Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN

“KATARAK”

OLEH :
NANDA NURUL MUHAIRA
(S.0020.P.012)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES KARYA KESEHATAN

KENDARI

T/A 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata merupakan bagian panca indera yang sangat penting dibanding indera lainnya. Para
ahli mengatakan, jalur utama informasi 80% adalah melalui mata. Mata sering disebut jendela
karena bisa menyerap semua yang memantulkan. Fatalnya, banyak faktor yang menyebabkan
gangguan pada mata hingga menimbulkan kebutaan. Buta adalah kondisi tidak bisa melihat
sesuatu apapun yang ada dihadapannya. Tetapi menurut ilmu kedokteran bidang mata dan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bila seseorang hanya dapat melihat atau menghitung
jari dengan jarak kurang dari 3 meter ( 90% kasus.sisanya mungkin mengalami kerusakan
retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya glaukoma, ablasio retina, atau
infesi yang menghambat pemulihan daya pandang. Penyakit ini dapat dicegah dengan banyak
mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C, vitamin B2, vitamin A
dan vitamin E. Selain itu, untuk mengurangi pajanan sinar matahari (sinar UV) secara
berlebih, lebih baik menggunakan kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari.
Penatalaksannaan medis untuk pasien katarak adalah pembedahan (EKEK dan EKIK).
Pembedahan dilakukan apabila tajam penglihatan sudah
menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari, atau bila katarak ini
menimbulkan penyakit seperti glaukoma dan uveitis.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahuai definisi Katarak
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari Katarak
3. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari Katarak
4. Mahasiswa dapat Mengetahui patofisiologi Katarak
5. Mahasiswa dapat Mengetahui manifestasi klinis Katarak
6. Mahasiswa dapat Mengetahui pemeriksaan penunjang Katarak
7. Mahasiswa dapat Mengetahui penatalaksanaan Katarak
8. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi akibat Katarak
9. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan Katarak

C. Manfaat
1. Agar mahasiswa memahami definisi dari Katarak
2. Agar mahasiswa memahami etiologi dari Katarak
3. Agar mahasiswa mampu mengklasifikasikan Katarak
4. Agar mahasiswa mengerti patofisiologi dari Katarak
5. Aga mahasiswa memahami manifestasi klinis Katarak
6. Aga mahasiswa memahami bagaimana pemeriksaan penunjang Katarak
7. Agar mahasiswa memahami penatalaksanaan Katarak
8. Agar mahasiswa memahami apa saja komplikasi Katarak
9. Agar mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan Katarak
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan penglihatan.
(Hardhi Kusuma, 2015) Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan mata
berselaput dan rabun. (Wikipedia, 2013) Kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, proses penuaan. Kekeuruhan ini
menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina, sehingga penderita katarak mengalami
gangguan penglihatan dimana objek terlihat kabur. Mereka mengidap kelainan ini mungkin
tidak menyadari telah mengalami gangguan katarak apabila kekeruhan tidak terletak dibagian
tengah lensanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak
menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh
cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.Jumlah
dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.
B. Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi,
katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Faktor risiko terjadinya katarak disebabkan oleh beberapa hal, yaitu sebagai berikut :
1. Usia lanjut
Katarak umumnya terjadi pada usia lanjut (katarak senil). Dengan bertambahnya usia lensa
akan mengalami proses penuaan, di mana dalam keadaan ini akan menjadi katarak. Usia rata-
rata terjadinya katarak adalah pada usia 60 tahun keatas.
2. Kongenital
Katarak dapat terjadi secara kongenital akibat infeksi virus di masa pertumbuhan janin
seperti German measles atau rubella. Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit
keturunan (diwariskan secara autosomal domonan).
3. Penyakit metabolik (Diabetes mellitus)
Diabetes mellitus dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks refraksi dan amplitudo
akomodatif. Dengan meningkatnya kadar gula darah, maka meningkat pula kadar glukosa
dalam akuos humor. Oleh karena glukosa dari akuos masuk ke dalam lensa dengan cara
difusi, maka kadar glukosa dalam lensa juga meningkat. Sebagian glukosa tersebut dirubah
oleh enzim aldose reduktase menjadi sorbitol, yang tidak dimetabolisme tapi tetap berada
dalam lensa.
4. Merokok
Merokok dan mengunyah tembakau dapat menginduksi stress oksidatif dan dihubungkan
dengan penurunan kadar antioksidan, askorbat dan karetenoid. Merokok menyebabkan
penumpukan molekul berpigmen 3 hydroxykhynurine dan chromophores, yang menyebabkan
terjadinya penguningan warna lensa. Sianat dalam rokok juga menyebabkan terjadinya
karbamilasi dan denaturasi protein.
5. Konsumsi alcohol
Peminum alkohol kronis mempunyai risiko tinggi terkena berbagai penyakit mata, termasuk
katarak. Dalam banyak penelitian alkohol berperan dalam terjadinya katarak. Alkohol secara
langsung bekerja pada protein lensa dan secara tidak langsung dengan cara mempengaruhi
penyerapan nutrisi penting pada lensa.
6. Trauma : cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda,
terpotong, panas yang tinggi dan bahan kimia dapat merusak lensa mata dan keadaan ini
disebut katarak traumatik.
7. Pajanan terhadap sinar matahari berlebih (sinar UV).
8. Pajanan radiasi obat tertentu seperti kortikosteroid, eserin 0.25 – 0.5%, ergot dan
antikolinesterase topikal.
Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat. Faktor yang dapat
mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa adalah obat tertentu, sinar ultra
violet B dari cahaya matahari, efek racun dari rokok, alkohol, gizi, kurangnya vitamin E dan
radang menahun di dalam bola mata. Obat yang dipergunakan untuk penyakit tertentu dapat
mempercepat timbulnya katarak sepert betametason, klorokuin, klorpromazin, kortison,
ergotamin, indometasin, medrison, neostigmin, pilokarpin dan beberapa obat lainnya.

C. Klasifikasi
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
1. Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative.
2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
3. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM dapat
mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata.
4. Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
a. Katarak kongeniatal, katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir (sudah terlihat pada
usia di bawah 1 tahun).
b. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usia 40 tahun.
c. Katarak presenil, katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis, katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak ini
merupakan proses degenerative (kemunduran) dan yang paling sering ditemukan. Adapun
tahapan katarak senilis, yaitu :
1) Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih sangat
minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa berbentuk
bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Penderita pada stadium ini sering kali tidak
merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatanya sehingga cenderung diabaikan.
2) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih.
3) Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan bertambah
sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh
penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan menjadi kabur,
dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari.
4) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui
kapsul lensadan bias menyebabkan perdangan pada struktur mata yang lainya.

Insipen Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

(Masuk) (Air+Masa
lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopos

D. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti
kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen
anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nucleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas
seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan
bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju. Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut halus multiple
(zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia
dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein
lensa normal disertai influx air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun
dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes)
tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling sering
berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok
dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama. Terdapat 2 teori
yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan sklerosis :
1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang berada di
subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa. Air yang banyak ini
akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang menyebabkan kekeruhan lensa.
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabut kolagen terus
bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah. Makin lama serabut
tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa. Kekeruhan
lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein lensa. Dengan bertambahnya usia,
ketebalan dan berat lensa akan meningkat sementara daya akomodasinya
akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan konsentris baru dari kortek, inti nucleus akan
mengalami penekanan dan pengerasan. Proses ini dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu
terjadi pula proses kristalisasi pada lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi
protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba ini
mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa sehingga menyebabkan cahaya menyebar dan
penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nukleus lensa juga menghasilkan
pigmentasi progresif yang akan menyebabkan warna lensa menjadi keruh. Perubaha lain pada
katarak terkait usia juga menggambarkan penurunan konsentrasi glutatin dan potassium serta
meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium. Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan
dalam hilangnya transparasi lensa. Sel epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif
sehingga densitasnya akan berkurang dan terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel fiber.
Akumulasi dari sel-sel epitel yang hilang akan meningkatkan pembentukan serat-serat lensa
yang akan menyebabkan penurunan transparasi lensa. Selain itu, proses degeneratif pada
epithelium lensa akan menurunkan permeabilitas lensa terhadap air dan molekul-molekul
larut air sehingga transportasi air, nutrisi dan antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang.
Peningkatan produk oksidasi dan penurunan antioksidan seperti vitamin dan enzim-enzim
superoxide memiliki peran penting pada proses pembentukan katarak. Sinar tidak banyak
mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan
hilangnya transparasi, akibat perubahan pada serabut halus multipel yang memanjang dari
badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya menyebabkan penglihatan mengalami
distorsi. Pada protein lensa menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan
dengan penghambatan jalannya cahaya ke retina.

E. Manifstasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain :
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya meliputi :
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan menjadi kabur atau redup.
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Penglihatan seakan-akan
melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih, sehingga
refleks cahaya pada mata menjadi negatif. Gejala umum gangguan katarak meliputi : 1.
Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa :
a. Peka terhadap sinar atau cahaya.
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
3. Gejala lainya adalah :
a. Sering berganti kaca mata
b. Penglihatan sering pada salah satu mata
c. Hilangnya persepsi warna

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Kartu mata snellen atau mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus atau vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit system saraf,
penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mungkin karena massa tumor, karotis, glaukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg) Jika TIO dalam batas normal (< 21 mmHg)
dilakukan dilatasi pupil dengan tetes mata Tropicanamide 0.5%. setelah pupil cukup lebar
dilakukan pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat serajat kekeruhan lensa apakah sesuai
dengan visus pasien.
4. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/tipe glaukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan. 7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik atau infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
10. Keratometri
11. Pemeriksaan lampu slit
12. A-scan ultrasound (echography)
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

G. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C,
vitamin B2, vitamin A dan vitamin E. Selain itu, untuk mengurangi pajanan sinar matahari
(sinar UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan kacamata hitam dan topi saat keluar
pada siang hari.
2. Penatalaksanaan medis
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di
mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja
ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang
dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi
keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk
mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf optikus, seperti diabetes dan
glaukoma.
Indikasi :
a. Secara klinis : bila ditemukan uveitis atau berkembang kearah glaukoma
b. Secara verbal :
 Bila monokuler harus stadium matur
 Binokuler : visus orang buta huruf : 5/50
 Visus orang terpelajar :5/20 Pemeriksaan pre-operasi katarak :
a. Status lokalis
 Fungsi retina harus baik-dengan test proyeksi
 Tidak boleh ada infeksi pada mata atau jaringan sekitar (missal:uveitis)
 Tak ada glaucoma, bahaya terjadi prolaps bola mata
Koreksi visus
b. Status generalis, hindari kondisi berikut :
 Hipertensi
 DM karena luka sulit sembuh, mudah terjadi infeksi dan perdarahan post hifema sulit hilang
 Batuk kronik karena bisa terjadi prolaps bola mata
 Gagal jantung

Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :


a. Ekstraksi
Katarak Ekstra Kapsuler (EKEK) Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai
sampai 98% pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama
pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul anterior, menekan keluar nucleus
lentis dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat hisap dengan
meninggalkan kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh. Selain itu ada penemuan terbaru
pada ekstrasi ekstrakapsuler, yaitu fakoemulsifikasi. Cara ini memungkinkan pengambilan
lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason frekwensi tinggi
untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi partikel yang kecil yang kemudian di
aspires melalui alat yang sama yang juga memberikan irigasi kontinus.
b. Ekstraksi
Katarak Intra Kapsuler (EKIK) Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah
zonula dipisahkan, lensa diangkat dengan cryoprobe yang diletakkan secara langsung pada
kapsula lentis. Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung pada kapsula lentis, kapsul akan
melekat pada probe. Lensa kemudian diangkat secara lembut. Namun, saat ini pembedahan
intrakapsuler sudah jarang dilakukan. Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena
lensa kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan focus mata. Koreksi optikal
yang dapat dilakukan diantaranya :
1) Kaca Mata
Apikal Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral yang baik, namun
pembesaran 25% - 30% menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan perifer yang
menyebabkan kesulitan dalam memahami relasi spasial, membuat bendabenda nampak jauh
lebih dekat dan mengubah garis lurus menjadi lengkung. Memerlukan waktu penyesuaian
yang lama ampai pasien dapat mengkoordinasikan gerakan, memperkirakan jarak dan
berfungsi aman dengan medan pandang yang terbatas.
2) Lensa Kontak
Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca mata apakia. Lensa ini memberikan
rehabilitasi visual yang hamper sempurna bagi mereka yang mampu menguasai cara
memasang, melepaskan, dan merawat lensa kontak. Namun bagi lansia, perawatan lensa
kontak menjadi sulit, karena kebanyakan lansia mengalami kemunduran ketrampilan,
sehingga pasien memerlukan kunjungan berkala untuk pelepasan dan pembersihan lensa.
3) Implan Lensa
Intraokuler ( IOL ) IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke
dalam mata. Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran normal, karena IOL
mampu menghilangkan efek optikal lensa apakia. Sekitar 95% IOL di pasang di kamera
posterior, sisanya di kamera anterior. Lensa kamera anterior di pasang pada pasien yang
menjalani ekstrasi intrakapsuler atau yang kapsul posteriornya rupture tanpa sengaja selama
prosedur ekstrakapsuler.

H. Komplikasi
1. Glaucoma
2. Ablasio Retina
. Uveitis
4. Kerusakan endotel kornea
5. Sumbatan pupil
6. Edema macula sistosoid
7. Endoftalmitis
8. Fistula luka operasi
9. Pelepasan koroid
10. Bleeding
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas/Data demografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara
langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan
lain mengenai identitas pasien.
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain :
a. Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak).
b. Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
c. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
d. Perubahan daya lihat warna
e. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata
f. Lampu dan matahari sangat mengganggu
g. Sering meminta ganti resep kaca mata
h. Lihat ganda
i. Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)
j. Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti :
a. DM
b. Hipertensi
c. pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.
d. Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
e. ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid /
toksisitas fenotiazin.
f. Kaji riwayat alergi
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress.
5. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi yang
berhubungan dengan gangguan penglihatan.
6. Neurosensori
Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gamgguam penglihatan kabur / tidak jelas,
sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di runag gelap. Penglihatan berawan / kabur,
tampak lingkaran cahaya / pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak
memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak),
pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan (glukoma berat dan
peningkatan air mata).
7. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap
atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala. 8. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi Dalam
inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat lensa mata melalui
senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil
berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan
lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak
bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan
pupil terjadi pada katarak matur.
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata Snellen / mesin telebinokular ( tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau penglihatan ke
retina ayau jalan optic.
b. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng
optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.
c. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik / infeksi
d. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan
aterosklerosis.
e. Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes.

10. Data Fokus

1. Klien mengatakan penglihatan kabur 1. Hasil pemeriksaan fisik dengan


seperti berawan, padahal sudah opthalmoscope bagian kornea ada selaput
menggunakan kaca mata plus 1 dan minus putih
2.5 pada orbita dextra dan sinistra. 2. Vital sign :
2. Klien mengatakan sudah 2 tahun ini a. TD : 140/90 mmHg
mempunyai Diabetes Melitus dan b. N : 84x/menit
menjalankan pengobatan secara teratur c. T : 37,4˚C 3. RR : 24x/menit 4. Hasil
3. Klien mengatakan tidak mengerti kenapa pemeriksaan :
sampai mengalami katarak a. BB : 78 kg
4. Kemungkinan klien mengatakan cemas b. GDS terakhir 210
memikirkan biaya untuk operasinya. 5. Kemungkinan klien terlihat sulit untuk
5. Kemungkinan klien mengatakan kesulitan beraktivitas.
untuk beraktivitas 6. Kemungkinan klien wajahnya tampak
6. Kemungkinan klien mengatakan gelisah 7. Kemungkinan klien terlihat terus
penglihatannya tidak jelas bertanya-tanya dengan pertanyaan yang
7. Kemungkinan klien mengatakan jika sama.
terkena sinar/paparan matahari menyilaukan 8. Kemungkinan klien terlihat bingung.
mata 9. Kemungkinan klien terlihat cemas.
8. Kemungkinan klien mengatakan jika 10. Kemungkinan klien terlihat takut
melihat sesuatu berbayang-bayang menjadi 11. Kemungkinan klien terlihat tegang.
dua bayangan. 12. Kemungkinan klien terlihat
9. Kemungkinan klien mengatakan takut memfokuskan pada dirinya sendiri.
akan kondisinya. 13. Kemungkinan skla nyeri (6)
10. Kemungkinan klien mengatakan tidak 14. Kemungkinan klien terlihat menahan
tahu sama sekali tentang penyakitnya. rasa sakit.
11. Kemungkinan klien mengatakan cemas 15. Kemungkinan klien terlihat merintih
takut tidak berhasil menjalankan operasinya. kesakitan ( nyeri )
12. Kemungkinan klien mengatakan gelisah 16. Kemungkinan terlihat pada bagian luka
13. Kemungkinan klien mengatakan cemas oprasi klien terdapat kemerahan.
terhadap penyakit yang dideritanya. 17. Kemungkinan terlihat pada bagian luka
14. Kemungkinan klien mengatakan pada klien mengalami iritasi.
bagian mata nyeri. 18. Kemungkinan klien dan keluarganya
15. Kemungkinan klien mengatakan tidak tampak masih bingung dengan perawatan
tahan terhadap nyerinya. luka post operasi.
16. Kemungkinan klien mengatakan
badannya panas sehabis operasi beberapa
hari kemudian. 17. Kemungkinan klien
mengatakan tidak tahu dengan cara
perawatan luka post operasi.
18. Kemungkinan klien mengatakan berasal
dari keluarga kurang mampu

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Sensori/Persepsi (Penglihatan) (00122)
2. Risiko Cidera (00035)
Pre-Operasi : 19. Ansietas (00146) Post-Operasi :
1. Nyeri Akut (00132)
2. Resiko Infeksi (00004)
C. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil NOC Intervensi Rasional
. NOC
1. Gangguan Persepsi  Distorsi kendali Observasi : Observasi :
Sensori (Penglihatan) piker diri  Status 1. Observasi 1. Pengawasan
(00122) Domain 5. neurologis  Fungsi tanda-tanda vital tanda-tanda
Persepsi/kognisi Kelas 3. sensorik pasien (TD, N, S, penyebaran infeksi
Sensasi/persepsi  Perilaku dan RR) 2. Kaji dan keadaan umum
Definisi : Perubahan pada kompensasi tingkat ketajaman pasien
jumlah atau pola stimulus penglihatan penglihatan klien 2. Mengetahui
yang diterima, yang Tujuan : Setelah (visus). kemampuan klien
disertai respons terhadap dilakukan tindakan 3. Identifikasi untuk
stimulus tersebut yang keperawatan selama faktor yang memfokuskan atau
dihilangkan, dilebihkan, 3 x 24 jam menimbulkan melihat benda.
disimpangkan atau gangguan persepsi gangguan persepsi 3. Untuk
dirusakan. Batasan sensori teratasi, sensori seperti mengetahui factor
karakteristik : dibuktikan oleh deprivasi tidur, pencetus sehingga
Subjektif : medikasi, terapi, klien mengalami
1. Distorsi sensori
Kriteria Hasil : ketidakseimbangan gangguan pada
Objektif : 1. Distorsi kendali elektrolit penglihatan.
1. Perubahan pola
pikir diri : 4. Observasi 4. Cahaya yang
perilaku pembatasan diri penglihatan yang kuat menyebabkan
2. Perubahan ketajaman terhadap gangguan kabur dimana rasa tidak nyaman
sensori persepsi, proses dapat terjadi bila setelah
3. Perubahan respon yang piker da nisi piker menggunakan tetes menggunakan tetes
biasanya terhadap
2. Status mata. mata dilator.
stimulus neurologis : fungsi
4. Disorientasi motoric sensorik/ Mandiri : Mandiri :
5. Iritabilitas kranial: kemampuan 1. Untuk
6. Gelisah Faktor yang saraf kranial untuk 1. Lakukan Uji mengetahui
berhubungan : mengenali impuls Ketajaman tingkat kemampuan
sensorik dan penglihatan klien lensa klien dalam
1. Perubahan persepsi, motoric 2. Bersihkan mata, memfokuskan
transmisi, dan/atau 3. Fungsi sensorik: apabila ada cahaya pada retina
integrasi sensori kutaneus: tingkatan kotoran dan sehingga benda
stimulasi terhadap gunakan kapas dapat terlihat
kulit dirasakan basah dan bersih. 2. Untuk mencegah
dengan tepat 3. Peningkatan perlengketan
4. Perilaku komunikasi: palpebra akibat
kompensasi membantu penumpukan secret.
penglihatan : pembelajaran dan 3. Agar pasien
tindakan pribadi penerimaan dapat mengetahui
untuk metode alternative metode dlam upaya
mengompensasi untuk menjalani menjalani hidup
gangguan hidup dengan dengan kekurangan
penglihatan penurunan fungsi dalam melihat.
penglihatan 4. Meningkatkan
4. Manajemen kenyamanan
waham: pasien yang bisa
meningkatkan meminimalkan
kenyamanan, kecemasan pasien
keamanan dan 5. Meningkatkan
orientasi realitas keamanan mobilitas
pasien yang fisik dalam
mengalami lingkungan
keyakinan yang 6. Agar
kuat dan menurunkan resiko
salah yang tidak cedera
sesuai dengan mengembalikan
kenyataan kesadaran dari
5. Manajemen halusinasinya
lingkungan: 7. Agar mengetahui
memanipulasi keaadaan pasien
lingkungan sekitar secara umum
pasien untuk 8. Menurunkan
manfaat teraupetik bahaya keamanan
6. Manajemen sehubungan dengan
halusinasi: perubahan lapang
meningkatkan pandang/kehilangan
keamanan, penglihatan dan
kenyamanan dan akomodasi pupil
orientasi realitas terhadap sinar
pasien yang lingkungan.
mengalami 9. Meningkatkan
halusinasi self care dan
7. Pemantauan mengurangi
neurologis: ketergantungan.
mengumpulkan 10. Kaca mata
dan menganalisis dapat digunakan
data pasien untuk sebagai proteksi
mencegah atau awal terhadap
meminimalkan paparan benda
komplikasi asing ke mata dan
neurologis. penutup mata saat
8. Anjurkan pasien tidur dapat
untuk menangani menghindari
keterbatasan eksudasi berlebih
penglihatan,
misalnya hindari Health Education :
cahaya yang 1. Agar klien tidak
menyilaukan, merasa cemas dan
istirahatkan mata berusaha untuk
apabila sudah menangani
terlihat tandatanda penyakitnya
kelelahan. 2. Untuk
9. Sesuaikan mengurangi
lingkungan dengan kecemasan klien
kemampuan dan keluarga dan
penglihatan. untuk
10. Anjurkan meningkatkan
pasien kepercayaan klien
menggunakan kaca dan keluarga untuk
mata ketika melakukan
terbangun dan pengobatan lebih
tutup dengan lanjut
penutup mata 3. Mengontrol TIO
selama tidur sesuai dan mencegah
kebutuhan. kehilangan
penglihatan lanjut.
Health Education :
1. Jelaskan kepada Kolaborasi :
klien penyebab 1. Untuk
terjadinya mengangkat lensa
gangguan yang keruh
penglihatan sehingga tidak
2. Yakinkan klien menghambat
dan keluarga penglihatan klien
bahwa defisit
persepsi atau
defisit sensori
hanya sementara,
jika perlu.
3. Ajarkan pasien
untuk pemberian
tetes mata (jumlah
tetesan, jadwal dan
dosis) Kolaborasi :
1. Kolaborasi
untuk tindakan
pembedahan.
Misalnya : teknik
2. EKEK dan EKEK.

Observasi : 1.
Resiko Cidera (00035) Monitor gaya
Domain 11.  Risiko kontrol berjalan (terutama
Keamanan/Perlindungan Tujuan : Setelah kecepatan),
Kelas 2. Cedera Fisik dilakukan tindakan keseimbangan dan
Definisi : Rentan keperawatan selama tingkat kelelahan
mengalami cedera fisik 3 x 24 jam resiko dengan ambulasi
akibat kondisi lingkungan cedera berkurang, 2. Observasi Observasi :
yang berinteraksi dengan dibuktikan oleh tingkah laku 1. Untuk
sumber adaptif dan pasien mengetahui
sumber defensif individu, Kriteria Hasil : kemampuan klien
yang dapat mengganggu 1. Klien terbebas Mandiri : 1. beraktivitas saat
kesehatan. dari cedera 2. Klien Pertahankan posisi mengalami
mampu menjelaskan tempat tidur gangguan
Faktor Risiko: cara/metode untuk rendah dan pagar penglihatan
1. Gangguang fungsi mencegah tempat tidur tinggi 2. Tingkah laku
psikomotor injury/cedera 2. Sediakan hiperaktif
2. Hambatan fisik 3. Klien mampu lingkungan yang mengindikasikan
(pengaturan komunitas) menjelaskan factor aman untuk pasien pasien beresiko
3. Pajanan pada patogen resiko dari 3. Menghindarkan mengalami cedera
4. Disfungsi integrasi lingkungan/perilaku lingkungan yang Mandiri :
sensori personal berbahaya 1. Memberikan
4. Mampu (misalnya kenyamanan pasien
memodifikasi gaya memindahkan saat membutuhkan
hidup untuk perabotan) bantuan dan
mencegah gaya 4. Menyediakan mengurangi resiko
hidup injury tempat tidur yang cidera.
5. Mengguanakan nyaman dan bersih 2. Mengurangi
fasilitas kesehatan 5. Menempatkan resiko terjadinya
yang ada saklar lampu cidera pada pasien
6. Mampu ditempat yang 3. Mencegah agar
mengenali mudah dijangkau tidak terjadi cidera
perubahan status pasien pada pasien.
kesehatan 6. Mengtrol 4. Agar pasien
lingkungan dari merasa nyaman saat
kebisingan, berada ditmpat
Membatasi tidur.
pengunjung. 5. Memberikan
7. Memindahkan kemudahan pada
barangbarang yang pasien saat
dapat mmbutuhkan
membahayakan bantuan.
8. Beritahu pasien 6. Agar pasien tidak
untuk tidak merasa terganggu
menggaruk mata dan mengurangi
stres, sehingga
Health mempercepat
Education : 1. proses
Instruksikan peenyembuhan.
keluarga akan 7. Memberikan
pentingnya perlidungan
pegangan tangan terhadap resiko
untuk tangga, cidera.
kamar mandi dan 8. Mencegah
jalur untuk terjadinya cidera
berjalan pada mata.
2. Anjurkan pasien
meminta bantuan Health Education :
setiap kali 1. Untuk mencegah
melakukan resiko cedera akibat
kegiatan penglihatan yang
3. Anjurkan menurun.
keluarga pasien 2. Untuk mencegah
untuk ikut terjadinya cedera
mengawasi pasien atau jatuh atau luka
3. Pengawasan dari
petugas kesehatan
Kolaborasi : (perawat) tidak
dapat merawat
selama 24 jam
penuh maka dari itu
perlu bantuan
keluarga atau orang
terdekat pasien

Kolaborasi :

Pre-Operasi :
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil NOC Intervensi NOC Rasional
.
Ansietas (00146)  Anxiety self- Observasi : Observasi :
Domain 9: control 1. Identifikasi 1. Mengetahui
Koping/Toleransi Stres  Anxiety level tingkat sejauh mana
Kelas 2. Respon Koping  Coping kecemasan kondisi pasien
Definisi : Perasaan tidak Tujuan : Setelah untuk
nyaman atau dilakukan tindakan Mandiri : menentukan
kekhawatiran yang keperawatan selama 1. Gunakan intervensi
samar disertai respons 3 x 24 jam Ansitas pendekatan selanjutnya.
otonom (sumber sering berkurang, dengan yang
kali tidak spesifik atau dibuktikan oleh menenangkan Mandiri :
tidak diketahui oleh 2. Nyatakan 1. Suasana
individu); perasaan takut Kriteria Hasil : dengan jelas yang tenang
yang disebabkan oleh 1. Klien mampu harapan dapat
antisipasi terhadap mengidentifikasi terhadap mengurangi
bahaya. Hal ini
dan mengungkapkan perilaku pasien tingkat
merupakan isyaratgejala cemas 3. Pahami kecemasan
kewaspadaan yang 2.Mengindentifikasi, prespektif klien. 2. Untuk
memperingatkan mengungkapkan dan pasien terhadap mengubah
individu akan adanya menunjukan tehnik situasi stres perilaku pasien.
bahaya dan untuk mengontrol 4. Temani 3. Perawat
memampukan individu cemas 3. Vital sign pasien untuk mampu
untuk bertindak dalam batas normal. memberikan mencegah lebih
menghadapi ancaman. Postur tubuh, keamanan dan awal dengan
ekspresi wajah, mengurangi meminimalkan
Batasan karaktristik : bahasa tubuh dan takut rasa cemas
1. Gelisah tingkat aktivitas 5. Dorong 4. Perasaan
2. Kontak mata yang menunjukkan pasien untuk aman dan
buruk berkurangnnya mengungkapkan nyaman dapat
3. Mengekspresikan kecemasan perasaan, menurangi
kekhawatiran karena ketakutan, ketakutan dan
perubahan dalam persepsi kecemasan
peristiwa hidup klien. 5.
4. Tampak waspada Health Mempermudah
5. Ketakutan Education : perawat
6. Sangat khawatir 1. Jelaskan mengetahui
semua prosedur bagaimana
Faktor yang dan apa yang perasaan klien
berhubungan : dirasakan apakah
1. Penyalagunaan zat selama prosedur kecemasan
2. Perubahan besar (mis., 2. Instruksikan klien berkurang
stasus ekonomi, pasien atau tidak untuk
lingkungan, stasus menggunakan bisa
kesehatan, fungsi peran, teknik relaksasi menentukan
status peran) intervensi
3. stresor Kolaborasi : selanjutnya
1. Berikan obat
untuk Health
mengurangi Education :
kecemasan, 1. Pasien
mis : mampu
memahami
prosedur dan
menimalkan
kecemasan
2. Memperbaiki
manajemen
stress sehingga
tinkat
kecemasan
klien menurun.

Kolaborasi :
1. Jika klien
tetap
merasakan
kecemasan
yang berlebihan
maka perlu
untuk diberikan
obat yang bisa
mengurangi
kecemasan
sehingga tidak
memperparah
penyakit klien

Post-Operasi :
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
. NOC NOC
1. Nyeri Akut (00132)  Pain level Observasi : Observasi :
Domain 12. kenyamanan  Pain control 1. Observasi dan 1. Untuk
Kelas 1. kenyamanan fisik  Comfort level catat lokasi, mempermudah
Definisi : Pengalaman Tujuan : Setelah beratnya nyeri (1- dalam
sensori dan emosional yang dilakukan 10) melakukan
tidak menyenangkan yang tindakan asuhan 2. Pantau bukti pengobatan
muncul akibat kerusakan keperawatan adanya keletihan 2. Untuk
jaringan yang aktual atau selama …x24 fisik dan emosi mengetahui
potensial atau digambarkan jam nyeri dapat yang berlebihan adanya
dalam hal kerusakan teratasi, pada pasien. keletihan fisik
sedemikian rupa dibuktikan oleh 3. Pantau respon dan emosi yang
(International Association kardiorespirasi berlebihan. 3.
for the study of pain): Kriteria Hasil : terhadap aktivitas Mendeteksi
awitan yang tiba-tiba atau 2. Mampu misalnya respon
lambat dari intensitas mengontrol takikardi, kardiorespirasi
ringan hingga berat dengan nyeri (tahu distrimia, terhadap
akhir yang dapat penyebab nyeri, dsypnea, pucat takikardi,
diantisipasi atau diprediksi mampu dan sesak nafas. distrimia,
<6 bulan. menggunakan 4. Pantau dan dsypnea, pucat
tehnik catat pola tidur dan sesak
Batasan Karakteristik : nonfarmakologi pasien dan jumlah nafas. 4.
1. Perubahan selera makan untuk jam tidurnya. Menjaga
2. Perubahan tekanan darah mengurangi 5. Kaji skala, keseimbangan
3. Perubahan frekuensi nyeri, mencari lokasi, dan faktor pola dan jam
pernapasan bantuan) yang tidur pasien.
4. Laporan isyarat 3. Melaporkan memperberat atau 5.
5. Diaforesis bahwa nyeri meringankan Mengevaluasi
6. Perilaku distraksi berkurang nyeri terapi yang
(mis.,berjalan dengan 6. Observasi TTV diberikan dan
mondarmandir mencari menggunakan membantu
orang lain dan atau manajemen Mandiri : menentukan
aktivitas lain, aktivitas yang nyeri 4. Mampu 1. Berikan waktu tindakan
berulang) mengenali nyeri istirahat yang selanjutnya.
7. Mengekspresikan (skala, cukup. 6. Mengetahui
perilaku mis.,gelisah, intensitas, 2. Anjurkan perkembangan
merengek, menangis) frekuensi dan teknik distraksi kondisi pasien
8. Masker wajah mis.,mata tanda nyeri) dan relaksasi 3.
kurang bercahaya, tampak 5. Menyatakan Anjurkan pasien Mandiri :
kacau, gerakan mata rasa nyaman untuk 1. Istirahat
berpencar atau tetap pada setelah nyeri mengistirahatkan yang cukup
satu fokus meringis) berkurang. matanya saat dapat
9. Sikap melindungi area sudah tampak meningkatkan
nyeri 10. Fokus menyempit tandatanda perasaan rileks
(mis., gangguan persepsi kelelahan. pada pasien
nyeri, penurunan interaksi 4. Delegatif dari 2. Distraksi dan
dengan orang dan dokter untuk relaksasi, dapat
lingkungan) pemberian obat mengurangi
11. Indikasi nyeri yang analgetik sesuai rasa nyeri
dapat diamati dengan program pasien
12. Perubahan posisi untuk terapi. 3. Dapat
menghindari nyeri 5. Gunakan meringankan
13. Sikap tubuh melindungi teknik rasa nyeri pada
14. Dilatasi pupil komunikasi saat
15. Melaporkan nyeri terapiutik untuk memandang
secara verbal mengetahui dan mencegah
16. Gangguan tidur pengalaman nyeri iritasi lebih
pasien lanjut.
Faktor yang berhubungan: 6. Informasikan 4. Analgetik
1. Agen cedera kepada pasien membantu
(mis.,biologis, zat kimia, tentang prosedur mengurangi
fisik psikologis) yang dapat rasa nyeri
menurunkan nyeri 5. Agar
7. Bantu pasien mendapat data
untuk lebih yang jelas dari
berfokus pada klien melalui
aktivitas, bukan hubungan
pada nyeri BHSP, dan
8.Tentukan untuk
lokasi, membantu
karakteristik, dalam
kualitas dan pengobatan
derajat nyeri nyeri pada klien
sebelum 6. Agar pasien
pemberian obat tidak stress
9. Cek riwayat dengan nyeri
alergi yang dialami
10. Terapi latihan 7. Untuk
keseimbangan 11. mengurangi
Imajinasi nyeri
terbimbing, 8. Agar tidak
pemijatan/masase, terjadi
terapi music dan kesalahan
terapi relaksasi dalam
pemberian obat
Health 9. Untuk
Education : 1. menghindari
Ajarkan terjadinya
pengaturan alergi saat
aktivitas dan pemberian
teknik manajemen analgesic
waktu untuk 10.Pentingnya
mencegah menjaga
keletihan. keseimbangan
tubuh dalam
Kolaborasi: menghadapi
1. Kolaborasikan kondisi yang
dengan dokter tidak stabil.
jika ada keluhan 11 Untuk
dan tindakan relaksasi dan
nyeri tidak mengurangi
berhasil nyeri yang
2. Tentukan dirasakan oleh
pilihan analgesic pasien.
tergantung tipe
dan beratnya Health
nyeri Education : 1
Istrahat yang
cukup dapat
mengurangi
penggunaan
energi yang
berlebihan serta
mengurangi
nyeri yang
dirasakan.

Kolaborasi :
1. Untuk
mengatasi
keluhan dan
tindakan nyeri
2. Agar tidak
akan terjadi
kesalahan
dalam
pemberian
analgesic
2. Resiko infeksi (00004)  Immune Observasi : Observasi:
Domain 11 : status 1. Observasi 1. Adanya
keamanan/perlindungan  Knowledge: manifestasi klinis tanda-tanda
Kelas 1 : Infeksi infection infeksi (pireksia, infeksi
control eksudasi, eritema, menandakan
Definisi : Rentan  Risk control edema) perkembangan
mengalami invasi dan Monitor adanya dan penyebaran
multiplikasi organisme Tujuan : Setelah tanda dan gejala infeksi
patogenik yang dapat dilakukan infeksi sistemik 2. Untuk
mengganggu kesehatan asuhan dan local mengetahui
keperawatan 3. Monitor tingkat
Factor-faktor Resiko : selama …x24 kerentanan keparahan
1. Penyakit kronis jam resiko terhadap penyakit infeksi klien
2. Pengetahuan yang tidak infeksi dapat sehingga bisa
cukup untuk mengurangi teratasi, Mandiri : meenentukan
pemanjanan pathogen dibuktikan oleh 1. Pertahankan intervensi
3. Pertahanan tubuh primer teknik aseptic selanjutnya.
yang tidak adekuat Kriteria hasil : dalam perawatan 3. Untuk
(kerusakan integritas kulit, 1. Klien bebas mata mengetahui
statis cairan tubuh) dari tanda dan 2. Ajarkan untuk tingkat
4. Ketidak adekuatan gejala infeksi tidak mengusap kerentanan
pertahanan sekunder 2. Menunjukan mata shingga dapat
(subresi respon infalamasi, kemampuan 3. Tingkatkan mencegah
iminosupresi) untuk intake nitrisi komplikasi
5. Vaksinasi tidak adekuat mencegah pasien yang akan
6. Pemajanan terhadap timbulnya terjadi.
pathogen lingunkungan infeksi Health
meningkat (wabah) 3. Jumlah Education : 1. Mandiri:
7. Prosedur invasi leukosit dalam Ajarkan pasien 1. Mengontrol
8. Malnutrisi batas normal 4 dan anggota dan mencegah
Menunjukan keluarga menenai penyebaran
perilaku hidup tanda dan gejala infeksi silang
sehat infeksi dan kapan 2. Mencegah
harus kontaminasi
melaporkannya dan penimbulan
kepada pemberi lesi pada area
layanan kesehatan mata 3. Apabila
2. Anjurkan nutrisi
pasien untuk terpenuhi
istirahat yang system
cukup batas imunnya juga
normal akan lebih kuat
3. Ajarkan pasien sehingga dapat
dan anggota mencegah
keluarga terjadinya
bagaimana cara infeksi
menghindari
infeksi Health
Education :
Kolaborasi : 1. Agar pasien
1. Kolaborasi dan keluarga
dalam pemberian dapat
antibiotic dan mengetahui
antimikotika tanda dan
sesuai indikasi gejala infeksi
2. Pemeriksaan sehingga dapat
laboratorium melaporkan
formal kepada
perawat apabila
terjadi infeksi
2. Istirahat
yang cukup
dapat membuat
kondisi klien
lebih baik
sehingga dapat
mempercepat
proses
pemulihan
3. Agar pasien
tidak
melakukan hal-
hal yang dapat
menyebabkan
infeksi

Kolaborsi :
1. Antibiotic
dapat menekan
proses infeksi
akibat bakteri.
Antimikotika
dapat menekan
proses infeksi
akibat jamur.
Sehingga dapat
mengurangi
infeksi pada
klien.
2. Kadar
leukosit
menentukan
tingkat
keparahan
infeksi

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di
dalam kapsul lensa yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak disebabkan oleh
faktor usia, penyakit (seperti diabetes), cidera mata, obat-obatan, radiasi dan bisa juga secara
kongenitalis, yaitu ditemukan pada bayi ketika lahir. Pada penderita katarak penglihatan akan
suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur atau buram, bayangan benda terlihat seakan
seperti bayangan semu atau seperti asap, mata juga akan kesulitan melihat ketika malam hari
dan terasa sensitif bila terkena cahaya. Untuk mengobati katarak dapat dengan terapi
pencegahan seperti mengurangi terpaparnya mata terhadap sinar ultraviolet, menggunakan
pelindung mata dari hal yang berpotensi menyebabkan kerusakan mata, mengobati penyakit-
penyakit sistemik yang menjadi faktor resiko mempercepat terjadinya katarak. Tindakan
operasi dapat dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan
sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata
lainnya, seperti uveitis.
B. Saran
Meskipun katarak banyak ditemukan pada pasien usia lanjut dan dapat disembuhkan
dengan operasi namun pencegahan sejak awal saat masih muda menjadi langkah yang sangat
penting untu dilakukan, seperti menghindari paparan asap rokok, melindungi mata dari sinar
UV, melakukan pemeriksaan mata secara teratur, mengkonsumsi makanan sehat seperti
vitamin A, vitamin E, beta karoten dan membatasi makanan yang banyak mengandung gula.
Jika telah mengalami penyakit Diabetes Mellitus, yang harus diperhatikan adalah diet, olah
raga, memonitor gula darah, tekanan darah, kolesterol dan memakai obat-obatan diabet secara
teratur, selain itu juga memeriksakan matanya secara rutin. Demikian makalah kami buat.
Kami sadar akan banyaknya kesalahan dan kekurangan sehingga makalah ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami mangharapkan kritik dan saran agar bisa menjadikan
motivasi agar penulisan makalah kedepan bisa menjadi lebih baik. Akhir kata semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, Hardhi dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2. Jakarta; Mediaction Publishing Jogjakarta
M Wilkinson, Judith dkk. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta; Penerbit
Buku Kedokteran EGC Irianto, Koes. 2014. Anatomi dan Fisiologi. Alfabeta.Bandung
Herdman, T. Heather. 2015. Nanda International Inc Diagnosis Keperawatan Definisi &
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Corwin, Elizabeth
J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi ke 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan Edisi ke 17. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & wagner, c. M. (2016). Nursing
Intervention Classification (NIC). United Kingdom: Elseiver. Raja Rani Verdianti, S. (2012).
REFERAT MATA UVEITIS. Retrieved Maret 8, 2017, from www.scribe.com:
http://www.scribd.com/rani_verdianti/d/82077003-UVEITIS

Anda mungkin juga menyukai