Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN RHEUMATOID ARTHRITIS

Dosen Pembimbing:
Abdul Kadir S. ST., M. Kes
Disusun Oleh :
Ervan Efendi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CITRA DELIMA


PRODI S1 KEPERAWATAN
2020-2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami. Sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “asuhan keperawatan padarheumatoid
arthritis”.
Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian dari rheumatoid arthritis, fisiologis
rheumatoid arthritis dan penyakit rheumatoid arthritisitis. Diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang gambaran rheumatoid arthritisitis.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Amin.

PangkalPinang, 14 September 2020

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan semakin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut
pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua
sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan
timbulnya beberapa golongan reumatik.
Salah satu golongan penyakit reumatik yang menimbulkan gangguan
muskuloskeletal adalah rheumatoid arthritis. Reumatik dapat mengakibatkan perubahan
otot hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih
guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnnya usia menjadi tua fungsi otot
dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita
rematik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum
sepenuhnya dapat dimengerti. Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tetapi
merupakan suatu sindrom. Golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma
reumatik cukup banyak, namun semua menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut
kesepakatan para ahli dibidang rematologi,rematik dapat terungkap sebagai keluhan
atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem
muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan(rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga
tanda utama yaitu: pembengkakan sendi,kelemahan otot dan gangguan gerak.
(sonarto,1982)
Dari berbagai masalah ksehatan itu ternyata gangguan muskuloskletal menempati
urutan kedua 14,5 % setelah pnyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat
usia >55 tahun (Household Survey on Health,1996) dan berdasarkan WHO di jawa
ditemukan bahwa rheumatoid arthritis menempati urutan pertama ( 49% ) dari pola
penyakit lansia (Boedhi Darmojo et.al, 1991).
Rheumatoid Arthritis merupaka kasus panjang yang sering diujikan,biasanya terdapat
banyak tanda-tanda fisik. Diagnosa penyakit ini mudah ditegakkan. Tata laksananya
sering merupakan masalah utama. Insiden puncak dari rheumatoid arthritis terjadi pada
umur dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari
pada laki-laki. Terdapat familial ( HLADR-4 ditemukan pada 70% pasien ).
Rheumatoid arthritis diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang tidak
diketahui. Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin juga terdapat predisposisi

3
terhadap penyakit. Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang
penyakit rheumatoid arthritis dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari rheumatoid arthritis?
2. Apa saja klasifikasi dari reumatoid arthritis?
3. Apakah Etiologi dari rheumatoid arthritis?
4. Bagaimana patofisiologi hreumatoid arthritis?
5. Apa Manifestasi klinis rheumatoid arthritis?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik rheumatoid arthritis?
7. Bagaimana penatalaksanaan rheumatoid arthritis?
8. Bagaimana pencegahan rheumatoid arthritis?
9. Apa saja komplikasi dari rheumatoid arthritis?
10. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien dengan rheumatoid arthritis?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
muskuloskeletal yaitu rheumatoid arthritis.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
a) Definisi penyakit Rheumatoid arthritis.
b) Klasifikasi penyakit Rheumatoid arthritis.
c) Etiologi penyakit Rheumatoid arthritis.
d) Patofisiologi penyakit Rheumatoid arthritis.
e) Manifestasi klinis penyakit Rheumatoid arthritis.
f) Bagaimana pemeriksaan diagnostik rheumatoid arthritis.
g) Penatalaksanaan penyakit Rheumatoid arthritis.
h) Pencegahan rheumatoid arthritis
i) Komplikasi rheumatoid arthritis
j) Asuhan keperawatan pada pasien dengan rheumatoid arthritis.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa :
Agar mampu memahami tentang rheumatoid arhtritis dan dapat menerapkan
bagaimana cara penanganan pasien dengan rheumatoid arthritis.
2. Bagi Institusi:
Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang rheumatoid arthritis,
serta dapat lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku tentang penyakit-
penyakit serta asuhan keperawatan penyakit tersebut.

4
3. Bagi Masyarakat
Agar lebih mengerti dan memahami tentang rheumatoid arthtritis serta mengenali
gejala klinis dari rheumatoid arthtritis.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Artritis Reumatoid(Rheumatoid arthritis)  is a chronic inflammatory disease with
primary manifestation poliartritis progressive and involve all the organs, jadi
merupakan suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis
progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2001)
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang tidak
diketahui penyebabnya, dikarakteristikan oleh kerusakan dan proliferasi membran
sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.
(Doenges, E Marilynn, 2000 : hal 859)
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.(Kapita
Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536)
Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara
simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial
yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.(Susan
Martin Tucker.1998)

B. KLASIFIKASI
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

5
C. ETIOLOGI
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi), faktor metabolik dan
infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Penyebab dari artritis rhematoid belum dapat ditentukan secara pasti, tetapi dapat
dibagi dalam 3 bagian, yaitu:
1. Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi IgG dari
imunoglobulin dengan rhematoid faktor
2. Faktor metabolik
3. Infeksi dengan kecenderunganvirus

D. PATOFISIOLOGI
Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama
terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam
sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut
terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratifdengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya
masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil
individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus
menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).

E. MANIFESTASI KINIS
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan. Otot
dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi
klinis rheumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta
beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi
merupakan gambaran klinis yang klasik untuk rheumatoid arthritis (Smeltzer & Bare,
2002). Gejala sistemik darirheumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu,
takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996).
Adanya beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis
reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan
oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.

6
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan
demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi ditangan,
namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua
sendi diartrodial dapat terserang.
3. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam : dapat bersifat generalisata tetapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi
pada osteo artritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beebrapa menit dan
selalu kurang dari satu jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi ditepi tulang dan ini dapat
dilihat pada radiogram.
5. Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpotalangel,
deformitas boutannlere dan leher angsa adalah beberapa detormitas tangan yang
sering dijumpai pada penderita.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
1/3 orang dewasa. Lokasi yang paling sering dari detormitas itu adalah bursa
olekranon (Sendi siku) atau disepanjang permukaan ekstensor dari lengan.
7. Manifestasi ekstra–artikular, artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-
organ lain diluar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata dan
pembulu darah dapat rusak.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan
diagnosis rheumatoid arthritis, yaitu nodul rheumatoid, inflamasi sendi yang
ditemukan pada saat palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaaan
laboratorium menunjukkan peninggian laju endap darah dan factor rheumatoid yang
positif sekitar 70%; pada awal penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel darah merah dan
komplemen C4 menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan antibody
antinukleus (ANA) dapat menunjukan hasil yang positif. Artrosentesis akan
memperlihatkan cairan sinovial yang keruh, berwarna mirip susu atau kuning gelap
dan mengandung banyak sel inflamasi, seperti leukosit dan komplemen (Smeltzer &
Bare, 2002).
Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis dan
memantau perjalanan penyakitnya. Foto rongen akan memperlihatkan erosi tulang
yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi dalam perjalanan penyakit
tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).
Pemeriksaan laboratorium terdapat :

7
1. Auto antibodi
Suatu faktor anti-gama globulin (IgM) yang bereaksi terhadap perubahan IgG. Titer
yang tinggi, lebih besar dari 1 : 160 biasanya dikaitkandengan nodula reumatoid.
Penyakit yang berat, vaskulitis dan prognosis yang buruk.
2. LED (Laju Endap Darah)
Suatu indeks peradangan yang bersifat tidak spesifik. Pada artritis reumatoid
nilainya dapat tinggi (100 mm / jam atau lebih tinggi). Hal ini berarti bahwa laju
endap darah dapat dipakai untuk memantau aktivitas penyakit.
3. Protein C – reaktif biasanya positif.
4. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
5. Anemia normalistik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
6. Trombosit meningkat.
7. Kadar albumin serum turun dan globulin naik.(Smeltzer & Bare, 2002).

G. PENATALAKSANAAN
Oleh karena kausa pasti arthritis Reumatoid tidak diketahui maka tidak ada
pengobatan kausatif yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus benar-
benar dijelaskan kepada penderita sehingga tahu bahwa pengobatan yang diberikan
bertujuan mengurangi keluhan/ gejala memperlambat progresifvtas penyakit.
Tujuan utama dari program penatalaksanaan / perawatan adalah sebagai berikut :
1. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan
2. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari penderita
3. Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi
4. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.

Ada sejumlah cara pena talaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan-
tujuan tersebut di atas, yaitu :
1. Memberikan Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi, penyebab dan
prognosis penyakit termasuk komponen penatalaksanaan regimen obat yang
kompleks. Pendidikan tentang penyakit ini kepada pasien, keluarga dan siapa saja
yang berhubungan dengan pasien.
Pendidikan pencegahan yang diberikan pada klien berupa istirahat yang cukup,
gunakan kaos kaki atau sarung tangan sewaktu tidur malam, kurangi aktivitas yang
berat secara perlahan – lahan.
2. Istirahat

8
Sangat penting karena Rematoid Artritis biasanya disertai rasa lelah yang
hebat.Oleh karena itu, pasien harus membagi waktu istirahat dan beraktivitas.
3. Latihan Fisik
Dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi.Latihan ini mencakup
gerakan aktif dan pasif semua sendi yang sakit, minimalnya 2x sehari.
4. Termotrafi
Lakukan kompres panas pada sendi – sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri.
5. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan mempertahankan
status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada sendi.
Adapun syarat – syarat diet atritis reumatoid adalah protein cukup, lemak sedang,
cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan setiap
hari.Rata – rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat
dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75% dari kebutuhan energi total.
6. Obat-obatan
a. Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang
diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b. Natrium kolin dan asetamenofen  meningkatkan toleransi saluran cerna
terhadap terapi obat
c. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari 
mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan
kebutuhan steroid yang diperlukan.
d. Garam emas
e. Kortikosteroid
7. Nutrisi  diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
Bila Rhematoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan
dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan
indikasinya sebagai berikut:
a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk
mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.
b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
d. Arthroplasty, pembedahandengan cara membuat kembali dataran pada
persendian.

H. PENCEGAHAN
Pencegahan yang bisa dilakukan
1.      Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi
yang sakit.

9
2.      Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
3.      Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
4.      Dukungan psikososial
5.      Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang
tepat
6.      Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
7.      Diet rendah purin:
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat
dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya
dalam batas normal.

I. KOMPLIKASI
1.      Sindrom sjogrens
2.      Neuropati
3.      Anemia, leukopenia
(Carpenito Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi
Keperawatan / Edisi 2.Jakarta : EGC)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Riwayat Keperawatan
o Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
o Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui
dan merasakan adanya perubahan pada sendi.

Pemeriksaan Fisik
o Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna
kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.

10
o Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
 Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
 Catat bila ada krepitasi
 Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
o Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
 Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
 Ukur kekuatan otot
o Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
o Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

Riwayat Psiko Sosial


Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi
apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia
merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan
sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep
diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

Pengkajian Sistem Muskuloskeletal


a. Inspeksi :
o Perhatian keadaan sendi-sendi pada leher, spina servikal, spina torakal,
lumbai, bahu siku, pergelangan, tangan dan jari tangan, pinggul, lutut,
ekstermitas bawah dan panggul
o Amati kemerahan dan bengkak pada jaringan lunak sekitar sendi.
b. Palpasi :
o Adanya nyeri sendi padadaerah yang disertai kemerahan / bengkak.
Dengan skala nyeri :
Ringan : 0 – 3
Sedang : 3 – 7
Berat : 7 – 10
o Temperatur hangat pada sendi yang nyeri.

B. DIAGNOSAKEPERAWATAN
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan artritis ditambah
dengan adanya data dari pemeriksaan diagnostik, maka diagnosa keperawatan yang
sering muncul yaitu:

11
1. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh, sendi,
bengkok, deformitas.
2. Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis rhematoid.
3. Risiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri.
4. Gangguan aktifitas sehari-hari berhubungan dengan terbatasnya gerakan.
5. Gangguan mobilitasberhubungan dengan kelemahan sendi
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

C. INTERVENSIKEPERAWATAN
1. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh,
sendi, bengkok, deformitas.
Tujuan:klien memahami perubahan-perubahan tubuhnya akibat proses penyakit
Recana/tindakan Keperawatan :
o Dorong klien untuk mengungkapkan rasa takut dan cemasnya mengahdapi
proses penyakit. Kondisi ini dapat membantu untuk menyadari keadaan
diri.
o Berikan support yang sesuai. Hal ini dapat membantu meningkatkan upaya
menerima dirinya.
o Dorong klien untuk mandiri. Kemandirian membantu meningkatkan harga
diri.
o Memodifikasi lingkungan sesuai dengan kondisi klien

2. Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis rhematoid.


Tujuan:Kebutuhan rasa nyaman klien terpenuhi atau klien terhindar dari rasa
nyeri
Recana/tindakan Keperawatan :
o Istirahatkan klien sesuai kondisi (bed rest). Hal ini dapat membantu
menurunkan stress muskuloskeletal, mengurangi tegangan otot, dan
meningkatkan relaksasi karena kelelahan dapat mendorong terjadinya
nyeri.
o Pertahankan posisi fisiologis dengan benar atai body alignment yang baik.
Bantu dan ajari klien untuk menghindari gerakan eksternal rotasi pada
ekstremitas. Hindarkan menggunakan bantal dibawah lutut, tetapi letakkan
bantal diatara lutut, hindari fleksi leher.
o Bila direncanakan klien dapat menggunakan splint, atau brace. Hal ini
dapat mencegah deformitas lebih lanjut.
o Hindari gerakan yang cepat dan tiba-tiba karena dapat menimbulkan
dislokasi dan stres pada sendi-sendi

12
o Lakukan perawatan dengan hati-hati khususnya pada anggota-anggota
tubuh yang sakit. Karena gerakan-gerakan yang kasar akan semakin
menimbulkan nyeri
o Gunakan terapi panas misal kompres hangat pada area/bagian tubuh yang
sakit. Panas dapat meningkatkan sirkulasi, relaksai otot-otot, mengurangi
kekakuan. Kemungkinan juga dapat membvantu pengeluaran endorfin
yaitu sejenis morfin yang diproduksi oleh tubuh.
o Lakukan peawatan kulit dan masase perlahan. Hal ini membantu
meningkatkan aliran darah relaksasi otot, dan menghambat impuls-impuls
nyeri serta merangsang pengeluaran endorfin.
o Memberikan obata-obatab sesuaiterapi dokter misal, analgetik, antipiretik,
anti inflamasi.

3. Risiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot dan sendi


Tujuan:Klien terhindar dari cedera
Recana/tindakan Keperawatan :
o Gunakan sepatu yang menyokong, hindarkan lantai yang licin,
menggunakan pegangan dikamar mandi.
o Lakukan latihan ROM (bila memungkinkan). Untuk meningkatkan
mobilitas dan kekuatan otot, mencegah deformitas, memperthankan fungsi
semaksimal mungkin
o Monitor atau observasi efek penggunaan obat-obatan misal ada perdarahan
pada lambung, hematemesis.

4. Gangguanaktifitas sehari-hari (defisit self care) berhubungan dengan


terbatasnya gerakan.
Tujuan:Klien akan mandiri sesuai kemampuan daam memenuhi aktifitas sehari-
hari
Recana/tindakan Keperawatan :
o Ajarkan aktifitas sehari-hari agar klien mulai terkondisi untuk melakukan
aktivitas sesuai dengan kemampuanyya dan bertahap.
o Bantu klien untuk makan, berpakaian, dan kebutuhan lain selam memang
diperlukan.

5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan sendi


Tujuan:Mobilitas persendian klien dapat meningkat
Recana/tindakan Keperawatan :
o Bantu klien untuk melakukan ROM aktif maupun pasif. Untuk memelihara
fungsi sendi dan kekuatan otot meningkatkan elasitias serabut- serabut otot.

13
o Rencanakan program latihan setiap hari (dapat bekerja sama dengan dokter
dan fisioterapi)
o Lakukan observasi untuk setiap kali latihan
o Berikan istirahat secara periode
o Berikan lingkungan yang aman misal, menggunakan pegangan saat
dikamar mandi, tongkat yang ujungnya sejenis karetsehingga tidak licin

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.


Tujuan:Klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan dirumah.
Recana/tindakan Keperawatan :
o Tekankan kembali tentang pentingnya latihan atau aktivitas yang
dianjurkan, proses penyakit dan keterbatasan-keterbatasannya.
o Diskusi tentang diit, dan hindarkan peningkatan berat badan
o Berikan jadwal obat-obatan yang ada, anam dosis, tujuan/efek, efek
samping dan tanda keracunan obat.
o Jelaskan bahwa klien harus menghindari terjadinya konstipasi
o Jelaskan, kapan klien harus periksa ulang

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi
pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan
peradangan dalam waktu lama pada sendi.Penyakit ini menyerang persendian,
biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial
dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan
infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2010).

14
B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mampu memahami tentang penyakit Rheumatoid Atritis dan dapat
menerapkan bagaimana cara penanganan pasien dengan Rheumatoid Atritis.
2. Bagi Institusi
Diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang Rheumatoid
Atritis dan dapat lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku tentang
penyakit-penyakit serta asuhan keperawatan penyakit tersebut.
3. Bagi Masyarakat
Diharapakan agar lebih mengerti dan memahami tentang Rheumatoid Atritis serta
bagaimana penyebaran dan penularan Rheumatoid Atritis untuk meningkatkan mutu
kesehatan masyarakat.

15

Anda mungkin juga menyukai