Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

”ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF CKD

(CHRONIC KIDNEY DISEASE)”

Disusun oleh

kelompok 3 :

Thessalonika Maindoka (Ketua) Fitry Baring


Pretty Wendersteyt (Sek) Sandy larumunde
Yefta Mongdong Lady Andih
Militia Aring Fernando Rachman
Fanicya Laluan Revina Toalu
Sinta Lolong Melinda Wenas
Vergina Paputungan Enjelika tampi

Mata Kuliah :
Keperawatan Menjelang Ajal & Paliatif

Dosen Mata Kuliah :


Ns.Selvie Rumagit, S.kep., M.Kes.

Universitas Sariputra Indonesia Tomohon


Fakultas Keperawatan
Semester V
Tahun 2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkatNya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah Asuhan

Keperawatan Paliatif Care Pada Pasien GagaL Ginjal Kronis ini tepat pada waktu

yang telah ditentukan.

Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan

masukan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk

dapat menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik

dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan. oleh karen itu, kritik dan saran

yang membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan

semuanya, sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-

makalah selanjutnya.

Tomohon, November 2020

Penyusun,

Kelompok 3

DAFTAR ISI
03

Halaman Judul............................................................................................. i

Kata Pengantar ............................................................................................ ii

Daftar Isi...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan masalah.......................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan............................................................................ 2

D.Manfaat

Penulisan………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi ......................................................................................... 3

B. Etiologi.......................................................................................... 3

C. Patofisiologi................................................................................... 4

D. Manifestasi Klinis.......................................................................... 5

E. Pemeriksaan Diagnosis.................................................................. 7

F. Penatalaksanaan Medis.................................................................. 9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF CARE

A. Definisi Perawatan Paliatif............................................................ 11

B. Prinsip Perawatan Paliatif.............................................................. 11

C. Karakteristik Perawatan Paliatif.................................................... 11

D. Manfaat Perawatan Paliatif........................................................... 12

E. Pelaksanaan Perawatan Paliatif..................................................... 12


F. Syarat Perawatan Paliatif Yang Baik............................................ 12

G. Jenis Perawatan.............................................................................. 13

H. Penatalaksanaan............................................................................. 13

I. Penanganan ................................................................................... 14

J. Terapi GGK................................................................................... 15

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................... 20

B. Saran ............................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting

dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur

keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara

menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non-

elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih.

Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi

cairan ekstra sel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan

ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus.

Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama

dengan 20 sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90%

darah yang masuk ke ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan

ke medulla.

Di negara maju, penyakit kronis tidak menular (cronic non-communicable

diseases) terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan

penyakit ginjal kronis, sudah menggantikan penyakit menular (communicable

diseases) sebagai masalah kesehatan masyarakat utama. Gangguan fungsi

ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga dapat

membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami

komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal

ginjal, dan penyakit pembuluh darah perifer.

1
Pada penyakit ginjal kronis terjadi penurunan fungsi ginjal yang

memerlukan terapi pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit

ginjal kronis biasanya desertai berbagai komplikasi seperti penyakit

kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit saluran cerna, kelainan di

tulang dan otot serta anemia. Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronis

lebih mengutamakan diagnosis dan pengobatan terhadap penyakit ginjal

spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjal kronis serta dialisis atau

transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah menunjukkan

bahwa komplikasi penyakit ginjal kronis, tidak bergantung pada etiologi, dapat

dicegah atau dihambat jika dilakukan penanganan secara dini. Oleh karena itu,

upaya yang harus dilaksanakan adalah diagnosis dini dan pencegahan yang

efektif terhadap penyakit ginjal kronis, dan hal ini dimungkinkan karena

berbagai faktor risiko untuk penyakit ginjal kronis dapat dikendalikan.

B. Rumusan masalah

1. Apakah pengertian dari etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,

pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan medis yang terjadi pada

penyakit gagal ginjal kronis?

2. Bagaimanakah pengkajian pada pasien dengan gangguan sitem perkemihan

akibat gagal ginjal kronis, cara menegakkan diagnosa keperawatan pada

pasien dengan gangguan sistem perkemihan akibat gagal ginjal kronis, cara

membuat rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien

dengan gagal ginjal kronis, dan intervensi keperawatan dan mengevaluasi

pasien dengan gangguan sistem perkemihan akibat gagal ginjal kronis.

2
C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui mengenai pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,

pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan medis yang terjadi pada

penyakit gagal ginjal kronis.

2. Mengetahui pengkajian pada pasien dengan gangguan sitem perkemihan

akibat gagal ginjal kronis, mengetahui cara menegakkan diagnosa

keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan akibat gagal

ginjal kronis, dapat mengetahui cara membuat rencana tindakan

keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal kronis,

dan dapat mengetahui intervensi keperawatan dan mengevaluasi pasien

dengan gangguan sistem perkemihan akibat gagal ginjal kronis.

D. Manfaat Penulisan

1. Institusi Pendidikan

Merupakan salah satu masukan untuk sumber informasi, bacaan serta acuan

tentang pengetahuan asuhan keperawatan pada pasien paliatif dengan Gagal

Ginjal Kronik (GGK) /Chronic Kidney Disease (CKD).

Mahasiswa

Dapat membantu para mahasiswa untuk lebih memahami tentang asuhan

keperawatan pada pasien paliatif dengan Gagal Ginjal Kronik

(GGK) /Chronic Kidney Disease (CKD).

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Gagal ginjal kronis biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal

lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626) Kegagalan ginjal kronis terjadi bila

ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang konsisten

dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu

transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan

menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368).

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan

fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal

untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)

(Brunner & Suddarth, 2001; 1448).

Gagal ginjal kronis merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan

lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812) Gagal ginjal

kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta

keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif

dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah.

(Arif Muttaqin,2011; 166). Gagal ginjal kronis (GGK) adalah suatu sindrom klinis

yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung

progresif, dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerulus kurang

dari 50 ml/menit (Arjatmo Tjokonegoro,2001;427).

4
B. Etiologi

Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal

ginjal kronis. Akan tetapi apapun sebabnya, respon yang terjadi adalah penurunan

fungsi ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat

mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan dari luar ginjal.

1. Penyakit dari ginjal

a. penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis

b. infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis

c. batu ginjal : nefrolitiasis

d. kista di ginjal : polcystis kidney

e. trauma langsung pada ginjal

f. keganasan pada ginjal

g. sumbatan : tumor, batu, penyempitan/striktur

2. Penyakit umum di luar ginjal

a. penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi

b. dyslipidemia

c. infeksi di badan : tbc paru, sifilis, malaria, hepatitis

d. preeklamsi

e. obat-obatan

f. kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar)

C. Patofisiologi

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus

dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).

Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang

5
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya

saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari

nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada

yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.

Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri

timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada

pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila

kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang

demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.

(Barbara C Long, 1996, 368).

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya

diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan

mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah

maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.

(Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).

Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:

1. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)

Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN)

normal dan penderita asimtomatik.

2. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)

Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration

Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen

mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat

melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.

6
3. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia). Timbul apabila 90%

massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal,

kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin

serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan

timbul oliguri (Price, 1992: 813-814).

D. Manifestasi Klinis

Karena pada gagal ginjal kronis setiap sisem tubuh dipengaruhi oleh

kondisi uremia, maka pasien akan memperhatikan sejumlah tanda dan gejala.

Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,

kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien.

Manifestasi kardiovaskuler, pada gagal ginjsl kronis mencakup hipertensi

(akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi system rennin-angiotenin-

aldosteron), gagal jantung kongestif, dan edema pulmoner (akibat cairan

berlebihan), dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh toksin

uremik).

Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah

(pruritis). Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini jarang

terjadi akibat penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal tahap akhir.

Gejala gastrointestinal juga sering terjadi dan mencakup anoreksia, mual, muantah

dan cegukan. Perubahan neuromuskuler mencakup perubahan tingkat kesadaran,

ketidak mampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang. Manifestasi klinik

antara lain (Long, 1996 : 369):

1. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan

berkurang, mudah tersinggung, depresi

7
2. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau

sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan,

pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.

Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat

retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron),

gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan

perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia,

mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran,

tidak mampu berkonsentrasi).

Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:

1. Sistem kardiovaskuler

• Hipertensi

• Pitting edema

• Edema periorbital

• Pembesaran vena leher

• Friction sub pericardial

2. Sistem Pulmoner

• Krekel

• Nafas dangkal

• Kusmaull

• Sputum kental dan liat

3. Sistem gastrointestinal

• Anoreksia, mual dan muntah

• Perdarahan saluran GI

8
• Ulserasi dan pardarahan mulut

• Nafas berbau ammonia

4. Sistem musculoskeletal

• Kram otot

• Kehilangan kekuatan otot

• Fraktur tulang

5. Sistem Integumen

• Warna kulit abu-abu mengkilat

• Pruritis

• Kulit kering bersisik

• Ekimosis

• Kuku tipis dan rapuh

• Rambut tipis dan kasar

6. Sistem Reproduksi

• Amenore

• Atrofi testis

Mekanisme yang pasti untuk setiap manifestasi tersebut belum dapat

diidentifikasi. Namun demikian produk sampah uremik sangat dimungkinkan

sebagai penyebabnya.

E. Pemeriksaan Diagnostic

1. Laboratorium :

a. Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan

hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah

retikulosit yang rendah.

9
b. Ureum dan kreatini : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum

dan kreatinin kurang lebih 20 : 1. Perbandingat meninggi akibat

pendarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid,

dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang ketika ureum

lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens

Kreatinin yang menurun.

c. Hiponatremi : Umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia :

biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunya

dieresis

d. Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis

vitamin D3 pada GGK.

e. Phosphate alkaline : meninggi akibat gangguan metabolisme tulang,

terutama isoenzim fosfatase lindi tulang.

f. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia : umunya disebabkan

gangguan metabolisme dan diet rendah protein.

g. Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada

gagal ginjal (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer).

h. Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan

peninggian hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.

i. Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang

menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang

menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organic pada gagal

ginjal.

10
2. Radiologi

Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu

atau adanya suatu obstruksi). Dehidrasi karena proses diagnostic akan

memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak

puasa.

3. Intra Vena Pielografi (IVP)

Untuk menilai sistem pelviokalisis dan ureter.

4. USG

Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan

parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung

kemih dan prostat.

5. EKG

Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda

perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia)

F. Penatalaksanaan Medis

Tujuan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronis adalah untuk

mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin. Semua factor

yang berperan dalam terjadinya gagal ginjal kronis dicari dan diatasi.

Adapun penatalaksanaannya yaitu : Penatalaksanaan konservatif, Meliputi

pengaturan diet, cairan dan garam, memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan

asam basa, mengendalikan hipertensi, penanggulangan asidosis, pengobatan

neuropati, deteksi dan mengatasi komplikasi. Dan penatalaksanaan pengganti

diantaranya dialysis (hemodialisis, peritoneal dialysis) transplantasi ginjal.

11
Selain itu tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan dan

elektrolit dan mencegah komplikasi yaitu sebagai berikut :

1. Dialisis

Dialysis dapat dlakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang

serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialysis

memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan

natrium dapat dikonsumsi sevara bebas, menghilangkan kecenderungan

pendarahan, dan membantu menyembuhkan luka.

2. Koreksi hiperkalemi

Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat

menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah

jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah,

hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi

hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake

kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.

3. Koreksi anemia

Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb.

Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, missal

pada adanya insufisiensi koroner.

4. Koreksi asidosis.

Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari.

Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Hemodialisis

dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis

5. Pengendalian hipertensi

12
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan.

Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati

karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.

6. Transplantasi ginjal

Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh

faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF CARE
PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIS

A. Definisi Perawatan Paliatif

Perawatan Paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif

dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Perawatan

paliatif untuk mencegah, memperbaiki, mengurangi gejala-gejala suatu penyakit,

namun bukan berupaya penyembuhan. Suatu pendekatan untuk memperbaiki

kualitas hidup pasien dan keluarganya dalam menghadapi penyakit yang

mengancam jiwa, melalui pencegahan, penilaian, pengobatan nyeri dan masalah-

masalah fisik lain, juga masalah psikologis dan spiritual lainnya.

B. Prinsip Perawatan Paliatif

1. Menghilangkan nyeri & gejala-gejala yang menyiksa lain

2. Menghargai kehidupan & menghormati kematian sebagai suatu proses

normal

3. Tidak bermaksud mempercepat atau menunda kematian

4. Perawatan yang mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual, sosial,

budaya dari pasien dan keluarganya, termasuk dukungan saat berkabung.

5. Memberi sistim dukungan untuk mengusahakan pasien sedapat mungkin

tetap aktif sampai kematiannya.

6. Memberi sistim dukungan untuk menolong keluarga pasien melalui masa

sakit pasien, dan sewaktu masa perkabungan.

14
C. Karakteristik Perawatan Paliatif

1. Menggunakan pendekatan tim untuk mengetahui kebutuhan pasien dan

keluarganya, termasuk konseling kedukaan bila diperlukan.

2. Meningkatkan kualitas hidup, dan juga secara positif mempengaruhi

perjalanan penyakit.

3. Perawatan aktif, total bagi pasien yang menderita penyakit yang tidak dapat

disembuhkan

4. Pendekatan holistik : fisik, mental, spiritual, sosial

5. Pendekatan multi-disipliner : medis, non-medis, keluarga

D. Manfaat Perawatan Paliatif

1. Meningkatkan kualitas hidup Pasien GGK dan keluarganya

2. Mengurangi penderitaan pasien

3. Mengurangi frekuensi kunjungan ke rumah sakit

4. Meningkatkan kepatuhan pengobatan

E. Pelaksana Perawatan Paliatif

1. Petugas medis :

a. Perawat

b. Manajer kasus

c. Dokter, fisioterapis, nutrisionis

2. Keluarga pasien

3. Petugas sosial komunitas : lay support

4. Anggota KDS

5. Petugas LSM

15
F. Syarat Perawatan Paliatif Yang Baik

1. Menghargai otonomi dan pilihan pasien

2. Memberi akses sumber informasi yang adekuat

3. Ciptakan hubungan saling menghargai dan mempercayai antara pasien

dengan pemberi perawatan

4. Berikan dukungan bagi keluarga, anak, petugas sosial yang memberikan

perawatan.

5. Hormati dan terapkan nilai-nilai budaya setempat, kepercayaan / agama, dan

adat istiadat.

G. Jenis Perawatan Paliatif

1. Pengobatan medikamentosa terutama penatalaksanaan nyeri dan gejala-

gejala lain

2. Perawatan psikososial berupa :

a. psikologis

b. sosial

c. spiritual

d. kedukaan/berkabung

H. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan

homeostasis selama mungkin. Seluruh faktor yang berperan pada gagal ginjal

tahap akhir dan factor yang dapat dipulihkan (mis : obstruksi) diidentifikasi dan

ditangani. Komplikasi potensial gagal ginjal kronis yang memerlukan pendekatan

kolaboratif dalam perawatan mencakup :

16
1. Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme,

dan masukkan diet berlebih

2. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk

sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat

3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system renin-

angiostensin-aldosteron

4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah

marah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin, kehilangan

darah selama hemodialisis

5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatic akibat retensi fosfat, kadar

kalsium serum yang rendah, metabolism vitamin D abnormal, dan

peningkatan kadar aluminium.

Komplikasi dapat dicegah atau dihambat dengan pemberian antihipertensif,

eritropoetin, suplemen besi, agens pengikat fosfat, dan suplemen kalsium. Pasien

juga perlu mendapat penanganan dialysis yang adekuat untuk menurunkan kadar

produk sampah uremik dalam darah.

I. Penanganan

1. Intervensi diet

Intervensi diet diperlukan pada gangguan fungsi renal dan mencakup

pengaturan yang cermat terhadap masukkan protein, masukkan cairan untik

mengganti cairan yang hilang, masukkan natrium untuk mengganti natrium

yang hilang, dan pembatasan kalium.

1. Hiperfosfatemia dan hipokalemia

17
Ditangani dengan antasida mengandung aluminum yang mengikat fosfat

makanan di saluran gastrointestinal.

2. Hipertensi

Ditangani dengan berbagai medikasi antihipertensif control volume

intravaskuler. Gagal jantung kongestif dan edema pulmoner juga

memerlukan pennganan pembatasan cairan, diet rendah natrium, diuretic,

agens inotropik seperti digitalis atau dobutamine, dan dialysis. Asidosis

metabolic pada gagal ginjal kronis biasanya tanpa gejala dan tidak

memerlukan penanganan, namun demikian, suplemen natrium karbonat atau

dialysis diperlukan untuk mengoreksi asidosis jika kondisi ini menimbulkan

gejala.

3. Hiperkalemia

Biasanya dicegah dengan penanganan dialysis yang adekuat disertai

pengambilan kalium dan pemantauan yang cermat terhadap kandungan

kalium pada seluruh medikasi oral atau intravena.

4. Abnormalitas Neurologi

Dapat terjadi dan memerlukan observasi dini terhadap tanda-tanda seperti

kedutan, sakit kepala, delirium, atau aktivitas kejang. Pasien dilindungi dari

cedera dan menempatkan pembatas tempat tidur. Diazepam intravena

(Valium) atau fenitoin (Dilantin) biasanya diberikan untuk mengendalikan

kejang.

5. Anemia

Anemia pada gagal ginjal kronis ditangani dengan Epogen (eritropoetin

manusia rekombinan). Anemia pada pasien (hematokrit kurang dari 30 %)

18
muncul tanpa gejala spesifik seperti malaise, keletihan umum, dan

penurunan toleransi aktivitas.

J. Terapi GGK

1. Terapi Farmakologis

a. Kontrol tekanan darah

1) Penghambat EKA atau antagonis reseptor Angiotensin II → evaluasi kreatinin

dan kalium serum, bila terdapat peningkatan kreatinin > 35% atau timbul

hiperkalemia harus dihentikan.

2) Penghambat kalsium, Diuretik

b. Pada pasien DM, kontrol gula darah → hindari pemakaian metformin dan

obat-obat sulfonilurea dengan masa kerja panjang. Target HbA1C untuk DM tipe

1 0,2 diatas nilai normal tertinggi, untuk DM tipe 2 adalah 6%

c. Koreksi anemia dengan target Hb 10-12 g/dl

d. Kontrol hiperfosfatemia: polimer kationik (Renagel), Kalsitrol

e. Koreksi asidosis metabolik dengan target HCO3 20-22 mEq/l

f. Koreksi hiperkalemia

g. Kontrol dislipidemia dengan target LDL,100 mg/dl dianjurkan golongan

statin

h. Terapi ginjal pengganti

2. Terapi konservatif

Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal secara

progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin azotemia,

memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara keseimbangan cairan

dan elektrolit (Sukandar, 2006).

19
a. Peranan diet

Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau

mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan terutama

gangguan keseimbangan negatif nitrogen.

b. Kebutuhan jumlah kalori

Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat dengan

tujuan utama, yaitu mempertahankan keseimbangan positif nitrogen, memelihara

status nutrisi dan memelihara status gizi.

c. Kebutuhan cairan

Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya jumlah

diuresis mencapai 2 L per hari.

d. Kebutuhan elektrolit dan mineral

Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung dari LFG

dan penyakit ginjal dasar (underlying renal disease).

3. Terapi simtomatik

a. Asidosis metabolik

Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium

(hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik dapat

diberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera

diberikan intravena bila pH ≤ 7,35 atau serum bikarbonat ≤ 20 mEq/L.

b. Anemia

Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu pilihan

terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah harus hati-

hati karena dapat menyebabkan kematian mendadak.

20
c. Keluhan gastrointestinal

Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering dijumpai

pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan utama (chief

complaint) dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain adalah ulserasi mukosa

mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu program

terapi dialisis adekuat dan obat-obatan simtomatik.

d. Kelainan kulit

Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit.

e. Kelainan neuromuskular

Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi hemodialisis reguler

yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal paratiroidektomi.

f. Hipertensi

g. emberian obat-obatan anti hipertensi.

h. Kelainan sistem kardiovaskular

i. Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskular yang

diderita.

4. Terapi pengganti ginjal

Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu

pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis,

dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal (Suwitra, 2006).

a. Hemodialisis

Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik

azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada

pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG).

21
Hemodialisis akan mencegah kematian tetapi tidak dapat menyembuhkan atau

memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas

metabolic atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal

serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien. Pasien GGK harus menjalani terapi

dialysis sepanjang hidupnya (3x seminggu selama 3-4 jam per kali terapi) atau

sebelum melakukan operasi pencangkokan ginjal.

b. Dialisis peritoneal (DP)

Metode yang dikenal dengan Peritoneal Dialysis (PD) yaitu metode pencucian

darah dengan mengunakan peritoneum (selaput yang melapisi perut dan

pembungkus organ perut). Selaput ini memiliki area permukaan yang luas dan

kayaakan pembuluh darah. Zat-zat dari darah dapat dengan mudah tersaring

melalui peritoneumke dalam rongga perut. Cairan dimasukkan melalui sebuah

selang kecil yang menembus dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan harus

dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah metabolic dari aliran darah

secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut, kemudian cairan dikeluarkan,

dibuang, dan diganti dengan cairan yang baru.

Ada dua macam PD, yaitu Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)

dan Automated Peritoneal Dialysis (APD). APD relatif masih jarang digunakan

oleh masyarakat Indonesia. CAPD dapat menciptakan kualitas hidup yang lebih

baik bagi penderita. Sebab, mereka dapat menjalani hidupnya dengan normal,

tanpa banyak batasan untuk mengkonsumsi makanan. CAPD dipasang permanen

di tubuh penderita, tepatnya di bagian perut. Sebuah catheter (kateter) dipasang di

bagian perutnya dan disediakan sebuah kantong untuk menjamin kesterilannya.

Dengan CAPD, penderita cukup melakukan kontrol 1 kali dalam sebulan ke

22
rumah sakit. Pola kerja cuci darahnya, kateter disambungkan dengan titanium

adapter yang akan mengalirkan cairan dextrose.

Cairan inilah yang berfungsi untuk menarik racun dari dalam tubuh. Proses

pengaliran cairan ini hanya membutuhkan waktu10 menit. Dalam sehari dilakukan

sebanyak 3-4 kali. Jaraknya sekitar 4 sampai 6 jam dari satu pencucian dengan

pencucian berikutnya. Kalau transfer setnya bisa diganti 6 bulan sekali. Kunci dari

CAPD harus disiplin tinggi. Karena tanpa disiplin tidk bisa berhasil. Misalnya,

saat melakukan pencucian darahtangan mereka harus bersih, AC dan kipas angin

tidak boleh menyala serta lampu harus terang.

Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi elektif.

Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis,

ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang tidak

responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan Blood

Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%. Indikasi elektif,

yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m², mual, anoreksia, muntah, dan astenia

berat (Sukandar, 2006). Hemodialisis di Indonesia dimulai pada tahun 1970 dan

sampai sekarang telah dilaksanakan di banyak rumah sakit rujukan. Umumnya

dipergunakan ginjal buatan yang kompartemen darahnya adalah kapiler-kapiler

selaput semipermiabel (hollow fibre kidney). Kualitas hidup yang diperoleh cukup

baik dan panjang umur yang tertinggi sampai sekarang 14 tahun. Kendala yang

ada adalah biaya yang mahal (Rahardjo, 2006).

c. Transplantasi ginjal

Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal).

Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu:

23
1) Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh (100%) faal

ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-80% faal ginjal alamiah

2) Kualitas hidup normal kembali

3) Masa hidup (survival rate) lebih lama

4) Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan obat

imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan

Biaya lebih murah dan dapat dibatasi

24
BAB IV

TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

I.     IDENTITAS KLIEN                                                                  

Inisial : Jd                            

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 68 tahun 

Alamat : Talete I Lingk. V, Kecamatan Tomohon Tengah                

Tanggal pengkajian : 24 November 2020

II.      ALASAN MASUK

Klien datang dengan keluhan nyeri pada perutnya, tidak mau makan kurang lebih

selama 2 minggu. BAB warna hitam dan sedikit-sedikit, BAK sedikit warna

seperti teh.

Saat Pengkajian   :

    Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya. Klien mengatakan tidak

pernah menderita penyakit seperti yang dialaminya sekarang. Klien takut dengan

kondisinya saat ini.

Masalah Keperawatan : Gangguan alam perasaan : Kecemasan

III.     FAKTOR PREDISPOSISI

a. Faktor perkembangan

Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang sama seperti ini

sebelumnya.

b. Faktor komunikasi dalam keluarga

25
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah, klien

sering menceritakannya kepada anggota keluarganya yang lain terutama

istrinya.

c. Faktor psikologis

Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak

berharga walaupun sudah memasuki usia lanjut.

d. Faktor genetik

Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan

klien.

FAKTOR PRESIPITASI

a. Faktor sosial budaya

Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.

b. Faktor biokimia

Adanya rasa kawatir karena penyakitnya sekarang karena belum pernah

mengalami sama sekali sebelumnya.

c. Faktor psikologis

Adanya masalah yang tidak hilang-hilang. Dimana klien merasa cemas

dengan masalahnya

PEMERIKSAAN FISIK

a. Tanda-tanda vital;   TD:120/80mmHg N:80x/mnt  SB:36.4 0C  RR: 22x/mt

b. Ukur  TB :168 cm   BB: 59 kg    (^) turun    ( )naik

c. Keluhan  Fisik       (^) ya          () tidak           

Klien mengatakan nafsu makan menurun sejak 2 minggu yang lalu. Klien baru

merasakan mual dari kemarin. Mukosa bibir klien lembab. Bentuk bibir normal,

26
rongga mulut bersih. Klien mengatakan biasa gosok gigi 2x sehari. Klien merasa

tidak enak pada ulu hatinya, dan terasa berdebar-debar jantungnya. Klien

mengatakan BAB 1x sehari sedikit-sedikit dengan konsistensi lembek, berwarna

hitam, dan bau khas feses.

Masalah Keperawatan : Gangguan rasa nyaman; mual

IV.  PSIKOSOSIAL

a. Konsep Diri

a. Citra tubuh

Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung

kaki. Klien juga mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh yang

tidak disukai.

2. Identitas diri

Klien bekerja sebagai IRT. Biasanya klien menghabiskan waktu

luangnya dengan bertani, menonton TV dan berbincang-bincang

dengan anak dan cucu-cucu.

3. Peran diri

Klien berperan sebagai kepala keluarga bagi anak-anaknya. Klien

mengatakan sudah menjadi nenek mengurusi cucu-cucunya.

4. Ideal diri

Klien mengatakan bercita-cita untuk bisa menyekolahkan

anaknya setinggi-tingginya. Keempat anaknya sudah tamat SLTA dan

sudah bekerja.

5. Harga diri

27
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga

dan orang lain.

b. Hubungan sosial

Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu anak-anak

dan cucu-cucunya. Klien berkata jika ada masalah, klien akan

menceritakan kepada anak-anaknya pasti akan membantu memecahkan

masalah yang dialami klien. Klien suka mengikuti kegiatan gotong-royang

di daerah rumahnya.

c. Spiritual

Klien beragama Kristen Protestan dan yakin dengan adanya Tuhan Yang

Maha Esa. Klien rajin berdoa setiap hari dan selalu mengikuti upacara

keagamaan dirumah. Klien tidak mempunyai keyakinan yang berlebih

terhadap agama yang dianutnya.

V.  STATUS MENTAL

a. Penampilan

Klien berpenampilan rapih, pakaian yang digunakan sesuai dengan

tempatnya. Rambut klien tersisir rapi.

b. Pembicaraan

Klien berbicara dengan jelas dan menjawab pertanyaan yang diberikan

dengan tepat, selama proses wawancara klien berbicara mengenai satu

topik dengan jelas.

c. Aktivitas motorik

28
Saat wawancara klien nampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan

yang diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan

penyakitnya klien tampak sedikit cemas

d. Alam perasaan

Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat sedih maupun

gembira. Klien terlihat senang saat menceritakan pengalamannya yang

menyenangkan.

e. Afek

Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus

yang diberikan.

f. Interaksi selama wawancara

Selama proses wawancara, klien mau menjawab pertanyaan perawat.

Kontak mata klien bagus dan klien menatap wajah perawat saat

wawancara dan mau menjawab pertanyaan perawat dengan panjang lebar.

g. Persepsi

Klien mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.

h. Proses pikir

Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit,

tidak diulang berkali-kali, dan ada hubungannya antara satu kalimat

dengan kalimat lainnya dalam satu topik.

i. Isi pikir

Klien mengatakan tidak mengalami gangguan isi pikir.

j. Tingkat kesadaran

29
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar

dan mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya. Tingkat

kesadaran klien terhadap waktu, orang dan tempat jelas.

k. Memori

Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa

lalu maupun saat ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi klien

sudah makan atau belum. Klien tidak pernah mengalami gangguan daya

ingat baik jangka panjang maupun jangka pendek.

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa

yang ditanyakan. Klien bersekolah hanya sampai tingkat SD, klien mampu

untuk menjawab hitungan sederhana.

m. Kemampuan penilaian

Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan

merapikan tempat tidur atau menyapu. Klien memilih merapikan tempat

tidur terlebih dahulu karena kata klien itu juga lebih mendesak.

n. Daya tilik diri

Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.

VII.    MEKANISME KOPING

     Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya kepada

keluarganya.

Masalah keperawatan: Tidak ditemukan Masalah

30
VIII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

Klien mengatakan ingin berkumpul dengan keluarga, ingin mengikuti kegiatan-

kegiatan sosial di daerah rumahnya. Klien mengatakan lebih nyaman di rumah

daripada di RS. Klien mengatakan perawat di RS baik dan tidak ada masalah

Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah

IX.  KURANG PENGETAHUAN TENTANG

Klien mengatakan sudah mengetahui obat yang diminum, baik bentuk, warna, dan

manfaat obat tersebut. Klien menyebutkan ada 9 macam jumlah obat yang

diminum.

Masalah keperawatan : Tidak ditemukan Masalah

X.  ASPEK MEDIS

Diagnosa medis klien adalah : CKD std IV on HD + Dispepsia

Therapi obat:

Ketosteril 3 X 1 Tablet

Ranitidine 3×1                   

Neurosanbe 1×1                 

XI. ANALISA DATA

No DATA MASALAH
1. DS :
-        Klien mengatakan merasa cemas dengan
keadaannya Ansietas
DO :
-     Wajah klien tampak takut
-     Klien tampak gelisah
- Klien berkeringat dingin

XII. DAFTAR MASALAH

1.    Ansietas

31
XIII. POHON MASALAH
GELISAH, BERKERINGAT EFEK
DINGIN

ANSIETAS MASALAH UTAMA

TAKUT KEMATIAN
PENYEBAB

XIV. INTERVENSI KEPERAWATAN

No
Hari/tgl/ jam  Dx SLKI SIKI
Senin, 24 I Setelah dilakukan intervensi 1. Dukungan emosional
November keperawatan selama 3 hari Observasi:
2020 maka tingkat ansietasIdentifikasi fungsi cemas
menurun dengan kriteriaIdentifikasi hal yang telah
10.00 hasil: memicu cemas
Verbalisasi khawatir akibat
Terapeutik
kondisi yang dihadapi skor Fasilitasi mengungkapkan
5 perasaaan cemas
Perilaku gelisah skor 5 Buat pernyataan suportif atau
Diaphoresis skor 5 empati selama fase cemas
Palpitasi skor 5 Lakukan sentuhan untuk
Frekuensi pernapasan skor memberikan dukungan
5 Tatap bersama pasien danpastikan
Frekuensi nadi skor 5 keamanan selama asnsietas
Tekanan darah skor 5 Kurangi tuntutan berpikir saat
Tremor skor 5 sakit atau lemah
Pucat skor 5
Edukasi
Anjurkan mengungkapkan
perasaan yang dialami
Anjurkan mengungkapkan
pengalaman emosional
sebelumnya dan pola respons
yang biasa digunakan
Anjurkan penggunaan mekanisme
pertahanan yang tepat

Kolaborasi
Rujuk untuk konseling jika perlu
2. Dukungan
pengungkapan

32
perasaaan

Observasi
Identifikasi tingkat emosi
Identifikasi isyarat verbal dan
non verbal
Identifikasi perasaan saat ini
Identifikasi hubungan antara
apa yang dirasakan dan
perilaku

Terapeutik
Fasilitasi mengidentifikasi
asumsi interpersonal yang
melatarbelakangi pengalaman
emosionalfasilitasi
membedakan pengungkapan
ekspresi emosi yang kuat
diperbolehkan dan yang
merusak hubungan

Edukasi
Ajarkan mengekspresikan
persaaan secara asertif
Informasikan menekan
perasaaan dapat
mempengaruhi hubungan
interpersonal

3. Dukungan keluarga
merencanakan
perawatan

Observasi:
Identifikasi kebutuhan dan
harapan keluarga tentang
kesehatan
Identifikasi konsekuensi tidak
melakukan tindakan bersama
keluarga
Identifikasi sumber-sumber
yang dimiliki keluarga
Identifikasi tindakan yang
dapat dilakukan keluarga

Terapeutik
Motivasi pengembangan sikap
dan emosi yang mendukung

33
upaya kesehatan
Gunakan sarana dan fasilitas
yang ada dalam keluarga
Ciptakan perubahan
lingkungan rumah secara
optimal

Edukasi
Informasikan fasilitas
kesehatan yang ada
dilingkungan keluarga
Anjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada
Ajarkan cara perawatan yang
bisa dilakukan keluarga

XV. TINDAKAN KEPERAWATAN

No
IMPLEMENTASI HASIL Paraf
.
1. Senin, 23 November 2020 pukul
10.00 – 10.30
• Mengidentifikasi hal yang telah • Klien mengatakan cemas
memicu cemas saat memikirkan akan
meninggal
• Memfasilitasi mengungkapkan • Klien mampu
perasaaan cemas mengungkapkan rasa
cemas
• Membuat pernyataan suportif atau • Klien menyatakan saya
empati selama fase cemas mampu mengatasi rasa
• Melakukan sentuhan untuk cemas
memberikan dukungan
• Menatap bersama pasien dan pastikan
keamanan selama asnsietas
• Mengurangi tuntutan berpikir saat
sakit atau lemah
• Menganjurkan mengungkapkan
perasaan yang dialami • Klien mengatakan akan
• Menganjurkan mengungkapkan mengunkapkan setiap
pengalaman emosional sebelumnya perasaan yang dialaminya
dan pola respons yang biasa
digunakan
• Menganjurkan penggunaan
mekanisme pertahanan yang tepat
• Merujuk untuk konseling jika perlu

2. Selasa, 24 November 2020


• Mengidentifikasi tingkat emosi • Cemas sedang

34
• Mengidentifikasi isyarat verbal dan • Komunikasi verbal dan
non verbal non verbal baik
• Mengidentifikasi perasaan saat ini • Klien mengatakan saat
ini sedang dalam keadaan
yang stabil
• Mengidentifikasi hubungan antara
apa yang dirasakan dan perilaku
• Memfasilitasi mengidentifikasi
asumsi interpersonal yang
melatarbelakangi pengalaman
emosionalfasilitasi membedakan
pengungkapan ekspresi emosi yang
kuat diperbolehkan dan yang
merusak hubungan
• Mengajarkan mengekspresikan
• Klien mampu
perasaan secara asertif
mengekspresikan
• Menginformasikan menekan perasaansecara asertif
perasaaan dapat mempengaruhi
hubungan interpersonal
3 Rabu, 25 November 2020
• Mengidentifikasi kebutuhan dan • Keluarga berharap klien
harapan keluarga tentang dapat beraktivitas
kesehatan secara maksimal
• Mengidentifikasi konsekuensi • Keluarga mengerti dan
tidak melakukan tindakan bersama memahami
keluarga • Keluarga mengatakan
• Mengidentifikasi sumber-sumber untukbiaya perawatan
tidak menjadi masalah
yang dimiliki keluarga
dan keluarga memiliki
• Mengidentifikasi tindakan yang jalinan yang harmonis
dapat dilakukan keluarga • Keluarga mengatakan
• Motivasi pengembangan sikap dan selalu siap saat
emosi yang mendukung upaya mengantar dan
kesehatan mendampingi klien saat
• Menggunakan sarana dan fasilitas HD
yang ada dalam keluarga
• Menciptakan perubahan
lingkungan rumah secara optimal
• Menginformasikan fasilitas
kesehatan yang ada dilingkungan
keluarga
• Menganjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada
• Mengajarkan cara perawatan yang
bisa dilakukan keluarga

XVI. EVALUASI KEPERAWATAN

35
No Tanggal Evaluasi Paraf
I 23-11-2020 S:
Klien mangatakan rasa cemas masih muncul
Klien mengatakan kalau cemas masih
berkeringat dingin

O:
Akral teraba dingin
Klien mampu mengungkapkan rasa cemas

A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi keperawatan
II 24-11-2020 S:
Klien mangatakan rasa cemas berkurang
Klien mengatakan kalau cemas tidak
berkeringat dingin

O:
Akral teraba dingin
Klien mampu mengungkapkan rasa cemas

A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi keperawatan
III 25-11-2020 S:
Klien mangatakan rasa cemas berkurang
Keluarga mengatakan akan selalu
mendampingi pasien saat akan HD

O:
Klien mampu mengungkapkan rasa cemas

A:
Masalah teratasi

P:
Intervensi keperawatan dihentikan

BAB V

36
PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel, dimana

kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan

cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain

dalam darah) mnjadi penyebab:

• Infeksi misalnya pielonefritis kronis

• Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis

• Penyakit vaskuler hipertensif

• Gangguan jaringan penambung

• Gangguan kongenital dan herediter

• Penyakit metabolic

• Nefropati toksik

• Nefropati obstruktif

Tanda dan gejala

• Gangguan pernafasan

• Udema

• Hipertensi

• Anoreksia

• Ulserasi usus

• Stomatitis

• Proteinuria

• Hematuria

• Letargi, apatis, penurunan konsentrasi

37
• Anemi

• Perdarahan

• Turgor kulit jelek

• Gatal-gatal pada kulit

• Distrofi renal

• Hiperkalemia

• Asidosis metabolic

Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti yang paling baik, akan tetapi

mempunyai beberapa kendala seperti keterbatasan donor, biaya mahal, efek

samping obat-obatan imunosupresi dan rejeksi kronis yang belum bisa diatasi.

Keuntungan transplantasi ginjal ialah menghasilkan rehabilitas paling baik

dibandingkan dialysis.

B. Saran

Diharapkan makalah ini bisa memerikan masukan bagi rekan- rekan mahasiswa

calon perawat, sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai penyakit gagal

ginjal kronis menjadi bekalkan dalam pengaplikasian dan praktik bila menghadapi

kasus yang kami bahas ini.

DAFTAR PUSTAKA

38
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta : EGC

Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta : EGC

Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis


Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Supartondo. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.

http://nikomang-sugiartini.blogspot.co.id/2011/11/keperawatan-paliatif-pada-
pasian-gagal.html diakses pada tanggal 23 November 2020 Pukul 11.39
WIB

39

Anda mungkin juga menyukai