perhatikan ada dan luasnya edema.
- Pantau DJJ selama dan diantara kontraksi.
- Infus balance cairan.
7. Kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan
berhubungan dengan kurangnya sumber – sumber informasi.
Tujuan :
Klien dan keluarga mengetahui tentang proses persalinan dengan KH :
- Klien memahami respon fisiologis setelah melahirkan.
- Secara aktif klien ikut dalam upaya mendorong untuk
meningkatkan pengeluaran plasenta.
Intervensi :
- Diskusikan proses normal persalinan kala III.
- Jelaskan alasan untuk respon perilaku seperti menggigit, tremor.
- Diskusikan ritinitas periode pemulihan selama 4 jam pertama
setelah melahirkan.
Kala II :
1. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif,
penurunan masukan
Tujuan :
- Tidak terjadi kekurangan volume cairan dalam tubuh dengan KH :
- Tanda – tanda vital dalam batas normal.
- Keluaran urine adekuat.
- Membran mukosa kental.
- Bebas dari rasa haus.
Intervensi :
- Ukur masukan dan keluaran.
- Kaji turgor kulit, beri cairan peroral.
- Pantau tanda – tanda vital sesuai indikasi.
- Kaji DJJ dan perhatikan perubahan periodek.
- Atur posisi klien tegak atau lateral.
- Kolaborasi pemberian cairan parenteral
2. Resti infeki terhadap maternal berhubungan dengan prosedur infasif
berulang. Trauma jaringan, perslinan lama.
Tujuan :
Klien tidak terjadi infeksi dengan KH :
- Bebas dari tanda – tanda infeksi (rubor, tumor, dolor, calor, dan
fungsilaesa)
Intervensi :
- Lakukan perawatan perineal setiap 4 jam menggunakan tehnik
aseptik.
- Catat tanggal dan waktu pecah ketuban.
- Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu dengan
menggunakan tehnik aseptik.
- Pantau tanda – tanda vital dan laborat leukosit.
- Gunakan aseptik bedah pada persiapan peralatan.
- Batasi jumlah orang yang ada pada saat persalinan.
Kala III :
c. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran
pervaginam akibat atonia.
Tujuan :
Tidak terjadi kekurangan volume cairan akibat HPP. Dengan KH :
- Kontraksi uterus adekuat.
- Kehilangan darah dalam batas normal (<500 ml).
- Tanda – tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
- Anjurkan klien untuk masase fundus.
- Pantau tanda – tanda vital dan pengeluaran pervaginam.
- Palpasi uterus dan masase uterus perlahan setelah pengeluaran
plasenta.
- Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta.
- Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan yang berlebihan.
- Inspeksi permukaan plasenta maternal dan janin, perhatikan
ukuran, insersi tali pusat dan ketuban.
- Berikan cairan peroral.
- Hindari menarik tali pusat secara berlebihan.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan
trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.
Tujuan :
Pasien dapat beradaptasi terhadap rasa nyeri dengan KH :
- Klien menyatakan nyeri berkurang atau klien beradaptasi dengan
nyerinya.
- Ekspresi wajah rileks tak gelisah.
- Perut tidak mules, luka bersih dan tidak bengkak.
Intervensi :
- Bantu dengan penggunaan tehnik pernapasan selama perbaikan
luka.
- Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan.
- Lakukan perawatan luka episiotomi dengan tehnik aseptik dan
oleskan salep topikal.
- Ganti pakaian dan klien yang basah, berikan selimut yang hangat.
- Jelaskan pada klien perubahan fisiologis setelah melahirkan.
Kala IV :
1. Perubahan ikatan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau
peningkatan perkembangan anggta keluarga.
Tujuan :
Klien mampu beradaptasi dengan perubahan setelah melahirkan
dengan KH
- Klien menggendong bayinya.
- Klien mampu mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan ikatan
yang tepat.
Intervensi :
- Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa
bayi.
- Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi serta
membantu dalam perawatan bayi, sesuai kondisinya.
- Observasi dan catat interaksi bayi – keluarga, perhatikan perilaku
untuk menunjukkan ikatan dan kedekatan dalam budaya khusus.
- Catat perilaku / pengungkapan yang menunjukkan kekecewaan /
kurang minat / kedekatan.
- Terima keluarga dan sibling dengan senang hati selama periode
pemulihan.
- Jamin privasi keluarga pada pemeriksaan selama interaksi awal
dengan bayi baru lahir sesuai kondisi ibu dan bayi.
- Anjurkan dan bantu pemberian ASI.
2. Resti kekurangan cairan berhubungan dengan kelelahan atau kegagalan
meometri dan mekanisme homeostatic.
3. Gangguan istirhat tidur berhubungan dengan kontraki uterus.
Post natal care
A. Defenisi Post Partum
Post partum atau puerpurium (masa nifas) adalah masa penyesuaian fisik dan
fisiologis tubuh kembali mendekati sebelum hamil.
Masa puerpurium atau masa nifas dimulai setelah selesainya partus dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu atau 40 hari, pada periode ini tubuh terus
mengalami perubahan dan pemulihan kembali ke keadaan sebelum hamil.
Periode dibagi menjadi 3 periode yaitu :
1. Immediately Post Partum : 4 jam pertama
2. Early Post Partum : minggu pertama
3. Late Post Partum : minggu kedua
sampai dengan minggu keenam
Nifas juga dibagi dalam 3 periode yaitu :
1. Puerpurium dini
Kepulihan dimana telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam
agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerpurium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6 – 8 minggu
3. Remote Puerpurium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu peralihan mempunyai komplikasi waktu untuk
sehat sempurna bila berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
B. Tujuan
1. Memantau adaptasi fisiologis dan psikologis
2. Meningkatkan pemulihan punksi tubuh
3. Meningkatkan istirahat dan kenyamanan
4. Meningkatkan hubungan orang tua dan bayi
5. Meningkatkan peluang merawat bayi
6. Teaching self care dan bayi.
Dalam masa nifas alat-alat genitalia interna maupum eksterna akan berangsur
-angsur pulih kembali. Perubahan-perubahan alat genitalia ini dalam
keseluruhannya disebut Involusi. Disamping involusi ini juga terjadi
perubahan-perubahan lainnya yakni hemokonsentrasi dan proses laktasi.
C. Involusi
Setelah bayi dihirkan kemudian placenta uterus menjadi keras karena
kontraksi dan relaksasi otot-ototnya.
1. Tinggi funsus uteri

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uteri


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Placenta lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas 350 gram
simpisis
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 80 gram
Uteri menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang lebih
kurang 15 cm, lebar lebih kurang 12 cm, dan tebal lebih kurang 10 cm,
dinding uterus lebih kurang 5 cm. Bekas inplantasi placenta merupakan
suatu luka yang kasar dan menonjol kedalam cavum uteri segera setelah
pesalinan, penonjolan tersebut diameternya  7,5 cm setelah 2 minggu
diameter 3,5 cm dan pada 6 minggu mencapai 2,4 mm.
Pada keadaan normal berat uterus lebih kurang 30 gram, perubahan ini
berhubungan erat dengan keadaan momentum yang mengalami perubahan
yang bersifat proteolisis. Otot-otot jelas berkontraksi segera pada post
partum, pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-
otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta lahir.
2. Serviks
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks adalah segera
postpartum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ni
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah dan pada
perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin.
Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah,
konsistensinya lunak.
 Setelah janin lahir : dapat dimasukkan tangan pemeriksa
 Setelah 2 jam postpartum : 2 – 3 jari pemeriksa
 Setelah 1 minggu : 1 jari pemeriksa
Pada saat post partum pinggir ostium eksternum tidak rata tapi retak-retak
karena robekan pada saat persalinan. Pada akhir minggu pertama
lingkaran retraksi berhubungan bagian atas dari canalis servikalis, oleh
karena hyperplasia dan retraksi serviks, robekan serviks menjadi sembuh,
tapi masih terdapat retakan pada pinggir ostium eksternum. Vagina pada
minggu ke-3 post partum mulai kembali normal.
3. Endometrium
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis terutama ditempat implantasi placenta.
 Pada hari I tebalnya 2 – 5 mm, pemukaan kasar
akibat pelepasan desidua dan selaput janin.
 Setelah 3 hari permukaan mulai rata akibat
lepasnya sel-sel dan bagian yang mengalami degenerasi sebagian
besar endometrium terlepas.
 Regenerasi endometrium terjadi dan sisa-sisa sel
desidua basalis yang memakan waktu 2 – 3 minggu, jaringan-jaringan
di tempat implantasi placenta mengalami proses yang sama ialah
degenerasi dan kemudian terlepas. Pelepasan jaringan berdegenerasi
ini berlangsung lengkap. Dengan demikian tidak ada pembentukan
jaringan parut pada bekas impalntasi placenta.
4. Ligamentum-ligamentum, diafragma pelvis, fascia berangsur-
angsur Cepat kembali seperti semula.
Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendur mengakibatkan uterus
jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh ‘ kandungannya
turun’, setelah melahirkan oleh karena ligamentum fascia jaringan
penunjang alat desidua tersebut juga otot-otot dinding perut dengan dasar
panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada hari ke-
2 post partum setelah dapat diberikan fisioterapi.
5. Luka-luka jalan lahir
Luka-luka jalan lahir seperti episiotomi yang telah dijahit, luka pada
vagina dan serviks umumnya bila tidak seberapa luas akan sembuh
permanent, kecuali bila terdapat infeksi, infeksi mungkin mengakibatkan
salulitis yang dapat menjalar ke sentral terjadi keadaan sepsis.
D. Hemokonsentrasi
Pada masa hamil didapt hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt antara
sirkulasi ibu dan plasenta, setelah melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-
tiba. Volume darah pada ibu relative akan bertambah, keadaan ini
menimbulkan beban pada jantung, sehingga dapat menimbulkan
dekompensasi kordis pada penderita vitium kordis, keadaan ini dapat diatasi
dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga
volume darah kembali seperti sedia kala. Hal ini terjadi pada hari-hari ke-3
sampai 15 hari post partum.

E. Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-
kelenjar mamma untuk menghadapi laktasi ini, perubahan yang terdapat pada
kedua mammae antara lain sebagai berikut.
1. Proliferasi jaringan terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus mammae dan
lemak.
2. Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat
dikeluarkan berwarna kuning (kolostrum).
3. Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam
mammae, pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan jelas.
4. Setelah partus, permukaan menekan estrogen dan progesterone terhadap
hipofisis hilang, timbul pengaruh hormone-hormon hipofisis kembali,
antara lain laktogenik hormone (prolaktin) yang akan mengakibatkan
kelenjar-kelenjar terisi air susu pengaruh hormone oksitosin
mengakibatkan miophthelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi
sehingga terjadi pengeluaran susu.
Umumnya produksi air susu baru berlangsung benar pada hari ke-2 sampai ke-
3 post partum. Pada hari-hari pertama air susu mengandung kolostrum yang
merupakan cairan kuning lebih kental daripada air susu, mengandung banyak
protein, albumin dan globulin dan benda-benda kolostrum dengan diameter
0,001 – 0,025 mm. Karena mengandung banyak protein dan mudah dicerna
maka sebaiknya kolostrum jangan dibuang. Selain pengaruh hormonal
tersebut, salah satu rangsangan terbaik untuk mengeluarkan air susu adalah
dengan menyusui bagi ibu sendiri.
Kadar prolaktin akan meningkat dengan perangsangan fisik pada putting
mammae sendiri dan gonadotropin menurun pada laktasi, tetapi meningkat
lagi pada waktu frekuensi menetekkan.
Rangsangan psikis merupakan refleks dari mata ibu ke atas, mengakibatkan
oksitosin dihasilkan sehingga air susu dapat dikeluarkan dan pula, sebagai
efek sampingan.
Memperbaiki involusi uterus. Keuntungan lain menyusui bayi sendiri ialah
akan menjelmanya rasa kasih saying sehingga bertumbuh suatu pertalian yang
intim antara ibu dan anak. Air susu ibu (ASI) mempunyai sidat melindungi
bayi terhadap infeksi seperti gastroenteritis, radang jalan pernapasan dan paru-
paru, ototos media. Sambungan air susu ibu mengandung lactoferin,
lysozyme, dan immuno globulin A.
F. Perubahan lain Saat Nifas
1. After pain atau mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus,
kadang-kadang sangat menganggu selama 2 -3 hari post partum, perasaan
mules ini lebih terasa bila wanita tersebut sedang menyusui, perasaan sakit
ibu pun timbul bila masih terdapat sisa-sisa dan selaput ketuban, sisa
placenta atau gumpalan darah di dalam kavum uteri.
2. Vital Sign
Suhu
a. Saat partus lebih 37,2 C
b. Sesudah partus naik 0,5 C
c. 12 jari pertama suhu kembali normal
d. suhu lebih 38 C mungkin ada infeksi.
Nadi
a. 60 – 80 kali/menit
b. segera setelah partus bradikardi.
Tekanan darah
Tekanan darah meningkat karena upaya persalinan dan keletihan, hal
ini akan normal kembali dalam waktu 1 jam.
3. Pengeluaran per vaginam
Lokhea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas.
Hari 1 – 3 : lokhea rubra
Terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. Dalam
keadaan abnormal ; bekuan banyak, bau agak busuk, mengganti
pembalut terus menerus.
Hari 3 – 7 : lokhea sanguinolenta
Berwarna merah kuning, berisi darah dan lender.
Hari 7 – 14 : lokhea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi.
Setelah 2 minggu : lokhea alba
Cairan putih, bau agak sedikit amis.
Keadaan abnormal dari pengeluaran lokhea yaitu :
Perdarahan berkepanjangan
Pengeluaran lokhea tertahan (lokheastatis)
Lokhea purulenta, berisi nanah, dan berbau busuk
Rasa nyeri yang berlebihan
Dengan memperhatikan bentuk perubahan, dapat diduga
Terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan
Terjadi infeksi intrauteri.
4. Vital sign setelah kelahiran anak
Temperature
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 38 C (100,4F)
disebabkan oleh efek dehidrasi dari persalinan, kerja otot yang
berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormone. Setelah 24 jam
wanita keluara dari febris.
Nadi
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiac output, sisa kenaikan
pada jam pertama atau demikian setelah melahirkan anak. Kemudian
mulai berkurang rata-rata yang tidak diketahui. Dalam 8 sampai 10
minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-rata sebelum hamil.
Pernapasan
Pernapasan akan jauh ke dalam keadaan normal wanita sebelum
persalinan.
Tekanan darah
Tekanan darah berubah rendah semua. Atosiatik hipotensi adalah
indikasi merasa pusing atau pusing tiba-tiba setelah bangun, dapat
terjadi 48 jam pertama dihasilkan oleh spraichnic engorgement yang
mungkin terjadi setelah persalinan.
Penyimpangan dan Kondisi Normal dan Penyebab Masalah :
 Diagnosis sepsis puepuralis adalah jika kenaikan pada maternal
suhu mancepai 38C (100,4F) catatan setelah 24 jam pertama
setelah kelahiran anak dan berulang-ulang atau berlangsung dalam
2 hari. Kemungkinan lain adalah mastitis endometritis, infeksi
traktus urinarius dan infeksi sitemik lainnya, milk fever.
 Kecepatan rata-rata nadi atau satu yang bertambah mungkin
indikasi hipovolemik akibat perdarahan.
 Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasa tingginya sub
arakhnoid (spiral) block.
 Tekanan darah rendah mungkin refleks dan hipovolemik sekunder
dan perdarahan kenaikan menunjukkan bahwa kemungkinannya
disebabkan terlalu banyak menggunakan vasopressor atau
medikasi oksitosin.
System Kardiovaskular
 Volume darah
Perubahan dalam volume darah tergantung beberapa factor sebagai contoh
kehilangan darah selama melahirkan anak, mobilisasi dan ekskresi air
ekstra vaskuler ( fisiologi edema)
Kehamilan menyebabkan hipovolume (bertambahnya paling sedikit 40%
lebih dari nilai keadaan sebelum hamil mendekati aterm). Memenuhi lebih
toleransi kehilangan darah selama kehilangan anak.
Wanita kehilangan 500 – 400 cc darah selama persalinan pervaginam pada
janin tunggal dan kira-kira dua kali selama persalinan cesarean. Respon
wanita pada kehilangan darah selama awal puerpurium berbeda dan wanita
yang tidak hamil.
o Eliminasi simulasi
uteroplasenta mengurangi ukuran dasar vaskularisasi maternal 10%
sampai 15%.
o Kehilangan fungsi
endokrin placenta melepaskan stimulus untuk vasodilatasi.
o Mobilisasi air ekstra
vaskuler disimpan selam terjadi kehamilan syok hipovolemik kadang-
kadang tidak terjadi dengan normalnya kehilangan darah.
 Cardiac output
Rata-rata nadi, stroke volumedan cardiac output meningkat seluruhnya
pada kehamilan secara tiba-tiba setelah persalinantetap meningkat
mengalir terus ke utero placenta dan berkencing kemudian kembali
kesirkulasi umum.
Nilai kenaikan tanpa memperhatikan tipe persalinan atau menggunakan
konduksi anastesi.
 Neurologi
Berubah selama puerperium diakibatkan reaksi kebalikan dan adaptasi
maternal ke kehamilan dan diakibatkan selama kehamilan dan melahirkan.
Sakit kepala saat postpartum mungkin disebabkan kondisi yang
bermacam-macam termasuk kehamilan dengan Hipertensi (PIH), stress
dan keluarnya cairan cerebrospinal kedalam ekstra dural selamam
penempatan jarum dari epidural atau anestesi spiral.
G. Perawatan Post Partum
1. Mobilisasi
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Ibu harus istirahat ,
tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan kemudian boleh miring-
miring kekiri dan kekanan untuk mencegah adanya trombosis dan
tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk dan latihan-latihan
senam, hari ke-3 jalan-jalan, hari ke-4 atau 5 boleh dipulangkan.
Mobolisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi
persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
2. Diet
Makanan harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya
makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran
dan buah-buahan.
3. Miksi
Berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Kadang-kadang
wanita mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala
janin dan spasme oleh iritasi m.sphincter ani selama persalinan, juga oleh
karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila
kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan
kateterisasi.
4. Defekasi
Dorong air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih
sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak merah dapat
diberikan obat laksans per oral atau per rectal. Bila masih belum bisa
dilakukan klisma.
5. Perawatan
Mammae
Kedua mammae harus sudah dirawat selama kehamilan, areolam mammae
dan putting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau
cream, agar tetap lemas, jangan sampai mudah lecet atau pecah-pecah
sebelum menyusui mamae harus dibuat lemas dengan melakukan massage
secara menyeluruh. Setelah areola mammae dan putting susu dibersihkan,
barulah bayi dususui, bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan
cara :
 Pembalutan mammae sampai tertekan
 Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan
periodel, etomocryptin sehingga pengeluaran LH berlebihan
H. Pemeriksaan Post Natal
Ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar
rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari. Bagi wanita dengan persalinan normal
ini baik dan dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan
normal bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus kembali untuk control
seminggu kemudian.
Pemeriksaan post natal antara lain meliputi :
a. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan dan sebagainya.
b. Keadaan umum : suhu badan, selera makan, dan lain-lain.
c. Payudara : ASI dan putting susu.
d. Dinding perut apakah ada hernia
e. Keadaan perineum
f. Kandung kemih, apakah ada sistokel dan uretrokel.
g. Rectum, apakah ada rektrokel dan pemeriksaan tonus muskulus spingter
ani
h. Adanya flour albus
i. Keadaan serviks, uterus dan adneksa.
Nasehat untuk ibu post natal :
a. Fisioterapi postnatal sangat baik bila diberikan
b. Sebaiknya bayi disusui
c. Kerjakan gymnastic (senam nifas)
d. Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan KB
untuk menjarangkan anak.
e. Bawalah bayi anda untuk memperoleh informasi.

BAYI BARU LAHIR


( BBL )

A. PENDAHULUAN

Bayi baru lahir atau neonatus adalah manusia yang memiliki rentang
umur 0 – 28 hari. Bayi yang baru keluar dari Rahim seorang ibu, memiliki
resiko yang tinggi terhadap paparan lingkungan yang baru di
rasakannya.Fungsi fisiologis dari bayi perlu waktu untuk dapat beradaptasi
dengan lingkungan baru tersebut.Banyak kasus kematian bayi terjadi pada
umur ini karena kegagalan dari bayi untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Adaptasi lingkungan bayi dipengaruhi oleh banyak factor.Kesehatan
ibu, perawatan saat ibu hamil, perawatan saat bayi baru lahir mempengaruhi
keadaan selanjutnya dari bayi.
Untuk itu, seorang perawat hendaknya dapat mengerti tentang bayi
baru lahir.Sehingga dapat merawat bayi dengan baik dan menurunkan angka
kematian dan kecacatan pada bayi.

B. DEFINISI

Bayi baru lahir adalah bayi yang pada usia kehamilan 37-42 minggu dan
berat badan 2.500-4.000 gram (Vivian, N. L. D, 2010).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram
(Depkes RI, 2005).
Neonatus (bayi baru lahir) adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4
minggu lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu (Wong, D,L, 2003).
Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah asuhan keperawatan
yang diberikan pada bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri kekehidupan ekstra uteri hingga
mencapai usia 37-42 minggu dan dengan berat 2.500-4.000 gram.

C. ETIOLOGI
1. His(Kontraksi otot rahim)
2. Kontraksi otot dinding perut
3. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
4. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.

D. TANDA DAN GEJALA

1. Lahir aterm antara 37-42 minggu


2. Berat badan 2500 – 4000 gram
3. Panjang lahir 48 – 52 cm
4. Lingkar dada 30 – 38 cm
5. Lingkar kepala 33 – 35 cm
6. Lingkar lengan 11-12
7. Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit
8. Kulit kemerah- merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.
9. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
10. Kuku agak panjang dan lemas
11. Nilai APGAR >7
12. Gerakan aktif
13. Bayi lahir langsung menangis kuat
14. Genetalia :
a. Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada
skrotum dan penis yang berlubang.
b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uterus
yang berlubang ,serta labia mayora menutupi labia minora.
15. Refleks rooting ( mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi
dan daerah mulut)sudah terbentuk dengan baik.
16. Refleks sucking sudah terbentuk dengan baik.
17. Refleks grasping sudah baik
18. Refleks morro
19. Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama

E. PATOFISIOLOGI

Adaptasi Fisiologis
Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi:
1. Sistem pernapasan

Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui


plasenta.Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali
pusat dipotong).Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah akibat
adanya tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir, penurunan
tekanan oksigen dan peningkatan karbondioksida merangsang kemoreseptor
pada sinus karotis.Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan
alveoli adanya surfaktan adalah menarik nafas, mengeluarkan dengan
menjerit sehingga oksigen tertahan di dalam.Fungsi surfaktan untuk
mempertahankan ketegangan alveoli.
Masa alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku. Pernapasan pada
neonatus biasanya pernapasan diafragma dan abdominal.Sedangkan
respirasi setelah beberapa saat kelahiran yaitu 30 – 60 x / menit.
2. Jantung dan Sirkulasi Darah
Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal dari
plasenta masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikalis, sebagian
besar masuk ke vena kava inferior melalui duktus dan vena sasaranti, darah
dari sel-sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa
pembakaran dan sebagian akan dialirkan ke plasenta melalui umbilikalis,
demikian seterusnya.
Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat,
dengan demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil
dan darah mengalir ke paru-paru, dengan demikian duktus botali tidak
berfungsi lagi, foramen ovale akan tertutup. Penutupan foramen ovale
terjadi karena pemotongan tali pusat.
3. Saluran Pencernaan

Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan janin


telah dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak.Absorpsi
air ketuban terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan, janin minum
air ketuban dapat dibuktikan dengan adanya mekonium (zat yang berwarna
hitam kehijauan). Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya
dikeluarkan dalam 24 jam pertama.
4. Hepar

Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam


metabolisme hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar,
setelah bayi lahir simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga
sudah disimpan dalam hepar.
Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir dalam
keadaan imatur (belum matang).Hal ini dibuktikan dengan
ketidakseimbangan hepar untuk meniadakan bekas penghancuran darah dari
peredaran darah. Enzim hepar belum aktif benar pada neonatus, misalnya
enzim UDPGT (Uridin Disfosfat Glukoronide Transferase) dan enzim
GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi dalam sintesis
bilirubin sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus
fisiologis.
5. Metabolisme

Pada jam-jam pertama energi didapat dari pembakaran karbohidrat dan


pada hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak. Energi tambahan
yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari
hasil metabolisme lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120
mg/100 ml.
6. Produksi Panas

Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan


penyesuaian suhu terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis)
yaitu dengan pembakaran “Brown Fat” (lemak coklat) yang memberikan
lebih banyak energi daripada lemak biasa.Cara penghilangan tubuh dapat
melalui konveksi aliran panas mengalir dari permukaan tubuh ke udara
sekeliling yang lebih dingin.Radiasi yaitu kehilangan panas dari permukaan
tubuh ke permukaan benda yang lebih dingin tanpa kontak secara
langsung.Evaporasi yaitu perubahan cairan menjadi uap seperti yang terjadi
jika air keluar dari paru-paru dan kulit sebagai uap dan konduksi yaitu
kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang lebih
dingin dengan kontak secara langsung.
7. Kelenjar Endoktrin

Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu
bayi baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi misalkan
pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid perempuan.Kelenjar
tiroid sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak
beberapa bulan sebelum lahir.
8. Keseimbangan Air dan Ginjal

Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar
natrium relatif lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa
ruangan ekstraseluler luas.Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah
nefron matur belum sebanyak orang dewasa dan ada ketidakseimbangan
antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal, renal
blood flow (aliran darah ginjal) pada neonatus relatif kurang bila
dibandingkan dengan orang dewasa.
9. Susunan Saraf

Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka


dapat dilihat bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan
spontan.Gerakan menelan pada janin baru terjadi pada kehamilan empat
bulan.Sedangkan gerakan menghisap baru terjadi pada kehamilan enam
bulan.
Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot
menjadi lebih sempurna.Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu
dapat hidup diluar kandungan.Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat
sensitif terhadap cahaya.
10. Imunologi

Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada


kehamilan 2 bulan dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi
dilahirkan. Khususnya pada traktus respiratoris kelenjar liur sesuai dengan
bakteri dapat alat pencernaan, imunoglobolin G dibentuk banyak dalam
bulan kedua setelah bayi dilahirkan. Ig A, Ig D dan Ig E diproduksi secara
lebih bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai sampai pada masa kanak-
kanak dini. Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum
dan ASI.
11. Sistem Integumen

Kulit bayi baru lahir sangat sensitif dan mudah mengelupas, semua
struktur kulit ada pada saat lahir tetapi tidak matur.Epidermis dan dermis
tidak terikat dengan erat dan sangat tipis, vernik keseosa juga bersatu
dengan epidermis dan bertindak sebagai tutup pelindung dan warna kulit
bayi berwarna merah muda.
12. Sistem Hematopoiesis.
Saat bayi lahir nilai rata-rata Hb, Ht, SDM dan Leukosit lebih tinggi
dari nilai normal orang dewasa. Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht 44
– 72%, SDM 5 – 7,5 juta/mm3 dan Leukosit sekitar 18000/mm3. Darah
bayi baru lahir mengandung sekitar 80% Hb janin.Presentasi Hb janin
menurun sampai 55% pada minggu kelima dan 5% pada minggu ke 20.
13. Sistem Skelet

Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh


secara keseluruhan.Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat
panjang tubuh.Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai.Wajah relatif
kecil terhadap ukuran tengkorak yang jika dibandingkan lebih besar dan
berat.Ukuran dan bentuk kranium dapat mengalami distorsi akibat molase.
Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan
tumit disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung.Saat
baru lahir tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki.Ekstremitas harys
simetris, terdapat kuku jari tangan dan kaki, garis-garis telapak tangan dan
sudah terlihat pada bayi cukup bulan.

F. KOMPLIKASI

1. Sebore
2. Ruam
3. Moniliasis
4. Ikterusfisiologi
5. gangguan sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti
mengdip)
6. Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur,
menghilangnya tekanan darah sistolik
7. Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
8. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. pH tali pusat, tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status praasidosis,


tingkat rendah menunjukkan gangguan asfiksia bermakna.
2. Hemoglobin mencapai 15 sampai 20 g. hematokrit berkisar antara 43%
sampai 61%.
3. Tes Coombs langsung pada daerah tali pusat menentukan adanya
kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah yang
menunjukkan kondisi hemolitik.
4. Bilirubin Total sebanyak 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1
sampai 2 hari dan 12 mg/dl pada 3 sampai 5 hari.

G. PENATALAKSANAAN

Menurut Prawirohardjo, (2005) tujuan utama perawatan bayi segera


sesudah lahir, adalah:
1. Membersihkan jalan nafas Bayi normal akan menangis spontan segera
setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera
membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
b. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang Bersihkan
hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang
dibungkus kassa steril.
c. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain.
2. Memotong dan Merawat Tali Pusat Tali pusat dipotong sebelum atau
sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi
bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding
perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih
terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat
dengan alkohol 70% atau povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril.
Pembalut tersebut diganti setiap hari dan atau setiap tali basah / kotor. Sebelum
memotong tali pusat, pastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik, untuk
mencegah terjadinya perdarahan.
3. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu
mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk
membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat.
4. Memberi Vitamin K Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir
normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3
hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis
0,5 1 mg I.M
5. Memberi Obat Tetes / Salep Mata Di beberapa negara perawatan mata bayi baru
lahir secara hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya oplitalmic
neonatorum. Di daerah dimana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir
perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata
eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata
karena klamidia (penyakit menular seksual).
6. Identifikasi Bayi
a. Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan
pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi.
b. Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak mudah
melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
c. Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi, nyonya)
tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu. d. Di
setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama,
tanggal lahir, nomor identifikasi.
7. Pemantauan Bayi Baru Lahir Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk
mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah
kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan
penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan. Pemantauan 2
jam pertama sesudah lahir meliputi :
a. Kemampuan menghisap kuat atau lemah
b. Bayi tampak aktif atau lunglai
c. Bayi kemerahan atau biru

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Pengkajian terhadap factor resiko
1) Maternal : Usia, riwayat kesehatan yang lalu, perkembangan social
dan riwayat pekerjaan.
2) Obsetrik : Parity, periode, kondisi kehamilan terakhir
3) Perinatal : Antenatal, informasi prenatal maternal health
(DM,jantung)
4) Intra Partum event :
a) Usia gestasi : Lebih dari 34 minggu sampai dengan 42 minggu.
b) Lama dan karakteristik persalinan : Persalinan lama pada kala I
dan II KPD 24 jam.
c) Kondisi ibu : Hipo/Hiper tensi progsif perdarahan, infeksi.
d) Keadaan yang mengidentifikasi fetal disstres HR lebih dari 120
x sampai dengan 140 x / menit.
e) Penggunaan analgesic
f) Metode meahirkan : Sectio Caesaria, Forsep, Vakum
c. Pengkajian Fisik
1) Eksternal : Perhatikan warna, bercak warna , kuku, lipatan pada
telapak kaki, periksa potensi hidung dengan menutup sebelah
lubang hidung sambil mengobservasi pernafasan dan perubahan
kulit.
2) Dada

Palpasi untuk mencari detak jantung yang terkencang, auskultasi untuk


menghitung denyut jantung, perhatikan bunyi nafas pada setiap
dada.
a) Abdomen : Verifikasi adanya abdomen yang berbentuk seperti
kubam atau tidak ada anomaly, perhatikan jumlah pembuluh
darah pada tali pusat.
b) Neurologis : Periksa tonus otot dan reaksi reflex.
d. Pemeriksaan Penunjang
e. Nilai APGAR

f. Pengkajian
1) Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama,
bayi tampak semi koma saat tidur ; meringis atau tersenyum
adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat, tidur sehari rata-
rata 20 jam.
2) Pernapasan dan Peredaran Darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir,
untuk menilai status kesehatan bayi dalam kaitannya dengan
pernapasan dan peredaran darah dapat digunakan metode
APGAR Score. Namun secara praktis dapat dilihat dari
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta wajah,
ekstremitas dan seluruh tubuh, frekwensi denyut jantung bayi
normal berkisar antara 120-140 kali/menit (12 jam pertama
setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100 kali/menit
(tidur) sampai 180 kali/menit (menangis).
Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60
kali/menit warna ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi
adalah kemerahan.Tekanan darah sistolik bayi baru lahir 78
dan tekanan diastolik rata-rata 42, tekanan darah berbeda dari
hari ke hari selama bulan pertama kelahiran. Tekanan darah
sistolik bayi sering menurun (sekitar 15 mmHg) selama satu
jam pertama setelah lahir. Menangis dan bergerak biasanya
menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.
3) Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-
370C.Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila atau
pada rektal.
4) Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus,
lembut dan padat dengan sedikit pengelupasan, terutama pada
telapak tangan, kaki dan selangkangan.Kulit biasanya dilapisi
dengan zat lemak berwarna putih kekuningan terutama di
daerah lipatan dan bahu yang disebut verniks kaseosa.
5) Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan
bentuk, kelainan jumlah atau tidak sama sekali pada semua
anggota tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki juga
lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.
6) Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena
umbilikalis.Keadaan tali pusat harus kering, tidak ada
perdarahan, tidak ada kemerahan di sekitarnya.
7) Refleks
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :
a) Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang
mengagetkan akan terjadi refleks lengan dan tangan
terbuka.
b) Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan
dirangsang akan memberi reaksi seperti menggenggam.
Plantar graps, bila telapak kaki dirangsang akan memberi
reaksi.
c) Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada
bidang datang atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.
d) Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan
menoleh kepalanya ke sisi yang disentuh itu mencari puting
susu.
e) Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke
dalam mulut bayi akan membuat gerakan menghisap.
8) Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan
fisiologis.Namun harus waspada jangan sampai melampaui
10% dari berat badan lahir.Berat badan lahir normal adalah
2500 sampai 4000 gram.
9) Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental
berwarna gelap hitam kehijauan dan lengket. Mekonium akan
mulai keluar dalam 24 jam pertama.
10) Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada,
lingkar lengan atas dan panjang badan dengan menggunakan
pita pengukur. Lingkar kepala fronto-occipitalis 34cm,
suboksipito-bregmantika 32cm, mento occipitalis 35cm.
Lingkar dada normal 32-34 cm. Lingkar lengan atas normal
10-11 cm. Panjang badan normal 48-50 cm.

11) Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau
edema, tanda vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih
(smegma) atau rabas berdarah sedikit mungkin ada. Genetalia
pria ; Testis turun, skrotum tertutup dengan rugae, fimosis
biasa terjadi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
c. Hipertermia
d. Hipotermia
e. Resiko infeksi
f. Resiko Cedera
g. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa 1: Ketidakefektifan pola nafas

Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi keperawatan


pola nafas BBL kembali efektif Kriteria hasil:
1) Kemudahan bernafas dan kedalaman inspirasi
2) Ekspansi dada simetris
3) Tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan
4) Tidak ada bunyi nafas tambahan
5) Nafas pendek tidak ada

Intervensi
1) Observasi adanya pucat dan sianosis Sianosis menunjukkan adanya
gangguan pada pernafasan BBL
2) Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan usaha respirasi
Mengetahui perkembangan kondisi BBL
3) Auskultasi bunyi nafas, perhatikan area penurunan/tidak adanya
ventilasi dan adanya bunyi nafas tambahan Mengetahui adanya
kelainan dalam pernafasan BBL
4) Lakukan pengisapan sesuai dengan kebutuhan untuk membersihkan
sekresi Secret yang menumpuk dapat mengakibatkan
ketidakefektifan pola nafas Kolaborasi: Berikan Non re-breathing
mask dengan oksigen Memenuhi kebutuhan oksigen BBL.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, Jansen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi


4.Jakarta : EGC.
MNH, JNPK-KR dan DepKes.2003. Buku Acuan Persalinan Normal.Jakarta :
DepKes
NANDA.2012. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
RI DepKes.2005. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.Jakarta : DepKes.
Saifuddin, abdul bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardj

Anda mungkin juga menyukai