SCABIES
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
MATA KULIAH:
KMB III (MUSKULOSKELETAL & INTEGUMEN)
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Scabies”
Kami menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan kemampuan
serta pengalaman. Karena itu kami sangat mengharapkan adanya kritik serta
saran dari semua pihak yang membangun guna dijadikan pedoman bagi kami
dikemudian hari.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 2
BAB I (PEMBAHASAN)
2.1 Definisi 3
2.2 Sinonim 4
2.3 Patofisiologi 4
2.4 Pengobatan 6
2.5 Pemeriksaan Penunjang 7
BAB II (ASUHAN KEPERAWATAN)
3.1 Contoh Kasus Dengan Scabies 9
3.2 Pengkajian 10
3.3 Diagnosa Keperawatan 18
3.4 Implementasi 25
3.5 Evaluasi 25
BAB III (PENUTUP)
4.1 KESIMPULAN 26
4.2 SARAN 26
DAFTAR PUSTAKA 27
ii
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Skabies (scabies) suatu penyakit kulit yang banyak terdapat di negeri kita, terutama
dikenal umum pada masa pendudukan tentara jepang. Sering disebut orang pada masa itu
penyakit BPP, karena pada umumnya terkena pada orang BP (para pekerja indonesia yang
dihimpun oleh tentara pendudukan Jepang pada tahun 1942-1945). Juga di zaman “ Gestapu”
(Gerakan September 30) yang disebut orang penyakit Gestapu.
Penyakit ini disebabkan oleh parasit acarus scabiei. Yang betina melakukan kerusakan
pada kulit penderita, pada saat parasit mencari tempat bersarang untuk bertelur, sedangkan yang
jantan berada di permukaan kulit. Biasanya daerah yang dipilihnya mula-mula tempat di antara
jari-jari tangan, dan pergelangan tangan, kaki dan tubuh. Rasa gatal sangat dirasakan, sehingga
penderita mau tidak mau terpaksa menggaruk. Bila diikuti terus, mau rasanya menggaruk terus
menerus sehingga kulit terinfeksi oleh kuman-kuman lainnya yang berada dipermukaan kulit,
dan kulit pun bisa menjadi eksim. Pada kulit timbul bintik-bintik berisi cairan dan tampak sangat
kotor.
Pengetahuan dasar tentang penyakit ini diletakkan oleh Von Hebra, bapak dermatologi
modern. Penyebabnya ditemukan pertama kali oleh benomo pada 1687, kemudian oleh Mellanby
dilakukan percobaan induksi pada sukarelawan selama PD II.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian scabies ?
2. Etiologi scabies ?
3. Manifestasi klinis scabies ?
4. Patofisiologi scabies ?
5. Penatalaksanaan scabies ?
6. Asuhan keperawatan dengan kasus scabies ?
1
C. TUJUAN PENULISAN
Sebagaimana rumusan masalah diatas, penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. untuk memahami pengertian scabies ?
2. untuk memahami apa etiologi dari scabies ?
3. untuk memahami apa saja manifestasi klinis pada scabies ?
4. untuk memahami patofisiologi pada scabies ?
5. untuk memahami penatalaksanaan pada scabies ?
6. untuk memahami bagaimana asuhan keperawatan pada kasus scabies ?
D. MANFAAT PENULISAN
Dengan adanya makalah seminar ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
membuat asuhan keperawatan pada klien dengan scabies serta mampu mengimplementasikannya
dalam proses keperawatan.
2
BAB I
PEMBAHASAN
A. Definisi
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sesnsitisasi
terhadap sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya. (Prabu: 1996).
Penyakit infeksi kulit menular dengan menifestasi keluhan gatal pada lesi terutama pada
waktu malam hari yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei var hominis.(Soedarto: 1996)
Pada pengkajian anamnese, penyakit ini sering didapatkan pada orang-orang miskin yang
hidup dengan kondisi hiegien dibawah standar, walapun juga sering terdapat diantara orang-
orang yang sangat bersih. Pada pengkajian riwayat bisa didapatkan dalam satu
rumah/komunitas yang terkena lebih dari 1 pasien.
Skabies sering dijumpai pada orang-orang yang seksual-aktif. Namun demikaian,
infestasi parasit ini tidak bergantung pada aktifitas seksual karena kutu tersebut sering
menjangkit jari-jari tangan, dan sentuhan tangan dapat menimbulkan infeksi. Pada anak-anak,
tinggal semalaman dengan teman yang terinfeksi atau saling bergantian pakain dengannya
dapat menjadi sumber infeksi. Petugas kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama
dengan pasien skabies juga dapat terinfeksi.
Kutu betina yang dewasa akan menbuat terowongan pada lapisan superfisial kulit dan
berada disana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan pinggir yang tajam dari persendian
kaki depannya, kutu tersebut akan memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya dua
hingga tiga butir setiap hari sampai selama 2 bulan. Kemudian kutu betina itu mati. Larva
(telur) menetas dalam waktu 3 sampai 4 hari dan berlanjut memasuki stadium larva, kemudian
nimfa menjadi bentuk kutu dewasa dalam tempo sekitar 10 hari.
Diperlukan waktu kurang lebih 4 minggu sejak terjadi kontak hingga timbul gejala pada
pasien. Pasien akan mengeluhkan gatal-gatal yang hebat akibat reaksi imunologi tipe lambat
terhadap kutu atau butiran fesesnya. Pada pemeriksaan, pasien ditanyakan dimana gatal-gatal
tersebut terasa paling hebat. Terowongan yang dibuat oleh kutu skabies dapat berupa lesi yang
multiple, lurus, atau gelombang, berwarna coklat atau hitam dan menyerupai benang, yang
terlihat terutama diantara jari jari tangan, serta pada pergelangan tangan.
3
Lokasi lainya adalah permukaan ekstensor siku, lutut, pinngir kaki, ujung-ujung sendi
siku, daerah disekitar puting susu, lipatan aksila, dibawah payudarah yang menggantung, dan
pada atau didekat lipat paha atau lipat gluteus, serta penis atau skrotum.
B. Sinonim
The itch, gudik, budukan, gatal agogo
C. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap
sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada
saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan
lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,ekskoriasi,krusta dan infeksi sekunder.
Kutu skabies dapat menyebabkan gejala transier pada manusia, tetapi mereka bukan
penyebab infestasi persisten. Cara penularan yang paling efesien adalah melalui kontak
langsung dan lama dengan seseorang individu terinfeksi. Kutu skabies dapat bertahan hingga
tiga hari pada kulit manusia sehingga media seperti tempat tidur atau pakaian merupakan
sumber alternatif umtuk terjadinya suatu penularan.
Siklus hidup kutu berlangsung 30 hari dan habiskan dalam epidermis manusia. Setelah
melakukan kopulasi, kutu jantan akan mati dan kutu betina akan membuat liang ke dalam
lapisan kulit dan meletakkan total 60-90 telur. Telur yang menetas membutuhkan 10 hari
untuk larva dan kutu dewasa. Kurang dari 10% dan telur yang dapat menghasilkan kutu
dewasa.
Kutu skabies kemudian bergerak memulai lapisan atas kulit dengan mengeluarkan
prosentase yang mendeglarasi stratum korneum. Scybala (kotoran) yang tertinggal saat
mereka melakukan perjalanan melalui epidermis, menciptakan kondisi klinis lesi yang diakui
sebagai liang.
Populasi pasien tertentu dapat rentan terhadap penyakit skabies, termasuk pasien dengan
gangguan immunodefisiensi primer dan penurunan respons imun skunder terhadap terapi
obat, dan gizi buruk. Kondisi lainnya adalah gannguan motorik akibat kerusakan saraf yang
menyebabkan ketidakmampuan untuk menggaruk dalam menanggapi pruritis sehingga
4
menonaktifkan utilitas menggaruk untuk menghilangkan kutu pada epidermis dan
menghancurkan liang yang dibuat oleh kutu.
PATHWAY :
Tungau Sarcoptes
Scabei
Reaksi Inflamasi
Gatal Gangguan
↑ Permeabilitas Pola Tidur
Perpindahan IV ke
Kapiler
IS
Aliran darah
di pembuluh darah Masuk ke Edema
dermis ↑ jaringan
Vesikel timbul
erosi, ekskoriasi,
Plak merah Papule krusta
5
Garukan
D. Pengobatan
Pada umumnya penyakit ini cukup di obati dengan salep belerang yang dioleskan di
seluruh tubuh yang terkena, kecuali kepala. Pengolesan salep ini diulang lagi setelah 24 jam.
Setelah pengobatan sebanyak tiga kali, maka disusul dengan pemandian tubuh. Kemudian
semua pakaian, dan alas tidur diganti dengan alas yang bersih. Selain dengan salep belerang
dapat juga dilakukan pengobatan dengan benzil benzoat atau dapat pula digunakan saleb
scabex buatan pabrik obat Dupa yang mengandung pergramnya: Triklorokarbanilid 0,5 %,
asam salsilat 2%, mentol 0,25%, gameksan 0,5%, ekstrak nikotin tobak 1%. Selain itu dapat
pula digunakan salep Scabicid yang dibuat oleh pabrik obat kimia farma yang pergramnya
mengandung bahan-bahan: Gameksan 1%, Asam usnik 1%, dioleskan di tubuh 1x sehari
selama 3 hari berturut-turut, kemudian baru dimandikan sampai bersih.
Syarat obat yang ideal ialah :
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.
4. Mudahg diperoleh dan harganya murah.
5. Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati(termasuk penderita
yang hiposensititasi).
6
Belerang endap (sulfur presipipatium) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau cream.
Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh
kurang dari tiga hari.
Emulasi benzyl-benzoat (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam
selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering member iritasi, dan kadang-kadang makin gatal
setelah dipakai.
Gama Benzena Heksa Klorida (gemeksan = gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau
losio, termasuk obat pilihan karena efektif terdapat semua stadium, mudah digunakan, dan
jarang memebri iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan wanita
hamil, karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup jika masih ada gejala
diulangi seminggu kemudian.
Krotamiton 10% daolam krim atau losio juga merupkan obat pilihan, mempumyai dua efek
sebagai anti gatal; harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
E. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis pasti skabies ditegakkan dengan ditemukannya tungau melalui pemeriksaan
mikroskop, yang dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
Kerokan kulit; ini dicapai dengan menempatkan setetes minyak mineral di atas liang dan
kemudian menggoreskan longitudinal menggunakan skapel no 15. Kerokan diletakkan
pada kaca objek, diberi kaca penutup, dan dengan mikroskop pembesaran 20X atau 100X
dapat dilihat tungau, telur atau skibala.
7
Epidermal shave biopsi; menemukan terowongan atau papul yang dicurigai diantara ibu
jari dan jari telenjuk, dengan hati-hati diiris puncak lesi dengan skapel no 15 yang
dilakukan sejajar dengan kulit. Biopsi dilakukan sangat superfisial sehingga tidak terjadi
pendarahan dan tidak perlu anastesi spesimen diletakan pada gelas objek lalu ditetesi
minyak mineral dan diperiksa dengan mikroskop.
Kuretasi terowongan (kuret dermal); yaitu kuretasi superfisial mengikuti sumbu panjang
terowongan atau puncak papul kemudian kerokan diperiksa dengan mikroskop, setelah
diletakkan di gelas objek dan ditetesi minyak mineral.
Tes tinta Burrow; papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus
dengan alkohol, maka jejak terowongan akan terlihat sebagai garis karakteristik,
berbelok-belok, karena tinta yang masuk. Tes ini dapat dilakukan pada anak-anak dan
pasien non-koperatif.
Tetrasiklin topikal; larutan tetrasiklin dioleskan pada terowongan yang dicurigai dan
dikeringkan selama 5 menit. Setelah itu hapus larutan tersebut dengan isoproplalkohol.
Tetrasiklin akan berpenetrasi ke dalam melalui kerusakan stratum korneum dan
terowongan akan tampak pada penyinaran lampu Wood, sebagai garis linear berwarna
kuning kehijauan sehingga tungau dapat ditemukan.
Apusan kulit; kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakan selotip pada lesi dan
diangkat dengan gerakan cepat. Selotip kemudian diletakkan diatas gelas obyek (enam
buah dari lesi yang sama pada satu gelas obyek) dan diperiksa dengan mikroskop.
Biopsi plong; dilakukan pada lesi yang tidak mengalami ekskoriasi dan dikerjakan
dengan potongan serial. Kemudian diperiksa dengan teliti untuk menemukan tungau atau
produknya dalam stratum korneum.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
8
A. Contoh kasus dengan Scabies
An M usia 12 tahun seorang pelajar kelas 6 SD datang dengan keluhan gatal pada sela-
sela jari tanganya sejak 3 hari yng lalu. Rasa gatal lebih terasa ketika malam hari. Akibat rasa
gatal tersebut klien tidak tahan sehingga sering menggaruk sela-sela jarinya. namun yang
dirasakan klien, garukan tersebut bukan melegakan namun semakin terasa gatal dan
memancing klien untuk terus menggaruk, sehingga luka tampak semakin memburuk dan
terasa nyeri, skala nyeri 2 dengan gambaran: nyeri terasa gatal, nyut-nyut, dan terasa
mengeliat seperti ada banyak hewan yang menggrogoti disela jarinya sehingga kadang terasa
keram. Akibat nyeri karena gatalnya tersebut, klien sering mengalami kesulitan tidur, badan
terasa panas dingin.
Klien mengatakan awal sebelum munculnya lesi, klien sering berinteraksi dengan teman
sejawatnya yang juga teman satu kamar dan satu tempat tidur di asrama pondoknya, kegiatan
apapun mereka selalu bersama, disaat kondisi tersebut teman sejawatnya sedang mengalami
gatal-gatal pada kulitnya kurang lebih 10 hari berlangsung, namun karena ketidaktahuan akan
kondisi tersebut, klien berinteraksi enjoy dengan teman nya tanpa ada batasan. Sentuhan
tangan, kadang pinjam meminjam pakaian masih mereka lakukan seperti biasa. Pernyataan
klien, akibat luka pada jari tanganya, klien tampak minder ketika berinteraksi dengan teman-
temanya, aktifitasnya juga terganggu untuk menulis pelajaran dan mengikuti kegiatan baik di
sekolah maupun pondok.
Dari hasil pemeriksaan, inspeksi: pada lesi tampak tererosi, memerah, terdapat papula
dan vesikel. Pada mata tampak membentuk kantong mata dan menghitam, mata tampak
sayup, dan sering menguap, akral hangat, wajah memerah, tampak menggigil kedinginan.
Ketika diajak wawancara klien tampak menundukkan kepala tidak menatap wajah lawan
bicara dan seolah-olah lesi di jarinya di sembunyikan, tampak wajah yang sedih dan
pernyataanya akibat klien tidak bisa mengikuti pelajaran secara maksimal, menulis pun tidak
bisa, wajah tampak menyeringai. Mandi jarang kadang 1-2 x/hari, makan dengan gizi
seimbang juga jarang. Pemeriksaan TTV: TD (90/70 mmHg), N(89 x/mnt), RR(20x/mnt),
S(380C). Dx Medis: Scabies
B. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
9
a. Identitas
Nama : An M
Umur : 12 tahun
MRS : 03 Oktober 2014
Pekerjaan : Pelajar
Dx Medis : Scabies
b. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama
Pasien megeluh gatal pada sela-sela jari tanganya
- Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 03 Oktober 2014 pasien datang dengan keluhan gatal pada sela-sela jari
tanganya sejak 3 hari yang lalu. Klien mengatakan awal sebelum munculnya lesi,
klien sering berinteraksi dengan teman sejawatnya yang juga teman satu kamar dan
satu tempat tidur di asrama pondoknya, kegiatan apapun mereka selalu bersama,
disaat kondisi tersebut teman sejawatnya sedang mengalami gatal-gatal pada
kulitnya kurang lebih 10 hari berlangsung, namun karena ketidaktahuan akan kondisi
tersebut, klien berinteraksi enjoy dengan teman nya tanpa ada batasan. Sentuhan
tangan, kadang pinjam meminjam pakaian masih mereka lakukan seperti Karena
kondisi tersebut klien dibawa keluarga ke RSUD.NGIMBANG LAMONGAN.
- Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
- Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan keluarga tidak mempunyai penyakit seperti ini sebelumnya
2. Data Obyektif
- Kondisi umum : lemah
- GCS : 3-4-5 (composmentis)
- Observasi TTV :
TD: 90/70 mmHg RR: 30x mnt
N : 80 x/mnt S : 38oC
10
a. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breathing)
- InspeksI : dada simetris, tidak terlihat adanya retraksi dada, dan penggunaan
oto bantu napas
- Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : tidak ada suara tambahna (vesicular)
2. B2 ( Blood)
- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : PMI teraba
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : S1, S2 bunyi tunggal
3. B3 ( Brain)
- Kesadaran : composmentis
- Penglihatan : baik
- Pendengaran: baik
- Penciumsn : baik
- Perabaan : penurunan sensasi raba akibat adanya lesi pada epidermis jari
tangan
4. B4 (Bladder)
- Produksi urin : normal
- Frekuensi : lancer (3-4 x/hari)
- Konsistensi : cair jernih
- Bau : aroma khas
- Warna : kuning, jernih
5. B5 ( Bowel)
- Frekuensi BAB : 1 x/hari
- Konsistensi : lembap, berbentuk
- Bau : aromatic
11
- Bissing usus: normal (10x/mnt)
- Tidak terdapat distensi abdomen
6. B6 (Bone)
- Kemampuan pergerakan sendi: sendi pada jari tangan mengalami keterbatasan
gerak, tampak antara sela-sela jari melebar seperti tertarik dan ruas sendi pada
digit tangan paling atas sedikit menekuk.
- Integritas kulit:
Pada epidermis tangan tampak terdapat lesi pada sela jari, lesi tampak
tererosi, memerah, terdapat papula dan vesikel.
Akral hangat, wajah memerah, tampak menggigil kedinginan
Mata tampak sayup, dan sering menguap
3. ANALISA DATA
Symptom Etiologi Problem
DS: Sarcoples Scabies Gangguan rasa
Px mengatakan gatal celah jari Sosial ekonomi rendah
nyaman
tangan, rasa gatal lebih terasa Hygineyg buruk ( nyeri)
ketika malam hari, karena tidak Gizi kurng
tahan, klien sering Imunodefisiensi
menggaruknya Hubungna
seksual yang
luka
tampak semakin promiskuitas
memburuk dan terasa nyeri,
skala nyeri 2 dengan gambaran:
nyeri terasa gatal, nyut-nyut, dan
terasa mengeliat seperti ada Menyerang melalui media
banyak hewan yang menggrogoti penularan
disela jarinya sehingga kadang
terasa keram Tungu membuat terowongan
pada epidermis kulit dan
DO: meninggalkan lesi
12
Skala nyeri 3 (nyeri ringan )
Infeksi pada kulit, ditemukan
Nyeri terasa gatal, nyut-nyut, papil, vesikel, uertika
menggeliat, dan keram
Ekspresi wajah menyeringai
ringan)
T:
Nyeri yang dirasakan Timbul sensasi nyeri, dan rasa
datangnya tiba-tiba, dan semakin gatal, akibatnya muncul
terasa ketika malam hari. keinginan untuk semakin
menggaruk
tampak menggigil kedinginan.
Infeksi pada kulit
S(380C)
13
Hipertermi
DS : Sarcoples Scabies Gangguan
Px mengatakan rasa gatal pada integritas kulit
celah jari tangan
14
Gangguan integritaskulit
DS: Sarcoples Scabies Intoleransi
Px mengatakan aktifitasnya aktifits
terganggu untuk menulis Menyerang melalui media
pelajaran dan mengikuti kegiatan penularan
baik di sekolah maupun pondok.
Infeksi pada kulit, ditemukan
DO: papil, vesikel, uertika
Dari hasil
wawancara, pernyataan
klien, akibat klien tidak bisa
mengikuti pelajaran secara Timbulnya pruritus noktuknal
maksimal, menulis pun tidak
bisa. Merangsang proses infeksi pada
Kemampuan pergerakan sendi:
luka tersebut
sendi pada jari tangan
mengalami keterbatasan gerak Luka yang semakin menyebar
menganggu aktifitas persendian
tampak antara sela-sela jari jari tangan, sehingga terjadi
melebar seperti tertarik keterbatasan gerak jari tangan
Intoleransi aktifita
DS: Sarcoples Scabies Gangguan
Px mengatakan sering istirahat tidur
mengalami kesulitan tidur
15
kantong mata dan menghitam
mata tampak sayup
gangguan istirahat-tidur
DS: Lesi pada jari tangan akibat Gangguan citra
Px mengatakan akibat luka pada infeksi oleh hewan saccoples tubuh
jari tanganya, klien tampak scabies
minder ketika berinteraksi
dengan teman-temanya, Akibat lesi yang menjalar
sehingga terjadi keterbatasan
DO: gerak pada persendian jari
Ketika diajak wawancara klien
16
sebelum munculnya lesi, klien pengertian, tanda gejala, cara tentang
sering berinteraksi dengan teman penularan, dan pengobatan penyakit
sejawatnya yang sedang
mengalami gatal-gatal pada
kulitnya kurang lebih 10 hari
berlangsun. Ketidaktahuan informasi tentang
Namun karena ketidaktahuan penyakit
akan kondisi tersebut, klien
berinteraksi enjoy dengan teman
nya tanpa ada batasan. Sentuhan
tangan, kadang pinjam
meminjam pakaian masih
mereka lakukan seperti biasa.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri) berhubungan dengan lesi pada epidermis celah jari
tangan
2. Hipertermi berhubungan dengan gangguan autoregulasi tubuh terhadap lesi scabies
3. Gangguan integritas kulit berhubungna dengan inflamasi epidermal akibat scabies
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan kemampuan sendi jari tangan
5. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan adanya lesi pada epidermal celah jari
tangan
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan akibat lesi
scabies pada celah jari tangan
7. Ketidaktahuan informasi tentang penyakit berhubungan dengan rasa ingin tahu yang
tinggi
8. Rencana Asuhan Keperawatan
17
Dx keperawatan 1
Gangguan rasa nyaman ( nyeri) berhubungan dengan lesi pada epidermis celah
jari tangan
Tujuan
Nyeri berkurang setelah dilakukan asuhan keperawatan selama1x24 jam
Kriteria Hasil:
- Skala nyeri 0 (tidak ada nyeri)
- Ekspresi wajah tampak rileks
Intervensi Rasional
1. Bina hubungan saling percaya Tercipta saling percaya antara
antara perawat, pasien, dan keluarga perawat, pasien dan keluarga pasien
pasien
2. Observasi TTV (TD, N, S, RR) Mengetahui perkembangan vital
pasien
3. Observasi sklaa nyeri: Mengetahui perkembangan nyeri
Skala nyeri numerik: pasien
0 (tidak nyeri)
2(terasa melilit/terpukul)
3(terasa keram)
4(terasa perih)
5(terasa tertekan)
6(terasa terbakar)
*keterangan:
Skala ringan (1-3)
18
diprogamkan: Meringankan rasa nyeri,
Analgesic
meningkatkan imunitas tubuh
Antibikotik
terhadap invasi mikroorganisme
Daignosa keperawatan 2:
Hipertermi berhubungan dengan gangguan autoregulasi tubuh terhadap lesi scabies
Tujuan :
Panas menurun setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam
Kriteria Hasil :
- Suhu normal (36-37,50C)
- Bebas dari kedinginan
- Wajah tidak memerah
Intervensi Rasional
1. Lakukan tindakan pendekatan dan
Tercipta saling percaya antara
komunikasi pada pasien dan keluarga pasien
peawat dan keluarga pasien
3. Pemberian HE:
Anjurkan keluarga membatasi aktifitas
pasien
Beri kompres dengan air dingin (air biasa)
Menstabilkan autoregulasi tubuh
pada daerah axial, lipat paha, temporal
Anjurkan
keluarga untuk memakaikan
pakaian yang dapat menyerap keringat:
katun
4. Berikan obat sesuai yang diprogamkan:
Paracetamol
Menurunkan panas tubuh
Cairan RL
19
Dx Keperawatan 3:
Gangguan integritas kulit berhubungna dengan inflamasi epidermal akibat scabies
Tujuan :
Lesi pada kulit berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam
Kriteria Hasil:
- Lesi berkurang
- Menunjukkan regenerasi jaringan
- Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka
Intervensi Rasional
1. Lakukan tindakan pendekatan dan
Tercipta saling percaya antara peawat dan
komunikasi pada pasien dan
keluarga pasien.
keluarga pasien
2. Observasi TTV(TD, N, S, RR) Mengetahui perkembangan kondisi pasien
Dx keperawatan 4:
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan kemampuan sendi jari tangan
Tujuan:
20
Mobilisasi sendi jari tangan bisa dilakukan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2X24 jam
Kriteria Hasil :
- pasien mampu melakukan aktivitas yang diinginkan
Intervensi Rasional
1. Anjurkan klien untuk melakukan Melatih klien agar dapat beradaptasi
permainan dan aktivitas yang dan mentoleransi terhadap
ringan. aktifitasnya.
2. Bantu klien untuk memilih aktifitas Melatih klien agar dapat
sesuai usia, kondisi dan tolerananterhadap aktifitas.
kemampuan.
3. Ajarkan latihan rentan gerak sendi Meningkatkan kemampuan mobilisasi
pasien secara optimal
4. Berikan periode istirahat setelah Mencegah kelelahan berkepanjangan
melakukan aktifitas
Dx Keperawatan 5:
Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan adanya lesi pada epidermal celah jari tangan
Tujuan:
Istirahat tidur tidak terganggu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam
Kriteria hasil:
- Lingkaran mata tidak mengitam
- Mata tidak sayup
- Frekuensi menguap tidak berulang-ulang
- Kondisi tubuh yang segar
Intervensi Rasional
1. Anjurkan klien untuk melakukan
Melatih klien agar dapat beradaptasi dan
permainan dan aktivitas yang
mentoleransi terhadap aktifitasnya.
ringan.
2. Pemberian HE (Health Education) : Memenuhi pemenuhan kebutuhan dasar
Beri suasana lingkungan yang
manusia akan istirahat-tidur
nyaman dan aman
21
Berusaha membuat kondisi fisik
Diagnosa Keperawatan 6:
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan akibat lesi
scabies pada celah jari tangan
Tujuan :
Pasien tidak minder dan rasa percaya dirinya meningkat setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1X24 jam
Kriteia Hasil :
- Tampak lebih percaya diri
- Tidak menyembunyikan kekuranganya
- Menghadap ketika diajak bicara
- Wajah ceria, menyatakan penerimaan situasi diri
- Interaksi dengan lingkungan sekitar
- Memasukkan perubahan dalam konsep diri tanpa harga diri negativf.
Intervensi Rasional
1. Bina hubungan saling percaya Menjalin keakraban antara pasien,
keluarga dan perawat
Mengajak pasien berintropeksi diri
guna meningkatkan rasa percaya diri
2. Mengajak pasien untuk mereview kembali pasien
kehidupan relaita:
22
Ajak pasien bersadar diri bahwa diluar
Diagnosa keperawatan 7:
Ketidaktahuan informasi tentang penyakit berhubungan dengan rasa ingin tahu yang tinggi
Tujuan
Pasien mengetahui masalah kesehatanya setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1X24
jam
Kriteria Hasil :
- Pasien memahami masalah kesehatanya: baik pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
penularan, pencegahan,dan engobatanya.
Intervensi Rasional
1. Bina hubungan saling percaya Terjalin hubungan teraupetik
2. Berikan pemahaman kepada pasien tentang Memberikan pemahaman kepada
scabies dan penularanya, yang diataranya: pasien dan keluarga perihal
Kontak langsung atau kontak kulit dengan mengenai scabies khususnya cara
dengan air yang sangat panas dan Mencegah terjadinya kondisi yang
23
dikeringkan dengan alat pengering- panas lebih berbahaya
karena kutu skabies ternyata dapat hidup
sampai 36 jam pada linen.
pasien harus mengoleskan salep seperti
D. Implementasi
Didasarkan pada diagnosa yang muncul baik secara actual, resiko, atau dilakukan
otensial. Kemudian dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai.
E. Evaluasi
Disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai criteria hasil.
Sehingga dapat diputuskan apakah intervensi dapat dilanjutkan atau dihentikan atau diganti
jika tindakan yang dilakukan tidak berhasil.
24
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei yang menyebabkan
iritasi kulit. Parasit ini menggali parit-parit didalam epidermis sehingga menimbulkan gatal-
gatal dan merusak kulit penderita. (Soedarto, 1992).
Penyebab dari scabies adalah sarcoptes scabiei var homini. Cara penularan (transmisi)
penyakit ini ada dua macam, yaitu secara langsung dan tidak langsung :
- Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama,
dan hubungan sekseual.
- Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.
Manifestasi klinis:
- Pruritus nokturna, yakni gatal pada malam hari. Ini terjadi karena aktivitas tungau lebih
tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas, dan pada saat hospes dalam keadaan
tenang atau tidak beraktvitas.
Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok. Misalnya, dalam sebuah keluarga,
biasanya seluruh anggota keluarga dapat terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, misalnya asrama atau penjara.
.
B. SARAN
25
Saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan makalah ini adalah agar kita selalu
menjaga kesehatan yaitu misanya dengan mandi minimal 2x sehari kemudian, selalu berhati-
hati dengan orang yang menderita penyakit menular salah satunya adalah scabies, konsumsi
makanan dengan gizi yang seimbang,
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda Adhi, dkk. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI
Muttaqin Arif, dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta: Salemba
Medika
Prabu. 1996. Penyakit-penyakit infeksi umum. Jakarta: Widya Medika
Soedarto. 1996. Penyakit-penyakit infeksi di Indonesia. Jakarta: Widya Medika
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasanya.
Jakarta: Erlangga
26