Anda di halaman 1dari 25

1

BAB. 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat berlangsung
selama bertahun tahun, pasien mungkin mengalami waktu yang lama tanpa
gejala.Rheumatoid arthritis merupakan penyakit progresif biasanya memiliki potensi
untuk menyebabkan kerusakan sendi dan kecacatan fungsional. Penyakit ini telah lama
dikenal dan tersebar luas di seluruh dunia serta melibatkan ras dan kelompok etnik.
Rheumatoid artritis lebih sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan
wanita dan pria sebesar 3:1 (Reeves, Roux & Lockhart, 2001).Timbulnya kejadian
rheumatoid arthritis sampai sekarang belum sepenuhya diketahui. Meskipun agen infeksi
seperti virus, bakteri, dan jamur telah lama dicurigai, tak satu pun telah terbukti sebagai
penyebabnya. Penyebab rheumatoid arthritis merupakan masalah yang sangat aktif diteliti
diseluruh dunia. Hal ini diyakini bahwa kecenderungan untuk terkena penyakit
rheumatoid arthritis dapat diwariskan secara genetik, hal ini juga diduga infeksi tertentu
atau lingkungan yang mungkin memicu pengaktifan sistem kekebalan tubuh pada
individu yang rentan (Shiel, 2010).
Hal yang terburuk pada penderita rheumatoid arthritis adalah pengaruh negatifnya
terhadap kualitas kehidupan. Bahkan kasus rheumatoid arthritis yang tidak begitu parah
pun dapat menghilangkan kemampuan seseorang untuk produktif dan fungsional
seutuhnya. Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan tidak mampu melakukan aktivitas
sehari - hari seutuhnya (Gordon, 2002).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik melakukan penelitian untuk
mengetahui pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis.

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi pola aktivitas
sehari-hari pasien rheumatoid arthritis.
2

D. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memperoleh gambaran pola aktivitas pasien
rheumatoid arthritis dan sebagai sumber informasi yang dapat membantu perawat dalam
meningkatkan pelayanan keperawatan yang berhubungan dengan rheumatoid arthritis.
3

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Artritis Reumatoid


Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi,
kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi,
sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,
nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon,
2002).Engram (1998) mengatakan bahwa, Reumatoid arthritis adalah penyakit jaringan
penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial
dari sendi diartroidial.
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.
( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165).

B. Klasifikasi Artritis Reumatoid


Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Reumatoid arthritis klasik
pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Reumatoid arthritis defisit
pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable Reumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible Reumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
4

C. Etiologi Artritis Reumatoid


Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody ) seperti interaksi antara IGC dan faktor
Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan
infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis
reumatoid adalah;
1. Jenis Kelamin: Perempuan lebih mudah terkena AR dari pada laki-laki.
Perbandingannya adalah 2-3:1.
2. Umur: Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun
penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid
juvenil)
3. Riwayat Keluarga: Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit
artritis reumatoid maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.
4. Merokok : Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

D. Patofisiologi Artritis Reumatoid


Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama
terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam
sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan
tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena
serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas
otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial
menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini
5

granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke
tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan
pada nutrisi kartilago artikuer, dan menyebabkan kartilago menjadi nekrosis. 
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya
masa serangan dan tidak adanya serangan.Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.Namun pada sebagian kecil
individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus
dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).

E. Tanda Dan Gejala Artritis Reumatoid


Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
1. Nyeri persendian
2. Bengkak (Reumatoid nodule)
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Berat badan menurun
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
12. Pasien tampak anemik
13. Gerakan menjadi terbatas
14. Adanya nyeri tekan
15. Deformitas bertambah pembengkakan
16. Kelemahan
17. Depresi
6

18. Pada jantung : Reumatoid heard diseasure,  Valvula lesion (gangguan katub),
Pericarditis, Myocarditis
19. Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis
20. Pada lympa : Lhymphadenopathy
21. Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
22. Pada otot : Mycsitis

Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis
reumatoid.Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan
oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan
demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan,
namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi
diartrodial dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada
osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu
kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat
pada radiogram.
5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,
deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang
sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput
metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga
dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam
melakukan gerak ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang paling sering dari
deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan
ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada
7

tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk


suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ lain
di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah
dapat rusak.

Gejala umum Reumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada tingkat
peradangan jaringan.Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif.Ketika jaringan
berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif.Remisi dapat terjadi secara spontan atau
dengan pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau tahun.Selama
remisi, gejala penyakit hilang dan orang-orang pada umumnya merasa sehat ketika
penyakit ini aktif lagi (kambuh) ataupun gejala kembali (Reeves, Roux & Lockhart,
2001).
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan.Otot
dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari.Disamping itu juga manifestasi
klinis Reumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta
beratnya penyakit.Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi
merupakan gambaran klinis yang klasik untuk Reumatoid arthritis (Smeltzer & Bare,
2002). Gejala sistemik dari Reumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu,
takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996).
Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada persendian
kecil di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai persendian, lutut, bahu,
pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular.Awitan
biasanya akut, bilateral dan simetris.Persendian dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada
pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit. Deformitas tangan dan kaki adalah hal
yang umum.

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :


1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi,
edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan
kekakuan.
8

2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
gangguan fungsi secara menetap.

Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada penyakit yang dini
sebelum terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi yang akut pada
sendi-sendi tersebut.Persendian yang teraba panas, membengkak, tidak mudah digerakkan
dan pasien cendrung menjaga atau melinddungi sendi tersebut dengan
imobilisasi.Imobilisasi dalam waktu yang lama dapat menimbulkan kontraktur sehingga
terjadi deformitas jaringan lunak.Deformitas dapat disebabkan oleh ketidaksejajajran
sendi yang terjadi ketika sebuah tulang tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan
rongga sendi (Smeltzer & Bare, 2002).
Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada
lanjut usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari, bermula sakit
dan kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-
jari, mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat, terjadi
kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat menyebabkan demam,
dapat terjadi berulang

F. Komplikasi Artritis Reumatoid


1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di
bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.
5. Terjadi splenomegali.
6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa, jika limfa membesar kemampuannya
untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
9

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik
yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS)
atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs,
DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis
reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan
mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

G. Kriteria Diagnostik Artritis Reumatoid


Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid, Revisi 1987.

No Kriteria Definisi
1 Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan
disekitarnya, sekurangnya selama 1 jam sebelum
perbaikan maksimal
2 Artritis pada 3  daerah Pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau
lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang) pada sekurang-
kurangnya 3 sendi secara bersamaan yang diobservasi
oleh seorang dokter. Dalam kriteria ini terdapat 14
persendian yang memenuhi kriteria yaitu PIP, MCP,
pergelangan tangan, siku pergelangan kaki dan MTP
kiri dan kanan.
3 Artritis pada       Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu
persendian tangan persendian tangan seperti yang tertera diatas.
4 Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang tertera pada
kriteria 2 pada kedua belah sisi, keterlibatan PIP, MCP
atau MTP bilateral dapat diterima walaupun tidak
mutlak bersifat simetris.
5 Nodul Reumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan
ekstensor atau daerah juksta-artrikular yang diobservasi
oleh seorang dokter.
10

6 Faktor Reumatoid serum Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum


yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil
positif kurang dari 5% kelompok kontrol yang
diperiksa.
7 Perubahan gambaran Perubahan gambaran radiologis yang radiologis khas
bagi arthritis reumotoid pada periksaan sinar X tangan
posteroanterior atau pergelangan tangan yang harus
menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang
yang berlokalisasi pada sendi atau daerah yang
berdekatan dengan sendi (perubahan akibat osteoartritis
saja tidak memenuhi persyaratan).

Untuk keperluan klasifikasi, seseorang dikatakan menderita artritis reumatoid jika


ia sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4 harus
terdapat minimal selama 6 minggu. Pasien dengan dua diagnosis tidak dieksklusikan.
Pembagian diagnosis sebagai artritis reumatoid klasik, definit, probable atau possible
tidak perlu dibuat.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG ARTRITIS REUMATOID


1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen (C3 dan C4).
11

6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan


panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang
kental dibanding cairan sendi yang normal.

Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-
kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-
artikuler pada foto rontgen.
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan
diagnosis Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi yang ditemukan
pada saat palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium.Pemeriksaaan laboratorium
menunjukkan peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang positif sekitar
70%; pada awal penyakit faktor ini negatif.Jumlah sel darah merah dan komplemen C4
menurun.Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan antibody antinukleus (ANA) dapat
menunjukan hasil yang positif. Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang
keruh, berwarna mirip susu atau kuning gelap dan mengandung banyak sel inflamasi,
seperti leukosit dan komplemen (Smeltzer & Bare, 2002). Pemeriksaan sinar-X dilakukan
untuk membantu penegakan diagnosis dan memantau perjalanan penyakitnya. Foto
rongen akan memperlihatkan erosi tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi yang
terjadi dalam perjalanan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

I. Penatalaksanaan Artritis Reumatoid


Tujuan utama terapi adalah:
1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
2. memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
3. Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana
pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1. Istirahat
2. Latihan fisik
3. Panas
12

4. Pengobatan
a. Aspirin (anti nyeri) dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang
diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b. Natrium kolin dan asetamenofen  meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap
terapi obat
c. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari
mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan
kebutuhan steroid yang diperlukan.
d. Garam emas
e. Kortikosteroid

5.Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebih


Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi,
pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi.
Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:
a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan
fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.
b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
d. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada
persendian.
Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan
penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara pasien
dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa
hubungan yang baik akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap
berobat dalam suatu jangka waktu yang lama (Mansjoer, dkk. 2001).
Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik.
Kalau diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan
efek anti inflamasi maupun analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk
menggunakan obat menurut resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah
bisa dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat mencapai
tingkat yang optimal (Smeltzer & Bare, 2002).
13

Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid arthritis


menuju pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang lebih
dini.Kesempatan bagi pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan penyakit
terdapat dalam dua tahun pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari,
sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari.Dengan air hangat
pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa
mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara
berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu
seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut.
Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega
3.Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian
agar tetap lentur.
14

BAB. III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitass Umum Klien
Nama : Tn. “A “
Umur : 65 tahun
Suku : Sasak
Alamat : Dusun Bangle desa Dasan Baru Kecamatan Kediri
Keadaan umum :
- kesadaran composmentis
- pasien tampak kuat
Tanda-tanda vital, TB dan BB :
S :36,70C N : 88x/mnt TD :130/90mmHg
RR : 18x/mnt HR 88x/mnt
TB :163cm BB :53 kg

Body Systems:
1. Pernapasan (B1: Breathing)
B1 (Breathing).Klien artritis reumatoid tidak menunjukkan kelainan sistem
pernapasan pada saat inspeksi. Palpasi toraks menunjukkan taktil fremitus
seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi,tidak ada suara napas tambahan
Inspeksi : hidung simetris, tidak terdapat secret, tidak terpasang O2
nasal, tidak ada pernafasan cuping hidung, bentuk dada simetris
RR : 18x/mnt
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan odema
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesicular,tidak ada suara nafas tambahan
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

2. Cardiovaskuler (B2: Bleeding)


Inspeksi : Tidak ada ictus cordis
Perkusi : lup-dup
Palpasi : tidak ada nyeri tekan atau odema
Auskultasi : s1 s2 tunggal
N:86 x/Menit CRT : ˂ 2 detik
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
15

3. Persyarafan (B3: Brain)


Kesadaran biasanya kompos mentis.Pada kasus yang lebih parah, klien
dapat mengeluh pusing dan gelisah.

Glasgow Coma Scale (GCS):


E : 4V : 5 M : 6 Nilai total : 15.
a. Kepala dan wajah :
 Mata : simetris
 Sklera : putih
 Conjungctiva : merah muda
 Pupil : isokor
 Persepsi sensori:
 Pendengaran : Telinga kanan dan kiri normal
 Penciuman : Hidung kanan dan kiri normal
 Fungsi Pendengaran : Kiri dann kanan normal
 Pengecapan : manis : ya asin : ya pahit : ya
 Penglihatan : Mata kanan dan kiri dapat melihat dengan baik
 Perabaan : panas : ya dingin : ya tekan : ya
 Mulut dan faring: Tidak ada pembesaran tonsil,gusi tidak
terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
b. Status mental : penampilan dan tingkah laku klien biasanya tidak
mengalami perubahan
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder)


Produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada
sistem perkemihan.
Produksi urine : 1500ml Frekuensi : 3 x/hari
Warna : kuning jernih Bau : khas
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)
Umumnya klien artritis reumatoid tidak mengalami gangguan eliminasi.
Meskipun demikian, perlu dikaji frekuensi, konsitensi, warna serta bau
16

feses. Frekuensi berkemih, kepekatan urin, warna, bau, dan jumlah urin
juga harus dikaji.

Mulut dan tenggorokan :


 Warna Lidah : Merah
 Lesi : tidak ada lesi, tidak ada stomatitis
 Masa : tidak ada masa
 Gangguan Bicara : tidak ada gangguan
Abdomen : tidak ada nyeri tekan, bentuknya simetris
Rectum : tidak dikaji
BAB : 1 x/ hari Konsistensi : lembek
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)


a. Look :
Didapatkan adanya pembengkakan yang tidak biasa (abnormal ),
deformitas pada daerah sendi, pergelangan kaki, dan sendi besar lutut.
Tidak tampak topus / nodul sub cutisl.
b. Feel :
Nyeri tekan pada sendi yang sakit.
Ada gangguan mekanis dan fungsional pada sendi dengan manifestasi
nyeri bila menggerakan sendi yang sakit.
Kemampuan pergerakan sendi terbatas :
 P : nyeri timbul secara tiba-tiba, terutama nyeri bila bila salah
dalam pergerakan
 Q : Nyeri tersa berdenyut
 R : Nyeri sendi pada sendi lutut da pergelangan kaki
 S : 3 ( ringan )
 T : Nyeri timbul paling sering ketika baru bangun tidur pagi dan
setelah lama duduk.
c. T : Extremitas :
Atas : tidak terdapar nyeri sendi
Bawah : tidak tampak kemeraha pada sendi
17

Kulit :
 Warna kulit : kemerahan
 Turgor : baik

Genogrram :

Keterangan :

: Perempuan/laki-laki meninggal

: Perempuan/laki-laki hidup

: Hubungan perkawinan

----------------- : Tinggal serumah

: pasien

Masalah keperawatantan : gangguan rasa nyaman nyeri


18

B. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 DS proses penuaan Nyeri
kelayan mengatakan nyeri pada bagian
lutut dan terasa panas pada malam hari.
Perubahan fungsi
Kelayan mengatakan nyeri terasa saat
sendi
akan bangun dari duduk
P:
perubahan fungsi sendi, kurang Deformitas sendi
mobilisasi dan melatih gerakan
Q:
Hipertrofi
Nyeri terasa seperti silu-siluterasa
kaku dan terasa panas pada malam
hari.
Kekakuan sendi
R:
Nyeri terjadi pada bagian lutut
terutama lutut kanan
Nyeri
S:
skala nyeri 3(0-10) (nyeri ringan).
T:
terjadi pada saat akan bangun dari
duduk dan menjelang tidur,kelamaan
tidur, tidak bergerak.
DO:
kelayan tampak meringis pada
waktu duduk, kelayan tampak tidak
seimbang pada waktu berjalan karena
nyeri
19

2 DS: Proses penuaan Resiko


- Kelayan mengatakan tidak pernah gangguan
berolah raga karena hambatan gerak Perubahan mobilitas
komponen sendi
- kelayan mengatakan tidak bisa fisik
melakukan gerakan bila duduk terlalu
lama.
Perubahan fungsi
sendi
DO:
- kelayan tampak lambat pada waktu
Kekakuan sendi
berjalan
dan
- kelayan tampak mengalami kesulitan Kelemahan otot
dalam bergerak
- kaki kelayan tampak kaku saat mau
menekuk lutut kanan. Resiko gangguan
mobilitas fisik
- kekuatan otot
55
45

3 DS: Informasi kurang Kurang


- Kelayan mengatakan tidakmengetahui pengetahuan
penyakitnya Kurang
- Klien juga mengatakan tidak pernah pengetahuan
mengobati nyeri sendinya

DO:
- Kelayan tampak bingung atas
penjelasan petugas
- Kelayan banyak bertanya tentang
penyakitnya
20

2. Rumusan Masalah
a. Nyeri kronis, berhubungan dengan destruksi sendi ditandai dengan :
DS :
P:
Kelayan mengatakan sakit lutut akan kambuh bila beraktivitas berlebihan, jika
beristirahat rasa sakit akan berkurang.
Q.
Kelayan mengatakan sakit seperti terasa ngilu, panas, dengan frekuensi sering.
R: Kelayan mengatakan nyeri terasa di lutut.
S: skala nyeri 3 (ringan) (0-10)
T: kelayan mengatakan nyeri kambuh pada saat bangun dari duduk

DO :

Kelayan tampak meringissaat di pegang lututnya dan saat akan bangun dari
duduk,lutut kanan tampak kaku
Skala nyeri 3 (0-10) nyeri ringan
Kelayan memegang bagian lutut
K/U : Baik
TTV :
 N : 84x/ menit
 RR :20x/ menit
 TD:130/90mmHg
b. Resiko gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri kronis dan kelemahan otot
ditandai dengan :
DS.
Kelayan mengatakan kaki kanan bagian lutut terasa kaku dan tidak stabil dalam
berjalan bila sakitnya kambuh.
DO :

Klayan tampak lambat pada waktu berjalan


Kekuatan otot 55
45
21

Kaki kanan tampak kaku dan tampak sering dipegangi klayan.


K/U : Baik
TTV :
1. N : 84x/ menit
2. RR :20x/ menit
3. TD : 130/90 mmHg
c. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi.
DS:
- Kelayan mengatakan tidak tahu penyakitnya dan klayan juga mengatakan tidak
pernah pergi mengobati nyeri sendinya
- Kelayan mengatakan tidak leluasa dalam menggerakan sendi lutut terutama
lutut kanan
a. Do :
- Kelayan tampak berhati hati saat akan bangun dari duduk
- Kelayan tampak memegangi lutut kanan saat akan bangun dari duduk

i. Intervensi / Rencana Tindakan


1. Kaji scala nyeri
2. Diskusikan dengan keluarga tentang hal-hal yang memicu terjadinya nyeri
3. Diskusikan dengan keluarga tentang cara menghindari terjadinya nyeri.
4. Jelaskan pada keluarga bahwa baik atau buruknya kondisi klien sangat dipengaruhi
atas peran serta keluarga dalam merawat klien
5. Berikan penyuluhan tentang kompres hangat basah
6. Motivasi kelayan agar mau merawat dirinya dengan mandiri.

E. Implementasi / Tindakan Keperawatan


1. Mengkaji skala nyeri
2. Mendiskusikan dengan kelayan tentang hal-hal yang memicu terjadinya nyeri
3. Mendiskusikan dengan kelayan tentang cara menghindari terjadinya nyeri
4. Menjelaskan pada kelayan bahwa baik atau buruknya kondisi klien sangat
dipengaruhi atas kemandirian kelayan dan peran serta keluarga dalam merawat
klien
5. Menganjurkan kepada kelayan untuk kompres hangat basah pada klien
6. Memberikan penyuluhan tentang kompres hangat basah
22

F. Evaluasi
S:

 Keluarga mengatakan sudah mengerti dan mampu mengidentifikasi hal–hal yang


dapat memicu terjadinya nyeri

 Keluarga mengatakan sudah mampu mengidentifikasi cara menghindari terjadinya


nyeri

 Keluarga mengatakan perasaannya sangat senang dapat bekerja sama dengan


perawat dalam merawat anggota keluarga yang sakit

O:

 Keluarga mampu menyebutkan hal-hal yang dapat memicu terjadinya nyeri


 Keluarga mampu menyebutkan cara menghindari terjadinya nyeri
 Keluarga mau bekerjasama dalam merawat klien
 Keluarga mau melakukan kompres hangat bila nyeri klien kambuh
 P : nyeri timbul secara tiba-tiba, terutama nyeri bila bila salah dalam
pergerakan
 Q : Nyeri tersa berdenyut
 R : Nyeri sendi pada sendi lutut da pergelangan kaki
 S : 1( ringan )
 T : Nyeri timbul paling sering ketika baru bangun tidur pagi dan setelah lama
duduk.
A:

 Masalah teratasi
P:

 Berikan reinforcement terhadap pernyataan dan kegiatan yang dilakukan oleh


keluarga
23

BAB .IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat berlangsung
selama bertahun tahun, pasien mungkin mengalami waktu yang lama tanpa gejala.
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit progresif biasanya yang memiliki
potensi untuk menyebabkan kerusakan sendi dan kecacatan fungsional.Penyakit ini telah
lama dikenal dan tersebar luas di seluruh dunia serta melibatkan ras dan kelompok etnik.
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)

B. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah kami susun ini, dan dapat
menginterpretasikan di dalam melakukan tindakan keperawatan dalam praktik,
khususnya pada pasien yang menagalami gangguan sistem muskuloskeletal : Gout dan
Rheumatoid Arthritis, dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang sesuai.
24

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Alih
bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC
Harris ED Jr., 1993.Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis.Dalam: Textbook of
Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co
Hirmawan, Sutisna., 1973. Patologi. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 437, 1
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis
MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange,
International Edition, Connecticut 2005, 729-32.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta :
EGC. 2002.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007.Buku Ajar Patologi Edisi 7.Jakarta : EGC
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000.Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius
Nasution.1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar Penyakit
Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
       
25

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai