Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN BENIGNA PROSTAT HYPERPLASIA (BPH)

MATA KULIAH KEPERAWATAN PERIOPERATIF

Dosen Pengampu :
Ns. Eva Susanti, S.Kep.,M.Kep

Disusun oleh :
Nia Janiati (PO7120119066)
Tingkat 3B

DIII KEPERAWATAN PALEMBANG

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan proposal ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan proposal ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ibu eva
susanti selaku dosen mata kuliah Keperawatan perioperatif yang sudah memberikan
kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya
kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang
khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat
kata-kata yang kurang berkenan.

Wassalamua’laikum warrahmatullahi wabarakatuh

Penulis Oktober 2021

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..............................................................................2
C. Manfaat Penulisan............................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis BPH..........................................................................3
B. Konsep Asuhan Keperawatan............................................................9
BAB III LAPORAN KASUS
A. Pengkajian........................................................................................17
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................26
C. Intervensi Keperawatan....................................................................27
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan........................................30
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian........................................................................................36
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................36
C. Intervensi Keperawatan....................................................................37
D. Implementasi Keperawatan..............................................................37
E. Evaluasi Keperawatan......................................................................37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.......................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kesehatan berkembang atas dasar adanya penyakit, kebutuhan


akan penyembuhan penyakit menyebabkan munculnya orang-orang yang
mencoba mengatasi penyakit dengan cara mencari pengobatan, melakukan
penelitian dibidang kesehatan beserta obat- obatan dan vaksin. Frekuensi
masalah kesehatan semakin tahun semakin meningkat terutama penyakit-
penyakit kardiovaskuler, pernapasan, pencernaaan, penyakit yang disebabkan
karena infeksi, dan gangguan pada saluran perkemihan yang salah satunya
adalah Benigna Prostat Hiperplasia (BPH). Benigna Prostat Hiperplasia
(BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat non-kanker. BPH dapat
menyebabkan penekanan pada uretra sehingga berkenih menjadi sulit,
mengurangi kekuatan aliran urine, atau menyebabkan urine menetes (Corwin,
2009).
World Health Organization (WHO) tahun 2018 menyatakan terdapat
sekitar 70 Juta kasus insidensi penyakit benigna prostat hiperplasia dengan
presentasi (30,1%) di negara maju, sedangkan di negara berkembang sebanyak
(15,35%), salah satunya Indonesia. Tingginya kejadian benigna prostat
hiperplasia di Indonesia telah menempatkan benigna prostat hiperplasia
sebagai penyebab angka kesakitan nomor dua terbanyak setelah penyakit
batu pada saluran kemih. Pada dua tahun terakhir dimulai pada tahun 2018
di Indonesia terdapat 9,5 juta jiwa diantaranya mengalami benigna prostat
hiperplasia diderita oleh laki-laki diatas usia 60 tahun. Di Indonesia sendiri
ada beberapa provinsi yang menderita benigna prostat hiperplasia terbanyak,
salah satunya provinsi Sulawesi Tenggara. Prevelensi penderita benigna
prostat hiperplasia di Sulawesi Tenggara. Dan salah satu daerah di Sulawesi
Tenggara yaitu Kota Baubau cukup memprihatinkan klien yang mengalami
benigna prostat hiperplasia (Jurnal Medical Profession, Juni 2019).
Penyebab pembesaran prostat dapat dipengaruhi oleh faktor umur dan
hormon androgen. Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria
usia diatas 50 tahun. Bila perubahan ini berkembang maka akan terjadi
perubahan patologi pada klien. Keadaan ini dapat dicegah dengan memberikan
asuhan keperawatan pada klien benigna prostat hiperplasia dalam upaya
kuratif yaitu memberikan obat sesuai dengan petunjuk, pemberian
antikolinergik bertujuan untuk mengurangi spasme kandung kemih serta
pemberian cairan infus dan cairan oral untuk pengeluaran urine. Sedangkan
dalam upaya rehabilitatif diperlukan agar klien mampu memelihara
kesehatannya sendiri dan mampu beraktivitas kembali dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari seperti gangguan eliminasi dengan cara pemantauan
dalam pemasangan kateter, perawatan kateter menggunakan teknik aseptik,
dan mencegah distensi kandung kemih yang menyebabkan perdarahan. Tetapi
jika keadaan klien tersebut sudah parah maka harus segera dilakukan tindakan
medikamentosa, pembedahan, atau tindakan endroulogi. Sebagai perawat
dalam maka sangat diperlukan kerjasama peran perawat serta keluarga dalam
pemberian asuhan keperawatan klien dengan post operasi benigna prostat
1
hiperplasia baik di rumah sakit maupun di rumah karena ini merupakan peran
perawat sebagai edukator (Nursalam & Fransisca, 2006).

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada
klien dengan Post Operasi Benigna Prostat Hiperplasia di Ruang
Perawatan Bedah.
2. Tujuan Khusus
Penulis mampu melakukan tindakan asuhan keperawatan pada klien
dengan Post Operasi Benigna Prostat Hiperplasia di Ruang Perawatan
Bedah.

C. Manfaat Penelitian

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman bagi perawat


dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien Benigna Prostat
Hiperplasia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Benign prostatichy perplasia atau benigna prostathy perplasia(BPH)
disebut juga Nodular hyperplasia, benign prostatic hypertrophy atau
Benign enlargement of the prostate (BEP) yang merujuk kepada
peningkatan ukuran prostat pada laki-laki usia pertengahan dan usia lnjut.
Benigna prostat hipertropi (BPH) adalah pembesaran kelenjar dan
jaringan seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan
endokrin berkenaan dengan proses penuaan. Prostat adalah kelenjar yang
berlapis kapsula dengan berat kira-kira 20 gram, berada di sekeliling
uretra dan di bawah leher kandung kemih pada pria. Bila terjadi
pembesaran lobus bagian tengan prostat akan menekan dan uretra
akanmenyempit.
Hyperplasia dari kelenjar prostat dan sel-sel epitel mengakibatkan
prostat menjadi besar. Ketika prostat cukup besar akan menekan saluran
uretra menyebabkan obstruksi uretra baik secara parsial maupun total.Hal
ini dapat menimbulkan gejala-gejala urinary hesiiitancy, seringberkemih,
peningkatan risiko infeksi saluran kemih dan retensi urin (Suharyanto, T.
2009)
2. Anatomi dan Fisiologiprostat
a. Anatomi
Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di bawah dari
buli-buli, di depan rektum dan membungkus uretra posterior. Bentuk
nya seperti buah kemiri dengan ukuran 4x3x2, 5cm dan beratnya
kurang lebih 20 gram (Purnomo, 2012). Prostat memiliki kapsula
fibrosa yang padat dan dilapisi oleh jaringan ikat prostat sebagai
bagian fascia pelvis visceralis. Pada bagian superior dari prostat
berhubungan dengan vesika urinaria, sedangkan bagian inferior
bersandar pada diafragma urogenital. Permukaan ventral prostat
terpisah dari simpisis pubis oleh lemak retroperitoneal dalam spatium
retropubicum dan permukaan dorsal berbatas pada ampulla recti
(Moore & Agur,2002).
Secara anatomi, prostat berhubungan erat dengan kandung kemih,
uretra, vas deferens, dan vesikula seminalis. Prostat terletak diatas
diafragma panggul sehingga uretra terfiksasi pada diafragma tersebut,
dapat terobek bersama diafragma bila terjadi cedera. Prostat dapat diraba
pada pemeriksaan colokdubur (Sjamsuhi dajatdkk,2012). Kelenjar prostat
terbagi dalam beberapa zona, antaralain :zonaperifer, zonasentral,

3
zonatransisional, yang terdiri dari 70% jaringan kelenjar sedangkan zona
sentral terdiri dari 25%j aringan kelenjar dan zona 15 transisional hanya
terdiri dari 5% jaringan kelenjar. Sebagian besar kejadian BPH terdapat
padazona. transisional, sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal
dari zona perifer (Junqueira, 2007).
Kelenjar prostat mengandung cukup banyak jaringan fibrosa
dan jaringan otot polos. Kelenjar ini ditembus oleh uretra dan kedua
duktus ejakulatorius, dan dikelilingi oleh suatu pleksus vena. Kelenjar
limferegionalnyaialahkelenjarlimfehipogastrik,sacral,obturator,dan
iliaka eksterna (Sjamsuhidajat dkk,2012).
b. Fisiologi Prostat
Kelenjar Kelamin Pria :
1) VesikelSeminalis
Sepanjang vesikel seminalis, yang merupakan kantong
terkonvusi (berkelok-kelok) yang bermuara ke dalam duktus
ejaculator menghasilkan secret berupa cairan kental dan basa
yang kaya akan fruktosa yang berfungsi untuk melindungi dan
memberi nutrisi sperma, yang meningkatkan pH ejakulat.
2) Glandula Bulbourethtalis(Cowper)
Kelenjar bulbouretral (cowper) adalah sepasang kelenjar
yang ukuran dan bentuknya menyerupai kacang polong. Kelenjar
ini mensekresi cairan basa yang mengandung mucus kedalam
uretra penis untuk melumasi dan melindungi serta ditambahkan
pada semen (spermatozoa+secret) (Wibowo, 2012).
3. Etiologi Benign Prostatic Hyperplasia(BPH)
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum
diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada
hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah
proses penuaan Ada beberapa factor kemungkinan penyebab antara lain
(Kemenkes RI, 2019):
a. Dihydrotestosteron
b. Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptoran drogen menyebabkan
epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalamihi perplasi.
c. Perubahan keseimbangan hormon estrogen –testoteron
d. Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen
dan penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasistroma.
e. Interaksi stroma –epitel
f. Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor
dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan
hiperplasi stroma danepitel.
g. Berkurangnya sel yangmati
h. Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama

4
hidupstroma dan epitel dari kelenjarprostat.
i. Teori selstem
j. Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi seltransit.

6. Manifestasi Klinis
a. Gejala iritatif meliputi (Kemenkes RI, 2019):
1) Peningkatan frekuensi berkemih
2) Nokturia (terbangun pada malam hari untukmiksi)
3) Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat ditunda
(urgensi)
4) Nyeri pada saat miksi(disuria)
b. Gejala obstruktif meliputi:
1) Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkalidisertai
dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor
buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan
tekanan.
intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra
prostatika.
2) Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang
disebabkan karena ketidakmampuan otot destrussor dalam
pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnyamiksi
3) Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhirkencing
4) Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran
destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di
uretra
5) Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa
belumpuas.
6) Urin terus menetes setelahberkemih

c. Gejala generalisata seperti seperti keletihan, anoreksia, mual dan


muntah, dan rasa tidak nyaman padaepigastrik.
Berdasarkankeluhandapatdibagimenjadi(SjamsuhidajatdanDejong,
2005)
1) Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih,
kencing tak puas, frekuensi kencing bertambah terutama pada
malamhari.
2) Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita
akan mengeluh waktu miksi terasa panas (disuria) dan kencing
malam bertambahhebat.
3) Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini
maka bisa timbul aliran refluk ke atas, timbul infeksi ascenden
menjalar ke ginjal dan dapat menyebabkan pielonfritis,
5
hidronefrosis.
7. Penatalaksanaan
Rencana pengobatan bergantung pada penyebab, keparahan
obstruksi, dan kondisi klien (Mansjoer Arief,2000).
a. Observasi
Dilakukan pada klien dengan keluhan ringan, nasehat yang
diberikan ialah mengurangi minum setelah makan malam untuk
mengurangi nokturia, menghindari obat-obat dekongestan
(parasimpatolitik), dan mengurangi minum kopi dan tidak
diperbolehkan minum alkohol.
b. TerapiMedikamentosa
1) Penghambat adrenergika
Obat yang biasa dipakai ialah prazosin, yang berfungsi untuk
mengurangi obstruksi pada buli-buli tanpa merusak kontraktilitas
destrusor.
2) Penghambat5-a-reduktase
3) Obat yang dipakai adalah finasteride. Golongan obat ini dapat
menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar akan
mengecil. Fitoterapi

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Urinalisis / SedimenUrin
Sedimen urine diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya
proses infeksi atau inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan
kultur urin berguna untuk dalam mencari jenis kuman yang
menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman
terhadap beberapa antimikroba yang diujikan dan dapat
mengungkapkan adanya leukosituria dan hematuria. Untuk itu pada
kecurigaan adanya infeksi saluran kemih perlu dilakukan
karsinoma buli-buli perlu dilakukan pemeriksaan sitologi urine.
Pada pasien BPH yang sudah mengalami retensi urine dan telah
memakai kateter, pemeriksaan urinalisis tidak banyak manfaatnya
karena seringkali telah ada leukosituria maupun eritostiruria akibat
pemasangan kateter (Purnomo, 2014).
2) Pemeriksaan fungsi ginjal
Obstruksi intravesika akibat BPH menyebabkan gangguan
pada traktus urinarius bawah ataupun bagian atas. Dikatakan
bahwa gagal ginjal akibat BPH terjadi sebanyak 0,3-30% dengan
rata-rata 13,6%. Gagal ginjal menyebabkan resiko terjadinya
komplikasi pasca bedah (25%) lebih sering dibandingkan dengan
tanpa disertai gagal ginjal (17%), dan mortalitas menjadi enam kali

6
lebih banyak. Oleh karena itu pemeriksaan faal ginjal ini berguna
sebagai petunjuk perlu tidaknya melakukan pemeriksaan pencitraan
pada saluran kemih bagian atas (Purnomo,2014).
3) Pemeriksaan PSA (Prostate SpecificAntigen)
PSA disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ
specific tetapi bukan cancer specific. Serum PSA dapat dipakai
untuk meramalkan perjalanan penyakit dari BPH; dalam hal ini jika
kadar PSA tinggi berarti:
(a) pertumbuhan volume prostat lebih cepat.
(b) keluhan akibat BPH/laju pancaran urine lebihjelek.
(c) lebih mudah terjadinya retensi urineakut.

2. Pemeriksaan Ultrasonografi Transrektal (TRUS)


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui besar atau volume
kelenjar prostat, adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna,
sebagai guideline (petunjuk) untuk melakukan biopsi aspirasi prostat,
menetukan jumlah residual urine, dan mencari kelainan lain yang
mungkin ada di dalam buli-buli. Disamping itu ultrasonografi transrectal
mampu untuk mendeteksi adanya hidronefrosis ataupun kerusakan ginjal
akibat obstruksi BPH yang lama (Purnomo, 2014).
3. PemeriksaanLain
Pemeriksaan Derajat Obstruksi (IAUI,dalam,Purnomo, 2014);

4) Residual urin yaitu jumlah sisa urin setelah miksi yang dapat
dihitung dengan kateterisasi setelah miksi atau ditentukan dengan
pemeriksaan USG setelah miksi. Jumlah residual urine ini pada
orang normal adalah 0,09-2,24 mL dengan rata-rata 0,53 mL.
Tujuh puluh delapan persen pria normal mempunyai residualurine
kurang dari 5 mL dan semua pria normal mempunyai residu urine
tidak lebih dari 12mL.
5) Pancaran urin atau flow rate dapat dihitung secara sederhana
yaitu dengan menghitung jumlah urin dibagi dengan lamanya
miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan alat uroflometri yang
menyajikan gambaran grafik pancaran urin yang meliputi lama
waktu miksi, lama pancaran, waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai pancaran maksimum, rerata pancaran, maksimum
pancaran, dan volume urin yang dikemihkan. Pemeriksaan yang
lebih teliti lagi yaitu urodinamika.

9. Klasifikasi
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi
untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut WHO Prostate
7
Symptom Score (PSS). Derajat ringan: skor 0−7, sedang: skor 8−19, dan
berat: skor 20−35 (Sjamsuhidajat dkk, 2012). Selain itu, ada juga yang
membaginya berdasarkan gambaran klinis penyakit BPH. Derajat berat
BPH menurut Sjamsuhidajat (2005) dibedakan menjadi 4 stadium :
a. Stadium I
Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan
urine sampai habis.
b. Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan
urine walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150cc.
Ada rasa ridak enak BAK atau disuria dan menjadi nocturia.
c. Stadium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
d. StadiumIV
Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan,
urinemenetes secara periodik (over flow inkontinen).

10. Komplikasi
Menurut Sjamsuhidajat dan De Jong (2005) komplikasi BPH adalah :
a. Retensi urin akut, terjadi apabila buli-buli menjadidekompensasi.
b. Infeksi salurankemih
c. Involusi kontraksi kandung kemih
d. Refluk kandungkemih
e. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin terus
berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagimenampung
urin yang akan mengakibatkan tekanan intravesikameningkat.
f. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadiinfeksi
g. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat
terbentuk batu endapan dalam buli-buli, batu ini akan menambah
keluhan iritasi. Batu tersebut dapat pula menibulkan sistitis, dan bila
terjadi refluks dapat mengakibatkanpielonefritis.
h. Hernia atau hemoroid lama-kelamaan dapat terjadi dikarenakan pada
waktu miksi pasien harus mengedan.
B. Konsep Masalah Keperawatan Benign Prostat Hiperplasia
1. Pengertian Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan atau diagnosis keperawatan merupakan suatu
penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasirespons
klien individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan
dengan kesehatan (PPNI,2017).

2. Kriteria Mayor dan Minor


8
Menurut (PPNI, 2017) menyatakan kriteria mayor merupakantanda
atau gejala yang ditemukan 80%-100% pada klien untuk validasidiagnosis.
Sedangkan kroteria minor merupakan tanda atau gejala yang tidak harus
ditemukan, namun jika ditemukan dapat mendukung penegakkan
diagnosis.

3. Faktor yang Berhubungan


Faktor yang berhubungan atau penyebab pada masalahkeperawatan
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan
yang mencakup empat kategori yaitu : Fisiologis, biologis atau psikologis,
efek terapi atau tindakan, lingkungan atau personal, dan kematangan
perkembanngan (PPNI,2017).
4. Batasan Masalah
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi penderita
Benign Prostat Hyperplasia disesuaikan dengan Berikut adalah uraian
dari masalah yang timbul bagi penderita benign prostat hyperplasia
menurut (Pratiwi, 2017), yang disesuaikan dengan Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia : definisi dan indicatordiagnostic, Edisi
1. Jakarta : DPP PPNI), yaitu:

Pre operasi :
a. Nyeri akut(D.0077)
b. Retensi urin(D.0050)
c. Gangguan Eliminasi urin(D.0040)
d. Ansietas(D.0080)
e. Gangguan pola tidur(D.0055)
f. Defisit pengetahuan(D.0111)

Post operasi :
a. Nyeri akut(D.0077)
b. Risiko Infeksi(D.0142)
c. Risiko perdarahan(D.0012)

B Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Menurut Dongoes (2007), Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien


dengan gangguan sistem perkemihan yang berhubungan dengan BPH
dalam riwayat keperawatan harus ditemukan :
a. Identitas pasien.

b. Riwayat kesehatan umum meliputi berbagai gangguan/penyakit yang

9
lalu, berhubungan dengan atau yang dapat mempengaruhi penyakit
sekarang.
1) Riwayat kesehatan keluarga.
2) Riwayat kesehatan sekarang.

c. Riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan/gangguan yang


berhubungan dengan gangguan/penyakit yang dirasakan saat ini :
1) Bagaimana pola/frekuensi berkemih : poliuri, oliguri, BAK keluar
sedikit-sedikit tetapi sering, nokturia, urine keluar secara menetes,
incontinentia urin.
2) Adakah kelainan waktu bak seperti : disuria, ada rasa panas,
hematuria, dan lithuri.
3) Apakah rasa sakit terdapat pada daerah setempat atau secara
umum :
a) Apakah penyakit timbul setelah adanya penyakit yang lain
b) Apakah terdapat mual dan muntah.
c) Apakah tedapat edema.
d) Bagaimana keadaan urinenya (volume, warna, bau, berat jenis,
jumlah urine dalam 24 jam).
e) Adakah sekret atau darah yang keluar.
f) Adakah hambatan seksual.
g) Apakah ada rasa nyeri (lokasi, identitas, saat timbulnya nyeri)

d. Data fisik :

1) Inspeksi : Secara umum dan secara khusus pada daerah genetalia.


(warna, edema)
2) Palpasi : Pada daerah abdomen, buli-buli (kandung kemih), lipat
paha
3) Auskultasi : Daerah abdomen.
4) Perkusi : Daerah abdomen, ginjal.

e. Data psikologis :

1) Keluhan dan reaksi pasien terhadap penyakit.


2) Tingkat adaptasi pasien terhadap penyakit.
3) Persepsi pasien terhadap penyakit.

f. Data sosial, budaya, spritual :

Hubungan dengan orang lain, kepercayaan yang dianut dan


keaktifannya, kegiatan dan kebutuhan sehari-hari :
1) Nutrisi (kebiasaan makan, jenis makanan, makanan pantang,
kebiasaan minum, jenis minuman).
2) Eliminasi bak dan bak (konsistensi, frekuensi, warna, bau, dan
jumlah)
3) Olahraga (jenis, teratur atau tidak).
4) Istirahat/tidur (waktu, lamanya)

10
5) Personal Hygiene.
6) Ketergantungan.

g. Data khusus meliputi :

1) Hasil-hasil pemeriksaan diagnostik.

2) Program medis (pengobatan, tindakan medis)

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah sebagai berikut :

1) Nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter, adanya tindakan


pembedahan.
2) Risiko perdarahan dibuktikan dengan prosedur pembedahan (TURP).

11
23
Gambar 2.3 Penyimpangan KDM
3. Intervensi Keperawatan

Menurut Nursalam (2008), rencana keperawatan secara sederhana


dapat diartikan sebagai suatu dokumentasi tulisan tangan dalam
menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi keperawatan. Adapun
diagnosa keperawatan pada kasus BPH berupa:

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


No.
Keperawatan hasil
1. Nyeri akut SLKI SIKI
Definisi: Tingkat Nyeri : Manajemen Nyeri:
Pengalaman sensorik Tingkat nyeri menurun 1) Observasi.
atau emosional yang dengan a. Lokasi, karakteristik,
berkaitan dengan Kriteria Hasil: durasi, frekuensi,
kerusakan jaringan 1) Keluhan nyeri kualitas, intensitas
aktual atau fungsional, menurun nyeri.
dengan onset mendadak 2) Fokus membaik b. Identitas skala nyeri
atau lambat dan 3) Meringis menurun c. Identitas respon nyeri
berintensitas ringan 4) Sifat protektif non verbal
hingga berat yang menurun d. Identitas faktor yang
berlangsung kurang dari 5) Gelisah menurun memperberat dan
3 bulan. 6) Kemampuan memperingan nyeri
menuntaskan e. Identitas pengetahuan
Penyebab : aktivitas dan keyakinan
1) Agen pencedera 7) Kesulitan tidur tentang nyeri
fisiologis (mis. menurun f. Identifikasi pengaruh
Inflamasi, 8) Berfokus pada diri nyeri pada kualitas
iskemia, sendiri menurun. hidup
neoplasma). g. Monitor keberhasilan
2) Agen pencedera terapi komplementer
kimiawi (mis. yang sudah diberikan
Terbakar, bahan
kimia iritasi) 2) Terapeutik.
3) Agen pencedera a. Berikan teknik
fisik (mis. nonfarmakologis
Abses, trauma, untuk mengurangi
amputasi, rasa nyeri (mis.
terbakar, Relaksasi Benson)
terpotong, b. Control lingkungan
mengangkat yang memperberat
berat, prosedur rasa nyeri (mis. Suhu
operasi, trauma, ruang, pencahayaan,
latihan fisik kebisingan)
berlebihan c. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Gejala dan Tanda
Mayor: 3) Edukasi.
Subjektif: a. Jelaskan penyebab,
a. Mengeluh nyeri periode, dan pemicu
Objektif: nyeri
a. Tampak b. Jelaskan strategi
meringis meredakan nyeri
13
b. Bersikap c. Anjurkan memonitor
protektif (mis. nyeri secara mandiri
Waspada, posisi
menghindari 4) Kolaborasi
nyeri) a. Kolaborasi pemberian
c. Gelisah analgesik jika perlu.
d. Sulit tidur

Gejala dan Tanda


Minor:
Subjektif:
(Tidak tersedia)
Objektif:
a. Tekanan darah
meningat
b. Pola nafas
berubah
c. Nafsu makan
berubah
d. Proses berfikir
terganggu
e. Menarik diri

Kondisi klinis terkait:


a. Kondisi
pembedahan
b. Cedera traumatis
c. Infeksi
d. Sindrom koroner
akut
e. Glaukoma

2. Resiko Perdarahan SLKI SIKI


Definisi: Termoregulasi: Edukasi pengukuran suhu
Berisiko mengalami Termoregulasi membaik tubuh:
kehilangan darah baik dengan Kriteria Hasil: 1) Observasi
internal ( terjadi di 1) Output urine a. Monitor tanda dan
dalam tubuh )maupun meningkat gejala perdarahan
eksternal ( terjadi hingga 2) Membrane b. Monitor nilai
keluar tubuh) mukosa lembab hematokrit/homoglobi
meningkat n sebelum dan setelah
Faktor Resiko: 3) Kelembapan kulit kehilangan darah
1) Aneurism meningkat c. Monitor tanda-tanda
2) Gangguan 4) Kognitif vital ortostatik
gastrointestinal meningkat d. Monitor koagulasi
(mis. ulkus 5) Keluhan nyeri (mis. Prothombin
lambung,polip,v enurun time (TM), partial
arises ) thromboplastin time
3) Gangguan fungsi (PTT), fibrinogen,
hati ( mis. sirosis degradsi fibrin dan
hepatis ) atau platelet)
4) Komplikasi 2) Terapeutik
kehamilan (mis. a. Pertahankan bed rest
ketuban pecah selama perdarahan
b. Batasi tindakan
14
sebelum invasif, jika perlu
waktunya, c. Gunakan kasur
plasenta previa pencegah dikubitus
atau d. Hindari pengukuran
abrupsio,kehamil suhu rekta
an kembar ) 3) Edukasi
5) Komplikasi a. Jelaskan tanda dan
pasca partum gejala perdarahan
(mis atoni uterus, b. Anjurkan
retensi plasenta ) mengunakan kaus
6) Gangguan kaki saat ambulasi
koagulasi ( mis. c. Anjurkan
trombossitopenia meningkatkan asupan
) cairan untuk
7) Agen menghindari
farmakologis konstipasi
8) Tindakan d. Anjurkan
pembedahan menghindari aspirin
9) Trauma atau antikoagulan
10) Kurang terpapar e. Anjurkan
informasi meningkatkan asupan
tentang makan dan vitamin K
pencegahan f. Anjrkan segera
pembedahan melapor jika terjadi
11) Proses perdarahan
keganasan 4) Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
Kondisi Klinis Terkait: obat dan mengontrol
1) Aneurisma perdarhan, jika perlu
2) Koagulopati b. Kolaborasi pemberian
intrafaskuler prodok darah, jika
diseminata perlu
3) Sirosis hepatis c. Kolaborasi pemberian
4) Ulkus lambung pelunak tinja, jika
5) Farises perlu
6) Trombositopenia
7) Ketuban pecah
sebelum
waktunya
8) Plasenta previs /
abrupsio
9) Atonia uterus
10) Retensi plasenta
11) Tindakan
pembedahan
12) Kanker
13) Trauma

4. Implementasi Keperawatan

Selama tahap implementasi, perawat melaksanakan rencana asuhan


keperawatan. Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu
klien memenuhi kebutuhan yang telah direncanakan.
15
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk


mencapai kemampuan klien dan tujuan dengan melihat perkembangan
klien. Evaluasi klien BPH dilakukan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya pada tujuan, yaitu :
a. Nyeri dapat teratasi atau hilang.

b. Mempertahankan hidrasi adekuat.

c. Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti radang, dan kemerahan.

d. Tidak ada tanda-tanda perdarahan.

e. Mengetahui tentang penyakit yang diderita.

16
BAB III
TINJAUAN
KASUS

A. Pengkajian Keperawatan

Tanggal / Jam Pengkajian : 23 Juni 2020 / 14.00 WITA


Ruang Perawatan : Bedah Kelas III
No.RM : 09 67 x x x
Diagnosa Medis : Benigna Prostat Hiperplasia

1. Biodata

a. Identitas Klien

Nama : Tn. S
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Petani
Pendidikan Terakhir : SD
Suku/Bangsa : Buton/ Indonesia
Alamat : Kancideli, Kapontori Kabupaten Buton.

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. F
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Buton/ Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Hub. dengan klien : Anak
Alamat : Kapontori Kabupaten Buton.
Sumber biaya klien : BPJS Kesehatan.

2. Alasan Masuk Rumah Sakit

Klien mengatakan masuk rumah sakit karena penyakitnya yang sudah


dideritanya kurang lebih 6 tahun semakin parah dan klien juga mengatakan
sering sering merasa sakit pada saat buang air kecil.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

a. Keluhan utama : klien mengatakan nyeri pada luka operasi.

b. Keluhan yang menyertai :


Klien mengatakan rasa pusing, sering terbangun karena rasa nyeri.

c. Riwayat keluhan utama :

Provocative : penyebab nyeri adalah adanya luka operasi.

Quality : nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk.

Regional : nyeri dirasakan pada perut bagian bawah, sekitar luka


operasi.
Severty : skala nyeri 7 (nyeri berat) dari interval 1-10.

Timing : nyeri dirasakan hilang timbul.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mnegatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita


penyakit yang sama dengannya, klien dan keluarga mengatakan tidak ada
riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan, klien dan
keluarga mengatakan tidak ada riwayat anggota keluarga yang menderita
penyakit infeksi, dan keluarga klien mengatakan akibat anggota keluarga
meninggal yaitu faktor usia.
Genogram 3 (Tiga) generasi :

62 58 58 57 52

55 50

2522 20 18

Gambar 3.1 Genogram 3 (Tiga) Generasi


Keterangan :

/ : laki-laki / perempuan meninggal

/ : laki-laki / perempuan hidup

: hubungan perkawinan

: hubungan saudara / keturunan


: tinggal serumah

: klien

5. Riwayat Psikologis

Klien mengatakan tidak terlalu cemas dengan penyakit yang dideritanya


karena telah diberi penjelasan oleh perawat dan dokter dan klien nampak
tenang.
6. Riwayat Sosial

Klien mengatakan hubungan dengan keluarga baik dan klien berharap


dapat sembuh sesuai dengan yang diharapkan.
7. Riwayat Spiritual

Klien mengatakan sebelum sakit kegiatan ibadah sholat 5 waktu dan saat
sakit klien tidak sholat hanya selalu berdoa kepada Allah SWT.
8. Pola Aktivitas Sehari-Hari

a. Pola Nutrisi
Tabel 3.1
Pola Nutrisi Klien

Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit


Makanan :
1. Selera makan Baik Kurang
2. Menu makan Nasi, ikan, dan sayur Bubur
3. Frekuensi 3 kali / hari 2 kali / hari
4. Porsi 1 porsi makan dihabiskan 1/3 porsi makan dihabiskan
5. Yang disukai Semua jenis makanan Semua jenis makanan
6. Yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada
7. Pantangan Tidak ada Makanan padat
8. Alergi makanan Tidak ada Tidak ada
Minuman :
1. Jenis minuman Air putih Air putih
2. Frekuensi 5-6 gelas / 4-5 gelas /
3. Kebutuhan dalam hari 1250- hari 1000-
24 jam 1500 ml 1250 ml
b. Pola
Eliminasi
Tabel 3.2
Pola Eliminasi Klien

Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit


BAB
1. Frekuensi 1 kali / hari Selama menjalani
2. Konsistensi Lembek perawatan di rumah
3. Bau Khas sakit klien belum BAB.
4. Warna Kuning
5. Kesulitan Tidak ada
BAK
1. Frekuensi 4-5 kali / hari Terpasang kateter urine
2. Jumlah urine (cc/hari) ± 1000-1250 ml ± 700 ml
3. Perasaan setelah BAK Puas Tidak diketahui
4. Bau Khas Khas
5. Warna Kuning jernih Kuning pekat
6. Alat bantu Tidak ada Terpasang kateter urine
7. Kesulitan Tidak ada Tidak ada

c. Pola Istrahat dan Tidur


Tabel 3.3
Pola Istrahat dan Tidur Klien

Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Jam tidur malam 22.00-05.00 Wita (7 jam) 22.00-01.00 Wita (3 jam)


2. Jam tidur siang 13.00-15.30 Wita (2,5 jam) 12.30-14.00 Wita (1,5 jam)
3. Penyebab tidur Tidak ada Rasa nyeri pada perut
terganggu
4. Lama tidur / 24 jam ± 9,5 jam ± 4,5 jam
5. Kebiasaan sebelum Nonton TV Berbaring
tidur
6. Masalah tidur Tidak ada Masalah tidur belum
terpenuhi karena rasa nyeri
d. Pola Personal Hygiene
Tabel 3.4
Pola Personal Hygiene klien

Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit


Mandi
1. Frekuensi 2 kali / hari Hanya dilap basah
2. Cara pemenuhan Mandiri Dibantu oleh keluarga
Cuci rambut
1. Frekuensi 1 kali / Selama sakit cuci rambut
2. Cara pemenuhan minggu tidak dilakukan
3. Apakah Mandiri
dishampo Gosok gigi Ya
1. Frekuensi 1 kali / hari
2. Cara pemenuhan 2 kali / Dibantu oleh keluarga
Gunting kuku hari
1. Frekuensi Mandiri Bila panjang
2. Cara pemenuhan Dibantu oleh keluarga
Bila panjang
Mandiri

e. Pola Aktivitas / Mobilitas Fisik


Tabel 3.5
Pola Mobilitas Fisik Klien

Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Kegiatan dalam sehari Melakukan pekerjaan Nampak berbaring


2. Kesulitan dalam gerak Tidak ada Nampak lemas
3. Penggunaan alat bantu Tidak ada Tidak ada
4. Mandi Mandiri Tidak dilakukan
5. Berpakaian Mandiri Dibantu oleh keluarga
6. Berhias Mandiri Dibantu oleh keluarga

f. Pola Kebiasaan
Tabel 3.6
Pola Kebiasaan Klien

Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Merokok Ya Tidak pernah


2. Minum alkohol Kadang-kadang Tidak pernah
3. Penggunaan obat Tidak pernah Tidak pernah
terlarang
9. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan klien :

1) Keadaan umum lemah.

2) Penampilan sesuai dengan usia.

3) Kebersihan diri terpelihara.

4) Tingkat kesadaran Composmenthis.

5) GCS : 15 (E4, M6, V5).

6) Skala nyeri yang dirasa 7 (nyeri berat).

7) Nampak meringis

b. Tanda-Tanda Vital :

1) Tekanan darah (TD) : 120/80 mmHg.

2) Nadi (N) : 90 kali/menit.

3) Suhu (S) : 37,50C.

4) Pernapasan (RR) : 20 kali/menit.

c. Pemeriksaan Sistem Tubuh (Review of system)

1) Sistem Pernapasan

Inspeksi : hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada


pernapasan cuping hidung, dan tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan.
Palpasi : tidak ada nyeri dada saat bernafas, tidak ada nyeri
tekan, frekuensi nafas 20 kali/menit.
Perkusi : terkesan pekak pada seluruh area lapang paru.

Auskultasi : bunyi napas normal, dan irama napas teratur.

2) Sistem Kardiovaskuler

Inspeksi : tidak terjadi distensi vena jugularis baik kanan


maupun kiri dan tidak ada sianosis.
Palpasi : arteri karotis teraba dengan jelas, temperatur kulit
hangat, pengisian kapiler 0,2/detik, nadi 90
kali/menit.
Perkusi : tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada edema.

Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 normal, tidak terdengar


bunyi tambahan, dengan tekanan darah 120/80
mmHg.
3) Sistem Persarafan

Inspeksi : kesadaran composmenthis, klien dapat berespon


dengan tepat terhadap stimulus yang diberikan
melalui suara dan visual, dan tidak terdapat
kontraktur pada ekstremitas atas maupun
ekstremitas bawah.
Palpasi : tonus otot cukup baik untuk menahan gravitasi, dan
klien dapat membedakan sensasi tumpul dan tajam.
4) Sistem Perkemihan

Inspeksi : terpasang kateter urine dan berwarna kemerahan.

Palpasi : blass teraba kosong, tidak ada keluhan sakit


pinggang, dan klien merasa tidak nyaman dengan
pemasangan keteter.
Perkusi : tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada pembesaran
ginjal.
5) Sistem Pencernaan

Inspeksi : bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab, tidak


terdapat iritasi pada rongga mulut, gigi lengkap,
tidak terpasang gigi palsu, tidak terdapat karies,
bentuk lidah simetris, tampak luka operasi ukuran
5 cm pada perut bawah.
Palpasi : tidak teraba pembesaran hepar, tidak kembung,
nyeri tekan dan nyeri lepas pada perut.
Perkusi : terdengar tympani.

Auskultasi : bising usus 8 kali/menit (normal 5-12 kali/menit).

6) Sistem Muskuloskeletal

Inspeksi : curvature tulang belakang lurus, tidak ada


pembengkakan, tidak ada kemerahan, ROM aktif.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, teraba hangat, dan klien
dapat melakukan tahanan dengan kekuatan penuh.
7) Sistem Indera

a) Mata

Inspeksi : konjungtiva merah muda, skelera tidak ikterus,


pupil isokor, mata tampak cekung, tidak terdapat
tanda-tanda radang, reaksi terhadap cahaya baik.
b) Hidung

Inspeksi : fungsi penciuman baik, dan tidak ada sekret.

c) Telinga

Inspeksi : tidak ada serumen, tidak ada perasaan penuh pada


telinga, dan fungsi pendengaran baik.
d) Wicara

Inspeksi : klien tidak mengalami gangguan bicara dan dapat


mengungkapkan kata-kata dengan jelas.
8) Sistem Integumen

Inspeksi : kulit kepala tampak bersih, rambut tidak lengket,


distribusi rambut merata, tidak mudah dicabut,
kuku tangan pendek, dan kuku kaki pendek.
Palpasi : turgor kulit baik, suhu 37,50C, bila dicubit kembali
dalam waktu 2 detik.
9) Sistem Endokrin

Inspeksi : tidak mengalami pembesaran kelenjar tyroid dan


tidak mengalami pembesaran kelenjar getah
bening.
10)Sistem Imun

Inspeksi : tidak ada alergi terhadap udara, makanan,


minuman, obat-obattan, cuaca dan debu.

10. Data Penunjang

Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 23 Juni 2020

Tabel 3.7
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Unit Normal Limits


WBC 8,43 10^3 4µl 4,0 12,0
LYM 3,28 10^3 1,0 5,0
MON 0,12 10^3 0,1 1,0
GRA 8,6 10^3 2,0 8,0
LYM% 23,9 25,0 50,0
MON% 0,9 2,0 10,0
GRA% 84,7 60,0 80,0
RBC 4,47 10^6/µl 4,00 6,20
HGB 13,8 g/dl 11,0 17,0
HCT 41,6 % 35,0 55,0
MCV 43,2 Hml3 80,0 100,0
MCH 30,9 Pg 26,0 34,0
MCHC 33,2 g/dl 31,0 35,5
RDW 14,7 % 10,0 16,0

PLT 234 10^3/µl 130 400


MPV 4,6 Hml3 7,0 11,0
PCT 0,11 % 0,200 9,500
PDW 9,8 % 10,0 18,0

11. Penatalaksanaan Medis

Terapi yang diberikan pada tanggal 23 Juni 2020, berupa :

a. IVFD RL 500 cc pemberian 20 tetes/menit.

b. Injeksi Ceftriaxone 1 gr/intra vena/12 jam.

c. Injeksi Ketorolac 30 mg/intra vena/8 jam.

d. Injeksi Ranitidine 50 mg/intra vena/12 jam.

12. Data Fokus

Nama pasien : Tn.S Nama Mahasiswa : Rafiati Anihu

No. RM : 09 67 x x x Nim : P003200190226

Ruang Rawat : Perawatan Bedah Kelas III

Tabel 3.8
Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


1. Klien mengatakan nyeri pada luka 1. Keadaan umum lemah
operasi.
2. Tanda-tanda vital :
2. Klien mengatakan nyeri yang
dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan TD : 120/90 mmHg, N : 90 kali/menit,
hilang timbul. S : 37,50C, RR : 20 kali/menit.
3. Klien mengatakan skala nyeri yang 3. Tampak luka operasi pada perut bagian
dirasakan 7 (0-10). bawah ukuran 5 cm.
4. Tampak tirah baring.
5. Tampak meringis
6. Terpasang kateter urine.
7. Pada urine bag tampak kemerahan dan
tidak pekat

B. Diagnosa Keperawatan

Nama pasien : Tn.S Nama Mahasiswa : Rafiati Anihu


No. RM : 09 67 x x x Nim : P003200190226
Ruang Rawat : Perawatan Bedah Kelas III

Tabel 3.9
Analisa Data

Kemungkinan
No Data Penyebab Masalah
(Pohon Masalah)
1 Data Subjektif : Tindakan pembedahan Nyeri akut
1. Klien mengatakan (post Op.)
nyeri pada luka
operasi.
2. Klien mengatakan Luka insisi bedah
nyeri yang
dirasakan seperti
ditusuk-tusuk dan Terputusnya kontinuitas
hilang timbul. Jaringan
3. Klien mengatakan
skala nyeri yang
dirasakan 7 (nyeri Nyeri akut
berat).
Data Objektif :
1. Tampak meringis
2. Tampak luka
operasi pada perut
bagian bawah
ukuran 5 cm
3. Tampak tirah baring
4. Tanda-tanda vital :
TD : 120/90 mmHg,
N : 90 kali/menit,
S : 37,50C,
RR : 20 kali/menit.
2 Faktor Resiko: Prosedur pembedahan Risiko infeksi
1. Tampak tirah (TURP)
baring.
2. Terpasang kateter
urine.
3. Pada urine bag
tampak kemerahan
dan tidak pekat.

C. Intervensi Keperawatan

Tabel 3.10
Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


No.
Keperawatan hasil
1. Nyeri akut SLKI SIKI
Definisi: Tingkat Nyeri : Manajemen Nyeri:
Pengalaman sensorik Tingkat nyeri menurun 5) Observasi.
atau emosional yang dengan h. Lokasi, karakteristik,
berkaitan dengan Kriteria Hasil: durasi, frekuensi,
kerusakan jaringan 9) Keluhan nyeri kualitas, intensitas
aktual atau fungsional, menurun nyeri.
dengan onset mendadak 10) Fokus membaik i. Identitas skala nyeri
atau lambat dan 11) Meringis menurun j. Identitas respon nyeri
berintensitas ringan 12) Sifat protektif non verbal
hingga berat yang menurun k. Identitas faktor yang
berlangsung kurang dari 13) Gelisah menurun memperberat dan
3 bulan. 14) Kemampuan memperingan nyeri
menuntaskan l. Identitas pengetahuan
Penyebab : aktivitas dan keyakinan
4) Agen pencedera 15) Kesulitan tidur tentang nyeri
fisiologis (mis. menurun m. Identifikasi pengaruh
Inflamasi, 16) Berfokus pada diri nyeri pada kualitas
iskemia, sendiri menurun. hidup
neoplasma). n. Monitor keberhasilan
5) Agen pencedera terapi komplementer
kimiawi (mis. yang sudah diberikan
Terbakar, bahan
kimia iritasi) 6) Terapeutik.
6) Agen pencedera d. Berikan teknik
fisik (mis. nonfarmakologis
Abses, trauma, untuk mengurangi
amputasi, rasa nyeri (mis.
terbakar, Relaksasi Benson)
terpotong, e. Control lingkungan
mengangkat yang memperberat
berat, prosedur rasa nyeri (mis. Suhu
operasi, trauma, ruang, pencahayaan,
latihan fisik kebisingan)
berlebihan f. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Gejala dan Tanda
Mayor: 7) Edukasi.
Subjektif: d. Jelaskan penyebab,
b. Mengeluh nyeri periode, dan pemicu
Objektif: nyeri
e. Tampak e. Jelaskan strategi
meringis meredakan nyeri
f. Bersikap f. Anjurkan memonitor
protektif (mis. nyeri secara mandiri
Waspada, posisi
menghindari 8) Kolaborasi
nyeri) b. Kolaborasi pemberian
g. Gelisah analgesik jika perlu.
h. Sulit tidur

Gejala dan Tanda


Minor:
Subjektif:
(Tidak tersedia)
Objektif:
f. Tekanan darah
meningat
g. Pola nafas
berubah
h. Nafsu makan
berubah
i. Proses berfikir
terganggu
j. Menarik diri

Kondisi klinis terkait:


f. Kondisi
pembedahan
g. Cedera traumatis
h. Infeksi
i. Sindrom koroner
akut
j. Glaukoma

2. Resiko Perdarahan SLKI SIKI


Definisi: Termoregulasi: Edukasi pengukuran suhu
Berisiko mengalami Termoregulasi membaik tubuh:
kehilangan darah baik dengan Kriteria Hasil: 5) Observasi
internal ( terjadi di 6) Output urine e. Monitor tanda dan
dalam tubuh )maupun meningkat gejala perdarahan
eksternal ( terjadi hingga 7) Membrane f. Monitor nilai
keluar tubuh) mukosa lembab hematokrit/homoglobi
meningkat n sebelum dan setelah
Faktor Resiko: 8) Kelembapan kulit kehilangan darah
12) Aneurism meningkat g. Monitor tanda-tanda
13) Gangguan 9) Kognitif vital ortostatik
meningkat h. Monitor koagulasi
gastrointestinal 10) Keluhan nyeri (mis. Prothombin
(mis. ulkus enurun time (TM), partial
lambung,polip,v thromboplastin time
arises ) (PTT), fibrinogen,
14) Gangguan fungsi degradsi fibrin dan
hati ( mis. sirosis atau platelet)
hepatis ) 6) Terapeutik
15) Komplikasi e. Pertahankan bed rest
kehamilan (mis. selama perdarahan
ketuban pecah f. Batasi tindakan
sebelum invasif, jika perlu
waktunya, g. Gunakan kasur
plasenta previa pencegah dikubitus
atau h. Hindari pengukuran
abrupsio,kehamil suhu rekta
an kembar ) 7) Edukasi
16) Komplikasi g. Jelaskan tanda dan
pasca partum gejala perdarahan
(mis atoni uterus, h. Anjurkan
retensi plasenta ) mengunakan kaus
17) Gangguan kaki saat ambulasi
koagulasi ( mis. i. Anjurkan
trombossitopenia meningkatkan asupan
) cairan untuk
18) Agen menghindari
farmakologis konstipasi
19) Tindakan j. Anjurkan
pembedahan menghindari aspirin
20) Trauma atau antikoagulan
21) Kurang terpapar k. Anjurkan
informasi meningkatkan asupan
tentang makan dan vitamin K
pencegahan l. Anjrkan segera
pembedahan melapor jika terjadi
22) Proses perdarahan
keganasan 8) Kolaborasi
d. Kolaborasi pemberian
Kondisi Klinis Terkait: obat dan mengontrol
14) Aneurisma perdarhan, jika perlu
15) Koagulopati e. Kolaborasi pemberian
intrafaskuler prodok darah, jika
diseminata perlu
16) Sirosis hepatis f. Kolaborasi pemberian
17) Ulkus lambung pelunak tinja, jika
18) Farises perlu
19) Trombositopenia
20) Ketuban pecah
sebelum
waktunya
21) Plasenta previs /
abrupsio
22) Atonia uterus
23) Retensi plasenta
24) Tindakan
pembedahan
25) Kanker
26) Trauma

D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tabel 3.11
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari / Tanggal : Selasa / 23 Juni 2020

Diagnosa
Jam Implementasi Jam Evaluasi SOAP Paraf
Keperawatan
Nyeri berhubungan 14.20 1. Mengukur tanda- 21.00 S:
dengan spasme tanda vital. Klien mengatakan
otot spincter, Hasil : masih merasa nyeri
adanya tindakan Tekanan darah 120/70 dengan skala 7
pembedahan. mmHg, O:
Nadi 80 kali/menit, Tekanan darah
Suhu 37,20C. 120/70 mmHg,
Pernapasan 20 Nadi 80 kali/menit,
kali/menit. Suhu 37,20C.
14.50 2. Mengkaji Pernapasan 20
karakteristik nyeri kali/menit.
Klien tampak
Hasil :
meringis.
Skala nyeri yang
A:
dirasakan 7 (nyeri
Masalah belum
berat).
teratasi
15.36 3. Mengatur klien P:
posisi yang nyaman Lanjutkan
Hasil : intervensi :
Klien merasa nyaman 1.Ukur TTV
dengan posisi semi 2.Kaji
fowler. karakteristik nyeri
16.10 4. Menganjurkan klien 3.Akur posisi
untuk mengurangi klien 4.Anjurkan
aktivitasnya. klien untuk
Hasil : mengurangi
Klien tampak tirah aktivitasnya
baring dan tenang. 5.Ajarkan tekhnik
16.35 5. Mengajarkan klien relaksasi
tekhnik distraksi. 6.Laksanakan
Hasil : terapi pemberian
Klien mengusap obat.
lembut pada area
sekitar nyeri.
17.00 6. Melaksanakan
pemberian obat sesuai
instruksi dokter.
Hasil :
Terapi farmako
berupa injeksi
ketorolac 1 ampl/iv/12

Risiko 15.05 1. Memonitor keadaan 21.15 S: -


perdarahan umum pasien. O:
dibuktikan Hasil : Keadaan umum
dengan prosedur Keadaan umum baik, baik, kesadaran
pembedahan kesadaran komposmentis,
(TURP). komposmentis. tampak selang
15.40 2. Mengobservasi vital cateter/urine bag
sign sesuai indikasi. berwarna merah
Hasil : muda tidak pekat,
TD: 120/80 mmHg, TTV dalam batas
Nadi: 85 kali/menit normal.
Suhu: 36,50C A:
RR: 20 kali/menit Masalah belum
17.00 3. Memantau output teratasi.
cairan selama P:
tindakan Lanjutkan
continuous bladder intervensi :
irrgation. Hasil : 1. Memonitor
Aliran lancar 30 kali keadaan umum
permenit, warna pasien
merah muda tidak 2. Mengobservasi
pekat. vital sign sesuai
indikasi.
3. Memantau
output cairan
selama tindakan
continuous
bladder
irrgation.

Hari / Tanggal : Rabu / 24 Juni 2020

Diagnosa
Jam Implementasi Jam Evaluasi SOAP Paraf
Keperawatan
Nyeri berhubungan 07.20 1. Mengukur tanda- 14.00 S:
dengan spasme tanda vital Klien mengatakan
otot spincter, Hasil : masih merasa nyeri
adanya tindakan Tekanan darah 110/90 dengan skala 5
pembedahan. mmHg, O:
Nadi 84 kali/menit, Tekanan darah
Suhu 37,00C. 110/90 mmHg,
Pernapasan 20 Nadi 84 kali/menit,
kali/menit. Suhu 37,00C.
07.55 2. Mengkaji Pernapasan 20
karakteristik nyeri kali/menit.
Hasil : Tampak meringis.
Skala nyeri yang A:
dirasakan 5 (1-10) Masalah belum
08.30 3. Mengatur klien teratasi
posisi yang nyaman
Hasil :
posisi semi fowler.
09.10 4. Menganjurkan klien P:
untuk mengurangi Lanjutkan
aktivitasnya. intervensi :
Hasil : 1.Ukur TTV
Klien tampak tirah 2.Kaji
baring dan tenang. karakteristik nyeri
10.35 5.Mengajarkan klien 3. Atur posisi klien
tekhnik distraksi. 6. Laksanakan
Hasil : pemberian terapi
Klien mengusap obat
lembut pada area
sekitar nyeri.
11.50 6. Melaksanakan
pemberian terapi
farmako.
Hasil :
Terapi farmako
berupa injeksi
ketorolac 1 ampl/iv/12
jam.
Risiko perdarahan 08.05 1. Memonitor keadaan 14.10 S: -
dibuktikan dengan umum pasien. O:
prosedur Hasil : Keadaan umum
pembedahan Keadaan umum baik, baik, kesadaran
(TURP). kesadaran komposmentis,
komposmentis. tampak selang
09.40 2. Mengobservasi vital cateter/urine bag
sign sesuai indikasi. berwarna merah
Hasil : muda tidak pekat,
TD: 120/80 mmHg, TTV dalam batas
Nadi: 85 kali/menit normal.
Suhu: 36,50C A:
RR: 20 kali/menit Masalah belum
11.00 3. Memantau output teratasi.
cairan selama P:
tindakan Lanjutkan
continuous bladder intervensi :
irrgation. Hasil : 1. Memonitor
Aliran lancar 30 kali keadaan umum
permenit, warna pasien
merah muda tidak 2. Mengobservasi
pekat. vital sign sesuai
indikasi.
3. Memantau
output cairan
selama tindakan
continuous
bladder
irrgation.

Hari / Tanggal : Kamis / 25 Juni 2020


Diagnosa
Jam Implementasi Jam Evaluasi SOAP Paraf
Keperawatan

Nyeri berhubungan 15.20 1. Mengukur tanda- 21.00 S:


dengan spasme tanda vital Klien mengatakan
otot spincter, Hasil : nyeri yang dirasa
adanya tindakan Tekanan darah 110/80 telah berkurang
pembedahan. mmHg, dengan skala 3
Nadi 84 kali/menit, O:
Suhu 36,80C. Tekanan darah
Pernapasan 20 110/80 mmHg,
kali/menit. Nadi 84 kali/menit,
Suhu 36,80C.
16.15 2. Mengkaji Pernapasan 20
karakteristik nyeri kali/menit.
Hasil : Tampak tenang.
Skala nyeri yang A:
dirasakan 3 (1-10). Masalah teratasi
P:
16.30 3. Mengatur klien Pertahankan
posisi yang nyaman intervensi :
Hasil : 1.Ukur TTV
Klien merasa nyaman 2.Kaji
dengan posisi karakteristik nyeri
terlentang. 3. Atur posisi klien
6. Laksanakan
17.10 6. Melaksanakan pemberian terapi
pemberian terapi obat.
farmako sesuai
instruksi dokter.
Hasil :
Terapi farmako
berupa injeksi
ketorolac 1 ampl/iv/12
jam.
Risiko perdarahan 16.05 1. Memonitor keadaan 21.00 S: -
dibuktikan dengan umum pasien. O:
prosedur Hasil : Keadaan umum
pembedahan Keadaan umum baik, baik, kesadaran
(TURP). kesadaran komposmentis,
komposmentis. tampak selang
cateter/urine bag
16.40 2. Mengobservasi vital berwarna merah
sign sesuai indikasi. muda tidak pekat,
Hasil : TTV dalam batas
TD: 120/80 mmHg, normal.
Nadi: 85 kali/menit A:
Suhu: 36,50C Masalah teratasi.
RR: 20 kali/menit P:
17.05 3. Memantau output Pertahankan
cairan selama intervensi :
tindakan 1. Memonitor
continuous bladder keadaan umum
irrgation. Hasil : pasien
Aliran lancar 30 kali 2. Mengobservasi
permenit, warna vital sign sesuai
merah muda tidak indikasi.
pekat. 3. Memantau
output cairan
selama tindakan
continuous
bladder irrgation.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian menurut teori yaitu keluhan utama klien post prostatektomi


adalah merasakan nyeri daerah operasi, dan biasanya pasien dengan post
prostatektomi terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan suhu dan demam,
pernapasan cepat dan dangkal. Selain itu, ada beberapa tanda dan gejala yang
kompleks ditemukan dari hasil penelitian pada beberapa klien dengan benigna
prostat hiperplasia seperti hal rentan skala nyeri yang berbeda beda setiap
klien dimana pada teori klien yang mengalami nyeri benigna hiperplasia
prostat dapat merasakan skala nyeri 8 – 10 ( berat ) pada rentang 0 – 10.
Sedangkan gejala yang tampak pada klien Tn. S yaitu merasa sakit dan nyeri
pada bagian perut, nyeri pada luka operasi dengan skala 7, pusing, muntah 1
kali, tekanan darah 150/90 mmHg, dan suhu normal.
Dari hasil pengkajian kasus dan pengkajian teori ditemukan adanya beberapa
kesenjangan. Ini terjadi karena pada teori menjelaskan beberapa tanda dan
gejala yang kompleks ditemukan dari hasil penelitian pada beberapa klien
dengan Post Op Benigna Prostat Hiperplasia, sedangkan penulis hanya
melakukan penelitian pada satu orang klien. Hal ini disebabkan karena setiap
klien memiliki respon yang kombinatif meskipun dengan penyakit yang sama.

B. Diagnosa Keperawatan

Perumusan diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis, ada lima


diagnosa keperawatan, yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter,
adanya tindakan pembedahan.
2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi sekunder,
perubahan sistem irigasi pasca pembedahan.
3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée
mikroorganisme melalui kateterisasi, dan jaringan terbuka.
4. Resiko perdarahan berhubungan dengan prosedur pembedahan (TURP).
5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, salah interpretasi
informasi, perubahan status kesehatan.
Sedangkan perumusan diagnosa keperawatan tinjauan kasus dengan
klien Tn. S ditemukan dua diagnosa keperawatan, yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter, adanya tindakan
pembedahan.
2. Risiko perdarahan dibuktikan dengan prosedur pembedahan (TURP).
C. Intervensi Keperawatan

Perencanaan disusun setelah merumuskan diagnosa keperawatan, pada


tahap perencanaan ini penulis memprioritaskan masalah keperawatan terlebih
dahulu dan penulis merumuskan tujuan dan kriteria hasil dalam setiap diagnosa
keperawatannya.
Intervensi keperawatan yang diterapkan pada klien Tn. S disusun
berdasarkan prioritas masalah yang berupa :
1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi bedah.
Intervensi : rencana tindakan yang ditunjukan untuk klien, diharapkan nyeri klien
berkurang atau hilang.
2. Diagnosa keperawatan : Risiko perdarahan dibuktikan dengan prosedur
pembedahan (TURP). Intervensi : rencana tindakan yang ditunjukkan untuk
klien, diharapkan tidak terjadi perdarahan.
Dalam merumuskan intervensi keperawatan pada klien Tn. S penulis tidak
mendapatkan hambatan yang berarti, karena penyusunannya dibantu dengan
berbagai sumber referensi buku, artikel, serta bimbingan perawat ruangan.

D. Implementasi Keperawatan

Dalam tahap implementasi keperawatan pada klien Tn. S, penulis


berupaya melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan atas rencana
tindakan yang telah dibuat.
Dalam melakukan implementasi keperawatan, penulis tidak mengalami
kesulitan yang berarti karena telah mengikuti alur pada rencana keperawatan
yang telah disusun sebelumnya, dan adanya kerjasama antara klien, keluarga,
dan perawat ruangan dengan penulis cukup baik sehingga pelaksanaan
implementasi keperawatan pada klien Tn. S dapat dilaksanakan.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang


bertujuan untuk menilai kemajuan / kemunduran kondisi kesehatan klien
setelah dilakukan asuhan keperawatan.
Dalam tahap ini penulis tidak menemukan komplikasi dari gejala.
Kondisi kesehatan klien selama menjalani perawatan berangsur-angsur
membaik. Dari masalah keperawatan yang ditemukan pada klien Tn. S, semua
diagnosa keperawatan teratasi dengan baik yaitu nyeri akut dan risiko
perdarahan.
Hal-hal yang mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan adalah
klien dan keluarga sangat kooperatif, mulai dari pengkajian sampai dengan
tahap evaluasi. Disamping itu pula, kerjasama dan penerimaan yang sangat
baik dengan petugas kesehatan lainnya khususnya perawat yang ada di ruang
perawatan bedah.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pengkajian Tn. S didapatkan data yang menunjang untuk mengarah
pada diagnosa BPH dengan data pada pengkajian yang diperoleh langsung
melalui klien maupun keluarga klien, pengamatan langsung, membaca catatan
medik dan catatan keperawatan serta kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aribowo & Andrifiliana. 2011. Infeksi Luka Operasi (Surgical Site Infection).
Yogyakarta: SMF Bedah RSUP Dr. Sarjito

Depkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan


Mansjoer, Arif. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: EGC
Nurarif. A. H & Kusuma. H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogjakarta: MediAction

Nurarif. A. H & Kusuma. H. 2016. Asuhan keperawatan Praktis berdasarkan


Penerapan NANDA, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus. Yogyakarta:
Mediaction

RSUD Kota Baubau. 2019. Register Data Penyakit BPH. Baubau: Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Baubau

Rahayuningsih dan Dermawan. 2010.Segi Praktis Ilmu Bedah Untuk Pemula,


diterjemahkan oleh Lyndon Saputra. Jakarta: Binarupa Aksara

Sjamsuhidajat & De Jong. 2011. Penatalaksanaan Bedah Umum di Rumah Sakit.


Jakarta: EGC

Smeltzer, S. C & Brenda G. Bare. 2014.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth’s Edisi 10. Jakarta: EGC

Wasinggih. 2010. Bahan Ajar Apendisitis Akut. Nusantara Medical Science.


[internet] from: https://med.unhas.ac.id

Anda mungkin juga menyukai