Disusun oleh:
TAHUN 2022/2023
A. Konsep Penyakit
I. Definisi Penyakit
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai
alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas / purperiumini
yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 2008). Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam
waktu 3 bulan. Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi Hanifa,
2012).
Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 2008) :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
mencapainya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu bulanan atau tahunan.
II. Etiologi
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau dapat
hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan.
a. Partus dibagi menjadi 4 kala :
kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap.
Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2
sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I
ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara
mendadak. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan.
Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta.
Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi
b. Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor janin, dan
faktor persalinan pervaginam.
c. Faktor Ibu
Paritas : Jumlah kehamilan yang mampu menghasilkan janin hidup di luar
rahim (lebih dari 28 minggu).
Meneran : Proses persalinan normal berlangsung, ibu akan mengejan dan
mendorong bayi keluar dari rahim, vagina dan perineumnya akan
mengalami tekanan yang sangat kuat. Hal ini berisiko tinggi menyebabkan
luka robekan pada vagina dan perineum yang dapat menyebabkan
perdarahan pascapersalinan. Oleh karena itu, untuk memperbaiki bagian
yang robek tersebut, dengan melakukan penjahitan. Selain robekan alami
akibat proses mengejan, jahitan pasca melahirkan normal (Kevin Andrian,
2020).
d. Faktor Janin
1. Berat Badan Bayi Baru lahir : Berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000
gram. Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma persalinan
melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah
tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi
jalan lahir dan robekan pada perineum.
2. Presentasi : Letak hubungan sumbu memanjang janin dengan sumbu
memanjang panggul ibu.
Presentasi Muka : Letak janin memanjang, sikap extensi sempurna
dengan diameter pada waktu masuk panggul atau diameter
submentobregmatika sebesar 9,5 cm.
Presentasi Dahi : Sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini
berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna.
e. Faktor Persalinan Pervaginam
1. Vakum ekstrasi : Tindakan bantuan persalinan, janin dilahirkan dengan
ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan alat vacum yang dipasang di
kepalanya.
2. Ekstrasi Cunam/Forsep : Suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan
cunam yang dipasang di kepala janin.
3. Embriotomi : Prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan melakukan
pengurangan volume dengan tujuan untuk memberi peluang yang lebih
besar untuk melahirkan keseluruhan tubuh bayi tersebut (Syaifuddin,
2009).
4. Persalinan Presipitatus : Persalinan yang berlangsung sangat cepat,
berlangsung kurang dari 3 jam, dapat
III. Manifestasi Klinis
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang
disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan.
a. Sistem reproduksi
Proses involusi : Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar
akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Kontraksi :Kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh
darah dan membantu hemostasis.
Tempat plasenta : Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan,
kontraksi vaskular dan trombus menurunkan tempat plasenta ke
suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur.
Lochea : Lochea rubra terutama mengandung darah dan debris
trofoblastik. Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit
dan denrus jaringan. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel
epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6
minggu setelah bayi lahir.
Serviks : Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis,
dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
Vagina : Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara
bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir.
b. Sistem endokrin
Hormon plasenta : Penurunan hormon human plasental lactogen,
esterogen dan kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik
efek diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun
secara yang bermakna pada masa puerperium.
Hormon hipofisis : Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada
wanita menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum
yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam
menekan ovulasi. Karena kadar follikelstimulating hormone terbukti
sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium
tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin
meningkat
Abdomen : Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan,
abdomenya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak
seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding
abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.
Sistem urinarius : Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu
bulan setelah wanita melahirkan.
Sistem cerna : Nafsu makan, Mortilitas, Defekasi
IV. Patofisologi
a. Adaptasi Fisiologi
Infolusi uterus adalah Proses kembalinya uterus ke keadaan
sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir
tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2
cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Pada masa pasca partum penurunan kadar
hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara
langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang
terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
Kontraksi intensitas meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan
volume intrauterin yang sangat besar. Hormon oksigen yang dilepas
dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-
2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan
kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau
intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang
merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya
di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara
merangsang pelepasan oksitosin.
b. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi
menjadi 3 fase yaitu :
Fase taking in / ketergantungan Fase ini dimuai hari pertama dan
hari kedua setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan
perlindungandan pelayanan.
Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini
dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua halhal baru.
Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu
muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan
fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik
Fase letting go / saling ketergantungan Dimulai sekitar minggu
kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah
menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian
telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan
hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.
V. Penatalaksanaan
1. Early Ambulation
Ibu post partum diharapkan sedini mungkin melakukan early
ambulation, dimana ibu 8 jam pertama istirahat tidur terlentang,
setelah 8 jam diperbolehkan miring ke kiri atau ke kanan untuk
mencegah trombosis dan boleh bangun dari tempat tidur setelah 24
jam sampai 48 jam post partum.
2. Perawatan Payudara
Perhatikan kebersihan mammae, putting bila ada luka segera obati,
dan pada ibu yang belum mampu mengeluarkan ASI dilakukan
perawatan payudara post partum.
3. Pemberian Nutrisi
Nutrisi ibu diberikan harus memenuhi gizi seimbang porsinya lebih
banyak daripada waktu hamil, disamping untuk mempercepat
pulihnya kesehatan setelah kelahiran juga untuk meningkatkan
produksi ASI.
4. Aktivitas Seksual
Pasangan dianjurkan untuk menunggu sampai terdapat pengeluaran
lochea akhir minggu ke 4. Perhatikan posisi, sebaiknya wanita pada
posisi atas untuk menghindari adanya penetrasi yang telalu dalam.
VI. Komplikasi
a. Perdarahan : Kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria
perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai berikut:
1. Kehilangan darah lebih dai 500 cc
2. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
3. Hb turun sampai 3 gram %.
tiga penyebap utama perdarahan antara lain :
1. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi
dengan baik dan ini merupakan sebab utama dari perdarahan post
partum.
2. laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan banyak bila tidak direparasi dengan
segera dan terasa nyeri..
3. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan
plasenta disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.
4. Lain-lain
Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi
uterus sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap
terbuka
Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas
jaringan parut pada uterus setelah jalan lahir hidup.
Inversio uteri (Wiknjosastro, 2009).
b. Infeksi puerperalis di definisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama
masa post partum. Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya
kenaikan suhu > 38 0 dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum.
c. Endometritis adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh
infeksi puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran
memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis
d. Mastitis Yaitu infeksi pada payudara.
e. Infeksi saluran kemih Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum,
pembedahan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme
terbanyak adalah Entamoba coli dan bakterigram negatif lainnya.
f. Tromboplebitis dan thrombosis Semasa hamil dan masa awal post partum,
faktor koagulasi dan meningkatnya status vena menyebapkan relaksasi
sistem vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis (pembentukan trombus di
pembuluh darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah) dan thrombosis
(pembentukan trombus) tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari 500
– 750 kelahiran pada 3 hari pertama post partum.
g. Emboli yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil
h. Post partum depresi : ibu bingung dan merasa takut pada dirinya. Tandanya
antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi
cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya.
i. Tanda – Tanda Bahaya Post Partum
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan
kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal
dari perlukaan jalan lahir.
B. Pengkajian
I. Wawancara
Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan antara dua orang atau
lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah
untuk mendapatkan informasi yang tepat dari narasumber yang terpercaya. Wawancara
dilakukan dengan cara penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada
narasumber.
nyeri akut
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
KTI%20SELVY%20LAZUARTI.pdf
http://repository.bku.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/899/Kartika%20Rahmadenti-1-
101.pdf?sequence=2&isAllowed=y