Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KASUS BEDAH KOMUNITAS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN.H DENGAN POST OP KATARAK DI DUSUN CANDI WETAN


RT 01/RW 8 DESA NGASINAN

Dosen Pembimbing: Ns. Margono, M.Kep

Disusun oleh:

LISTIANA

NPM. 21.0604.0029

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2022
A. DEFINISI
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih dan
merupakan suatu daerah yang berkabut dan keruh didalam lensa.  Pada stadium dini
pembentukan katarak, protein dalam serabut-serabut lensa dibawah kapsul
mengalami denaturasi. Lebih lanjut protein tadi berkoagul;asi membentuk daerah
keruh menggantikan serabut-serabut protein lensa yang dalam keadaan normal
seharusnya transparan (Brunner, 2017).
Bila suatu katarak telah menghalangi cahaya dengan hebat sehingga sangat
mengganggu penglihatan, maka keadaan itu perlu diperbaiki dengan cara
mengangkat lensa melalui operasi. Bila ini dilakukan, maka mata kehilangan
sebagaian besar daya biasnya, dan harus digantikan dengan lensa konveks berdaya
penuh didepan mata, atau sebuah lensa buatan ditanam didalam mata pada tempat
lensa dikeluarkan (Hollwih, 2019).
Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat
kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif (Harper,
2019).
Dapat disimpulkan, Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan
pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa. Katarak adalah suatu keadaan
patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau
denaturasi protein lensa (Brunner, 2017).
B. ETIOLOGI
(Ilyas, 2020).

Sebagian besar katarak yang disebut katarak senilis, terjadi akibat perubahan-
perubahan degeneratif yang berhubungan dengan pertambahan usia. Pajanan
terhadap sinar matahari selama hidup, alkohol, merokok dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama serta predisposisi herediter
berperan dalam munculnya katarak senilis.
Katarak dapat timbul pada usia berapa saja setelah trauma lensa, infeksi mata,
atau akibat pajanan radiasi atau obat tertentu. Janin yang tepajan virus rubella dapat
mengalami katarak. Para pengidap diabetes melitus kronik sering mengalami
katarak, yang kemungkinan besar disebabkan oleh gangguan aliran darah ke mata
dan perubahan penanganan dan metabolisme glukosa.
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya
usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Usia rata-rata
terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula
terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda. Penyebab
katarak lainnya meliputi :

1. Faktor keturunan.
2. Cacat bawaan sejak lahir.
3. Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
4. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
5. Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus).
6. Gangguan pertumbuhan.
7. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
8. Rokok dan Alkohol.
9. Operasi mata sebelumnya dan trauma (kecelakaan) pada mata.
10. Ketuaan (Katarak Senilis).
11. Trauma.
12. Penyakit mata lain (Uveitis).
13. Penyakit sistemik (DM).
14. Defek kongenital (salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi
virus prenatal, seperti German Measles).

C. PATOFISIOLOGI
(Riordan, 2019).

Lensa yang normal adalah struktur yang posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel
(zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya
dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi disertai influks air kedalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes
melitus, namun merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.
Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika seseorang
memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi
awal, karena bila tidak terdiagnosis dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan
penglihatan permanen. Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleuas, di
perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Dengan bertambah usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi
coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan
posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna namapak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan Kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi, perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang daari
badan silier ke sekitar daerah di luar lensa Misalnya dapat menyebabkan penglihatan
mengalami distorsi. Perubahan Kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi. Sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya
ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi
disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang
dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya usia darn tidak ada pada kebanyakan pasien yang
menderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan
yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti
DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.
Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki
decade ke tujuh. Katarak dapat bersifat congenital dan harus diidentifikasi awal,
karena bila tidak didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan
penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya
katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, DM, dan
asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
D. PATHWAY

Usia lanjut dan Penyakit metabolik


proses penuaan cedera mata (misalnya DM)
Congenital atau
bisa diturunkan

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Kurang coklat kekuningan
pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


Tidak multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier Kurang terpapar
mengenal kesekitar daerah lensa)
sumber terhadap
informasi informasi tentang
Hilangnya tranparansi
lensa prosedur tindakan
pembedahan
Resiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa

Ansietas
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan persepsi
sensori-perseptual
penglihatan Degenerasi pd lensa

KATARAK

Post op Nyeri akut

Sumber : (Wijana, 2020).


E. MANIFESTASI KLINIS
(Sidarta, 2017).
Terdapat 4 jenis katarak sebagai berikut:

a) Katarak congenital
Kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir yang terjadi akibat gangguan
perkembangan embrio intrauterin.
b) Katarak Traumatik
Katarak yang terjadi karena kecelakaan pada mata akibat trauma tumpul atau
trauma tajam yang menembus kapsul anterior.
c) Katarak Sekunder
Katarak yang disebabkan oleh konsumsi obat seperti prednisone dan
kortikosteroid, serta penderita diabetes. Katarak diderita 10 kali lebih umum oleh
penderita diabetes daripada oleh populasi secara umum.
d) Katarak yang berkaitan dengan usia
Jenis katarak yang paling umum. Berdasarkan lokasinya, terdapat 3 jenis katarak
ini, yakni nuclear sclerosis, cortical, dan posterior subcapsular. Nuclear
sclerosis merupakan perubahan lensa secara perlahan sehingga menjadi keras
dan berwarna kekuningan. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada
pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih
baik. Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna
birru. Katarak jenis cortical terjadi bila serat-serat lensa menjadi keruh, dapat
menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari. Posterior
subcapsular merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang lensa. Katarak ini
menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta
pandangan baca menurun.

Pada keadaan umum tanpa memperhatikan causa keluhan yang sering


ditemukan pada pasien dengan gangguan katarak adalah sebagai berikut:
a. Penurunan ketajaman penglihatan, silau dan gangguan fungsional sampai
derajat tertentu.
b. Pengembunan seperti mutiara keabuanpada pupil sehingga retina tidak akan
tampak dengan oftalmoskop.
c. Pandangan kabur atau redup, menyilaukan dengan distorsi bayangan dan
susah melihat di malam hari.
d. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih.
e. Gatal – gatal pada mata dan air mata mudah keluar.
f. Pada malam hari penglihatan terganggu dan pandangan kabur yang tidak
dapat dikoreksi dengan kaca mata atau ukuran kaca mata yang sering
berubah.
g. Sulit saat membaca atau mengemudi di malam hari dan dapat melihat dobel
pada satu mata.
h. Penurunan tajam penglihatan secara progresif dan penglihatan seperti
berasap.
i. Setelah katarak bertambah matang, maka retina menjadi semakin sulit dilihat,
akhirnya reflek fundus tiidak ada, dan pupil berwarna putih.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Selain uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan lampu slit dan
oftalmoskopis, maka A-scan ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat
berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan di lakukan
pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien merupakan kandidat
yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi Intra Okuler (Wijana,
2020).
a. Kartu nama snellen/mesin telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
akvesus atau vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit sistem saraf atau
penglihatan keretina atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan. Penurnan mungkin disebabkan oleh cairan cerebro
vaskuler, massa tumor pada hipofisis otak, karotis atau patologis arteri
serebral, gloukoma.
c. Pengukuran tonografi. Mengkaji tekanan intraokuler (Tekanan Intra Okuler)
normalnya 12-25 mmHg.
d. Pemeriksaan oftalmoskopi. Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma, dilatasi
dan pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnosa katarak.
e. Darah lengkap, laju sedimentasi (Laju Endap Darah), menunjukkan anemia
sistemik atau infeksi.
f. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid. Dilakukan untuk memastikan
aterosklerosis.
g. Tes toleransi glukosa, menunjukkan adanya atau kontrol diabetes.
h. Selain uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan lampu slit, dan
oftalmoskopis, maka A-scan ultrasound ( Echograpy ) dan hitung sel endotel
sangat berguna sebagai alat diagnostik khususnya bila dipertimbangkan akan
dilakukan pembedahan.
Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat
untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi inta okuler.

G. PENATALAKSANAAN
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari hari atau bila telah menimbulkan penyulit,
seperti glaucoma dan uveitis (Hollwih, 2019).

a. Pengobatan berupa eksisi seluruh lensa untuk diganti oleh lensa buatan, atau
fragmentasi lensa dengan ultrasound atau laser, diikuti oleh aspirasi fragmen
dan penggantian lensa.
b. Pembedahan diindikasikasikan bagi yang memerlukan penglihatan akut untuk
bekerja atau keamanan.

Macam-macam pembedahan yang dapat dilakukan antara lain:


(Ilyas, 2020).
a. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula dipisahkan,
lensa di angkat dengan cryoprobe yang diletakkan secara langsung pada
kapsula lentis.
b. Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler :
Teknik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98% pembedahan katarak.
Mikroskop digunakan untuk melihat mata selama pembedahan.
c. Fakoemulsifikasi
Penemuan terbaru pada ekstraksi ekstrakapsuler cara ini memungkinkan
pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat
ultrason frekuensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi
partikel kecil yang lebih pendek dan penurunan insidensi astigmatisme pasca
operasi.
d. Pengangkatan lensa

Karena lensa kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan focus


mata, maka bila lensa di angkat, pasien memerlukan koreksi optikal. Koreksi ini
dapat dilakukan dengan salah satu metode dari 3 metode yaitu:
(Riordan, 2019).
1) Kaca mata apakia : mampu memberikan pandangan sentral yang baik, namun
pembesaran 25% sampai 30% menyebabkan penurunan dan distorsi
pandangan perifer spasial, membuat benda-benda tampakak jauh lebih dekat
dari yang sebenarnya.
2) Lensa kontak : jauh lebih nyaman dari kaca mata apakia, tidak terjadi
pembesaran yang bermakna (5% sampai 10%), tidak terdapat aberasi sferis,
tidak ada penurunan lapang pandangan dan tak ada kesalahan orientasi
spasial.
3) Implan lensa Intraokuler : memberikan alternative bagi lensa apakia yang
tebal dan berat, untuk mengobati penglihatan pasca operasi.

H. KOMPLIKASI
(Sidarta, 2017).

a. Endoftalmitis
b. Edema kornea
c. Distorsi atau terbukanya luka operasi
d. Bilik mata depan dangkal
e. Glaucoma
f. Uveitis
g. Dislokasi lensa intraokuler
h. Perdarahan segmen anterior atau posterior
i. Ablasio retina
j. Sisa massa lensa
k. Robek kapsul posterior
l. Prolaps vitreous

I. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS


(Wijana, 2020).
1. PENGKAJIAN
Tahap ini merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dan menentukan
hasil dari tahap berikutnya. Pengkajian dilakukan secara sistematis mulai dari
pengumpulan data, identifikasi dan evaulasi status kesehatan klien.
(PRE OP KATARAK)

a. Aktifitas Istirahat
Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
b. Neurosensori
Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan
kerja dengan dekat/merasa diruang gelap.
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar
sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan,
fotofobia (glukoma akut). Tanda: Tampak kecoklatan atau putih susu
pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah/mata keras dan kornea
berawan (glukoma darurat, peningkatan air mata.
c. Pola aktivitas/istirahat
Perubahan aktivitas biasanya/hoby sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
d. Pola nutrisi
Mual/muntah (glaukoma akut)
e. Pola neurosensory
Gejala: Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan
perifer,kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa diruang
gelap.

(POST OP KATARAK)
a. Nyeri/Kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan/mata berair. Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau
tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala setelah post op.
b. Safety/Protection
Tanda infeksi. Gatal di daerah luka post op, kemerahan di daerah luka
post op, kultur area luka kurang baik.
c. Self Perception
Merasa cemas dan takut akan kesembuhan penyakit yang diderita.
Merasa gelisah, pucat, frekuensi nadi dan tekanan darah meningkat.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi) D.0077


b. Risiko infeksi b.d efek prosedur invasif D.0142
c. Ansietas b.d kurang terpapar informasi D.0080
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri I.08238
pencedera fisik keperawatan diharapkan masalah Observasi
(prosedur operasi) nyeri akut teratasi dengan kriteria - Identifikasi lokasi,
D.0077 hasil: karakteristik, durasi,
Tingkat nyeri L.08066 frekuensi, kualitas, intensitas
- Keluhan nyeri menurun (4) nyeri
- Meringis menurun (4) - Identifikasi skala nyeri
- Gelisah menurun (4) - Identifikasi respons nyeri non
- Perasaan takut menurun (4) verbal
- Frekuensi nadi membaik (4) - Monitor efek samping
- Tekanan darah membaik (4) penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(kompres dingin dan
relaksasi nafas dalam)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(pencahayaan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik
2 Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi (I.14539)
efek prosedur invasif keperawatan diharapkan masalah Observasi
D.0142 risiko infeksi teratasi dengan - Monitor tanda dan gejala
kriteria hasil: infeksi lokal dan sistemik
Tingkat infeksi L.14137 Terapeutik
- Kemerahan menurun (4) - Berikan perawatan kulit pada
- Kultur area luka membaik (4) bekas luka post op
- Gatal menurun (4) - Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik
pada pasien beresiko
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka OP
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
3 Ansietas b.d kurang Setelah dilakukan tindakan Terapi relaksasi I.09326
terpapar informasi keperawatan diharapkan masalah Observasi
D.0080 ansietas teratasi dengan kriteria - Identifikasi teknik relaksasi
hasil: yang efektif digunakan
Tingkat ansietas L.09093 - Periksa frekuensi nadi dan
- Verbalisasi khawatir akibat tekanan darah sebelum dan
kondisi yang dihadapi sesudah latihan
menurun (4)
- Monitor respons terhadap
- Perilaku gelisah menurun (4) terapi relaksasi
- Frekuensi nadi menurun (4) Terapeutik
- Tekanan darah menurun (4) - Ciptakan lingkungan tenang
- Pucat menurun (4) dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan nyaman
- Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis
lain
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi
- Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
- Anjurkan mengambil posisi
nyaman
- Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi
atau melatih teknik relaksasi
secara mandiri

DAFTAR PUSTAKA
Brunner. 2017. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Harper, J. 2019. Lensa Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Edisi ke-17.
Jakarta : EGC.
Hollwih, F. 2019. Opthalmology. Jakarta: Binarupa Aksara.
Ilyas, S. 2020. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto.
Riordan, P. 2019. Anatomi dan Embriologi Mata.Edisi ke-17. Jakarta : EGC.
Sidarta,I. 2017. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke- 3. Jakarta: FK UI.
Wijana, N. 2020. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-6. Jakarta: EGC.

ASUHAN KEPERAWATAN BEDAH KOMUNITAS PADA TN.H DENGAN


POST OP KATARAK DI DUSUN CANDI WETAN
RT 01/RW 8 DESA NGASINAN

Tugas disusun guna memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan


Medikal Bedah Komunitas

Dosen Pembimbing: Ns. Margono, M.Kep

Disusun oleh :

LISTIANA

NPM. 21.0604.0029

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2022
PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG


Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
Telp (0293) 326945 web: www.ummgl.ac.id email: tatausahafikes@gmail.com

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : LISTIANA


Semester/Tingkat : 2/1
Tempat Praktek : Dusun Candi Wetan RT 01/RW 08 Desa Ngasinan
Tanggal Pengkajian : 18 April 2022

DATA KLIEN

A. DATA UMUM
a) Identitas (Komunitas)
Nama : Tn.H
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agamas : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Alamat : Dusun Candi Wetan RT 01/RW 08 Desa Ngasinan
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Tanggal masuk RS : 11 April 2022
Penyakit sekarang : post op katarak sinistra

b) Komposisi (Komunitas)
Penanggung Jawab
Nama : Ny.L
Status : Istri
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Dusun Candi Wetan RT 01/RW 08 Desa Ngasinan

No Nama L/P Hubungan Pekerjaan Pendidikan


1 Ny.L P Istri Pedagang SMA
2 An.A L Anak Pelajar SMP
c) Genogram

Tn.H Ny.L

An.A

Keterangan:
: Laki-laki : Serumah

: Perempuan : Menikah

: Kepala keluarga : Keturunan

Tipe keluarga (Komunitas)


Keluarga Tn.H memiliki group marriage family, yaitu satu perumahan terdiri dari
orang tua dan keturunanya didalam satu kesatuan keluarga.

PENGKAJIAN LINGKUNGAN (KOMUNITAS)


1. Karakteristik rumah

Rumah yang di huni Tn.H merupakan rumah sendiri, berukuran 24,5x10 m 2


terdiri dari ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur, kamar mandi dan WC. Jarak dengan
septictank lebih dari 10 meter dari sumur, kondisi WC bersih dengan model WC leher
angsa. Lantai rumah yaitu keramik dibagian depan dan dibagian belakang masih semen,
rumah permanen, sirkulasi udara diperoleh dari fentilasi udara, pintu depan, pintu
belakang, dan jendela. Terdapat halaman rumah, sampah diletakkan di tempat sampah
tertutup. Kebersihan rumah cukup, air minum sehari-hari diperoleh dari sumur dengan
kondisi air bersih yang biasa digunakan untuk mandi dan mencuci. Lingkungan rumah
Tn.H cukup bersih dan rapi.
2. Denah Rumah

TERAS RUMAH

KAMAR

RUANG TAMU

KAMAR

DAPUR KAMAR MANDI

3. Karakteristik tetangga & komunitas RW


Keluarga Tn.H tinggal di daerah perkampungan, tetangga yang ada di sekitar
rumah semuanya ramah dan saling tolong menolong satu sama lain. Warga sekitar sering
mengadakan kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan rutin di hari minggu setiap 1
bulan sekali.
4. Mobilitas geografis komunitas
Keluarga Tn.H baru setahun tinggal dirumah tersebut. Beberapa anggota keluarga
Tn.H tinggal tidak jauh dari rumahnya. Rumah Tn.H jaraknya ±1 km dari jalan raya.
5. Perkumpulan komunitas dan interaksi dengan masyarakat
Di dalam masyarakat Tn.H mengikuti pengajian bersama masyarakat, Tn.H juga
mengikuti tahlilan di lingkungannya begitu juga dengan Ny.L disamping bersosialisasi
dia juga melakukan pekerjaan rumah.
6. Sistem pendukung komunitas
Semua anggota keluarga dalam keadaan sehat. Jika ada yang sakit segera periksa
ke pelayanan kesehatan. Anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya saling
menyayangi dan saling membantu satu sama lain. Keluarga Tn.H sering tolong menolong
begitu juga dengan lingkungan sekitarnya.
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi
2. Riwayat Penyakit Sebelumnya

Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya

3. Trauma / Hospitalisasi
Tidak ada trauma hospitalisasi pada Tn.H
4. Riwayat Pembedahan
Klien mengatakan tidak ada riwayat pembedahan
5. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak ada riwayat kesehatan maupun penyakit keturunan

C. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA


1 HEALTH PROMOTION
a. Kesehatan Umum:
- Keluhan Utama :
Klien mengatakan nyeri pada luka post op katarak, gatal di daerah luka
post op, takut dengan penyakitnya sekarang.
- Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien mengatakan pandangan mata kabur sejak 3 bulan yang lalu sudah
sedikit berkurang, masih terasa nyeri di daerah luka post op katarak, skala
nyeri 7, gatal di daerah luka post op, tampak kemerahan dan kultur area
luka di daerah luka post op belum membaik, klien mengatakan takut
dengan penyakitnya sekarang, tampak gelisah dan cemas, muka klien
tampak pucat.
- Alasan masuk rumah sakit:
Keluarga klien mengatakan sejak 3 bulan yang lalu klien
sering mengeluhkan pandangan mata kabur dan tidak jelas, mata klien
tampak keruh kemudian klien memeriksakanya pada petugas kesehatan
setempat di puskesmas dan dinyatakan klien menderita katarak. Klien
sudah diberikan obat tetes mata namun tidak kunjung sembuh, semakin
lama pandangan mata klien semakin kabur dan tidak jelas dan semakin
keruh. Kemudian oleh keluarga diperiksakan ke dokter dan oleh dokter
dianjurkan untuk operasi, kemudian oleh keluarga dibawa ke RSUD
Salatiga pada tanggal 11 April 2022.
- Tekanan darah = 150/100 mmHg
- Nadi = 144 x/menit
- Suhu = 36,6 ºC
- Respirasi = 20 x/menit
- SPO2 = 98 %
b. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan,dll):
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat masa lalu
c. Riwayat pengobatan
(pengobatan puskesmas)
No Nama obat/jamu Dosis Keterangan
1. Lanosterol 1-3 kali sehari Mengobati penyakit mata

d. Kemampuan mengontrol kesehatan:


- Yang dilakukan bila sakit :
Klien mengatakan jika sakit klien periksa di puskesmas terdekat, apabila tidak
kunjung membaik maka berobat ke rumah sakit.
- Pola hidup (konsumsi/alkohol/olah raga, dll)
Klien memiliki gaya hidup yang sehat seperti makan buah dan sayur, sering
minum air putih.
e. Faktor sosial ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll):
Klien menggunakan asuransi kesehatan yaitu BPJS untuk berobat.

f. Pengobatan sekarang:
No Nama obat Dosis Kandungan Manfaat
1. Flamar eye 5 ml CaCL2 anhidrat Membantu mengatasi
drops 3x sehari 0,075 gr, Kalium katarak
1-2 tetes lodida 0,075 gr,
pada mata Natrium Tiosulfat
0,0075 gr,
Fenilmerkuri nitrat
0,3 mg.

2 NUTRITION
a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA, IMT:
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 160 cm
Lingkar perut : Tidak terkaji
Lingkar lengan atas : Tidak terkaji
Lingkar dada : Tidak terkaji
Lingkar kepala : Tidak terkaji

IMT = BB
TB (m2)

= 60

1,62

= 23,4 (normal)

b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abormal:

c. C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa bibir,


conjungtiva anemis/tidak:
- Rambut klien beruban pendek tipis bersih
- Turgor kulit <2 detik
- Akral hangat
- Mukosa bibir lembab
- Conjungtiva anemis.
- Pucat
d. D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan selama di rumah
sakit:
Klien menghabiskan makan 1 porsi makan yang disediakan di rumah, klien makan
3x sehari
e. E (Enegy) meliputi kemampuan klien dalam beraktifitas selama di rumah sakit:
Selama sakit klien terlihat sedikit lemas, namun dapat melakukan aktivitasnya
secara mandiri
f. F (Factor) meliputi penyebab masalah nutrisi: (kemampuan menelan,
mengunyah,dll)
Klien tidak memiliki masalah dalam menelan maupun mengunyah makanan
g. Penilaian Status Gizi
Klien makan 3 kali sehari dan menghabiskan 1 porsi makan yang sudah disediakan
h. Pola asupan cairan
Klien mengatakan dalam sehari menghabiskan 400 ml
i. Cairan masuk
Minum = 1200 ml / 24 j
Total = 1200 cc / 24 j
a. Cairan keluar
Urine = 200 ml / 24 j
IWL = BB x 15
= 60 x 15
= 900 x 24 j
Total = 900 / 24 j
b. Penilaian status cairan (Balance Cairan)
Cairan masuk – cairan keluar
1200ml – 900ml = + 300 cc / 24 j
c. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada jejas
Auskultasi : Terdengar bising usus
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Tidak ada suara tambahan

3 ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine (Frekuensi , jumlah, ketidaknyamanan)
Klien mengatakan klien BAK sebanyak 3x dengan frekuensi 200 ml dalam
sehari.
2) Riwayat kelainan kandung kemih
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat kelainan kandung kemih
3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau)
Klien BAK 200 ml warna kuning, berbau khas
4) Distensi kandung kemih/retensi urine
Klien mengatakan tidak memiliki distensi kandung kemih dan retensi urine
b. Sistem Gastrointestinal
1) Pola eliminasi
Klien mengatakan BAB sekali, biasa berwarna kuning bau khas
2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi
Klien mengatakan tidak mengalami konstipasi
3) Sistem Integument Kulit (integritas kulit / hidrasi/ turgor /warna/suhu)
Klien mengatakan kulit klien tampak normal, lembab, turgor kulit baik, warna
sawo matang, dan suhu klien 36,6 0C

4 ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : Jam tidur klien 8 jam perhari
2) Gangguan : Klien mengatakan tidak ada insomnia
3) Pertolongan untuk tidur : Tidak ada
b. Aktivitas
1) Pekerjaan : Petani
2) Kebiasaan olahraga : Jalan-jalan di pagi hari
3) ADL
Makan : Mandiri
Toileting : Mandiri
Kebersihan diri : Mandiri
Berpakaian : Mandiri

4) Bantuan ADL : Mandiri


5) Kekuatan otot

5 5 5
5 5 5

1) ROM : ROM aktif


2) Resiko untuk cidera : Tidak ada resiko cidera
c. Cardio Respons
1) Penyakit jantung : Klien mengatakan tidak ada penyakit jantung
2) Edema Ekstermitas : Klien tidak ada edema ekstermitas bawah
3) Tekanan darah
Saat berbaring : Tidak terkaji

Saat duduk : 150/100 mmHg

4) Tekanan vena jugularis : Teraba


5) Pemerikasan jantung
Inspeksi : Dada simetris tidak ada jejas
Palpasi : Tidak terdapat nyeri dada
Perkusi : Redup (normal)
Auskultasi : Tidak terdapat sura tambahan
d. Pumonary Respon
1) Penyakit sistem nafas : Klien tidak memiliki penyakit sistem nafas
2) Penggunaan O2 : Klien tidak terpasang O2
3) Kemampuan bernafas : Baik, dengan posisi semi fowler
4) Gangguan pernafasan (batuk, suara nafas, sputum, dll) : Klien tidak memiliki
gangguan pernafasan
5) Pemeriksaan paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada jejas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Tidak terkaji
1. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi dan kognisi
1) Tingkat pendidikan : SMA
2) Kurang Pengetahuan : Klien menagatakan kurang pengetahuan
3) Pengetahuan penyakit : Klien belum mengetahui tentang merawat
penyakit yang dideritanya
4) Orientasi (waktu, tempat, orang) : Tidak terkaji

Waktu : Tidak terkaji

Bangsal/Tempat : Tidak terkaji

b. Sensasi/persepi

1) Riwayat Penyakit Jantung


Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit jantung
2) Pusing/ sakit kepala

Klien mengatakan pusing/sakit kepala

3) Penggunaan alat bantu


Klien mengatakan klien tidak menggunakan alat bantu

4) Penginderaan

Tidak terdapat masalah penginderaan


c. Komunikasi
1) Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa
2) Kesulitan berkomunikasi : Tidak ada

1. SELF PERCEPTION
a. Self-Concept/Self Esteem
1) Perasaan cemas/takut
Klien sedikit merasa cemas dan takut akan kesembuhan penyakit yang dideritanya
2) Perasaan putus asa/kehilangan
Tidak ada
3) Keinginan mencederai
Tidak ada
4) Adanya luka/cacat
Tidak ada

7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status Hubungan : Menikah
2) Orang terdekat : Istri
3) Perubahan peran : Tidak mengalami perubahan peran
4) Perubahan Gaya Hidup : Klien mengatakan mengikuti semua anjuran dari dokter
5) Interaksi dengan orang : Dekat dengan tetangga
lain

1. SEXUALITY
Identitas Seksual

a. Masalah/disfungsi seksual : Tidak Terkaji


b. Siklus menstruasi : Tidak terkaji
c. Metode KB : Tidak terkaji
d. Pemeriksaan SADARI : Tidak terkaji
e. Pemeriksaan papsmear : Tidak terkaji

2. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Rasa sedih/ takut/ cemas

Klien mengatakan takut cemas dengan kondisi klien saat ini


b. Kemampuan untuk mengatasi

Tidak ada

c. Perilaku yang menunjukkan cemas

Pucat, gelisah, pusing, klien mengatakan takut dengan kesembuhan penyakit yang
dideritanya

10. LIFE PRINCIPLES


a. Kegiatan keagamaan yang diikuti : Pengajian dan sholat jamaah
b. Kemampuan untuk berpartisipasi : Mengikuti kegiatan pengajian yang diadakan
dan sholat berjamaah
c. Kegiatan kebudayaan : Tidak terkaji
d. Kemampuan memecahkan : Musyawarah
masalah

1. SAFETY/PTOTECTION
a. Alergi : Klien mengatakan tidak ada alergi
b. Penyakit Autoimun : Klien mengatakan tidak punya riwayat penyakit
autoimun
c. Tanda infeksi : Klien mengatakan gatal di daerah luka post op katarak
d. Gangguan thermoregulasi : Klien tidak mengalami gangguan thermogulasi
e. Gangguan/resiko : Tidak ada

2. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes : Nyeri post op dirasa setelah klien terpapar sinar
matahari langsung atau baru bangun tidur
2) Quality : Nyeri post op dirasakan menyebar sampai ke
kepala disertai mata kiri terasa panas dan berair
3) Region : Nyeri terasa pada mata kiri menyebar sampai
kepada
4) Scala : Skala 7
5) Time : Saat bangun tidur dan setelah terpapar sinar
matahari langsung
b. Rasa Tidak nyaman lain : Tidak ada
c. Tanda yang menyertai : Tidak ada
3. GROWTH/DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan dan perkembangan : Tidak ada

b. DDST (Form dilampirkan) : Tidak ada


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172

ANALISA DATA

Nama Inisial Klien : Tn.H Diagnosa Medis : Post op katarak


No Rekam Medis :- Bangsal :-

No Tanggal dan Data fokus Etiologi Problem Prioritas


jam
1 18/04/22 DS: Agen Nyeri akut 1
10.00 - Klien mengeluh nyeri pencedera
- Pengkajian PQRST fisik
 Provokes: Nyeri post op dirasa (prosedur
setelah klien terpapar sinar matahari operasi)
langsung atau baru bangun tidur
 Quality: Nyeri post op dirasakan
menyebar sampai ke kepala disertai
mata kiri terasa panas dan berair
 Region: Nyeri terasa pada mata kiri
menyebar sampai kepala
 Scala: Skala 7
 Time: Saat bangun tidur dan setelah
terpapar sinar matahari langsung
DO:
- Klien tampak meringis
- Klien tampak gelisah
- Frekuensi nadi klien meningkat
N : 144 x/menit
- Tekanan darah klien meningkat
TD : 150/100 mmHg
2 18/04/22 DS: Efek Resiko 2
11.00 - Klien mengatakan gatal di daerah prosedur tinggi
luka post op katarak invasif infeksi
- Klien mengatakan tidak bisa
merawat luka post op kataraknya
- Klien mengatakan tidak mengetahui
asupan nutrisi yang baik untuk
proses penyembuhan post op
katarak nya
DO:
- Terdapat luka bekas OP
- Klien tampak menahan rasa gatal
luka bekas post op
- Tampak kemerahan di sekitar
daerah post op
- Tampak kultur area luka klien
belum membaik
- Klien dan keluarga tampak tidak
mengetahui asupan nutrisi yang baik
untuk proses penyembuhan post op
katarak klien
3 18/04/22 DS: Kurang Ansietas 3
12.00 - Klien mengatakan bingung terpapar
- Klien mengatakan takut dan informasi
khawatir dengan kesembuhan
penyakit yang dideritanya
DO:
- Klien tampak gelisah
- Frekuensi nadi klien meningkat
N : 144 x/menit
- Tekanan darah klien meningkat
TD : 150/100 mmHg
- Muka klien tampak pucat

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi) D.0077


b. Risiko infeksi b.d efek prosedur invasif D.0142
c. Ansietas b.d kurang terpapar informasi D.0080
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG


Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172

FORMAT RENCANA KEPERAWATAN


Nama Inisial Klien : Tn.H Diagnosa Medis : Post op katarak
No Rekam Medis :- Bangsal :-

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional


Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri I.08238 Untuk
pencedera fisik keperawatan diharapkan Observasi mempercepat
(prosedur operasi) masalah nyeri akut teratasi - Identifikasi lokasi, kesembuhan
D.0077 dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, klien/ klien dan
Tingkat nyeri L.08066 frekuensi, kualitas, intensitas keluarga sangat
- Keluhan nyeri menurun (4) nyeri
operatif
- Meringis menurun (4) - Identifikasi skala nyeri
- Gelisah menurun (4) - Identifikasi respons nyeri non
- Perasaan takut menurun (4) verbal
- Frekuensi nadi membaik (4) - Monitor efek samping
- Tekanan darah membaik (4) penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(kompres dingin dan
relaksasi nafas dalam)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(pencahayaan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik
2 Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi (I.14539) Untuk
efek prosedur keperawatan diharapkan Observasi mempercepat
invasif D.0142 masalah risiko infeksi teratasi - Monitor tanda dan gejala kesembuhan
dengan kriteria hasil: infeksi lokal dan sistemik klien/ klien dan
Tingkat infeksi L.14137 Terapeutik keluarga sangat
- Kemerahan menurun (4) - Berikan perawatan kulit pada operatif
- Kultur area luka membaik bekas luka post op
(4) - Cuci tangan sebelum dan
- Gatal menurun (4) sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik
pada pasien beresiko
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka OP
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
3 Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan Terapi relaksasi I.09326 Untuk
kurang terpapar keperawatan diharapkan Observasi mempercepat
informasi D.0080 masalah ansietas teratasi - Identifikasi teknik relaksasi kesembuhan
dengan kriteria hasil: yang efektif digunakan klien/ klien dan
Tingkat ansietas L.09093 - Periksa frekuensi nadi dan keluarga sangat
- Verbalisasi khawatir akibat tekanan darah sebelum dan operatif
kondisi yang dihadapi sesudah latihan
menurun (4)
- Perilaku gelisah menurun - Monitor respons terhadap
(4) terapi relaksasi
- Frekuensi nadi menurun (4) Terapeutik
- Tekanan darah menurun (4) - Ciptakan lingkungan tenang
- Pucat menurun (4) dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan nyaman
- Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis
lain
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi
- Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
- Anjurkan mengambil posisi
nyaman
- Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi
atau melatih teknik relaksasi
secara mandiri
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG


Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172

FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama Inisial Klien : Tn.H Diagnosa Medis : Post op katarak


No Rekam Medis :- Bangsal :-

No Tanggal Dx. Implementasi Evaluasi Paraf


dan Jam Keperawatan
1 18/04/22 Nyeri akut b.d agen
S:
10.00 - Melakukan
pencedera fisik - Klien mengeluh
pengkajian Klien
nyeri
(prosedur operasi)
- Pengkajian PQRST
D.0077  P: Nyeri post op LISTIANA
dirasa setelah
klien terpapar
10.10 - Mengidentifikasi sinar matahari
lokasi, langsung atau
karakteristik, baru bangun tidur
LISTIANA
durasi, frekuensi,  Q: Nyeri post op
kualitas, intensitas dirasakan
nyeri menyebar sampai
ke kepala disertai
mata kiri terasa
10.15 - Mengidentifikasi panas dan berair

skala nyeri  R: Nyeri terasa


pada mata kiri LISTIANA
menyebar sampai
kepala

10.20 - Mengidentifikasi  S: Skala 7


respons nyeri non  T: Saat bangun
tidur dan setelah LISTIANA
verbal
terpapar sinar
matahari
10.30 - Memonitor langsung
frekuensi nadi dan O:
tekanan darah - Klien tampak
meringis LISTIANA
klien - Klien tampak
gelisah
- Frekuensi nadi
klien meningkat
N : 144 x/menit
- Tekanan darah
klien meningkat
TD : 150/100
mmHg

A:
Masalah nyeri akut
belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi
Monitor penggunaan
analgetik tetes mata
flamer eye drop 5 ml
3x sehari 1-2 tetes
pada mata
1 18/04/22 Resiko tinggi - Memonitor tanda S:
11.00
infeksi b.d efek dan gejala infeksi - Klien
mengatakan gatal
prosedur invasif
di daerah luka
D.0142 post op katarak LISTIANA
- Klien
mengatakan tidak
- Memonitor
11.10 bisa merawat
asupan nutrisi luka post op
kataraknya
klien LISTIANA
- Klien tidak
mengetahui
asupan nutrisi
apa yang baik
untuk proses
penyembuhan
luka post op nya
O:
- Terdapat luka
bekas OP
- Klien tampak
menahan rasa
gatal luka bekas
post op
- Tampak
kemerahan di
sekitar daerah
post op
- Tampak kultur
area luka klien
belum membaik
- Klien dan
keluarga tampak
tidak mengetahui
asupan nutrisi
untuk proses
penyembuhan
post op katarak
klien
A:
Masalah resiko tinggi
infeksi belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi
- Edukasi klien
dan keluarga
terkait
penggunaan
kompres hangat
dan perawatan
kulit pada bekas
luka post op
2 19/04/22 Nyeri akut b.d agen - Memonitor lokasi,
S:
10.10 karakteristik,
pencedera fisik - Klien masih
durasi, frekuensi,
mengeluh nyeri
(prosedur operasi) kualitas, intensitas
sedikit LISTIANA
nyeri
D.0077 - Pengkajian PQRST
10.15  P: Nyeri post op
- Memonitor skala dirasa setelah
klien terpapar
nyeri
sinar matahari
LISTIANA
langsung atau
10.20 - Memonitor baru bangun tidur

respons nyeri non  Q: Nyeri post op


LISTIANA
dirasakan
verbal menyebar sampai
ke kepala disertai
10.25
- Memonitor mata kiri terasa LISTIANA
frekuensi nadi dan panas dan berair
tekanan darah sudah berkurang
klien setelah
penggunaan
- Memonitor analgesik dengan
10.30
penggunaan tepat dan teratur
analgesik flamer
eye drop 5 ml 3x  R: Nyeri terasa LISTIANA
sehari 1-2 tetes pada mata kiri
pada mata menyebar sampai
kepala
 S: Skala 4

 T: Saat bangun
tidur dan setelah
terpapar sinar
matahari
langsung
O:
- Meringis klien
tampak
berkurang
- Gelisah klien
tampak
berkurang
- Frekuensi nadi
klien menurun
N : 110 x/menit
- Tekanan darah
klien menurun
TD : 145/90
mmHg

A:
Masalah nyeri akut
teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi
- Monitor
penggunaan
analgetik tetes
mata flamer eye
drop 5 ml 3x
sehari 1-2 tetes
pada mata
- Mengajarkan
teknik relaksasi
nafas dalam
dengan
memfokuskan
pada mata kiri
dan memejamkan
mata
2 19/04/22 Resiko tinggi - Memonitor tanda S:
11.10
infeksi b.d efek dan gejala infeksi - Klien
mengatakan gatal
prosedur invasif
di daerah luka
11.20 - Memonitor
D.0142 post op katarak LISTIANA
asupan nutrisi sedikit berkurang
setelah
klien pemberian
kompres hangat
dan perawatan LISTIANA
kulit pada bekas
- Edukasi klien luka post op
11.25 - Klien
dan keluarga
pemberian mengatakan
sudah mampu
kompres hangat
mngetahui cara
dan perawatan merawat luka LISTIANA
post op
kulit pada bekas
kataraknya
luka post op - Klien belum
mengetahui
asupan nutrisi
apa yang baik
untuk proses
penyembuhan
luka post op nya
O:
- Terdapat luka
bekas OP
- Klien tampak
masih menahan
rasa gatal luka
bekas post op
- Kemerahan di
sekitar daerah
post op sudah
berkurang
- Kultur area luka
klien sudah mulai
membaik
- Klien dan
keluarga tampak
belum
mengetahui
asupan nutrisi
untuk proses
penyembuhan
post op katarak
klien
A:
Masalah resiko tinggi
infeksi teratasi
sebagian

P:
Lanjutkan intervensi
- Monitor
penggunaan
kompres hangat
dan perawatan
kulit bekas post
op katarak klien
secara teratur

- Edukasi klien
dan keluarga
terkait asupan
nutrisi untuk
proses
penyembuhan
post op katarak
klien

3 20/04/22 Nyeri akut b.d agen - Memonitor lokasi,


S:
10.20 karakteristik,
pencedera fisik - Nyeri klien sudah
durasi, frekuensi,
berkurang
(prosedur operasi) kualitas, intensitas
nyeri - Pengkajian PQRST
D.0077  P: Nyeri post op LISTIANA
dirasa setelah
10.30 - Memonitor skala klien terpapar
sinar matahari
nyeri
langsung atau LISTIANA
baru bangun tidur
10.35 - Memonitor sudah berkurang
respons nyeri non  Q: Nyeri post op
dirasakan
verbal LISTIANA
menyebar sampai
ke kepala disertai
10.40 - Memonitor mata kiri terasa
frekuensi nadi dan panas dan berair
tekanan darah sudah berkurang
klien setelah LISTIANA
penggunaan
analgesik dengan
- Memonitor
10.45 penggunaan tepat dan teratur
analgesik flamer dan relaksasi
eye drop 5 ml 3x nafas dalam LISTIANA
sehari 1-2 tetes  R: Nyeri terasa
pada mata pada mata kiri
menyebar sampai
10.50 - Mengajarkan
teknik relaksasi kepala sudah
nafas dalam berkurang
LISTIANA
dengan  S: Skala 2
memfokuskan
pada mata kiri post  T: Saat bangun
op katarak dan tidur dan setelah
memejamkan mata terpapar sinar
matahari
langsung
O:
- Meringis klien
tampak hilang

- Klien sudah tidak


gelisah
- Frekuensi nadi
klien normal
N : 100 x/menit
- Tekanan darah
klien dalam
rentang normal
TD : 140/80
mmHg

A:
Masalah nyeri akut
teratasi

P:
Pertahankan intervensi
- Pertahankan
penggunaan
analgetik tetes
mata flamer eye
drop 5 ml 3x
sehari 1-2 tetes
pada mata
dengan tepat dan
teratur
- Pertahankan
teknik relaksasi
nafas dalam
dengan
memfokuskan
pada mata kiri
dan memejamkan
mata
3. 20/04/22 Resiko tinggi - Memonitor tanda S:
11.20
infeksi b.d efek dan gejala infeksi - Klien
mengatakan gatal
prosedur invasif
di daerah luka
D.0142 - Memonitor LISTIANA
post op katarak
11.25
asupan nutrisi sudah hilang
setelah
klien pemberian
kompres hangat LISTIANA
11.30 dan perawatan
- Memonitor klien kulit pada bekas
dan keluarga luka post op
pemberian secara teratur, LISTIANA
kompres hangat serta konsumsi
dan perawatan nutrisi yang baik
kulit pada bekas untuk proses
luka post op penyembuhan

11.35 - Edukasi klien dan


keluarga asupan - Klien
mengatakan
nutrisi yang baik sudah mampu
untuk proses mngetahui cara
penyembuhan merawat luka
bekas luka post op post op LISTIANA
(konsumsi putih kataraknya
telur, susu, biji- - Klien sudah
bijian, kacang mampu
polong, buah mengetahui
alpukat, buah beri asupan nutrisi
wortel, jeruk, roti yang baik untuk
gandum/sereal) proses
penyembuhan
luka post op nya
O:
- Terdapat luka
bekas OP
- Klien tampak
sudah tidak
merasa gatal pada
luka bekas post
op nya
- Kemerahan di
sekitar daerah
post op klien
sudah hilang
- Kultur area luka
klien sudah
membaik
- Klien dan
keluarga tampak
mengetahui dan
mendemonstrasik
an asupan nutrisi
untuk proses
penyembuhan
post op katarak
klien
A:
Masalah resiko tinggi
infeksi teratasi

P:
Pertahankan intervensi
- Pertahankan
penggunaan
kompres hangat
dan perawatan
kulit bekas post
op katarak klien
secara teratur

- Pertahankan
dalam memonitor
terkait asupan
nutrisi untuk
proses
penyembuhan
post op katarak
klien
LAMPIRAN DOKUMENTASI KEGIATAN ASUHAN KEPERAWATAN

TN.H POST OP KATARAK SINISTRA

Anda mungkin juga menyukai