BAB. 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat berlangsung
selama bertahun tahun, pasien mungkin mengalami waktu yang lama tanpa
gejala.Rheumatoid arthritis merupakan penyakit progresif biasanya memiliki potensi
untuk menyebabkan kerusakan sendi dan kecacatan fungsional. Penyakit ini telah lama
dikenal dan tersebar luas di seluruh dunia serta melibatkan ras dan kelompok etnik.
Rheumatoid artritis lebih sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan
wanita dan pria sebesar 3:1 (Reeves, Roux & Lockhart, 2001).Timbulnya kejadian
rheumatoid arthritis sampai sekarang belum sepenuhya diketahui. Meskipun agen infeksi
seperti virus, bakteri, dan jamur telah lama dicurigai, tak satu pun telah terbukti sebagai
penyebabnya. Penyebab rheumatoid arthritis merupakan masalah yang sangat aktif diteliti
diseluruh dunia. Hal ini diyakini bahwa kecenderungan untuk terkena penyakit
rheumatoid arthritis dapat diwariskan secara genetik, hal ini juga diduga infeksi tertentu
atau lingkungan yang mungkin memicu pengaktifan sistem kekebalan tubuh pada
individu yang rentan (Shiel, 2010).
Hal yang terburuk pada penderita rheumatoid arthritis adalah pengaruh negatifnya
terhadap kualitas kehidupan. Bahkan kasus rheumatoid arthritis yang tidak begitu parah
pun dapat menghilangkan kemampuan seseorang untuk produktif dan fungsional
seutuhnya. Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan tidak mampu melakukan aktivitas
sehari - hari seutuhnya (Gordon, 2002).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik melakukan penelitian untuk
mengetahui pola aktivitas pasien rheumatoid arthritis.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi pola aktivitas
sehari-hari pasien rheumatoid arthritis.
2
D. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memperoleh gambaran pola aktivitas pasien
rheumatoid arthritis dan sebagai sumber informasi yang dapat membantu perawat dalam
meningkatkan pelayanan keperawatan yang berhubungan dengan rheumatoid arthritis.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke
tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan
pada nutrisi kartilago artikuer, dan menyebabkan kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya
masa serangan dan tidak adanya serangan.Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.Namun pada sebagian kecil
individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus
dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).
18. Pada jantung : Reumatoid heard diseasure, Valvula lesion (gangguan katub),
Pericarditis, Myocarditis
19. Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis
20. Pada lympa : Lhymphadenopathy
21. Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
22. Pada otot : Mycsitis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis
reumatoid.Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan
oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan
demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan,
namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi
diartrodial dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada
osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu
kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat
pada radiogram.
5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,
deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang
sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput
metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga
dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam
melakukan gerak ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang paling sering dari
deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan
ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada
7
Gejala umum Reumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada tingkat
peradangan jaringan.Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif.Ketika jaringan
berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif.Remisi dapat terjadi secara spontan atau
dengan pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau tahun.Selama
remisi, gejala penyakit hilang dan orang-orang pada umumnya merasa sehat ketika
penyakit ini aktif lagi (kambuh) ataupun gejala kembali (Reeves, Roux & Lockhart,
2001).
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan.Otot
dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari.Disamping itu juga manifestasi
klinis Reumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta
beratnya penyakit.Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi
merupakan gambaran klinis yang klasik untuk Reumatoid arthritis (Smeltzer & Bare,
2002). Gejala sistemik dari Reumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu,
takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996).
Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada persendian
kecil di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai persendian, lutut, bahu,
pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular.Awitan
biasanya akut, bilateral dan simetris.Persendian dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada
pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit. Deformitas tangan dan kaki adalah hal
yang umum.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
gangguan fungsi secara menetap.
Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada penyakit yang dini
sebelum terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi yang akut pada
sendi-sendi tersebut.Persendian yang teraba panas, membengkak, tidak mudah digerakkan
dan pasien cendrung menjaga atau melinddungi sendi tersebut dengan
imobilisasi.Imobilisasi dalam waktu yang lama dapat menimbulkan kontraktur sehingga
terjadi deformitas jaringan lunak.Deformitas dapat disebabkan oleh ketidaksejajajran
sendi yang terjadi ketika sebuah tulang tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan
rongga sendi (Smeltzer & Bare, 2002).
Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada
lanjut usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari, bermula sakit
dan kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-
jari, mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat, terjadi
kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat menyebabkan demam,
dapat terjadi berulang
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik
yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS)
atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs,
DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis
reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan
mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
No Kriteria Definisi
1 Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan
disekitarnya, sekurangnya selama 1 jam sebelum
perbaikan maksimal
2 Artritis pada 3 daerah Pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau
lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang) pada sekurang-
kurangnya 3 sendi secara bersamaan yang diobservasi
oleh seorang dokter. Dalam kriteria ini terdapat 14
persendian yang memenuhi kriteria yaitu PIP, MCP,
pergelangan tangan, siku pergelangan kaki dan MTP
kiri dan kanan.
3 Artritis pada Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu
persendian tangan persendian tangan seperti yang tertera diatas.
4 Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang tertera pada
kriteria 2 pada kedua belah sisi, keterlibatan PIP, MCP
atau MTP bilateral dapat diterima walaupun tidak
mutlak bersifat simetris.
5 Nodul Reumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan
ekstensor atau daerah juksta-artrikular yang diobservasi
oleh seorang dokter.
10
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-
kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-
artikuler pada foto rontgen.
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan
diagnosis Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi yang ditemukan
pada saat palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium.Pemeriksaaan laboratorium
menunjukkan peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang positif sekitar
70%; pada awal penyakit faktor ini negatif.Jumlah sel darah merah dan komplemen C4
menurun.Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan antibody antinukleus (ANA) dapat
menunjukan hasil yang positif. Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang
keruh, berwarna mirip susu atau kuning gelap dan mengandung banyak sel inflamasi,
seperti leukosit dan komplemen (Smeltzer & Bare, 2002). Pemeriksaan sinar-X dilakukan
untuk membantu penegakan diagnosis dan memantau perjalanan penyakitnya. Foto
rongen akan memperlihatkan erosi tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi yang
terjadi dalam perjalanan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).
4. Pengobatan
a. Aspirin (anti nyeri) dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang
diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b. Natrium kolin dan asetamenofen meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap
terapi obat
c. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari
mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan
kebutuhan steroid yang diperlukan.
d. Garam emas
e. Kortikosteroid
BAB. III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitass Umum Klien
Nama : Tn. “A “
Umur : 65 tahun
Suku : Sasak
Alamat : Dusun Bangle desa Dasan Baru Kecamatan Kediri
Keadaan umum :
- kesadaran composmentis
- pasien tampak kuat
Tanda-tanda vital, TB dan BB :
S :36,70C N : 88x/mnt TD :130/90mmHg
RR : 18x/mnt HR 88x/mnt
TB :163cm BB :53 kg
Body Systems:
1. Pernapasan (B1: Breathing)
B1 (Breathing).Klien artritis reumatoid tidak menunjukkan kelainan sistem
pernapasan pada saat inspeksi. Palpasi toraks menunjukkan taktil fremitus
seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi,tidak ada suara napas tambahan
Inspeksi : hidung simetris, tidak terdapat secret, tidak terpasang O2
nasal, tidak ada pernafasan cuping hidung, bentuk dada simetris
RR : 18x/mnt
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan odema
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesicular,tidak ada suara nafas tambahan
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
feses. Frekuensi berkemih, kepekatan urin, warna, bau, dan jumlah urin
juga harus dikaji.
Kulit :
Warna kulit : kemerahan
Turgor : baik
Genogrram :
Keterangan :
: Perempuan/laki-laki meninggal
: Perempuan/laki-laki hidup
: Hubungan perkawinan
: pasien
B. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 DS proses penuaan Nyeri
kelayan mengatakan nyeri pada bagian
lutut dan terasa panas pada malam hari.
Perubahan fungsi
Kelayan mengatakan nyeri terasa saat
sendi
akan bangun dari duduk
P:
perubahan fungsi sendi, kurang Deformitas sendi
mobilisasi dan melatih gerakan
Q:
Hipertrofi
Nyeri terasa seperti silu-siluterasa
kaku dan terasa panas pada malam
hari.
Kekakuan sendi
R:
Nyeri terjadi pada bagian lutut
terutama lutut kanan
Nyeri
S:
skala nyeri 3(0-10) (nyeri ringan).
T:
terjadi pada saat akan bangun dari
duduk dan menjelang tidur,kelamaan
tidur, tidak bergerak.
DO:
kelayan tampak meringis pada
waktu duduk, kelayan tampak tidak
seimbang pada waktu berjalan karena
nyeri
19
DO:
- Kelayan tampak bingung atas
penjelasan petugas
- Kelayan banyak bertanya tentang
penyakitnya
20
2. Rumusan Masalah
a. Nyeri kronis, berhubungan dengan destruksi sendi ditandai dengan :
DS :
P:
Kelayan mengatakan sakit lutut akan kambuh bila beraktivitas berlebihan, jika
beristirahat rasa sakit akan berkurang.
Q.
Kelayan mengatakan sakit seperti terasa ngilu, panas, dengan frekuensi sering.
R: Kelayan mengatakan nyeri terasa di lutut.
S: skala nyeri 3 (ringan) (0-10)
T: kelayan mengatakan nyeri kambuh pada saat bangun dari duduk
DO :
Kelayan tampak meringissaat di pegang lututnya dan saat akan bangun dari
duduk,lutut kanan tampak kaku
Skala nyeri 3 (0-10) nyeri ringan
Kelayan memegang bagian lutut
K/U : Baik
TTV :
N : 84x/ menit
RR :20x/ menit
TD:130/90mmHg
b. Resiko gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri kronis dan kelemahan otot
ditandai dengan :
DS.
Kelayan mengatakan kaki kanan bagian lutut terasa kaku dan tidak stabil dalam
berjalan bila sakitnya kambuh.
DO :
F. Evaluasi
S:
O:
Masalah teratasi
P:
BAB .IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat berlangsung
selama bertahun tahun, pasien mungkin mengalami waktu yang lama tanpa gejala.
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit progresif biasanya yang memiliki
potensi untuk menyebabkan kerusakan sendi dan kecacatan fungsional.Penyakit ini telah
lama dikenal dan tersebar luas di seluruh dunia serta melibatkan ras dan kelompok etnik.
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
B. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah kami susun ini, dan dapat
menginterpretasikan di dalam melakukan tindakan keperawatan dalam praktik,
khususnya pada pasien yang menagalami gangguan sistem muskuloskeletal : Gout dan
Rheumatoid Arthritis, dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang sesuai.
24
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Alih
bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC
Harris ED Jr., 1993.Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis.Dalam: Textbook of
Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co
Hirmawan, Sutisna., 1973. Patologi. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 437, 1
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis
MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange,
International Edition, Connecticut 2005, 729-32.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta :
EGC. 2002.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007.Buku Ajar Patologi Edisi 7.Jakarta : EGC
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000.Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius
Nasution.1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar Penyakit
Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
25
LAMPIRAN