Anda di halaman 1dari 45

EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP

PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSU


GMIM BETHESDA TOMOHON

PROPOSAL

Oleh :

IRENE CHRISNE LAFENIA DIEN

15061080

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESI TOMOHON

2019
EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSU
GMIM BETHESDA TOMOHON

PROPOSAL

Oleh :

IRENE CHRISNE LAFENIA DIEN

15061080

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESI TOMOHON

2019
EFEKTIFITAS RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSU GMIM BETHESDA TOMOHON

(Penelitian pre-Eksperimen(pra-posttest design) di RSU GMIM Bethesda Tomohon)

Oleh :

IRENE CHRISNE LAFENIA DIEN


NIM:15061080

Telah Disetujui Oleh Pembimbing


Pada Tanggal

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat


Ujian Skripsi

Menyetujui

Dr.JULIANUS AKE,S.KEP M.KEP Ns. SELVIE RUMAGITS.KEP.MKES


Pembimbing I Pembimbing II

Komisi Pembimbing
Mengetahui,
a.n Rektor Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
Dekan Fakultas Keperawatan

Ns. Selvie Rumagit,S.Kep., M.Kes


NINDN : 8804430017
EFEKTIFITAS RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSU GMIM BETHESDA TOMOHON

(Penelitian pre-Eksperimen(pra-posttest design) di RSU GMIM Bethesda Tomohon)

Oleh :

IRENE CHRISNE LAFENIA DIEN


NIM:15061080

Telah Disetujui Oleh Pembimbing


Pada Tanggal

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat


Ujian Skripsi

Menyetujui

JOKSAN HURAGANA S.KEP.,M.KES OLIVIANE SUMAMPOUW SE.,MSA


Penguji I Penguji II

Penguji
Mengetahui,
a.n Rektor Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
Dekan Fakultas Keperawatan

Ns. Selvie Rumagit,S.Kep., M.Kes


NINDN : 88044

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas
kemurahan dan cinta kasihnya penulis dapat menyajikan proposal ini yang
berjudul :

“EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN


DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSU GMIM BETHESDA TOMOHON”

Disamping untuk memenuhi salah satu persyaratan akademika guna


memperoleh sarjana keperawatan pada program studi ilmu keperawatan
fakultas keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon, juga di
maksudkan untuk memperluas pengetahuan penulis dibidang ilmu keperawatan.

Tomohon 29 Januari 2019

Ireine Chrisne Lafenia Dien

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................

DAFTAR TABEL................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

1.1 Latar Belakang.............................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................

1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................

1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................

2.1 Konsep Efektivitas........................................................................................

2.2 Hipertensi.....................................................................................................

2.3 Tekanan Darah.............................................................................................

2.4 Relaksasi Otot Progresif..............................................................................

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................

3.1 Jenis Penelitian...........................................................................................

3.2 Desain Penelitian........................................................................................

3.4 Populasi dan Sampel...................................................................................

3.5 Identifikasi Variabel.....................................................................................

3.6 Definisi Operasional.....................................................................................

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian.........................................................................

3.8 Metode Pengambilan dan Pengumpulan Data..............................................

3.9 Etika Penelitian ............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
2.1.4 Klasifikasi hipertensi ............................................................................ 9

2.4 Kerangka Konsep.................................................................................... 24

3.1 Desain Penelitian......................................................................................26

3.3 Kerangka Kerja.........................................................................................27

3.2 Definisi Operasional..................................................................................30

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu keadaan yang dialami oleh seseorang

terhadap peningkatan tekana darah diatas normal, baik tekanan darah

sistolik maupun diastolik. Hipertensi sering disebut sebagai pembunuh

gelap / silent killer karena termasuk penyakit yang mematikan, karena

seringkali penderita hipertensi tidak merasakan sesuatu gangguan

ataupun gejala. Hipertensi dapat menyerang siapa saja baik yua maupun

muda (Triyanto, 2014).

Tekanan darah merupakan faktor yang sangat penting pada

sistem sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan

mempengaruhi homeostatis didalam tubuh manusia. Tekanan darah

sangat penting dalam sirkulasi darah (Syaiffudin, 2013). Tekanan darah

selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri,

arteriola, kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran

darah yang menetap (Anggara dan Praytino 2013). Jika sirkulasi darah

dalam tubuh menjadi tidak memadai lagi , maka akan terjadi gangguan

pada sistem transportasi oksigen, karbondioksida, dan hasil

metabolisme lainnya (Syaiffudin, 2013).

Menurut data world Health Education dan The International

Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita

hipertensi di seluruh dunia pada usia di atas 18 tahun sekitar 22% pada

tahun 2014. Di indonesia hipertensi merupakan masalah kesehatan yang

utama dengan pravelensi yang tinggi betrdasarkan hasil pengukuran

pada umur 18 tahun sebesar 25,8% (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Di

sulawesi Utara pravelensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan


darah yaitu 27,1% dan penderitan yang sednag minum obat sebanyak

15,2%. Berdasarkan pengambilan data awal yang telah dilakukan di

Ruang Rawat Inap RSU GMIM Bethesda Tomohon telah diketahui

jumlah penderita hipertensi yang di rawat pada bulan September sampai

Desember berjumlah 57 penderita.

Berdasrkan hasil peneloitian bahwa mayoritas responden

berumur 40-50 tahun yaitu sebanyak 16 orang (69,6%), berdasarkan

jenis kelamin mayoritas responden berjenis kelamin laki laki yaitu

sebanyak 12 orang (52,2%). Hasil penelitian bahwa nilai rata rata

diastole sebelum adalah 96,22 sedangkan nilai rata rata diastole

sesudah adalah 94,17 dan nilai p =0,000 < p value, artinya ada

pengaruh pada diastole sebelum dan sesudah relaksasi otot progresif,

(Hamonangan Dinamik dan Alfonsus A W Ziraluo, 2018).

Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebelum dilakukan terapi

relaksasi otot progresif pada responden dan didapatkan responden

dengan tekanan darah tinggi (Hipertensi) sebanyak 10 responden yaitu

(66,7%) sedangkan kategori normal 5 responden yaitu (33,3%).

Perbedaan skor sebelum dan sesudah adalah 0,467 dengan standar

deviasi 0,640. Hasil uji statistic dengan menggunakan uji paired sampel

T-Test didapatkan p value 0,029 (p<0,05), maka Ho ditolak dan ada

perbedaan antara penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah

terapi relaksasi otot progresif, (Maria Theodorin A J Karang dan Ahmad

Rizal, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar responden yang menderita hipertensi berusia diatas 51 tahun

dengan presentase 79,17%, 87,5% responden berjenis kelamin wanita,

62,5% berpendidikanm dasar dan 50% responden tidak bekerja.


Terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan darah (systole dan

dyastole) sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksai otot progresif

dibuktikan dengan niali p melalui uji T didapatkan nilai 0,000 dimana nilai

p <o,05 dan nilai 95% confidence interval tidak melewati angka nol.

Secara klinis pun juga dikatakan terdapat perbedaan tekanan darah

sebelum dan sesudah diberikan terapi Relaksasi Otot Progresif dengan

selisih nilai 10 pada tekanan darah systole menurunkan tekanan darah

dan stress pada penderita hipertensi, (Primasari M Rahmawati, Musviro

dan Fitrio Deviantony, 2018).

Berdasarkan hasil penelitian bahwa mayoritas responden yang

mengalami hipertensi berumur 56-60 tahun (lansia akhir) sebanyak 13

orang (43,3%), mayoritas responden yang mengalami hipertensi adalah

perempuan sebanyak 23 orang (76,7%). Dari ujir statistic didapatkan

nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan diatolik pada kelompok

eksperimen sebelum diberikan relaksasi otot progresif yaitu 150,60

mmHg dadn 94,7 mmHg. Setelah diberikan relaksasi otot progresif yaitu

146,53 mmHg dan 88,20 mmHg. Hasil analisa diperoleh p value tekanan

sistolik (0,001) <(0,05), maka dapat diaimpulkan bahwa ada perbedaan

yang signifikan antara mean tekanan darh sistolik dan diastolik sebelum

dan sesudah intervensi pada kelompok eksperimen, (Endar Sulis Tyani,

Wasito Utomo, dan Yesi Hasneli N, 2015).

Relaksasi Otot Progresif merupakan terapi relaksasi yang dapat

menurunkan tekana darah, mengontrol nyeri, serta mengurangi

ketegangan otot. Latihan relaksasi Otot Progresif sangat sederhana dan

mudah dipelajari, karena latihan ini dapat digunakan di klinik rawat jalan,

di rumah atau pengobatan rawat inap opada pasien hipertensi. Latihan

Relaksasi Otot Progresif yaitu terapi yang berfokus dalam


memepertahankan konsentrasi yang dalam serta relaksasi tubuh yang

baik. Terapi Relaskasi Otot Progresif ini melibatkan kontraksi dan

relaksasi berbagai kelompok otot tubuh mulai daru ujung kepala sampai

ujung kaki maupun dari ujung kaki sampai ujung kepala. Untuk

meregangkan otot secara progresif , di mulai dengan menegangkan dan

meregangkan kumpulan otot utama tubuh. Dengan cara ini maka akan

menormalkan kembali fungsi-fungsi organ tubuh dan membuat tubuh

menjadi rileks (Resti,2014).

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik

melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Terapi Otot Progresif

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di RSU

GMIM Bethesda Tomohon”.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Pernyataan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas dapat

dirumuskan bahwa Terapi Relaksasi Otot bisa bermanfaat menurunkan

tekanan darah atau tidak.

1.2.2 Pertanyaan Masalah

1. Bagaiamana tekanan darah sebelum teknik Relaksasi Otot

Progresif?

2. Bagaimana tekanan darah sesudah teknik Relaksasi Otot Progresif?

3. Apakah ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah teknik

Relaksasi Otot Progresif.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui Efektivitas Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap

penururan tekanan darah pada pasien hipertensi di RSU Gmim

Bethesda Tomohon.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Teridentifikasi tekanan darah sebelum Teknik Relaksasi Otot

Progresif

2. Teridentifikasi tekanan darah sesudah Teknik Relaksasi Otot

Progresif

3. Teranalisis perbedaan tekanan sebelum dan sesudah dilakukan

Teknik Relaksasi Otot Progresif

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

a. Layanan dan masyarakat

Penelitian ini akan memberikan tambahan pengetahuan terhdap

institusi pelayanan kesehatan dalam memeberikan asuhan

keperawatan kepada klien, keluarga dan masyarakat khsusunya

tentang efektifitas relaksasi otot progresif terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi.

Selain hal tersebut, masyarakat lebih mengetahui dan memahami

manfaat penelitian ini untuk dapat dilakukan secara mandiri sehingga

dapat mengurangi biaya perawatan dan pengobatan.

b. Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan

terhadap institusi pendidikan tentang pentingnya relaksasi otot

progresif terhdap tekanan darah pada klien hipertensi untuk di

masukkan kedalam kurikulum pendidikan keperawatan dan

dianjurkan kepada peserta didik.


c. Perkembangan Ilmu Keperawatan

Adanya penelitian ini juga akan menambah perkembangan ilmu

keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

klien, keluarga dan masyarakat sehingga ilmu keperawatan semakin

maju dan berkembang. Selain itu juga dapat merupakan data awal

untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.

1.4.2 Praktis

Untuk mempelajari lebih mendalam tentang efektivitas relaksasi otot

progresif terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Efektifitas

2.1.1 Definisi

Efektifitas merupakan kemampuan untuk memiliki tujuan yang

tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Herlambang 2013).

Efektifitas seringkali disebut mengerjakan hal yang tepat yaitu,

menjalani aktifitas-aktifitas yang secara langsung membantu organisasi

mencapai sasarannya. Dengan demikian efektivitas pada hakekatnya

berorientasi pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnnya

(Robbins dan Caulter 2010).

2.2 Hipertensi

2.2.1 Definisi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg

secara kronis (Tanto dan Chris 2014). Hipertensi adalah peningkatan

tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik

lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran tekanan dengan selang

waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan

darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan

kerusakan pada ginjal,jantung,dan otak bila tidak dideteksi secara dini

dan mendapatkan pengobatan yang memadai (Kemenkes RI,2013).

Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah

dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu

periode. Hal ini terjadi bila arteriol-arteriol kontriksi. Kontriksi arteriol


membuat darah sulit mengalir dan peningkatan tekanan melawan

dinding arteri (Ubjanti,2010).

Menurut ISH (International Society of Hypertension), saat ini

terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta di

antaranya meninggal setiap tahun (Muliati,Syam,& Sirajuddin,2010).

Menurut American Heart Association {AHA},penduduk america yang

berusia di atas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka

hingga 74,5 juta jiwa. Menurut data WHO, di seluruh dunia sekitar 972

juta orang atau 26,4% orang di seluruh dunia menghidap hipertensi,

angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025.

Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan

639 juta sisanya berada di negara berkembang, termasuk indonesia

(Zaenurrohma,2017).

2.2.2 Jenis Hipertensi

Ada 2 Jenis hipertensi yaitu hipertensi primer dan hipertensi

sekunder. Sebanyak 90% dari semua kasus hipertensi dari semua kasus

hipertensi adalah hipertensi primer. Penyebab hipertensi primer tidak

jelas, beberapa teori menunjukkan adanya faktor genetik, perubahan

hormon dan perubahan simpatis (Baradero,2008). Sedangak hipertensi

sekunder merupakan penyakit ikutan dari penyakit yang sebelumnya di

derita. Adapun penyakit memicu hipertensi sekunder,pada kelenjar

gondok efek obat obatan dan kelainan pembuluh darah serta pada

kehamilan hampir 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi primer,

sedangkan 10% tergolong hipertensi sekunder (Setiawan dkk,2008).


2.2.3 Klasifikasi Hipertensi

Menurut WHO klasifikasi hipertensi dapat dilihat pada tabel 2.1

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)


Optimal < 120 < 80
Normal < 130 <85
Tingkat 1 (Hipertensi ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (Hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi berat) 180 110

2.2.4 Gejala Hipertensi

Hipertensi sulit di sadari seseorang karena hipertensi tidak

memiliki gejala khusus. Gejala-gejala yang muidah diamati antar lain

yaitu: gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, setring

muntah,sering gelisah,wajah marah,tengkuk tersa pegal,mudah

marah,telinga berdengung ,suka tidur ,sesak nafas, rasa berat

ditengkuk,mudah lelah,mata berkunang-kunang,mimisan (keluar darah

dari hidung). Menurut (Susanto,2009).

2.2.5 Faktor Penyebab

Faktor resiko hipertensi adalah umur,jenis kelamin, riwayat

keluarga (faktor resiko yangb tidak dapat diubah atau

dikontrol),kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh,

kebiasaan minum-minuman beralkohol, obesitas , kurang aktifitas fisik,

stress, penggunaan esterogen (Kemenkes RI,2013).

Adapaun penyebab hipertensi, yaitu sebagai berikut :

1. Hipertensi esensial (Primer)

90 persen dari kasus hipertensi adalah hipertensi primer, penyebab tidak

diketahui tentang hipertensi primer. Ada beberapa teori yang


menunjukkan adanya faktor genetik, perubahan hormon , dan perubahan

simpatis (Baradero, 2008).

Kelainan hemodinamik pada hipertensi esensial adalah

peningkatan resistenai perifer. Hipertensi esensial disebabkan oleh

multifaktor, terdiri dari faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor

genetik mempengaruhi kepekaan terhadap vasokontriktor, resistensi

insulin dan sebagainya. Faktor lingkungan yang memepengaruhi adalah

diet, kebiasaan merokok, stress, emosi, obesitas, dan lain-lain (Aziza,

2007).

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya

(Kowaiski, 2010). Menurut Bardero (2008), penyebab hipertensi

sekunder antra lain:

1. Penyakit parenkin ginjal (glomerulonephritis, gagal ginjal) yang

menyebabkan hipertensi dependen renin dan natrium.

2. Penyakit renovaskular yang mengganggu fungsi ginjal karena

anterislerosis atau fibrosis yang membuat arteri renalis

menyempit dan membuat tekanan vascular meningkat.

3. Sindrom cashuing yang meningkat volume darah.

4. Abdoisteroinisme primer menyebabkan retensi natrium dan air

yang membuat volume darah meningkat.

5. Fenokromositoma menggangu sistem sekresi. Sekresi yang

berlebih dari katekolamin (nerenifrin membuat tahanan vascular

perifer meningkat.
6. Koartsi aorta yang meningkat tekanan darah pada ekstermitas

atas dan perfusi pada ekstermitas bawah menjadi berkurang.

7. Trauma kepala atau tumor kranial yang mempengaruhi tekanan

iontracranial. Peningkatan tekanan intracranial mengakibatkan

berkurangnya perfusi serebral, sehingga iskemia merangsang

pusat vasomotor medulla untuk meningkatkan tekanan darah.

8. Hipertensi akibat kehamilan

Terdapat teori yang menjelaskan bahwa vasopasme umum bisa

menjadi faktor penyebab.

2.2.6 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terkletak dipusat vasomotor, pada medulla otak. Pada titik

ini, neuron preganglion melepaskan asetikoloin ke pembuluh

darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Pada saat

bersamaaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsangb emosi, kelenjar

adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktvitas

vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke

ginjal,menyebabkan pelepasan renin. Horomon ini menyebabkan

retensi natrium air oleh tubulus ginjal,menyebabkan peningkatan

volume intravaskular (Smaletzer dan Bare,2006).

Ginjal mampu meningkatkan tekanan darah dengan

menghasilkan enzim renin yang memicu pembentukan hormon

angiotensi dan pelepasan hormon aldosterone. Sistem saraf

simpatis sementara waktu meningkatkan tekanan darah selama

respon reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar, saraf


simpatis juga meningkatkan kecepatan dan kekuatan ddenyut

jantung, melepaskan hormon epinefrin yaitu adrenalin dan

noripinefrin atau noradrenalin yang merangsang pembuluh darah.

Ditamvbah lagi stress merupakan pencetus meningkatnya

tekanan darah dengan proses pelepasan hormon epinferin dan

norepinefrin ( Triyanto 2014).

2.2.7 Penatalaksanaan Hipertensi

Tinggi atau rendahnya kejadian hipertensi di suatu daerah,

tidak membedakan peluang terjadinya komplikasi dari hipertensi.

Komplikasi yang timbul akibat tidak tertanganinya hipertensi

meliputi infark miokardium, stroke , gagal ginjal, dan ensefalopati

(Ardiansyah, 2012). Oleh sebab itu, untuk mengatasi hipertensi

dan menghindari terjadinya komplikasi perlu dilakukan

penatalaksaan atau pengobatan. Pengobatan secara non

farmakologi meliputi memodifikasi gaya hidup, menurunkan

kelebihan berat badan, memperbanyak konsumsi sayuran dan

buah, meningkatkan aktivitas fisik, berhenti mengkonsumsi

minuman beralkohol dan manajemen stres

(Prasetyoningrum,2014). Selain menjalani pola hidup sehat,

harus disertai pula dengan terapi komplementer, salah satunya

terapi relaksasi otot progresif (Tyani, dkk, 2015). Teknik relaksasi

otot progresif dilakukan dengan cara mengendorkan atau

mengistirahatkan otot-otot, pikiran dan mental dan bertujuan

untuk mengurangi kecemasan (Widharto,2007).

Hipertensi juga dapat ditatalaksanakan dengan melakukan

perubahan gaya hidup atau dengan obat-obatan. Peubahan gaya

hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak


melebihi sperempat sampai setengah sendok teh atau enam

gram perhari, menurunkan berat badan yang berlebih,

menghindari minuman yang mengandung kafein, berhenti

merokok, dan minum minuman beralkohol. Penderita hipertensi

dianjurkan berolahreaga,dapat berupa berjalan, lari, jogging

bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5 kali per

minggu. Cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan istirahat

penting untuk penderita hipertensi. Makanan yang harus dihindari

atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah sebagai berikut:

( Kemenkes RI,2013)

1. Makana yang memiliki kadar lemak jenuh yang tinggi, seperti

otak, ginjal,paru,mimyak kelpa,gajih

2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium ,

seperti biskuit,kreker,kripik,dan makanan yang kering yang

asin.

3. Makanan yang diawetkan,seperti dendeng,asinan sayur,

buah, abon,ikan asin, pindang, udang kering,telur asin,selai

kacang.

4. Susu full cream,margarine,mentega keju,mayonaise,serta

sumber protein hewani yang tinggi ,kolesterol seperti daging

merah sapi atau kambing,kuning telur,dan kulit ayam.

5. Makanan dan minuman dalam kaleng,seperti sarden , sosis,

korned, sayuran serta buah-buahan kaleng,soft drink.

6. Bumbu-bumbu seperti kecap,terasi,saos tomat,saos

sambel,tauco, serta bumbu penyedap lainnya yang pada

umumnya mengandung garam natrium.

2.3 Tekanan Darah


2.3.1 Definisi

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada

dinding arteri. Ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

curah jantung, ketegangan arteri, dan volume,serta kekentalan

(viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis.

Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut

tekana sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah,yang

terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya

digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan

diastolik , dengan nilai dewasa normalnya berkiasr dari 100/60

sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80

mmHg (Smaletzer dan Bare,2006).

2.3.2 Klasifikasi Tekanan Darah

Terdapat tiga jenis tekanan darah, menurut Gunawan

(2012),yaitu:

1. Tekanan darah normal apabila sistoliknya 120-140 mmHg

dan diastoliknya 80-90 mmHg.

2. Tekanan darah rendah (Hipotensi) adalah keadaan dimana

tekanan darah lebih rendah dari normal,yaitu mencapai nilai

rendah 90/60 mmHg. Gejala klinis yang muncul diantaranya

pusing, cepat lelah, penglihatan kurang jelas, keringat dingin.

3. Tekanan darah tinggi (hipotensi) adalah suatu keadaan

dimana tekanan darahi melebihi normal, yaitu tekanan

sistoliknya > 140 mmHg dan diastoliknya > mmHg.

2.4 Relaksasi Otot Progresif


2.4.1 Definisi

Teknik relaksasi otot progresif adalah memusatkan

perhatian pada suatu aktivitas otot, dengan mengidentifikasi otot

yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan

melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks

(Purwanto, 2013).

Relaksasi otot progresif adalah latihan untukmendapatkan

sensasi rileks dengan menegangkan suatu kelompok otot dan

menghentikan tegangan (Potter & Perry, 2010).

Teknik relaksasi otot progresif adalah latihan untuk

mendapatkan sensasi rileks dengan memusatkan perhatian pada

suatu aktifitas otot, dengan mengidentifikasi otot yang tegang

kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik

relkasasi untuk mendapatkan perasaan relaks dengan terbukti

tekanan darah pada penderita hipertensi dapat menurun

(Valentine, dkk, 2014, Purwanto, 2013 dan Mashudi, 2010).

2.4.2 Manfaat Relaksasi Otot Progresif

Manfaat Relaksasi Otot Progresif telah di gunakan dalam

berbagai penelitian di dalam dan luar negeri dan telah terbukti

bermanfaat pada berbagai kondisi subyek penelitian. Saat ini

latihan relaksasi otot progresif semakin berkembang dan semakin

sering di lakukan karena terbubkti efektif karena mengatasi

ketegangan, kecemasan, stres, dan diapresi (Jakobson & Wollpe

dalam condrat & Roth-2007), membantu orang yang mengalami


insomia (Erliana, E, 2008), hingga meningkatkan kuialitas hidup

pasien pasca operasi CABG (Dehdari, 2009), merunkan tekanan

darah pasien hipertensi (Tri Murti, 2011), meredahkan keluhan

sakit kepala dan meningkatkan kualitas hidup (Azizi & Mashhady,

2012)

Respon relaksasi merupakan bagian dari penurunan

umum optimis, siskologis, dan stimolasi perilaku. Relaksi dapat

merangsang munculnya zat kimia yang mirip dengan beta

blocker di saraf tepi yang dapat menutup simpul-simpul saraf

simpati yang berguna mengurangi ketegangan dan menurunkan

tegangan darah (Hartono, 2007).

Relaksasi otot terhadap berpengaruhi terhadap

penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan

mengguanakan uji mann whitney (Khasana, 2017 ). Penelitian

yang lain mengatakan adanya penurunan tekanan darah sistolik

pada penderita hipertensi primer setelah di lakukan latihan

relaksasi otot progresif. Tekanan distolik tidak mengalami

penurunan siknifikan karena tekanan darah diastolik bersifat

stabil dan sedikit menurun seiring bertambahnya usia. (Azizah,

2015).

2.4.3 Fisiologi Kontaksi Dan Relaksasi

Relaksasi otot progresif dilakukan denga cara menegangkan

kelompok otot tertentu kemudian melepaskan ketegangan tersebut pada

saat otot di sedang ditegangkan memang menimbulkan rasa tidak

nyaman,tetapi ketika ketegangan dilepaskan maka saat itulah akan


merasakan sensasi rasa nyaman. Dalam hal ini, orang yang melakukan

latihan relaksasi otot memang diminta untuk berkonsentrasi

membedakkan sensasi rasa nyaman yang timbul ketika ketegangan

dilepaskan.

Ketegangan otot merupakan hasil dari kontraksi serabut otot.

Sedang relaksasi merupakan perpanjangan serabut otot. Hingga saat ini

belum ada alat untuk mengukur tingkat ketegangan dan relaksasi otot.

Sehingga ukuran otot yang tegang dan rileks menjadi tidak standart dan

lebih dominan bersifat subyektif. Untuk ketegangan otot, secara obyektif

sebenarnya bisa dilihat dan dirasakan. Pergerakan otot yang terjadi

akibatnya makin membesar dan memanjangnya serabut otot bisa

menjadi salah satu indikator ketegangan karena semakin tegang suatu

otot maka akan semakin keras konsistensinya. Selain itu, usaha

menegangkan otot harus dilakukan dengan menahan nafas. Keras dan

lemahnya getaran atau gunvangan saat menegangkan mengindikasikan

tingkat ketegangan otot.

2.4.4 Tujuan relaksasi Otot Progresif

Setyoadi dan Kushariyadi (2011) bahwa tujuan dari teknik ini adalah :

1. Menurunkan ketegangan otot ,kecemasan,nyeri leher, punggung,

tekanan darah tinggi,frekuensi jantung ,laju metabolik.

2. Mengurangi disritmia jantung,kebutuhan oksigen.

3. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar

dan tidak sadar dan tidak memfokus perhatian seperti relaks.

4. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.

5. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress.


6. Mengatasi insomnia ,depresi,kelelahan,iritabilitas,spasme otot,fobia

ringan,gagap ringan dan

7. Membangun emosi positif dari emosi negatif.

2.4.5 Teknik Terapi Otot Progresif

Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) Persiapan melakukan teknik

ini yaitu:

a. Persiapan

Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal serta lingkungan yangb

tenang dan sunyi.

1) Pahami tujuan,manfaat dan prosedur.

2) Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata

tertutup menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau

duduk dikursi dengan di kursi dengan kepala di topang,hindari

posisi berdiri.

3) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata,jam,dan

sepatu.

4) Longgarkan ikatan dasi,ikat pinggang atau hal lain sifatnya

mengikat.

b. Prosedur

1) Gerakan 1 : ditunjukkan untuk melatih otot tangan.

a) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.

b) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi

ketegangan yang terjadi.

c) Pada saat kepala dilepaskan,rasakan relaksasi

selama 10 detik.
d) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali

sehingga dapat membedakkan perbedaan antara

ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami.

e) Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.


2) Gerakan 2 : ditunjukkan untuk melatih otot tangan bagian

belakang.

a) Tekuk kedua lengan kebelakang pada pergelangan

tangan sehingga otot di tangan bagian belakang dan

lengan bawah menegang.

b) Jari-jari menghadap ke langit-langit.

3) Gerakan 3 : ditunjukkan untuk melatih otot biseps (otot besar

pada bagian atas pangkal lengan).

a) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.

b) Kemudian membawa kedua kepalan kepundak

sehingga otot biseps akan menjadi tegang.

4) Gerakan 4 : ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya

mengendur.

a) Angkat kedua bahu setinggi tingginya seakan-akan

sehingga menyentuh kedua telinga.


b) Fokuskan perhatian gerakan pada kontrak

ketegangan yang terjadi dibahu punggung atas, dan

leher.

5) Gerakan 5 dan 6 : ditunjukkan untuk melemaskan otot-otot wajah

( seperti dahi, mata,rahang,dan mulut)

a) Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan

alis sampai otot terasa kulitnya keriput.

b) Tutup keras keras mata sehingga dapat dirasakan

ketegangan di sekitar mata dan otot otot yang

mengendalikan ketegangan mata.


6) Gerakan 7 : ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang

dialami oleh

otot rahang.

Katupkan

rahang diikutin

dengan

menggigit

gigig sehingga

terjadi ketegeangan di sekitar otot rahang.

7) Gerakan 8 : ditujukkan untuk mengndurkan otot-otot di sekitar

mulut. Bibir dimponcongkan sekuat-kuatnya sehingga akan

dirasakan ketegangan sekitar mulut.

8) Gerakan 9 : ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan

maupun belakang.

a) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru

kemudian otot leher bagian depan.

b) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahata.


c) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian

rupa sehingga dapata merasakan ketegangan di bagian

belakang leher dan punggung atas.

9) Gerakan 10

ditujukan untuk

melatih otot leher

bagian depan

a) Gerakan membawa kepala ke muka

b) Benamkan dagu ke dada,sehingga dapat merasakan

ketegangan di daerah leher bagian muka.

10) Gerakan 11 ditujukan untuk melatih otot punggung

a) Angkat tubuh dari sandaran kursi

b) Punggung dilengkungkan

c) Busungkan dada, tahan kodnisi tegang selama 10

detik kemudian rileks.

d) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil

membiarkan otot menjadi lurus.

11) Gerakan 12 : ditujukan untuk melemaskan otot dada

a) Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan

udara sebanyak-banyaknya.
b) Ditahan selama beberapa saat,sambil meresakan

ketegangan bagian dada sampai turun ke perut

,kemudian dilepas.

c) Saat tegangan dilepas laakukan napas normal dengan

lega.

12) Gerakan 13 : ditujukkan untuk melatih otot perut

a) Tarik dengan kuat perut kedalam

b) Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10

detik, lalu dilepaskkan bebas

c) Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut

13) Gerakan 14-15 : ditujukkan untuk melatih otot-otot kaki ( seperti

paha dan betis)

a) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha

terasa tegang.

b) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa

sehingga ketegangan pindah ke otot betis.

c) Tahan posisi tegang selama 10 detik,lalu dilepas.

d) Ulanhi setiap gerakan masing-masing dua kali.


2.5 kerangka Konsep

berdasarkan teori yang telah dijelaskan maka dapat di buat suatu

kerangka konsep sebagai berikut :

Insomia

Reaksi Otot Progresif


Depresi

Kecemasan Stres Genetik

Tekanan Darah

Hipertensi

Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik

Ada Perbedaan Tekanan Tidak Ada Perbedaan


Darah Darah

Keterangan : : Variabel yang di teliti

: Variabel yang tidak di teliti


2.5.1 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan

peneliti (nursalam,2008)

Ha : ada terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah relaksasi

otot progresif pada penderita hipertensi di RSU GMIM Bethesda

Tomohon

Ho : tidak terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah relaksasi

otot progresif pada penderita hipertensi di RSU GMIM Bethesda

Tomohon/
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Kuantitatif

Merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah

sistematis,terencana, terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan

desain penelitiannya. Menurut Sugiyono (2012) metode penelitian kuantitatif

dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat

positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik

pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan

data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat

kunatitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan

(Sugiyono,2012)

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian atau rancangan penelitian merupakan tahap akhir dari

penelitian yang dibuat oleh penelitian berhubungan dengan bagaimana hasil

penelitian bisa di terapkan. Pada desain penelitian yang digunakan oleh peneliti

adalah rancangan pra-eksperimen (pra-post test design). Rencana penelitian ini

mengungkapkan kelompok subjek yang di observasi sebelum dilakukan

intervensi dan kemudian di observasi lagi setelah dilakuakan intervensi

(Nursalam, 2008).

Table 3.1 Desain penelitian pra-pascates (pra-post test design).


Subjek Pra Test Perlakuan Post Test

S O 1 O1

Keterangan :

S : Subjek

O : Observasi tekanan darah sebelum teknik relaksasi otot progresif

1 : Terapi teknik relaksasi otot progresif

O1 : Observasi tekanan darah sesudah teknik relaksasi otot progresif


3.3 Kerangka Kerja

Hipotesis

Populasi pasien hipertensi di ruangan rawat inap RSU GMIM Bethesda Tomohon
berjumlah 57 orang.

Purposive sampling

Sampel 16 orang

Pengukuran tekanan darah sebelum dilakuakan teknik

relaksasi otot progresif

Teknik relaksasi otot progresif

Pengukuran tekanan darah setelah dilakukan teknik

relaksasi otot progresif

Pengolahan data menggunakan Uji Wilcoxon

Hasil penelitian

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah setiap subjek misalnya manusia


atau masyarakat,yang memenuhi kriteria tertentu yang akan diteliti

(Nursalam 2008). Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien

dengan hipertensi di ruang rawat inap RSU GMIM Bethesda Tomohon

3.4.2 Sampel

Sampel adalah objek yang di telitit dan di anggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmojo,2010). Dalam menentukan jumlah sampel,rumus

Federer.

(n-1(t-1) > 15

Keterangan : n = besar sampel

T = banyaknya kelompok

(n-1) (t-1) > 15 (n-1) (2-1) > 15 (n-1) (1) > 15 n-1 > 15
n > 15+1 n>16

Dengan demikian peneliti mengambil 16 sampel untuk pre dan post.

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitan dari suatu

populasi target yang terjangkau yang akan di teliti. (Nursalam, 2008)

yaitu:

a. Pasien yang mengalami hipertensi

b. Umur 17-65 tahun

c. Pasien hipertensi tetapi keadaan baik untuuk diakukan terapi

relaksasi otot pregresif.

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria eksklusi dari studi (Nursalam,2008)


a. Pasien yang tidak menglami hipertensi

b. Pasien yang menolak

c. Pasien yang keadaan umum tidak baik

3.5 Identifikasi Variabel

1. Variabel Independen

Adapun variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Suatu

kegiatan stimulus yang di nilai manipulasi oleh peniliti menciptakan

suatu dampak pada variabel dependen (Nursalam,2008). Dalam ilmu

keperawatan, variabel bebasnya merupakan stimulus atau intervensi

keperawatan yang diberikan kepada klien untuk mempengaruhi

tingkah laku pasien (Nursalam,2008).

Variabel Independen ; Teknik relaksasi otot pregresif

2. Variabel Dependen

Variabel yang dikenal sebagai akibat atau effeck adalah variab el

dependen atau variabel yang berubah akibat dari perubahan variabel

yang lain (Thomas et al,2010). Variabe dependen muncul sebagai

akibat dari manipulasi variabel-variabel lainnya ( Nursalam, 2008).

3.6 Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah mendefinisikan secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamaati sehingga memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat

terhadap subjek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan

berdasarkan pengamatan yang dijadikan ukuran dalam penelitian

(Hidayat,2014).

Tabel 3.2 : definisi operasional.efektivitas relaksasi otot progresif terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi.


No Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Hasil

Ukur Ukur
1. Independen : Teknik 1.Posisi relaks Lembar observasi - -

Relaksasi relaksasi yaitu 2.kepalkan

otot progresif teknik tangan

menggerakan 3. Tangan

otot lurus,tekuk

pergelangan

tangan,jari

menghadap

keatas

4.kepalkan

tangan di

Pundak

5.angkat kedua

bahu sampai

menyentuh

telinga

6.kerutkan dahi

7.Pejamkan

mata kuat-kuat

8.senum lebar

9.moncongkan

bibir

10.Tengadahka

n kepala

11.Tekuk kepala
kedepan

12.Busungkan

dada

13.Nafas dalam

14.Kencangkan

perut

15.Tarik telapak

kaki

16.Luruskan

telapak kaki
2. Dependen: Hipertensi Pengukuran sphygnomanomete

Hipertensi yaitusistolik tekanan darah r

lebih dari 140 sistolik sebelum

mmHg dan dan sesudah.

diastolic lebih

dari 90 mmHg

3.7 Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di RSU GMIM Bethesda Tomohon. Waktu

penelitian.

3.8 Metode pengambilan dan pengumpulan data

1. Instrument penelitian

Untuk melakukan pengumpulan data peneliti menggunakan instrument

lembar observasi tekanan darah sebagai pedoman pengumpulan data.

2. Pengolahan data

Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah dengan beberapa tahap yaitu:


a. Pengeditan data (editing)

Pengeditan data ini dilakukan peneliti untuk memeriksa kelengkapan

data yang diperlukan untuk mencapai tujuan peneliti dilakukan

pengelompokkan dan penyusunan data.

b. Pengelompokkan data (Coding)

Data yang telah didapatkan akan diberi kode sesuai dengan sub

variabel yang diteliti agar lebih mudah dalam pengecekkan kembali

jika terdapat kesalahan.

c. Memberka skor (Scoring)

Setelah dilakukan coding data,mak dilakukan pemberia skor pada

masing masing sub variabel dan setelah semua data telah diberikan

skor data tersebut dilanjutkan.

d. Memproses data (Procesing)

Setalh data dikumpulkan kemudian di proses dengan computer untuk

dianalisis.

e. Pembersihan data dilakukan untuk mengoreksi jika ada kesalahan

dalam memasukkan data yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dan

variabel-variabel.

3. Analisa data

a. Analisa univariat

Adalah seluruh variabel yang akan digunakan dalam Analisa

ditampilkan dalam distribusi frekuwnsi dari masing-masing variabvel

independent.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah Analisa yang digunakan untuk melihat

hubungan antara variabel independent dan dependen secara

bersamaan.
3.9 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pasien sebagai

responden(subyek), khususnya pasien hipertensi. Untuk melindungi

keselamatan dan mejaga kerahasiaan pasien,peneliti menggunakan

prinsip menghormati hak asasi (inform consent), prinsip kerahasiaan dan

prinsip kepercayaan.

a. Infrom consent

Informasi bertujuan stekah mendapati informasi secara jelas

menandatangani formular yang disediakan bila subjek menerima

untuk dilakuakan penelitian dan bila subjek menolak, peneliti tidak

memaksa dn menghargai haknya.

b. Confidential (Kerahasiaan)

Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dengan tidak

menuliskan nama sebenarnya , tetapi dengan menggunakan kode

respons.

c. Anonymity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan penliti tidak mencantumkan nama

responden,tetapi lembar tersebut diberikan kode.

DAFTAR PUSTAKA
Aziza,Lucky.(2007).Hipertensi the silent killer, Jakarta: Yayasanpenerbitan ikatan dokter

indonesia.

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktek. Jakarta : PT. Rinka

Karya

Baradedo,dkk.(2008). Klien gangguan Kardiovaskuler, Jakarta : EGC

Corey,Gerald.(2005) Teori dan praaktek konseling dan psikoterapi. Terjemahan oleh E.

Koeswara. Jakarta : ERESCO..

Davis,M,McKay, M and Robbins Eshelman,E. (2000), The relaxation and stress reduction

Workbook,New Harbinger Publications, Oakland,CA.\

Endar sulis tyani,wasito utomo& yesi hasnell n (2015).Efektivitas relaksasi Otot Progresif

Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Essensial,jurnal

keperawatan Vol 2,No 2,Hal 342-243

Hamonangan dinamik, alfosus a w ziralou (2018).Pengaruh Teknk Relaksasi Otot Progresif

Pada Pasien Hipertesi Di Rsu Imelda,Jurnal keperawatan Priority,Vol 1 No 2 Juli

201, Hal 100-102

Ismanah & Wulandari M,(2011).Perbedaan Tekanan darah Pada pasien hipertensi esensial

sebelum dan sesudah pemberian relaksasi otot progresif di RSUD Tugerejo

Semarang Hal 02

Kowalski,Robert,(2010),Terapi Hipertensi : Program 8 minggu menurunkan tekanan darah

tinggi.Alih Bahasa : Rani ekawati, Bandung : Qanita Mizan Pustaka.

Lesatari Lorna Lolo & Komang Ayu Rusmadewi, (2017). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot

Progresif Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di

Wilayah Kerja Puskesmas Cendan Putih II tahun (2017).Vol 06, No 08 Hal 57


Maria Theodoring A J Karang, Ahmad Rizal (2017). Efektifitas Relaksasi Otot Progresif

Terhadap Penurun Tekanan Darah pada penderita Hipertensi Esensial. Jurnal

Keperawatan Vol 2, No 1070-1071

Notoatmotjo. (2020). Metedologi Penelitian Kesehatan Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :

Salemba Medika

Potter & Perry (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Praktik,

Jakarta : EGC

Primasari m rahmawati, masviro & fitrio deviantony (2018). Efektifitas progressive muscle

relaxation (PMR) Tekanan penurunan Tekanan darah pada penderita hipertensi.

The Indonesian journal of health science, edi khusus September 2018, Hal 190-

191

Ricky Zainudin, Ayu fransiskus Aliwu, Rini Rachamawati, Yuliana Syam. (2018). Efektifitas

progressive muscle relaxation (PMR) Tekanan penurunan Tekanan darah pada

penderita hipertensi, jurnal ilmiah Kesehatan Vol7, No 2 Hal 42.

Sugiyono. (2011) metodologi penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung : alfabeta.

Smelzer & bare (2018). Texbook of medical surgical Nursing vol.2. Philadelpia : Linppincott

William & Wilkins.

Setiawan dkk (2008) Statitika untuk kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salema medika.

Triyanto. (2014). Pelayanan keperawatan bagi penderita hipertensi secara terpadu

Yogyakarta : graha ilmu.


Zufa Inayatul Ulya, Noor faidah, (2017). Pengaruh terapi Ralaksasi otot progresif terhadap

peenurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di desaKonpandriyo

kecamatan gabus kabupaten pati vol 06, No 2 Hal 03.

Anda mungkin juga menyukai