DISUSUN OLEH :
62019040036
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil yang berlansung kira-kira 6 minggu (Rahayu, 2012).
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah
masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai
kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2010).
Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil (Dewi, vivian dan Tri
sunaesih, 2011).
Ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture of membranes (PROM)
adalah pecahnya kantung ketuban sebelum onset persalinan yang benar,
terlepas dari lamanya kehamilan. Pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm (fase laten).
(Kumala, 2011).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-
tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian
ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu
sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2009).
KPD didefinisikan sesuai dengan jumlah jam dari waktu pecah ketuban
sampai awitan persalinan yaitu interval periode laten yang dapat nterjadi
kapan saja dari 1-12 jam atau lebih. Insiden KPD banyak terjadi pada wanita
dengan serviks inkopenten, polihidramnion, malpresentasi. (Morgan, 2009).
Dari beberapa definisi KPD di atas maka dapat disimpulkan bahwa KPD
adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda tanda persalinan.
B. Klasifikasi
Nifas dibagi menjadi 3 periode:
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi, waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu, bulanan, atau
tahunan.
(Bobak,2010).
(Bobak,2010).
E. ETIOLOGI
Menurut Morgan (2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan oleh
beberapa faktor meliputi :
a. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh
terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun menghadapi
persalinan. Usia untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara
umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan
meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan). Usia seseorang
sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena
organ-organ reproduksinya
sudah mulai berkurang kemampuannya dan keelastisannya dalam
menerim kehamilan.
b. Sosial ekonomi (Pendapatan)
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan
kuantitas kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa
uang yang mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kehidupan
hidupnya. Pendapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi yang
menunjang bagi terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya
pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak
mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan.
c. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak
pertama sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu
primipara, multipara, dan grande multipara. Primipara adalah seorang
wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mancapai usia
kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita yang
telah mengalami kehamilan dengan usia kehamilan minimal 28 minggu
dan telah melahirkanbuah kehamilanya 2 kali atau lebih. Sedangkan
grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami hamil
dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah
kehamilannya lebih dari 5 kali
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah
mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang
terlampau dekat diyakini lebih beresiko akan mengalami KPD pada
kehamilan berikutnya.
d. Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika
persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi
persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada
kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami
hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan volume
30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu.
Pada ibu hamil yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-ciri
lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang.
e. Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas
tinggi dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok mengandung
lebih dari 2.500 zat kimia yang teridentifikasi termasuk karbonmonoksida,
amonia, aseton, sianida hidrogen, dan lain-lain. Merokok pada masa
kehamilan dapat menyebabkan gangguangangguan
seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko lahir mati yang
lebih tinggi
f. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan
kejadian KPD dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi
kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami
ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat
ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga
memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm.
g. Serviks yang inkompetensik
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan
pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan
lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena
tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
Inkompetensia serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi
yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau
merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan
terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam
masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti
dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil
konsepsi
h. Tekanan intra uterm yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :
1) Trauma; berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
2) Gemelli : Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau
lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan,
sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal
ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan
kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak
ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan
mudah pecah. (Manuaba, 2009) (Ritawati, 2009).
F. TANDA DAN GEJALA KPD
G. PATOFISIOLOGI
Resiko
Perdarahan
(Manuaba,2009)
I. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan
PHnya.
1) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru ,menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
2) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas
objek dan dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit
(Manuaba, 2009).
J. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Konserpatif
1) Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik
pada ibu maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
2) Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak
tahan ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3) Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4) Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada
infeksi, tes buss negativ beri deksametason, observasi tanda-tanda
infeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37
minggu.
5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24
jam.
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
7) Nilai tanda-tanda infeksi
8) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar
lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari
dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam
sebanyak 4 kali.
b. Aktif
1) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali.
2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan
persalinan diakhiri.
3) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
4) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
Penatalaksanaan KPD menurut Manuaba (2009) tentang
penatalaksanaan KPD adalah :
a. Mempertahankan kehamilan sampai cukup bulan khususnya
maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan
perkembangan paru yang sehat.
b. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi
pemicu sepsis, maningitis janin, dan persalinan prematuritas
c. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan
diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan
kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
d. Pada umur kehamilan 24-32 minggu yang menyebabkan
menunggu berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan
induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat
diselamatkan
e. Menghadapi KPD, diperlukan penjelasan terhadap ibu dan keluarga
sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin
dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan
mungkin harus mengorbankan janinnya.
f. Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur
distansia biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk
melakukan pemeriksaan kematangan paru.
g. Waktu terminasi pada kehamilan aterm dapat dianjurkan selang
waktu 6-24 jam bila tidak terjadi his spontan. (Manauba, 2009).
K. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Pola fungsional menurut Gordon:
1. Pola persepsi kesehatan
Adakah riwayat infeksi sebelumnya, persepsi pasien dan keluarga
mengenai pentingnya kesehatan bagi anggota keluarganya.
2. Pola nutrisi dan cairan
Pola makan dan minum sehari-hari, jumlah makanan dan minuman yang
dikonsumsi, jenis makanan dan minuman, waktu berapa kali sehari, nafsu
makan menurun / tidak, jenis makanan yang disukai, penurunan berat
badan.
3. Pola eliminasi
Mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama sakit, mencatat
konsistensi, warna, bau, dan berapa frekuensi dalam sehari, konstipasi
ataupun beser.
4. Pola aktivitas dan latihan
Reaksi setelah beraktivitas (muncul keringat dingin, kelelahat/ keletihan),
perubahan pola nafas setelah aktifitas, kemampuan pasien dalam
aktivitas secara mandiri.
5. Pola tidur dan istirahat
Berapa jam sehari, terbiasa tidur siang, gangguan selama tidur (sering
terbangun), nyenyak, nyaman.
6. Pola persepsi kognitif
Konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan mengetahui tentang
penyakitnya.
7. Pola persepsi dan konsep diri
Adakah perasaan terisolasi diri atau perasaan tidak percaya diri karena
sakitnya.
8. Pola reproduksi dan seksual
9. Pola mekanisme dan koping
Emosi, ketakutan terhadap penyakitnya, kecemasan yang muncul tanpa
alasan yang jelas.
10. Pola hubungan
Hubungan antara keluarga, interaksi, komunikasi, serta cara
berkomunikasi
11. Pola keyakinan dan spiritual
Agama pasien, gangguan beribadah selama sakit, ketaatan dalam
berdo’a dan beribadah.
L. DIAGNOSA KPERAWATAN
1. Resiko infeksi b.d. ketuban pecah dini
2. Defisiensi pengetahuan b.d. kurang pengetahuan tentang KPD
3. Nyeri akut b.d. kontraksi uterus
4. Ansietas b.d. status kesehatan (KPD)
5. Resiko Perdarahan bd Laserasi jalan lahir
M. INTERVENSI
No. Dx kep NOC NIC
1. Resiko infeksi b.d. NOC : setelah dilakukan -kaji tanda-tanda infeksi
ketuban pecah dini
tindakan keperawatan -Pantau keadaan umum
selama....x24 jam, pasien
diharapkan masalah -ajarkan klien atau
resiko infeksi dapat keluarga tanda-tanda
teratasi dengan kriteria infeksi
hasil : -kolaborasi pemberian
-Pasien terbebas dari antibiotik
tanda dan gejala infeksi
-Leukosit dalam rentang
normal
-Suhu tubuh dalam retang
normal
-DJJ normal
Hanretty, Kevin P. 2014. Ilustrasi obstetri. Edisi ke 7. Editor edisi Indonesia. Budi
Iman santoso & Elysabeth Muliawan. Indonesia: pentasada.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4 volume 2. Jakarta:
EGC
Rahayu et.all. 2012. Buku Ajar Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta: Mitra
wancana Medika.
Kumala. (2011). Hubungan antara Paritas dengan kejadian Ketuban Pecah Dini
diruang VK RS Bhakti Rahayu Surabaya.
Manuaba (2009). Buku ajar patologi obstetri untuk mahasiswa kebidanan.
Jakarta: EGC.
Morgan. Geri. (2009). Obstetri Genekologi Praktik. Edisi II. Jakarta: Penerbit
Buku Kodokteran, EGC.
Ritawati. (2009). Hubungan Anemia dengan resiko kejadian Ketuban Pecah Dini
di Kabupaten Purworejo.