OLEH
NAMA : LISNA
NIM : B0321717
CI LAHAN CI INSTITUSI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
KATARAK
A. Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, bahasa Inggris Cataract, dan
Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya.
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul
lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65
tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000). Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan
berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
B. Klasifikasi
1. Berdasarkan Penyebabnya
Katarak traumatic
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada lensa
atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru senapan angin dan petasan merupakan
penyebab yang sering. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing
karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang
vitreus masuk ke dalam struktur lensa.
Katarak toksika
Kortikosteroid yang diberikan dalam waktu lama baik secara sistemik maupun
dalam bentuk obat tetes mata dapat meneyebabkan kekeruhan lensa. Obat-obat
lain yang diduga menyebabkan katarak antara lain : phenotiazine,
chlorpromazine, obat tetes miotik kuat seperti phospholine iodine.
Katarak komplikata
2. Berdasarkan Usia
Katarak kongenital
Katarak juvenile
Katarak senile
1. Katarak kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah
lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Sewaktu dalam kandungan, terbentuknya
lensa adalah minggu ke lima sampai ke delapan usia kehamilan. Pada masa ini belum
terbentuk kapsul pelindung, sehingga virus bisa masuk ke dalam jaringan lensa.
Seluruh lensa buram, tampak abu-abu putih.
Mungkin herediter dengan atau tanpa penyakit mata atau penyakit sistemik
lain.
Infeksi teratogenik yang diderita ibu saat kehamilan seperti campak jerman,
cacar air, penyakit gondong, hepatitis dan poliomyelitis.
Katarak nuclear
Katarak zonular
Katarak pyramidal
2. Katarak Rubela
Rubella pada ibu dapat mengakibatkan katarak pada lensa fetus. Terdapat 2 bentuk
kekeruhan yaitu kekeruhan sentral dengan perifer jernih seperti mutiara dan
kekeruhan diluar nuclear yaitu korteks anterior dan posterior atau total.
Mekanisme terjadinya tidak jelas, akan tetapi diketahui bahwa rubella dapat dengan
mudah menular melalui barier plasenta. Virus ini dapat masuk atau terjepit di dalam
vesikel lensa dan bertahan di dalam lensa sampai 3 tahun
3. Katarak Juvenil
Jika kekeruhan ini menyatu akan berbentuk cincin di perifer yang disebut katarak
koronaria, apabila tipis dan kebiru-biruan disebut katarak serulea.
4. Katarak Senil
Secara klinik dikenal dalam 4 stadium yakni insipient, imatur, matur dan hiper
matur
5. Katarak Brunesen
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada nukleus
lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus dan myopia tinggi.
Sering tajam penglihatan lebih baik daripada dugaan sebelumnya dan biasanya ini
terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya
katarak kortikal posterior.
6. Katarak diabetes
- Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa
akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila
dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila
terjadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali
- Pasien diabetes juvenile dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak
serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk
piring subkapsular
- Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histologik dan
biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik.
D. Etiologi
2. Proses penuaan
3. Kelainan sistemik atau metabolik seperti diabetes mellitus, galaktosemi dan distrofi
miotonik.
7. Bermacam-macam penyakit mata seperti glaucoma, ablasi retina, uveitis dan retinitis
pigmentosa
8. Keracunan beberapa jenis obat seperti eserin 0.25 – 0.5%, kortikosteroid ergot,
antikolinesterase topical
E. Patofisiologi
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona central terdapat nucleus,
di perifer ada korteks dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang
menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein pada
lensa mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi coklat kekuningan. Di sekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas pada
kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal
salju pada jendela.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim tertentu mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi, jumlah enzim ini akan menurun dengan bertambahnya
usia.
Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam terbentuknya katarak antara
lain kerusakan oksidatif (dari proses radikal bebas), sinar ultraviolet dan malnutrisi.
F. Manifestasi Klinik
Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi secara
progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan bervariasi,
tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.
1. Penurunan visus
2. Silau
3. Perubahan miopik
4. Diplopia monocular
5. Halo bewarna
6. Bintik hitam di depan mata
3. Shadow test
4. Oftalmoskopi direk
G. Komplikasi
1. Glaukoma
Kelainan yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan intra okuler didalam bola mata,
sehingga lapang pandang mengalami gangguan dan visus mata menurun.
2. Kerusakan retina
Kerusakan retina ini terjadi terjadi setelah pascah bedah, akibat ada robekan pada
retina, cairan masuk ke belakang dan mendorong retina atau terjadi penimbunan
eksudat dibawah retina sehingga terangkat.
3. Infeksi
Ini bisa terjadi setelah pasca bedah karena kurangnya perawatan yang tidak edekuat.
H. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan visus dengan kartu snellen atau chart projector dengan koreksi terbaik
serta menggunakan pinhole
3. Tekanan intraocular (TIO) diukur dengan tonometer non contact, aplanasi atau
Schiotz
4. Jika TIO dalam batas normal (< 21 mmHg) dilakukan dilatasi pupil dengan tetes mata
Tropicanamide 0.5%. setelah pupil cukup lebar dilakukan pemeriksaan dengan slit
lamp untuk melihat serajat kekeruhan lensa apakah sesuai dengan visus pasien.
Derajat 1 : nukleus lunak, biasanya visus masih lebih baik dari 6/12, tampak
sedikit kekeruhan dengan warna agak keputihan. Refluks fundus masih mudah
diperoleh. Usia penderitanya biasanya kurang dari 50 tahun.
Derajat 2 : Nukleus dengan kekerasan ringan, biasanya visus antara 6/12 – 6/30,
tampak nucleus mulai sedikit berawarna kekuningan. Refleks fundus masih
mudah diperoleh dan paling sering memberikan gambaran seperti katarak
subkapsularis posterior.
Derajat 3 : nukleus dengan kekerasan medium, biasanya visus antara 6/30 – 3/60,
tampak nukleus berwarna kuning disertai kekeruhan korteks yang berwarna
keabu-abuan
Derajat 4: nukleus keras, biasanya visus antara 3/60 – 1/60, tampak nukleus
berwarna kuning kecoklatan. Reflex fundus sulit dinilai
Derajat 5 ; nukleus sangat keras, biasanya visus hanya 1/60 atau lebih jelek. Usia
penderita sudah di atas 65 tahun. Tampak nucleus berawarna kecoklatan bahkan
sampai kehitaman, katarak ini sangat keras dan disebut juga sebagai Brunescence
cataract atau black cataract.
6. Pemeriksaan penunjang : USG untuk menyingkirkan adanya kelainan lain pada mata
selain katarak
7. Pemeriksaan tambahan : biometri untuk mengukur power IOL jika pasien akan
dioperasi katarak dan retinometri untuk mengetahui prognosis tajam penglihatan
setelah operasi.
I. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan laser. Pembedahan
diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun
keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik dicapai
20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak paling sering dilakukan pada orang
berusia lebih dari 65 tahun. Dengan menggunakan anestesi lokal. Ada dua macam teknik
pembedahan untuk pengangkatan katarak :
1. Sebelum pembedahan :
2. Sesudah pembedahan :
- Hal yang dianjurkan : memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan,
memakai penutup mata seperti yang dinasehatkan, tidak melakukan pekerjaan berat,
tidak membungkuk terlalu dalam.
- Hal yang tidak boleh dilakukan : menggosok mata, bungkuk terlalu dalam, membaca
berlebihan dari biasanya, mengejan keras sewaktu buang air besar, berbaring ke sisi
mata yang baru dibedah dan menggosok gigi pada minggu pertama.
K. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat
b. Pengkajian umum
Usia.
Diagnosa keperawatan yang muncul selama periode peri operasi (pre, intra dan post
operasi) adalah :
Intervensi :
Rencana tindakan yang mungkin dapat diterapkan pada klien dengan katarak meliputi
:
Dx. 1
Intervensi :
- Letakan alat yang sering digunakan di dekat klien atau pada sisi mata yang
lebih sehat.
Dx. 2
Intervensi :
1. Jelaskan gambaran kejadian pre dan paska operasi, manfaat operasi, dan sikap yang
harus dilakukan klien selama masa operasi.
Dx. 3
Intervensi :
2. Tempatkan klien pada tempat tidur yang rendah dan ajurkan untuk membatasi
pergerakan mendadak atau tiba-tiba serta menggerakan kepala berlebih.
R/ Istirahat mutlak diberikan hanya beberapa menit hingga satu atau dua jam paska
operasi atau satu malam jika ada komplikasi.
- Batuk
5. Amati kondisi mata : luka menonjol, bilik mata depan menonjol, nyeri mendadak
setiap 6 jam pada awal operasi atau seperlunya.
R/ Berbagai kondisi seperti luka menonjol, bilik mata menonjol, nyeri mendadak,
hyperemia serta hipopion mungkin menunjukan cedera mata paska operasi.Apabila
pandangan melihat benda mengapung (floater) atau tempat gelap mungkin menujukan
ablasio retina.
Dx. 4
Kriteria hasil :
Intervensi :
R/ Normalnya nyeri terjadi dalam waktu kurang dari lima hari setelah operasi dan
berangsur menghilang. Nyeri dapat meningkat karena peningkatan TIO 2-3 hari
paska operasi.Nyeri mendadak menunjukan peningkatan TIO massif.
2. Anjurkan untuk melaporkan perkembangan nyeri setiap hari atau segera saat
terjadi peningkatan nyeri mendadak.
Dx. 5
Kriteria hasil :
Intervensi :
1. Terangkan pentingnya perawatan diri dan pembatasan aktivitas selama fase paska
operasi.
R/ Klien dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur pada 2-3 jam pertama paska
operasi atau 12 jam jika ada komplikasi. Selama fase ini, bantuan total diperlukan
bagi klien.
Kriteria hasil :
Intervensi :
- Tidak boleh membungkuk pada wastafel atau bak mandi, condongkan kepala
sedikit kebelakang saat mencuci rambut.
- Tidur dengan perisai atau pelindung mata logam pada malam hari,
mengenakan kacamata pada siang hari.
- Mengendarai kendaraan.
- Nyeri disertai mata merah, bengkak, atau keluar cairan : inflamasi dan
cairan dari mata.