PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu penyebab kebutaan adalah katarak. sekitar 1,5 % dari jumlah
penduduk di Indonesia, 78 % disebabkan oleh katarak. Pandangan mata yang kabur
atau berkabut bagaikan melihat melalui kaca mata berembun, ukuran lensa kacamata
yang sering berubah, penglihatan ganda ketika mengemudi di malam hari , merupakan
gejala katarak. Tetapi di siang hari penderita justru merasa silau karena cahaya yang
masuk ke mata terasa berlebih.
1
B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah konsep katarak?
2. Bagaimanakah konsep proses keperawatan pada katarak?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui definisi katarak
2. Mengetahui etiologi katarak
3. Mengetahui patofisiologi katarak
4. Mengetahui manifestasi klinis katarak
5. Mengetahui pemeriksaan dignostik pada katarak
6. Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan katarak
D. Manfaat
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Katarak
Lensa mata merupakan bagian jernih dari mata yang berfungsi untuk
menangkap cahaya dan gambar. Retina merupakan jaringan yang berada di bagian
belakang mata, bersifat sensitive terhadap cahaya. Pada keadaan normal, cahaya atau
gambar yang masuk akan diterima oleh lensa mata, kemudian akan diteruskan ke
retina, selanjutnya rangsangan cahaya atau gambartadi akan diubah menjadi sinyal /
impuls yang akan diteruskan ke otak melalui saraf penglihatandan akhirnya akan
diterjemahkan sehingga dapat dipahami. Tetapi bila jalan cahaya tertutup oleh
keadaan lensa yang katarak maka impuls tidak akan dapat diterima oleh otak dan
tidak akan bisa diterjemahkan menjado suatu gambaran penglihatan yang baik.
3
Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita:
4
Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:
1. Stadium awal (insipien). Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata
masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada
saat ini seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan pada
penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator
berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol
mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan mulai
terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan
korteks berisi jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient
kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang
lama.
(Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
2. Stadium imatur. Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal
tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian
yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan
lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan
indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan
mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan lebih
sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
3. Stadium matur. Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran
air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan
berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan
mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa
berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ).
Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.( Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa
Mata Keruh, ed. 2,)
4. stadium hipermatur. Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa
lensa ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus
"tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan mengeriput.
Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit
berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata
Keruh, ed. 2,)
5
5. Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa
degenerative yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai
pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga
bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa
ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi
pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan
ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah, yang meberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol
pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa
Mata Keruh, ed. 2,)
6. Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra)
terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan
miopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan
biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum
memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit
Mata, ed. 3)
6
Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:
B. Etiologi Katarak
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
7
C. Patofisiologi
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan
kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian
anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior
lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar
Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K
dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap
dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob
(95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis
asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase.
Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol
dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.
Lensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah mineral. Dengan
bertambahnya usia, ukuran dan densitasnya bertambah. Penambahan densitas ini akibat
kompresi sentral pada kompresi sentral yang menua. Serat lensa yang baru dihasilkan di
korteks, serat yang tua ditekan ke arah sentral. Kekeruhan dapat terjadi pada beberapa
bagian lensa.
D. Manifestasi Klinis
8
Gejala objektif biasanya meliputi:
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-
akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar
putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
9
E. Penatalaksanaan katarak
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu
dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau
kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan
operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki
lensa mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi
katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam
pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi
katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan
dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea.
Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:
Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan
retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih
menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi.
Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau
atas indikasi medis lainnya.( Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)
10
3. Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3
m didapatkan hasil visus 3/60
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek.
Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah
sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat
dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka
pasien akan membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak
dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa intraokular
multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap
pengembangan
11
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata
lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan
kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput
dimana lensa intra okular terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi katarak
dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut
agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.
12