Disusun oleh
kelompok 3 :
Mata Kuliah :
Keperawatan Menjelang Ajal & Paliatif
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Keperawatan Paliatif Care Pada Pasien GagaL Ginjal Kronis ini tepat pada waktu
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan
masukan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk
dapat menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik
dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan. oleh karen itu, kritik dan saran
yang membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan
semuanya, sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-
makalah selanjutnya.
Penyusun,
Kelompok 3
DAFTAR ISI
03
Halaman Judul............................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan masalah.......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................ 2
D.Manfaat
Penulisan………………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ......................................................................................... 3
B. Etiologi.......................................................................................... 3
C. Patofisiologi................................................................................... 4
D. Manifestasi Klinis.......................................................................... 5
E. Pemeriksaan Diagnosis.................................................................. 7
F. Penatalaksanaan Medis.................................................................. 9
G. Jenis Perawatan.............................................................................. 13
H. Penatalaksanaan............................................................................. 13
I. Penanganan ................................................................................... 14
J. Terapi GGK................................................................................... 15
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 20
B. Saran ............................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting
keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara
menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non-
cairan ekstra sel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan
ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus.
Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama
dengan 20 sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90%
darah yang masuk ke ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan
ke medulla.
komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal
1
Pada penyakit ginjal kronis terjadi penurunan fungsi ginjal yang
tulang dan otot serta anemia. Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronis
spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjal kronis serta dialisis atau
transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah menunjukkan
bahwa komplikasi penyakit ginjal kronis, tidak bergantung pada etiologi, dapat
dicegah atau dihambat jika dilakukan penanganan secara dini. Oleh karena itu,
upaya yang harus dilaksanakan adalah diagnosis dini dan pencegahan yang
efektif terhadap penyakit ginjal kronis, dan hal ini dimungkinkan karena
B. Rumusan masalah
pasien dengan gangguan sistem perkemihan akibat gagal ginjal kronis, cara
2
C. Tujuan Penulisan
keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal kronis,
D. Manfaat Penulisan
1. Institusi Pendidikan
Merupakan salah satu masukan untuk sumber informasi, bacaan serta acuan
Mahasiswa
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Gagal ginjal kronis biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal
lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626) Kegagalan ginjal kronis terjadi bila
dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu
transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)
Gagal ginjal kronis merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif
(Arif Muttaqin,2011; 166). Gagal ginjal kronis (GGK) adalah suatu sindrom klinis
progresif, dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerulus kurang
4
B. Etiologi
ginjal kronis. Akan tetapi apapun sebabnya, respon yang terjadi adalah penurunan
mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan dari luar ginjal.
b. dyslipidemia
d. preeklamsi
e. obat-obatan
C. Patofisiologi
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
5
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada
yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada
pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila
kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration
Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen
6
3. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia). Timbul apabila 90%
massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal,
kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin
serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan
D. Manifestasi Klinis
Karena pada gagal ginjal kronis setiap sisem tubuh dipengaruhi oleh
kondisi uremia, maka pasien akan memperhatikan sejumlah tanda dan gejala.
Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
berlebihan), dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh toksin
uremik).
Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah
(pruritis). Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini jarang
terjadi akibat penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal tahap akhir.
Gejala gastrointestinal juga sering terjadi dan mencakup anoreksia, mual, muantah
1. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
7
2. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau
sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan,
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron),
gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan
perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia,
mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran,
1. Sistem kardiovaskuler
• Hipertensi
• Pitting edema
• Edema periorbital
2. Sistem Pulmoner
• Krekel
• Nafas dangkal
• Kusmaull
3. Sistem gastrointestinal
• Perdarahan saluran GI
8
• Ulserasi dan pardarahan mulut
4. Sistem musculoskeletal
• Kram otot
• Fraktur tulang
5. Sistem Integumen
• Pruritis
• Ekimosis
6. Sistem Reproduksi
• Amenore
• Atrofi testis
sebagai penyebabnya.
E. Pemeriksaan Diagnostic
1. Laboratorium :
a. Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
9
b. Ureum dan kreatini : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum
lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens
dieresis
ginjal.
10
2. Radiologi
Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu
puasa.
4. USG
Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
5. EKG
F. Penatalaksanaan Medis
yang berperan dalam terjadinya gagal ginjal kronis dicari dan diatasi.
11
Selain itu tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan dan
1. Dialisis
2. Koreksi hiperkalemi
hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi
3. Koreksi anemia
Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, missal
4. Koreksi asidosis.
5. Pengendalian hipertensi
12
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan.
6. Transplantasi ginjal
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF CARE
PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIS
normal
14
C. Karakteristik Perawatan Paliatif
perjalanan penyakit.
3. Perawatan aktif, total bagi pasien yang menderita penyakit yang tidak dapat
disembuhkan
1. Petugas medis :
a. Perawat
b. Manajer kasus
2. Keluarga pasien
4. Anggota KDS
5. Petugas LSM
15
F. Syarat Perawatan Paliatif Yang Baik
perawatan.
adat istiadat.
gejala lain
a. psikologis
b. sosial
c. spiritual
d. kedukaan/berkabung
H. Penatalaksanaan
homeostasis selama mungkin. Seluruh faktor yang berperan pada gagal ginjal
tahap akhir dan factor yang dapat dipulihkan (mis : obstruksi) diidentifikasi dan
16
1. Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme,
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system renin-
angiostensin-aldosteron
eritropoetin, suplemen besi, agens pengikat fosfat, dan suplemen kalsium. Pasien
juga perlu mendapat penanganan dialysis yang adekuat untuk menurunkan kadar
I. Penanganan
1. Intervensi diet
17
Ditangani dengan antasida mengandung aluminum yang mengikat fosfat
2. Hipertensi
metabolic pada gagal ginjal kronis biasanya tanpa gejala dan tidak
gejala.
3. Hiperkalemia
4. Abnormalitas Neurologi
kedutan, sakit kepala, delirium, atau aktivitas kejang. Pasien dilindungi dari
kejang.
5. Anemia
18
muncul tanpa gejala spesifik seperti malaise, keletihan umum, dan
J. Terapi GGK
1. Terapi Farmakologis
dan kalium serum, bila terdapat peningkatan kreatinin > 35% atau timbul
b. Pada pasien DM, kontrol gula darah → hindari pemakaian metformin dan
obat-obat sulfonilurea dengan masa kerja panjang. Target HbA1C untuk DM tipe
f. Koreksi hiperkalemia
statin
2. Terapi konservatif
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal secara
19
a. Peranan diet
mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan terutama
Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat dengan
c. Kebutuhan cairan
Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya jumlah
Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung dari LFG
3. Terapi simtomatik
a. Asidosis metabolik
b. Anemia
Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu pilihan
terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah harus hati-
20
c. Keluhan gastrointestinal
Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering dijumpai
complaint) dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain adalah ulserasi mukosa
mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu program
d. Kelainan kulit
e. Kelainan neuromuskular
Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi hemodialisis reguler
f. Hipertensi
diderita.
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu
pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis,
a. Hemodialisis
Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik
azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada
pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG).
21
Hemodialisis akan mencegah kematian tetapi tidak dapat menyembuhkan atau
metabolic atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal
serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien. Pasien GGK harus menjalani terapi
dialysis sepanjang hidupnya (3x seminggu selama 3-4 jam per kali terapi) atau
Metode yang dikenal dengan Peritoneal Dialysis (PD) yaitu metode pencucian
pembungkus organ perut). Selaput ini memiliki area permukaan yang luas dan
kayaakan pembuluh darah. Zat-zat dari darah dapat dengan mudah tersaring
selang kecil yang menembus dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan harus
dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah metabolic dari aliran darah
Ada dua macam PD, yaitu Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)
dan Automated Peritoneal Dialysis (APD). APD relatif masih jarang digunakan
oleh masyarakat Indonesia. CAPD dapat menciptakan kualitas hidup yang lebih
baik bagi penderita. Sebab, mereka dapat menjalani hidupnya dengan normal,
22
rumah sakit. Pola kerja cuci darahnya, kateter disambungkan dengan titanium
Cairan inilah yang berfungsi untuk menarik racun dari dalam tubuh. Proses
pengaliran cairan ini hanya membutuhkan waktu10 menit. Dalam sehari dilakukan
sebanyak 3-4 kali. Jaraknya sekitar 4 sampai 6 jam dari satu pencucian dengan
pencucian berikutnya. Kalau transfer setnya bisa diganti 6 bulan sekali. Kunci dari
CAPD harus disiplin tinggi. Karena tanpa disiplin tidk bisa berhasil. Misalnya,
saat melakukan pencucian darahtangan mereka harus bersih, AC dan kipas angin
Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi elektif.
Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%. Indikasi elektif,
yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m², mual, anoreksia, muntah, dan astenia
berat (Sukandar, 2006). Hemodialisis di Indonesia dimulai pada tahun 1970 dan
selaput semipermiabel (hollow fibre kidney). Kualitas hidup yang diperoleh cukup
baik dan panjang umur yang tertinggi sampai sekarang 14 tahun. Kendala yang
c. Transplantasi ginjal
23
1) Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh (100%) faal
ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-80% faal ginjal alamiah
24
BAB IV
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Jd
II. ALASAN MASUK
Klien datang dengan keluhan nyeri pada perutnya, tidak mau makan kurang lebih
selama 2 minggu. BAB warna hitam dan sedikit-sedikit, BAK sedikit warna
seperti teh.
Saat Pengkajian :
III. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Faktor perkembangan
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang sama seperti ini
sebelumnya.
25
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah, klien
istrinya.
c. Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak
d. Faktor genetik
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
klien.
FAKTOR PRESIPITASI
b. Faktor biokimia
c. Faktor psikologis
dengan masalahnya
PEMERIKSAAN FISIK
Klien mengatakan nafsu makan menurun sejak 2 minggu yang lalu. Klien baru
merasakan mual dari kemarin. Mukosa bibir klien lembab. Bentuk bibir normal,
26
rongga mulut bersih. Klien mengatakan biasa gosok gigi 2x sehari. Klien merasa
tidak enak pada ulu hatinya, dan terasa berdebar-debar jantungnya. Klien
IV. PSIKOSOSIAL
a. Konsep Diri
a. Citra tubuh
tidak disukai.
2. Identitas diri
3. Peran diri
4. Ideal diri
sudah bekerja.
5. Harga diri
27
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga
b. Hubungan sosial
di daerah rumahnya.
c. Spiritual
Klien beragama Kristen Protestan dan yakin dengan adanya Tuhan Yang
Maha Esa. Klien rajin berdoa setiap hari dan selalu mengikuti upacara
V. STATUS MENTAL
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktivitas motorik
28
Saat wawancara klien nampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan
d. Alam perasaan
menyenangkan.
e. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus
yang diberikan.
Kontak mata klien bagus dan klien menatap wajah perawat saat
g. Persepsi
h. Proses pikir
i. Isi pikir
j. Tingkat kesadaran
29
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar
k. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa
lalu maupun saat ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi klien
m. Kemampuan penilaian
VII. MEKANISME KOPING
keluarganya.
30
VIII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
daripada di RS. Klien mengatakan perawat di RS baik dan tidak ada masalah
Klien mengatakan sudah mengetahui obat yang diminum, baik bentuk, warna, dan
diminum.
X. ASPEK MEDIS
Therapi obat:
Ketosteril 3 X 1 Tablet
Ranitidine 3×1
Neurosanbe 1×1
No DATA MASALAH
1. DS :
- Klien mengatakan merasa cemas dengan
keadaannya Ansietas
DO :
- Wajah klien tampak takut
- Klien tampak gelisah
- Klien berkeringat dingin
1. Ansietas
31
XIII. POHON MASALAH
GELISAH, BERKERINGAT EFEK
DINGIN
TAKUT KEMATIAN
PENYEBAB
No
Hari/tgl/ jam Dx SLKI SIKI
Senin, 24 I Setelah dilakukan intervensi 1. Dukungan emosional
November keperawatan selama 3 hari Observasi:
2020 maka tingkat ansietasIdentifikasi fungsi cemas
menurun dengan kriteriaIdentifikasi hal yang telah
10.00 hasil: memicu cemas
Verbalisasi khawatir akibat
Terapeutik
kondisi yang dihadapi skor Fasilitasi mengungkapkan
5 perasaaan cemas
Perilaku gelisah skor 5 Buat pernyataan suportif atau
Diaphoresis skor 5 empati selama fase cemas
Palpitasi skor 5 Lakukan sentuhan untuk
Frekuensi pernapasan skor memberikan dukungan
5 Tatap bersama pasien danpastikan
Frekuensi nadi skor 5 keamanan selama asnsietas
Tekanan darah skor 5 Kurangi tuntutan berpikir saat
Tremor skor 5 sakit atau lemah
Pucat skor 5
Edukasi
Anjurkan mengungkapkan
perasaan yang dialami
Anjurkan mengungkapkan
pengalaman emosional
sebelumnya dan pola respons
yang biasa digunakan
Anjurkan penggunaan mekanisme
pertahanan yang tepat
Kolaborasi
Rujuk untuk konseling jika perlu
2. Dukungan
pengungkapan
32
perasaaan
Observasi
Identifikasi tingkat emosi
Identifikasi isyarat verbal dan
non verbal
Identifikasi perasaan saat ini
Identifikasi hubungan antara
apa yang dirasakan dan
perilaku
Terapeutik
Fasilitasi mengidentifikasi
asumsi interpersonal yang
melatarbelakangi pengalaman
emosionalfasilitasi
membedakan pengungkapan
ekspresi emosi yang kuat
diperbolehkan dan yang
merusak hubungan
Edukasi
Ajarkan mengekspresikan
persaaan secara asertif
Informasikan menekan
perasaaan dapat
mempengaruhi hubungan
interpersonal
3. Dukungan keluarga
merencanakan
perawatan
Observasi:
Identifikasi kebutuhan dan
harapan keluarga tentang
kesehatan
Identifikasi konsekuensi tidak
melakukan tindakan bersama
keluarga
Identifikasi sumber-sumber
yang dimiliki keluarga
Identifikasi tindakan yang
dapat dilakukan keluarga
Terapeutik
Motivasi pengembangan sikap
dan emosi yang mendukung
33
upaya kesehatan
Gunakan sarana dan fasilitas
yang ada dalam keluarga
Ciptakan perubahan
lingkungan rumah secara
optimal
Edukasi
Informasikan fasilitas
kesehatan yang ada
dilingkungan keluarga
Anjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada
Ajarkan cara perawatan yang
bisa dilakukan keluarga
No
IMPLEMENTASI HASIL Paraf
.
1. Senin, 23 November 2020 pukul
10.00 – 10.30
• Mengidentifikasi hal yang telah • Klien mengatakan cemas
memicu cemas saat memikirkan akan
meninggal
• Memfasilitasi mengungkapkan • Klien mampu
perasaaan cemas mengungkapkan rasa
cemas
• Membuat pernyataan suportif atau • Klien menyatakan saya
empati selama fase cemas mampu mengatasi rasa
• Melakukan sentuhan untuk cemas
memberikan dukungan
• Menatap bersama pasien dan pastikan
keamanan selama asnsietas
• Mengurangi tuntutan berpikir saat
sakit atau lemah
• Menganjurkan mengungkapkan
perasaan yang dialami • Klien mengatakan akan
• Menganjurkan mengungkapkan mengunkapkan setiap
pengalaman emosional sebelumnya perasaan yang dialaminya
dan pola respons yang biasa
digunakan
• Menganjurkan penggunaan
mekanisme pertahanan yang tepat
• Merujuk untuk konseling jika perlu
34
• Mengidentifikasi isyarat verbal dan • Komunikasi verbal dan
non verbal non verbal baik
• Mengidentifikasi perasaan saat ini • Klien mengatakan saat
ini sedang dalam keadaan
yang stabil
• Mengidentifikasi hubungan antara
apa yang dirasakan dan perilaku
• Memfasilitasi mengidentifikasi
asumsi interpersonal yang
melatarbelakangi pengalaman
emosionalfasilitasi membedakan
pengungkapan ekspresi emosi yang
kuat diperbolehkan dan yang
merusak hubungan
• Mengajarkan mengekspresikan
• Klien mampu
perasaan secara asertif
mengekspresikan
• Menginformasikan menekan perasaansecara asertif
perasaaan dapat mempengaruhi
hubungan interpersonal
3 Rabu, 25 November 2020
• Mengidentifikasi kebutuhan dan • Keluarga berharap klien
harapan keluarga tentang dapat beraktivitas
kesehatan secara maksimal
• Mengidentifikasi konsekuensi • Keluarga mengerti dan
tidak melakukan tindakan bersama memahami
keluarga • Keluarga mengatakan
• Mengidentifikasi sumber-sumber untukbiaya perawatan
tidak menjadi masalah
yang dimiliki keluarga
dan keluarga memiliki
• Mengidentifikasi tindakan yang jalinan yang harmonis
dapat dilakukan keluarga • Keluarga mengatakan
• Motivasi pengembangan sikap dan selalu siap saat
emosi yang mendukung upaya mengantar dan
kesehatan mendampingi klien saat
• Menggunakan sarana dan fasilitas HD
yang ada dalam keluarga
• Menciptakan perubahan
lingkungan rumah secara optimal
• Menginformasikan fasilitas
kesehatan yang ada dilingkungan
keluarga
• Menganjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada
• Mengajarkan cara perawatan yang
bisa dilakukan keluarga
35
No Tanggal Evaluasi Paraf
I 23-11-2020 S:
Klien mangatakan rasa cemas masih muncul
Klien mengatakan kalau cemas masih
berkeringat dingin
O:
Akral teraba dingin
Klien mampu mengungkapkan rasa cemas
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi keperawatan
II 24-11-2020 S:
Klien mangatakan rasa cemas berkurang
Klien mengatakan kalau cemas tidak
berkeringat dingin
O:
Akral teraba dingin
Klien mampu mengungkapkan rasa cemas
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi keperawatan
III 25-11-2020 S:
Klien mangatakan rasa cemas berkurang
Keluarga mengatakan akan selalu
mendampingi pasien saat akan HD
O:
Klien mampu mengungkapkan rasa cemas
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi keperawatan dihentikan
BAB V
36
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel, dimana
cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
• Penyakit metabolic
• Nefropati toksik
• Nefropati obstruktif
• Gangguan pernafasan
• Udema
• Hipertensi
• Anoreksia
• Ulserasi usus
• Stomatitis
• Proteinuria
• Hematuria
37
• Anemi
• Perdarahan
• Distrofi renal
• Hiperkalemia
• Asidosis metabolic
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti yang paling baik, akan tetapi
samping obat-obatan imunosupresi dan rejeksi kronis yang belum bisa diatasi.
dibandingkan dialysis.
B. Saran
Diharapkan makalah ini bisa memerikan masukan bagi rekan- rekan mahasiswa
calon perawat, sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai penyakit gagal
ginjal kronis menjadi bekalkan dalam pengaplikasian dan praktik bila menghadapi
DAFTAR PUSTAKA
38
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta : EGC
Supartondo. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.
http://nikomang-sugiartini.blogspot.co.id/2011/11/keperawatan-paliatif-pada-
pasian-gagal.html diakses pada tanggal 23 November 2020 Pukul 11.39
WIB
39