Anda di halaman 1dari 39

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


KATARAK

Disusun oleh:
Taufiqur Rahman (14.401.17.082)
Yuni Kurniawati (14.401.17.092)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Katarak berasal dari Yunani Karrhakies, inggris Cataract, dan latin cataracta yang
berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti
tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan
pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa akibat kedua-duanya. (Tamsuri, 2010, p. 56)
Katarak pada lanjut usia menyebabkan 48% kebutaan di dunia yang di derita oleh 18
juta orang (WHO). Di berbagai Negara, pelayanan operasi katarak di berbagai negara
belum memadai sehingga kebutaan akibat katarak masih sering terjadi. Seiring
dengan pertambahan populasi lanjut usia, katarak semakin sering dijumpai. Katarak
juga menjadi etiologi penurunan ketajaman penglihatan baik di Negara berkembang
maupun di Negara maju. Walaupun layanan operasi tersedia, gangguan penglihatan
ini masi menjadi isu utama karena lamanya waktu yang diperlukan untuk menunggu
operasi atau masalah lain seperti biaya, penyampaian informasi atau transportasi.
B. BatasanMasalah

Apa saja yang mengenai tentang definisi, etiologi, patofisiologi, pathway, tanda dan
gejala, klasifikasi, komplikasi beserta dengan diagnosa keperwatan dan intervensi dari
penyakit katarak.
C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep penyakit katarak

2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien yang mengalami katarak

D. Tujuan
1. Tujuan Umum

a. Agar mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan


pada penyakit katarak
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mampu memahami konsep medis katarak, dan
b. Agar mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada penyakit
katarak
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Katarak berasal dari bahasa yunani "katarrhakies" yang berarti air terjun. Dalam
bahasa Indonesia, katarak disebut bular, yaitu penglihatan seperti tertutup air
terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada
lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penmbahan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa atau akibat keduanya.Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan
berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang
lama.(Mutaqim, 2013, p. 54)

Katarak adalah kekeruhan pada lensa. Beberapa tingkatan katarak dapat


ditemukan pada kebanyakan lansia berusia di atas 70 tahun. Katarak merupakan
penyebab penurunan penglihatan dan kebutaan di seluruh dunia. Di Amerika
Serikat, lebib dari 1 juta operasi katarak dilakukan setiap tahunnya. Seseorang
dengan usia harapan hidup normal lebih besar kemungkinan untuk mengalami
operasi katarak dibandingkan prosedur operasi yang lain (Tamsuri, 2010, p. 444)
2. Etiologi
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :

a. Fisik
b. Kimia
c. Penyakit predisposisi
d. Genetik dan gangguan perkembangan
e. Infeksi virus di massa pertumbuhan janin
f. Usia (Mutaqim, 2013, p. 56)

3. Tanda dan gejala


Penglihatan kabur, kadang diplopia monokular (penglihatan ganda), fotofobia
(sensitif terhadap cahaya), dan halo terjadi karena opasitas lensa menghalangi
penerimaan cahayqa dan bayangan oleh retina.Klien biasanya melihat lebih baik
pada cahaya yang remang-remang ketika pupil dalam keadaan dilatasi yang
menyebabkan cahaya dapat menembus sekliling opasitas lensa.Nyeri sering kali
tidak dikeluhkan.Lensa keruh sering dapat dikenali (figur 65-3).
Katarak sebaiknnya diduga ketika refleks berwarna kemerahan pada pemeriksaan
oftalmoskop mulai tampak tidak cemerlang atau menghilang.Walaupun katarak
dapat diidentifikasi dengan mudah pada pemeriksaan oftalmoskopi direk, perlu
ditentukan deretminasi tipe katarak dan tahap perubahan lensa
denganpemeriksaan slit-lamp. (Mutaqim, 2013, p. 57)
4. Phatway
KATARAK

Usia penuaan Penyakit sistemik : DM

Lensa secara bertahap Korteks memproduksi


Kadar glukosa Ketidakseimbangan
kehilangan air serat lena baru
darah meningkat metabolism protein
mata
Metabolism larut air dengan Serat lensa ditekan
BM rendah masuk ke sel menuju sentral Kadar glukosa
pada nucleus lensa darah meningkat Protein dalam
Distensi lensa serabut2 lensa
Kortek lensa lebih terhidrasi dibawah kapsul
daripada nucleus lensa Sorbitol menetap mengalami deturasi
Hilangnya didalam lensa
transparansi
lensa Protein lensa
berkoagulai

Lensa menjadi cembung & Kekeruhan pada lensa Mata buatan seperti
iris terdorong kedepan
kaca susu

Sudut bilik mata


depan sempit
Sinar terpantul kembali Blocking sinar yang
masuk kornea
Aliran CAO tak lancar
Bayangan tidak sampai
ke retina Bayangan semu yang
TIO meningkat sampai ke retina

Pandangan lebih jelas pada


Komplikasi malam hari Otak mempresentasikan
glaukoma sebagai bayangan
Ketakutan berkabut
Resiko cidera,
resiko infeksi Pandangan kabur
Gangguan sensori
perceptual (visual)
Daya akomodasi
lensa terganggu
Membentuk daerah Protein lensa
renin menggantikan terputus disertai
Pupil kontriksi
serabut protein dengan influx air
ke lensa

Sinar tidak tertampung


banyak pada siang hari
Mata berair Serabut lensa yang
tegang menjadi
Blurres vision
patah

Pandangan Transmisi sinar


lebih jelas terganggu
malam hari

Pandangan
berkabut

Resiko jatuh

5. Patofisiologi
Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut dan pada usia diatas 70 tahun,
dapat diperkirakan adanya katarak dalam berbagai derajat, namun katarak dapat
juga diakibatkan oleh kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal
menahun.
Secara kimiawi, pembentukan katarak ditandai oleh berkurangnya ambilan
oksigen dan bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan
dehidrasi.Kandungan natrium dan kalsium bertambah, sedangkan kandungan
kalium, asam askorbat dan protein berkurang.Lensa yang mengalami kataraj tidak
mengandung glutation. Usaha mempercepat atau memperlambat perubahan
kimiawi ini dengan cara pengobatan belum berhasil dan penyebab maupun
implikasinya tidak diketahui. Akhir-akhir ini, peran radiasi sinar ultraviolet
sebagai salah satu faktor dalam pembentukan katarak senil, tampak lebih nyata.
Penyelidikan epidemiologi menunjukkan bahwa di daerah-daerah yang sepanjang
tahun selalu ada sinar matahari yang kuat, insiden kataraknya meningkat pada usia
65 tahun atau lebih. Pada penelitian lebih lanjut, ternyata sinar ultraviolet memang
mempunyai efek terhadap lensa.Pengobatan katarak adalah dengan tindakan
pembedahan.Setelah pembendah, lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa
kontak atau lensa tanam intraokuler.(Mutaqim, 2013, p. 55)

6. Klasifikasi
A. Berdasarkan pada usia, katarak dapat di klasifikasi menjadi
1) Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1
tahun.
2) Katarak junevil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3) Katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun.

B. Berdasarkan penyebab, katarak dapat dibedakab menjadi:


a. Katarak traumatik
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul
maupun tajam.
b. Katarak toksika
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan
kimia tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan
obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.
c. Katarak komplikata

Katarak terjadi akibat gangguan sistemik seperti diabetes melitus,


hipoparatiroidisme atau akibat kelainan lokal seperti uveitis, glaukoma dan
miopia atau proses degenerasi pada satu mata lainnya (Tamsuri, 2010, p.
56)
7. Komplikasi
Satu komplikasi pascaoprasi yang utama adlah peningkatan tekanan intraokular
yang diperlukan untuk menguatkan kembali beberapa aktivitas selama periode
pascaoprasi dan harus menerangkan hal ini pada klien serta Keluarganya.Aktifitas
tersebut dapat terjadi secara tiba tiba dengan meningkatnya tekanan intraokular
yang ditandai dengan batuk-batuk, bengkokan pada pinggang, muntah, bersin dan
kemerahan pada mata, mual, dan selalu tisur atau cemas serta lemah pada saat
operasi. Terjadinya konstipasi berat, pusing, dan gejala panas seharusnya
ditangani dengan pengobatan yang efektif dan sesuai, guna menghindari hal-hal
yang membahayakan dalam proses pengobatan.
Penyebab yang kedua komplikasi yang utama yaitu infeksi.Perawat
mengobservasi klien tentang adanya peningkatan kemerahan pada mata,
penglihatan tajam, pengluaran air mata, fotofobia.Cairan tersebut dapat berbentuk
krim yang berwarna putih, kering, dan pekat.Jika pada saat observasi, perawat
menemukan adanya warna kuning hijau pada cairan tersebut, kemungkinan
kontak dengan adanya oftamologis.
Perdarahan juga terjadi pada mata bagian depan dan terjadi setiap hari setelah
dilakukan pembedahan, darah juga datang akibat insisi, dari iris atau dari tubuh
yang bersilia. Hal ini disebabkan oleh adanya pengluaran darah dari intraokular
akibat tidak sempurnanya pengobatan hingga melukai jaringan tersebut,
ketidakadekuatan jahitan luka, adany trauma, dan meningkatnya tekanan,
intraokular.Sring terjadi banyal kerusakan penglihatan yang harus dilaporkan
klien.
Setelah pembedahan katarak, bagian belakang kapsula mungkin akan terasa
dingin. Kaca lensa mempunyai kapsula pada bagian depanya yang berfungsi untuk
mencegah sinar agar tidak sampai ke retina dan penglihatan kembali gelap.Pada
membran kedua atau katarak kedua, seharusnya sinar diubah agar kembali
mencapai retina.Pembedahan diulangi lagi jika setelah pemeriksaan, ditemukan
kegagalan.(Tamsuri, 2010, p. 59).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas `
Kejadian katarak lebih banyak terjadi pada perempuan dari pada laki-laki,
ditunjukkan dengan hasil penelitian yang menemukan 114 orang (71,7%)
penderita katarak berjenis kelamin perempuan, sedangkan 57% orang (63,4%)
penderita katarak berjenis kelamin laki-laki. (Tamsuri, 2010, p. 61)
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan Utama
Penderita mengeluh penglihatannya berkabut atau berasap, merasa silau
dan sukar melihat dimalam hari atau penerangan redup.(Mutaqim, 2013, p.
445)
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien biasanya mengeluh penglihatan menurun, melihat ganda dan dalam
melihat warna terganggu.(Mutaqim, 2013, p. 446)
3) Riwayat penyakit sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien.Pasien menggunakan
kacamata atau lensa kontak?, pasien mengalami kesulitan melihat (focus)
pada jarak dekat atau jauh, dan lain-lain. (Mutaqim, 2013, p. 446)
c. Riwayat kesehatan terdahulu
1) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Resiko tinggi katarak dilaporkan tinggi pada penderita DM, kadar gula
darah normal tinggi, dan kerusakan pada ginjal. Penderita DM menderita
katarak 1,6 lebih sering terjadi pada usia lebih muda dan lebih cepat
memburuk dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki penyakit DM.
(Tamsuri, 2010, p. 56)
2) Riwayat penyakit keluarga
Katarak kongenital terjadi akibat keturunan, atau infeksi ibu hamil akibat
rubella, virus sitomegali, varisela, sifilis dan toksoplasmosis pada
kehamilan 1-2 bulan.Sebagian besar katarak kongenital terjadi pada kedua
mata dan berhubungan dengan keturunan atau sifat genetic. (Mutaqim,
2013, p. 448)
3) Riwayat pengobatan
Pada penderita katarak memiliki riwayat penggunaan steroid sebelumnya.
(Tamsuri, 2010, p. 56)

d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
Pada umumnya pada pasien yang mengalami katarak keadaan
umumnya baik dan tidak mengalami kelemahan atau gangguan
keadaran, bianya kesadarannya komposmentis (sadar penuh) dengan
mengumpulkan data penilaian menggunakan Skala Coma Glasglow
(GCS). (Tamsuri, 2010, p. 56)
b) Tanda-tanda vital
TD : pada katarak biasanya normal yaitu 120/80 mmHg
Suhu : 36-38ºC
RR : 12-20kali/menit
Nadi : 69-100kali/menit (Tamsuri, 2010, p. 56)
2) Body System
1. Sistem Persyarafan
1) Saraf I (Nervus Olfaktorius): tidak ada gangguan pada saraf
olfaktorius
2) Saraf II (Nervus Optikus): pada pasien katarak saraf optikus
biasanya mengalami gangguan yaitu tidak bisa melihat dengan jelas
(buram)
3) Saraf III (Nervus Occulomotorius): pada pasien katarak masih bisa
mengerakkan sebagian besar otot mata
4) Saraf IV (Nervus Trochlearis): pada pasien katarak masih bisa
menggerakkan beberapa otot mata
5) Saraf V (Nervus Trigeminus): tidak ada gangguan pada saraf
trigeminus
6) Saraf VI (Nervus Abdusen): tidak ada gangguan pada saraf
abdusen
7) Saraf VII (Nervus Fasialis): tidak ada gangguan pada saraf fasialis
8) Saraf VIII (Nervus Vestibulocochlearis): tidak ada gangguan pada
saraf vestibulocochlearis
9) Saraf IX (Nervus Glosofaringeal): tidak ada gangguan pada saraf
glosofaringeal
10) Saraf X (Nervus Vagus): tidak ada gangguan pada saraf vagus
11) Saraf XI (Nervus Asesorius): tidak ada gangguan pada saraf
asesorius
12) Saraf XII (Nervus Hipoglosus): tidak ada gangguan pada saraf
hipoglosus
13) Pemeriksaan reflex : pada pasien katarak pemeriksaan reflek
positif(Mutaqim, 2013, p. 65)
2. Sistem penglihatan
Bentuk simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, warna
pupil keruh, lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu,
pada mata yang mengalami gangguan tidak mampu mengikuti
gerakan ke segala arah, tidak mampu melihat cahaya tinggi,
mengalami gangguan pada system penglihatan(M., 2014, p. 456)
3. Sistem pendengaran
Pada pasien katarak tidak ada gangguan pada sistem
pendengaran(Hawks J. M., 2014, p. 89)
4. Sistem pernapasan
Pada pasien katarak tidak ada gangguan pada sistem
pernapasan(Hawks J. M., 2014, p. 89)
5. Sistem kardiovaskular
Pada pasien katarak tidak ada gangguan pada sistem
kardiovaskular(Mutaqim, 2013, p. 67)
6. Sistem pencernaan
Pada pasien katarak tidak ada gangguan pada sistem
pencernaan(Hawks J. M., 2014, p. 89)
7. Sistem perkemihan
Pada pasien katarak tidak ada gangguan pada sistem perkemihan(M.,
2014, p. 456)
8. Sistem muskuloskletal
Pada pasien katarak tidak ada edema dan tidak ada gangguan pada
sistem muskuloskletal(Hawks J. M., 2014, p. 89)
9. Sistem integumen
Pada pasien katarak tidak ada gangguan pada sistem integumen(M.,
2014, p. 457)
10. Sistem reproduksi
Pada pasien katarak tidak ada gangguan pada sistem reproduksi
(Mutaqim, 2013, p. 446)

3) Pemeriksaan penunjang
1. Pememriksaan kartu mata snellen atau mesin telebinokuler : kemungkinan
terganggu dankerusakan kornea, lensa, akueus atau vitreus humor,
kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf dan penglihatan ke retina.
2. Pemeriksaan lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor,
karotis, glukoma.
3. Pemeriksaan pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pemeriksaan pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari
sudut tertutup glukoma.
5. Pemeriksaan tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
6. Oftalmoskopi :dengan cara mengkaji struktur internal okuler, atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Dengan cara penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi &
implantasi. (M., 2014, p. 102)
4) Penatalaksanaan
1. Pencengahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak
mengandung vit.C ,vit. B2, vit.A dan vit. E. Selain itu, untuk mengurangi
pajanan sinar matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan
kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari.

2. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis di bagi menjadi dua macam teknik yang tersedia
untuk pengangkatan katarak :
b. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98%
pembedahan katarak.Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata
selama pembedahan.Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul anterior,
menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak
menggunakan irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan kapsula
posterior dan zonula lentis tetap utuh.Selain itu ada penemuan terbaru
pada ekstrasi ekstrakapsuler, yaitu fakoemulsifikasi. Dengan cara ini
pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan
alat ultrason frekwensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa
menjadi partikel yang kecil yang kemudian di aspirasi melalui alat yang
sama yang juga memberikan irigasi kontinus.
c. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.Sesudah zonula dan
lensa di pisahkan, diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara
langsung pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe diletakkan secara
langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe. Lensa
kemudian diangkat secara lembut.Namun, saat ini pembedahan
intrakapsuler sudah jarang dilakukan. (M., 2014, p. 102)

2. Diagnosa keperawatan

a. Penurunan presepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan


(PPNI, 2016, p. 190)

Definisi

Perubahan presepsi terhadap stimulus baik internal maupun eksternal yang


disertai dengan respon yang berkurang, brlebihan atau terdistorsi.

Penyebab

1) Gangguan penglihatan

2) Gangguan pendengaran

3) Gangguan penghidupan

4) Gangguan perabaan

5) Hipoksia serebral

6) Penyalahgunaan zat

7) Usia lanjut

8) Pemajanan toksin lingkungan

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif:

1) Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan

2) Merasakan sesuatu melalui indera perabaan, penciuman, dan


pengecapan.

Objektif:

1) Distorsi sensori

2) Respon tidak sesuai

3) Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba,atau mencium


sesuatu
Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1) Menyatakan kesal

Objektif

1) Disorientasi waktu, tempat, orang dan situasi

2) Curiga

3) Melihat kesatu arah

Kondisi Klinis Terkait

1) Glaukoma

2) Katarak

3) Gangguan refraksi (miopia, hiperopia, astigmatisma, presbiopia)

4) Trauma okuler

5) Trauma pada syaraf kranialis II, III, IV, dan VI akibat stroke, aneurisma
intrakranial, trauma/tumor otak)

6) Infeksi okuler

7) Presbikusis

8) Malfungsi alat bantu dengar

9) Delirium

10) Demensia

11) Gangguan amnestik

12) Penyakit terminal

13) Gangguan psikotik

b. Resiko Cedera berhubungan dengan perubahan fungsi psikomotor


(PPNI, 2016, p. 304)

Definisi

Beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan


seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik.

Faktor Resiko

Eksternal

1) Terpapar patogen

2) Terpapar zat kimia toksik

3) Terpapar agen nosokomial

4) Ketidakamanan transportasi

Internal

1) Ketidaknormalan profil darah

2) Perubahan orientasi afektif

3) Perubahan sensasi

4) Disfungsi autoimun

5) Disfungsi biokimia

6) Hipoksia jaringan

7) Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh

8) Malnutrisi

9) Perubahan fungsi psikomotor

10) Perubahan fungsi kognitif

Kondisi Klinis Terkait

1) Kejang

2) Sinkop

3) Vertigo

4) Gangguan penglihatan

5) Gangguan pendengaran
6) Penyakit parkinson

7) Hipotensi

8) Kelainan nervus vestibularis

9) Retardasi mental
c. Ansietas b.d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur
tindakan pembedahan(PPNI, 2016)
Definisi
kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman
Penyebab
1) Krisis situasional
2) Kebutuhan tidak terpenuhi
3) Krisis maturasional
4) Ancaman terhadap konsep diri
5) Ancaman terhadap kematian
6) Kekhawatiran mengalami kegagalan
7) Disfungsi system keluarga
8) Hubungan orang tua anak tidak memuaskan
9) Factor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir )
10) Penyalahgunaan zat
11) Terpapar bahaya lingkungan (mis, toksin, polutan, dan lain- lain
12) Kurang terpapar informasi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1) Merasa bingung
2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi Sulit
berkonsentrasi
Objektif
1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
Gejala dan Tanda minor
Subjektif
1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia
3) Palpitasi
4) Merasa tidak berdaya
Objektif
1) Frekuensi napas meningkat
2) Frekuensi nadi meningkat
3) Tekanan darah meningkat
4) Diaforesis
5) Tremor
6) Muka tampak pucat
7) Suara bergetar
8) Kontak mata buruk
9) Sering berkemih
10) Berorientasi pada masa lalu
Kondisi Klinis Terkait
1) Penyakit kronis progresif (mis, kanker, penyakit auto imun)
2) Penyakit akut
3) Hospitalisasi
4) Rencana operasi
5) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6) Penyakit neurologis
7) Tahap tumbuh kembang.

3. Intervensi

a. Perubahan presepsi sesnsori (Wilkinson, 2016)

Tujuan

Klien melaporkan kemampuan yang lebih baik untuk proses rangsangan


penglihatan dan mengkomunikasikan perubahan visual.

Kriteria hasil

1) Klien dapat mengidentifikasi faktor faktor yang mempengaruhi fungsi


penglihatan

2) Klien dapat mengidentifikasi dan menunjukkan pola alternatif untuk


meningkatkan penerimaan rangsangan penglihatan.

Intervensi

1) Kaji ketajaman penglihatan klien

2) Indentifikasi alternatif untuk optimalisasi sumber rangsangan

3) Sesuaikan lingkungan optimalisasi penglihatan:

a) Orientasikan klien terhadap ruang rawat

b) Letakkan alat yang sering digunakan didekat klien atau pada sisi
mata yang lebih sehat

c) Berikan pencahayaan cukup

d) Letakkan alat ditempat yang tetap

e) Hindari cahaya menyilaukan

f) Anjurkan penggunaan alternatif rangsangan lingkungan yang dapat


diterima.

Rasional

1) Mengidentifikasi kemampuan visual klien

2) Memberikan kekakuratan penglihatan dan perawatannya

3) Meningkatkan kemampuan persepsi sensori

4) Meningkatkan kemampuan respon terhadap stimulus lingkungan

b. Resiko Cedera (Wilkinson, 2016, p. 239)

Tujuan

Tidak terjadi cedera pada penglihatan klien

Kriteria Hasil

1) Klien menyebutkan faktor yang menyebabkan cedera

2) Klien tidak melakukan aktivitas yang meningkatkan resiko cedera

Intervensi

1) Diskusikan tentang rasa sakit, pembatasan aktivitas

2) Tempatkan klien pada tempat tidur yang lebih rendah dan ajnjurkan untuk
membatasi pergerakan mendadak serta menggerakkan kepala berlebih

3) Bantu aktivitas selama fase istirahat

4) Ajarkan klien untuk menghindari tindakan yang dapat menyebabkan cedera

5) Amati kondisi mata

Rasional

1) Meningkatkan kerjasama dan pembatasan yang diperlukan

2) Istirahat mutlak diberikan pada klien

3) Mencegah / menurunkan resiko komplikasi cedera

4) Tindakan yang dapat meningkatkan TIO dan menimbulkan kerusakan


struktur mata

5) Apabila pandangan melihat benda mengapung (floater) atau tempat gelap


mungkin menunjukkan ablasio retina

c. Ansietas
Tujuan :

1) Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh tekanan


2) Mempertahankan perfoma peran
3) Memantau distorsi persepsi sensori
4) Memantau manifestasi perilaku ansietas
5) Menggunakan teknik relasasi untuk meredakan ansietas
Intervensi NIC :
Aktivitas Keperawatan
1) Pengkajian
a) Kaji dan dokumentasikan tingkat ansietas pasien, termasuk reaksi fisik
b) Kaji untuk factor budaya (mis, konflik nilai) yang menjadi penyebab
ansietas
c) Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak berhasil
menurunkan ansietas dimasa lalu
d) Reduksi ansietas
2) Penyuluhan untuk Pasien / Keluarga
a) Buat rencana penyuluhan dengan tujuan yang realitis termasuk kebutuhan
untuk pengulangan, dukungan dan pujian terhadap tugas – tugas yang
dipelajari
b) Berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti
teman, tetangga, kelompok, swabantu, tempat ibadah
c) Informasikan tentang gejala ansietas
d) Ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara erangan panic
dan gejala penyakit fisik
Aktivitas Kolaboratif
a) Penurunan ansietas
Aktivitas Lain
a) Pada saat ansietas berat, dampingi,bicara dengan tenang,dan
berikan,ketenangan serta rasa nyaman
b) Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkap vebal fikiran dan
perasaan untuk mengungeksternalisasikan ansietas
c) Bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang di butuhkan untuk mengurangi
ansietas
d) Sediakan pengalihan melalui televise,tv,radio,permainan,serta terapi
okupasi untuk menurunkan ansietas dan memperluas focus
e) Berikan penguatan positif ketika pasien mampu meneruskan aktivitas
sehari-hari dan aktifitas lainnya meskipun mengalami ansietas (Wilkinson,
2016, p. 31)
BABIII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Katarakamerupakans
suatuproseskekeruhanyangterjadipadasebagianatauseluruhbagianlensamata.Jika
katarak,jalannyasinarakanterhambatatau lensatidakdapatdifokuskan.

Katarakadalahnamayangdiberikanuntukkekeruhanlensayangmengakibatkanvisusole
hsuatutabir/layaryangditurunkandidalammatayangmenyebabkanpenglihatanmenjadikabu
r.Ketikalensasudahmenjadiopak,cahayaakandipendarkandanbukannyaditransmisikanden
gantajammenjadibayanganberfokuspadaretina.Hasilnyaadalahpandangandimalamhari.Pu
pilnormalnyahitamakantambakabu-abuatauputih.

B. Saran

Denganmakalahinidiharapkanpembacakhususnyamahasiswakeperawatandapatmenger
tidanmemahamitentangasuhankeperawatanpadapenderitakatarak
DAFTAR PUSTAKA

Hawks, J. M. (2014). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Edisi 8 Buku 3. singapura:


Elsevier.

M., J. (2014). keperawaran medikal bedah. singapore: arragement with Elsevier Inc.

Mutaqim, A. (2013). Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta: Salemba Medika.

PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: PPNI.

Tamsuri, A. (2010). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Wilkinson. (2016). Diagnosis Keperawatan Nanda NIC NOC edisi 10. Jakarta: EGC.
PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 589 Date September 06,2019

Characters 4503 Exclude Url

0
0% 100% 26
Plagiarized
Plagiarism Unique Unique Sentences
Sentences

Content Checked For Plagiarism

a. Perubahan presepsi sesnsori (Wilkinson, 2016) Tujuan Klien melaporkan kemampuan yang
lebih baik untuk proses rangsangan penglihatan dan mengkomunikasikan perubahan visual.
Kriteria hasil 1) Klien dapat mengidentifikasi faktor faktor yang mempengaruhi fungsi penglihatan
2) Klien dapat mengidentifikasi dan menunjukkan pola alternatif untuk meningkatkan penerimaan
rangsangan penglihatan. Intervensi 1) Kaji ketajaman penglihatan klien 2) Indentifikasi alternatif
untuk optimalisasi sumber rangsangan 3) Sesuaikan lingkungan optimalisasi penglihatan: a)
Orientasikan klien terhadap ruang rawat b) Letakkan alat yang sering digunakan didekat klien atau
pada sisi mata yang lebih sehat c) Berikan pencahayaan cukup

4) Letakkan alat ditempat yang tetap e) Hindari cahaya menyilaukan f) Anjurkan penggunaan
alternatif rangsangan lingkungan yang dapat diterima. Rasional 1) Mengidentifikasi kemampuan
visual klien 2) Memberikan kekakuratan penglihatan dan perawatannya 3) Meningkatkan
kemampuan persepsi sensori 4) Meningkatkan kemampuan respon terhadap stimulus lingkungan
b. Resiko Cedera (Wilkinson, 2016, p. 239) Tujuan Tidak terjadi cedera pada penglihatan klien
Kriteria Hasil 1) Klien menyebutkan faktor yang menyebabkan cedera 2) Klien tidak melakukan
aktivitas yang meningkatkan resiko cedera Intervensi 1) Diskusikan tentang rasa sakit,
pembatasan aktivitas 2) Tempatkan klien pada tempat tidur yang lebih rendah dan ajnjurkan untuk
membatasi pergerakan mendadak serta menggerakkan kepala berlebih 3) Bantu aktivitas selama
fase istirahat 4) Ajarkan klien untuk menghindari tindakan yang dapat menyebabkan cedera 5)
Amati kondisi mata Rasional 1) Meningkatkan kerjasama dan pembatasan yang diperlukan 2)
Istirahat mutlak diberikan pada klien 3) Mencegah / menurunkan resiko komplikasi cedera 4)
Tindakan yang dapat meningkatkan TIO dan menimbulkan kerusakan struktur mata 5) Apabila
pandangan melihat benda mengapung (floater) atau tempat gelap mungkin menunjukkan ablasio
retina c. Ansietas Tujuan : 1) Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh tekanan 2)
Mempertahankan perfoma peran 3) Memantau distorsi persepsi sensori 4) Memantau manifestasi
perilaku ansietas 5) Menggunakan teknik relasasi untuk meredakan ansietas Intervensi NIC :
Aktivitas Keperawatan 1) Pengkajian a) Kaji dan dokumentasikan tingkat ansietas pasien,
termasuk reaksi fisik

2) Kaji untuk factor budaya (mis, konflik nilai) yang menjadi penyebab ansietas c) Gali
bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak berhasil menurunkan ansietas dimasa
lalu d) Reduksi ansietas 2) Penyuluhan untuk Pasien / Keluarga a) Buat rencana penyuluhan
dengan tujuan yang realitis termasuk kebutuhan untuk pengulangan, dukungan dan pujian
terhadap tugas – tugas yang dipelajari b) Berikan informasi mengenai sumber komunitas yang
tersedia, seperti teman, tetangga, kelompok, swabantu, tempat ibadah c) Informasikan
tentang gejala ansietas d) Ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara
erangan panic dan gejala penyakit fisik Aktivitas Kolaboratif a) Penurunan ansietas Aktivitas
Lain a) Pada saat ansietas berat, dampingi,bicara dengan tenang,dan berikan,ketenangan
serta rasa nyaman b) Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkap vebal fikiran dan
perasaan untuk mengungeksternalisasikan ansietas c) Bantu pasien untuk memfokuskan
pada situasi saat ini, sebagai cara untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang di
butuhkan untuk mengurangi ansietas d) Sediakan pengalihan melalui
televise,tv,radio,permainan,serta terapi okupasi untuk menurunkan ansietas dan memperluas
focus e) Berikan penguatan positif ketika pasien mampu meneruskan aktivitas sehari-hari dan
aktifitas lainnya meskipun mengalami ansietas (Wilkinson, 2016, p. 31) BAB III PENUTUP A.
Kesimpulan Kataraka merupakans suatu proses kekeruhan yang terjadi pada sebagian atau
seluruh bagian lensa mata. Jika katarak, jalannya sinar akan terhambat atau lensa tidak dapat
difokuskan. Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan
visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan didalam mata yang menyebabkan penglihatan
menjadi kabur. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan berfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan dimalam hari. Pupil normalnya hitam akan tambak abu-abua tau putih. B. Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat
mengerti dan memahami tentang asuhan keperawatan pada penderita katarak
Sources Similarit

PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 676 Date September 06,2019

Characters 4785 Exclude Url

0
0% 100% 37
Plagiarized
Plagiarism Unique Unique Sentences
Sentences

Content Checked For Plagiarism

Setelah pembedahan katarak, bagian belakang kapsula mungkin akan terasa dingin. Kaca lensa mempunyai kapsula pada
bagian depanya yang berfungsi untuk mencegah sinar agar tidak sampai ke retina dan penglihatan kembali gelap.Pada
membran kedua atau katarak kedua, seharusnya sinar diubah agar kembali mencapai retina.Pembedahan diulangi lagi jika
setelah pemeriksaan, ditemukan kegagalan.(Tamsuri, 2010, p. 59). B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a.
Identitas ` Kejadian katarak lebih banyak terjadi pada perempuan dari pada laki-laki, ditunjukkan dengan hasil penelitian yang
menemukan 114 orang (71,7%) penderita katarak berjenis kelamin perempuan, sedangkan 57% orang (63,4%) penderita
katarak berjenis kelamin laki-laki. (Tamsuri, 2010, p. 61) b. Status kesehatan saat ini 1) Keluhan Utama Penderita mengeluh
penglihatannya berkabut atau berasap, merasa silau dan sukar melihat dimalam hari atau penerangan redup.(Mutaqim, 2013,
p. 445) 2) Alasan Masuk Rumah Sakit Pasien biasanya mengeluh penglihatan menurun, melihat ganda dan dalam melihat
warna terganggu. (Mutaqim, 2013, p. 446) 3) Riwayat penyakit sekarang Eksplorasi keadaan atau status okuler umum
pasien.Pasien menggunakan kacamata atau lensa kontak?, pasien mengalami kesulitan melihat (focus) pada jarak dekat
atau jauh, dan lain-lain. (Mutaqim, 2013, p. 446) c. Riwayat kesehatan terdahulu 1) Riwayat Penyakit Sebelumnya Resiko
tinggi katarak dilaporkan tinggi pada penderita DM, kadar gula darah normal tinggi, dan kerusakan pada ginjal. Penderita DM
menderita katarak 1,6 lebih sering terjadi pada usia lebih muda dan lebih cepat memburuk dibandingkan dengan orang yang
tidak memiliki penyakit DM. (Tamsuri, 2010, p. 56) 2) Riwayat penyakit keluarga Katarak kongenital terjadi akibat keturunan,
atau infeksi ibu hamil akibat rubella, virus sitomegali, varisela, sifilis dan toksoplasmosis pada kehamilan 1-2 bulan. Sebagian
besar katarak kongenital terjadi pada kedua mata dan berhubungan dengan keturunan atau sifat genetic.(Mutaqim, 2013, p.
448) 3) Riwayat pengobatan Pada penderita katarak memiliki riwayat penggunaan steroid sebelumnya. (Tamsuri, 2010, p. 56) d.
Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan umum a) Kesadaran Pada umumnya pada pasien yang mengalami katarak keadaan umumnya baik
dan tidak mengalami kelemahan atau gangguan keadaran, bianya kesadarannya komposmentis (sadar penuh) dengan
mengumpulkan data penilaian menggunakan Skala Coma Glasglow (GCS). (Tamsuri, 2010, p. 56) b) Tanda-tanda vital TD : pada
katarak biasanya normal yaitu 120/80 mmHg Suhu : 36-38ºC RR : 12-20kali/menit Nadi : 69-100kali/menit (Tamsuri, 2010, p. 56) 2)
Body System 1. Sistem Persyarafan 1) Saraf I (Nervus Olfaktorius): tidak ada gangguan pada saraf olfaktorius 2) Saraf II (Nervus
Optikus): pada pasien katarak saraf optikus biasanya mengalami gangguan yaitu tidak bisa melihat dengan jelas (buram) 3) Saraf III
(Nervus Occulomotorius): pada pasien katarak masih bisa mengerakkan sebagian besar otot mata 4) Saraf IV (Nervus Trochlearis):
pada pasien katarak masih bisa menggerakkan beberapa otot mata 5) Saraf V (Nervus Trigeminus): tidak ada gangguan pada saraf
trigeminus 6) Saraf VI (Nervus Abdusen): tidak ada gangguan pada saraf abdusen

7) Saraf VII (Nervus Fasialis): tidak ada gangguan pada saraf fasialis 8) Saraf VIII (Nervus Vestibulocochlearis): tidak ada
gangguan pada saraf vestibulocochlearis 9) Saraf IX (Nervus Glosofaringeal): tidak ada gangguan pada saraf glosofaringeal
10) Saraf X (Nervus Vagus): tidak ada gangguan pada saraf vagus 11) Saraf XI (Nervus Asesorius): tidak ada gangguan
pada saraf asesorius 12) Saraf XII (Nervus Hipoglosus): tidak ada gangguan pada saraf hipoglosus 13) Pemeriksaan reflex :
pada pasien katarak pemeriksaan reflek positif 2. Sistem penglihatan Bentuk simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik, warna pupil keruh, lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu, pada mata yang mengalami gangguan tidak
mampu mengikuti gerakan ke segala arah, tidak mampu melihat cahaya tinggi, mengalami gangguan pada system
penglihatan 3. Sistem pendengaran Pada pasien katarak tidak ada gangguan pada sistem pendengaran 4. Sistem
pernapasan Pada pasien katarak tidak ada gangguan pada sistem pernapasan 5. Sistem kardiovaskular Pada pasien
katarak tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskular 6. Sistem pencernaan Pada pasien katarak tidak ada gangguan
pada sistem pencernaan 7. Sistem perkemihan Pada pasien katarak tidak ada gangguan pada sistem perkemihan 8. Sistem
muskuloskletal Pada pasien katarak tidak ada edema dan tidak ada gangguan pada sistem muskuloskletal 9. Sistem
integumen Pada pasien katarak tidak ada gangguan pada sistem integumen 10. Sistem reproduksi Pada pasien katarak
tidak ada gangguan pada sistem reproduksi (Mutaqim, 2013, p. 446)
Sources Similari

PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 853 Date September 06,2019

Characters 6157 Exclude Url

0
0% 100% 31
Plagiarized
Plagiarism Unique Unique Sentences
Sentences

Content Checked For Plagiarism

3) Pemeriksaan penunjang 1. Pememriksaan kartu mata snellen atau mesin telebinokuler : kemungkinan terganggu dan kerusakan
kornea, lensa, akueus atau vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf dan penglihatan ke retina. 2. Pemeriksaan
lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma. 3. Pemeriksaan pengukuran Tonografi : TIO (12 –
25 mmHg) 4. Pemeriksaan pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma. 5. Pemeriksaan tes
Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma 6. Oftalmoskopi : dengan cara mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng
optik, papiledema, perdarahan. 7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.

8. EKG, kolesterol serum, lipid 9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM 10. Keratometri. 11. Pemeriksaan lampu slit. 12. A-scan
ultrasound (echography). 13. Dengan cara penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi. (M., 2014, p.

102) 4) Penatalaksanaan 1. Pencengahan Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit. C
,vit. B2, vit. A dan vit. E. Selain itu, untuk mengurangi pajanan sinar matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan
kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari. 2. Penatalaksanaan medis Penatalaksanaan medis di bagi menjadi dua
macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak : b. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih disukai
dan mencapai sampai 98% pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Prosedur
ini meliputi pengambilan kapsul anterior, menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak menggunakan
irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh. Selain itu ada penemuan terbaru pada
ekstrasi ekstrakapsuler, yaitu fakoemulsifikasi. Dengan cara ini pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan
menggunakan alat ultrason frekwensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi partikel yang kecil yang kemudian di
aspirasi melalui alat yang sama yang juga memberikan irigasi kontinus. c. Ekstraksi katarak intrakapsuler Pengangkatan seluruh
lensa sebagai satu kesatuan. Sesudah zonula dan lensa di pisahkan, diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung
pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe. Lensa
kemudian diangkat secara lembut. Namun, saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan. (M., 2014, p. 102) 2.
Diagnosa keperawatan a. Penurunan presepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan (PPNI, 2016, p. 190) Definisi
Perubahan presepsi terhadap stimulus baik internal maupun eksternal yang disertai dengan respon yang berkurang, brlebihan atau
terdistorsi. Penyebab 1) Gangguan penglihatan 2) Gangguan pendengaran 3) Gangguan penghidupan 4) Gangguan perabaan 5)
Hipoksia serebral 6) Penyalahgunaan zat 7) Usia lanjut 8) Pemajanan toksin lingkungan Gejala dan Tanda Mayor Subjektif: 1)
Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan

2) Merasakan sesuatu melalui indera perabaan, penciuman, dan pengecapan. Objektif: 1) Distorsi sensori 2) Respon tidak sesuai 3)
Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba,atau mencium sesuatu Gejala dan Tanda Minor Subjektif 1) Menyatakan
kesal Objektif 1) Disorientasi waktu, tempat, orang dan situasi 2) Curiga 3) Melihat kesatu arah Kondisi Klinis Terkait 1) Glaukoma 2)
Katarak 3) Gangguan refraksi (miopia, hiperopia, astigmatisma, presbiopia) 4) Trauma okuler 5) Trauma pada syaraf kranialis II, III,
IV, dan VI akibat stroke, aneurisma intrakranial, trauma/tumor otak) 6) Infeksi okuler 7) Presbikusis

8. Malfungsi alat bantu dengar 9) Delirium 10) Demensia 11) Gangguan amnestik 12) Penyakit terminal 13) Gangguan psikotik b.
Resiko Cedera berhubungan dengan perubahan fungsi psikomotor (PPNI, 2016, p. 304) Definisi Beresiko mengalami bahaya atau
kerusakan fisik yang menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik. Faktor Resiko Eksternal 1)
Terpapar patogen 2) Terpapar zat kimia toksik 3) Terpapar agen nosokomial 4) Ketidakamanan transportasi Internal 1)
Ketidaknormalan profil darah 2) Perubahan orientasi afektif 3) Perubahan sensasi 4) Disfungsi autoimun 5) Disfungsi biokimia 6)
Hipoksia jaringan 7) Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh 8) Malnutrisi 9) Perubahan fungsi psikomotor 10) Perubahan fungsi
kognitif Kondisi Klinis Terkait 1) Kejang 2) Sinkop 3) Vertigo 4) Gangguan penglihatan 5) Gangguan pendengaran 6) Penyakit
parkinson 7) Hipotensi 8) Kelainan nervus vestibularis 9) Retardasi mental c. Ansietas b.d kurang terpapar terhadap informasi
tentang prosedur tindakan pembedahan(PPNI, 2016) Definisi kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan

individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman Penyebab 1) Krisis situasional 2) Kebutuhan tidak terpenuhi 3) Krisis
maturasional 4) Ancaman terhadap konsep diri 5) Ancaman terhadap kematian 6) Kekhawatiran mengalami kegagalan

7) Disfungsi system keluarga 8) Hubungan orang tua anak tidak memuaskan 9) Factor keturunan (temperamen mudah teragitasi
sejak lahir ) 10) Penyalahgunaan zat 11) Terpapar bahaya lingkungan (mis, toksin, polutan, dan lain- lain 12) Kurang terpapar
informasi Gejala dan Tanda Mayor Subjektif 1) Merasa bingung 2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi Sulit berkonsentrasi Objektif 1) Tampak gelisah 2) Tampak tegang 3) Sulit tidur Gejala dan Tanda minor Subjektif 1)
Mengeluh pusing 2) Anoreksia 3) Palpitasi 4) Merasa tidak berdaya Objektif 1) Frekuensi napas meningkat 2) Frekuensi nadi
meningkat 3) Tekanan darah meningkat 4) Diaforesis 5) Tremor 6) Muka tampak pucat 7) Suara bergetar 8) Kontak mata buruk

i) Sering berkemih 10) Berorientasi pada masa lalu Kondisi Klinis Terkait 1) Penyakit kronis progresif
(mis, kanker, penyakit auto imun) 2) Penyakit akut 3) Hospitalisasi 4) Rencana operasi 5) Kondisi
diagnosis penyakit belum jelas 6) Penyakit neurologis 7) Tahap tumbuh kembang.

Sources Similarity
PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 589 Date September 06,2019

Characters 4503 Exclude Url

0
0% 100% 26
Plagiarized
Plagiarism Unique Unique Sentences
Sentences

Content Checked For Plagiarism

a. Perubahan presepsi sesnsori (Wilkinson, 2016) Tujuan Klien melaporkan kemampuan yang lebih baik untuk proses rangsangan
penglihatan dan mengkomunikasikan perubahan visual. Kriteria hasil 1) Klien dapat mengidentifikasi faktor faktor yang
mempengaruhi fungsi penglihatan 2) Klien dapat mengidentifikasi dan menunjukkan pola alternatif untuk meningkatkan penerimaan
rangsangan penglihatan. Intervensi 1) Kaji ketajaman penglihatan klien 2) Indentifikasi alternatif untuk optimalisasi sumber
rangsangan 3) Sesuaikan lingkungan optimalisasi penglihatan: a) Orientasikan klien terhadap ruang rawat b) Letakkan alat yang
sering digunakan didekat klien atau pada sisi mata yang lebih sehat c) Berikan pencahayaan cukup

4) Letakkan alat ditempat yang tetap e) Hindari cahaya menyilaukan f) Anjurkan penggunaan alternatif rangsangan lingkungan yang
dapat diterima. Rasional 1) Mengidentifikasi kemampuan visual klien 2) Memberikan kekakuratan penglihatan dan perawatannya 3)
Meningkatkan kemampuan persepsi sensori 4) Meningkatkan kemampuan respon terhadap stimulus lingkungan b. Resiko Cedera
(Wilkinson, 2016, p. 239) Tujuan Tidak terjadi cedera pada penglihatan klien Kriteria Hasil 1) Klien menyebutkan faktor yang
menyebabkan cedera 2) Klien tidak melakukan aktivitas yang meningkatkan resiko cedera Intervensi 1) Diskusikan tentang rasa
sakit, pembatasan aktivitas 2) Tempatkan klien pada tempat tidur yang lebih rendah dan ajnjurkan untuk membatasi pergerakan
mendadak serta menggerakkan kepala berlebih 3) Bantu aktivitas selama fase istirahat 4) Ajarkan klien untuk menghindari tindakan
yang dapat menyebabkan cedera 5) Amati kondisi mata Rasional 1) Meningkatkan kerjasama dan pembatasan yang diperlukan 2)
Istirahat mutlak diberikan pada klien 3) Mencegah / menurunkan resiko komplikasi cedera 4) Tindakan yang dapat meningkatkan
TIO dan menimbulkan kerusakan struktur mata 5) Apabila pandangan melihat benda mengapung (floater) atau tempat gelap
mungkin menunjukkan ablasio retina c. Ansietas Tujuan : 1) Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh tekanan 2)
Mempertahankan perfoma peran 3) Memantau distorsi persepsi sensori 4) Memantau manifestasi perilaku ansietas 5)
Menggunakan teknik relasasi untuk meredakan ansietas Intervensi NIC : Aktivitas Keperawatan 1) Pengkajian a) Kaji dan
dokumentasikan tingkat ansietas pasien, termasuk reaksi fisik

103) Kaji untuk factor budaya (mis, konflik nilai) yang menjadi penyebab ansietas c) Gali bersama pasien tentang teknik
yang berhasil dan tidak berhasil menurunkan ansietas dimasa lalu d) Reduksi ansietas 2) Penyuluhan untuk Pasien /
Keluarga a) Buat rencana penyuluhan dengan tujuan yang realitis termasuk kebutuhan untuk pengulangan, dukungan dan
pujian terhadap tugas – tugas yang dipelajari b) Berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti teman,
tetangga, kelompok, swabantu, tempat ibadah c) Informasikan tentang gejala ansietas d) Ajarkan anggota keluarga
bagaimana membedakan antara erangan panic dan gejala penyakit fisik Aktivitas Kolaboratif a) Penurunan ansietas Aktivitas
Lain a) Pada saat ansietas berat, dampingi,bicara dengan tenang,dan berikan,ketenangan serta rasa nyaman b) Beri
dorongan kepada pasien untuk mengungkap vebal fikiran dan perasaan untuk mengungeksternalisasikan ansietas c) Bantu
pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang di butuhkan
untuk mengurangi ansietas d) Sediakan pengalihan melalui televise,tv,radio,permainan,serta terapi okupasi untuk
menurunkan ansietas dan memperluas focus e) Berikan penguatan positif ketika pasien mampu meneruskan aktivitas sehari-
hari dan aktifitas lainnya meskipun mengalami ansietas (Wilkinson, 2016, p. 31) BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kataraka
merupakans suatu proses kekeruhan yang terjadi pada sebagian atau seluruh bagian lensa mata. Jika katarak, jalannya sinar
akan terhambat atau lensa tidak dapat difokuskan. Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan didalam mata yang menyebabkan penglihatan menjadi kabur.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan
berfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan dimalam hari. Pupil normalnya hitam akan tambak abu-abua tau putih. B.
Saran Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan memahami tentang
asuhan keperawatan pada penderita katarak
1

Simil

SOAL

1. Seorang laki-laki barusia 60 tahun, dibawa keluarganya ke dokter dengan


keluhan penglihatan kedua mata buram sejak 1 tahun yang lalu. Penglihatan
buram seperti ada kabut yang menghalangi disertai silau. Pemeriksaan
oftalmologi; visus OD 6/60 S-3,5 C - 1,25 x 90o 6/30, lensa OD kekeruhan
kortikonuklear sebagian. Fonduskopi; papil bulat, batas tegas, CDR 0,3-0,4
aa/vv 2:3, reflex macula (+), retina: perdarahan (-), eksudat (-). Visus OS
1/300 proyeksi baik, lensa OS didapatkan kekeruhan total, funduskopi : reflex
fundus (+). Apakah diagnosa pada pasien ini?
A. Katarak senilis ODS
B. Katarak matur ODS
C. Katarak Imatur ODS
D. Katarak sinilis matur OD, Katarak senilis imatur OS
E. Katarak sinilis imatur OD, Katarak senilis matur OS

2. Seorang laki-laki berusia 38 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan


penglihatan mata kanan buram sejak 1 tahun yang lalu. Pasien sering
mengalami mata merah berulang sejak kecil, terutama bila terkena debu dan
selalu menggunakan obat tetes mata tertentu bila mata mata merah dan
biasanya cepat sembuh. Pemeriksaan oftamologi; visusu OD 6/60, pinhole
tetap, konjungitva bulbi tenang, kornea jernih, bilik mata depan agak dangkal,
lensa tampak keruh di kapsul posterior. Funduskopi: reflex fundus (+), detail
lain sulit dinilai. Visus OS 6/30 S-1,5 C-0,25 x 90o 6/10, konjung tiva tenang,
kornea jernih, bilik mata depan agak dangkal, lensa jernih. Fundoskopi dalam
batas normal.
Apakah diagnosa yang paling mungkin pada pasien ini?
A. Katarak sinilis OD
B. Katarak presinil OD
C. Katarak sekunder OD
D. Katarak traumatik OD
E. Katarak komplikata OD

3. Seorang perempuan, berusia 29 tahun mengeluh mata kanannya merah dan


nyeri, sebelumnya pasien sedang memetik buah rambutan di halaman
rumahnya dan mata kanannya terkena ranting.pemeriksaan oftamologi : VOD
3/60 pinhole tetap ; VOD 6/6. Segmen anterior OD : konjungvita bilbi injeksi
2

siliaris (+) , kornea terdapat ulkus (+) dengan infitrat di sekeliling ulkus
(fenomena satelit), COA dalam, hipopeon (+) tidak beraturan, OD tidak ada
kelainan.
Apakah diagnosa penyakit diatas ?
A. Ulkus kornea ec jamur
B. Ulkus kornea ec bakteri
C. Ulkus kornea dendritious
D. Ulkus kornea cum hipopeon e.c jamur
E. Ulkus kornea e.c virus herpes zooster

4. Seorang laki-laki berusia 42 tahun, datang ke dokter dengan keluhan


penglihatan buram bila membaca dan melihat layar komputer. Riwayat DM (-
), hipertensi (-) dan tidak pernah memakai kaca mata sebelumnya.
Pemeriksaan oftalmologi : VOD 6/6 ; VOS 6/9 cc C-0,25 90o 6/6 addisi S+
1.25. segmen anterior dan posterior ODS dalam batas normal. Pasien telah
dioperasi katarak serta dipasang lensa implant (IOL) pada kedua matanya.
Berapakah ukuran kaca mata baca pasien ini?
A. S+ 1.00
B. S+ 2.00
C. S+ 2.50
D. S+ 3.00
E. Tidak perlu diberikan karena sudah ada lensa implant (IOL)

5. Seorang laki-laki berusia45 tahun, datang ke dokter dengan keluhan hilang


sebagian penglihatan secar mendadak pada mata kiri. Pemerisaan oftalmologi
OS ; VOS 4/60 pada bagian rtemporal atas buram. Fundudkopi OS; sebagian
retina terlepas dengan gaeis demarkasi pada kuadran atas dari jam 11 sampai
jam 3, retina kelabu dan tidak ada robekan, OD dalam batas normal.
Peristiwa/kelainan apakah yang dialami pasien ini?
A. Robeknya lapisan retina
B. Terlepasnya N II dari lapisan retina
C. Sebagian retina terlepas dari makula
D. Terlepasnya lapisan retina dari koroid
E. Terlepasnya RPE dari retina sensorisnya

6. Seorang laki-laki berusia 42 tahun dengab keluhan bila melihat dekat serta
membaca buram, sedangkan melihat jauh jelas sejak sebulan yang lalu.
Pemeriksaan opthalmologis Visus OD:6/6, visus OS: 6/6. Addisi S+1.25. ODS
3

: segmen anterior tak ada kelainan. Fundus ODS : dalan batas normal. Dokter
mendiagnosis sebagai presbyopia.
Apakah yang menjadi penyebab kelainan di atas?
A. Ketidakmampuan lensa mata mencekung
B. Ketidakmampuan bola mata melakukan divergensi
C. Proses akomodasi yang berkurang karena bertambahnya usia
D. Diameter anterosposterior bola mata yang memendek karena usia
E. Diameter anterospostetior bola mata yang memanjang karena usia

7. Seorang laki-laki berusia 30 tahun, datang ke dokter dengan keluhan mata kiri
buram sejak 1 minggu yang lalu, disertai silau dan nyeri. Pada pemeriksaan
oftalmologi : OS 5/60 min hole tetap, palpebra spasme ringan, injeksi siliar,
kornea terdapat edemadan katarik presipital, BMD terdapat sel - sel (+) flare,
lensa samar-samar jernih : OD dalam batas normal.
Apakah diagnosa yang paling mungkin?
A. Keratitis OS
B. Keratouveitis OS
C. Glaukoma akut OS
D. Uveitis anterior OS
E. Uveitis posterior

8. Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke dokter untuk pemeriksaan


mata. Dan hasil pemeriksaan test buta warna dengan kartu ishihara
didapatkan: untuk interprestasi plate 2: orang normal membaca angka 8 tetapi
pasien membacanya angka 3, untuk plate 3: orang normal membaca angka 5
tetapi pasien membacanya angka 2 dan plate 4: orang normal membaca angka
29 tetapi pasien membacanya angka 70. Keseluruhan pasien hanya dapat
membaca dengan benar 7 plate dan 11 plat .
Apakah kelainan pada pasien ini?
A. Defisiensi red-yellow
B. Defisiensi blue-green
C. Defisiensi red-green
D. Butawarna total
E. Deutranomali

9. Seorang perempuan berusia 40 tahun, datang ke dokter dengan keluhan mata


kirinya merah dan penglihatan buram sejak 2 minggu yang lalu. Rambut
rontok, timbul bercak-bercak putih di kulit dan telinga sering berdenging.
4

Riwayat demam, pemeriksaan oflatmologi OS: konjungtiva bulbi hiperemis,


sel +++, flare + di bilik mata belakang, pupil iregular. Fundus OD sulit
dievaluasi. USG OS menunjukkan kekeruhan vutreus, OD dalam batas
normal.
Apakah kemungkinan penyebab pupil iregular pada kasus tersebut?
A. Prolaps iris
B. Sinekia aterior
C. Parese nervus lll
D. Leukoma adheren
E. Efek tetes obat mata
10. Seorang perempuan berusia 56 tahun datang dengan keluhan penglihatan
buram kedua mata sejak 6 bulan terakhir. Penglihatan seperti tertutup kabut,
silau dan lebih nyaman bila melihat dimalam hari. Pasien mempunyai riwayat
penyakit hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan jarang kontrol. Lensa OD
keruh sebagian dibagian tepi, Lensa OS keruh dibagian tengah dan dibelakang
kapsul anterior, apakah diagnosis yang mungkin pada pasien ini ?
A. Katarak senilis imatur ODS
B. Katarak senilis imatur OD dan katarak sekunder OS
C. Katarak senilis matur OD dan katarak komplikata OS
D. Katarak senilis Imatur OD dan katarak komplikata OS
E. Katarak senilis imatur OD dan katarak senilis matur OS
5

Anda mungkin juga menyukai