Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL PADA AN. S DENGAN


KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RUANG BERSALIN (VK)
RUMAH SAKIT PERMATA KUNINGAN

Disusun oleh:

INTAN PUJI LESTARI


CKR0190143

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

TAHUN 2022/2023
A. Konsep Penyakit
I. Definisi Penyakit
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai
alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas / purperiumini
yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 2008). Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam
waktu 3 bulan. Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi Hanifa,
2012).
Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 2008) :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
mencapainya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu bulanan atau tahunan.
II. Etiologi
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau dapat
hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan.
a. Partus dibagi menjadi 4 kala :
 kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap.
 Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2
sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I
ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara
mendadak. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan.
 Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta.
 Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi
b. Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor janin, dan
faktor persalinan pervaginam.
c. Faktor Ibu
 Paritas : Jumlah kehamilan yang mampu menghasilkan janin hidup di luar
rahim (lebih dari 28 minggu).
 Meneran : Proses persalinan normal berlangsung, ibu akan mengejan dan
mendorong bayi keluar dari rahim, vagina dan perineumnya akan
mengalami tekanan yang sangat kuat. Hal ini berisiko tinggi menyebabkan
luka robekan pada vagina dan perineum yang dapat menyebabkan
perdarahan pascapersalinan. Oleh karena itu, untuk memperbaiki bagian
yang robek tersebut, dengan melakukan penjahitan. Selain robekan alami
akibat proses mengejan, jahitan pasca melahirkan normal (Kevin Andrian,
2020).
d. Faktor Janin
1. Berat Badan Bayi Baru lahir : Berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000
gram. Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma persalinan
melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah
tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi
jalan lahir dan robekan pada perineum.
2. Presentasi : Letak hubungan sumbu memanjang janin dengan sumbu
memanjang panggul ibu.
 Presentasi Muka : Letak janin memanjang, sikap extensi sempurna
dengan diameter pada waktu masuk panggul atau diameter
submentobregmatika sebesar 9,5 cm.
 Presentasi Dahi : Sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini
berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna.
e. Faktor Persalinan Pervaginam
1. Vakum ekstrasi : Tindakan bantuan persalinan, janin dilahirkan dengan
ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan alat vacum yang dipasang di
kepalanya.
2. Ekstrasi Cunam/Forsep : Suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan
cunam yang dipasang di kepala janin.
3. Embriotomi : Prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan melakukan
pengurangan volume dengan tujuan untuk memberi peluang yang lebih
besar untuk melahirkan keseluruhan tubuh bayi tersebut (Syaifuddin,
2009).
4. Persalinan Presipitatus : Persalinan yang berlangsung sangat cepat,
berlangsung kurang dari 3 jam, dapat
III. Manifestasi Klinis
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang
disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan.
a. Sistem reproduksi
 Proses involusi : Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar
akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
 Kontraksi :Kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh
darah dan membantu hemostasis.
 Tempat plasenta : Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan,
kontraksi vaskular dan trombus menurunkan tempat plasenta ke
suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur.
 Lochea : Lochea rubra terutama mengandung darah dan debris
trofoblastik. Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit
dan denrus jaringan. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel
epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6
minggu setelah bayi lahir.
 Serviks : Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis,
dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
 Vagina : Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara
bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir.
b. Sistem endokrin
 Hormon plasenta : Penurunan hormon human plasental lactogen,
esterogen dan kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik
efek diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun
secara yang bermakna pada masa puerperium.
 Hormon hipofisis : Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada
wanita menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum
yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam
menekan ovulasi. Karena kadar follikelstimulating hormone terbukti
sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium
tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin
meningkat
 Abdomen : Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan,
abdomenya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak
seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding
abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.
 Sistem urinarius : Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu
bulan setelah wanita melahirkan.
 Sistem cerna : Nafsu makan, Mortilitas, Defekasi

 Payudara : Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan


payudara selama wanita hamil (esterogen, progesteron, human
chorionik gonadotropin, prolaktin, krotison, dan insulin) menurun
dengan cepat setelah bayi lahir.
a) Ibu tidak menyusui : Kadar prolaktin akan menurun dengan
cepat pada wanita yang tidak menyusui
b) Ibu yang menyusui : Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba
lunak dan suatu cairan kekuningan, yakni kolostrum.
 Sistem kardiovaskuler
a) Volume darah : Perubahan volume darah tergantung pada
beberapa faktor misalnya Kehilangan darah merupakan akibat
penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas.
Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang
menyebapkan volume darah menurun dengan lambat. Pada
minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah
biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum lahir.
b) Curah jantung : denyut jantung volume sekuncup dan curah
jantung meningkat sepanjang masa hamil.
c) Tanda-tanda vital : Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa
terlihat, jika wanita dalam keadaan normal
 Sistem neurologi : Perubahan neurologis selama puerperium
merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi saat

IV. Patofisologi
a. Adaptasi Fisiologi
 Infolusi uterus adalah Proses kembalinya uterus ke keadaan
sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir
tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2
cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Pada masa pasca partum penurunan kadar
hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara
langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang
terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
 Kontraksi intensitas meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan
volume intrauterin yang sangat besar. Hormon oksigen yang dilepas
dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-
2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan
kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau
intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang
merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya
di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara
merangsang pelepasan oksitosin.
b. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi
menjadi 3 fase yaitu :
 Fase taking in / ketergantungan Fase ini dimuai hari pertama dan
hari kedua setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan
perlindungandan pelayanan.
 Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini
dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua halhal baru.
Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu
muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan
fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik
 Fase letting go / saling ketergantungan Dimulai sekitar minggu
kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah
menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian
telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan
hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.

V. Penatalaksanaan
1. Early Ambulation
Ibu post partum diharapkan sedini mungkin melakukan early
ambulation, dimana ibu 8 jam pertama istirahat tidur terlentang,
setelah 8 jam diperbolehkan miring ke kiri atau ke kanan untuk
mencegah trombosis dan boleh bangun dari tempat tidur setelah 24
jam sampai 48 jam post partum.
2. Perawatan Payudara
Perhatikan kebersihan mammae, putting bila ada luka segera obati,
dan pada ibu yang belum mampu mengeluarkan ASI dilakukan
perawatan payudara post partum.
3. Pemberian Nutrisi
Nutrisi ibu diberikan harus memenuhi gizi seimbang porsinya lebih
banyak daripada waktu hamil, disamping untuk mempercepat
pulihnya kesehatan setelah kelahiran juga untuk meningkatkan
produksi ASI.
4. Aktivitas Seksual
Pasangan dianjurkan untuk menunggu sampai terdapat pengeluaran
lochea akhir minggu ke 4. Perhatikan posisi, sebaiknya wanita pada
posisi atas untuk menghindari adanya penetrasi yang telalu dalam.
VI. Komplikasi
a. Perdarahan : Kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria
perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai berikut:
1. Kehilangan darah lebih dai 500 cc
2. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
3. Hb turun sampai 3 gram %.
tiga penyebap utama perdarahan antara lain :
1. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi
dengan baik dan ini merupakan sebab utama dari perdarahan post
partum.
2. laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan banyak bila tidak direparasi dengan
segera dan terasa nyeri..
3. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan
plasenta disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.
4. Lain-lain
 Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi
uterus sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap
terbuka
 Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas
jaringan parut pada uterus setelah jalan lahir hidup.
 Inversio uteri (Wiknjosastro, 2009).
b. Infeksi puerperalis di definisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama
masa post partum. Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya
kenaikan suhu > 38 0 dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum.
c. Endometritis adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh
infeksi puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran
memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis
d. Mastitis Yaitu infeksi pada payudara.
e. Infeksi saluran kemih Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum,
pembedahan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme
terbanyak adalah Entamoba coli dan bakterigram negatif lainnya.
f. Tromboplebitis dan thrombosis Semasa hamil dan masa awal post partum,
faktor koagulasi dan meningkatnya status vena menyebapkan relaksasi
sistem vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis (pembentukan trombus di
pembuluh darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah) dan thrombosis
(pembentukan trombus) tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari 500
– 750 kelahiran pada 3 hari pertama post partum.
g. Emboli yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil
h. Post partum depresi : ibu bingung dan merasa takut pada dirinya. Tandanya
antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi
cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya.
i. Tanda – Tanda Bahaya Post Partum
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan
kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal
dari perlukaan jalan lahir.

Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum antara lain :

 Kulit perineum mulai melebar dan tegang.


 Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.
 Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi
robekan pada mukosa vagina.

VII. Diagnosa Banding


Umumnya, diagnosis ketuban pecah dini (KPD) cukup jelas. Namun, jika
anamnesis dan pemeriksaan fisik meragukan, KPD perlu dibedakan dengan
inkontinensia urin, leukorrhea, dan keadaan inpartu fisiologis.
 Inkontinensia Urin
Inkontinensia urin adalah suatu kondisi seseorang tidak dapat
menahan keluarnya urin karena hilangnya kontrol volunter terhadap
sfingter uretra. Meskipun memiliki gejala yang kurang lebih serupa,
yaitu keluarnya cairan dari kemaluan, pemeriksaan inspekulo tidak
akan menunjukkan adanya produksi cairan karena pada
inkontinensia urin cairan keluar dari saluran kemih.
 Leukorrhea
Kondisi lain yang menjadi diagnosis banding KPD adalah leukorrhea,
baik fisiologis atau bakterial vaginosis. Pemeriksaan penunjang
dengan nitrazin maupun mikroskopis sangat berguna untuk
membedakan antara leukorrhea dengan cairan ketuban.
 Keadaan Inpartu Fisiologis
Kondisi KPD juga dapat menyerupai gejala keluarnya cairan mukus
dari serviks yang menandakan awal inpartu. Pada awal inpartu,
pasien merasakan kontraksi yang semakin lama semakin sering.
Berbeda dengan KPD yang tidak disertai dengan adanya kontraksi

B. Pengkajian
I. Wawancara

Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan antara dua orang atau
lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah
untuk mendapatkan informasi yang tepat dari narasumber yang terpercaya. Wawancara
dilakukan dengan cara penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada
narasumber.

Dalam wawancara perawat mengkaji :


1) Identitas klien
Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat,
suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah
sakit nomor register, dan diagnosa keperawatan
2) Keluhan utama
3) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan sekarang Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan
ketuban yang keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda
persalinan.
4) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin atau abortus
5) Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga keluarga seperti jantung, DM, HT,
TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan
kepada klien
6) Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat badan
yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.
7) Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat Karena kurangnya pengetahuan klien
tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan
serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan
nafsu makan karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat
lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering
/susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari
trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi
karena penderita takut untuk melakukan buang air besar (BAB).
e. Pola istirahat dan tidur Pada klien intra partum terjadi perubahan pada pola
istirahat dan tidur karena adanya kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri
sebelum persalinan.
f. Pola hubungan dan peran Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien
dengan keluarga dan orang lain.
g. Pola penagulangan stres Biasanya klien sering merasa cemas dengan kehadiran
anak.
h. Pola sensori dan kognitif Pola sensori klien merasakan nyeri pada perut akibat
kontraksi uterus pada pola kognitif klien intrapartum G1 biasanya akan
mengalami kesulitan dalam hal melahirkan, karena belum pernah melahirkan
sebelumnya.
i. Pola persepsi dan konsep diri Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan
kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri.
II. Pemeriksaan fisik
a. Kepala Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena
adanya proses menerang yang salah.
c. Mata Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan
yang mengalami perdarahan, sklera kuning.
d. Telinga Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola
mamae dan papila mamae.
g. Abdomen Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitalia Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
III. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostik dilakukan umutk pemantauan janin terhadap kesehatan janin
seperti pemantauan EKG, JDL dengan diferensial, elektrolit, hemoglobin/ hematokrit,
golongan darah, urinalisis, amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi,
pemeriksaan sinar X sesuai indikasi, dan ltrasound sesuai pesananan (Jitowiyono &
Kristiyanasari, 2010).
II. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1. Ds : “Pasien mengatakan Peningkatan kontraksi dan Nyeri akut b\d


nyeri pada luka jahitan pembukaan serviks uterus agen pencedera
seperti di tertusuk-tusuk
fisik
skala nyeri 4”

Do : “saat mengkaji pasien


tampak meringis, tampak Mengiritasi nervus
jahitan pada parineum pundendalis
tanppa anastesi secara
jelujur, klien tampak
berhati-hati akan
pergerakannya”
Stimulus nyeri

nyeri akut

2. Ds:“Pasien mengatakan ketuban pecah dini Resiko infeksi b\d


tidak nafsu makan dan tidak trauma jalan lahir
dapat menghabiskan
tidak adanya pelindung
makanan sesuai dengan
dunia luar dengan daerah
porsi.”
lain
Do:“saat dikaji pasien
mengalami penurunan
mudahnya
mikroorganisme masuk
resiko infeksi

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir

D. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan

1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


keperawatan 2x24jam diharapkan Tindakan
nyeri klien menurun dengan  Identifikasi lokasi karakteristik,
kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas
intensitas nyeri
- Keluhan nyeri menurun  Identifikasi skala nyeri
- Meringis menurun  Identifikasi respon nyeri non
verbal
 Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa nyeri (mis,
TENS, hipnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis,
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi


b\d trauma keperawatan 2x24jam diharapkan Tindakan
status tingkat infeksi menurun
jalan lahir
dengan kriteria hasil : Observasi
- Demam menurun  Monitor tanda dan gejala infeksi
- Nyeri menurun lokal dan sistemik
Terapeutik
 Batasi pengunjung
 Berikan perawatan kulit pada area
edema
 Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptik pada
pasien beresiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan geejala infeksi
 Ajarkan ccara mencuci tangan
dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa luka\luka
operasi
 Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan
cairan

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi
jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

KTI%20SELVY%20LAZUARTI.pdf

http://repository.bku.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/899/Kartika%20Rahmadenti-1-
101.pdf?sequence=2&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai