Anda di halaman 1dari 2

PEMERIKSAAN PENUNJANG BPH

1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, elektrolit serum, perlu dikerjakan sebagai
dasar keadaan umum penderita. Pemeriksaan kadar gula juga perlu dikerjakan
terutama untuk megetahui kemungkinan adanya neuropati diabetes yang dapat
menyebabkan keluhan miksi. Pemeriksaan urinalisa juga harus dikerjakan, termasuk
pemeriksaan bakteriologiknya. Adanya hematuria berarti perlu evaluasi lenjut secara
lengkap. Pemeriksaan petanda tumor (Prostate Spesific Antigen = PSA) sudah banyak
digunakan, juga merupakan salah satu sarana untuk menyingkirkan dugaan keganasan.
Harap diingat bahwa masa prostat yang besar dapat menaikkan kadar PSA dalam
darah dalam batas-batas tertentu. Hasil PSA yang normal merupakan salah satu syarat
yang harus dipenuhi sebelum memulai terapi medikamentosa BPH. Sebagai pegangan
penilaian PSA diintrepetasikan sebagai berikut :
Nilai PSA
Interpretasi 0,5-4,0 ng/ml
Normal 4,0-10 ng/ml
Kemingkinan Ca 20 % (perlu TRUS & biopsi)
> 10 ng/ml
Kemingkinan Ca 50 % (Perlu TRUS & biopsi)
Kenaikan > 20%/th
Segera rujuk untuk TRUS & biopsi
2. Pemeriksaan Uroflowmetri
Salah satu gejala BPH adalah melemahnya pancaran urin. Secara obyektif
pancaran urin ini dapat diperiksa dengan Uroflowmeter. Jumlah urine yang cukup
untuk mendapatkan flowmetrogram yang representatif palaling sedkit 150 ml dan
maksimal 400 ml, yang ideal antara 200-300 ml.
Penilaian hasil :
Flow rate maksimal : 15 ml/detik : non obstuktif
10-15 ml/detik : border line
10 ml/detik : obstruktif
Walaupun ada beberapa prosedur untuk mendiagnosis BPH, Uroflowmetri
merupakan cara terbaik dan paling tidak invasif dalam mendeteksi adanya obstruksi
traktus urinarius bagian bawah.
3. Pemeriksaan Imaging dan Rontgenologik
Perkembangan teknik pemeriksaan ultrasonogarfi (USG) membawa manfaat
yang besar bagi evaluasi penderita BPH. Selain itu dengan USG ini dapat pula
diperiksa buli-buli, misalnya ada batu buli-buli, tumor buli-buli, divertikel. Juga dapat
diperiksa jumla residual urine. Terdapat beberapa macam tranducer untuk
pemeriksaan prostat yaitu suprapubic (abdominal), transrektal dan transuretral.
Pemeriksaan Rontgenologik yaitu pyelografi intravena (IVP) sekarang tidak lagi
merupakan pemeriksaan rutin untuk evaluasi penderita BPH tetapi hanya dikerjakan
secara selektif.
4. Pemeriksaan Panendoskopi :
Dengan pemeriksaan panendoskopi dapat ditentukan secara review :
Keadaan uretra anterior, misalnya adanya striktur uretra. Keadaan uretra prostatika,
bagian prostat mana yang membesar, panjangnya uretra yang obstruktif karena
pembesaran prostat. Keadaan didalam buli-buli yaitu ada tidaknya tumor, batu,

hipertropi dari detrusor, ada tidaknya selulae atau divertikel dan keadaan muara
ureter dan mengetahui kapasitas buli-buli.

Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi. Jakarta: EGC.
Purnomo, Basuki B. 2000. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta : Sagung Sto.
Hardjowijoto, S. 1999. Benigna Prostat Hiperplasi. Surabaya : Airlangga University Press.
Soleman, Sani Rachman. 2009. Benigna Prostat Hiperplasia. sanirachman.blogspot.com.
Diakses pada 7 November 2013.

Anda mungkin juga menyukai