Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM SPONTAN DENGAN


KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RUANG NIFAS
RSUD dr. LOEKMONO HADI KUDUS
Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu
Stase Keperawatan Maternitas

DISUSUN OLEH :

MAHRITA DIAH OKTAVIANI

62019040036

JURUSAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM DENGAN KETUBAN PECAH DINI

A. Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil yang berlansung kira-kira 6 minggu (Rahayu, 2012).
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah
masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai
kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2010).
Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil (Dewi, vivian dan Tri
sunaesih, 2011).
Ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture of membranes (PROM)
adalah pecahnya kantung ketuban sebelum onset persalinan yang benar,
terlepas dari lamanya kehamilan. Pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm (fase laten).
(Kumala, 2011).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-
tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian
ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu
sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2009).
KPD didefinisikan sesuai dengan jumlah jam dari waktu pecah ketuban
sampai awitan persalinan yaitu interval periode laten yang dapat nterjadi
kapan saja dari 1-12 jam atau lebih. Insiden KPD banyak terjadi pada wanita
dengan serviks inkopenten, polihidramnion, malpresentasi. (Morgan, 2009).
Dari beberapa definisi KPD di atas maka dapat disimpulkan bahwa KPD
adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda tanda persalinan.
B. Klasifikasi
Nifas dibagi menjadi 3 periode:
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi, waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu, bulanan, atau
tahunan.

(Bobak,2010).

C. Adaptasi Fisiologi Masa Nifas


1. Perubahan sistem reproduksi.
a. Uterus.
 Terjadi involusi / pengeluaran uterus yaitu uterus kembali ke kondisi
semula sebelum hamil dengan berat uterus 60 gram.
 Proses involusi uterus: autolisis, terdapat polimorph pagholitik dan
macrophager di dalam sistem vaskuler dan sistem limphatik, efek
oksitosis.
 Tinggi fundus uteri masa post partum:
- TFU hari 1 post partum 1 jari di bawah pusat.
- TFU hari 2 post partum 2-3 jari di bawah pusat.
- TFU hari 4-5 post partum pertengahan simpisis dan pusat.
- TFU hari 7 post partum 2-3 jari diatas simpisis
- TFU hari 10-12 post partum tidak teraba lagi.
b. Involus tempat plasenta.
Tempat plasenta kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak
tangan. Hal ini terjadi setelah persalinan. Luka ini akan mengecil pada
akhir minggu ke dua hingga 3-4 cm. Pada akhir nifas 1-2 cm, dan luka
akan sembuh dengan pertumbuhan endometrium baru pada
permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga
dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
c. Perubahan pada servik dan SBR.
 Segera setelah kala II menjadi tipis, kendur, tepi luar serviks
biasanya mengalami laserasi khususnya sebelum laterla.
 Setelah beberapa hari serviks dapat dimasuki 1 jari.
 Setelah selesai involusi di isthmus arteri karena hiperplasia dan
retraksi serviks akhirnya luka menjadi sembuh.
 Setelah persalinan dinding perut longgar karena di renggang begitu
lama ia tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.
d. Lochia.
Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina pada masa nifas.
 Lochia rubra atau kruenta.
- 1-2 hari
- Warna merah dan hitam mengandung darah dari perobekan atau
luka pada bekas implantasi plasenta dan serabut devisa dan
chorin.
 Lochia sanguenolenta
- 3-6 hari
- Warna putih campur merah jadi kecoklatan.
 Lochia serosa
- 7-14 hari
- Warna kekuningan mengandung lebih sedikit darah dan lebih
banyak serum.
 Lochia alba
- 2 -6 minggu
- Warna putih lebih pucat putih kekuningan dan mengandung
leukosit.
e. Payudara
Setelah melahirkan ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak
lagi ada untuk menghambatnya, kelenjar pituitary mengeluarkan
prolektin (hormon laktogenik). Sampai hari ke tiga setelah melahirkan,
terbukti adanya efek prolaktin pada payudara. Pembuluh darah
payudara menjadi bengkak terisi darah, menyebabkan hangat,
bengkak dan ras asakit, sel-sel yang menghasilkan ASI mulai
berfungsi, dan ASI mulai mencapai puting melalui saluran ,
menggantikan kolostrum yang telah mendahuluinya, selanjutnya
laktasi dimulai.
Payudara pada ibu yang menyusui, ketika laktasi terbentuk, teraba
suatu massa (benjolan), tetapi kantong susu yang terisi berubah posisi
dari hari ke hari sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan
suatu cairan kekuningan, yakni kolostum dikeluarkan dari payudara.
Setelah laktasi dimulai payudara tersa hangat dan keras ketika
disentuh, rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih
kebiruan (tampak sperti susu skim) harus diperiksa untuk dikaji
efektilitasnya sebagai keblaikan dari inversi dan untuk menemukan
apakah ada fisura atau keretakan.
2. Perubahan sistem pencernaan.
Terjadi obstipasi setelah persalinan karena persalinan alat pencernaan
mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi)
kurang makan, hemoroid, laserasi jalan lahir supaya BAB lancar di
berikan diet/ makanan mengandung serat dan pemberian cairan yang
cukup. Bila usaha ini tidak berhasil selama 2 atau 3 hari berikan gliserin
atau obat yang lain.
3. Perubahan sistem perkemihan.
 Dinding saluran kencing memperlihatkan oedem dan hyperemia
kadang-kadang oedema dari trigoneum dan menimbulkan obstruksi
dari uretra sehingga terjadi retensi urin.
 Kandung kemih masih sensitive dan kapasitas bertambah sehingga
kandung kemih penuh atau setelah kencing masih tinggal urine
residual.
 Sisa urin ini dan trauma pada dinding saluran kencing waktu
persalinan memudahkan terjadinya infeksi.
 Ureter dan pelvis renalis yang mengalami dilatasi kembali ke keadaan
sebelum hamil mulai dari 2-8 minggu setelah putus.
4. Prubahan sistem muskuloskeletal.
 Dinding perut biasanya pulih selama 6 minggu.
 Kadang-kadang wanita yang asthenis terjadi diatasis dari otot-otot recti
abdomen sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengan hanya
terdiri dari peritonium kulit.
 Tempat ini menonjol kalau berdiri atau mengejan biasanya ini terjadi
pada grande multipara. Wanita yang mengandung lebih dari 1 janin.
 Tulang-tulang sendi panggul dan ligamentum kembali dalam waktu 3
bulan.
5. Perubahan endokrin
Setelah plasenta lahir hormon estrogen dan progesteron menurun
sehingga akan mendorong pengeluaran hormon FSH dan LH untuk
memulai kembali siklus menstruasi kelenjar tiroid kembali ke bentuk
normal dan rata-rata metabolik nasal kembali normal.
 Hormon plasenta.
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan, HCG
(Hormon Cronic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap
10 dalam 3 jam hingga hari ke 7 post partum dan sebagai omset
pemenuhan pada hari ke 3 post partum.
 Hormon pituitary.
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui
menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase
konsentrasi folikuler pada minggu ke 3 dan LH tetap rendah hingga
ovulasi terjadi.
 Hipotalamik di pituitary ovarium.
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi
lamanya ia mendapatkan menstruasi. Sering kali menstruasi pertama
itu bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan
progesteron. Diantaranya wanita laktasi sekitar 15% memperoleh
menstruasi 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu.
6. Perubahan tanda-tanda vital.
 Tekanan darahnya biasanya tidak berubah, kemungkinan TD akan
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. TD inggi pada
post partum dapat menandakan terjadinya pre eklamsi post partum.
 Suhu: kembali normal setelah persalinan sedikit meningkat, dan akan
stabil dalam waktu 24 jam kecuali kalau ada infeksi,
 Nadi: dalam batas normal.
- Jika lebih 100x/menit abnormal dan merupakan tanda infeksi atau
terjadi perdarahan infeksi.
- Bradikardi (40-50x/menit) segera setelah persalinan dan dalam
beberapa jam setelah post partum.
 Pernapasan: dalam batas normal.
7. Perubahan sistem kardiovaskular.
Segera setelah persalinan kerja jantung mengalami peningkatan 80%
lebih tinggi dan pada sebelum persalinan karena autotransfusi dari utero
plasenta resistensi pembulu perifer meningkat karena hilangnya
uteroplasenter. Volume darah turun seperti keadaan sebelum hamil dan
viskositas meningkat. Tonus otot halus pada dinding pembuluh darah
meningkat. Cardiac output kembali normal dan tekanan darah kembali
stabil setelah 3 minggu.
8. Perubahan hematologi.
Leukosit saat persalinan meningkat sampai 15.000 dan pada hari-hari
pertama post partum meningkat kembali bisa mencapai 25.000-30.000
HB,HT. Ertrosit mengalami penurunan pada awal post partum kehilangan
darah 15.000 cc, kembali normal bisa masa puerperium berakhir.
9. Laktasi.
Segera sesudah kelahiran bayi di letakkan diatas payudara ibu untuk
malkukan inisiasi menyusui dini (IMI). Untuk merangsang timbulnya
laktasi. Kecuali pada kontra indikasi untuk menyusui bayinya, misalnya:
tertarik kedalam. Faktor lain dari bayinya, mislanya: bayi sumbing, atau
mengalami asfiksia, (nilai apgar dibawah 7).

(Bobak,2010).

D. Adaptasi psikologis Ibu Nifas


Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan ibu akan melalui fase-fase
sebagai berikut:
1. Fase talking in.
Fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari
ke dua setelah melahirkan. Pada saat ini fokus perhatian ibu terutama pada
bayinya sendiri, kelelahan membuat ibu perlu cukup istirahat untuk
encegah gejala kurang tidur. Seperti mudah tersinggung . oleh karena itu
kondisi perlu di pahami dengan menjaga kominikasi yang baik pada fase ini
perlu di perhatikan pemberian makanan untuk proses pemulihannya.
2. Fase talking hold.
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini
ibu merasa khawatir akan ketidak mampuan dan rasa tanggung jawabnya
dalam merawat bayi, selain itu perasaan yang sangat sensitif sehingga
mudah tersinggung. Oleh karena itu memerlukan dukungan karena saai ini
merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan
dalam merawat dini.
3. Fase letting go.
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung 10 hari. Setelah melahirkan ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan baginya. Keinginan untuk
merawat diri dan bayinya (YP, Rahayu, 2012).

E. ETIOLOGI
Menurut Morgan (2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan oleh
beberapa faktor meliputi :
a. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh
terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun menghadapi
persalinan. Usia untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara
umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan
meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan). Usia seseorang
sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena
organ-organ reproduksinya
sudah mulai berkurang kemampuannya dan keelastisannya dalam
menerim kehamilan.
b. Sosial ekonomi (Pendapatan)
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan
kuantitas kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa
uang yang mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kehidupan
hidupnya. Pendapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi yang
menunjang bagi terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya
pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak
mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan.
c. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak
pertama sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu
primipara, multipara, dan grande multipara. Primipara adalah seorang
wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mancapai usia
kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita yang
telah mengalami kehamilan dengan usia kehamilan minimal 28 minggu
dan telah melahirkanbuah kehamilanya 2 kali atau lebih. Sedangkan
grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami hamil
dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah
kehamilannya lebih dari 5 kali
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah
mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang
terlampau dekat diyakini lebih beresiko akan mengalami KPD pada
kehamilan berikutnya.
d. Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika
persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi
persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada
kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami
hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan volume
30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu.
Pada ibu hamil yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-ciri
lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang.
e. Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas
tinggi dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok mengandung
lebih dari 2.500 zat kimia yang teridentifikasi termasuk karbonmonoksida,
amonia, aseton, sianida hidrogen, dan lain-lain. Merokok pada masa
kehamilan dapat menyebabkan gangguangangguan
seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko lahir mati yang
lebih tinggi
f. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan
kejadian KPD dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi
kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami
ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat
ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga
memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm.
g. Serviks yang inkompetensik
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan
pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan
lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena
tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
Inkompetensia serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi
yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau
merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan
terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam
masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti
dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil
konsepsi
h. Tekanan intra uterm yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :
1) Trauma; berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
2) Gemelli : Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau
lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan,
sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal
ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan
kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak
ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan
mudah pecah. (Manuaba, 2009) (Ritawati, 2009).
F. TANDA DAN GEJALA KPD

Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah


keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban
berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih
merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan
ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah
biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam,
bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. (Manuaba, 2009).

G. PATOFISIOLOGI

Menurut (Manuaba,2009) Mekanisme terjadinya KPD dimulai dengan


terjadi pembukaan premature serviks, lalu kulit ketuban mengalami
devaskularisasi. Setelah kulit ketuban mengalami devaskularisasi selanjutnya
kulit ketuban mengalami nekrosis , sehingga jaringan ikat yang menyangga
ketuban semakin berkuban. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat
dengan adanya infeksi yang mengeluarkan enzim proteolotik dan kolagenase
yang diikuti oleh ketuban pecah spontan. Selain karena infeksi dan tekanan
intrauteri yang kuat, berhubungan seksual pada kehamilan tua berpengaruh
pada terjadinya KPD karena pengaruh prostaglandin yang terdapat dalam
sperma, dapat menimbulkan kontraksi, tetapi bisa juga factor trauma saat
berhubungan seksual. Pada kehamilan ganda dapat menyebabkan KPD
karena uterus meregang berlebihan yang disebabkan oleh besarnya janin,
dua plasenta dan jumlah air ketuban yang lebih banyak.
H. PATHWAY

Resiko
Perdarahan

(Manuaba,2009)
I. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan
PHnya.
1) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru ,menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
2) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas
objek dan dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit
(Manuaba, 2009).

J. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan KPD memerlukan pertimbangan usia kehamilan,


adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda
persalinan. Penanganan ketuban pecah dini menurut (Manuaba,
2009).meliputi :

a. Konserpatif
1) Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik
pada ibu maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
2) Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak
tahan ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3) Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4) Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada
infeksi, tes buss negativ beri deksametason, observasi tanda-tanda
infeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37
minggu.
5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24
jam.
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
7) Nilai tanda-tanda infeksi
8) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar
lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari
dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam
sebanyak 4 kali.
b. Aktif
1) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali.
2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan
persalinan diakhiri.
3) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
4) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
Penatalaksanaan KPD menurut Manuaba (2009) tentang
penatalaksanaan KPD adalah :
a. Mempertahankan kehamilan sampai cukup bulan khususnya
maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan
perkembangan paru yang sehat.
b. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi
pemicu sepsis, maningitis janin, dan persalinan prematuritas
c. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan
diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan
kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
d. Pada umur kehamilan 24-32 minggu yang menyebabkan
menunggu berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan
induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat
diselamatkan
e. Menghadapi KPD, diperlukan penjelasan terhadap ibu dan keluarga
sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin
dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan
mungkin harus mengorbankan janinnya.
f. Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur
distansia biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk
melakukan pemeriksaan kematangan paru.
g. Waktu terminasi pada kehamilan aterm dapat dianjurkan selang
waktu 6-24 jam bila tidak terjadi his spontan. (Manauba, 2009).
K. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Pola fungsional menurut Gordon:
1. Pola persepsi kesehatan
Adakah riwayat infeksi sebelumnya, persepsi pasien dan keluarga
mengenai pentingnya kesehatan bagi anggota keluarganya.
2. Pola nutrisi dan cairan
Pola makan dan minum sehari-hari, jumlah makanan dan minuman yang
dikonsumsi, jenis makanan dan minuman, waktu berapa kali sehari, nafsu
makan menurun / tidak, jenis makanan yang disukai, penurunan berat
badan.
3. Pola eliminasi
Mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama sakit, mencatat
konsistensi, warna, bau, dan berapa frekuensi dalam sehari, konstipasi
ataupun beser.
4. Pola aktivitas dan latihan
Reaksi setelah beraktivitas (muncul keringat dingin, kelelahat/ keletihan),
perubahan pola nafas setelah aktifitas, kemampuan pasien dalam
aktivitas secara mandiri.
5. Pola tidur dan istirahat
Berapa jam sehari, terbiasa tidur siang, gangguan selama tidur (sering
terbangun), nyenyak, nyaman.
6. Pola persepsi kognitif
Konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan mengetahui tentang
penyakitnya.
7. Pola persepsi dan konsep diri
Adakah perasaan terisolasi diri atau perasaan tidak percaya diri karena
sakitnya.
8. Pola reproduksi dan seksual
9. Pola mekanisme dan koping
Emosi, ketakutan terhadap penyakitnya, kecemasan yang muncul tanpa
alasan yang jelas.
10. Pola hubungan
Hubungan antara keluarga, interaksi, komunikasi, serta cara
berkomunikasi
11. Pola keyakinan dan spiritual
Agama pasien, gangguan beribadah selama sakit, ketaatan dalam
berdo’a dan beribadah.

L. DIAGNOSA KPERAWATAN
1. Resiko infeksi b.d. ketuban pecah dini
2. Defisiensi pengetahuan b.d. kurang pengetahuan tentang KPD
3. Nyeri akut b.d. kontraksi uterus
4. Ansietas b.d. status kesehatan (KPD)
5. Resiko Perdarahan bd Laserasi jalan lahir
M. INTERVENSI
No. Dx kep NOC NIC
1. Resiko infeksi b.d. NOC : setelah dilakukan -kaji tanda-tanda infeksi
ketuban pecah dini
tindakan keperawatan -Pantau keadaan umum
selama....x24 jam, pasien
diharapkan masalah -ajarkan klien atau
resiko infeksi dapat keluarga tanda-tanda
teratasi dengan kriteria infeksi
hasil : -kolaborasi pemberian
-Pasien terbebas dari antibiotik
tanda dan gejala infeksi
-Leukosit dalam rentang
normal
-Suhu tubuh dalam retang
normal
-DJJ normal

2. Defisiensi NOC : setelah dilakukan NIC :


pengetahuan b.d.
tindakan keperawatan -Kaji tingkat pengetahuan
kurang
pengetahuan
tentang KPD selama....x24 jam, klien tentang KPD
diharapkan masalah -sediakan informasi
defisiensi pengetahuan tentang definisi KPD
dapat teratasi dengan -sediakan informasi
kriteria hasil : tentang penyebab KPD
-klien secara verbal -kolaborasi dengan tim
mengatakan sudah medis dalam pemberian
memahami tentang terapi obat
kondisi kesehatannya
-klien mampu
menjelaskan definisi dari
KPD
-klien mampu
menjelaskan penyebab
KPD
3. Nyeri akut b.d. NOC : setelah dilakukan NIC :
kontraksi uterus tindakan keperawatan -kaji nyeri secara
selama....x24 jam, komprehensif
diharapkan masalah nyeri -berikan posisi yang
akut dapat teratasi dengan nyaman
kriteria hasil : -ajarkan teknik
-pasien secara verbal nonfarmakologi untuk
mengatakan nyeri mengatasi nyeri
berkurang -kolaborasi dengan tim
-skala nyeri (3-4) medis dalam pemberian
-TTV normaL terapi analgetik
4. Ansietas b.d. NOC : setelah dilakukan NIC :
status kesehatan tindakan keperawatan -Kaji tingkat kecemasan
selama....x24 jam, -Monitor kesadaran dan
diharapkan masalah capillary refill
ansietas dapat teratasi -ajarkan teknik
dengan kriteria hasil : nonfarmakologi untuk
-akral teraba hangat mengurangi kecemasan
-TTV normal -kolaborasi dengan tim
-CRT : kurang dari 2 detik medis dalam pemberian
-keadaran : composmentis terapi obat.

5. Resiko NOC : setelah dilakukan NIC


Perdarahan bd tindakan keperawatan - Memonitor perdarahan
Laserasi jalan lahir selama....x24 jam, - Memantau TTV
diharapkan masalah - Menghindari prosedur
resiko perdarahan dapat invasif , jika diperlukan
teratasi dengan kriteria maka pantau dengan ketat
hasil : - Mengkoordinasi prosedur
- TTV normal invasif dengan transfusi
- Tidak ada bleding trombosit
-Menghindari mengangkat
benda berat
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian Nanny lia &Tri sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Jakarta:EGC

Hanretty, Kevin P. 2014. Ilustrasi obstetri. Edisi ke 7. Editor edisi Indonesia. Budi
Iman santoso & Elysabeth Muliawan. Indonesia: pentasada.

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4 volume 2. Jakarta:
EGC

Rahayu et.all. 2012. Buku Ajar Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta: Mitra
wancana Medika.

Hermawan, T. Heather 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan:


definisi dan klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC

Butcher, Howard., dkk. 2018. Nursing Interventions Classification (NIC): Edisi


Ketujuh, Bahasa Indonesia. Yogyakarta: mocomedia. Diterjemahkan oleh
Intansari Nurjana

Moorehead, Sue., dkk. 2018. Nursing Outcome Classification (NOC): Edisi


Keenam, Bahasa yakarta: mocomedia. Diterjemahkan oleh Intansari Nurjanah

Kumala. (2011). Hubungan antara Paritas dengan kejadian Ketuban Pecah Dini
diruang VK RS Bhakti Rahayu Surabaya.
Manuaba (2009). Buku ajar patologi obstetri untuk mahasiswa kebidanan.
Jakarta: EGC.
Morgan. Geri. (2009). Obstetri Genekologi Praktik. Edisi II. Jakarta: Penerbit
Buku Kodokteran, EGC.
Ritawati. (2009). Hubungan Anemia dengan resiko kejadian Ketuban Pecah Dini
di Kabupaten Purworejo.

Anda mungkin juga menyukai