Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

Berat Badan Lahir Sangat Rendah / Neonatus Kurang Bulan / Kecil Masa Kehamilan

Di Ruang Perinatologi RSUD Dr.Doris Sylvanus Palangkaraya

Oleh :

Nama : Kusmiati

NIM : PO 62.20.1.15.258

KELAS : Reguler XVIII Kelas Sore

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKTIK KESEHATAN PALANGKARAYA

PRODI DIII KEPERAWATAN

2017
LAPORAN PENDAHULUAN

Berat Badan Lahir Sangat Rendah / Neonatus Kurang Bulan / Kecil Masa Kehamilan

Di Ruang Perinatologi RSUD Dr.Doris Sylvanus Palangkaraya

Oleh :

Nama : Yuliana Injuk

NIM : PO 62.20.1.15.286

KELAS : Reguler XVIII Kelas Sore

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKTIK KESEHATAN PALANGKARAYA

PRODI DIII KEPERAWATAN

2017
BERAT BADAN LAHIR SANGAT RENDAH

I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi baru lahir
dengan berat badan dibawah nornal kurang dari 1500 gram (Indrasanto, 2008).
Bayi berat lahir sangat rendah rendah (BBLSR) adalah bayi dengan
berat lahir kurang dari 1500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLSR dapat
terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan
(intrauterine growth restriction/IUGR)(IDAI,2010)
Bayi berat lahir sangat rendah (BBSLR) adalah bayi (neonatus) yang
lahir dengan memiliki berat badan antara 1500 gram sampai 1000 gram
(Alimul 2005).
Dari ketiga definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa Bayi berat
lahir sangat rendah (BBSLR) adalah bayi baru lahir yang ditimbang dalam 1
jam setelah lahir memiliki berat badan antara 1500 gram sampai 1000 gram
tanpa memandang usia gestasi
B. Etiologi
Adapun penyebab dari Terjadinya Berat badan lahir rendah adalah sebagai
berikut:
a. Faktor ibu (resti)meliputi faktor penyakit (toksimia gravidarum, trauma
fisik), faktor usia ibu dibawah 16 tahun atau diatas 35 tahun, riwayat
kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan ante partum, malnutrisi,
kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya,
hipertensi,kehamilan multiple.
b. Aktivitas ibu : stress fisik yang lama mungkin berhubungan dengan
gangguan pertumbuhan intra uterin dan maturitas
c. Faktor janin : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban
pecah dini.
d. Keadaan sosial,ekonomi yang rendah, diukur berdasarkan pendapatan
keluarga,tingkat pendidikan,status social dan pekerjaan/jabatan
e. RAS : dari data penelitian menunjukkan angka kelahiran premature 2x
lipat banyak pada ibu-ibu kulit putih yang merupakan 1/3 dari seluruh
BKB (bayi kurang bulan)
C. Patofisiologi
Terjadinya BBLR/ BBLSR dapat di pengaruhi faktor ibu, faktor janin,
faktor plasenta, dan faktor lingkungan. Sehingga dapat menyebabkan sindrom
aspirasi mekonium yaitu bayi bisa mengalami asfiksi intra uterin, janin
gasping dalam uterus, cairan amnion bercampur dengan mekonium masuk dan
lengket di paru janin. Maka janin dapat beresiko gangguan pertukaran gas dan
resiko tidak efektifnya jalan nafas. Dapat terjadi juga imaturitas hepar
gangguan transportasi albumin dan defesiensi albumin gangguan pengambilan
bilirubin.
Patofisiologi daripada BBLR itu dimulai dari Semakin kecil dan
semakin prematur bayi itu maka semakin tinggi risiko gizinya. Beberapa faktor
yang memberikan efek pada masalah gizinya :
1. Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen, dan
mineral, seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8
minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm
mempunyai peningkatan potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan
anemia.
2. Meningkatnya kkal untuk bertumbuh. BBLR memerlukan sekitar 120
kkal/ kg/hari, dibandingkan neonatus aterm sekitar 108 kkal/kg/hari
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi
antara isap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah
aspirasi pneumonia, belum berkembang dengan baik sampai kehamilan
32-42 minggu. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm
4. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan
untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak , dibandingkan bayi aterm.
Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam
pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga
rendah sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
5. Paru-paru yang belum matang dengan peningkatan kerja bernafas dan
kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan
mengganggu makanan secara oral.
6. Potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh
dibandingkan dengan berat badan, dan sedikitnya lemak pada jaringan
bawah kulit memberikan insulasi. Kehilangan panas ini meningkatkan
keperluan kalori. (Moore, 1997)
D. Klasifikasi
a. Prematuritas Murni
Prematuritas Murni adalah bayi yang lahir dengan kehamilan kurang
dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan masa
kehamilan atau biasa disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa
Kehamilannya (NKB-SMK) dengan gambaran klinis (karakteristik)
yang dijumpai :
1. Berat lahir ≤ 2.500 gram, panjang badan ≤ 45cm, lingkaran
dada
< 30 cm, lingkaran kepala < 33 cm
2. Masa gestasi, 37 minggu
3. Kepala relatif besar dari badannya
4. Kulit tipis, transparan, tampak mengkilat dan licin
5. Lanugonya banyak terutama pada dahi, pelipis telinga dan
lengan
6. Lemak subkutan kurang sehingga suhu tubuh mudah menjadi
hipotermi
7. Ubun-ubun dan sutura lebar
8. Genitalia belum sempurna, labio mayora belum menutupi labio
minora (pada perempuan), dan pada laki-laki testis belum turun
9. Pembuluh darah kulit banyak terlihat sehingga peristaltic usus
dapat terlihat
10. Rambut tipis, halus dan teranyam
11. Tulang rawan dan daun telinga immature (elastisitas daun
telinga masih kurang sempurna)
12. Puting susu belum terbentuk dengan baik
13. Pergerakan kurang dan lemah
14. Banyak tidur, tangis lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur
dan sering timbul apneu
15. Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam
keadaan kedua paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki
dalam keadaan fleksi atau lurus dan kepala mengarah ke satu
sisi
16. Refleks tonick neck lemah
17. Refleks menghisap dan menelan serta refleks batuk belum
sempurna
b. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena
mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK). Dismaturitas dapat
terjadi dalam preterm, aterm, dan posterm dengan gambaran klinik/
karakteristik yang dijumpai :
1. Pre-aterm sama dengan bayi prematuritas murni
2. Aterm dan Post aterm :
a) Kulit berselubung verniks caeseosa tipis/tidak ada
b) Kulit pucat/bernodamekonium, kering, keriput, tipis
c) Jaringan lemak di bawah kulit tipis
d) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
e) Tali pusat berwarna kuning kehijauan
(Varney Hellen, 2002)
E. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi (2003) adalah :
1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
2. Berat badan sama dengan atau kurang dari 1500gr
3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46cm
4. Kuku panjang belum melewati ujung jarinya.
5. Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas.
6. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33cm
7. Rambut lanugo masih banyak.
8. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
9. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya sehingga
seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
10. Tumit mengkilap telapak kaki halus.
11. Alat kelamin : pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang, testis belum turun kedalam skrotum, untuk perempuan klitoris
menonjol, libia minora tertutup oleh libia mayora.
12. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya
lemah.
13. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang mengakibatkan refleks
hisap menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan
tangisannya lemah.
14. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan
lemak masih kurang
15. Verniks tidak ada atau kurang.
Manifestasi Klinis menurut Nanda (2013)
a. Sebelum bayi lahir
1. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
2. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
3. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat dan tidak
sesuia menurut yang seharusnya.
4. Sering dijumpai kehamilan dengan olgradramnion gravidarum
atau pendarahan anterpartum.
b. Setelah bayi lahir
1. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
2. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
3. Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi
pertumbuhan intrauterine.
4. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya.
F. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan diagnostic yang biasa dilakukan pada berat badan lahir
sangat rendah pada bayi yaitu :
1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ).
2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung,
usaha nafas, tonus otot dan reflek).
3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi.
4. Pengkajian spesifik
5. Pemeriksaan fungsi paru
6. Pemeriksaan fungsi kardiovaskular
G. Penataksanaan Medis
Adapun penatalaksanaan medik dari BBLSR antara lain :
a. Pemberian O2
b. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami
hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan
ketat
c. Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi,
perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci
tangan sebelum memegang bayi
d. Pengawasan nutrisi/ASI. Reflex menelan BBLR belum sempurna, oleh
sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat
e. Penimbangan ketat. Adanya perubahan berat badan mencerminkan
kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh,
oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat
f. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan
bersih,pertahankan suhu tetap hangat
g. Tali pusat harus dalam keadaan bersih
h. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI
i. Bila tidak mungkin infus dekstrose 10% + bikarbonat natrikus 1,5 % 4
: 1, hari 1 = 60 cc/kg/hari ,kolaborasi dengan dokter dan berikan
antibiotic.
H. Komplikasi
1. Hipotermi
Tanda terjadinya hipotermi pada BBLSR adalah :
1) Suhu tubuh bayi kurang dari 36,5 c
2) Kurang aktif dan tangis lemah
3) Malas minum
4) Bayi teraba dingin
5) Kulit mengeras kemerahan
6) Frekuensi jantung < 100 x/menit
7) Nafas pelan dan dalam
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan :
1) Kadar glukosa darah < 45 mg/dl
2) Kejang, tremor, jitterys, letargi/kurang aktif
3) Timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3
4) Riwayat ibu dengan diabetes
5) Hipotermia, sianosis, apneu intermitten, keringat dingin
3. Ikterus/hiperbilirubin
Hiperbilirubin pada BBLR terjadi karena belum maturnya fungsi hepar
pada bayi premature, bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan kern
ikterus yang akan menimbulkan gejala sisa yang permanen.
Hiperbilirubin di tandai dengan :
1) Selera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan
ekstermitas berwama kuning
2) Konjungtiva berwama kuning pucat
3) Kejang
4) Kemampuan menghisap menurun
5) Letargi
6) Kadar bilirubin pada bayi premature lebih dari l0 mg/dl
4. Masalah pemberian minum. Hal ini ditandai dengan :
1) Kenaikan berat badan bayi < 20 g/hr selama 3 hari
2) Ibu tidak dapat/tidak berhasil menyusui
5. Infeksi/sepsis
Infeksi pada BBLSR dapat terjadi bila ada riwayat ibu demam sebelum
dan selama persalinan, ketuban pecah dini, persalinan dengan tindakan,
terjadinya asfiksia saat lahir dll. Tanda terjadinya infeksi pada BBLSR
antara lain :
1) Pada pemeriksaan labomterium terdapat lekositosis atau
lekositopenia dan trombositopenia
2) Bayi malas minum
3) Suhu tubuh bayi hipertermi ataupun hipotermi
4) Terdapat gangguan nafas
5) Letargi
6) Kulit ikterus, sklerema
7) Kejang
6. Gangguan permafasan :
1) Deflsiensi surfaktan paru yang mengarah ke sindrom gawat
nafas/RDS
2) Resiko aspirasi akibat belum terkoordiansinya reflek
batuk,reflek menghisap dan reflek menelan
3) Thoraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah
4) Pemafasan tidak teratur
5) Penyakit membrane pada neonates/HDN
Penyebabnya adalah defisiensi faetor koagulasi yang
bergantung pada vitamin K
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Perjalanan penyakit
a. Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan
b. Apa penyebabnya, kapan terjadinya kelahiran
c. Bagaimana dirasakan
d. Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan
e. Kehilangan fungsi
2. Riwayat Kesehatan
a. Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis
kortikosteroid dalam jangka waktu lama
b. Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal,
terutama pada wanita
c. Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut
d. Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir
3. Pemeriksaan fisik
a. Mengidentifikasi tipe BBLR
1) Kesadaran: tanda-tanda vital, tekanaan darah dan
memeriksa keadaan bayi yang lahir premature
2) Keadaan fisik atas: memeriksa kepala leher dan aksila
3) Mata : kondisi mata apakah normal atau tidak
4) Alat-alat vital yang membutuhkan perawatan khusus
b. Fokus Pengkajian Keperawatan
1) Keadaan Umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan
hanya merintih. Keadaan akan membaik bila
menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras.
Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya
terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang
badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran
lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus
yang baik.
2) Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila
penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi
preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh
< 36,5 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu
tubuh < 37,5 °C. Sedangkan suhu normal tubuh antara
36,5°C – 37,5°C, nadi normal antara 120-140 kali per
menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit,
sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum
teratur (Potter Patricia A, 1996 : 87).
3) Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas
berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan
verniks.
4) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau
cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau
cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
5) Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada
bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil
menunjukkan refleksterhadap cahaya.
6) Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat
penumpukan lendir.
7) Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau
tidak.
8) Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
9) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
10) Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan
suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung
lebih dari 100 kali per menit.
11) Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah
arcus costaae pada garis papila mamae, lien tidak
teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor,
perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus
timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi,
sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
12) Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak,
adanya tanda – tanda infeksi pada tali pusat.
13) Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah
kelainan letak muara uretra pada neonatus laki – laki,
neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor,
adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
14) Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang
air besar serta warna dari faeses.
15) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan
adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf
atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
16) Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro
dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi
keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau
adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155
dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356).
c. Tanda Fisiologis
1) Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih,walaupun
lapar bayi tidak menangis, bayi lebih banyak tidur dan
lebih malas.
2) Suhu tubuh mudah untuk menjadi
hipotermi,penyebabnya adalah : pusat pengatur panas
belum berfungsi dengan sempurna, kurangnya lemak
pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat
terjadinya perubahan suhu dan kurangnya mobilisasi
sehingga produksi panas berkurang.
C. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa menurut NANDA 2013 adalah :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya ekspansi
paru
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya ventilasi
alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
3. Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan
elektrolit berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang
tinggi dan intake yang kurang adekuat
D. Intervensi Keperawatan
Menurut Doenges (2000), perencanaan dalam proses keperawatan adalah
metode pemberian langsung kepada klien terdiri atas tiga fase yaitu
menentukan prioritas, merumuskan tujuan dan membuat intervensi
keperawatan.
1. Diagnosa Keperawatan 1 :
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya ekspansi
paru
Tujuan : Pola nafas yang efektif
Kriteria Hasil :
1) Kebutuhan oksigen menurun
2) Nafas spontan, adekuat
3) Tidak sesak
4) Tidak ada retraksi
Intervensi
1) Kaji frekwensi dan pola pernapasan, perhatikan adanya apnea
dan perubahan frekwensi jantung
Rasional : Membantu dalam membedakan periode perputaran
pernapasan normal dari serangan apnetik sejati, terutama sering
terjadi pad gestasi minggu ke-30
2) Isap jalan napas sesuai kebutuhan
Rasional : Menghilangkan mukus yang neyumbat jalan napas
3) Posisikanm bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan
gulungan popok dibawah bahu untuk menghasilkan
hiperekstensi
Rasional : Posisi ini memudahkan pernapasan dan menurunkan
episode apnea, khususnya bila ditemukan adanya hipoksia,
asidosis metabolik atau hiperkapnea
4) Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang akan
memperberat depresi pernapasan pada bayi
Rasional : Magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat
pernapasan dan aktifitas SSP
Kolaborasi :
5) Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
Rasional : Hipoksia, asidosis netabolik, hiperkapnea,
hipoglikemia, hipokalsemia dan sepsis
6) Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional : Perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat
meningkatkan funsi pernapasan
7) Berikan obat-obatan yang sesuai indikasi
2. Diagnosa Keperawatan 2 :
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya ventilasi
alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
Tujuan :Pertukaran gas adekuat.
Kriteria :
1) Tidak sianosis
2) Analisa gas darah normal
3) Saturasi oksigen normal.
Intervensi :
1) Letakkan bayi terlentang dengan alas yang data, kepala lurus,
dan leher sedikit tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal
atau selimut diatas bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm
Rasional : Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher
yang dapat mengurangi kelancaran jalan nafas.
2) Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu
Rasional : Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari
lendir untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna.
3) Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam
Rasional : Deteksi dini adanya kelainan.
4) Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian O2 dan
pemeriksaan kadar gas darah arteri
5) Rasional : Mencegah terjadinya hipoglikemia
3. Diagnosa Keperawatan 3 :
Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan
elektrolit berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Tujuan : Hidrasi baik
Kriteria :
1) Turgor kulit elastic
2) Tidak ada edema
3) Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
4) Elektrolit darah dalam batas normal
Intervensi :
Mandiri :
1) Bandingkan masukan dan pengeluaran urine setiap shift dan
keseimbangan kumulatif setiap periodik 24 jam
Rasional : Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam, sementara
kebutuhan terapi cairan kira-kira 80-100 ml/kg/hari pada hari
pertama, meningkat sampai 120-140 ml/kg/hari pada hari ketiga
postpartum. Pengambilan darah untuk tes menyebabkan
penurunan kadar Hb/Ht.
2) Pantau berat jenis urine setiap selesai berkemih atau setiap 2-4
jam dengan menginspirasi urine dari popok bayi bila bayi tidak
tahan dengan kantong penampung urine.
Rasional : Meskipun imaturitas ginjal dan ketidaknyamanan
untuk mengonsentrasikan urine biasanya mengakibatkan berat
jenis yang rendah pada bayi preterm ( rentang normal1,006-
1,013). Kadar yang rendah menandakan volume cairan
berlebihan dan kadar lebih besar dari 1,013 menandakan
ketidakmampuan masukan cairan dan dehidrasi.
3) Evaluasi turgor kulit, membran mukosa, dan keadaan fontanel
anterior.
Rasional : Kehilangan atau perpindahan cairan yang minimal
dapat dengan cepat menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh turgor
kulit yang buruk, membran mukosa kering, dan fontanel
cekung.
Kolaborasi :
4) Berikan infus parenteral dalam jumlah lebih besar dari 180
ml/kg, khususnya pada PDA, displasia bronkopulmonal (BPD),
atau entero coltis nekrotisan (NEC)
Rasional : Dehidrasi meningkatkan kadar Ht diatas normal 45-
53% kalium serum
5) Berikan tranfusi darah.
Rasional : Penggantian cairan darah menambah volume darah,
membantu mengenbalikan vasokonstriksi akibat dengan
hipoksia, asidosis, dan pirau kanan ke kiri melalui PDA dan
telah membantu dalam penurunan komplikasi enterokolitis
nekrotisan dan displasia bronkopulmonal.
4. Diagnosa Keperawatan 4 :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang
tinggi dan intake yang kurang adekuat
Tujuan :Nutrisi adekuat
Kriteria :
1) Berat badan naik 10-30 gram / hari
2) Tidak ada edema
3) Protein dan albumin darah dalam batas normal
Intervensi :
Mandiri :
1) Kaji maturitas refleks berkenaan dengan pemberian makan
(misalnya : mengisap, menelan, dan batuk)
Rasional : Menentukan metode pemberian makan yang tepat
untuk bayi
2) Auskultasi adanya bising usus, kaji status fisik dan statuys
pernapasan
Rasiona l: Pemberian makan pertama bayi stabil memiliki
peristaltik dapat dimulai 6-12 jam setelah kelahiran. Bila distres
pernapasan ada cairan parenteral di indikasikan dan cairan
peroral harus ditunda
3) Kaji berat badan dengan menimbang berat badan setiap hari,
kemudian dokumentasikan pada grafik pertumbuhan bayi
Rasional : Mengidentifikasikan adanya resiko derajat dan resiko
terhadap pola pertumbuhan. Bayi SGA dengan kelebihan cairan
ekstrasel kemungkinan kehilangan 15% BB lahir. Bayi SGA
mungkin telah mengalami penurunan berat badan dealam uterus
atau mengalami penurunan simpanan lemak/glikogen.
4) Pantau masukan dan dan pengeluaran. Hitung konsumsi kalori
dan elektrolit setiap hari
Rasional : Memberikan informasi tentang masukan aktual
dalam hubungannya dengan perkiraan kebutuhan untuk
digunakan dalam penyesuaian diet
5) Kaji tingkat hidrasi, perhatikan fontanel, turgor kulit, berat jenis
urine, kondisi membran mukosa, fruktuasi berat badan.
Rasional : Peningkatan kebutuhan metabolik dari bayi SGA
dapat meningkatkan kebutuhan cairan. Keadaan bayi
hiperglikemia dapat mengakibatkan diuresi pada bayi.
Pemberian cairan intravena mungkin diperlukan untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan, tetapi harus dengan hati-hati
ditangani untuk menghindari kelebihan cairan
6) Kaji tanda-tanda hipoglikemia; takipnea dan pernapasan tidak
teratur, apnea, letargi, fruktuasi suhu, dan diaphoresis.
Pemberian makan buruk, gugup, menangis, nada tinggi,
gemetar, mata terbalik, dan aktifitas kejang.
Rasional : Karena glukosa adalah sumber utama dari bahan
bakar untuk otak, kekurangan dapat menyebabkan kerusakan
SSP permanen.hipoglikemia secara bermakna meningkatkan
mobilitas mortalitas serta efek berat yang lama bergantung pada
durasi masing-masing episode.
Kolaborasi :
7) Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
Rasional : Hipoglikemia dapat terjadi pada awal 3 jam lahir
bayi SGA saat cadangan glikogen dengan cepat berkurang dan
glukoneogenesis tidak adekuat karena penurunan simpanan
protein obat dan lemak.
E. Implementasi
Pelaksanaan merupakan kategori dan prilaku keperawatan, dimana perawat
melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencaspai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan Potter dan Perry (2005) pelaksanaan
mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-
hari dengan kata lain pelaksanaan mencangkup melakukan, membantu atau
mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari.
F. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang mengukur
seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai berdasarkan standar
atau kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan aspek penting didalam
proses keperawatan, karena menghasilkan kesimpulan apakah intervensi
keperawatan diakhiri atau ditinjau kembali atau dimodifikasi kembali. Dalam
evaluasi prinsip obyektifitas, reliabilitas dan validitas dapat dipertahankan
agar keputusan yang diambil tepat.
Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu evaluasi proses (formatif ) dan
evaluasi hasil ( sumatif ). Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan
segera setelah tindakan dilakukan dan didokumentasikan pada catatan
keperawatan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan untuk
mengukur sejauhmana pencapaian tujuan yang ditetapkan, dan dilakukan pada
akhir asuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Hendarto A (2002). Nutrisi enteral pada bayi dengan risiko tinggi. Dalam: Trihono PP,
Purnamawati S, Syarif DR, Hegar B, Gunardi H, Oswari H, Kadim M. Hot Topic in
Pediatrics II. FKUI, Jakarta. hal 182-90
Aminullah A (1997). Penanganan Komprehensif untuk memenuhi kebutuhan bayi kurang
bulan. Dalam: Suradi R, Monintja HE, Amalia P, Kusumowardhani D, penyunting.
Penanganan Mutahir Bayi Prematur. Naskah lengkap PKB - IKA FK-UI XXXVHI
Jakarta: Balai Penerbit FK-UI.
Hidayat,Alimul A.2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak1.Penerbit Salemba Medica :
Jakarta.
Faras Handayani. (2006). Berat Badan Lahir Rendah Tak Selalu Dirawat DiRumah sakit
(On- Line) terdapat pada :http://www.tabloid-nakita,com/artikel.Di akses tanggal 11
november 2017 jam 19.00 WIB
Nelson.(1999).ilmu kesehatan Anak 1.EGC. Jakarta.
Sitohang , Nur Asnah.2004. Asuhan Keperawatan Pada Berat Badan Lahir Rendah. USU
Repository @2006
Sowden, Betz Cicilia.2002. Keperawatan Pediatric.EGC.Jakarta.
Speirs,al.(1993).Ilmu Kesehatan Anak Untuk Perawat.IKIP Semarang Press. Semarang.
Zulhaida Lubis.(2003). Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang
dilahirkan (On-Line). Terdapat pada : http://tumoutou.net/702-07134/zulhaida-
lubis.htm.
Telah Di Periksa Dan Disetujui

Laporan Pendahuluan dan Asuha Keperawatan


Pada Bayi Ny.AS Dengan Diagnosa Berat Badan Lahir Sangat Rendah / Neonatus Kurang
Bulan / Kecil Masa Kehamilan
Di Ruang Perinatologi RSUD Dr.Doris Sylvanus Palangkaraya

Nama Mahasiswa : Kusmiati


NIM : PO 62.20.1.15.258
Kelas : Reguler XVIII Kelas Sore
Poltekkes Kemenkes Palangkaraya

Palangka Raya, November 2017


Pembimbing Klinik

Tri Sulistyaningsih, SST


NIP.19710418 199603 2 001
Telah Di Periksa Dan Disetujui

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan


Pada Bayi Ny. AP Dengan Diagnosa Berat Badan Lahir Sangat Rendah / Neonatus Kurang
Bulan / Kecil Masa Kehamilan
Di Ruang Perinatologi RSUD Dr.Doris Sylvanus Palangkaraya

Nama Mahasiswa : Yuliana Injuk


NIM : PO 62.20.1.15.286
Kelas : Reguler XVIII Kelas Sore
Poltekkes Kemenkes Palangkaraya

Palangka Raya, November 2017


Pembimbing Klinik

Tri Sulistyaningsih, SST


NIP.19710418 199603 2 001

Anda mungkin juga menyukai