Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAULUAN

HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH

Nama : Sapti Pratiwi


NIM : 19300047

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK


STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
TAHUN AJARAN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

A. Definisi

Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan ( Townsend, 2007 ).

Menurut Schult & Videbeck (2010), gangguan harga diri rendah adalah
penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung

Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif


terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 2009).

Jadi dapat disimpulkan bahwa Harga Diri Rendah adalah perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang dapat diekspresikan secara langsung dan tak
langsung.

B. Penyebab Harga Diri Rendah

Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga
diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena
individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku
klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu
memberi respon negatif mendorong individu menjadi harga diri rendah
(Schult & Videbeck, 2010).

Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya


individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis),
individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul
pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan
peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan
fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan
tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi
secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri
rendah kronis (Schult & Videbeck, 2010).

Terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah kronis juga di


pengaruhi beberapa faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologis,
sosial dan kultural. faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik
yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula
berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar
serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan
pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar
karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya
(Schult & Videbeck, 2010).

Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri
rendah kronis, system Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien
dengan harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa
tidak berguna atau gagal terus menerus. berdasarkan faktor psikologis , harga
diri rendah konis sangat berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan
individu menjalankan peran dan fungsi. Hal-hal yang dapat mengakibatkan
individu mengalami harga diri rendah kronis meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya pada
anak, tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin
dan peran dalam pekerjaan. (Effendy, 2010).

Faktor sosial: secara sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses


terjadinya harga diri rendah kronis, antara lain kemiskinan, tempat tinggal
didaerah kumuh dan rawan, kultur social yang berubah misal ukuran
keberhasilan individu (Effendy, 2010).

Faktor kultural: tuntutan peran sesuai kebudayaan sering meningkatkan


kejadian harga diri rendah kronis antara lain : wanita sudah harus menikah
jika umur mencapai duapuluhan, perubahan kultur kearah gaya hidup
individualisme. Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-
faktor pada ketiga unsur itu yang terus menerus saling mempengaruhi (Wong,
2008), yaitu:
1. Faktor-faktor somatik (somatogenik)
Faktor-faktor somatik Effendy, 2010).

a. Neuroanatomi
b. Neurofisiologi
c. Neurokimia
d. Tingkat kematangan dan perkembangan organik
e. Faktor-faktor pre dan peri – natal
2. Faktor-faktor psikologik ( psikogenik) :

Interaksi ibu –anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal
berdasarkan kekurangan, distorsi dan keadaan yang terputus (perasaan tak
percaya dan kebimbangan) (Effendy, 2010).

a. Peranan ayah

b. Persaingan antara saudara kandung

c. Inteligensi

d. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat

e. Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau


rasa salah

f. Konsep diri : pengertian identitas diri sendiri versus peran yang tidak
menentu

g. Keterampilan, bakat dan kreativitas

h. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya

i. Tingkat perkembangan emosi


3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik) (Effendy, 2010).

a. Kestabilan keluarga

b. Pola mengasuh anak

c. Tingkat ekonomi

d. Perumahan : perkotaan lawan pedesaan

e. Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas


kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai

f. Pengaruh rasial dan keagamaan

g. Nilai-nilai

C. Pohon Masalah

Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Effect Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

Isolasi Sosial

Core Problem Harga Diri Rendah Kronis

Causa Koping Individu Tidak Efektif

(Effendy, 2010)
D. Psikodinamika

1. Etiologi

Gangguan harga diri rendah dapat terjadi secara situasional dan kronik
dikatakan situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya dioperasi,
kecelakaam, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan
malu kerena terjadi sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dan dipenjara
secara tiba-tiba). Dan dikatakan kronik yaitu perasaan negative terhadap diri
telah berlangsung lama. Klien ini mempunyai perasaan negative. Kejadian
sakit atau dirawat akan menambah persepsi negative terhadap dirinya
(Effendy, 2010).

2. Proses terjadinya masalah

Harga diri terjadi karena perasaan dicintai dan mendapatkan pujian dari
orang lain. Harga diri akan menjadi rendah ketika tidak ada lagi cinta dan
ketika adanya kegagalan, tidak mendapatkan pengakuan dari orang lain,
merasa tidak berharga, gangguan citra tubuh akibat suatu penyakit sehingga
akan menimbulkan suatu gambaran individu yang berperasaan negative
terhadap diri sendiri (Effendy, 2010).

3. Komplikasi

Individu mengalami gangguan konsep diri: harga diri rendah pertama kali
akan merasa cemas dan takut. Individu akan takut ditolak, takut gagal, dan
takut dipermalukan. Akhirnya cenderung untuk menarik diri, akan
mengisolasi diri, yang pada akhirnya individu akan mengalami gangguan
realita. Komplikasi yang berbahaya individu mempunyai keinginan untuk
meciderai dirinya (Effendy, 2010).
E. Rentang Respon Konsep Diri

Schultz dan Videback (2010).

1. Respon adaftif

Adalah pernyataan dimana klien jika menghadapi suatu masalah akan


dapat memecahkan masalah tersebut.

a. Aktualisasi diri

Adalah pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman yang sukses dan dapat diterima.

b. Konsep diri positf

Adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam


beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negative
dari dirinya (Schultz dan Videback 2010).

2. Respon maladaftif

Adalah keadaan klien dalam menghadapi suatu masalah tidak dapat


memecahkan masalah tersebut.

a. Harga Diri Rendah

Adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa


lebih rendah dari orang lain

b. Identitas Kacau

Adalah kegagalan individu untuk mengintegritas aspek-aspek idintitas


masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial keperibadian
masa dewasa yang harmonis.
c. Depersonallisasi

Adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak membedakan
dirinya dengan orang lain. Menurut Suliswati Dkk komponen konsep diri
ada lima yaitu terdiri dari:

 Citra tubuh

Adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak disadari
meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk,
fungsi, penampilan dan potensi tubuh.

 Ideal diri

Adalah persepsi individu tentang bagaimana seharusnya bertingkah laku


berdasarkan standar peribadi.

 Harga diri

Adalah penilaian peribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa


berapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya (Schultz dan
Videback, 2010).

1) Peran

Adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan
oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi idividu di dalam kelompok
sosialnya (Schultz dan Videback, 2010).

2) Identitas diri

Adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari
observasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari bahawa dirinya
berbeda dengan orang lain (Schultz dan Videback, 2010)..
Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian keperawatan

a. Faktor Predisposisi Townsend (2007)

1) Factor predisposisi citra tubuh

a. Kehilangan atau kerusakan organ tubuh (anatomi dan fungsi)

b. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh

c. Proses patalogik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun


fungsi tubuh

d. Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterapi dan transpantasi

2) Factor predisposisi harga diri

a. Penolakan dari orang lain

b. Kurang penghargaan

c. Pola asuh yang salah yaitu terlalu dilarang , terlalu dikontrol, terlalu
diturut, terlalu dituntut dan tidak konsisten

3) Faktor predisposisi peran

a. Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan,


perubahan situai dan sehat-sakit

b. Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang


bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi.

c. Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang


harapan peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku yang
sesuai

d. Peran yang terlalu banyak

4) Factor predisposisi identitas diri

a. Ketidak percayaan orang tua dan anak

b. Tekanan dari teman sebaya


c. Perubahan dari struktur sosial

b. Faktor Presipitasi

1) Trauma

Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri situasi yang membuat


individu sulit menyesuaikan diri atau tidak dat menerima khususnya
trauma emosi seperti penganiayaan fisik, seksual, dan psikologis pada
masa anak-anak atau merasa terancam kehidupannya atau menyaksikan
kejadian berupa tindakan kejahatan (Townsend, 2007).

2) Ketegangan peran

Pada perjalanan hidup individu sering menghadapi Transisi peran yang


beragam, transisi peran yang sering terjadi adalah perkembangan, situasi,
dan sehat sakit (Townsend, 2007).

c. Manifestasi klinik (Townsend, 2007).

1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan


terhadap penyakit

2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri

3) Merendahkan martabat

4) Gangguan hubungan social

5) Percaya diri kurang

6) Mencederai diri

d. Mekanisme koping (Townsend, 2007).

1) Koping jangka pendek

a) Aktivitas yang dapat memberikan kesempatan lari sementara dari


krisis, misalnya menonton TV, dan olah raga.

b) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara,


misalnya ikut kegiatan social politik dan agama.
c) Aktivitas yang memberikan kekuatan atau dukungan sementara
terhadap konsep diri, misalnya aktivitas yang berkompetensi yaitu
pencapaian akademik atau olah raga.

d) Aktivitas yang mewakili jarak pendek untuk membuat masalah


identitas menjadi kurng berarti dalam kehidupan, misalnya
penyalahgunaan zat.

2) Koping jangka panjang (Townsend, 2007).

a) Penutupan identitas

Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang yang penting


bagi individu tampa memperhatikan keinginan aspirasi dan potensi
individu.

b) Identitas negative

Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat di terima oleh nilai-
nilai dan harapan masyarkat.

e. Test diagnostik (Townsend, 2007).

1) Test psikologik: test keperibadian

2) EEG: ganguan jiwa yang disebabkan oleh neorologis

3) Pemeriksaan sinar X: mengetahui kelainan anatomi

4) Pemeriksaan laboratorim kromosom: ginetik

f. Penatalaksanaan medis (Townsend, 2007).

a. Terapi keluarga

b. Terapi lingkungan

c. Terapi perilaku

d. Terapi kognitif

e. Terapi aktivitas kelompok


2. Diagnosa keperawatan (Townsend, 2007).

1. Harga diri rendah.


2. Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan
3. Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
4. solasi Sosial

3. Rencana tindakan keperawatan (Townsend, 2007).

Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi


Harga diri rendah Setelah dilakukan asuhan SP pada pasien
SP I
keperawatan selama 3x
1. Mengidenfikasi
pertemuan klien dapat
kemampuan dan
berinteraksi baik dengan
aspek positif yang
masyarakat sekitar.
dimiliki pasien
Kriteria hasil :
2. Membantu pasien
1. Klien dapat membina
menilai kemampuan
hubungan saling
pasien yang masih
percaya dengan
dapat digunakan
perawat 3. Membantu pasien
2. Klien dapat menilai memilih kegiatan
kemampuan dan aspek yang akan dilatih
positif yang dimiliki sesuai dengan
3. Klien dapat Klien kemampuan pasien
4. Melatih pasien
dapat menilai
kegiatan yang
kemampuan yang
dipilih sesuai
dimiliki untuk
kemampuan
dilaksanakan
5. Membimbing pasien
4. Klien dapat
memasukkan dalam
merencanakan
jadwal kegiatan
kegiatan sesuai dengan
harian.
kemampuan yang
dimiliki SP II
5. Klien dapat melakukan 1 Memvalidasi
kegiatan sesuai masalah dan latihan
rencana yang dibuat sebelumnya.
2 Melatih kegiatan
6. Klien dapat
kedua (atau
memanfaatkan sitem
selanjutnya) yang
pendukung
dipilih sesuai
kemampuan
Membimbing pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan
harian

SP pada keluarga
SP I
1 Mendiskusikan
masalah yang
dirasakan keluarga
dalam merawat
pasien
2 Menjelaskan
pengertian, tanda
dan gejala harga
diri rendah yang
dialami pasien
beserta proses
terjadinya
3 Menjelaskan cara-
cara merawat
pasien harga diri
rendah

SP II
1 Melatih keluarga
mempraktekkan
cara merawat
pasien dengan
harga diri rendah
2 Melatih keluarga
melakukan cara
merawat langsung
kepada pasien
harga diri rendah

SP III
1 Membantu keluarga
membuat jadual
aktivitas di rumah
termasuk minum
obat (discharge
planning)
2 Menjelaskan
follow up pasien
setelah pulang

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Nasrul. (2010). Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.

Keliat, A.B. (2007). Tingkah Laku Bunuh Dirí. Jakarta : Arcan.

Schultz dan Videback. (2010). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th
edition. Philadelphia : Lippincott- Raven Publisher.

Townsend. (2007). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for


Care Plan Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC
Wong L. Donna. (2008). Essentials of Pediatric Nursing, 4th, Mosby Year Book,
Toronto.

Anda mungkin juga menyukai