Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

POST NATAL CARE (PNC)

DOSEN PENGAMPU:

Ns. Hidayati, M.Kep

Disusun Oleh:

Robbi Habli

191012114201025

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

1. DEFINISI
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum
adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil.
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetal baruh
pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
Masa nifas adalah priode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak,
ketika alat-alat reproduksi tengah kembali ke kondisi normal.

2. TUJUAN
➢ Memantau adaptasi fisiologis dan psikologis
➢ Meningkatkan pemulihan punksi tubuh
➢ Meningkatkan istirahat dan kenyamanan
➢ Meningkatkan hubungan orang tua dan bayi
➢ Meningkatkan peluang merawat bayi
➢ Teaching self care dan bayi. Dalam masa nifas alat-alat genitalia
interna maupum eksterna akan berangsur -angsur pulih kembali.
Perubahan-perubahan alat genitalia ini dalam keseluruhannya
disebut Involusi. Disamping involusi ini juga terjadi
perubahanperubahan lainnya yakni hemokonsentrasi dan proses
laktasi.

3. ETIOLOGI
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui
secara pasti atau jelas terdapat beberapa teori antara lain:
a. Penurunan kadar progesterone Progesteron menimbulkan
relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan
ketentraman otot rahim.
b. Penurunan kadar progesterone Pada akhir kehamilan kadar
oxytocinbertambah, oleh karena itu timbul kontraksi otot rahim.
c. Keregangan otot-otot Dengan majunya kehamilan makin regang
otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
d. Pengaruh janin Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-
rupanya juga memegang peranan oleh karena itu pada
enencephalus kehamilan sering lebih lama dan biasa.
e. Teori prostaglandin Teori prostaglandin yang dihasilkan dan
decidua, disangka menjadi salah satu sebab permulaan
persalinan.

4. PATOFISIOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam
keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-
perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang
terakhir ini karena pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis
terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan
yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak
menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk
semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium
ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi
plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2- 5 mm itu
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma
palvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah
janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
WOC

5. MANIFESTASI KLINIS
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya
wanita memasuki “bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut
kala pendahuluan (preparatory stage of labor) ini memberikan tanda-tanda
sebagai berikut :
1) Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida
pada multipara tidak begitu kentara.
2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3) Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawa janin.
4) Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi
lemah dari uterus, kadang disebut “false labor pains”.
5) Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya
bertambah dan bisa bercampur darah (bloody shoe).

6. KOMPLIKASI POST PARTUM


a) Klien post partum komplikasi perdarahan
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih
dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
• Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
• Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah
bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan
dengan komplikasi perdarahan post partum :
• Menghentikan perdarahan.
• Mencegah timbulnya syok.
• Mengganti darah yang hilang.

Penyebab umum perdarahan postpartum adalah: \

• Atonia Uteri
• Retensi Plasenta
• Sisa Plasenta dan selaput ketuban
- Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan
perkreta)
- Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
• Trauma jalan lahir
- Episiotomi yang lebar
- Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan
rahim
- Rupture uteri
• Penyakit darah
• Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia
/hipofibrinogenemia.
b) Klien post partum komplikasi
infeksi Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam
setelah melahirkan) ialah infeksi klinis pada saluran genital yang
terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan.
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh
pada saat berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat
ketuban pecah sebelum maupun saat persalinan berlangsung
sehingga menjadi jembatan masuknya kuman dalam tubuh lewat
rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong persalinan sendiri,
seperti alat-alat yang tidak steril digunakan pada saat proses
persalinan.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain
adalah :
➢ Streptococcus haemoliticus anaerobic Masuknya secara
eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini
biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-
alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi
tenggorokan orang lain).
➢ Staphylococcus aureus Masuknya secara eksogen,
infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-
orang yang nampaknya sehat.Kuman ini biasanya
menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang
menjadi sebab infeksi umum.
➢ Escherichia Coli Sering berasal dari kandung kemih dan
rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum,
vulva, dan endometriurn.Kuman ini merupakan sebab
penting dari infeksi traktus urinarius.
➢ Clostridium Welchii Kuman ini bersifat anaerob, jarang
ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih
sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang
ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
c) Klien post partum komplikasi
penyakit blues Post-partum blues (PPB) atau sering juga
disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu
sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu
pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung
akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung
dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami
perasaan tidak nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan
suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan
hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri.
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues
sampai saat ini belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga
berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain: 1
o Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan
kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan estradiol.
Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat
berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum
karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim
monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang
bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang
berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
o Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
o Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
o Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat
pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak
diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya,
sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari
lingkungannya (suami, keluarga dan teman).
o Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya

7. PEMERIKSAAN PWNUNJANG
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:
• Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
• Keadaan umum: TTV, selera makan dll - Payudara: air susu, putting
• Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
• Sekres yang keluar atau lochea
• Keadaan alat kandungan\ Pemeriksaan penunjang post partum
menurut Manjoer arif dkk, 2001
• Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum - Ultra sosografi untuk
melihat sisa plasenta.

8. PENATALAKSANAAN MEDIS
➢ Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
➢ 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan
miring kanan kiri
➢ Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi
pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
➢ Hari ke-2 : mulai latihan duduk
➢ Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
• Identitas pasien
• Keluhan Utama
Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut
bergerak
• Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
• Riwayat Persalinan
- Tempat persalinan
- Normal atau terdapat komplikasi
- Keadaan bayi
- Keadaan ibu
• Riwayat Nifas Yang Lalu
- Pengeluaran ASI lancar / tidak
- BB bayi
- Riwayat ber KB / tidak
• Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum pasien
- Abdomen
- Saluran cerna
- Alat kemih
- Lochea
- Vagina
- Perinium dan rectum
- Ekstremitas
- Kemampuan perawatan diri
• Pemeriksaan psikososial
- Respon dan persepsi keluarga
- Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Nyeri akut b/d agens pencedera fisik (abses, amputasi
terpotong/terputusnya kontuinitas jaringan )
• Gangguan pola tidur b/d kecemasan.
• Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

C. RENCANA ASKEP
No Diagnosa Luaran Intervensi

1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Manajemen nyeri


agens pencedera intervensi
Observasi
fisik ( abses, keperawatan
amputasi selama…x24 jam • Identifikasi lokasi,
terpotong/terputus maka tingkat nyeri karakteristik, durasi,
nya kontuinitas menurun frekuensi, kuaiitas,
jaringan, ) • kemampuan intensitas nyeri
menuntaskan • Identifikasi skala nyeri
aktivitas • Identifikasi respons nyeri
meningkat non verbal
• keluhan nyeri • Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
• kesulitan tidur memperingan nyeri
menurun • Monitor efek samping
• frekuensi nadi penggunaan analgetik
membaik
Terapeutik

• Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis,
kupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi Terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
• kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
• Fasilitasi Istirahat dan
tidur

Edukasi

• Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
• Jelaskan strategi
meredakan nyeri
• Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
• Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
• Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

• Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Gangguan pola Setelah dilakukan Dukungan tidur


tidur b/d intervensi
Observasi
kecemasan keperawatan
selama…x24 jam • Identifikasi pola aktivitas
maka pola tidur dan tidur
membaik • Identifikasi faktor
• keluhan sulit pengganggu tidur (fisik
tidur dan atau psikologis)
meningkat • Identifikasi makanan dan
• keluhan sering minuman yang
terjaga mengganggu tidur (mis.
meningkat kopi, teh. alkohc makan
• keluhan tidak mendekati waktu tidur,
puas tidur minum banyak air
meniingkat sebelum tidur)
• Identifikasi obat tidur
yang dikonsumsi

Terapeutik

• Modifikasi lingkungan
(mis. pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras,
dan tempat tidur) Batasi
waktu tidur siang, jika
perlu
• Fasilitasi menghilangkan
slres sebelum tidur
• Tetapkan jadwal tidur
rutin
• Lakukan prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan (mis. pijat,
pengaturan posisi, terapi
akupresur)

Edukasi

• Jelaskan pentingnya tidur


cukup selama sakit
• Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
• Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
• Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis
psikologis, gaya hidup,
sering berubah shift
bekerja)
• Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya

3. Resiko infeksi Setelah dilakukan Manajemen imunisasi/vaksinasi


berhubungan intervensi Observasi
dengan prosedur keperawatan
• Identifikasi riwayat
invasif selama…x24 jam
kesehatan dan riwayat
maka tingkat innfeksi
alergi
menurun
• Identifikasi kontraindikasi
• kebersihan
pemberian imunisasi (mis.
tangan dan
reaksi anafilaksis terhadap
badan
vaksin sebelumnya dan
meningkat
atau sakit parah dengan
• nafsu makan
atau tanpa demam)
meningkat
• Identifikasi status
• nyeri menurun
imunisasi setiap
kunjungan ke pelayanan
kesehatan

Terapeutik

• Berikan suntikan pada


bayi di bagian paha
anterolateral
• Dokumentasikan
informasi vaksinasi (mis.
nama produsen, tanggal
kedaluwarsa)
• Jadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat

Edukasi

• Jelaskan tujuan, manfaat,


reaksi yang terjadi,
jadwal, dan efek samping
• Informasikan imunisasi
yang diwajibkan
pemerintah (mis. Hepatitis
B, BCG, difteri, tetanus,
pertusls, H. influenza,
polio, campak, measles,
rubela)
• Informasikan imunisasi
yang melindungi terhadap
penyakit namun saat ini
tidak diwajibkan
pemerintah (mis.
Influenza, pneumokokus)
• Informasikan vaksInasi
untuk kejadian khusus
(mis. rabies, tetanus)

D. Implementasi
Keperawatan Implementasi keperawatan merupakan langkah
keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai
strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan
dalam rencana tindakan keperawatan.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak
DAFTAR PUSTAKA

https://sg.docworkspace.com/d/sAOX27bH51OFKp-SH5qmnFA

https://sg.docworkspace.com/d/sAEOOsD351OFK--uH5qmnFA

https://pdfcoffee.com/lp-post-natal-care-sdki-pdf-free.html

https://sg.docworkspace.com/d/sACAzAOH51OFK0vGR5qmnFA

Anda mungkin juga menyukai