Disusun Oleh :
Christiani Vemylia S. ( 2021.03.001)
Nopita Aryanti (2021.03.004)
SURABAYA
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
2.1 Pathway
Hasil penilaian :
Klasik, bila terdapat tujuh kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama
enam minggu.
Definitif, bila terdapat lima kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya
selama
enam minggu.
Kemungkinan rheumatoid, bila terdapat tiga kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama empat Minggu.
F. Pemeriksaan Penunjang
Studi laboratorium
Tidak ada tes patognomonik tersedia untuk mengonfirmasi diagnosis AR,
melainkan diagnosis dibuat menggunakan klinis, laboratorium dan fitur
imaging.
1) Tanda peradangan, seperti LED dan CRP, berhubungan dengan aktivitas
penyakit. selain itu, nilai CRP dari waktu ke waktu berkorelasi dengan
kemajuan radiografi.
2) Parameter hematologi termasuk jumlah CBC dan analisis cairan sinovia.
(1)Profil sel darah lengkap: anemia, trombositosis, trombositopenia,
leukositosis dan leukopenia.
(2)Analisis cairan sinovia: inflamasi cairan sinovial, dan dominasi neutrofil
(60-80%).
(3)WBC count (>2000/uL) hadir dengan sejumlah WBC umumnya dari
5.000-50.000/uL
(4)Parameter imunologi: faktor rheumatoid hadir pada sekitar 60-80% pasien
dengan AR.
2.1.6.2 Studi imaging
1) Radiografi: perhatikan bahwa erosi mungkin ada pada kaki, bahkan tanpa
adanya rasa sakit dan tidak adanya erosi di tangan.
2) MRI: modalitas ini digunakan terutama pada pasien dengan kelainan tulang
belakang leher; pengenalan awal erosi berdasarkan Citra MRI telah cukup
divalidasi.
3) Ultrasonografi: modalitas ini memungkinkan pengakuan evolusi pada
sendi yang tidak mudah diakses (misalnya sendi pinggul dan sendi bahu
pada pasien obesitas) dan kista (kista baker).
4) Bone scanning: temuan dapat membantu membedakan inflamasi dari
perubahan yang bisa menyebabkan peradangan pada pasien dengan
minimal pembengkakan.
5) Densitometri: temuan yang berguna untuk membantu mendiagnosis
perubahan dalam kepadatan mineral tulang mengindikasikan
osteoporosis.
2.1.6.3 Pengujian lain
HLA-DR4 (shared apitop) dapat merupakan penanda yang dapat
membantu membedakan artritis di awal.
2.1.6.4 Prosedur
Bersama aspirasi, artroskopi diagnostik (histologi) dan biopsi
(misalnya, kulit, saraf, lemak, rektum, ginjal) dapat dipertimbangkan jika
vaskulitis atau amiloidosis ditemukan.
G. Penatalaksanaan
Perawatan yang optimal pasien dengan arthritis rheumatoid membutuhkan
pendekatan yang terpadu dalam terapi farmakologis dan non farmakologis.
2.1.7.1 Non farmakologis
1) Pendidikan kesehatan penting dalam membantu pasien untuk memahami
penyakit mereka dan belajar bagaimana cara mengatasi konsekuensinya.
2) Fisioterapi dan terapi fisik dimulai untuk membantu meningkatkan dan
mempertahankan berbagai gerakan, meningkatkan kekuatan otot, serta
mengurangi rasa sakit.
3) Terapi okupasi dimulai untuk membantu pasien untuk menggunakan
sendi dan tendon efisien tanpa menekankan struktur ini, membantu
mengurangi ketegangan pada sendi dengan splints dirancang khusus,
serta menghadapi kehidupan sehari-hari melalui adaptasi kepada pasien
dengan lingkungan dan penggunaan alat bantu yang berbeda.
4) Tindakan ortopedi meliputi tindakan bedah rekonstruksi.
2.1.7.2 Farmakologis
1) DMARD's merupakan ukuran yang paling penting dalam pengobatan
sukses AR. DMARD's dapat memperlambat atau mencegah
perkembangan kerusakan dan hilangnya fungsi sendi. Terapi DMARD
yang sukses dapat menghilangkan kebutuhan untuk obat antiinflamasi
atau analgesik lainnya. Agen Xenobiotic DMARD's, meliputi: garam
emas (misalnya, aurotiomalat, auranofit, lainnya); D-penisilamin;
klorokuin dan hidroksklorokuin; sulfasalazin (SSZ), metrotreksat
(MTX); azatioprina; dan siklosporin A.
2) Glukokortikoid adalah obat antiinflamasi manjur dan biasanya
digunakan pada pasien dengan AR untuk menjembatani waktu sampai
DMARD's efektif. Dosis prednison 10 mg per hari biasanya digunakan,
namun beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi.
pengurangan dosis tepat waktu dan penghentian obat merupakan hal
penting terkait dengan efek samping penggunaan steroid jangka Panjang.
A. Pengkajian
Menurut Pricilla, 2016 Pangkajian keperawatan pada pasien Artritis Reumatoid
sebagai berikut:
1. Identitas Klien
Jenis kelamin: Penelitian dari Mayo Clinic yang dilakukan di
Amerika Serikat menunjukkan antara 1995-2005, wanita penderita Artritis
Reumatoid mencapai 54.000 -100.000 orang, sedangkan pria hanya 29.000
dari 100.000 orang (Situmorang, 2017).
Umur : seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan memiliki resiko tinggi untuk menderita RA (Depkes 2013).
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : pengkajian kesehatan untuk menentukan masalah
dengan struktur atau fungsi muskuloskeletal dapat dilakukan selama
skrining kesehatan, dapat fokus pada keluhan utama seperti pada nyeri
sendi atau dapat menjadi bagian pengkajian kegiatan total. Jika pasien
memiliki masalah dengan struktur atau fungsi muskuloskeletal analisa
dan tanya,karakteristik, rangkaian, keparahan, faktor yang memprediksi
titrasi dan meredakan, dan semua gejala terkait, catat waktu dan kejadian.
Riwayat Kesehatan Keluarga : Menurut (Mansjoer, 2011) Genetik
merupakan faktor keturunan yang terdapat (HLA) atau antigen limfosit
manusia yang tinggi. (HLA) terdapat rematik yang menunjukan adanya
hubungan aloagen sel B yang lebih dikenal anti bodi monoklonal dengan
status rematik atau rentan terkena rematik yang dapat dipengaruhi oleh
faktor keturunan atau genetik.
4. Kebersihan Diri
Penyebab salah satunya yang sering terjadi rematik inilah alasan
mengapa mandi malam dilarang tetapi semata-mata bukan karena mandi
malam. Karena air dan udara yang dingin memicu pengaruh terhadap
kapsul sendi sehingga membuat persendian semakin nyeri. Itulah
alasannya sehingga malam tidak di anjurkan mandi air dingin tetapi yang
dianjurkan adalah air hangat (Syam S, 2012).
6. Pengkajian Musculoskeletal
Pengkajian keperawatan sistem muskuloskeletal dapat dilakukan
sebagai bagian pengkajian total atau sendiri untuk pasien yang diketahui
atau dicurigai mengalami makalah teknik yang digunakan untuk mengkaji
sistem muskuloskeletal adalah inspeksi palpasi dan pengukuran massa
otot
dan rentang gerak sendi (ROM). Sebelum pengkajian, kumpulkan semua
peralatan dan jelaskan teknik untuk menurunkan ansietas pasien:
Kaji sendi untuk pembengkakan, nyeri, kemerahan, hangat, crepitus, dan
ROM. Hanya kaji ROM pada setiap sendi jika pasien memiliki masalah
muskuloskeletal; akan tetapi, mengkaji satu sendi atau lebih merupakan
bagian umum asuhan keperawatan.
Berikut ini pengkajian pada pasien artritis rheumatoid:
1) Pengkajian gaya berjalan dan postur tubuh
Inspeksi postur tubuh dan gaya berjalan. Postur tubuh harus tegak; gaya
berjalan harus halus dan mantap
2) Pengkajian sendi
Inspeksi sendi mengenai adanya deformitas, pembengkakan, dan
kemerahan.
7. Analisa Data
Analisa data merupakan kemampuan konitif dalam pengembangan gaya
berfikir dan penalaran yang dipergaruhi oleh latar belakang ilmu dan
pengetahuan,pengalaman, dan pengertian keperawatan. Analisa data
adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berfikir rasional
sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan. Dalam melakukan
Analisa data, diperlukan kemampuan mengaitkan data dan
menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang
relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
Kesehatan dan keperawatan klien.
I. Intervensi Keperawatan
Perawatankenyamanan
Observasi
1. Identifikasi gejala
yangtidak menyenangkan
(mis. Mual,nyeri,gatal,
sesak)
2.Identifikasi
pemahamantentang
kondisi, situasi dan
perasaannya
3. Identifikasi masalah
emosional dan spiritual
Terapeutik
1. Berikan posisi yang
nyaman
2.Berikankompres dingin
atau hangat
3.Ciptakan lingkungan
yang nyaman
4. Berikan pemijatan
5.Berikanterapi akupresur
6.Berikanterapi hypnosis
7. Dukungan keluarga dan
pengasuh terlibat dalam
terapi atau
pengobatan
8.Diskusikan mengenai
situasi dan pilihan terapi
atau
pengobatan yang
diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan mengenai
kondisi dan pilihan terapi
atau
pengobatan
2. Ajarkan terapi relaksasi
3. Ajarkan latihan
pernafasan
4. Ajarkan teknik distraksi
dan imajinasi terbimbing
Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian
analgesik,
antipruritus,antihistamin,
jika perlu
Terapi relaksasi
Observasi
1.Identifikasi
penurunantingkat
nyeri,ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau
gejala lain yang
mengganggu
kemampuan kognitif
2. Identifikasi teknik
relaksasi yang pernah
efektif digunakan
3.Identifikasi
kesediaan,kemampuan,
dan penggunaan teknik
sebelumnya
4. Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
tekanan darah dan
suhu sebelum dan sesudah
Latihan
5. Monitor respons
terhadapterapirelaksasi
Terapeutik
1.Menciptakan
lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan
2. Berikan informasi
tertulistentang persiapan
dan prosedur
teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian
longgar
4. Gunakan nada suara
lembut dengan irama lambat dan
berirama
5.Menggunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi
1. jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang
tersedia (,mis. Musik,
meditasi, nafas dalam,
relaksasi otot
progresif)
2. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
3.Anjurkan mengambil
posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
5.Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
6. Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
(mis. Napas dalam,
peregangan,
atauimajinasi
terbimbing).
2. Gangguan Mobilitas fisik
Mobilitas Fisik Dukungan ambulasi
b.d gangguan Setelah dilakukan
musculoskeletal intervensi selama Observasi
48jam,maka tingkat - Identifikasi adanya nyeri atau
mobilitas fisik keluhan fisik lainnya
meningkat dengan - Identifikasi toleransi fisik
kriteria hasil: melakukan ambulasi
1.Pergerakan - monitor frekuensi jantung dan
ekstremitameningkat tekanan darah sebelum
2.Kekuatanotot memulai ambulasi
meningkat - Monitor kondisi umum selama
3.Rentanggerak melakukan ambulasi
(ROM) meningkat Terapeutik
4. nyeri menurun
5.kecemasan - Fasilitasi aktivitas ambulasi
menurun dengan alat bantu (mis.
6.Kakusendi tongkat, kruk)
menurun - Fasilitasi melakukan mobilisasi
7.Gerakantidak fisik, jika perlu
terkoordinasi - Libatkan keluarga untuk
menurun membantu pasien dalam
8. Gerakan terbatas meningkatkan ambulasi
menurun Edukasi
9. kelemahan fisik - Jelaskan tujuan dan prosedur
menurun ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi
dini
- ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
Dukungan mobilisasi
Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan
tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi
- Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
Terapeutik
- fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu (misal
pagar tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (misal
duduk di tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
3. Defisit Tingkat pengetahuan Edukasi Kesehatan
Pengetahuan Setelah dilakukan Observasi
tentang artritis intervensi selama 12 - identifikasi kesiapan dan
rheumatoid b.d jam, maka tingkat kemampuan menerimainformasi
Kurangterpapar pengetahuanmembai - identifikasi faktor-faktor yang
informasi k dapat meningkatkan dan
dengan kriteria hasil: menurunkan motivasi perilaku
1. Perilaku sesuai hidup bersih dan sehat
anjuran meningkat Terapeutik
2.Pertanyaan tentang - Sediakan materi dan media
masalahyang pendidikan kesehatan
dihadapi menurun - Jadwalkan pendidikan
3. Persepsi yang kesehatan sesuai kesepakatan
keliruterhadap - Berikan kesempatan untuk
masalahmenurun bertanya
4.Menjalani perilaku Edukasi
yang tidak tepat - Jelaskan faktor resiko yang
menurun dapat mempengaruhikesehatan
5. perilaku membaik - Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
5. Implementasi Keperawatan
Menurut Mubarak (2012), tahapan dimana perawat mendapatkan kesempatan
untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan kearah
perilaku hidup sehat.
Pelaksana adalah inisiatif dari rencana tindakan yang spesifik untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam,2014).
6. Evaluasi Keperawatan
Sesuai dengan rencana tindakan yang diberikan, tahap penilaian yang
dilakukan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak belum berhasil maka
perlu disusun rencana baru yang sesuai (Mubarak,2012).
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan
Rheumatoid Arthritis adalah :
II.4.6.1 Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit
Rematik.
II.4.6.2 Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat
anggota keluarga dengan penyakit Rematik.
II.4.6.3 Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap
anggota keluarga yang menderita Rematik.
II.4.6.4 Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat
menunjang penyembuhan dan pencegah
DAFTAR PUSTAKA
Helmi, Zairin Noor, 2014, Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta :
SalembaMedika.
Iqbal Mubarak, Wahit. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan Aplikasi
dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Junaidi, I, 2013, Rematik Dan Asam Urat. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.
Lahemma, A. 2019. Pengaruh Terapi Back Massage terhadap Penurunan
Tingkat Nyeri Pada Penderita Rheumatoid Arthritis, 1–7
LeMone, Pricilla DKK, 2016, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
gangguan musculoskeletal. Jakarta : EGC.
Lukman dan Nurma.2012. asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Musculoskeletal. Jakarta : Salemba Medika.
PPNI, 2016, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indicator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI, 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindikan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI, 2018, Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.