Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

BENIGNA PROSTAT HIPERLASIA (BPH)

Oleh :
PRAMAN CAHYO WINDU AGUNG
1911040066

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019
A. DEFINISI
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat
nonkanker, (Syaifulloh, 200i).
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh
penuaan. Price&Wilson (2005).
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesanan prostat yang jinak
bervariasi berupa hiperplasia kelenjar atauhiperplasia fibromuskular. Namun orang
sering menyebutnya dengan hipertropi prostat namun secarahistologi yang
dominan adalah hyperplasia (Sabiston, David C,2004).
BPH (Hiperplasia prostat benigna) adalah suatu keadaan di mana kelenjar
prostat mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan
menyumbat aliran urin dengan menutup orifisium uretra. BPH merupakan kondisi
patologis yang paling umum pada pria. (Smeltzer dan Bare, 2002).

B. ETIOLOGI
Menurut Mansjoer, (2000) penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai
sekarang belum diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung
pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses
penuaan Ada beberapa factor kemungkinan penyebab antara lain :
1. Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan
stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi .
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan
penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
3. Interaksi stroma – epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan
penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan
epitel.
4. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan
epitel dari kelenjar prostat
5. Teori sel stem
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit
C. TANDA DAN GEJALA

1. Gejala iritatif meliputi :


a. Peningkatan frekuensi berkemih
b. Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi)
c. Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat ditunda (urgensi)
d. Nyeri pada saat miksi (disuria)
2. Gejala obstruktif meliputi :
a. Pancaran urin melemah
b. Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
c. Kalau mau miksi harus menunggu lama
d. Volume urin menurun dan harus mengedan saat berkemih
e. Aliran urin tidak lancar/terputus-putus
f. Urin terus menetes setelah berkemih
g. Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan
inkontinensia karena penumpukan berlebih.
h. Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi Azotemia (akumulasi produk
sampah nitrogen) dan gagal ginjal dengan retensi urin kronis dan volume
residu yang besar.
3. Gejala generalisata seperti seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan
rasa tidak nyaman pada epigastrik.
Berdasarkan keluhan dapat dibagi menjadi :
a. Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih, kencing tak
puas, frekuensi kencing bertambah terutama pada malam hari
b. Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita akan
mengeluh waktu miksi terasa panas (disuria) dan kencing malam bertambah
hebat.
c. Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa
timbul aliran refluk ke atas, timbul infeksi ascenden menjalar ke ginjal dan
dapat menyebabkan pielonfritis, hidronefrosis.
D. PATOFISIOLOGI

Menurut Mansjoer, (2000) Proses pembesaran prostat terjadi secara


perlahan - lahan sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi perlahan -
lahan. Tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat serta otot detrusor menebal
dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikal. Fase penebalan detrusor
ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut maka detrusor menjadi
lelah dan mengalami dekompensasi tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga
terjadi retensio urine yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan
disfungsi saluran kemih atas.
Adapun patofisiologi dari masing - masing gejala adalah:
1. Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistansi uretra adalah
gambaran awal dan menetap dari BPH
2. Resitancy terjadi karena detrusor tidak dapat melawan resistensi uretra.
3. Intermittency terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi resistensi uretra
sampai akhir miksi. Terminasi dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi
terjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli.
4. Nokturia dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak lengkap pada tiap
miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.
5. Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal
dari korteks berkurang dan tonus stinger dan uretra berkurang dan tonusspingter
dan uretra berkurang selama tidur.
6. Urgensi dan disuria jarang terjadi, jika ada disebabkan oleh ketidakstabilan
detrusor sehingga terjadi kontraksi involunter.
7. Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya
penyakit urin keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli
mencapai compliance maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik
melebihi tekanan spingter.
E. PATHWAY

Etimologi

Penuaan

Mesenkim sinus
Perubahan keseimbangan uragential
testosterone + estrogen
Mitrotrouma : trauma, Kebangkitan /
ejakulasi, infeksi Prod. Testosteron ↓ reawakening

↑ stimulasi sel stroma BPH Berproliferasi


yang dipengaruhi GH

Pre operasi Post operasi

Terjadi kompresi utera TURP. Prostatektomi

Trauma bekas Folley cateter


↑ resistensi leher V.U Kerusakan Penekanan
mukosa serabut-serabut insisi
dan daerah V.U
urogenital syaraf Obstruksi oleh
jendolan darah
↑ ketebalan otot Dekstrusor
post OP
(fase kompensasi) Nyeri

Terbentuknya sakula/ MK : resiko


trabekula MK : hambatan MK : gangguan
injury :
mobilitas fisik rasa nyaman
pendarahan
nyeri
Kelemahan otot
Dekstrusor
Penurunan
↓ kemampuan pertahanan
fungsi V.U tubuh

Refluk urin Residu urin


berlebihan

Hidronefrosis Media pertumbuhan MK : resiko


kuman terjadi infeksi

MK : gangguan eliminasi
urin : retensi urin
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan
semakin beratnya BPH, dapat terjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak
mampu melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan
apabila tidak diobati, dapat mengakibatkan gagal ginjal. (Corwin, 2000).
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik
mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan
peningkatan tekanan intra abdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid.
Stasis urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu endapan yang menambah
keluhan iritasi dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria
menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme,yang dapat menyebabkan sistitis
dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisa
Pemeriksaan prostate spesific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan
perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA < 4 ng/ml
tidak perlu biopsi. Sedangkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml, dihitung Prostate
specific antigen density (PSAD) yaitu PSA serum dibagi dengan volume prostat.
Bila PSAD > 0,15, sebaiknya dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai
PSA > 10 ng/ml
2. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah mencakup Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis leukosit, CT,
BT, golongan darah, Hmt, trombosit, BUN, kreatinin serum.
3. Pemeriksaan radiologis
Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG, dan
sitoskopi. Tujuan pencitraan untuk memperkirakan volume BPH, derajat
disfungsi buli, dan volume residu urin. BNO /IVP untuk menilai apakah ada
pembesaran dari ginjal apakah terlihat bayangan radioopak daerah traktus
urinarius. IVP untuk melihat /mengetahui fungsi ginjal apakah ada
hidronefrosis.
H. FOKUS PENGKAJIAN
1. Sirkulasi
Tanda : peninggian tekanan darah (efek pembesaran ginjal).
2. Eliminasi
Gejala :
a. Penurunan kekuatan atau dorongan aliran urine, tetesan
b. Keragu-raguan pada berkemih awal
c. Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan lengkap,
dorongan dan frekuensi berkemih.
d. Nukturia, disuria, hematuria
e. Duduk untuk berkemih
f. ISK berulang, riwayat batu (statis urinaria)
g. Konstipasi (protrusi prostat abdomen bawah (dispensi kandung)
Tanda : Massa padat di bawah abdomen bawah (disfensi kandung kemih),
nyeri tekan kandung kemih.
3. Makanan / cairan
Gejala : Anoreksia; mual, muntah
Penurunan berat badan
4. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri suprapubis, panggul, atau punggung, tajam, kuat (pada
prostatitis akut).
Nyeri punggung bawah.
5. Keamanan
Gejala : Demam
6. Seksualitas
Gejala : Masalah tentang efek kondisi / terapi pada kemampuan seksual.
Takut inkontmensia / menetas selama hubungan intim.
Penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi.
Tanda : Pembesaran, nyeri tekan prostat
7. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga kanker, hipertensi, penyakit ginjal, penggunaan
antipertensif / anti depreson, anti biotic urinaria atau agen antibiotik,
obat yang dijual bebas untuk flu / alergi obat mengangung
simpatomimetik.
Pertimbangan :
Rencana Pemulangan : memerlukan bantuan dengan menajemen terapi, contoh
kateter.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi
b. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi
proses bedah.
c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan factor biologi
d. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan retensi urine.
2. Post operasi
a. Nyeri akut berhubungan agen injuri fisik (insisi sekunder pada TURP)
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasiv pembedahan
J. INTERVENSI
1. Pre operasi
Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi
Nyeri akut Tujuan : selama di lakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyerri secara 1. Identifikasi nyeri untuk mengenali
keperawatan selama ....x24 jam di komprehensif seperti karakteristik dan cara penangan yang
harapkan nyeri dapat berkurang / lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,dan diperlukan.
hilang, drngan kriteria hasil : kualitas nyeri.
Indikator A T 2. Obserfasi reaksi non verbal dari ketidak
 Klien mampu 2 5 nyaman. 2. Mengetahui reaksi motorik pasien terhadap
mengontrol nyeri 3. Kontrol lingkungan yang nyeri.
 Melaporkan bahwa 2 5 mempengaruhi nyeri seperti: suhu, 3. Membantu mengurangi nyeri tanpa pengaruh
nyeri berkurang pencahayaan dan kebisingan. obat-obatan.
 Menyatakan rasa 2 5 4. Ajarkan tekhnik non farmakologi untuk
nyaman setelah nyeri mengurangi nyeri. 4. Membantu mengendalikan nyeri dengan
berkurang memberikan lingkungan yang nyaman di
Keterangan : 5. Kolaborasi dgn dokter tentang sekitar pasien.
1= tidak pernah menunjukkan pemberian obal analgetik. 5. Penggunaan obat untuk meredakan nyeri
2= jarang menunjukkan apabila tidak dapat tertangani dengan cara non
3= kadang-kadang menunjukkan farmakologi.
4= sering menunjukkan
5= selalu menunjukkan
Cemas Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda verbal dan non verbal 1. Mengetahui tingkat kecemasan pada pasien.
keperawatan selama ... x 24 jam, terhadap kecemasan pasien. 2. Mengurangi atau menghilangkan tingkat
diharapkan ansietas berkurang, 2. Intruksikan pasien untuk kecemasan dan meningkatkan ketenangan pada
dengan kriteria hasil : menggunakan teknik relaksasi. pasien.
Indikator A T 3. Berikan informasi dan pengetahuan 3. Membantu mekanisme koping pasien terhadap
 Wajah tegang 2 5 mengenai penyakit yang dialami kecemasan.
 Peningkatan pasien. 4. Obat yang diberikan dapat mengurangi atau
frekuensi 2 5 4. Kolaborasi dengan dokter dalam menghilangkan kecemasan pada pasien.
pernafasan pemberian obat untuk menurunkan
 Gelisah kecemasan.
2 5
Keterangan :
1= ekstrim
2= berat
3= sedang
4= ringan
5= tidak ada
Ketidakseimbangan Tujuan : Setelah dilakukan 1. Kaji adanya alergi makanan 1. untuk mengidentifikasi adanya peradangan
nutrisi : kurang dari tindakan keperawatan selama ... terhadap alergi
kebutuhan tubuh x24 jam status nutrisi : nutriet 2. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan 2. untuk mengontrol asupan makanan yang
intake teratasi, dengan kriteria kalori masuk
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
hasil :
intake 3. untuk mengetahui masukan makanan yang
Indikator A T
4. Berikan informasi tentang kebutuhan masuk
 Tidak ada tanda-tanda 2 5
nutrisi 4. agar kebutuhan nutrisi sehari-hari dapat
malnutrisi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk terpenuhi
 Menunjukan 2 5
menentukan jumlah kalori dan nutrisi 5. untuk mengontrol jumlah kalori yang masuk
peningkatan funsi yang dibutuhkan pasien
pengecapan dari 1.
menelan
 Tidak terjadi 2 5
penurunan berat
badan yang berarti
Keterangan :
1= ekstrim
2= berat
3= sedang
4= ringan
5= tidak ada

Gangguan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau eliminasi urine, meliputi 1. Untuk mengetahui informasi tentang fungsi
eliminasi urin keperawatan selama ... x24 jam frekuensi, konsistensi, bau, volume, ginjal, dan adanya komplikasi
Menunjukkan kontinensia urine, dan warna, jika perlu
dengan kriteria hasil : 2. Berikan privasi dalam melakukan 2. Memberikan kenyamanan privasi pasien
Indikator A T eleminasi
 Eliminasi secara 2 5 3. Lakukan pemasangan kateter sesuai 3. Memudahkan untuk berkemih
mandir kebutuhan
 Mempertahankan pola 2 5 4. Berikan informasi / pengetahuan 4. Pasien / keluarga dapat mengetahui /
berkemih yang dapat mengenai penyakit yang dialami melaporkan keadaan abnormal.
diduga pasien
Keterangan : 5. Kolaborasi dengan spesialis urologi 5. Menentukan tindakan pengobatan selanjutnya
1= tidak pernah menunjukkan
2= jarang menunjukkan
3= kadang-kadang menunjukkan
4= sering menunjukkan
5= selalu menunjukkan
2. Post operasi
Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi
Nyeri akut Tujuan : selama di lakukan tindakan 6. Lakukan pengkajian nyerri secara 1. Identifikasi nyeri untuk mengenali
keperawatan selama ....x24 jam di komprehensif seperti karakteristik dan cara penangan yang
harapkan nyeri dapat berkurang / lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,da diperlukan.
hilang, dengan kriteria hasil : n kualitas nyeri.
Indikator A T 7. Obserfasi reaksi non verbal dari
 Klien mampu 2 5 ketidak nyaman. 2. Mengetahui reaksi motorik pasien terhadap
mengontrol nyeri 8. Kontrol lingkungan yang nyeri.
 Melaporkan bahwa 2 5 mempengaruhi nyeri seperti: suhu, 3. Membantu mengurangi nyeri tanpa pengaruh
nyeri berkurang pencahayaan dan kebisingan. obat-obatan.
 Menyatakan rasa 2 5 9. Ajarkan tekhnik non farmakologi untuk
nyaman setelah nyeri mengurangi nyeri. 4. Membantu mengendalikan nyeri dengan
berkurang memberikan lingkungan yang nyaman di
Keterangan : 10. Kolaborasi dgn dokter tentang sekitar pasien.
1= tidak pernah menunjukkan pemberian obal analgetik. 5. Penggunaan obat untuk meredakan nyeri
2= jarang menunjukkan apabila tidak dapat tertangani dengan cara non
3= kadang-kadang menunjukkan farmakologi.
4= sering menunjukkan
5= selalu menunjukkan
Hambatan mobilitas Tujuan : selama di lakukan tindakan 1. Kaji tingkat mobilitas pasien 1. Mengetahui kemampuan mobilitasi pasien
fisik keperawatan selama ....x24 jam 2. Dorong dan bantu pasien untuk 2. Mobilisasi dini dapat membantu mempercepat
diharapkan mobilitas fisik tidak ada mobilisasi mika-miki, duduk ditempat penyembuhan luka dan mencegah kekakuan
hambaatan,dengan kriteria hasil : tidur, disampung tempat tidur, atau otot / sendi
Indikator A T dikursi sesuai toleransi
 Menopang berat badan 2 5 3. Bantu pasien berpindah sesuai 3. Membantu meningkatkan kemandirian
 Berjalan dengan 2 5 kebutuhan mobilisasi pasien
langkah efektif 4. Berikan informasi atau penjelasan 4. Memberikan pengetahuan tentang mobilisasi
tentang mobilisasi dini dini.
 Berjalan dengan pelan 2 5 5. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik 5. Menentukan tindakan selanjutnya sesuai
Keterangan : mengenai rencana ambulasi sesuai toleransi
1= sangat terganggu kemampuan
2= banyak terganggu
3= cukup terganggu
4= sedikit terganggu
5= tidak terganggui
Resiko infeksi Tujuan : selama di lakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 1. Mengetahui adanya tanda dan gejala infeksi
keperawatan selama ....x24 jam dini.
diharapkan tidak ada tanda infeksi 2. Cukur rambut disekitar daerah luka 2. Memudahkan dalam proses monitoring dan
hambaatan,dengan kriteria hasil : sesuai kebutuhan. perawatan luka.
Indikator A T 3. Lakukan perawatan luka. 3. Mencegah / mengurangi resiko terjadinya
 Bebas dari tanda & 2 5 infeksi.
gejala infeksi 4. Berikan pengetahuan pada pasien dan 4. Membantu mencegah / monitoring terjadinya
 Mampu mencegah 2 5 keluarga mengenai tanda dan gejala tanda dan gejala infeksi.
timbulnya infeksi infeksi.
 Leukosit dalam batas 2 5 5. Kolaborasi dengan dokter dalam 5. Mencegah terjadinya infeksi.
normal pemberian antibiotik, bila perlu.
Keterangan :
1= tidak pernah menunjukkan
2= jarang menunjukkan
3= kadang-kadang menunjukkan
4= sering menunjukkan
5= selalu menunjukkan
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, M; Maas, M; Moorhead, S. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC).


Mosby: Philadelphia

Mansjoer, A, et all. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Jakarta: Media Aesculapis.

McCloskey, J dan Bulechek, G. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby:


Philadelphia

Nanda .(2000). Nursing Diagnosis: Prinsip-Prinsip dan Clasification, 2001-2002, USA:


Philadelphia.

Smeltzer, Suzanna C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Alih
bahasa Agung Waluyo,. Jakarta: EGC.

Syaifulloh, Noer. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai