Disusun oleh:
LISTIANA
NPM. 21.0604.0029
FAKULTAS KESEHATAN
2022
A. DEFINISI
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih dan
merupakan suatu daerah yang berkabut dan keruh didalam lensa. Pada stadium dini
pembentukan katarak, protein dalam serabut-serabut lensa dibawah kapsul
mengalami denaturasi. Lebih lanjut protein tadi berkoagul;asi membentuk daerah
keruh menggantikan serabut-serabut protein lensa yang dalam keadaan normal
seharusnya transparan (Brunner, 2017).
Bila suatu katarak telah menghalangi cahaya dengan hebat sehingga sangat
mengganggu penglihatan, maka keadaan itu perlu diperbaiki dengan cara
mengangkat lensa melalui operasi. Bila ini dilakukan, maka mata kehilangan
sebagaian besar daya biasnya, dan harus digantikan dengan lensa konveks berdaya
penuh didepan mata, atau sebuah lensa buatan ditanam didalam mata pada tempat
lensa dikeluarkan (Hollwih, 2019).
Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat
kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif (Harper,
2019).
Dapat disimpulkan, Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan
pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa. Katarak adalah suatu keadaan
patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau
denaturasi protein lensa (Brunner, 2017).
B. ETIOLOGI
(Ilyas, 2020).
Sebagian besar katarak yang disebut katarak senilis, terjadi akibat perubahan-
perubahan degeneratif yang berhubungan dengan pertambahan usia. Pajanan
terhadap sinar matahari selama hidup, alkohol, merokok dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama serta predisposisi herediter
berperan dalam munculnya katarak senilis.
Katarak dapat timbul pada usia berapa saja setelah trauma lensa, infeksi mata,
atau akibat pajanan radiasi atau obat tertentu. Janin yang tepajan virus rubella dapat
mengalami katarak. Para pengidap diabetes melitus kronik sering mengalami
katarak, yang kemungkinan besar disebabkan oleh gangguan aliran darah ke mata
dan perubahan penanganan dan metabolisme glukosa.
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya
usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Usia rata-rata
terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula
terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda. Penyebab
katarak lainnya meliputi :
1. Faktor keturunan.
2. Cacat bawaan sejak lahir.
3. Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
4. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
5. Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus).
6. Gangguan pertumbuhan.
7. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
8. Rokok dan Alkohol.
9. Operasi mata sebelumnya dan trauma (kecelakaan) pada mata.
10. Ketuaan (Katarak Senilis).
11. Trauma.
12. Penyakit mata lain (Uveitis).
13. Penyakit sistemik (DM).
14. Defek kongenital (salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi
virus prenatal, seperti German Measles).
C. PATOFISIOLOGI
(Riordan, 2019).
Lensa yang normal adalah struktur yang posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel
(zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya
dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi disertai influks air kedalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes
melitus, namun merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.
Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika seseorang
memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi
awal, karena bila tidak terdiagnosis dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan
penglihatan permanen. Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleuas, di
perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Dengan bertambah usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi
coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan
posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna namapak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan Kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi, perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang daari
badan silier ke sekitar daerah di luar lensa Misalnya dapat menyebabkan penglihatan
mengalami distorsi. Perubahan Kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi. Sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya
ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi
disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang
dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya usia darn tidak ada pada kebanyakan pasien yang
menderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan
yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti
DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.
Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki
decade ke tujuh. Katarak dapat bersifat congenital dan harus diidentifikasi awal,
karena bila tidak didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan
penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya
katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, DM, dan
asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
D. PATHWAY
Ansietas
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan persepsi
sensori-perseptual
penglihatan Degenerasi pd lensa
KATARAK
a) Katarak congenital
Kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir yang terjadi akibat gangguan
perkembangan embrio intrauterin.
b) Katarak Traumatik
Katarak yang terjadi karena kecelakaan pada mata akibat trauma tumpul atau
trauma tajam yang menembus kapsul anterior.
c) Katarak Sekunder
Katarak yang disebabkan oleh konsumsi obat seperti prednisone dan
kortikosteroid, serta penderita diabetes. Katarak diderita 10 kali lebih umum oleh
penderita diabetes daripada oleh populasi secara umum.
d) Katarak yang berkaitan dengan usia
Jenis katarak yang paling umum. Berdasarkan lokasinya, terdapat 3 jenis katarak
ini, yakni nuclear sclerosis, cortical, dan posterior subcapsular. Nuclear
sclerosis merupakan perubahan lensa secara perlahan sehingga menjadi keras
dan berwarna kekuningan. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada
pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih
baik. Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna
birru. Katarak jenis cortical terjadi bila serat-serat lensa menjadi keruh, dapat
menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari. Posterior
subcapsular merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang lensa. Katarak ini
menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta
pandangan baca menurun.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selain uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan lampu slit dan
oftalmoskopis, maka A-scan ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat
berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan di lakukan
pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien merupakan kandidat
yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi Intra Okuler (Wijana,
2020).
a. Kartu nama snellen/mesin telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
akvesus atau vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit sistem saraf atau
penglihatan keretina atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan. Penurnan mungkin disebabkan oleh cairan cerebro
vaskuler, massa tumor pada hipofisis otak, karotis atau patologis arteri
serebral, gloukoma.
c. Pengukuran tonografi. Mengkaji tekanan intraokuler (Tekanan Intra Okuler)
normalnya 12-25 mmHg.
d. Pemeriksaan oftalmoskopi. Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma, dilatasi
dan pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnosa katarak.
e. Darah lengkap, laju sedimentasi (Laju Endap Darah), menunjukkan anemia
sistemik atau infeksi.
f. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid. Dilakukan untuk memastikan
aterosklerosis.
g. Tes toleransi glukosa, menunjukkan adanya atau kontrol diabetes.
h. Selain uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan lampu slit, dan
oftalmoskopis, maka A-scan ultrasound ( Echograpy ) dan hitung sel endotel
sangat berguna sebagai alat diagnostik khususnya bila dipertimbangkan akan
dilakukan pembedahan.
Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat
untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi inta okuler.
G. PENATALAKSANAAN
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari hari atau bila telah menimbulkan penyulit,
seperti glaucoma dan uveitis (Hollwih, 2019).
a. Pengobatan berupa eksisi seluruh lensa untuk diganti oleh lensa buatan, atau
fragmentasi lensa dengan ultrasound atau laser, diikuti oleh aspirasi fragmen
dan penggantian lensa.
b. Pembedahan diindikasikasikan bagi yang memerlukan penglihatan akut untuk
bekerja atau keamanan.
H. KOMPLIKASI
(Sidarta, 2017).
a. Endoftalmitis
b. Edema kornea
c. Distorsi atau terbukanya luka operasi
d. Bilik mata depan dangkal
e. Glaucoma
f. Uveitis
g. Dislokasi lensa intraokuler
h. Perdarahan segmen anterior atau posterior
i. Ablasio retina
j. Sisa massa lensa
k. Robek kapsul posterior
l. Prolaps vitreous
a. Aktifitas Istirahat
Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
b. Neurosensori
Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan
kerja dengan dekat/merasa diruang gelap.
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar
sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan,
fotofobia (glukoma akut). Tanda: Tampak kecoklatan atau putih susu
pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah/mata keras dan kornea
berawan (glukoma darurat, peningkatan air mata.
c. Pola aktivitas/istirahat
Perubahan aktivitas biasanya/hoby sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
d. Pola nutrisi
Mual/muntah (glaukoma akut)
e. Pola neurosensory
Gejala: Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan
perifer,kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa diruang
gelap.
(POST OP KATARAK)
a. Nyeri/Kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan/mata berair. Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau
tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala setelah post op.
b. Safety/Protection
Tanda infeksi. Gatal di daerah luka post op, kemerahan di daerah luka
post op, kultur area luka kurang baik.
c. Self Perception
Merasa cemas dan takut akan kesembuhan penyakit yang diderita.
Merasa gelisah, pucat, frekuensi nadi dan tekanan darah meningkat.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
Brunner. 2017. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Harper, J. 2019. Lensa Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Edisi ke-17.
Jakarta : EGC.
Hollwih, F. 2019. Opthalmology. Jakarta: Binarupa Aksara.
Ilyas, S. 2020. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto.
Riordan, P. 2019. Anatomi dan Embriologi Mata.Edisi ke-17. Jakarta : EGC.
Sidarta,I. 2017. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke- 3. Jakarta: FK UI.
Wijana, N. 2020. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-6. Jakarta: EGC.
Disusun oleh :
LISTIANA
NPM. 21.0604.0029
DATA KLIEN
A. DATA UMUM
a) Identitas (Komunitas)
Nama : Tn.H
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agamas : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Alamat : Dusun Candi Wetan RT 01/RW 08 Desa Ngasinan
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Tanggal masuk RS : 11 April 2022
Penyakit sekarang : post op katarak sinistra
b) Komposisi (Komunitas)
Penanggung Jawab
Nama : Ny.L
Status : Istri
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Dusun Candi Wetan RT 01/RW 08 Desa Ngasinan
Tn.H Ny.L
An.A
Keterangan:
: Laki-laki : Serumah
: Perempuan : Menikah
TERAS RUMAH
KAMAR
RUANG TAMU
KAMAR
3. Trauma / Hospitalisasi
Tidak ada trauma hospitalisasi pada Tn.H
4. Riwayat Pembedahan
Klien mengatakan tidak ada riwayat pembedahan
5. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak ada riwayat kesehatan maupun penyakit keturunan
f. Pengobatan sekarang:
No Nama obat Dosis Kandungan Manfaat
1. Flamar eye 5 ml CaCL2 anhidrat Membantu mengatasi
drops 3x sehari 0,075 gr, Kalium katarak
1-2 tetes lodida 0,075 gr,
pada mata Natrium Tiosulfat
0,0075 gr,
Fenilmerkuri nitrat
0,3 mg.
2 NUTRITION
a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA, IMT:
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 160 cm
Lingkar perut : Tidak terkaji
Lingkar lengan atas : Tidak terkaji
Lingkar dada : Tidak terkaji
Lingkar kepala : Tidak terkaji
IMT = BB
TB (m2)
= 60
1,62
= 23,4 (normal)
3 ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine (Frekuensi , jumlah, ketidaknyamanan)
Klien mengatakan klien BAK sebanyak 3x dengan frekuensi 200 ml dalam
sehari.
2) Riwayat kelainan kandung kemih
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat kelainan kandung kemih
3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau)
Klien BAK 200 ml warna kuning, berbau khas
4) Distensi kandung kemih/retensi urine
Klien mengatakan tidak memiliki distensi kandung kemih dan retensi urine
b. Sistem Gastrointestinal
1) Pola eliminasi
Klien mengatakan BAB sekali, biasa berwarna kuning bau khas
2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi
Klien mengatakan tidak mengalami konstipasi
3) Sistem Integument Kulit (integritas kulit / hidrasi/ turgor /warna/suhu)
Klien mengatakan kulit klien tampak normal, lembab, turgor kulit baik, warna
sawo matang, dan suhu klien 36,6 0C
4 ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : Jam tidur klien 8 jam perhari
2) Gangguan : Klien mengatakan tidak ada insomnia
3) Pertolongan untuk tidur : Tidak ada
b. Aktivitas
1) Pekerjaan : Petani
2) Kebiasaan olahraga : Jalan-jalan di pagi hari
3) ADL
Makan : Mandiri
Toileting : Mandiri
Kebersihan diri : Mandiri
Berpakaian : Mandiri
5 5 5
5 5 5
b. Sensasi/persepi
4) Penginderaan
1. SELF PERCEPTION
a. Self-Concept/Self Esteem
1) Perasaan cemas/takut
Klien sedikit merasa cemas dan takut akan kesembuhan penyakit yang dideritanya
2) Perasaan putus asa/kehilangan
Tidak ada
3) Keinginan mencederai
Tidak ada
4) Adanya luka/cacat
Tidak ada
7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status Hubungan : Menikah
2) Orang terdekat : Istri
3) Perubahan peran : Tidak mengalami perubahan peran
4) Perubahan Gaya Hidup : Klien mengatakan mengikuti semua anjuran dari dokter
5) Interaksi dengan orang : Dekat dengan tetangga
lain
1. SEXUALITY
Identitas Seksual
2. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Rasa sedih/ takut/ cemas
Tidak ada
Pucat, gelisah, pusing, klien mengatakan takut dengan kesembuhan penyakit yang
dideritanya
1. SAFETY/PTOTECTION
a. Alergi : Klien mengatakan tidak ada alergi
b. Penyakit Autoimun : Klien mengatakan tidak punya riwayat penyakit
autoimun
c. Tanda infeksi : Klien mengatakan gatal di daerah luka post op katarak
d. Gangguan thermoregulasi : Klien tidak mengalami gangguan thermogulasi
e. Gangguan/resiko : Tidak ada
2. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes : Nyeri post op dirasa setelah klien terpapar sinar
matahari langsung atau baru bangun tidur
2) Quality : Nyeri post op dirasakan menyebar sampai ke
kepala disertai mata kiri terasa panas dan berair
3) Region : Nyeri terasa pada mata kiri menyebar sampai
kepada
4) Scala : Skala 7
5) Time : Saat bangun tidur dan setelah terpapar sinar
matahari langsung
b. Rasa Tidak nyaman lain : Tidak ada
c. Tanda yang menyertai : Tidak ada
3. GROWTH/DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan dan perkembangan : Tidak ada
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
A:
Masalah nyeri akut
belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Monitor penggunaan
analgetik tetes mata
flamer eye drop 5 ml
3x sehari 1-2 tetes
pada mata
1 18/04/22 Resiko tinggi - Memonitor tanda S:
11.00
infeksi b.d efek dan gejala infeksi - Klien
mengatakan gatal
prosedur invasif
di daerah luka
D.0142 post op katarak LISTIANA
- Klien
mengatakan tidak
- Memonitor
11.10 bisa merawat
asupan nutrisi luka post op
kataraknya
klien LISTIANA
- Klien tidak
mengetahui
asupan nutrisi
apa yang baik
untuk proses
penyembuhan
luka post op nya
O:
- Terdapat luka
bekas OP
- Klien tampak
menahan rasa
gatal luka bekas
post op
- Tampak
kemerahan di
sekitar daerah
post op
- Tampak kultur
area luka klien
belum membaik
- Klien dan
keluarga tampak
tidak mengetahui
asupan nutrisi
untuk proses
penyembuhan
post op katarak
klien
A:
Masalah resiko tinggi
infeksi belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Edukasi klien
dan keluarga
terkait
penggunaan
kompres hangat
dan perawatan
kulit pada bekas
luka post op
2 19/04/22 Nyeri akut b.d agen - Memonitor lokasi,
S:
10.10 karakteristik,
pencedera fisik - Klien masih
durasi, frekuensi,
mengeluh nyeri
(prosedur operasi) kualitas, intensitas
sedikit LISTIANA
nyeri
D.0077 - Pengkajian PQRST
10.15 P: Nyeri post op
- Memonitor skala dirasa setelah
klien terpapar
nyeri
sinar matahari
LISTIANA
langsung atau
10.20 - Memonitor baru bangun tidur
T: Saat bangun
tidur dan setelah
terpapar sinar
matahari
langsung
O:
- Meringis klien
tampak
berkurang
- Gelisah klien
tampak
berkurang
- Frekuensi nadi
klien menurun
N : 110 x/menit
- Tekanan darah
klien menurun
TD : 145/90
mmHg
A:
Masalah nyeri akut
teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Monitor
penggunaan
analgetik tetes
mata flamer eye
drop 5 ml 3x
sehari 1-2 tetes
pada mata
- Mengajarkan
teknik relaksasi
nafas dalam
dengan
memfokuskan
pada mata kiri
dan memejamkan
mata
2 19/04/22 Resiko tinggi - Memonitor tanda S:
11.10
infeksi b.d efek dan gejala infeksi - Klien
mengatakan gatal
prosedur invasif
di daerah luka
11.20 - Memonitor
D.0142 post op katarak LISTIANA
asupan nutrisi sedikit berkurang
setelah
klien pemberian
kompres hangat
dan perawatan LISTIANA
kulit pada bekas
- Edukasi klien luka post op
11.25 - Klien
dan keluarga
pemberian mengatakan
sudah mampu
kompres hangat
mngetahui cara
dan perawatan merawat luka LISTIANA
post op
kulit pada bekas
kataraknya
luka post op - Klien belum
mengetahui
asupan nutrisi
apa yang baik
untuk proses
penyembuhan
luka post op nya
O:
- Terdapat luka
bekas OP
- Klien tampak
masih menahan
rasa gatal luka
bekas post op
- Kemerahan di
sekitar daerah
post op sudah
berkurang
- Kultur area luka
klien sudah mulai
membaik
- Klien dan
keluarga tampak
belum
mengetahui
asupan nutrisi
untuk proses
penyembuhan
post op katarak
klien
A:
Masalah resiko tinggi
infeksi teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Monitor
penggunaan
kompres hangat
dan perawatan
kulit bekas post
op katarak klien
secara teratur
- Edukasi klien
dan keluarga
terkait asupan
nutrisi untuk
proses
penyembuhan
post op katarak
klien
A:
Masalah nyeri akut
teratasi
P:
Pertahankan intervensi
- Pertahankan
penggunaan
analgetik tetes
mata flamer eye
drop 5 ml 3x
sehari 1-2 tetes
pada mata
dengan tepat dan
teratur
- Pertahankan
teknik relaksasi
nafas dalam
dengan
memfokuskan
pada mata kiri
dan memejamkan
mata
3. 20/04/22 Resiko tinggi - Memonitor tanda S:
11.20
infeksi b.d efek dan gejala infeksi - Klien
mengatakan gatal
prosedur invasif
di daerah luka
D.0142 - Memonitor LISTIANA
post op katarak
11.25
asupan nutrisi sudah hilang
setelah
klien pemberian
kompres hangat LISTIANA
11.30 dan perawatan
- Memonitor klien kulit pada bekas
dan keluarga luka post op
pemberian secara teratur, LISTIANA
kompres hangat serta konsumsi
dan perawatan nutrisi yang baik
kulit pada bekas untuk proses
luka post op penyembuhan
P:
Pertahankan intervensi
- Pertahankan
penggunaan
kompres hangat
dan perawatan
kulit bekas post
op katarak klien
secara teratur
- Pertahankan
dalam memonitor
terkait asupan
nutrisi untuk
proses
penyembuhan
post op katarak
klien
LAMPIRAN DOKUMENTASI KEGIATAN ASUHAN KEPERAWATAN