Dosen Pengampu :
Ns. Eva Susanti, S.Kep.,M.Kep
Disusun oleh :
Nia Janiati (PO7120119066)
Tingkat 3B
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..............................................................................2
C. Manfaat Penulisan............................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis BPH..........................................................................3
B. Konsep Asuhan Keperawatan............................................................9
BAB III LAPORAN KASUS
A. Pengkajian........................................................................................17
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................26
C. Intervensi Keperawatan....................................................................27
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan........................................30
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian........................................................................................36
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................36
C. Intervensi Keperawatan....................................................................37
D. Implementasi Keperawatan..............................................................37
E. Evaluasi Keperawatan......................................................................37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.......................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada
klien dengan Post Operasi Benigna Prostat Hiperplasia di Ruang
Perawatan Bedah.
2. Tujuan Khusus
Penulis mampu melakukan tindakan asuhan keperawatan pada klien
dengan Post Operasi Benigna Prostat Hiperplasia di Ruang Perawatan
Bedah.
C. Manfaat Penelitian
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
zonatransisional, yang terdiri dari 70% jaringan kelenjar sedangkan zona
sentral terdiri dari 25%j aringan kelenjar dan zona 15 transisional hanya
terdiri dari 5% jaringan kelenjar. Sebagian besar kejadian BPH terdapat
padazona. transisional, sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal
dari zona perifer (Junqueira, 2007).
Kelenjar prostat mengandung cukup banyak jaringan fibrosa
dan jaringan otot polos. Kelenjar ini ditembus oleh uretra dan kedua
duktus ejakulatorius, dan dikelilingi oleh suatu pleksus vena. Kelenjar
limferegionalnyaialahkelenjarlimfehipogastrik,sacral,obturator,dan
iliaka eksterna (Sjamsuhidajat dkk,2012).
b. Fisiologi Prostat
Kelenjar Kelamin Pria :
1) VesikelSeminalis
Sepanjang vesikel seminalis, yang merupakan kantong
terkonvusi (berkelok-kelok) yang bermuara ke dalam duktus
ejaculator menghasilkan secret berupa cairan kental dan basa
yang kaya akan fruktosa yang berfungsi untuk melindungi dan
memberi nutrisi sperma, yang meningkatkan pH ejakulat.
2) Glandula Bulbourethtalis(Cowper)
Kelenjar bulbouretral (cowper) adalah sepasang kelenjar
yang ukuran dan bentuknya menyerupai kacang polong. Kelenjar
ini mensekresi cairan basa yang mengandung mucus kedalam
uretra penis untuk melumasi dan melindungi serta ditambahkan
pada semen (spermatozoa+secret) (Wibowo, 2012).
3. Etiologi Benign Prostatic Hyperplasia(BPH)
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum
diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada
hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah
proses penuaan Ada beberapa factor kemungkinan penyebab antara lain
(Kemenkes RI, 2019):
a. Dihydrotestosteron
b. Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptoran drogen menyebabkan
epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalamihi perplasi.
c. Perubahan keseimbangan hormon estrogen –testoteron
d. Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen
dan penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasistroma.
e. Interaksi stroma –epitel
f. Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor
dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan
hiperplasi stroma danepitel.
g. Berkurangnya sel yangmati
h. Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama
4
hidupstroma dan epitel dari kelenjarprostat.
i. Teori selstem
j. Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi seltransit.
6. Manifestasi Klinis
a. Gejala iritatif meliputi (Kemenkes RI, 2019):
1) Peningkatan frekuensi berkemih
2) Nokturia (terbangun pada malam hari untukmiksi)
3) Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat ditunda
(urgensi)
4) Nyeri pada saat miksi(disuria)
b. Gejala obstruktif meliputi:
1) Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkalidisertai
dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor
buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan
tekanan.
intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra
prostatika.
2) Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang
disebabkan karena ketidakmampuan otot destrussor dalam
pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnyamiksi
3) Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhirkencing
4) Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran
destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di
uretra
5) Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa
belumpuas.
6) Urin terus menetes setelahberkemih
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Urinalisis / SedimenUrin
Sedimen urine diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya
proses infeksi atau inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan
kultur urin berguna untuk dalam mencari jenis kuman yang
menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman
terhadap beberapa antimikroba yang diujikan dan dapat
mengungkapkan adanya leukosituria dan hematuria. Untuk itu pada
kecurigaan adanya infeksi saluran kemih perlu dilakukan
karsinoma buli-buli perlu dilakukan pemeriksaan sitologi urine.
Pada pasien BPH yang sudah mengalami retensi urine dan telah
memakai kateter, pemeriksaan urinalisis tidak banyak manfaatnya
karena seringkali telah ada leukosituria maupun eritostiruria akibat
pemasangan kateter (Purnomo, 2014).
2) Pemeriksaan fungsi ginjal
Obstruksi intravesika akibat BPH menyebabkan gangguan
pada traktus urinarius bawah ataupun bagian atas. Dikatakan
bahwa gagal ginjal akibat BPH terjadi sebanyak 0,3-30% dengan
rata-rata 13,6%. Gagal ginjal menyebabkan resiko terjadinya
komplikasi pasca bedah (25%) lebih sering dibandingkan dengan
tanpa disertai gagal ginjal (17%), dan mortalitas menjadi enam kali
6
lebih banyak. Oleh karena itu pemeriksaan faal ginjal ini berguna
sebagai petunjuk perlu tidaknya melakukan pemeriksaan pencitraan
pada saluran kemih bagian atas (Purnomo,2014).
3) Pemeriksaan PSA (Prostate SpecificAntigen)
PSA disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ
specific tetapi bukan cancer specific. Serum PSA dapat dipakai
untuk meramalkan perjalanan penyakit dari BPH; dalam hal ini jika
kadar PSA tinggi berarti:
(a) pertumbuhan volume prostat lebih cepat.
(b) keluhan akibat BPH/laju pancaran urine lebihjelek.
(c) lebih mudah terjadinya retensi urineakut.
4) Residual urin yaitu jumlah sisa urin setelah miksi yang dapat
dihitung dengan kateterisasi setelah miksi atau ditentukan dengan
pemeriksaan USG setelah miksi. Jumlah residual urine ini pada
orang normal adalah 0,09-2,24 mL dengan rata-rata 0,53 mL.
Tujuh puluh delapan persen pria normal mempunyai residualurine
kurang dari 5 mL dan semua pria normal mempunyai residu urine
tidak lebih dari 12mL.
5) Pancaran urin atau flow rate dapat dihitung secara sederhana
yaitu dengan menghitung jumlah urin dibagi dengan lamanya
miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan alat uroflometri yang
menyajikan gambaran grafik pancaran urin yang meliputi lama
waktu miksi, lama pancaran, waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai pancaran maksimum, rerata pancaran, maksimum
pancaran, dan volume urin yang dikemihkan. Pemeriksaan yang
lebih teliti lagi yaitu urodinamika.
9. Klasifikasi
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi
untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut WHO Prostate
7
Symptom Score (PSS). Derajat ringan: skor 0−7, sedang: skor 8−19, dan
berat: skor 20−35 (Sjamsuhidajat dkk, 2012). Selain itu, ada juga yang
membaginya berdasarkan gambaran klinis penyakit BPH. Derajat berat
BPH menurut Sjamsuhidajat (2005) dibedakan menjadi 4 stadium :
a. Stadium I
Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan
urine sampai habis.
b. Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan
urine walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150cc.
Ada rasa ridak enak BAK atau disuria dan menjadi nocturia.
c. Stadium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
d. StadiumIV
Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan,
urinemenetes secara periodik (over flow inkontinen).
10. Komplikasi
Menurut Sjamsuhidajat dan De Jong (2005) komplikasi BPH adalah :
a. Retensi urin akut, terjadi apabila buli-buli menjadidekompensasi.
b. Infeksi salurankemih
c. Involusi kontraksi kandung kemih
d. Refluk kandungkemih
e. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin terus
berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagimenampung
urin yang akan mengakibatkan tekanan intravesikameningkat.
f. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadiinfeksi
g. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat
terbentuk batu endapan dalam buli-buli, batu ini akan menambah
keluhan iritasi. Batu tersebut dapat pula menibulkan sistitis, dan bila
terjadi refluks dapat mengakibatkanpielonefritis.
h. Hernia atau hemoroid lama-kelamaan dapat terjadi dikarenakan pada
waktu miksi pasien harus mengedan.
B. Konsep Masalah Keperawatan Benign Prostat Hiperplasia
1. Pengertian Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan atau diagnosis keperawatan merupakan suatu
penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasirespons
klien individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan
dengan kesehatan (PPNI,2017).
Pre operasi :
a. Nyeri akut(D.0077)
b. Retensi urin(D.0050)
c. Gangguan Eliminasi urin(D.0040)
d. Ansietas(D.0080)
e. Gangguan pola tidur(D.0055)
f. Defisit pengetahuan(D.0111)
Post operasi :
a. Nyeri akut(D.0077)
b. Risiko Infeksi(D.0142)
c. Risiko perdarahan(D.0012)
1. Pengkajian Keperawatan
9
lalu, berhubungan dengan atau yang dapat mempengaruhi penyakit
sekarang.
1) Riwayat kesehatan keluarga.
2) Riwayat kesehatan sekarang.
d. Data fisik :
e. Data psikologis :
10
5) Personal Hygiene.
6) Ketergantungan.
2. Diagnosa Keperawatan
11
23
Gambar 2.3 Penyimpangan KDM
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
16
BAB III
TINJAUAN
KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Petani
Pendidikan Terakhir : SD
Suku/Bangsa : Buton/ Indonesia
Alamat : Kancideli, Kapontori Kabupaten Buton.
Nama : Ny. F
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Buton/ Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Hub. dengan klien : Anak
Alamat : Kapontori Kabupaten Buton.
Sumber biaya klien : BPJS Kesehatan.
62 58 58 57 52
55 50
2522 20 18
: hubungan perkawinan
: klien
5. Riwayat Psikologis
Klien mengatakan sebelum sakit kegiatan ibadah sholat 5 waktu dan saat
sakit klien tidak sholat hanya selalu berdoa kepada Allah SWT.
8. Pola Aktivitas Sehari-Hari
a. Pola Nutrisi
Tabel 3.1
Pola Nutrisi Klien
f. Pola Kebiasaan
Tabel 3.6
Pola Kebiasaan Klien
a. Keadaan klien :
7) Nampak meringis
b. Tanda-Tanda Vital :
1) Sistem Pernapasan
2) Sistem Kardiovaskuler
6) Sistem Muskuloskeletal
a) Mata
c) Telinga
Tabel 3.7
Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 3.8
Data Fokus
B. Diagnosa Keperawatan
Tabel 3.9
Analisa Data
Kemungkinan
No Data Penyebab Masalah
(Pohon Masalah)
1 Data Subjektif : Tindakan pembedahan Nyeri akut
1. Klien mengatakan (post Op.)
nyeri pada luka
operasi.
2. Klien mengatakan Luka insisi bedah
nyeri yang
dirasakan seperti
ditusuk-tusuk dan Terputusnya kontinuitas
hilang timbul. Jaringan
3. Klien mengatakan
skala nyeri yang
dirasakan 7 (nyeri Nyeri akut
berat).
Data Objektif :
1. Tampak meringis
2. Tampak luka
operasi pada perut
bagian bawah
ukuran 5 cm
3. Tampak tirah baring
4. Tanda-tanda vital :
TD : 120/90 mmHg,
N : 90 kali/menit,
S : 37,50C,
RR : 20 kali/menit.
2 Faktor Resiko: Prosedur pembedahan Risiko infeksi
1. Tampak tirah (TURP)
baring.
2. Terpasang kateter
urine.
3. Pada urine bag
tampak kemerahan
dan tidak pekat.
C. Intervensi Keperawatan
Tabel 3.10
Intervensi Keperawatan
Tabel 3.11
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa
Jam Implementasi Jam Evaluasi SOAP Paraf
Keperawatan
Nyeri berhubungan 14.20 1. Mengukur tanda- 21.00 S:
dengan spasme tanda vital. Klien mengatakan
otot spincter, Hasil : masih merasa nyeri
adanya tindakan Tekanan darah 120/70 dengan skala 7
pembedahan. mmHg, O:
Nadi 80 kali/menit, Tekanan darah
Suhu 37,20C. 120/70 mmHg,
Pernapasan 20 Nadi 80 kali/menit,
kali/menit. Suhu 37,20C.
14.50 2. Mengkaji Pernapasan 20
karakteristik nyeri kali/menit.
Klien tampak
Hasil :
meringis.
Skala nyeri yang
A:
dirasakan 7 (nyeri
Masalah belum
berat).
teratasi
15.36 3. Mengatur klien P:
posisi yang nyaman Lanjutkan
Hasil : intervensi :
Klien merasa nyaman 1.Ukur TTV
dengan posisi semi 2.Kaji
fowler. karakteristik nyeri
16.10 4. Menganjurkan klien 3.Akur posisi
untuk mengurangi klien 4.Anjurkan
aktivitasnya. klien untuk
Hasil : mengurangi
Klien tampak tirah aktivitasnya
baring dan tenang. 5.Ajarkan tekhnik
16.35 5. Mengajarkan klien relaksasi
tekhnik distraksi. 6.Laksanakan
Hasil : terapi pemberian
Klien mengusap obat.
lembut pada area
sekitar nyeri.
17.00 6. Melaksanakan
pemberian obat sesuai
instruksi dokter.
Hasil :
Terapi farmako
berupa injeksi
ketorolac 1 ampl/iv/12
Diagnosa
Jam Implementasi Jam Evaluasi SOAP Paraf
Keperawatan
Nyeri berhubungan 07.20 1. Mengukur tanda- 14.00 S:
dengan spasme tanda vital Klien mengatakan
otot spincter, Hasil : masih merasa nyeri
adanya tindakan Tekanan darah 110/90 dengan skala 5
pembedahan. mmHg, O:
Nadi 84 kali/menit, Tekanan darah
Suhu 37,00C. 110/90 mmHg,
Pernapasan 20 Nadi 84 kali/menit,
kali/menit. Suhu 37,00C.
07.55 2. Mengkaji Pernapasan 20
karakteristik nyeri kali/menit.
Hasil : Tampak meringis.
Skala nyeri yang A:
dirasakan 5 (1-10) Masalah belum
08.30 3. Mengatur klien teratasi
posisi yang nyaman
Hasil :
posisi semi fowler.
09.10 4. Menganjurkan klien P:
untuk mengurangi Lanjutkan
aktivitasnya. intervensi :
Hasil : 1.Ukur TTV
Klien tampak tirah 2.Kaji
baring dan tenang. karakteristik nyeri
10.35 5.Mengajarkan klien 3. Atur posisi klien
tekhnik distraksi. 6. Laksanakan
Hasil : pemberian terapi
Klien mengusap obat
lembut pada area
sekitar nyeri.
11.50 6. Melaksanakan
pemberian terapi
farmako.
Hasil :
Terapi farmako
berupa injeksi
ketorolac 1 ampl/iv/12
jam.
Risiko perdarahan 08.05 1. Memonitor keadaan 14.10 S: -
dibuktikan dengan umum pasien. O:
prosedur Hasil : Keadaan umum
pembedahan Keadaan umum baik, baik, kesadaran
(TURP). kesadaran komposmentis,
komposmentis. tampak selang
09.40 2. Mengobservasi vital cateter/urine bag
sign sesuai indikasi. berwarna merah
Hasil : muda tidak pekat,
TD: 120/80 mmHg, TTV dalam batas
Nadi: 85 kali/menit normal.
Suhu: 36,50C A:
RR: 20 kali/menit Masalah belum
11.00 3. Memantau output teratasi.
cairan selama P:
tindakan Lanjutkan
continuous bladder intervensi :
irrgation. Hasil : 1. Memonitor
Aliran lancar 30 kali keadaan umum
permenit, warna pasien
merah muda tidak 2. Mengobservasi
pekat. vital sign sesuai
indikasi.
3. Memantau
output cairan
selama tindakan
continuous
bladder
irrgation.
A. Pengkajian Keperawatan
B. Diagnosa Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian Tn. S didapatkan data yang menunjang untuk mengarah
pada diagnosa BPH dengan data pada pengkajian yang diperoleh langsung
melalui klien maupun keluarga klien, pengamatan langsung, membaca catatan
medik dan catatan keperawatan serta kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aribowo & Andrifiliana. 2011. Infeksi Luka Operasi (Surgical Site Infection).
Yogyakarta: SMF Bedah RSUP Dr. Sarjito
RSUD Kota Baubau. 2019. Register Data Penyakit BPH. Baubau: Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Baubau