1. Definisi
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (Brunner &
Suddarth, 2001).
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat
kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif
(Mansjoer, 2000).
Katarak adalah terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul
lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang yang
lebih dari 65 tahun (Doenges, 2000).
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga
menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan (Admin, 2009). Katarak
menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan
patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau
denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau
kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman
penglihatan berkurang (Corwin, 2000). Definisi lain katarak adalah suatu keadaan
patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau
denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme
normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu (Iwan, 2009).
Lensa mata merupakan bagian jernih dari mata yang berfungsi untuk
menangkap cahaya dan gambar. Retina merupakan jaringan yang berada di
bagian belakang mata, bersifat sensitive terhadap cahaya. Pada keadaan normal,
cahaya atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensa mata, kemudian akan
diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya atau gambar tadi akan
diubah menjadi sinyal / impuls yang akan diteruskan ke otak melalui saraf
penglihatan dan akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat dipahami. Tetapi
bila jalan cahaya tertutup oleh keadaan lensa yang katarak maka impuls tidak
akan dapat diterima oleh otak dan tidak akan bisa diterjemahkan menjado suatu
gambaran penglihatan yang baik.
Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak
sudah sangat memburuk lensa yang lebih kuat pun tidak akan mampu
memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak secara khas selalu mencari cara
untuk menghindari silau yang berasal dari cahaya yang salah arah. Misalnya
dengan mengenakan topi berkelapak lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan
pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.
2. Epidemiologi
Berdasarkan hasil survey nasional tahun 1993 – 1996, angka kebutaan di
Indonesia mencapai 1,5%. Angka ini menempatkan Indonesia pada urutan
pertama dalam masalah kebutaan di Asia dan nomor dua di dunia pada masa itu.
Salah satu penyebab kebutaan adalah katarak. Sekitar 1,5 % dari jumlah
penduduk di Indonesia, 78 % disebabkan oleh katarak. Pandangan mata yang
kabur atau berkabut bagaikan melihat melalui kaca mata berembun, ukuran lensa
kacamata yang sering berubah, penglihatan ganda ketika mengemudi di malam
hari, merupakan gejala katarak. Tetapi di siang hari penderita justru merasa silau
karena cahaya yang masuk ke mata terasa berlebih.
3. Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,
2000) :
a. Usia lanjut dan proses penuaan
b. Congenital atau bisa diturunkan.
c. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau
bahan beracun lainnya.
d. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti :
a. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
b. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan
metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
c. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
d. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
e. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin, 2009).
4. Klasifikasi
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan
berikut :
a. Katarak perkembangan (developmental) dan degenerative.
b. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
c. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM
dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan
katarak komplikata.
d. Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita :
1) Katarak Kongenital
Sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi virus
yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009). Katarak
kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir
dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab
kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang
kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu
yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis,
inklusi sitomegalik, dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak
kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftlmus,
aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia
retina, dan megalo kornea.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan
riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan
pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-kadang terdapat riwayat kejang,
tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji
reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia.
Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem
saraf seperti retardasi mental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada
hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium.
Hampir 50 % katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui
penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat
bercak putih atau suatu leukokoria.
2) Katarak Juvenil
Kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-
serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut
sebagai soft carahast. Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang
mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak
juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil
biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit
lainnya.
3) Katarak Senil
Setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya berkembang
lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras
akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas,
Sidarta: Ilmu Penyakit Mata,ed.3). Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium,
yaitu:
a) Stadium awal (insipien).
Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat
minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini
seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan pada
penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi
ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal).
Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan
mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa
dan dan korteks berisi jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak
insipient kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi
yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap
untuk waktu yang lama. (Ilyas, Sidarta: Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
b) Stadium imatur.
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak
atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang
jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan
lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa akan mmberikan
perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini
akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan
lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
c) Stadium matur.
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-
sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan
berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan
mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa
berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca
). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.( Ilyas, Sidarta : Katarak
Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
d) Stadium hipermatur.
Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa ini dapat
keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam"
kearah bawah (jam6) (katarak morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat masa
lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa
uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata
Keruh, ed. 2,).
4) Katarak Intumesen.
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative
yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan
lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata
menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini
akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi
pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi lentikularis. Pada
keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung dan daya
biasnya akan bertambah, yang meberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp
terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. (Ilyas,
Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
5) Katarak Brunesen.
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada
lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan miopia tinggi.
Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini
terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan
adanya katarak kortikal posterior. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)
b. Katarak Kortikal
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan
putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu
penglihatan. Banyak pada penderita DM. Keluhan yang biasa terjadi:
Penglihatan jauh dan dekat terganggu.
Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra.
c. Katarak Subkapsular.
Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan
sinar masuk. DM, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka
waktu yang lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada
kedua mata. Keluhan yang biasa terjadi :
Mengganggu saat membaca.
Memberikan keluhan silau dan halo atau warna sekitar sumber cahaya.
Mengganggu penglihatan.
5. Patofisiologi
Metabolisme Lensa Normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium
dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar
kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar
natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan
keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke
bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K
ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase
Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur
HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga
untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah
enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi
fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.
Lensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah mineral.
Dengan bertambahnya usia, ukuran dan densitasnya bertambah. Penambahan
densitas ini akibat kompresi sentral pada kompresi sentral yang menua. Serat
lensa yang baru dihasilkan di korteks, serat yang tua ditekan ke arah sentral.
Kekeruhan dapat terjadi pada beberapa bagian lensa.
Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama menyebabkan kehilangan
kejernihan secara progresif, yang dapat menimbulkan nyeri hebat dan sering
terjadi pada kedua mata.
6. Pathway
Download
7. Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
a. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta
gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
b. menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak adalah
sebagai berikut :
a. Kartu mata snellen/mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid
i. Tes toleransi glukosa : kontrol DM
j. Keratometri.
k. Pemeriksaan lampu slit.
l. A-scan ultrasound (echography).
m. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
n. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
9. Penatalaksanaan
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu
dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau
kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan
tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki
lensa mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi.
Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan
tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-
hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi
berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah
peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:
a. Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam
b. Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal sehingga mata
bisa fokus pada objek dekat dan lensa menjadi lebih tipis sehingga mata bisa
fokus pada objek jauh
c. Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke
saraf optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang
terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis.
Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma,
dan retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh
lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi.
Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social
atau atas indikasi medis lainnya.( Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)
10. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi nistagmus dan strabismus dan bila katarak
dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan
komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.
1. Pengkajian
a. Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
1) Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia (Katarak bisa terjadi pada semua umur tetapi pada umumnya
pada usia lanjut dan Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah
terlihat pada usia di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile
terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia
sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40
tahun), jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara
langsung atau Pada pekerjaan laboratorium atau yang berhubungan dengan
bahan kimia atau terpapar radioaktif/sinar-X, tempat tinggal sebagai gambaran
kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas pasien.
4) Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau
hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
5) Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur/tidak
jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan
perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap.
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar,
perubahan kaca mata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotophobia
(glukoma akut). Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau
putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan
kornea berawan (glukoma berat dan peningkatan air mata)
6) Nyeri/kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan/atau mata berair. Nyeri tiba-tiba/berat
menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
7) Pembelajaran/pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata (katarak) kaji riwayat keluarga
apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress,
alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi,
steroid / toksisitas fenotiazin.
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan
melihat lensa mata melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp,
dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring
(45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati
lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow). Bila letak bayangan jauh
dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan
pupil terjadi pada katarak matur.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kartu mata Snellen/mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan): mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau
penglihatan ke retina ayau jalan optic.
2) Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.
3) Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik/infeksi.
4) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: dilakukan untuk memastikan
aterosklerosis.
5) Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes.
2. Diagnosa Keperawatan
A. Pre Operatif
1) Gangguan sensori-perseptual: penglihatan b/d gangguan penerima sensori/status
organ indera, lingkungan secara terapeutik dibatasi.
2) Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan-
kehilangan vitreus, pandangan kabur
3) Kecemasan b/d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan
pembedahan
B. Post Operatif
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma insisi
2) Gangguan persepsi sensori- perceptual penglihatan berhubungan dengan fungsi
mata terpasang bebat
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan prognosis, pengobatan, kurang terpajan
4) Memerlukan sedikit
3) Batasi regangan daripada
aktivitas penggunaan pispot,
seperti yang dapat
menggerakka meningkatkan TIO.
n kepala tiba-
5) Meningkatkan
tiba, relaksasi dan koping,
menggaruk menurunkan TIO.
mata,
membongkok.
4) Ambulasi
dengan
bantuan; 6) Digunakan untuk
berikan kamar melindungi dari cedera
mandi khusus kecelakaan dan
bila sembuh menurunkan gerakan
dengan mata.
anastesi. 7) Menunjukkan prolaps
5) Anjurkan iris atau rupture luka
menggunakan disebabkan oleh
teknik kerusakan jahitan atau
manajemen tekanan mata.
stres contoh,
bimbingan Kolaborasi:
imajinasi, 8) Mual/muntah dapat
visualisasi, meningkatkan TIO.
nafas dalam, Memerlukan tindakan
dan latihan segera untuk
relaksasi. mencegah cedera
6) Pertahankan okuler.
perlindungan Diberikan untuk
mata sesuai menurunkan TIO bila
indikasi. terjadi
peningkatan.Membata
si kerja enzim pada
7) Observasi produksi akueus
pembekakan humor
luka, bilik
anterior
kempis, pupil
berbentuk
buah pir.
Kolaborasi:
8) Berikan obat
sesuai
indikasi:
Antiemetic,
contoh
proklorperazi
n
(Compazine),
Asetazolamid
5) Beri
penjelasan
dan suport
pada pasien
pada setiap
melakukan
prosedur
tindakan
6) Lakukan
orientasi dan
perkenalan
pasien
terhadap
ruangan,
petugas, dan
peralatan
yang akan
digunakan.
B. Post Operatif
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
.
Dx
1
Setelah diberikan asuhan
1) Kaji tngkat nyeri 1) skala nyeri yang
keperawatan selama 3 x 24 pasien dengan tinggi dan disertai
jam diharapkan nyeri menggunakan peningkatan nadi
pasien dapat berkurang / skala nyeri dan dapat
hilang pengukuran TTV menggambarkan
Kriteria hasil : tingkat nyeri yang di
- klien dapat mengontrol
2) Berikan kompres rasakan oleh pasien
nyerinya dingin sesuai 2) mengurangi
Skala nyeri 0 (0-10)
dengan edema akan
permintaan mengurangi nyeri
untuk trauma
tumpul
3) Kurangi tingkat
pencahayaan 3) cahaya yang kuat
menyebabkan rasa
4) Berikan obat tak nyaman
4) pemakaian sesuai
untuk
resep akan
mengontrol nyeri mengurangi nyeri
dan TIO sesuai dan TIO
dengan resep
2
Setelah dilakukan asuhan Mandiri Mandiri
keperawatan selama
1. Kaji ketajaman
1. Kebutuhan tiap
3x24jam peng-lihatan, individu dan pilihan
diharapkan dapatmeningkat catat apakah intervensi bervariasi
kan ketajaman penglihatan satu atau dua sebab kehilangan
dalam batas situasi individu mata terlibat. penglihatan terjadi
dengan Kriteria Hasil : lambat dan progresif.
Mengenal gangguan 2. Memberikan
sensori dan berkompensasi
2. Orientasikan peningkatan
terhadap perubahan. klien tehadap kenyamanan dan
Mengidentifikasi/memperba lingkungan. kekeluargaan,
iki potensial bahaya dalam menurun-kan cemas
lingkungan. dan disorientasi
pasca operasi.
3. Terbangun dalam
3. Observasi tanda- lingkungan yang
tanda tidak di kenal dan
disorientasi. mengalami
keterbatasan
penglihatan dapat
mengakibatkan
kebingungan
terhadap orang tua .
4. Memberikan
rangsang sensori
4. Pendekatan dari tepat terhadap
sisi yang tak isolasi dan
dioperasi, bicara menurunkan
dengan bingung.
menyentuh.
5. Ingatkan klien
5. Perubahan
menggunakan ketajaman dan
kacamata kedalaman persepsi
katarak yang dapat menyebabkan
tujuannya bingung penglihatan
memperbesar dan meningkatkan
kurang lebih 25 resiko cedera sampai
persen, pasien belajar untuk
penglihatan mengkompensasi.
perifer hilang
6. Memungkinkan
dan buta titik
pasien melihat objek
mungkin ada. lebih mudah dan
6. Letakkan barang memudahkan
yang panggilan untuk
dibutuhkan/posi pertolongan bila
si bel pemanggil diperlukan.
dalam
jangkauan/posisi
yang tidak
dioperasi.
3 Setelah dilakukan asuhan Mandiri : Mandiri:
keperawatan 1) Kaji
selama informasi
1) Meningkatkan
3x24jam tentang kondisi, pemahaman dan
diharapkanpengetahuan px prognosis, tipe meningkatkan kerja
bertambah dengan criteria prosedur/lensa. sama dengan
hasil: program pasca
Menyatakan pemahaman operasi.
kondisi/proses 2) Tekankan
penyakit 2) Pengawasan periodik
dan pengobatan. pentingnya menurunkan resiko
Melakukan dengan evaluasi komplikasi serius.
prosedur benar dan perawatan rutin. Pada beberapa
menjelaskan alasan Beritahu untuk pasien kapsul
tindakan. melaporkan posterior dapat
penglihatan menebal atau
berawan. menjadi berkabut
dalam dua minggu
sampai beberapa
tahun pasca
operaasi,
memerlukan terapi
laser untuk
memperbaiki defisit
penglihatan.
3) Dapat bereaksi
3) Informasikan silang/campur
pasien untuk dengan obat yang
menghindari diberikan.
tetes mata yang
dijual bebas. 4) Penggunaan obat
4) Diskusikan mata topikal, contoh
kemungkinan agen
efek atau simpatomimetik,
interaksi antara penyekat beta, dan
obat mata dan agen anti kolinergik
masalah medis dapat menyebabkan
pasien, contoh TD meningkat pada
peningkatan pasien hipertensi;
hipertensi, pencetus dispnea
PPOM, diabetes. pada pasien PPOM;
Ajarkan metode gejala krisis
yang tepat hipoglikemik pada
memasukkan diabetes tergantung
obat tetes untuk pada insulin.
meminimalkan Tindakan benar
efek sistemik. dapat membatasi
absorbsi dalam
sirkulasi sistemik,
meminimalkan
masalah seperti
interaksi obat dan
efek sistemik tak
diinginkan.
5) Aktivitas yang
menyebabkan mata
5) Anjurkan lelah atau regang,
pasien manufer Valsalva,
menghindari atau meningkatkan
membaca, TIO dapat
berkedip: mempengaruhi hasil
mengangkat bedah dan
berat, mengejan mencetuskan
saat defekasi, pendarahan.Catatan:
membongkok iritasi pernafasan
pada panggul, yang menyebabkan
meniup hidung; batuk/bersin dapat
penggunaan meningkatkan TIO.
sprei, bedak
bubuk, merokok
6) Memberikan
(sendiri/orang masukan sensori,
lain). mempertahankan
rasa normalitas,
6) Dorong melalui waktu lebih
aktivitas mudah bila tak
pengalih seperti mampu
mendengar menggunakan
radio, penglihatan secara
berbincang- penuh. Catatan:men
bincang, onton televisi
menonton frekuensi sedang
televisi. menuntut sedikit
gerakan mata dan
sedikit menimbulkan
stres dibanding
membaca.
7) Dapat meningkatkan
TIO, menyebabkan
cedera kecelakaan
pada mata.
8) Mecegah cedera
kecelakaan pada
mata dan
7) Anjurkan menurunkan resiko
pasien peningkatan TIO
memeriksa ke sehubungan dengan
dokter tentang berkedip atau posisi
aktivitas kepala.
seksual. 9) Mencegah cedera
8) Tekankan kecelakaan pada
kebutuhan untuk mata.
menggunakan
kaca pelindung
selama hari
pembedahan/pe
nutup pada
malam.
9) Anjurkan
pasien tidur
terlentang,
mengatur
intensitas lampu
10) Menurunkan
dan penglihatan perifer
menggunakan atau gangguan
kaca mata gelap kedalaman persepsi
bila keluar/dalam dapat menyebabkan
ruangan terang, pasien jalan ke
keramas dengan dalam pintu yang
kepala terbuka sebagian
kebelakang atau menabrak
(bukan perabot.
kedepan), batuk
11) Mempertahankan
dengan konsistensi feses
mulut/mata untuk menghindari
terbuka. mengejan.
10) Anjurkan
mengatur posisi
pintu sehingga
mereka terbuka
atau tertutup
12) Intervensi dini dapat
penuh: pindah mencegah terjadinya
kan perabot dari komplikasi serius,
lalu lalang. kemungkinan
kehilangan
11) Dorong penglihatan.
pemasukan
cairan adekuat,
makan berserat
atau kasar:
gunakan pelunak
feses yang dijual
bebas bila
diindikasikan.
12) Identifikasi
tanda/gejala
memerlukan
upaya evaluasi
medis, contoh
nyeri tajam tiba-
tiba, penurunan
penglihatan,
kelopak
bengkak,
drainase
purulen,
kemerahan, mata
berair, fotofobia.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan atau implementasi keperawatan terhadap
pasien yang mengalami katarak disesuaikan dengan intervensi yang telah
dirancang atau disusun sebelumnya.
5. Evaluasi Keperawatan
Hasil Asuhan Keperawatan pada klien yang menderita katarak adalah sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan pada intervensi. Evaluasi ini berdasarkan
pada hasil yang di harapkan atau perubahan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA