Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PRAKTIK KLINIK KMB 2

ASUHAN KEPERAWATAN RHEUMATOID ARTHRITIS

Dosen Pembimbing:

Disusun Oleh:

Khairunnisa

Lia nofianti

Mariska putri

M. Ridho Maesto

Tingkat 3A DIII Keperawatan

POLITEKTIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
yang diberikan dalam mata kuliah Praktik Klinik KMB 2.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.

Jambi, 08 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemgertian rheumatoid arthritis.
B. etiologi rheumatoid arthritis
C. manifestasi klinis rheumatoid arthritis.
D. patofisiologi rheumatoid arthritis.
E. pathway rheumatoid arthritis.
F. komplikasi rheumatoid arthritis.
G. prognosis rheumatoid arthritis
H. pemeriksaan penunjang rheumatoid arthritis?
I. pencegahan rheumatoid arthritis.
J. penatalaksanaan rheumatoid arthritis 
K. konsep asuhan keperawatan

BAB III LAPORAN KASUS


BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.
B. Saran.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan semakin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut
pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua
sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan
timbulnya beberapa golongan reumatik.
Salah satu golongan penyakit reumatik yang menimbulkan gangguan
muskuloskeletal adalah rheumatoid arthritis. Reumatik dapat mengakibatkan perubahan
otot hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih
guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnnya usia menjadi tua fungsi otot
dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita
rematik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum
sepenuhnya dapat dimengerti. Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tetapi
merupakan suatu sindrom. Golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma
reumatik cukup banyak, namun semua menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut
kesepakatan para ahli dibidang rematologi, rematik dapat terungkap sebagai keluhan
atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem
muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan serta adanya tiga
tanda utama yaitu: pembengkakan sendi, kelemahan otot dan gangguan gerak.
(sonarto,1982)
Dari berbagai masalah ksehatan itu ternyata gangguan muskuloskletal menempati
urutan kedua 14,5 % setelah pnyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat
usia >55 tahun (Household Survey on Health,1996) dan berdasarkan WHO di jawa
ditemukan bahwa rheumatoid arthritis menempati urutan pertama ( 49% ) dari pola
penyakit lansia (Boedhi Darmojo et.al, 1991). Sehingga perawat mengambil tema
tentang asuhan keperawatan pada klien rematoid artritis.

B. RUMUSAN MASALA
1. Apa yang dimaksud dengan rheumatoid arthritis?
2. Apa etiologi rheumatoid arthritis?
3. Apa manifestasi klinis rheumatoid arthritis?
4. Bagaimana patofisiologi rheumatoid arthritis?
5. Jelaskan pathway rheumatoid arthritis?
6. Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh penyakit rheumatoid arthritis
7. Bagaimana prognosis rheumatoid arthritis?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang rheumatoid arthritis
9. Bagaimana pencegahan rheumatoid arthritis?
10. Bagaimana penatalaksanaan rheumatoid arthritis?

C. TUJUAN
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep dasar penyakit dan asuhan
keperawatan pada klien dengan penyakit rematoid artritis.
Tujuan Khusus
L. Menjelaskan pengertian rheumatoid arthritis.
M. Menjelaskan etiologi rheumatoid arthritis
N. Menjelaskan manifestasi klinis rheumatoid arthritis.
O. Menjelaskan patofisiologi rheumatoid arthritis.
P. Menjelaskan pathway rheumatoid arthritis.
Q. Menjelaskan komplikasi rheumatoid arthritis.
R. Menjelaskan prognosis rheumatoid arthritis
S. Menjelaskan pemeriksaan penunjang rheumatoid arthritis?
T. Menjelaskan pencegahan rheumatoid arthritis.
U. Menjelaskan penatalaksanaan rheumatoid arthritis 
.
BAB II
PEMBAHASAN
 

A. PENGERTIAN
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi.
Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi.
Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa, rheumatoid arthritis adalah
penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari
membran sinovial dari sendi diartroidial.
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi
pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan
peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya
mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan
struktur – struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.
Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra – artikuler.
(Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. 2001).

B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun
faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi), faktor metabolik
dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum dapat dipastikan, tetapi jelas
ada interaksi faktor genetik dengan faktor lingkungan. (Maini dan Feldmann, 1998 :
Blab et al, 1999).

C. MANIFESTASI KLINIS
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi serta kekakuan otot
dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi
klinis rheumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta
beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi
merupakan gambaran klinis yang klasik untuk rheumatoid arthritis (Smeltzer & Bare,
2002). Gejala sistemik dari rheumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu,
takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996).

D. PATOFISIOLOGI
Peradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar ke struktur-struktur
sendi dan sekitarnya termasuk tulang rawan sendi dan kapsul fibrosa sendi. Ligamentum
dan tendon meradang. Peradangan ditandai oleh penimbunan sel darah putih,
pengaktivan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan parut.
Peradangan kronik akan menyebabkan membran sinovium hipertrofi dan menebal
sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan nekrosis sel dan respons
peradangan berlanjut. Sinovium yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular
yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga semakin
merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara lambat
merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas.

E. KOMPLIKASI
1) Osteoporosis
2) Gangguan jantung
3) Gangguan paru

F. PROGNOSIS
Pada umumnya pasien artritis reumatoid akan mengalami manifestasi penyakit
yang bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode artritis reumatoid dan
selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Tapi sebagian besar penyakit ini telah
terkena artritis reumatoid akan menderita penyakit ini selama sisa hidupnya dan hanya
diselingi oleh beberapa masa remisi yang singkat (jenis polisiklik). Sebagian kecil
lainnya akan menderita artritis reumatoid yang progresif yang disertai dengan penurunan
kapasitas fungsional yang menetap pada setiap eksaserbasi.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwasannya penyakit ini bersifat sistemik.
Maka seluruh organ dapat diserang, baik mata, paru-paru, jantung, ginjal, kulit, jaringan
ikat, dan sebagainya. Bintik-bintik kecil yang berupa benjolan atau noduli dan tersebar di
seluruh organ di badan penderita. Pada paru-paru dapat menimbulkan lung fibrosis, pada
jantung dapat menimbulkan pericarditis, myocarditis dan seterusnya. Bahkan di kulit,
nodulus rheumaticus ini bentuknya lebih besar dan terdapat pada daerah insertio dan
otot-otot atau pada daerah extensor. Bila RA nodule ini kita sayat secara melintang maka
kita akan dapati gambaran: nekrosis sentralis yang dikelilingi dengan sebukan sel-sel
radang mendadak dan menahun yang berjajar seperti jeruji roda sepeda (radier) dan
membentuk palisade. Di sekitarnya dikelilingi oleh deposit-deposit fibrin dan di
pinggirnya ditumbuhi dengan fibroblast. Benjolan rematik ini jarang dijumpai pada
penderita-penderita RA jenis ringan. Disamping hal-hal yang disebutkan di atas
gambaran anemia pada penderita RA bukan disebabkan oleh karena kurangnya zat besi
pada makanan atau tubuh penderita. Hal ini timbul akibat pengaruh imunologik, yang
menyebabkan zat-zat besi terkumpul pada jaringan limpa dan sistema retikulo endotelial,
sehingga jumlahnya di daerah menjadi kurang. Kelainan sistem pencernaan yang sering
dijumpai adalah gratitis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan
obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (desease
modifying antiremathoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada artritis reumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak
memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan
lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan
vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Tes faktor reumatoid positif, antinuclear antibody (ANA), posotif bermakna pada
sebagian penderita.
2) LED naik pada penyakit aktif : Umumnya meningkat pesat ( 80 – 100 mm/h)
mungkin kembali normal sewaktu gejala – gejala meningkat; anemia; albumin serum
rendah dan fosfatase alkali meningkat.
3) Rontgen menunjukkan erosi terutama pada sendi – sendi tangan, kaki dan
pergelangan pada stadium dini; kemudian, pada tiap sendi.
4) Kelainan destruktif yang progresif pada sendi dan disorganisasi pada penyakit yang
berat.
5) Kadar asam urat lebih dari 7 mg/dl.

H. PENCEGAHAN
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari – hari,
sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat pergerakan
sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah
datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga
berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa
menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat
yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar tetap lentur.

I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Memberikan Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi, penyebab
dan prognosis penyakit termasuk komponen penatalaksanaan regimen obat yang
kompleks. Pendidikan tentang penyakit ini kepada pasien, keluarga dan siapa saja
yang berhubungan dengan pasien.
Pendidikan pencegahan yang diberikan pada klien berupa istirahat yang cukup,
gunakan kaos kaki atau sarung tangan sewaktu tidur malam, kurangi aktivitas yang
berat secara perlahan – lahan.
2. Istirahat
Sangat penting karena Rematoid Artritis biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
Oleh karena itu, pasien harus membagi waktu istirahat dan beraktivitas.
3. Latihan Fisik
Dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup
gerakan aktif dan pasif semua sendi yang sakit, minimalnya 2x sehari.
4. Termotrafi
Lakukan kompres panas pada sendi – sendi yang sakit dan bengkak mungkin
dapat mengurangi nyeri.
5. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada sendi.
Adapun syarat – syarat diet atritis reumatoid adalah protein cukup, lemak sedang,
cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan setiap
hari. Rata – rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat
dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75% dari kebutuhan energi total.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Tujuan:
1) Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri
2) Melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu
3) Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien
4) Memberi waktu kepada klien untuk menjawab

Meliputi aspek:
a. Fisik
Wawancara:
 Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya
 Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia
 Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri
 Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan dan pendengaran
 Kebiasaan makan, minum, istirahat / tidur, buang air besar / kecil
 Kebiasaan gerak badan / olah raga / senam lanjut usia
 Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
 Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum
obat
 Masalah-masalah seksual yang dirasakan

Pemeriksaan fisik:
 Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi: palpitasi, perkusi dan auskultasi
untuk mengetahui perubahan sistem tubuh
 Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik, yaitu:
 Head to toe
 Sistem tubuh

b. Psikologis
 Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
 Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
 Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
 Apakah optimis dalam memandang kehidupan
 Bagaimana mengatasi stres yang dialami
 Apakah udah dalam menyesuaikan diri
   Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan

c. Sosial ekonomi
 Darimana sumber keuangan lanjut usia
 Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waltu luang
 Dengan siapa dia tinggal
 Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia
 Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya
 Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah
 Siapa saja yang biasa mengunjungi
 Seberapa besar ketergantungannya
 Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada

d. Spritual
 Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
 Apakah secara teratur mengikuti atau terikat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin
 Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa
 Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal

Pengkajian Dasar
1) Temperatur
a. Mungkin serendah 950F (hipotermi) ± 350C
b. Lebih teliti diperiksa di sublingual
2) Pulse
a. Kecepatan, irama, volume
b. Apical, radial, pedal
3) Respirasi (pernafasan)
a. Kecepatan, irama dan kedalaman
b. Tidak teraturnya pernafasan
4) Tekanan darah
a. Saat baring, duduk, berdiri
b. Hipotensi akibat posisi tubuh
5) Berat badan perlahan-lahan hilang pada tahun-tahun terakhir
6) Tingkat orientasi
7) Memory (ingata)
8) Pola tidur
9) Penyesuaian psikososial

Sistem Persarafan:
1) Kesimetrisan raut wajah
2) Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
a. Tidak semua orang menjadi snile
b. Kebanyakan mempunyai daya ingat menurun dan melemah
3) Mata: pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4) Pupil: kesamaan, dilatasi
5) Ketajaman penglihatan menurun karena menua:
a. Jangan dites di depan jendela
b. Pergunakan tangan atau gambar
c. Cek kondisi kacamata
6) Sensory deprivation (gangguan sensorik)
7) Ketajaman pendengaran:
a. Apakah menggunakan alat bantu dengar
b. Tinutis
c. Serumen telinga bagian luar jangan dibersihkan
8) Adanya rasa sakit atau nyeri

Sistem Kardiovaskuler:
 Sirkulasi perifer, warna dan kehangatan
 Auskultasi denyut nadi apikal
 Periksa pembengkakan vena jugularis
 Pusing
 Sakit
 Edema

Sistem Gastrointestinal
 Status gizi
 Pemasukan diet
 Anoreksia, tidak dicerna, mual dan muntah
 Mengunyah dan menelan
 Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
 Auskultasi bising usus
 Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
 Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan inkontinensia alvi

Sistem genitourisiarius:
 Warna dan bau urine
 Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk buang air
kecil)
 Frekuensi, tekanan atau desakan
 Pemasukan dan pengeluaran cairan
 Disuria
 Seksualitas
 Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks
 Adanya kecacatan sosial yang mengarah keaktifan seksual
Sistem Kulit
 Kulit
 Temperatur, tingkat kelembaban
 Keutuhan luka, luka terbuka, robekan
 Turgor (kekenyalan kulit)
 Perubahan pigmen
 Adanya jaringan perut
 Keadaan kuku
 Keadaan rambut
 Adanya gangguan-gangguan umum

Sistem Muskuloskletal
 Kontraktur
 Atrofi otot
 Mengecilkan tendo
 Ketidakadekuatannya gerakan sendi
 Tingkat mobilisasi
 Ambulasi dengan atau tanpa bantuan / peralatan
 Keterbatasan gerak
 Kekuatan otot
 Kemampuan melangkah atau berjalan
 Gerakan sendi
 Paralisis
 Kifosis

Psikososial
 Menunjukkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
 Fokus-fokus pada diri bertambah
 Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
 Membutuhkan bunti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan
(Wahyudi Nugroho, 2000: 65 – 70)

2. Pemeriksaan Diagnostik
1.    Tes sitologi
a.    BSE akan tinggi
b.    Sel darah merah (eritrosit) bila terjadi anemia dan leukositosis
c.    RE (faktor rematoid terjadi 50 – 90 % pada penderita tergantung pada waktu
dan tingkat kegawatan penyakit, serum akan menunjukkan banyak molekul
protein anti bodi
2.    Pemeriksaan radiologi
a.    Periartikuler osteoporosis permukaan persendian erosi
b.    Kelanjutan penyakit ruang sendi menyempit, sub inskasi dan ankelosis
3. Aspirasi sendi
Cairan senovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dan
sendi di kultur bisa diperiksa secara mikroskopis

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar pengkajian dan pasien.
Kemungkinan diagnosa keperawatan pada rheumatoid arthritis adalah sebagai
berikut:
1.    Gangguan body image b/d perubahan penampilan tubuh d/d sendi bengkak
deformitas postur berubah
2.    Potensial timbul cedera b/d otot hilang kekuatannya, rasa nyeri sendi, kaku
3.    Kurang pengetahuan b/d tidak biasa dengan sumber informasi
4.    Rasa nyeri sendi b/d perubahan oleh rematoid artritis

4. Perencanaan
Hasil yang diharapkan dari pasien rematoid artritis adalah sebagai berikut:
a.    Pasien merasa lebih nyaman
b.    Gerakan sendi menjadi lebih bebas
c.    Pasien memperlihatkan aktifitas ADL (aktivitas sehari-hari)
d.    Pasien mempunyai konsep yang lebih positif
e.    Pasien dapat menerangkan proses penyakit, perawatan berkesinambungan,
pengobatan (macam-macam latihan obat-obatan) dan perencanaan pelayanan oleh
dokter medis

Perencanaan ditunjukkan pada pasien sebagai berikut:


1.   Menghilangkan atau mengurangi rasa sakit
2.   Meningkatkan metabolisme
3.   Meningkatkan konsep diri dari yang positif
4.   Mendukung kemandirian
5.   Memberi informasi mengenai proses penyakit, prognosis penyakit dan aturan
terapeutik yang dipahami

5. Implementasi
a. Memberi bantuan untuk mencapai hasil pengobatan mis:
 Memberi obat sesuai dosis dan waktunya
   Membantu memilih makanan, contoh menghindari makanan yang tinggi
protein
 Menganjurkan memperluas gerakan, meningkatkan mobilitas dan kekuatan
otot
b. Membantu kenyamanan dan kegiatan kehidupan sehari-hari mis:
 Menganjurkan istirahat yang adekuat
 Menggunakan penghangat sendi mis: kompres hangat / menggunakan
balsam
 Membantu perawatan mandiri
 Memperingatkan menggunakan bidai yang dapat mengistirahatkan sendi
c. Konsultasi penyuluhan
Bila memberi penyuluhan tentang rematoid artritis atau rematik
lain perawat sebaiknya menggunakan media yang dipersiapkan penyuluhan
hendaknya menginformasikan hal-hal sebagai berikut:
 Adanya keseimbangan antara istirahat dan kegiatan
 Melindungi sendi-sendi dan teknik menghemat energi
 Menggunakan kompres hangat yang tepat
 Mencegah agar terhindar dari cedera

Harus penting mengikuti anjuran agar sembuh:


         Dasar-dasar nutrisi yang baik
         Mencegah kenaikan berat badan
         Penting berobat ulang / kontrol ke dokter

6. Evaluasi
Evaluasi berdasarkan yang diharapkan dari pasien adalah:
1.    Nyeri hilang / terkontrol
2.    Pasien dapat menangani penyakitnya sendiri dengan bantuan sesuai kebutuhan
3.    Proses / prognosis penyakit dan aturan terapeutik dipahami.
BAB III
LAPORAN KASUS

Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama                                     :  Ny. M
Umur                                      :  70 tahun
Jenis kelamin                       :  Perempuan
Agama                                   :  Islam
Pendidikan                           :  SD
Pekerjaan                              :  Bertani
Alamat                                    :  Panti Werda Binjai
Wisma                                    :  Dahlia
Diagnosa medis                   :  Rematoid Artritis
Tanggal pengkajian            :  18 Juli 2007

b. Anamnesa
 Keluhan utama
Klien mengeluh sakit dan nyeri di daerah pinggang hingga mata kaki. Kalau
banyak jalan kaki sering sakit, bila terlalu lama duduk sulit berdiri
 Riwayat kesehatan masa lalu
Sebelumnya klien tidak pernah menderita penyakit yang parah. Hanya pusing
dan mudah lelah
 Riwayat penyakit sekarang
Klien merasa sakit pada kedua ekstremitas bawah apabila banyak jalan dan
bekerja terlalu berat. Keadaan ini dialami ± 6 bulan ini
 Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti penyakit os

Pengkajian Dasar
1) Temperatur: 370 C
2) Pulse
- Kecepatan 86 x/menit
- Radial
3) Respirasi (pernafasan)
Kecepatan: 26 x/menit
Irama: reguler
4) Tekanan darah
Saat baring: 110/90 mmHg
Saat duduk: 110/90 mmHg
Saat berdiri: 120/90 mmHg
5) BB sekarang : 56 kg
6) Tingkat orientasi
Baik, pasien dengan lingkungan sekitar dapat berorientasi
7) Memory (ingatan)
Pasien masih dapat mengingat masa yang lalu sampai sekarang (jangka panjang)
8) Pola tidur
Cukup, 8 jam / hari
Siang: 1 jam
Malam: 7 jam
9) Penyesuaian psikososial
Emosi terkendali

Sistem Persyarafan
1.   Raut wajah simetris
2.   Mata
 Pergerakan: aktif
 Kejelasan melihat: pasien dapat melihat dengan jarak fisus lapangan pandang
1/30 meter
 Katarak: tidak ada
3.   Pupi: isokor, tidak ada dilatasi
4.   Ketajaman pendengaran
 Pendengaran masih baik
 Tinitus tidak ada
 Serumen telinga ada, dalam batas normal
5.   Tidak ada rasa nyeri pada persyarafan

Sistem Kardiovaskuler
 HR: 86 x/menit
 Tidak ada pembengkakan vena jugularis

Sistem Gastrointestinal
 Status gizi: baik
 Pemasukan diet:
Pagi: susu + roti
Siang: nasi + lauk pauk + buah
Malam: nasi + lauk pauk
 Pasien menghabiskan setiap diet yang diberi habis, mual dan muntah tidak ada
 Keadaan gigi: sudah banyak yang tanggal, rahang masih kuat, rongga mulut kotor
 Peristaltik ada (dalam keadaan normal)
 Palpasi perut soepel, tidak ada konstipasi dan diare

Sistem Genitourisearius
1) BAK: kuning, bau khas / BAB: kuning, bau khas, frekuensi 1x sehari-hari
 Tidak ada distensi kandung kemih
 Frekuensi 6x sehari
 Pemasukan cairan: dalam sehari pasien minum 12 gelas per hari (4500 cc)
 Pengeluaran cairan: 2700 cc per hari
2) Seksualitas: tidak dapat dikaji

Sistem Kulit
1) Kulit
 Kulit lembab
 Tidak ada luka
 Turgor kulit baik, bila diberi tekanan kembali dalam 2 detik
2) Adanya jaringan parut: pada pasien terdapat keriput pada bagian kulit
3) Keadaan kuku: kotor
4) Keadaan rambut: hitam keputihan, kotor

Sistem Muskuloskletal
1)   Kontraktur
Gerakan sendi tidak kuat lagi
2)   Tingkat mobilisasi
 Ambulasi dengan bantuan alat atau dengan bantuan perawat
 Pergerakan kaki kanan terbatas karena adanya pembengkakan pada lutut dan
terasa nyeri atau sakit
 Kekuatan otot berkurang, dan pasien hanya mempu berjalan sejauh 500 meter

Psikososial
Pasien mengatakan senang dengan kehadiran perawat di Wisma, karena ada yang
memperhatikan segala aktifitasnya dan mendapatkan kasih sayang.

c. Pemeriksaan fisik
 Keadaan Umum
Kesadaran                         :  Compos mentis
TD                                        :  110 / 70 mmHg
Nadi                                     :  80 x/i
Pernafasan                        :  20 x/i
Suhu tubuh                       :  370 C
Tinggi badan                     :  145 cm
Berat badan                       :  50 kg

 Mata
Ketajaman penglihatan masih baik dan dapat melihat dari jarak 30 m tidak
ditemukan ikterus, konjungtiva tidak dijumpai anemia.
 Hidung
Tidak ada perdarahan bentuk simetris, tidak ada polip dan kelainan lainnya.
 Telinga
Pendengaran baik, serumen dalam batas normal.
 Mulut
Rongga mulut kotor akibat sering mengunyah sirih, tidak ada tanda-tanda
peradangan. Fungsi pengecapan baik dapat merasakan asam dan manis, gigi
masih ada.
 Kelenjar tiroid
Tidak ada pembengkakan.
 Ekstremitas
Atas: ada rasa nyeri dan sakit pada pergelangan tangan
Bawah: tidak ada cacat pada ekstremitas bawah, tampak pembengkakan di lutut,
klien mengatakan daerah pinggang sering terasa nyeri, lutut hingga mata kaki
sering sakit dan kebas dan sulit dan sakit berdiri apabila terlalu lama duduk.
 Nutrisi
Makan 3x sehari dengan menu nasi, lauk pauk, ikan, nafsu makan kadang baik
tergantung menu yang disajikan
Jenis minuman air putih ± 8 gelas / hari.
 Eliminasi
BAB 1 x sehari warna kuning, bau khas
Bak 4 – 5 x sehari warna kekuningan.
 Pola aktivitas
Klien sebagai penghuni panti jompo (gerontik) bekerja secara rutin di ladang
menanam kacang.

Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Perubahan patologis Rasa nyeri pada sendi
Klien mengatakan sering persendian oleh bagian bawah
sakit pada bagian rematoid srtritis
pinggang hingga mata
kaki

DO:
Rasa sakit pada
persendian klien
memijat-mijat kaki
sekala nyeri 3 – 4
2 DS: Hilang kekuatan otot Resiko tinggi
Klien mengatakan sakit rasa nyeri, kaku sendi timbulnya cedera
berdiri, saat baru bangun
tidur atau saat duduk

DO:
Klien tampak mencoba
berdiri dengan pelan-
pelan apabila sedang
duduk apabila hendak
berdiri berpegangan

Perumusan Diagnosa Keperawatan


1)    Gangguan rasa nyaman nyeri b/d perubahan patologis pada rematoid artritis d/d rasa
sakit pada bagian persendian, klien tampak memijat kaki, skala nyeri 3.
2)    Resiko tinggi terjadinya cedera b/d hilangnya kekuatan otot rasa nyeri dan kaku sendi
d/d sulit berdiri apabila sedang duduk, klien tampak mencoba berdiri dengan pelan-pelan.

Rencana Asuhan Keperawatan


Dx 1
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d perubahan patologis pada rematoid artritis d/d rasa sakit
pada bagian persendian, klien tampak memijat kaki, skala nyeri 3.

Tujuan:
Klien merasa nyaman.

Kriteria hasil:
Rasa nyeri berkurang / hilang.

No Intervensi Rasional
1 Anjurkan klien untuk beristirahat     Dengan menganjurkan klien
sesuai dengan kondisi untuk beristirahat sesuai dengan
Bantu atau anjurkan pasien untuk kondisinya diharapkan nyeri
2 menghindari gerakan eksternal berkurang
rotasi pada ekstremitas      Dengan membantu dan
Ajarkan terapi panas mis: kompres mengajarkan pasien untuk
hangat menghindarkan gerakan eksternal
3 Beri obat sesuai terapi dokter rotasi pada ekstremitas diharapkan
di lokasi dan stress pada sendi tidak
4 terjadi
     Dengan menganjurkan terapi
panas yaitu kompres pada bagian
yang sakit diharapkan panas
meningkatkan sirkulasi relaksasi
otot untuk mengurangi kekuatan,
kemungkinan juga panas dapat
membantu pengeluaran endorphin
yaitu sejenis morphin yang
diprosuksi tubuh

Implementasi:
 Menganjurkan klien untuk beristirahat
 Membantu dan mengajari klien untuk menghindarkan gerakan eksternal rotasi
pada ekstremitas
 Mengajarkan pada klien untuk terapi panas (kompres hangat pada bagian yang
sakit
 Memberi obat sesuai terapi dokter

Evaluasi:
S   :  Klien mengatakan masih nyeri tapi sudah agak berkurang dan nyaman sewaktu diberi
kompres hangat pada sendi yang sakit
O   :  Klien tampak tenang
A   :  Masalah sebagian dapat teratasi
P   :  Intervensi dilanjutkan

Dx 2
Resiko tinggi terjadinya cedera b/d hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri dan kaku sendi d/d
klien tampak sulit berdiri apabila sedang duduk dan mencoba berdiri dengan pelan-pelan.

Tujuan:
Pasien terhindar dari cedera.

Kriteria hasil:
Cedera tidak terjadi

Intervensi Rasionalisasi
     Anjurkan klien memakai alas     Dengan menganjurkan klien
kaki yang menyokong memakai alas kaki yang enyokong
diharapkan klien tidak jatuh terpeleset
     Dengan menganjurkan klien untuk
     Anjurkan klien untuk menghindari lantai yang licin
menghindari lantai yang licin diharapkan klien tidak cedera
     Dengan menganjurkan klien
     Anjurkan untuk melakukan melakukan olah raga / latihan jika
latihan / olah raga jika kondisi kondisi klien memungkinkan dapat
memungkinkan meningkatkan mobilitas dan kekuatan
otot dan mencegah deformitas

Implementasi:
 Menganjurkan klien untuk memakai alas kaki menyokong
 Menganjurkan klien untuk melakukan latihan / olah raga jika kondisi
memungkinkan

Evaluasi:
S   :  Klien mengatakan akan melakukan ajaran yang diberikan perawat
O   :  Klien tampak senang
A   :  Masalah sebagian dapat diatasi
P   :  Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra-artikuler. ( Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Volume 3. 2001 ).Artritis Reumatoid ( AR ) adalah
kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai membran sinovial dari persendian
dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan
mobilitas, dan keletihan. ( Diane C. Baughman. 2000 )Penyebab penyakit rheumatoid
arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya adalah mekanisme
imunitas (antigen – antibodi), faktor metabolik dan infeksi virus (Suratun, Heryati,
Manurung & Raenah, 2008).
B. SARAN
Sebaiknya kita menjaga aktivitas, pola tidur, diet dan yang lainnya agar seimbang,
untuk menghindari AR menyerang pada sistem imun kita. 
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC


Kalim.Handono.1996.Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer.Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculaapius FKUI.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai