Disusun oleh :
Kelompok 6
Abdul mujib E.0105.19.001
Abdul wahid E.0105.19.002
Fillanda Elfhara E.0105.19.015
Resma Hermawati E.0105.19.035
Rina Sri Zulpah E.0105.19.037
Risna A.S Putri E.0105.19.038
Silvia Trianawati E.0105.19.041
B. ETIOLOGI
1. Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Maria, 2017)
a. Usia lanjut dan proses penuaan
b. Congenital atau bisa diturunkan
c. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti rokok atau bahan beracun
lainnya
d. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan obat-
obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
2. Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti (Maria, 2017)
a. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata
b. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain seperti : penyakit/gangguan
metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes mellitus
c. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi
d. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol
e. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetic
C. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara protein yang
dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam membran semipermeable. Apabila terjadi
peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap, mengakibatkan jumlah protein dalam lensa
melebihi jumlah protein pada bagian lain sehingga membentuk massa transparan atau bintik kecil
di sekitar lensa, membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan katarak. Terjadinya penumpukan cairan
dan disintegrasi pada serabut tersebut mengakibatkan jalannya cahayanya terhambat dan
mengakibatkan gangguan penglihatan (Fitria, 2017).
D. PATHWAYS
Usia lanjut dan proses penuaan Traumatic atau cedera pada mata
Penyakit metabolic (mis. DM)
kongenital
nerimaan sensori/stat us organ indera Koagulasi Kurang terpapar terhadap informasi tentang prosed
Usia meningkat
urunnya ketajaman penglihatan Deficit Pengetahuan
Tidak mengenal sumber informasi
Penurunan enzim menurun
Risiko Infeksi
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain (Maria, 2017)
a. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi
b. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
a. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tidak akan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi
kabur atau redup
b. Pupil yang normalnya hitam akan tampakh abu-abu putih. Penglihatan seakan- akan melihat
asap dan pupil mata seakan bertambah putih
c. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih, sehingga
reflex cahaya pada mata menjadi negative
F. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut (Maria, 2017)
a. Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative
b. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata
c. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM dapat
mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata.
2. Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam (Maria, 2017)
a. Katarak kongeniatal, Katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir (sudah terlihat pada usia
dibawah 1 tahun)
b. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usia 40 tahun.
c. Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.
Jenis katarak ini merupakan proses degenerated (kemunduran) dan yang paling
seringditemukan Adapun tahapan katarak senilis adalah (Maria, 2017)
a) Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih sangat
minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa
berbentuk bercak- bercak kekeruhan yang tidak teratur. Penderita pada stadium ini
seringkali tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya sehingga
cenderung diabaikan
b) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
c) Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan
bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering
disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca,
penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari
d) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui
kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada stuktur mata yanglainnya.
G. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
1. Keterangan lain mengenai identitas pasien
Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun,
sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak
presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan tarakan senilis terjadi pada
usia >40 tahun.
2. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada pasien dengan
katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM< hipertensi,
pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolis lainnya memicu resiko katarak.
4. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi yang
berhubungan dengan gangguan penglihatan.
5. Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur/tidak jelas, sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja
dengan dekat atau merasa di ruang gelap.
6. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahay/pelangi di sekita sinar, perubahan
kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut). Gejala
tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil
menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan (golukoma berat atau peningkatan air
mata).
7. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan/atau mata berair. Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau
tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
8. Pembelajaran/pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga apakah ada
riwayat diabetes atau gangguan system vaskuler. Kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor
seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat
terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
H. PEMERIKSAAN FISIK
Mata :
1. Inspeksi:
a. Bulu mata : Lentik ke atas.
b. Konjungtiva : Ananemis
c. Kedudukan bola mata : Simetris kanan kiri.
d. Bola mata : normal tidak keluar (eksotalmus)/kedalam (endoftalmus).
e. Lakrimasi mata : Tidak normal (Mata berair).
f. Reflek pupil : Normal. Pupil mengalami dilatasi,
g. Ukuran pupil mata kanan : 6 mm,
h. Mata kiri : 8 mm
Pupil kanan dan kiri anisokor dengan kelainan reflek cahaya dibuktikan dengan ukuran
pupil mata kiri lebih lebar 2 mm.
i. Lapang pandang : normal (Lp pasien = Lp perawat).
j. Kornea dan Lensa mata : berwarna keruh, keputihan.
k. Pemeriksaan tajam penglihatan dengan hitung jari : Visus dasar OD/OS : CFFC.
Tonometri : OD: 20 OS 21
2. Palpasi : Tidak ada nyeri pada mata, mata terasa gatal. Sensibilitas kornea: ada reflek
berkedip.
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit system saraf,
penglihatan ke retina
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma.
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optic, papilledema,
perdarahan
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik /infeksi EKG, kolesterol serum,
lipid
8. Tes toleransi glukosa : kotrol DM 10. Keratometri
9. Pemeriksaan lampu slit
10. A-scan ultrasound (echography)
11. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi. 14. USG mata
sebagai persiapan untuk pembedahan katarak. (Maria, 2017)
J. PENATALAKSANAAN KLINIS
A. MEDIS
Nama Obat INDIKASI Efek Samping
Nama Generik:
Catarlent Kalium Iodide Untuk penderita Alergi
katarak
Nama Dagang :
Cendo Catarlent Minidose
Dosis Sediaan:
1-2 tetes 3 x sehari
Rute :
Obat tetes mata
Dosis Aman :
1-2 tetes 3x/hari
Rute :
Tetes mata
Dosis Aman :
1-2 tetes
K. KEPERAWATAN
1. Terapi penyebab katarak
2. Pengontrolan kadar gula darah pada pasien DM, menghentikan mengonsumsi obat- obatan yang
dapat menyebabkan katarak seperti kotikosteroid
3. Memakai pelindung saat paparan sinar matahari,mengkonsumsi makanan yang mengandung
antioksidan seperti sayur dan buah-buahan, mengehentikan kebiasaan merokok
4. Pemakaian kaca mata untuk mengoreksi ketajaman mata sementara
L. ANALISA DATA
PRE OPERATIF
Minor
DS : -
DO :
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Menarik diri
5. Berfokus pada diri
sendiri
2. Anoreksia
3. Merasa tidak berdaya
DO : Ansietas
1. Frekuensi nafas
meningkat
2. Frekuensi nadi
meningkat
3. Tekanan darah
meningkat
4. Tremor
5. Kontak mata buruk
6. Berorientasi pada masa
lalu
DO :
1. Menunjukkan perilaku
Mengaburkan pandangan
tidak sesuai anjuran
2. Menunjukkan persepsi
yang keliru terhadap
Tidak mengenal sumber
masalah
informasi
Minor
DS : - Defisit pengetahuan
DO :
1. Menjadikan
pemeriksaan yang
tidak tepat
Menunjukkan perilaku
berlebihan (mis.
Apatis, bermusuhan,
agitasi, histeria)
POST OPERATIF
Minor
DS : Isolasi sosial
1. Merasa berbeda
dengan orang lain
2. Merasa asyik denan
pikiran sendiri
3. Merasa tidak
mempunyai tujuan
yang jelas
DO :
1. Afek sedih
2. Tidak bergairah/lesu
3. Tidak ada kontak mata
4. Tidak mapu memenuhi
harapan orang lain
Minor
DS :
1. Menyatakan kesal
DO :
1. Menyendiri
2. Melamun
3. Konsentrasi buruk
4. Curiga
3. Faktor resiko Serabut lensa yang tegang Resiko jatuh
1. Usia >65 thn menjadi patah
2. Riwayat jatuh
3. Anggota gerak
bawah prostesis Transmisi sinar terganggu
4. Penggunaan alat
bantu jalan
5. Penurunan Menghambat jalan cahaya
tingkat keretina
kesadaran
6. Perubahan fungsi kognitif
Pandangan berkabut
7. Lingkungan tidak aman
8. Kondisi pasca operasi
9. Hipotensi ortostik
Resiko jatuh
10. Perubahan kadar glukosa
darah
11. Anemia
12. Kekuatan otot menurun
13. Gangguan pendengaran
14. Gangguan keseimbangan
15. Gangguan pengelihatan
16. Neuropati
Efek agen farmakologi
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan penyebab, 1. Untuk mengetahui
periode, dan pemicu bagaimana cara
nyeri. mengurangi nyeri
tersebut.
2. Jelaskan strategi 2. Memposisikan
meredakan nyeri. pasien dengan
fowler/semi fowler
untuk meredakan
nyeri.
kronik, peningkatan selama 2x24 jam 1. Monitor tanda dan 1. Untuk memonitor
paparan pathogen maka risiko infeksi gejala infeksi lokal tanda dan gejala
Dengan kriteria
Terapeutik Terapeutik
hasil :
1. Berikan perawatan 1. Untuk menghindari
1. Nafsu
kulit pada area infeksi menjalar ke
makan edema yang lain
meningkat 2. Cuci tangan sebelum 2. Untuk meminimalisir
3. Kemerahan
Edukasi Edukasi
menurun
1. Jelaskan tanda dan 1. Agar pasien
4. Nyeri
gejala infeksi memahami gejala
menurun
dan tanda infeksi
5. Cairan
berbau
busuk
menurun
6. Kultur area
luka
membaik
7. Kultur
darah
membaik
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi 1. Jika dengan cara
pemberian obat meminumalisasi
yang mempengaruhi stimulus tidak
persepsi stimulus bisa,maka
Kolaborasi
pemberian obat
sesuai arahan
dokter
3 Resiko jatuh Setelah dilakukan Manajemen Manajemen Kesehatan
dibuktikan dengan tindakan Kesehatan Lingkungan
gangguan keperawatan Lingkungan
pengelihatan, selama 2x24 jam
kondisi pasca maka risiko jatuh Observasi Observasi
operasi menurun 1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui
kebutuhan kebutuhan
Dengan kriteria
keselamatan keselamatan yang
hasil :
(mis.Kondisi fisik, dibutuhkan klien.
1. Jatuh dari
fungsi kognitif dan
tempat tidur
riwayat perilaku)
menurun
Edukasi
Edukasi 1. Agar tidak
1. Ajarkan individu, memperburuk
keluarga dan keadaan pasien
kelompokrisiko dan dapat
tinggi bahaya mencegah
lingkungan jatuhnya pasien
DAFTAR PUSTAKA
[1] T. P. S. D.PPNI ,Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: definisi dan tindakan keperawatan,1
ed.,Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional Indonesia,2018.
[2] T. P. S. D.PPNI ,Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia:definisi dan indicator diagnostik,1 ed.
,Jakarta Selatan:Dewan pengurus pusat persatuan perawatan nasional Indonesia,2017.
[3] T.P.S.D.PPNI,Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: definisi dan kriteria hasil keperawatan,
1 ed., Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional Indonesia,2019
[4] http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1622/11/LA
[5] https://id.scribd.com/doc/283804318/Pathway-Katarak
[6] Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid III.Jakarta:EGC