Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID (AR)

A. Pengertian
Artritis Reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit yang tersebar luas serta
melibatkan semua kelompok ras dan etnik di dunia. Penyakit ini merupakan suatu
penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik yang
walaupun terutama mengenai jaringan persendian, seringkali juga melibatkan organ tubuh
lainnya Sebagian besar penderita menunjukkan gejala penyakit kronik yang hilang
timbul, yang jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan persendian dan
deformitas sendi yang progresif yang menyebabkan disabilitas bahkan kematian dini.
Walaupun faktor genetik, hormon sex, infeksi dan umur telah diketahui berpengaruh kuat
dalam menentukan pola morbiditas penyakit ini.hingga etiologi AR yang

sebenarnya tetap belum dapat diketahui dengan pasti

Klasifikasi Rheumatoid Arthritis :

a. Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu :

1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

b. Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium

yaitu :

1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi,
edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan
kekakuan.

2. Stadium destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan
sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.

3. Stadium deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
gangguan fungsi secara menetap.

B. Etiologi
Penyebab Artritis Reumatoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan beberapa
faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini.Hal ini
terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas utama
kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif.Pengemban HLA-DR4 memiliki
resiko relatif 4:1 untuk menderita penyakit ini.

Kecenderungan wanita untuk menderita AR dan sering dijumpainya remisi pada


wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan
hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini.Walaupun
demikian karena pemberian hormon estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan
perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa
faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit ini.

Sejak tahun 1930, infeksi telah diduga merupakan penyebab AR. Dugaan faktor
infeksi sebagai penyebab AR juga timbul karena umumnya onset penyakit ini terjadi
secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok.
Walaupun hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi suatu mikroorganisme dari
jaringan sinovial, hal ini tidak menyingkirkan kemungkinan bahwa terdapat suatu
komponen peptidoglikan atau endotoksin mikroorganisme yang dapat mencetuskan
terjadinya AR. Agen infeksius yang diduga merupakan penyebab AR antara lain adalah
bakteri, mikoplasma atau virus.
Heat shock protein (HSP) adalah sekelompok protein berukuran sedang (60 sampai
90 kDa) yang dibentuk oleh sel seluruh spesies sebagai respons terhadap stress.Walaupun
telah diketahui terdapat hubungan antara HSP dan sel T pada pasien AR, mekanisme ini
belum diketahui dengan jelas.

Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid
adalah;

• Jenis Kelamin.

Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki.

Perbandingannya adalah 2-3:1.

• Umur.

Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit ini
juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil)

• Riwayat Keluarga.

Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid maka
anda kemungkinan besar akan terkena juga.

• Merokok.

Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

C. Patofisiologi
Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag dan
syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF-α untuk
mensekresikan matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan bantuan
CD69 dan CD11 melalui pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon-γ dan
interleukin-17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF-α merupakan kunci terjadinya
inflamasi pada rheumatoid arthritis.

Arktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara langsung
dan ikatan dengan α1β2 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi
immunoglobulin meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi dari rhumetoid faktor ini
dalam proses patogenesis reumatoid artritis tidaklah diketahui secara pasti, tapi
kemungkinan besar reumatoid faktor mengaktiflkan berbagai komplemen melalui
pembentukan immun kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga mengekspresikan
osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini menyebabkan gangguan sendi. Aktifasi
makrofag, limfosit dan fibroblas juga menstimulasi angiogenesis sehingga terjadi
peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada synovial penderita reumatoid artritis.

Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama


terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam
sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan
tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena
serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas
otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti


vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial
menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini
granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke
tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan
pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila


kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.

Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya
masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil
individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus
dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).
D.Pathway

E. Tanda dan gejala


Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :

1. Nyeri persendian
2. Bengkak (Rheumatoid nodule)
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Berat badan menurun
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
12. Pasien tampak anemic
F. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di
bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.

c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.

d. Terjadi splenomegali.

Slenomegali merupakan pembesaran limfa, jika limfa membesar kemampuannya untuk


menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi
menangkap dan menyimpan selsel darah akan meningkat.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
2. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium

3. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi


tulang pada sendi
4. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:
buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen ( C3 dan C4 ).
5. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.

6. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi;
cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental
dibanding cairan sendi yang normal.
7. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poliarthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya
6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi periartikuler
pada foto rontgen
H. Penatalaksanaan
1. Medis

Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya : a. Termoterapi

b. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat

c. Pemberian Obat-obatan :

• Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan pada dosis yang
telah ditentukan.

• Obat-obat untuk Reumatoid Artitis : Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate


(Analgetik, Antipyretik, Anty Inflamatory).
2. Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak berhasil mencegah
dan memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan dapat mengembalikan fungsi dari sendi
anda yang telah rusak. Prosedur yang dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan
tendon, sinovektomi.

a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan


fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.

b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.

c. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.


d. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada persendian.

3. Keperawatan

1. Pendidikan: meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan prognosis


penyakit ini
2. IstirahaT : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat

3. Latihan :
pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini bertujuan untuk
mempertahankan fungsi sendi pasien.

Asuhan Keperawatan Artritis Reumatuid


A. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan

a. Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.

b. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien


mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.

2. Pemeriksaan Fisik

• Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit,
ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.

• Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial o Catat bila ada
deviasi (keterbatasan gerak sendi) o Catat bila ada krepitasi o Catat bila terjadi nyeri saat
sendi digerakkan

o Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral

 Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang

 Ukur kekuatan otot


 Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya

 Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

3. Riwayat Psiko Sosial

Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi
pad pasien yang mengalami deformitas pada sendisendi karean ia merasakan adanya
kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah.
Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi


cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
penurunan, kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Sylvia Price. Pathofisiologi: Konsep Klinis proses-proses penyakit edisi 6 volume II.
ECG. Jakarta : 2006

Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

Mansjoer, arif. Dkk.2009, kapita selekta kedokteran . Jakarta. Media aesculapius

Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby

Mc.Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC). America :


Mosby
DATA FOKUS

Nama Pasien : Ny. S Dx.Medik : Astritis


Umur : 71 tahun Ruangan : Sakura
Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 28-02-2022

DATA OBJEKTIF DATA SUBJEKTIF


- klien nampak kelelahan - Klien mengatakan sulit tidur
- terdapat mata panda - Klien mengatakan takut saat
- TTV malam
TD : 130/90 - Klien mengeluh istirahat tidak
N : 95 cukup setiap hari
P : 20
S : 36.5

ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. S Dx.Medik : Astritis


Umur : 71 tahun Ruangan : Sakura
Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 28-02-2022

No DATA MASALAH KEPERAWATAN


.
S: Gangguan pola tidur berhubungan
- klien nampak kelelahan dengan kurang kontrol tidur
- terdapat mata panda
- TTV
TD : 130/90
N : 95
P : 20
S : 36.5
O:
- Klien mengatakan sulit tidur
- Klien mengatakan takut saat
malam
- Klien mengeluh istirahat tidak
cukup setiap hari

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S Dx.Medik : Astritis


Umur : 71 tahun Ruangan : Sakura
Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 28-02-2022

No. DIAGNOSA KEPERAWATAN TGL DITEMUKAN TGL TERATASI


Gangguan pola tidur berhubungan
dengan kurang kontrol tidur
DS :
- klien nampak kelelahan
- terdapat mata panda
- TTV
TD : 130/90
N : 95
P : 20
S : 36.5
DO :
- Klien mengatakan sulit tidur
- Klien mengatakan takut saat
malam
- Klien mengeluh istirahat tidak
cukup setiap hari
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S Dx.Medik : Astritis


Umur : 71 tahun Ruangan : Sakura
Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 28-02-2022
NO DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN
TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
HASIL

I Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Dukungan Pola Tidur


berhubungan dengan intervensi 2 x 24 jam maka Observasi
:
kurang kontrol tidur
- Keluhan - Identifikasi pola
DS : aktivitas dan tidur
sulit tidur menurun
- klien nampak - Identifikasi faktor
- Keluhan
kelelahan tidak puas tidur pengganggu tidur
menurun - Identifikasi obat
- terdapat mata panda
- Keluhan tidur
- TTV
istirahat tidak Terapeutik
TD : 130/90 cukup menurun
N : 95 - Fasilitas
menghilangkan stress
P : 20
sebelum tidur
S : 36.5 - Lakukan prosedur
DO : untuk meningkatkan
kenyamanan
- Klien mengatakan
sulit tidur Edukasi
- Klien mengatakan - Anjurkan menepati
takut saat malam kebiasaan tidur
- Ajarkan releksasi
- Klien mengeluh
otot
istirahat tidak cukup setiap
hari
IMPLEMENTASI

Nama Pasien : Ny. S Dx.Medik : Astritis


Umur : 71 tahun Ruangan : Sakura
Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 01-03-2022

No
Implementasi Evaluasi
Dx Jam

10.00 Observasi 02-02-2022

- Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur S : Klien mengatakan susah


- Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur tidur
- Mengidentifikasi obat tidur
O : Klien nampak lemah
Terapeutik
A : Masalah belum teratasi
- Memfasilitas menghilangkan stress
sebelum tidur P : Intervensi dilanjutkan
- Melakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan

Edukasi

- Menganjurkan menepati kebiasaan tidur


- Mengajarkan releksasi otot

IMPLEMENTASI

Nama Pasien : Ny. S Dx.Medik : Astritis


Umur : 71 tahun Ruangan : Sakura
Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 01-03-2022

No
Implementasi Evaluasi
Dx Jam

Observasi 03-02-2022

- Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur S : Klien mengatakan masih


- Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur sulit tidur
- Mengidentifikasi obat tidur
O : KU Baik
Terapeutik
A : Masalah belum teratasi
- Memfasilitas menghilangkan stress
sebelum tidur P : Lanjutkan intervensi
- Melakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan

Edukasi

- Menganjurkan menepati kebiasaan tidur

Mengajarkan releksasi otot

Anda mungkin juga menyukai