Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners


Departemen Maternitas di Puskesmas Pakis

Oleh :

I Kade Adi Gunawan

180070300011075

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWAJAYA

2019
POST PARTUM

A. DEFINISI
Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lamanya berlangsung selama 6-8
minggu (Mochtar_Rustam, 1998 : 115).
Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu atau 42 hari. Kejadian yang
terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi (Manuaba, 1998: 190).
Menurut WHO menyatakan bahwa, pasca partus-post natal, mulai sejak 1 jam
setelah plasenta lahir sampai minggu ke-6 atau berlangsung selama 42 hari (Manuaba,
2001).
Masa puerparium (nifas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir kira-kira
6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kambali seperti sebelumnya
pada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu Kebidanan, 2007).

B. TAHAPAN POST PARTUM


Menurut Eny Retna Ambarwati (2009: 3), tahapan post partus dibagi menjadi tiga tahap
yaitu :
1. Purperium dini
Purperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah di perbolehkan berdiri dan berjalan
– jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh melakukan hubungan
suami istri apabila setelah 40 hari.
2. Purperium Intermedial
Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang
lamanya 6 – 8 minggu.
3. Remote Purperium
Remote purperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu – minggu, bulanan bahkan tahunan.

C. ADAPTASI FISIOLOGI
1. Involusi Uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2
cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium
sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas
umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam Pada hari pasca
partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan
simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2
minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam
panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen
dan progesteron bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil.
Pada masa pasca partum penurunan kadar hormone menyebapkan terjadinya
autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel
tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
2. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang
sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi
pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan
bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis.
Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang
dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir.
Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di
payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang
pelepasan oksitosin.
3. Serviks
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks adalah segera postpartum
bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ni disebabkan oleh korpus
uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi
sehingga seolah-olah dan pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk
semacam cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh
darah, konsistensinya lunak.
- Setelah janin lahir : dapat dimasukkan tangan pemeriksa
- Setelah 2 jam postpartum : 2 – 3 jari pemeriksa
- Setelah 1 minggu:1 jari pemeriksa
Pada saat post partum pinggir ostium eksternum tidak rata tapi retak-retak
karena robekan pada saat persalinan. Pada akhir minggu pertama lingkaran retraksi
berhubungan bagian atas dari canalis servikalis, oleh karena hyperplasia dan retraksi
serviks, robekan serviks menjadi sembuh, tapi masih terdapat retakan pada pinggir
ostium eksternum. Vagina pada minggu ke-3 post partum mulai kembali normal.
4. Endometrium
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis terutama ditempat implantasi placenta.
Pada hari I tebalnya 2 – 5 mm, pemukaan kasar akibat pelepasan desidua dan
selaput janin. Setelah 3 hari permukaan mulai rata akibat lepasnya sel-sel dan
bagian yang mengalami degenerasi sebagian besar endometrium terlepas.
Regenerasi endometrium terjadi dan sisa-sisa sel desidua basalis yang memakan
waktu 2 – 3 minggu, jaringan-jaringan di tempat implantasi placenta mengalami
proses yang sama ialah degenerasi dan kemudian terlepas. Pelepasan jaringan
berdegenerasi ini berlangsung lengkap. Dengan demikian tidak ada pembentukan
jaringan parut pada bekas impalntasi placenta.
5. Ligamentum-ligamentum
Ligamentum-ligamentum, diafragma pelvis, fascia berangsur-angsur Cepat
kembali seperti semula. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendur
mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh ‘
kandungannya turun’, setelah melahirkan oleh karena ligamentum fascia jaringan
penunjang alat desidua tersebut juga otot-otot dinding perut dengan dasar panggul
dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada hari ke-2 post partum
setelah dapat diberikan fisioterapi.
6. Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama
wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, prolaktin,
krotison, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
a. Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak menyusui.
Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada hari
kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi
pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di
raba.
b. Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan,
yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras
ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih
kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.
7. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3
minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia manjadi lebih
menonjol.
8. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5,
perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap
lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
9. Pengeluaran pervaginam
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam
masa nifas.
Macam – macam Lochea antara lain:
a. Lokhea rubra
berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo, dam mekonium, selama 2 hari post partum.\
b. Lokhea sanguinolenta
berwarnakuning berisi darah dan lendir, hari 3 – 7 post partum.
c. Lokhea serosa
berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 - 14 post
partum.
d. Lokhea alba
cairan putih, setelah 2 minggu.
e. Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f. Lochea stasis
Lochia tidak lancar keluarnya.
10. System Gastrointestinal
Seringkali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan
juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan
usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa
sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.
11. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat
spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi
antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. • Urin dalam jumlah yang
besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Setelah
plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan
memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter
yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
12. Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen,
volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan
hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami
penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namunkadarnya masih tetap lebih
tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan
demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan
penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
13. Sistem Neurologis
Berubah selama puerperium diakibatkan reaksi kebalikan dan adaptasi
maternal ke kehamilan dan diakibatkan selama kehamilan dan melahirkan. Sakit
kepala saat postpartum mungkin disebabkan kondisi yang bermacam-macam
termasuk kehamilan dengan Hipertensi (PIH), stress dan keluarnya cairan
cerebrospinal kedalam ekstra dural selamam penempatan jarum dari epidural atau
anestesi spiral.
14. Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi system musculoskeletal ibu yang terjadi selama kehamilan
merupakan kebalikan pada puerperium, adaptasi termasuk relaksasi dan
hipermobilisasi dan tulang-tulang dan perubahan pusat gravitasi pada ibu
disebabkan membesarnya uterus, stabilisasi tulang-tulang komplet 6-8 minggu
setelah kelahiran.

15. Sistem Endokrin


Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum.
Progesteron turun pada hari ke 3 post partum.
16. Sistem Integument
Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan
berkurangnya hyperpigmentasi kulit Perubahan pembuluh darah yang tampak pada
kulit karena kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun
(Depkes,2008).

D. KLASIFIKASI RUPTUR
Menurut buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (2008), derajat ruptur perineum dapat
dibagi menjadi empat derajat, yaitu :
1. Ruptur perineum derajat satu, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah :
1) Vagina
a) Komisura posterior
b) Kulit perineum
2. Ruptur perineum derajat dua, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah :
1) Mukosa Vagina
a) Komisura posterior
b) Kulit perineum
c) Otot perineum
3. Ruptur perineum derajat tiga, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah :
1) Sebagaimana ruptur derajat dua
2) Otot sfingter ani
4. Ruptur perineum derajat empat, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah :
1) Sebagaimana ruptur derajat tiga
2) Dinding depan rectum

E. ADAPTASI PSIKOLOGIS
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase
yaitu :
1. Fase taking in/ ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu
membutuhkan perlindungandan pelayanan.
2. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu
keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya
dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi
sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan
penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik
3. Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga
telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian telah
sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah
dilakukan kembali.

F. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebab kematian terbanyak pada wanita selama periode post
partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah
kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai
berikut:
a. Kehilangan darah lebih dai 500 cc
b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
c. Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998).
Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya perdarahan dini
terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari 24 jam setelah
melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat dan menadi kasus lainnya,
tiga penyebap utama perdarahan antara lain :
a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik
dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus yang
sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan dengan janin
besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan predisposisi untuk
terjadinya atonia uteri.
b. Laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat menimbulkan
perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
c. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah :
tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir.
d. Lain-lain
1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus sehingga
masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut pada
uterus setelah jalan lahir hidup.
3) Inversio uteri (Wikenjosastro, 2000)
2. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post partum. Insiden
infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu > 38 0 dalam 2 hari
selama 10 hari pertama post partum. Penyebap klasik adalah : streptococus dan
staphylococus aureus dan organisasi lainnya.
3. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi puerperalis.
Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membrane memiliki resiko tinggi
terjadinya endometritis (Novak, 1999).
4. Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya puting susu
akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan, mastitis
umumnya di awali pada bulan pertamapost partum (Novak, 1999).
5. Infeksi saluran kemih
Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan resiko
infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli dan bakterigram
negatif lainnya.
6. Tromboplebitis dan thrombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya
status vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis
(pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah)
dan thrombosis (pembentukan trombus) tromboplebitis superficial terjadi 1 kasus dari
500 – 750 kelahiran pada 3 hari pertama post partum.
7. Emboli
Yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil menyebapkan
kematian terbanyak di Amerika (Novak. 1999).
8. Post partum depresi
Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai beberapa
minggu, terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya.
Tandanya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi
cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya. Wanita juga mengeluh bingung, nyeri
kepala, ganguan makan, dysmenor, kesulitan menyusui, tidak tertarik pada sex,
kehilanagan semangat (Novak, 1999)

G. TANDA – TANDA BAHAYA POST PARTUM


Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim
baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir
(Depkes RI, 2004). Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum antara
lain :
1. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.
2. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.
3. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan pada mukosa
vagina

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
2. Urine lengkap

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

J. PENATALAKSANAAN
1. Mobilisasi
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Ibu harus istirahat , tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan kemudian boleh miring-miring kekiri
dan kekanan untuk mencegah adanya trombosis dan tromboemboli. Pada hari
ke-2 diperbolehkan duduk dan latihan-latihan senam, hari ke-3 jalan-jalan, hari
ke-4 atau 5 boleh dipulangkan. Mobolisasi diatas mempunyai variasi, bergantung
pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
2. Diet
Makanan harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan-
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-
buahan.

3. Miksi
Berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita
mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan
spasme oleh iritasi m.sphincter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya
edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih
penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4. Defekasi
Dorong air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit
buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak merah dapat diberikan obat
laksans per oral atau per rectal. Bila masih belum bisa dilakukan klisma.
5. Perawatan Mammae
Kedua mammae harus sudah dirawat selama kehamilan, areolam mammae dan
putting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau cream, agar
tetap lemas, jangan sampai mudah lecet atau pecah-pecah sebelum menyusui
mamae harus dibuat lemas dengan melakukan massage secara menyeluruh.
Setelah areola mammae dan putting susu dibersihkan, barulah bayi dususui.
Catatan: bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara :
Pembalutan mammae sampai tertekan menurun,
Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan periodel,
etomocryptin sehingga pengeluaran LH berlebihan dapat penurunan (Abdul Bari.
S, 2002).

K. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Noc Nic


1 Nyeri akut NOC: NIC:
1. Pain Level Pain Mangement:
berhubungan
1. Lakukan pengkajian nyeri
2. Pain Control
dengan trauma
secara komprehensif
3. Comfort level
mekanis, edema
(PQRST)
Kriteria Hasil:
atau pembesaran 1. Mampu mengontrol nyeri 2. Monitor vital sign
jaringan atau (tahu penyebab 3. Gunakan teknik komunikasi
distensi efek-efek nyeri,mampu terapeutik untuk
hormonal. menggunakan teknik non mengetahui pengalaman
farmakologi untuk nyeri pasien
mengurangi nyeri, 4. Pilih dan lakukan
mencari bantuan) penanganan nyeri
2. Melaporakn bahwa nyeri (Farmakologi non
berkurang dengan farmakologi dan
menggunaka manajemen interpersonal)
nyeri Analgesic Administration
1. Tentukan PQRST sebelum
3. Mampu mengenali nyeri
pemberian obat
(PQRST)
2. Tentukan pilihan analgesic
4. Merasakan rasa nyaman
tergantung tipe dan
setalah nyeri berkurang
beratnya nyeri
3. Evaluasi efektifitas
analgesic tanda dan gejala
2 Ketidakefektifan NOC NIC
1. Breastfeding ineffective Breastfeding Assistence
pemberian ASI
2. Bretahing pattern 1. Evaluasi pola menghisap/
berhubungan
ineffective menelan bayi
dengan tingkat 3. Breasfeeding interrupted 2. Tentukan keinginan dan
pengetahuan, Kriteria hasil: motivasi ibu untuk mrnyusui
3. Kaji kemampuan bayi untuk
pengalaman 1. Kementapan pemberian
latch on dan menghisap
sebelumnya, tingkat ASI: Bayi: perlekatan bayi
secara efektif
dukungan, yang sesuai pada dan
4. Pantau integritas kulit
karakteristik proses menghisap dari
putting ibu
payudara. payudara ibu untuk 5. Pantau berat badan dan
memperoleh nutrisi pola eliminasi bayi
selama 3 minggu pertama Breast examination Lactation
pemberian ASI suppression
2. Kemantapan pemberian
1. Sediakan informasi tentang
ASI:IBU: kemantapan ibu
laktasi dan teknik
untuk membuat bayi
memompa ASI (secara
melekat dengan tepat dan
manual atau dengan pompa
menyusui dari payudara
elektrik) cara
ibu untuk memperoleh
mengumpulkan dan
nutrisi selama 3 minggu
pertama pemberian ASI. menyimpan ASI
3. Pemeliharaan pemberian 2. Ajarkan orang tua
ASI: keberlangsungan mempersiapkan,
pemberian ASI untuk menyimpan,
menyediakan nutrisi bagi menghangatkan dan
bayi/toddler kemungkinan pemberian
4. Penyapihan pemberian
tambahan susu formula
ASI: Diskontinuitas
Lactation Counseling
progresi pemberian ASI
1. Sediakan infromasi tentang
5. Pengetahuan pemberian
keuntungan dan kerugian
ASI: tigkat pemahaman
peberian ASI
yang ditunjukan mengenai
2. Demonstrasikan latihan
laktasi dan pemberian
menghisap jika perlu
makanan bayi melalui 3. Diskusikan metode
proses pemberian ASI. alternative pemberian
6. Ibu mengenali isyarat
makan bayi
lapar dari bayi dengan
segera
7. Ibu mengindikasikan
kepuasan terhadap
pemberian ASI
8. Ibu tidak mengalami nyeri
tekan pada putting
9. Mengenali tanda-tanda
penurunan suplai ASI
3 Risiko cedera NOC NIC
1. Risiko Kontrol Manajemen lingkungan
berhubungan
1. Sediakan lingkungan yang
Kriteria Hasil
dengan biokimia
aman untuk pasien
1. Klien terbebas dari cedera
efek anastesi, profil 2. Identifikasi kebutuhan
2. Klien mampu menjelaskan
darah abnormal keamanan pasien, sesuai
cara/metode untuk
dengan kondisi fisik dan fungsi
mencegah injury/cedera
3. Klien mampu menjelaskan kognitif pasien dan riwayat
factor risiko dari lingkungan penyakit terdahulu pasien
3. Menghindarkan lingkungan
personal
4. Mampu memodifikasi gaya yang berbahaya
4. Memasang side rail tempat
hidup untuk mencegah injury
5. Menggunakan fasilitas tidur
5. Menyediakan tempat tidur
kesehatan yang ada
6. Mampu mengenali yang nyaman dan bersih
6. Menganjurkan keluarga untuk
perubahan status kesehatan
menemani pasien
7. Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
8. Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit.
4 Risiko tinggi NOC NIC
1. Immune Status Infection control (control infeksi)
terhadap infeksi
2. Knowledge: Infection 1. Bersihkan lingkungan
berhubungan
control setelah dipakai pasien lain
dengan trauma 3. Risk control 2. Pertahankan teknik isolasi
3. Gunakan baju, sarung
jaringan, penurunan
tangan sebagai lat
Hb, prosedur
pelindung
infasive, pecah
4. Pertahankan lingkungan
ketuban, malnutrisi.
aseptic selama pemsangan
alat
5. Monitor tanda gejala infeksi
sistemik dan local
6. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
7. Pertahankan teknik asepsis
pada pasien yang berisiko
8. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
5 Gangguan eliminasi NOC NIC
1. Urinary elimination
urie berhubunagn Urinary retention care
2. Urinary continuence
dengan efek 1. Lakukan penilaian kemih
Kriteria hasil
hormonal, trauma yang komprehensif berfokus
1. Kandung kemih kosong
mekanis, edema pada inkontinensia
secara penuh
jaringan, efek 2. Tidak ada residu urine (misalnya, output urin, pola
anastesi ditandai >100-200 cc berkemih, fungsi kognitif
3. Intake cairan dalam
dengan distensi dan masalah kencing
rentang normal
kantong kemih, raeksisten)
4. Bebas dari ISK
2. Merangsang reflex kandung
perubahan- 5. Tidak ada spasme
kemih kemih dengan
perubahan jumlah/ bladder
6. Balance cairan seimbang menerapkan dingin untuk
frekuensi berkemih.
perut, membelai tinggi batin
atau air.
3. Sediakan waktu yang cukup
untuk pengosongan
kandung kemih (10 menit)
4. Memantau asupan dan
keluaran
5. Memantau tingka distensi
kandung kemih dengan
palpasi dan perkusi
6 Risiko kekurangan NOC: NIC
Fluid management
volume cairan 1. Fluid Balance
1. Pertahankan catatan intake
berhubunag dengan 2. Hydration
dan output yang akurat
penurunan masukan 3. Nutrisional Status: Food 2. Monitor status hidrasi
atau penggantian and Fluid intake (kelembaban membrane
tidak adekuat, Kriteria Hasil : mukosa, nadi adekuat,
kehil;angan cairan 1. Mempertahankan urine tekanan darah ortostatik)
berlebih ( muntah, output sesuai dengan usia jika diperlukan
3. Monitor vital sign
hemoragik, dan BB, BJ, urine normal,
4. Monitor masukan
peningkatan HT normal.
makanan/cairan dan hitung
pengeluaran urin). 2. Tekanan darah, nadi,
intake kalori harian
suhu tubuh dalam batas 5. Monitor status nutrisi
normal. Hypopolemia Management :
3. Tidak ada tanda-tanda 1. Monitor respon pasien
dehidrasi, elastisitas terhadap penambahan
turgor kulit baik, cairan.
membrane mukosa 2. Monitor BB
lembab, tidak ada rasa 3. Dorong pasien untuk
haus yang berlebihan menambah intake oral
4. Monitor adanya tanda
gagal ginjal
7 Konstipasi NOC NIC
1. Bowel Elimination Constipation/Impaction
behubungan dengan
2. Hydration
Management
penurunan tonus
Kriteria Hasil: 1. Monitor tanda dan gejala
otot, efek
1. Mempertahankan bentuk konstipasi
progesterone, 2. Monitor bising usus
feses lunak setiap 1-3 hari
3. Monitor feses : frekuensi,
dehidrasi, nyeri 2. Bebas dari
konsistensi dan volume
perineal ditandai ketidaknyamanan dan
4. Identifikasi factor penyebab
dengan perubahan konstipasi
dan knstribusi konstipasi
3. Mengidentifikasi indicator
bising usus, veses 5. Dukung intake cairan
kurang dari untuk mencegah 6. Kolaborasi pemberian
biasanya. konstipasi laksatif
4. Feses lunak dan 7. Pantau tanda-tanda dan
berbentuk gejala konstipasi
8. Anjurkan pasien/keluarga
mencatat warna, volume,
ferkuensi, dan konstipasi
tinja
9. Ajarkan pasien/ keluarga
tentang kerangka waktu
untuk resolusi sembelit
8 Defisiensi NOC NIC
1. Knowledge: disease Teaching: Disease Process
pengetahuan
1. Berikan penilaian tentang
process
(kebutuhan belajar)
2. Konowledge: health tingkat pengetahuan pasien
mengenai
behavior tentang proses penyakit
perawatan diri dan
Kriteria hasil: yang spesifik
bayi berhubungan 2. Gambarkan tanda dan
1. Pasien dan keluarga
dengan kurang gejala yang biasa muncul
menyatakan pemahaman
pemahaman, salah dengan cara tepat
tentang penyakit kondisi,
3. Hindari jaminan yang
interpretasi tidak
prognosis, dan program
kosong
tahu sumber-
pengobatan 4. Sediakan bagi keluarga
sumber. 2. Pasien dan keluarga
atau SO informasi tentang
mampu menjelaskan
kemajuan pasien dengn
prosedur yang dijelaskan
cara yang tepat
secara benar 5. Diskusikan pilihan terapi
3. Pasien dan keluarga
atau penanganan
mampu menjelaskan 6. Dukung pasien untuk
kembali apa yang mengeksplorasi atau
dijelaskan perawat/ tim mendapatkan second
kesehatan lainnya. opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Asuhan keperawatan Post partum. Available at:

AsuhanKeperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan


Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC

Boobak Irene, 2001. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Depkes,2008. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR, Maternal &
Neonatal Care Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR).

Doenges,dkk, 2001,Rencana perawatan Maternal/Bayi, EGC , Jakarta

Hacher/moore, 2001, Esensial obstetric dan ginekologi, hypokrates , jakarta


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-norhimawat-6281-2-babii.pdf.
Opened at: 20 Maret 2014, 18.00 wita.

http://kesehatanbyteguh.blogspot.com/2012/01/adaptasi-maternal-pada-periode.html. Opened
at: 20 maret 2014, 18.21 wita.

http://yogasrondeng.blogspot.com/2013/09/askep-post-partum-nifas.html. Opened at: 20


maret 2014, 18.05 wita Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana

Saifuddin, Abdul bari, 2002 , Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal, penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta

Sarwono, 2000, Ilmu Bedah kebidanan, Yayasan sarwono, Jakarta

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan

Yoga. 2013. Askep post partum. Available at:

Anda mungkin juga menyukai