Oleh
Alifia Rizqi Pratama Darnoto, S.Kep
NIM 122311101025
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. I No. RM : 150905
Umur : 42 th Pekerjaan : Satpam
Jenis : Laki-laki Status : Menikah
Kelamin Perkawinan
Agama : Islam Tanggal MRS : 23/12/2016
Pendidikan : SMA Tanggal : 27/12/2016
Pengkajian
Alamat : Pejaten - Bondowoso Sumber Informasi : Pasien dan
keluarga
Genogram:
: Laki-laki : pernikahan
: Meninggal
: Pasien
III. Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Keluarga mengatakan bahwa pasien merasa sehat adalah ketika mampu
bekerja dan beraktivitas tanpa merasa sakit. Persepsi pasien tentang sakit
yaitu ketika tubuhnya mengalami gangguan sehingga tidak dapat bekerja
seperti biasanya. Keluarga mengatakan bahwa mengetahui kondisi pasien
saat ini dan termotivasi untuk membantu proses perawatan pasien.
Interpretasi :
Keluarga telah memahami kondisi dan penyakit yang dialami pasien.
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD) (saat sebelum sakit dan saat di rumah
sakit)
- Antropometeri
BB sebelum sakit: 93 kg
BB setelah sakit: 89 kg
TB: 178 cm
IMT =
Interpretasi :
Pasien mengalami penurunan berat badan setelah sakit namun IMT
dalam rentang gemuk (>27)
- Biomedical sign:
Hasil pemeriksaan hematocrit (26-12-2016): 35,9%
Hasil pemeriksaan hemoglobin (26-12-2016): 12,6 gr/dl
Interpretasi :
Hematocrit dan hemoglobin masih dalam rentang normal
- Clinical Sign :
Saat pengkajian pasien tampak lemah, mukosa bibir kering
Interpretasi :
Tanda klinis pasien menunjukkan bahwa pasien mengalami
gangguan pemenuhan nutrisi
BAB
- Frekuensi : 1-2x/hari
- Jumlah :-
- Konsistensi : padat
- Warna : kuning kecoklatan
- Bau : khas feses
- Karakter :-
- BJ :-
- Alat Bantu :-
- Kemandirian : mandiri
- Lain : pasien tidak mengalami hemoroid
Setelah masuk RS
BAK
- Frekuensi :-
- Jumlah : 700cc/6 jam
- Warna : kuning jernih
- Bau : khas urin
- Karakter : encer, tidak ada darah
- BJ :-
- Alat Bantu : menggunakan kateter
- Kemandirian : dibantu alat
BAB
- Frekuensi : selama perawatan di RS pasien belum BAB
- Jumlah :-
- Konsistensi : -
- Warna : -
- Bau :-
- Karakter :
- BJ :-
- Alat Bantu :-
- Kemandirian : -
Interpretasi :
Balance cairan dalam 6 jam
Balance cairan: input - output
(infus + diit+ AM) - (urin + IWL)
(200 + 250 + 455) - (700 + 223)
905 - 923
Balance cairan= - 18 cc/6 jam
4. Pola aktivitas & latihan (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Sebelum sakit, aktivitas pasien sehari-hari yaitu bekerja sebagai satpam di
salah satu instansi di Bondowoso. Pasien biasanya berolahraga voli
Setelah sakit, keluarga mengatakan pasien tidak dapat
melakukan aktivitas apapun karena pasien baru saja menjalani
prosedur operasi craniotomy dan trakeostomi sehingga Activity
Daily Living (ADL) pasien terganggu.
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
diri
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3:
dibantu alat, 4: mandiri
Status Oksigenasi: Nafas via trakeostomi dengan O2 5 lpm. RR: 24x/menit.
Fungsi kardiovaskulee: TD: 120/80, Nadi: 80x/menit, BJ1 dan BJ2
terdengar tunggal, ictus kordis tidak tampak
Terapi oksigen: Pasien mendapatkan terapi 02 per-trakeostomi 5 lpm
Interpretasi: Pasien tidak mengalami gangguan fungsi respiratori
5. Pola tidur & istirahat (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Durasi :
Sebelum masuk rumah sakit : ± 6-7 jam malam hari
Saat di rumah sakit : Penurunan kesadaran
Gangguan tidur : penurunan kesadaran
Keadaan bangun tidur : penurunan kesadaran
Interpretasi : -
8. Abdomen
Inspeksi: tidak ada acites, tidak ada bekas luka, tidak ada lesi atau luka
pada daerah perut
Auskultasi: bising usus (+)
Perkusi: timpani
Palpasi: tidak ada benjolan atau masa pada daerah perut
9. Urogenital
Inspeksi: pasien terpasang kateter
Palpasi: tidak ada distensi kandung kemih
10. Ekstremitas
Inspeksi: terpasang infus pada kaki kiri, tidak ada luka ataupun lesi pada
ekstremitas atas dan bawah.
Palpasi: tidak terdapat edema pada ekstremitas atas dan bawah. tidak
teraba benjolan atau masa pada ekstremitas atas atau bawah. akral teraba
hangat
Kekuatan otot Edema
555 555 - -
555 555 --
6. Status Mental 0 0
- pasien menyadari
kondisi dirinya
- pasien mengalami 15
keterbatasan daya
ingat
Total nilai 20
Keterangan :
Tingkatan risiko Nilai MFS Tindakan
Tidak berisiko 0 - 24 Perawatan dasar
Risiko rendah 25 - 50 Pelaksanaan
intervensi
pencegahan jatuh
standar
Risiko tinggi ≥ 51 Pelaksanaan
intervensi
pencegahan jatuh
risiko tinggi
Intepretasi: Pasien tidak beresiko jatuh
Farmakokinetik
Manitol merupakan
diuretik osmotik
yang spesifik
karena tidak
diabsorpsi dalam
traktus
gastrointestinal.
Manitol sangat
sedikit
dimetabolisme oleh
tubuh, lebih kurang
7% dimetabolisme
di hati dan hanya
7% diabsorpsi.
Sebagian besar
manitol (>90%)
dikeluarkan oleh
ginjal dalam bentuk
utuh pada urin.
Manitol
diekresikan melalui
filtrasi glomerulus
dalam waktu 30 –
60 menit setelah
pemberian.
Diuretic osmotic
absobsinya buruk
bila diberikan
peroral, sehingga
obat ini harus
diberikan secara
parenteral
(intravena) dalam
jumlah besar.
5. Omepraz Farmakodinamik 2x1ml Pengobatan 1. Tepat
ole Omeprazole per-IV jangka pendek Pasien
merupakan tukak duodenal 2. Tepat
antisekresi, turunan dan yang tidak obat
3. Tepat
benzimidazole responsif
dosis
yang tersubstitusi. terhadap obat- 4. Tepat
Omeprazole obat antagonis waktu
menghambat reseptor H2. 5. Tepat
sekresi asam Pengobatan Rute
lambung pada jangka pendek
tahap akhir dengan tukak lambung.
memblokir system
enzim H+, K+-
ATPase (Proton
Pump) dalam sel
parietal lambung.
Omeprazole yang
berikatan dengan
proton (H+) secara
cepat akan diubah
menjadi
sulfenamid, suatu
penghambat pompa
proton yang aktif.
Sulfenamid
bereaksi secara
cepat dengan gugus
merkapto (SH) dari
H+, K+-ATPase,
kemudian
terbentuk ikatan
disulfide diantara
inhibitor aktif dan
enzim, dengan
demikian dapat
menginaktifkan
enzim secara
efektif. Sehingga
menghambat
pembentukan asam
lambung baik
dalam keadaan
basal ataupun pada
saat adanya
rangsangan
Farmakokinetik
Omeprazole
dimetabolisme
secara sempurna
terutama dihati,
sekitar 80%
metabolit
diekskresikan
melalui urin dan
sisanya melalui
feses.
Dalam bentuk
garam natrium
omeprazole
diabsorpsi dengan
cepat. Sembilan
puluh lima persen
natrium
omeprazole terikat
pada protein
plasma.
6. Ventolin Farmakodinamik 4x2,5ml Digunakan 1. Tepat
Mekanisme per- untuk mengobati Pasien
kerjannya adalah inhalasi bronkospasme 2. Tepat
melaui stimulasi (misalnya obat
3. Tepat
reseptor β2 yang penyakit asma
dosis
banyak terdapat di karena alergi 4. Tepat
trachea (batang tertentu, asma waktu
tenggorok dan bronkial, 5. Tepat
bronchi yang bronkitis Rute
menyebabkan asmatis,
aktivasi dari emfisema
adenilsiklase.Enzi pulmonum), dan
m ini memperkuat penyakit paru
pengubahan obstruktif kronik
adenosintrifosfat (PPOK).
(ATP) yang kaya
energi menjadi
cyclic-adenosine-
monophosphape
(cAMP) dengan
pembebasan enersi
yang digunakan
proses-proses
dalam
sel.Meningkatnya
kadar
(cAMP) didalam
sel menghasilkan
beberapa efek
melalui enzim
fosfokinase,a.1.bro
nchodilatasi dan
penghambatan
pelepasan mediator
oleh mastcells.
Farmakokinetik
diadsorbsi minimal
dari saluran
cerna,tidak
melintasi blood-
brain barier
,dimetabolisme
secara ekstensif
dalam hepar
menjadi metabolit
in aktif,dieksresi
secara cepat melaui
urin dan feses.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tanggal Tanggal
No Diagnosa
perumusan pencapaian
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas 27 Desember 29 November 2016
b/d penumpukan sekret 2016
2. Resiko kerusakan integritas kulit b/d 27 Desember 29 November 2016
kulit kelembaban 2016
3. Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas 27 Desember 29 November 2016
jaringan 2016
4. Kesiapan peningkatan kebutuhan 28 Desember 29 November 2016
spiritual b/d kebutuhan spiritual 2016
terhambat
PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
HASIL
1. Ketidakefektifan NOC : NIC :
bersihan jalan nafas 1. Respiratory status : Airway suction
b/d penumpukan sekret Ventilation 1. Pastikan kebutuhan oral/ 1. Menjaga kebersihan oral mencegah
2. Respiratory status : tracheal suctioning penumpukan sputum
Airway patency 2. Auskultasi suara nafas 2. Mengetahui ada tidaknya sputum
Kriteria Hasil : sebelum dan sesudah 3. Informed consent tindakan
1. suara nafas yang bersih, suctioning. 4. Menampung O2 sebagai cadangan
tidak ada sianosis dan 3. Informasikan pada pasien 5. O2 masih ada untuk pernapasan
dyspneu (mampu dan keluarga tentang 6. Mencegah infeksi
mengeluarkan sputum, suctioning 7. Memberikan waktu pasien untuk istirahat
mampu bernafas dengan 4. Minta pasien nafas dalam 8. Mengetahui status oksigen pasien
mudah, tidak ada pursed sebelum suction dilakukan. 9. Mencegah hipoksia yang berlebihan
lips) 5. Berikan O2 dengan
2. Menunjukkan jalan nafas menggunakan nasal untuk
yang paten (pasien tidak memfasilitasi suksion
merasa tercekik, irama nasotrakeal
nafas, frekuensi 6. Gunakan alat yang steril
pernafasan dalam rentang setiap melakukan tindakan
normal, tidak ada suara 7. Anjurkan pasien untuk
nafas abnormal) istirahat dan napas dalam
setelah kateter dikeluarkan
dari nasotrakeal
8. Monitor status oksigen
pasien
9. Hentikan suction dan
berikan oksigen apabila
pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dll.
Airway Management
10. Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift 1. Membuat jalan napas paten
atau jaw thrust bila perlu 2. Memposisikan yang nyaman untuk
11. Posisikan pasien untuk ventilasi
memaksimalkan ventilasi 3. Mengetahui status respirasi pasien
12. Identifikasi pasien adekuat atau tidak
perlunya pemasangan alat 4. Membantu jalan napas supaya paten
jalan nafas buatan 5. Membantu mengeluarkan sputum
13. Pasang mayo bila perlu 6. Mencegah penumpukan sputum didalam
14. Lakukan fisioterapi dada paru
jika perlu 7. Mengetahui adanya suara tambahan
15. Keluarkan sekret dengan 8. Mencegah jalan napas tidak buntu
batuk atau suction 9. Vasodilatasi paru
16. Auskultasi suara nafas, 10. Mencegah gesekan yang berlebihan
catat adanya suara 11. Menjaga balance cairan
tambahan 12. Mengetahui status oksigen pasien
17. Lakukan suction pada
mayo
18. Berikan bronkodilator bila
perlu
19. Berikan pelembab udara
kassa basah NaCl lembab
20. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
21. Monitor respirasi dan
status O2
2. Resiko kerusakan NOC: NIC
integritas kulit b/d Kontrol resiko Identifikasi Resiko
kulit kelembaban a. Mampu mencari informasi 1. kaji ulang riwayat 1. Mengetahui riwayat alergi di masa lalu
tentang resiko kesehatan penyakit masa lalu 2. Mengetahui penyebab resiko kerusakan
b. Mampu mengidentifikasi 2. Identifikasi faktor resiko integritas kulit di lingkungan pasien
faktor resiko di lingkungan
c. Mampu memonitor faktor
resiko di lingkungan Perawatan Tirah Baring
d. Memodifikasi gaya hidup 3. Jelaskan alasan 1. Agar pasien dan keluarga mengetahui
untuk mengurangi faktor diperlukannya tirah baring alasan pasien tirah baring lama
resiko 4. Hindari penggunaan kain 2. Mencegah terjadinya kerusakan integritas
e. Mampu menggunakan linen kasur yang berbahan kulit
fasilitas kesehatan yang kasaar 3. Mencegah bersarangnya kuman di linen
sesuai dengan kebutuhan 5. Jaga kain linen tetap pasien
bersih, kering, dan bebas 4. Melibatkan keluarga untuk menjaga
kerutan kebersihan pasien agar menambah
6. Motivasi keluarga pengetahuan keluarga serta membuat
menjaga kebersihan pasien menjadi lebih nyaman
pasien
Hari :
Tanggal :
TIM PEMBIMBING
Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,
__________________________ _________________________
NIP.............................................. NIP............................................