Dosen Pembimbing :
Anggota Kelompok 8 :
Tahun 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata merupakan jendela otak karena 90% informasi yang di peroleh otak berasal dari
mata. Jika pada system penglihatan mengalami gangguan maka akan berdampak besar dalam
kehidupan sehari-hari. Penyakit mata merupakan kejadian yang cukup besar terjadi di dalam
masyarakat Indonesia mulai dari gangguan mata ringan sampai dengan yang berat. Hilangnya
fungsi penglihatan merupakan puncak dari gangguan penglihatan yang paling berat. Sedangkan
katarak merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia.
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang
diproyeksikan pada retina. Katarak merupakan kerusakan yang menyebabkan lensa mata
berselaput dan keruh sehingga pandangan menjadi kabur. Katarak yang banyak terjadi saat ini
adalah katarak Senilis. Seiring dengan bertambahnya usia, anatomi serta fungsi mata mengalami
penurunan. Gangguan ini biasanya muncul pada kelompok usia di atas 60 tahun (Harijono, 2012).
Saat ini katarak banyak terjadi akibat cedera pada lensa (katarak traumatika), efek langsung dari
penyakit intraokular (katarak komplikata), dan katarak yang terjadi akibat adanya gangguan-
gangguan sistemik seperti diabetes, hipoparatiroid, dermatitis atopic dan sebagainya (Farmacia,
2009). Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011 kondisi katarak di dunia
saat ini, terdapat 45 juta penderita katarak secara umum baik katarak kongenital, katarak primer
dan katarak komplikata, 60 persen di antaranya berada di negara miskin atau berkembang dan 40
persennya berada di negara maju (Wartapedia, 2011).
Katarak disebabkan karena banyak proses diantaranya usia lanjut atau proses penuaan,
kongenital atau keturunan, pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti
merokok atau bahan beracun lainnya, katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit
metabolik (misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid). Seiring dengan
bertambahnya usia, lensa mata akan mengalami opasitas dimana opasitas itu akan menyebabkan
hilangnya penglihatan tanpa rasa nyeri, timbul rasa silau ketika melihat suatu objek, serta adanya
kelainan refraksi.
BAB II
KONSEP TEORI
A. Konsep Katarak
1. Pengertian
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, bahasa Inggris Cataract, dan Latin
Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan
seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.
Menurut Arief Mansur dkk (Kapita Selekta 1) Katarak adalah istilah kedokteran untuk
setiap keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa ataua juga akibat dari
kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menebabkan
penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit
mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan
bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi. Menurut Charlene J. Reaver dkk
Katarak adalah mengeruhnya lensa. Katarak bisa disebabkan karena konginetal atau
dapatan (acquired). Penyebab acquired katarak yang paling umum adalah pertambahan
usia, meskipun mekanisme yang pasti belum diketahui. Pemakaian orticosteroid dan
thorazine, DM, trauma pada mata adalah penyebab acquired katarak yang lain. Katarak
kongenotal terjadi pada infeksi rubella pada periode kehamilan. Katarak terjadi pada kedua
mata, namun biasanya satu lensa lebih parah dibandingkan yang lain.
Katarak merupakan kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran
yang diproyeksikan pada retina (Istiqomah,2003). Menurut Nugroho (2011). Kelainan ini
bukan suatu tumor atau pertumbuhan jaringan di dalam mata,akan tetapi keadaan lensa yang
menjadi berkabut (Ilyas, 2004).
2. Klasifikasi
a. Berdasarkan Penyebabnya
1) Katarak traumatik
2) Katarak toksika
3) Katarak komplikata
b. Berdasarkan Usia
1) Katarak kongenital
2) Katarak juvenile
3) Katarak senile
3. Jenis-Jenis Katarak
a. Katarak kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Sewaktu dalam kandungan,
terbentuknya lensa adalah minggu ke lima sampai ke delapan usia kehamilan. Pada
masa ini belum terbentuk kapsul pelindung, sehingga virus bisa masuk ke dalam
jaringan lensa. Seluruh lensa buram, tampak abu-abu putih. Katarak kongenital
dapat menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan strabismus.
b. Katarak Rubela
c. Katarak Juvenil
d. Katarak Senil
Biasanya timbul pada usia 50 tahun. Secara klinik dikenal dalam 4
stadium yakni insipient, imatur, matur dan hiper matur.
Pada stadium awal (katarak insipiens) mungkin ada celah-celah
kekeruhan di bagian perifer atau berbentuk baji (kuneiform). Keadaan ini bisa
diperburuk dengan adanya katarak nuklear yang merupakan lanjutan daripada
sklerosis nuclear fisiologis. Dengan berlanjutnya pertumbuhan katarak, tajam
penglihatan menjadi terganggu (katarak imatur). Di antaranya ada stadium
intemusen yaitu stadium membengkaknya lensa dan edema lensa. Pada
akhirnya katarak matur berubah menjadi stadium hipermatur,yaitu korteksnya
mencair sehingga intinya mengambang turun ke dasar kantong kapsul. Pada
stadium ini mungkin terjadi reaksi fakolitik dan glaukoma. Bila proses katarak
berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks akan
memperlihatkan bentuk menjadi sekantong susu disertai dengan nukleus yang
terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut
sebagai katarak morgagni.
Perbedaan katarak insipien, imatur , matur dan hipermatur
e. Katarak Brunesen
f. Katarak diabetes
bentuk:
1) Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa
akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila
dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila
terjadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali.
2) Pasien diabetes juvenile dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak
serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau
bentuk piring subkapsular.
4. Etiologi
Katarak dapat terjadi akibat:
b. Proses penuaan
Prevalensi katarak pada individu berusia 65 – 74 tahun adalah sebanyak 50%,
prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu di atas 75 tahun.
c. Kelainan sistemik atau metabolik seperti diabetes mellitus, galaktosemi dan
distrofi miotonik.
d. Genetik dan gangguan perkembangan.
h. Keracunan beberapa jenis obat seperti eserin 0.25 – 0.5%, kortikosteroid, ergot,
antikolinesterase topical.
5. Patofisiologi
Menurut Istiqomah (2003), lensa mata berisi 65% air, sisanya berupa protein
dan mineral penting. Katarak terjadi pada saat penurunan ambilan oksigen dan
penurunan air. Dilain sisi terjadi peningkatan kadar kalsium dan berubahnya protein
larut menjadi tidak dapat larut. Pada kondisi tersebut akan menyebabkan gangguan
metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini akan mengakibatkan
perubahan kandungan bahan-bahan yang ada di dalam lensa. Perubahan inilah yang
pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa.Kekeruhan dapat berkembang sampai
di berbagai bagian lensa atau kapsulnya.
6. Manifestasi Klinik
Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi
secara progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan
bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.
a. Penurunan visus
b. Silau
c. Perubahan miopik
d. Diplopia monocular
e. Halo bewarna
c. Shadow test
d. Oftalmoskopi direk
e. Pemeriksaan sit lamp
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan visus dengan kartu snellen atau chart projector dengan koreksi
terbaik serta menggunakan pinhole.
b. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior.
c. Tekanan intraocular (TIO) diukur dengan tonometer non contact, aplanasi atau
Schiotz. Jika TIO dalam batas normal (< 21 mmHg) dilakukan dilatasi pupil
dengan tetes mata Tropicanamide 0.5%. setelah pupil cukup lebar dilakukan
pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat serajat kekeruhan lensa apakah sesuai
dengan visus pasien.
1) Derajat 1 : nukleus lunak, biasanya visus masih lebih baik dari 6/12,
tampak sedikit kekeruhan dengan warna agak keputihan. Refluks fundus
masih mudah diperoleh. Usia penderitanya biasanya kurang dari 50 tahun.
4) Derajat 4: nukleus keras, biasanya visus antara 3/60 – 1/60, tampak nukleus
berwarna kuning kecoklatan. Reflex fundus sulit dinilai
5) Derajat 5 ; nukleus sangat keras, biasanya visus hanya 1/60 atau lebih jelek.
Usia penderita sudah di atas 65 tahun. Tampak nucleus
berawarna
kecoklatan bahkan sampai kehitaman, katarak ini sangat keras dan disebut
juga sebagai Brunescence cataract atau black cataract.
d. Pemeriksaan funduskopi jika masih memungkinkan.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan dengan membersihkan lensa mata yang keruh
3) Lensa kontak jauh lebih nyaman dari kaca mata apakia, dengan pembesaran 5%
- 10%, tidak menimbulkan aberasi sferis, tak ada penurunan lapang pandang
dan tak ada kesalahan orientasi spasial. Kelemahan tenik ini
adalah penyimpanan yang selamanya harus bersih dan kalau bisa steril,
pemakaian sukar pada usia lanjut dan diperlukannya ketrampilan pasien
dalam hal memasang, melepaskan dan merawat lensa kontak secara bersih.
4) IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke dalam
mata. Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran normal,
menghilangkan efekoptikal lensa afakia yang menjengkelkan dan
ketidakpraktisan lensa kontak. Ada beberapa bentuk IOL:
b) Lensa dijepit pada iris yang kakinya tidak terletak pada sudut bilik mata.
c) Lensa bilik mata belakang yang diletakkan pada kedudukan lensa normal di
belakang iris.
c. Tatalaksana katarak dengan visus terbaik kurang dari 6/12 adalah operasi
katarak berupa EKEK + IOL atau fakoemulsifikasi + IOL dengan
mempertimbangkan ketersediaan alat, derajat kekeruhan katarak dan tingkat
kemampuan ahli bedah.
d. Operasi katarak dilakukan menggunakan mikroskop operasi dan peralatan
bedah mikro, dimana pasien dipersiapkan untuk implantasi IOL
e. Ukuran IOL dihitung berdasarkan data keratometri serta pengukuran biometri
A-scan
f. Apabila tidak tersedia peralatan keratometri dan biometri ukuran IOL dapat
ditentukan berdasar anamnesis ukuran kacamata yang selama ini dipakai pasien.
IOL standar power +20.00 dioptri, jika pasien menggunakan kacamata, power
IOL standar dikurangi dengan ukuran kaca mata. Misalnya pasien
menggunakan kaca mata S -6.00 maka dapat diberikan IOL power +14.00
dioptri.
g. Operasi katarak bilateral (operasi dilakukan pada kedua mata sekaligus secara
berurutan) sangat tidak dianjurkan berkaitan dengan resiko pasca operasi
(endoftalmitis) yang bisa berdampak kebutaan.
2) Hal yang tidak boleh dilakukan : menggosok mata, bungkuk terlalu dalam,
membaca berlebihan dari biasanya, mengejan keras sewaktu buang air
besar, berbaring ke sisi mata yang baru dibedah dan menggosok gigi pada
minggu pertama.
3) Genogram
4) Tipe keluarga
5) Suku bangsa
6) Agama
c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah
1) Fungsi afektif
2) Fungsi sosialisasi
1) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga
g. Pemeriksaan fisik
3) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut,
THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem genetalia
3) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber sumber yang ada dalam keluarga
Dalam membina hubungan yang baik, hal yang perlu dilakukan antara
lain, perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah tamah,
b. Pengkajian awal
Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan
kesehatan yang dilakukan.
yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan
menggambarkan respons manusia. Dimana keadaan sehat atau perubahan pola
interaksi potensial/actual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat
menyusun intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan status kesehatan
atau untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2000). Untuk menegakkan diagnosa
dilakukan 2 hal, yaitu:
a. Analisa data. Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian
dibandingkan dengan standar normal sehingga didapatkan masalah
keperawatan.
meliputi:
3) Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh
perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak yang
emndukung masalah dan penyebab.
Perumusan diagnosa risiko ini terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E),
sign/symptom (S).
3. Rencana Keperawatan
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk
dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi (Efendy N,1998).Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2
tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004).
a. Skala prioritas. Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang
mempunyai skor tinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor
4) Menonjolnya masalah
1 Tinggi : 3
Potensi masalah untuk di
Cukup : 2
cegah
Rendah : 1
Menonjolnya masalah 1 Segera diatasi : 2
Tidak segera diatasi 1
Tidak dirasakan
adanya masalah : 0
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan:
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi
dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
Kerangka kerja valuasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas
telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi
sebagai criteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998).
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana (Suprajitno,2004) :
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang obyektif.
A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/445736279/Kelompok-6-Asuhan-keperawatan-keluarga-pada-Katarak-docx