Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM PENGINDERAAN : KATARAK


Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Praktek Mata Kuliah KMB II

Disusun oleh :
Kelompok 6
Abdul mujib E.0105.19.001
Abdul wahid E.0105.19.002
Fillanda Elfhara E.0105.19.015
Resma Hermawati E.0105.19.035
Rina Sri Zulpah E.0105.19.037
Risna A.S Putri E.0105.19.038
Silvia Trianawati E.0105.19.041

Program Studi Diploma Keperawatan


Stikes Budi Luhur Cimahi
A. DEFINISI
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur – angsur penglihatan kabur akhirnya
tidak dapat menerima cahaya. Katarak adalah terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau
kapsul lensa. Umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65
tahun (Fitria, 2017).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina atau lensa yang berkabut (opak) yang normalnya jernih.
Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital).
(Brunner & Suddarth: 2002).
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkan
penurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009)

B. ETIOLOGI
1. Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Maria, 2017)
a. Usia lanjut dan proses penuaan
b. Congenital atau bisa diturunkan
c. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti rokok atau bahan beracun
lainnya
d. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan obat-
obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
2. Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti (Maria, 2017)
a. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata
b. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain seperti : penyakit/gangguan
metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes mellitus
c. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi
d. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol
e. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetic
C. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara protein yang
dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam membran semipermeable. Apabila terjadi
peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap, mengakibatkan jumlah protein dalam lensa
melebihi jumlah protein pada bagian lain sehingga membentuk massa transparan atau bintik kecil
di sekitar lensa, membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan katarak. Terjadinya penumpukan cairan
dan disintegrasi pada serabut tersebut mengakibatkan jalannya cahayanya terhambat dan
mengakibatkan gangguan penglihatan (Fitria, 2017).
D. PATHWAYS

Usia lanjut dan proses penuaan Traumatic atau cedera pada mata
Penyakit metabolic (mis. DM)
kongenital

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus multiple


(zulnula) yg memanjang dari badan silier kesekitar
daerah lensa)

Hilangnya transparansi lensa

Isolasi Sosial Perubahan kimia dalam protein lensa Ansietas

nerimaan sensori/stat us organ indera Koagulasi Kurang terpapar terhadap informasi tentang prosed

Terputusnya protein lensa disertai influks air kedalam lensa

Usia meningkat
urunnya ketajaman penglihatan Deficit Pengetahuan
Tidak mengenal sumber informasi
Penurunan enzim menurun

Degenerasi pada lensa Risiko Cedera


an persepsi sensori : penglihatan
KATARAK Mata ditutup
beberapa hari
Mengaburkan pandangan dan
Post op menggunakan
Prosedur invasive pengangkata
kacamata
Nyeri Akut
Risiko Jatuh

Risiko Infeksi
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain (Maria, 2017)
a. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi
b. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari

2. Gejala objektif biasanya meliputi (Maria, 2017)

a. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tidak akan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi
kabur atau redup

b. Pupil yang normalnya hitam akan tampakh abu-abu putih. Penglihatan seakan- akan melihat
asap dan pupil mata seakan bertambah putih

c. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih, sehingga
reflex cahaya pada mata menjadi negative

3. Gejala umum gangguan katarak meliputi (Maria, 2017)

a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek

b. Gangguan penglihatan bisa berupa

c. Peka terhadap sinar atau cahaya

d. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia)

e. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.

f. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu

4. Gejala lainya adalah (Maria, 2017)

a. Sering berganti kaca mata

b. Penglihatan sering pada salah satu mata.

F. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut (Maria, 2017)
a. Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative
b. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata
c. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM dapat
mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata.
2. Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam (Maria, 2017)
a. Katarak kongeniatal, Katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir (sudah terlihat pada usia
dibawah 1 tahun)
b. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usia 40 tahun.
c. Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.
Jenis katarak ini merupakan proses degenerated (kemunduran) dan yang paling
seringditemukan Adapun tahapan katarak senilis adalah (Maria, 2017)
a) Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih sangat
minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa
berbentuk bercak- bercak kekeruhan yang tidak teratur. Penderita pada stadium ini
seringkali tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya sehingga
cenderung diabaikan
b) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
c) Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan
bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering
disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca,
penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari
d) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui
kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada stuktur mata yanglainnya.

G. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
1. Keterangan lain mengenai identitas pasien
Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun,
sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak
presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan tarakan senilis terjadi pada
usia >40 tahun.
2. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada pasien dengan
katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM< hipertensi,
pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolis lainnya memicu resiko katarak.
4. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi yang
berhubungan dengan gangguan penglihatan.
5. Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur/tidak jelas, sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja
dengan dekat atau merasa di ruang gelap.
6. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahay/pelangi di sekita sinar, perubahan
kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut). Gejala
tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil
menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan (golukoma berat atau peningkatan air
mata).
7. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan/atau mata berair. Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau
tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
8. Pembelajaran/pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga apakah ada
riwayat diabetes atau gangguan system vaskuler. Kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor
seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat
terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.

H. PEMERIKSAAN FISIK
Mata :
1. Inspeksi:
a. Bulu mata : Lentik ke atas.
b. Konjungtiva : Ananemis
c. Kedudukan bola mata : Simetris kanan kiri.
d. Bola mata : normal tidak keluar (eksotalmus)/kedalam (endoftalmus).
e. Lakrimasi mata : Tidak normal (Mata berair).
f. Reflek pupil : Normal. Pupil mengalami dilatasi,
g. Ukuran pupil mata kanan : 6 mm,
h. Mata kiri : 8 mm
Pupil kanan dan kiri anisokor dengan kelainan reflek cahaya dibuktikan dengan ukuran
pupil mata kiri lebih lebar 2 mm.
i. Lapang pandang : normal (Lp pasien = Lp perawat).
j. Kornea dan Lensa mata : berwarna keruh, keputihan.
k. Pemeriksaan tajam penglihatan dengan hitung jari : Visus dasar OD/OS : CFFC.
Tonometri : OD: 20 OS 21
2. Palpasi : Tidak ada nyeri pada mata, mata terasa gatal. Sensibilitas kornea: ada reflek
berkedip.

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit system saraf,
penglihatan ke retina
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma.
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optic, papilledema,
perdarahan
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik /infeksi EKG, kolesterol serum,
lipid
8. Tes toleransi glukosa : kotrol DM 10. Keratometri
9. Pemeriksaan lampu slit
10. A-scan ultrasound (echography)
11. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi. 14. USG mata
sebagai persiapan untuk pembedahan katarak. (Maria, 2017)

J. PENATALAKSANAAN KLINIS
A. MEDIS
Nama Obat INDIKASI Efek Samping
Nama Generik:
Catarlent Kalium Iodide Untuk penderita Alergi
katarak
Nama Dagang :
Cendo Catarlent Minidose

Dosis Sediaan:
1-2 tetes 3 x sehari

Rute :
Obat tetes mata

Dosis Aman :
1-2 tetes 3x/hari

Nama Obat INDIKASI Efek Samping


Nama Generik:
Cendo Xitrol Mengatasi Gatal dan kemerahan
peradangan pada
Nama Dagang : mata disertai
Cendo Xitrol infeksi bakteri
yang peka

Dosis Sediaan: terhadap seroid

1-2 tets sebanyak 4-6 x dalam


sehari

Rute :
Tetes mata
Dosis Aman :
1-2 tetes

K. KEPERAWATAN
1. Terapi penyebab katarak
2. Pengontrolan kadar gula darah pada pasien DM, menghentikan mengonsumsi obat- obatan yang
dapat menyebabkan katarak seperti kotikosteroid
3. Memakai pelindung saat paparan sinar matahari,mengkonsumsi makanan yang mengandung
antioksidan seperti sayur dan buah-buahan, mengehentikan kebiasaan merokok
4. Pemakaian kaca mata untuk mengoreksi ketajaman mata sementara

L. ANALISA DATA
PRE OPERATIF

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1. Mayor Katarak Nyeri akut
DS :
1. Mengeluh nyeri
DO : Pembedahan
1. Tampak meringis
2. Gelisah
3. Bersikap protektif
4. Frekuensi nadi Nyeri akut
meningkat
5. Sulit tidur

Minor
DS : -
DO :
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Menarik diri
5. Berfokus pada diri
sendiri

2. Mayor Katarak Ansietas


DS :
1. Merasa bingung
2. Merasa khawatir Mengaburkan pandangan
dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi
3. Sulit berkonstentrasi
DO :
1. Tampak gelisah Tidak mengenal sumber
2. Tampak tegang informasi
3. Sulit tidur

Minor Kurang terpapar terhadap

DS : informasi tentang prosedur

1. Mengeluh pusing tindakan pembedahan

2. Anoreksia
3. Merasa tidak berdaya
DO : Ansietas

1. Frekuensi nafas
meningkat
2. Frekuensi nadi
meningkat
3. Tekanan darah
meningkat
4. Tremor
5. Kontak mata buruk
6. Berorientasi pada masa
lalu

3. Mayor Degenasi pada lensa Defisit pengetahuan


DS :
1. Menanyakan masalah
yang dihadapi Katarak

DO :
1. Menunjukkan perilaku
Mengaburkan pandangan
tidak sesuai anjuran
2. Menunjukkan persepsi
yang keliru terhadap
Tidak mengenal sumber
masalah
informasi

Minor
DS : - Defisit pengetahuan

DO :
1. Menjadikan
pemeriksaan yang
tidak tepat
Menunjukkan perilaku
berlebihan (mis.
Apatis, bermusuhan,
agitasi, histeria)

4. Faktor resiko : Resiko infeksi


Lensa menjadi cembung iris
1. Penyakit
terdorong kedepan
kronis(mis.DM)
2. Efek prosedur invasif
3. Malnutrisi
Sudut bilik mata depan
4. Penngkatan paparan
organisme patogen sempit
lingkunan
5. Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh Aliran COA tak lancar TIO
primer meningkat Komplikasi
a. Kerusakan integritas glukoma
kulit
b. Gangguan peristaltik
c. Perubahan sekresi ph Resiko infeksi
d. Penurunan kerja
siliaris
e. Merokok
f. Status cairan tubuh
6. Ketidakdekutan
pertahanan
tubuh sekunder
a. Penurunan
hemogoblin
b. Imununosupresi
c. Leukopenia
d. Supresi respon
inflamasi
e. Vaksinasi tidak
adekuat
5. Factor risiko : Katarak Risiko cedera
Eksternal
1. Terpapar pathogen
2. Terpapar zat kimia Pre op
toksik
3. Terpapar agen
nosocomial Keterbatasan penglihatan
Internal
1. Ketidaknormalan profil
darah Risiko cedera
2. Perubahan sensasi
3. Disfungsi autoimun
4. Hipoksia jaringan
5. Malnutrisi
6. Perubahan fungsi
psikomotor
7. Perubahan fungsi
kognitif

POST OPERATIF

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1. Mayor Gangguan pada sistem Isolasi sosial
DS : penglihatan
1. Merasa ingin sendiri
2. Merasa tidak aman
ditempat umum Koping maladaptif
DO :
1. Menarik diri
2. Tidak Merasa tertekan dan kehilanga
berminat/menolak minat
berinteraksi dengan
orang lain atau
linkungan Tidak mau bergaul

Minor
DS : Isolasi sosial

1. Merasa berbeda
dengan orang lain
2. Merasa asyik denan
pikiran sendiri
3. Merasa tidak
mempunyai tujuan
yang jelas
DO :
1. Afek sedih
2. Tidak bergairah/lesu
3. Tidak ada kontak mata
4. Tidak mapu memenuhi
harapan orang lain

2. Mayor Katarak Gangguan persepsi


DS : sensori : penglihatan
1. Mendengar suara
bisikan Pre op
2. Merasakan sesuatu
melalui indra perabaan,
penciuman, pendenga- Keterbatasan penglihatan
ran, penglihatan, dan
pengecep-an
DO : Gangguan persepsi sensori :

1. Distorsi sensori penglihatan


2. Respons tidak sesuai

Minor
DS :
1. Menyatakan kesal
DO :
1. Menyendiri
2. Melamun
3. Konsentrasi buruk
4. Curiga
3. Faktor resiko Serabut lensa yang tegang Resiko jatuh
1. Usia >65 thn menjadi patah
2. Riwayat jatuh
3. Anggota gerak
bawah prostesis Transmisi sinar terganggu
4. Penggunaan alat
bantu jalan
5. Penurunan Menghambat jalan cahaya

tingkat keretina

kesadaran
6. Perubahan fungsi kognitif
Pandangan berkabut
7. Lingkungan tidak aman
8. Kondisi pasca operasi
9. Hipotensi ortostik
Resiko jatuh
10. Perubahan kadar glukosa
darah
11. Anemia
12. Kekuatan otot menurun
13. Gangguan pendengaran
14. Gangguan keseimbangan
15. Gangguan pengelihatan
16. Neuropati
Efek agen farmakologi

M. DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRIORITAS


PRE OPERATIF :
1. Nyeri akut berhubungan dengan pasca operasi dibuktikan dengan tampak meringis,
mengeluh nyeri, gelisah
2. Ansietas berhubungan dengan merasa kurang terpapar informasi, ancaman terhadap konsep
diri dibuktikan dengan merasa bingung, merasa khawatir, tampak gelisah, sulit tidur
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpapar informasi, ketidaktahuan menemukan sumber informasi dibuktikan dengan
menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukan persepsi yang keliru terhadap
masalah
4. Risiko infeksi dibuktikan dengan malnutrisi, penyakit kronik, peningkatan paparan pathogen
lingkungan
5. Risiko cedera dibuktikan dengan perubahan fungsi psikomotor, perubahan fungsi kognitif,
perubahan pascaoperasi
POST OPERATIF :
1. Isolasi social berhubungan dengan perubahan penampilan fisik dibuktikan dengan merasa
ingin sendirian,merasa berbeda dengan orang lain,menarik diri
2. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubangan dengan gangguan penglihatan
dibuktikan dengan menyendiri, melamun, menyatakan kesal, curiga
3. Risiko jatuh d.d gangguan penglohatan pasca operasi

N. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PRE


OPERATIF
TUJUAN DAN
DIAGNOSIS
NO KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
HASIL (SMART)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manjemen Nyeri Manajemen Nyeri
berhubungan dengan tindakan
pasca operasi keperawatan Observasi Observasi
dibuktikan dengan selama 2x24 jam 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui
tampak meringis, maka tingkat nyeri karakteristik, durasi, daerah nyeri,
mengeluh nyeri, menurun frekuensi, kualitas, kualitas, kapan nyeri
gelisah Dengan kriteria intensitas nyeri. dirasakan, faktor
hasil : pencetus, berat
1. Keluhan ringannya nyeri yang
nyeri dirasakan.
menurun 2. Identifikasi respons 2. Mengetahui keadaan
2. Meringis nyeri non verbal tidak menyenangkan
menurun klien yang tidak
3. Gelisah sempat dan tidak
menurun bisa di gambarkan
4. Menarik oleh klien.
diri 3. Monitor efek 3. Pemberian analgetik
menurun samping penggunaan untuk
5. Berfokus analgesik. mengendalikan
pada diri nyeri.
sendiri
menurun Terapeutik Terapeutik
6. Pola nafas 1. Berikan teknik non 1. Meringankan atau
membaik farmakologis untuk mengurangi nyeri
7. Tekanan mengurangi rasa sampai pada tingkat
darah nyeri (mis. TENS, yang dapat diterima
membaik hypnosis, akupresur, pasien.
8. Pola tidur terapi music,
membaik biofeedback, terapi
9. Nafsu pijat, aromaterapi,
makan teknik imajinasi,
membaik terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)

Edukasi Edukasi
1. Jelaskan penyebab, 1. Untuk mengetahui
periode, dan pemicu bagaimana cara
nyeri. mengurangi nyeri
tersebut.
2. Jelaskan strategi 2. Memposisikan
meredakan nyeri. pasien dengan
fowler/semi fowler
untuk meredakan
nyeri.

2 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas Reduksi ansietas

berhubungan dengan tindakan

ancaman terhadap keperawatan Observasi Observasi

konsep diri selama 2x24 jam 1. Identifikasi 1. Untuk

dibuktikan dengan maka tingkat kemampuan mengientifikasi cara

tampak gelisah, ansietas menurun.


tampak tegang Dengan kriteria mengeambil pengambilan
hasil : keputusan keputusan klien
1. Verbalisasi 2. Monitor tanda-tanda 2. Untuk mengetahui
kebingunga ansietas (verbal dan tanda ansietas
n menu-run non verbal)
2. Verbalisasi
khawatir Terapeutik Terapeutik
akibat 1. Temani pasien 1. Agar klien tidak
kondisi untuk mengurani merasa sendiri
yang kecemasan
dihadapi 2. Gunakan 2. Agar klien merasa
menurun pendekatan yang aman dan nyaman
3. Perilaku tenang dan
gelisah meyakinkan
menurun 3. Motivasi 3. Supaya klien merasa
4. Perilaku mengidentifikasi semangat untuk
tegang situasi yang memicu menghadapi
menurun kecemasan penyakit yang di
5. Konsentrasi deritanya
membaik
6. Pola tidur Edukasi Edukasi
membaik 1. Anjurkan keluarga 1. Agar klien tidak
untuk tetap bersama merasa kesepian
pasien
2. Latih teknik 2. Supaya klien
relaksasi terbiasa mengatasi
kecemasan dengan
teknik relaksasi
3. Latih kegiatan 3. Agar klien tidak
pengalihan untuk terus menurus
mengurangi merasakan
ketegangan ketegangan
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi 1. Jika dengan teknik
pemberian obat relaksasi tidak bisa
antiansietas, jika meredakan rasa
perlu cemas klien maka
klien bisa meminum
obat dengan arahan
dokter

3 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan Edukasi Kesehatan


berhubungan dengan tindakan
kurang terpapar keperawatan selam Observasi Observasi
informasi, 2 x 24 jam maka 1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui
ketidaktahuan tingkat kesiapan dan kesiapan dan
menemukan sumber pengetahuan kemampuan kemampuan
informasi dibuktikan meningkat dengan menerima informasi menerima
dengan menunjukan kriteria hasil : informasi
perilaku tidak sesuai 1. Perilaku 2. Identifikasi faktor- 2. Untuk mengetahui
anjuran, menunjukan sesuai faktor yang dapat faktor-faktor yang
persepsi yang keliru anjuran meningkatkan dan dapat
terhadap masalah meningkat menurunkan meningkatkan dan
2. Perilaku motivasi perilaku menurunkan
sesuai hidup bersih dan motivasi perilaku
dengan sehat hidup bersih dan
pengetahua sehat
n
meningkat Terapeutik Terapeutik
3. Pertanyaan 1. Sediakan materi dan 1. Untuk
tentang media pendidikan mempermudah
masalah kesehatan memberikan
yang di informasi
hadapi
menurun
4. Persepsi 2. Jadwalkan 2. Untuk membantu
yang keliru pendidikan klien mengetahui
terhadap kesehatan sesuai masalahnya
masalah kesepakatan
menurun 3. Berikan kesepakatan 3. Untuk membantu
5. Perilaku untuk bertanya klien bertanya
membaik apabila klien belum
paham
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan faktor 1. Menjelaskan faktor
risiko yang dapat risiko yang dapat
mempengaruhi mempengaruhi
kesehatan kesehatan klien
2. Ajarkan perilaku 2. Untuk membantu
hidup bersih dan klien tetap bersih
sehat dan sehat
3. Ajarkan strategi 3. Mengajarkan klien
yang dapat strategi untuk
digunakan untuk meningkatkan
meningkatkan perilaku hidup
perilaku hidup bersih dan sehat
bersih dan sehat

4 Risiko infeksi Setelah dilakuka Pencegahan infeksi Pencegahan infeksi

dibuktikan dengan tindakan


malnutrisi, penyakit keperawatan Observasi Observasi

kronik, peningkatan selama 2x24 jam 1. Monitor tanda dan 1. Untuk memonitor

paparan pathogen maka risiko infeksi gejala infeksi lokal tanda dan gejala

lingkungan menurun dan sistemik infeksi

Dengan kriteria
Terapeutik Terapeutik
hasil :
1. Berikan perawatan 1. Untuk menghindari
1. Nafsu
kulit pada area infeksi menjalar ke
makan edema yang lain
meningkat 2. Cuci tangan sebelum 2. Untuk meminimalisir

2. Demam dan sesudah kontak terjadinya infeksi ke

menurun dengan pasien bagian lain

3. Kemerahan
Edukasi Edukasi
menurun
1. Jelaskan tanda dan 1. Agar pasien
4. Nyeri
gejala infeksi memahami gejala
menurun
dan tanda infeksi
5. Cairan
berbau
busuk
menurun

6. Kultur area
luka
membaik

7. Kultur
darah
membaik

5 Risiko cedera Setelah dilakuka Manajemen kesehatan Manajemen kesehatan


dibuktikan dengan tindakan lingkungan lingkungan
perubahan fungsi keperawatan
psikomotor, selama 2x24 jam Observasi Observasi
perubahan fungsi maka risiko cedera 1. Identifikasi 1. Untuk
kognitif, perubahan menurun kebutuhan memaksimalkan
pascaoperasi Dengan kriteria keselamatan klien dalam
hasil : melakukan aktivitas
1. Toleransi 2. Monitor perubahan 2. Untuk
aktifitas status keselamatan meminimalkan
meningkat lingkungan risiko cedera,
memberikan rasa
nyama bagi klien
2. Nafsu
makan Terapeutik Terapeutik
meningkat 1. Modifikasi 1. Untuk
3. Kejadian lingkunga untuk meminimalkan
cedera meminimalkan risiko cedera,
menurun bahaya dan risiko memberikan rasa
4. Perdarahan 2. Sediakan alat bantu nyama bagi klien
menurun keamana 2. Untuk menurunkan
5. Ekspresi lingkungan risiko cedera
wajah
kesakitan Edukasi
menurun 1. Ajarkan individu, Edukasi
6. Gangguan keluarga dan 1. Untuk memandirika
mobilitas kelompok risiko klien, keluarga da
menurun tinggi bahaya kelompok dalam
7. Tekanan lingkungan penanganan bahaya
darah lingkungan
membaik
8. Frekuensi
nadi
membaik
9. Frekuensi
nafas
membaik
10. Pola tidur
membaik
POST OPERATIF
TUJUAN DAN
DIAGNOSIS
NO KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
HASIL (SMART)
1. Isolasi Sosial Setelah dilakukan Promosi sosialisasi Promosi sosialisasi
berhubungan dengan tindakan
perubahan keperawatan 2x24 Observasi Observasi
penampilan fisik jam maka 1. Identifikasi 1. Untuk menegetahui
dibuktikan dengan keterlibatan sosial kemampua kemampuan
merasa ingin meningkat nmelakukan melakukan interaksi
sendirian,merasa Dengan kriteria interaksi sosial sosial dengan orang
berbeda dengan hasil : dengan orang lain lain
orang lain,menarik 1. Minat 2. Identifikasi 2. Untuk menegetahui
diri interaksi hambatan melakuka hambatan melakuka
meningkat interaksi sosial interaksi sosial
2. Minat dengan orang lain dengan orang lain
terhadap
aktivitas Terapeutik Terapeutik
meningkat 1. Motivasi meningkat 1. Supaya keinginan
3. Verbalisasi keterlibatan dalam pasien berhubungan
isolasi suatu hubungan sosial meningkat
menurun 2. Diskusikan 2. Supaya rencana
4. Perilaku perencanaan termanage
menarik diri kegiatan dimasa
menurun depan
5. Verbalisasi 3. Berikan umpan 3. Supaya pasien selalu
peraasan balik positif dalam berpikir positif
berbeda perawatan diri
dengan
orang lain Edukasi Edukasi
menurun 1. Ajarkan berinteraksi 1. Supaya pasien
dengan orang lain mampu berinteraksi
secara bertahap dengan orang lain
6. Afek 2. Ajarkan ikut serta 2. Supaya pasien
murung/sed kegiatan sosial dan memiliki kegiatan
ih menurun masyarakat dan mampu
7. Perilaku bersosialisasi
sesuai dengan masyarakat
dengan
orang lain
membaik
2 Gangguan persepsi Setelah dilakuka Minimalisasi Minimalisasi
sensori : penglihatan tindakan rangsangan rangsangan
berhubangan dengan keperawatan
gangguan selama 2x24 jam Observasi Observasi
penglihatan maka persepsi 1. Periksa status 1. Untuk mengetahui
dibuktikan dengan sensori membaik mental, status status mental,
menyendiri, Dengan kriteria sensori, da tingkat Status sensori,
melamun, hasil : kenyamanan tingkat
menyatakan kesal, 1. Menarik Kenyamanan pada
curiga diri klien
meningkat
2. Melamun Terapeutik Terapeutik
meningkat 1. Diskusikan tingkat 1. Supaya klien
3. Curiga toleransi terhadap mengetahui
meningkat beban sensori terhadap tingkat
4. Respons toleransi terhadap
sesuai stimulus
stimulus 2. Batasi stimulus 2. Supaya stimulus
membaik lingkungan klien baik tidak
5. Konsentrasi menjadi beban
membaik terhadap
6. Orientasi sensorinya
membaik
Edukasi Edukasi
1. Ajarkan cara 1. Supaya klien
meminumalisasi mampu bagaimana
stimulus cara
meminumalisasi
stimulus

Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi 1. Jika dengan cara
pemberian obat meminumalisasi
yang mempengaruhi stimulus tidak
persepsi stimulus bisa,maka
Kolaborasi
pemberian obat
sesuai arahan
dokter
3 Resiko jatuh Setelah dilakukan Manajemen Manajemen Kesehatan
dibuktikan dengan tindakan Kesehatan Lingkungan
gangguan keperawatan Lingkungan
pengelihatan, selama 2x24 jam
kondisi pasca maka risiko jatuh Observasi Observasi
operasi menurun 1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui
kebutuhan kebutuhan
Dengan kriteria
keselamatan keselamatan yang
hasil :
(mis.Kondisi fisik, dibutuhkan klien.
1. Jatuh dari
fungsi kognitif dan
tempat tidur
riwayat perilaku)
menurun

2. Jatuh saat Terapeutik Terapeutik


berdiri 1. Hilangkan bahaya 1. Untuk mengurangi
menurun keselamatan bahaya keselamatan
3. Jatuh saat lingkungan (mis. di lingkungan
duduk Fisik, biologi, dan
menurun kimia), jika

4. Jatuh saat memungkinkan

naik tangga 2. Modifikasi 2. Untuk meminimalkan

menurun lingkungan bahaya dan risiko


untuk
5. Jatuh saat
meminimalkan
dikamar
bahaya dan risiko 3. Untuk mengurangi
mandi
3. Sediakan alat bantu risiko jatuh
menurun
keamanan
lingkungan (mis.
Commode chair dan
pegangan tangan) 4. Untuk menghindari
4. Fasilitasi relokasi terdinya jatuh
ke lingkungan yang
aman

Edukasi
Edukasi 1. Agar tidak
1. Ajarkan individu, memperburuk
keluarga dan keadaan pasien
kelompokrisiko dan dapat
tinggi bahaya mencegah
lingkungan jatuhnya pasien
DAFTAR PUSTAKA
[1] T. P. S. D.PPNI ,Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: definisi dan tindakan keperawatan,1
ed.,Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional Indonesia,2018.
[2] T. P. S. D.PPNI ,Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia:definisi dan indicator diagnostik,1 ed.
,Jakarta Selatan:Dewan pengurus pusat persatuan perawatan nasional Indonesia,2017.
[3] T.P.S.D.PPNI,Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: definisi dan kriteria hasil keperawatan,
1 ed., Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional Indonesia,2019
[4] http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1622/11/LA
[5] https://id.scribd.com/doc/283804318/Pathway-Katarak
[6] Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid III.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai