OLEH :
NAMA NIM
MEYNA YULYANA 19300046
KARMILA 19300040
DIAN NORMAYASARI 19300010
ECI NOFRIANI 19300002
DEPIANA 19300027
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
seminar Keperawatan Jiwa ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
JIWA PADA NY. S DENGAN MASALAH UTAMA GANGGUAN
PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DAN
PENGLIHATAN DI RUANG MERPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2020” sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan. Dalam penyusunan tugas seminar ini, kami
sangat menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan kami
ini yang dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman, serta
kekhilafan yang kami miliki. Dalam penyusunan tugas seminar ini kami banyak
mendapatkan bimbingan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak maka pada
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
C. Tujuan Umum ..................................................................................... 4
D. Tujuan Khusus .................................................................................... 4
E. Ruang Lingkup .................................................................................... 4
F. Metode Penulisan ................................................................................ 4
G. Sistematika Penulisan.......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi ................................................................................................. 6
B. Etiologi .................................................................................................
C. Jenis Halusinasi .................................................................................... 7
D. Tanda Dan Gejala Halusinasi ............................................................... 7
E. Rentang Respon .................................................................................... 9
F. Pathway ................................................................................................ 10
G. Tahapan Halusinasi............................................................................... 10
ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI
1. Pengkajian ............................................................................................ 11
2. Intervensi .............................................................................................. 11
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ............................................................................................ 16
Analisa Data ....................................................................................... 26
Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 28
Rencana Tindakan Keperawatan Jiwa................................................ 30
Implementasi Keperawatan ................................................................ 42
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ............................................................................................ 76
B. Diagnosa Keperawatan ......................................................................... 77
C. Intervensi Keperawatan ........................................................................ 79
D. ImplementasiKeperawatan ................................................................... 81
E. Evaluasi ................................................................................................ 83
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 85
B. Saran ..................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat adalah suatu keadaan yang meliputi fisik, mental dan sosial yang
tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan (World Health Organization,
2015). Seseorang dapat dikatakan sehat jiwa yaitu kondisi mental sejahtera
dengan kualitas hidup seseorang yang harmonis dan produktif dari semua segi
kehidupan manusia (Afnuhazi, 2015 dalam Widodo, 2016). Menurut
Permenkes No. 54 tahun 2017, kesehatan jiwa adalah adalah kondisi dimana
seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya, sedangkan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) adalah
orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku dan perasaan yang
termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala/atau perubahan perilaku yang
bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia. Gangguan jiwa parah yang
menyebabkan munculnya pemikiran dan persepsi yang tidak normal adalah
Skizofrenia.
Kesehatan jiwa saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang
signifikan. Masalah gangguan jiwa hampir terjadi diseluruh negara
didunia.Pada tahun 2016, International Health Matric Evaluation (IHME)
mengestimasi negara-negara dengan penderita gangguan jiwa terbanyak adalah
Greenland (22,4%), Australia (21,73%), Amerika Serikat (21,56%) dari total
penduduknya. Oleh karena itu, WHO memandang serius masalah ini dengan
menjadikan isu yang penting dan menjadi salah satu pokok program kerja
WHO (Sosrosumihardjo, 2010 oleh Sukamto dkk, 2014). Gangguan jiwa terdiri
dari berbagai masalah dengan gejala yang berbeda, mereka umumnya ditandai
oleh beberapa kombinasi dari pikiran yang tidak normal, emosi, perilaku, dan
1
hubungan dengan orang lain. Contoh gangguan jiwa seperti skizofrenia,
depresi, retardasi mental dan gangguan akibat penyalahgunaan narkoba sebagai
isu yang perlu mendapatkan perhatian dari dunia.
Penderita gangguan jiwa mengalami peningkatan yang signifikan setiap
tahun diberbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. World Healt
Organization (WHO) memperkirakan sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60
juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena
dimensia. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor yang berdampak pada
penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka
panjang (Kemenkes RI, 2016). Sedangkan gangguan jiwa berat terbanyak di
Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Provinsi dengan
prevalensi gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur
(Riskesdas, 2013).
Hasil survey Kesehatan Mental Rumah Tangga di Indonesia menyatakan
bahwa 185 orang per 1000 penduduk di Indonesia mengalami skizofrenia
(ringan sampai berat). Berdasarkan survey di rumah sakit jiwa, masalah
keperawatan yang paling banyak ditemukan adalah menarik diri (17,91%),
halusinasi (26,37%), perilaku kekerasan (17,41%), dan harga diri rendah
(16,92%) (Prabowo, 2014).
Halusinasi yang paling banyak diderita adalah halusinasi pendengaran
yang mencapai lebih dari 70%, sedangkan halusinasi penglihatan mencapai
20% dan halusinasi pengecapan, penghidu, perabaan, kinesthetik, dan
kenesthetik hanya 10% (Muhith, 2015). Keadaan ini juga didukung penelitian
oleh Halawa (2014) halusinasi pendengaran merupakan tingkat halusinasi
yang paling tinggi angka kejadiannya.
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa yang mengalami
perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, dan penciuman. Pasien merasakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada. Pasien gangguan jiwa mengalami
perubahan hal orientasi realitas. Salah satu tanda gejala yang muncul yaitu
2
halusinasi yang membuat pasien tidak dapat menjalankan pemenuhan dalam
kehidupan sehari – hari (Yusuf, 2015). Sedangkan menurut Prabowo (2014),
halusinasi pendengaran merupakan gangguan stimulus dimana pasien
mendengar suara – suara, biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang dipikirkannya dan memerintah untuk melakukan
sesuatu. Dengan adanya halunsinasi maka dibutuhkan tindakan yang harus
dilakukan untuk mengontrol halusinasi tesebut dengan harapan agar halusinasi
dapat diatasi pasien, baik dalam keadaan normal maupun upnormal.
Menurut data Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013,
menyimpulkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang
menunjukkan gejala depresi dan kecemasan, usia 15 tahun ke atas mencapai
sekitar 14juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan
prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000
orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Provinsi-provinsi yang
memiliki gangguan jiwa terbesar pertama adalah Daerah Istimewa
Yogyakarta (0,27%), urutan kedua Aceh (0,27%), dan urutan ketiga Sulawesi
Selatan (0,26%), sedangkan di Bangka Belitung tercatat sekitar 3.250 orang
menderita gangguan jiwa (Riskesdas, 2013). Peningkatan proporsi gangguan
jiwa pada data yang didapatkan Riskesdas 2018 cukup signifikan jika
dibandingkan dengan Riskesdas 2013, naik dari 1,7% menjadi 7%. Di
BangkaBelitung, prevalensi jumlah orang dengan gangguan jiwa meningkat
menjadi 6-7 jiwa per 1000 penduduk (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian Rekam Medik Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitungtahun 2017, jumlah
penderita gangguan jiwa yaitu 2.288 orang di rawat inap dan pada tahun
2018, jumlah ini meningkat menjadi 2.626 orang pasien. Data rawat inap
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun
2016 menunjukkan bahwa pasien dengan halusinasi sebanyak 939 klien, pada
tahun 2017 tercatat 1.673 klien (72% dari jumlah seluruhnya pada tahun
tersebut), sedangkan pada tahun 2018 menunjukkan bahwa pasien dengan
halusinasi memiliki persentase 76% orang penderita halusinasi. Angka
3
kejadian dari gejala ini cukup signifikan dalam kurun waktu 2 tahun
terakhir(Data Medical Record RSJD Prov. Kep. Bangka Belitung, 2018).
Pada bulan Januari sampai bulan Oktober 2019, kejadian halusinasi di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Ruang
Merpati total pasien sebanyak 214 pasien (Data Medical Record RSJD Prov.
Kep. Bangka Belitung, 2019).
Dari uraian diatas, kelompok tertarik untuk menyusun Asuhan
Keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi di Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung”.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa
Halusinasi (Gangguan Persepsi Sensori)
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar Halusinasi (Gangguan Persepsi Sensori)
b. Menjelaskan asuhan keperawatan Halusinasi (Gangguan Persepsi
Sensori), meliputi :
1) Pengkajian Halusinasi (Gangguan Persepsi sensori)
2) Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan
persepsi sensori (Halusinasi)
3) Melakukan perencanaan pada klien gangguan persepsi sensori
(Halusinasi)
4) Melakukan implementasi pada klien gangguan persepsi sensori
(Halusinasi)
5) Melakukan dokumentasi dan evaluasi pada klien gangguan persepsi
sensori (Halusinasi)
4
c. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penulisan asuhan keperawatan seminar ini adalah
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Ruang
Merpati pada tanggal 23 Desember 2019 sampai 28 Desember 2019.
d. Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam penulisan Asuhan Keperawatan Seminar ini
adalah dengan menggunakan penulisan deskriptif yaitu menggambarkan
bagaimana suatu proses keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi
sensor.
e. Sitematika Penulisan
Pendekatan proses keperawatan terdiri dari pengkajian, perencanaan,
implementasi, evaluasi dan dokumentasi. Adapun teknik penulisan yaitu
pengumpulan data dengan melakukan observasi kemudian menggambarkannya
dengan memaparkan dalam bentuk Asuhan Keperawatan, sedangkan untuk
mengumpulkan data sebagai berikut :
1. Observasi
Dengan menggunakan pengamatan langsung dan berperan serta
selama perawatan yakni dengan mengamati keadaan umum perkembangan
penyakit pasien, penatalaksanaan dan pengobatan berperan serta aktif
memberikan asuhan keperawatan.
2. Wawancara
Melakukan kegiatan untuk mendapatkan keterangan langsung dengan
menggunakan tanya jawab kepada pasien, keluarga pasien, perawat ruangan,
dokter, atau tenaga kesehatan lainya.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan adalah ketrampilan dasar yang digunakan selama
pemeriksaan antara lain inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi yang
memungkinkan perawat mengumpulkan data fisik klien yang luas. Dalam
5
melaksanakannya kelompok mengaplikasikannya pada pasien gangguan
persepsi sensor
4. Studi Dokumenter
Pengumpulan data tentang keadaan pesien dari catatan medik, catatan
perawatan, hasil laboratorium, serta pemeriksaan lain.
5. Studi Kepustakaan
Metode pengumpulan data dengan mempelajari sumber tertulis berupa
buku yang ada hubungannya dengan materi yang bersifat dalam pembuatan
Asuhan Keperawatan Seminar dan melalui akses internet
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1.Skizofrenia
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizein yang berarti
terpisah dan pren yang berarti jiwa. Terjadi pecahnya/ ketidakserasian
antara afek, kognitif dan perilaku (Hendarsyah, 2016 dalam Ridho, 2017).
Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan
gangguan utama pada proses pikir serta disharmoni (keretakan,
perpecahan) antara proses pikir, afek / emosi, kemauan dan psikomotor
disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi; asosiasi
terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi. Skizofrenia merupakan bentuk
psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun faktor penyebabnya
belum dapat diidentifikasi secara jelas ( Direja, 2011 dalam Ridho, 2017).
2. Halusinasi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan
yang dialami suatu persepsi melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren:
persepsi palsu. (Prabowo, 2014)
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal
(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang
berbicara.(Yudi Hartono, 2012)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien
mengalamai perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (Damaiyanti, 2012)
7
B. Etiologi
Faktor predisposisi dan faktor presipitasi terjadinya halusinasi menurut
Stuart(2013) dalam Sutejo (2017), adalah sebagai berikut:
a. Faktor Predisposisi
1). Faktor Biologis
Hal yang dikaji adalah adanya faktor herediter gangguan jiwa,
adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan
riwayat penggunaan Napza.
2). Faktor Psikologis
Pada klien yang mengalami halusinasi, dapat ditemukan adanya
kegagalan yang berulang, individu korban kekerasan, kurangnya kasih
sayang, atau overprotektif.
3). Faktor Sosial Budaya dan Lingkungan
Klien dengan halusinasi didapatkan sosial ekonomi rendah, riwayat
penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak, tingkat pendidikan
rendah, dan kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri)
serta tidak bekerja.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pada klien degan halusinasi ditemukan adanya
riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak,
kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup,
kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang
sering tidak sesuai dengan klien serta konflik antar masyarakat.
C. Jenis Halusinasi
Menurut Sutejo (2017), jenis halusinasi dibagi menjadi 5, yaitu :
1. Halusinasi pendengaran(auditory-hearing voice or sound hallucination)
2. Halusinasi penglihatan (visual hallucination)
3. Halusinasi penciuman (olfactory hallucination)
4. Halusinasi pengecapan (gustatory hallucination)
8
5. Halusinasi perabaan (tactile hallucination)
9
3. Halusinasi penghidu
Data subjektif :
a. Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, bayi, fase, bau masakan, dan
parfum yang menyengat.
b. Klien mengatakan sering mencium bau sesuatu.
Data objektif :
a. Ekspresi wajah seperti sedang mencium
b. Adanya gerakan cuping hidung
c. Mengarahkan hidung pada tempat tertentu
4. Halusinasi peraba
Data subjektif :
a. Klien mengatakan seperti ada sesuatu di tubuhnya
b. Merasakan ada sesuatu ditubuhnya
c. Merasakan sangat panas atau dingin
d. Merasakan tersengat aliran listrik
Data objektif :
a. Mengusap dan menggaruk kulit
b. Meraba permukaan kulit
c. Menggerak gerakan badannya
d. Memegangi terus area tertentu
5. Halusinasi pengecapan
Data subjektif :
a. Merasakan seperti sedang makan sesuatu
b. Merasakan ada yang dikunyah di mulutnya
Data objektif :
a. Seperti mengecap sesuatu
b. Mulutnya seperti mengunyah
c. Meludah atau muntah
10
E. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Pikiran logis Pikiran kadang Gangguan pikiran
Persepsi akurat menyimpang Halusinasi
Emosikonsisten Ilusi Sulit merespon
dengan pengalaman Reaksi emosi tidak emosi
Perilaku sesuai stabil Perilaku
Berhubungan sosial Prilaku aneh/ tidak disorganisasi
biasa Isolasi social
Menarik diri
F. Pathway
Akibat resiko menciderai diri sendiri dan orang lain
G. Tahapan Halusinasi
Menurut Yosep (2014) , tahapan halusinasi terdiri dari 5 tahap, yaitu :
1. Tahap I (sleep disorder)
Merupakan fase awal seseorang sebelum muncul halusinasi. Klien merasa
banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut diketahui orang
lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karena
banyak stressor terakumulasi. Masalah terasa menekan karena terakumulasi
sedangkan support system kurang dan persepsi terhadap masalah sangat
buruk. Sulit tidur berlangsung terus-menerus sehingga terbiasa mengkhayal
dan menganggap lamunan-lamunan awal tersebut sebagai pemecahan
masalah.
11
2. Tahap II (comforting)
Comforting, dimana halusinasi secara umum diterima sebagai sesuatu yang
alami dan juga sebagai fase menyenangkan. Karakteristik dari fase ini klien
mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, perasaan rasa bersalah,
kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Pada fase ini klien
berperilaku tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang
asik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
3. Tahap III (condemning)
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan termasuk dalam psikotik
ringan, karakteristik klien pada fase ini menjadi pengalaman sensori
menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun dan berfikir
sendiri menjadi dominan, mulai merasakan ada bisikan yang tidak jelas.
Klien tidak ingin orang lain tahu dan klien ingin mengontrolnya. Perilaku
klien pada fase ini biasanya meningkatkan tanda tanda sistem syaraf otonom
seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, klien asyik dengan
halusinasinya dan tidak bisa membedakan dengan realita.
4. Tahap IV (controling)
Controlling disebut juga ansietas berat, yaitu pengalaman sensori menjadi
berkuasa. Karakteristik klien meliputi bisikan, suara, bayangan, isi
halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Tanda-tanda
fisik berupa berkeringat, tremor, dan tidak mampu memenuhi perintah.
5. Tahap V (conquering)
Conquering disebut juga fase panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya
termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik yang muncul pada klien
meliputi halusinasi berubah menjadi mengancam, memerintah dan
memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak
dapat berhubungan seara nyata dengan orang lain dan lingkungan.
12
Asuhan Keperawatan Halusinasi
1. Pengkajian
a. Data subjek:
1) Klien sering mendengar suara-suara orang yang mengajaknya bicara
atau menyuruh-nyuruhnya, tapi klien tidak ingat lagi bunyi/kata-kata
dari suara-suara itu
2) Klien mendengar suara itu saat sedang sendirian dan kadang juga saat
sedang bersama orang lain
3) Klien mengatakan ia berusaha tidak mau mendengarkan suara-suara
itu karena membuatnya bingung dan marah
b. Data Objek: Klien tampak bingung, berusaha mengingat isi suara-suara
yang didengarnya.
2. Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi
keperawatan
Gangguan persepsi Setelah dilakukan TINDAKAN
sensori halusinasi tindakan keperawatan PSIKOTERAPEUTIK
selama 3x interaksi, klien Klien
tidak mendengar bisikan SP I
Kriteria hasil : 1. bina hubungan saling
1. Klien dapat membina percaya
hubungan saling 2. identifikasi jenis
percaya halusinasi
2. Klien dapat mengenal 3. identifikasi isi
halusinasinya halusinasi
3. Klien dapat 4. Identifikasi waktu
mengontrol halusinasi
halusinasinya 5. identifikasi frekuensi
4. Klien dapat dukungan halusinasi
dari keluarga untuk 6. identifikasi situasi
13
mengontrolhalusinasin yang menimbulkan
ya halusinasi
5. Klien dapat 7. identrifikasi respon
memanfaatkan obat klien terhadap
dengan benar halusinasi
8. latih klien cara
mengontrol
halusinasi
SP II
1. bina hubungan saling
percaya
2. identifikasi masalah
dan latihan
sebelumnya
3. latih klien cara
mengontrol halusinasi
dengan cara
bercakap-cakap
dengan orang lain
4. anjurkan klien
memasukan dalam
jadwal kegiatan
harian
SP III
1. bina hubungan saling
percaya
2. identifikasi masalah
14
dan latihan
sebelumnya
3. latih klien cara
mengontrol halusinasi
dengan kegiatan yang
biasa dilakukan klien
di rumah sehari-hari
4. membimbing klien
memasukan jadwal
kegiatan
SP IV
1. bina hubungan saling
percaya
2. identifikasi masalah
dan latihan
sebelumnya
3. jelaskan cara
mengontrol halusinasi
dengan minum obat
teratur
4. evaluasi dari tindakan
yang dilakukan
Keluarga
SP 1
1. diskusikan masalah
yang dirasakan
keluarga dalam
merawat klien.
2. jelaskan
15
pengertian,tanda dan
gejala halusinasi.
3. jelaskan cara”
merawat pasien
halusinasi.
SP II
1. latih keluarga cara
mempraktikan
merawat pasien
dengan halusinasi
2. latih keluarga
melakukan cara
merawat langsung
kepada pasien
halusinasi.
SP III
1. bantu keluarga
membuat jadwal
aktivitas dirumah dan
termasuk minum
obat.
2. jelaskan follow up
pasien setelah pulang
TINDAKAN
PSIKOFARMAKA
1. Beri obat-obatan
sesuai program
2. Pantau keefektifan
16
dan efek sampig obat
yang diminum
3. Ukur vital sign secara
periodik
TINDAKAN
MANIPULASI
LINGKUNGAN
1. Libatkan dalam
makan bersama
2. Perlihatkan sikap
menerima dengan cara
melakukan kontak
singkat tapi sering
3. Berikan reinforcement
positif setiap Klien
berhasil melakukan
suatu tindakan
4. Orientasikan Klien
pada waktu, tempat,
dan orang sesuai
kebutuhannya
17
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
RUANG RAWAT : MERPATI
TANGGAL DIRAWAT : 21-12-2019
TGL PENGKAJIAN : 23-12-2019
18
2. Pengobatan sebelumnya
Pengobatan sebelumnya kurang berhasil. Klien tidak teratur minum obat. Klien
dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar klien, tapi masih ada gejala-gejala
halusinasi seperti bicara-bicara sendiri, sering keluyuran, dan tidak bisa tidur.
Masalah Keperawatan: Manajemen kesehatan tidak efektif (D.0116)
V. FISIK
1. Tanda vital : TD : 120/70 mmHG, N : 88 x/menit,
RR: 20 x/menit, T :36,6֯ C, skala nyeri : -
2. Ukur : TB : 157 cm BB: 52 kg
3. Keluhan fisik
Pada saat pengkajian, klien tidak mengalami keluhan fisik.
a. Kepala
Bentuk kepala normochepal, rambut warna hitam tersisir rapi dan diikat.
19
b. Wajah
Wajah simetris, wajah tampak kusam, pupil isokor, mukosa bibir lembab.
c. Leher
Tidak ada nyeri menelan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
d. Dada
Dada simetris kiri dan kanan, bunyi paru vesikuler, tidak ada wheezing dan
ronchi, tidak ada pembesaran jantung.
e. Abdomen
Tidak ada asites, tidak ada luka, bunyi tympani.
f. Ekstremitas atas
Kedua tangan simetris, jari-jari tangan lengkap, tidak ada luka.
g. Ekstremitas bawah
Kedua kaki simetris, tidak ada luka.
h. Genetalia
Tidak dilakukan pemeriksaan
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.
VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan:
: laki-laki : meninggal dunia
: perempuan : klien
---------- : tinggal satu rumah
20
Jelaskan : klien merupakan anak pertama dari 6 bersaudara, klien sudah berumah
tangga, tetapi klien sudah berpisah dengan suaminya dan tidak mempunyai anak.
Sekarang klien tinggal satu rumah dengan ibu dan adiknya. Di dalam rumah pola
asuh klien dari kecil baik oleh orangtuanya dan yang mengambil keputusan adalah
adik laki – laki klien. Sebelum sakit klien berkomunikasi baik dengan keluarga.
Masalah keperawatan : Koping tidak efektif (D.0096).
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya.
b. Identitas diri : Klien mengatakan bahwa klien seorang perempuan.
c. Peran : Klien sebagai seorang janda.
d. Ideal diri : Klien ingin menjadi orang yang lebih baik lagi dan lebih
bersemangat menjalani hidup, ingin cepat sembuh dan cepat
pulang.
e. Harga diri : Klien mengatakan bahwa dirinya cukup cantik.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : Mama klien
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Klien aktif mengikuti
kegiatan digereja.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Tidak ada hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien beragama kristen protestan, klien berkeyakinan
bahwa penyakit di deritanya adalah ujian dari Tuhan dan klien dapat
menerimanya.
b. Kegiatan ibadah : Selama dirawat klien mengatakan tidak pernah
beribadah hanya berdoa dalam hati.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
21
VII. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien berpakaian cukup rapi, klien mandi 2 kali sehari, rambut tersisir rapi dan
ikat. Tidak ada kutu.
2. Pembicaraan
Saat diajak berkomunikasi, klien dapat menjawab sesuai pertanyaan yang
diberikan dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
3. Aktifitas motorik
Klien mengikuti setiap kegiatan yang dijadwalkan yang ada di ruang Merpati.
Klien saat wawancara kooperatif, saat berinteraksi kontak mata ada, menatap
lawan bicara, klien sesekali tampak gelisah. Saat klien yang lainnya sedang
istirahat, klien tampak bicara sendiri.
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dan
penglihatan (D.0085)
4. Alam perasaan
Klien merasa dirinya baik-baik saja. Tidak ada perasaan sedih ataupun takut.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
5. Afek
Saat berinteraksi afek klien sesuai.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
6. Interaksi selama wawancara
Pada saat berinteraksi, klien mau menatap lawan bicara. Kontak mata ada..
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
7. Persepsi
Klien mengatakan ada melihat pangeran yang mendatangi klien saat pagi dan
sore hari, dengan berpakain serba putih. Dan klien mengatakan pangeran
tersebut mengajaknya berdoa.
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi Halusinasi pendengaran dan
penglihatan (D.0085).
22
8. Proses pikir
Saat berinteraksi klien mampu menjawab pertanyaan.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.
9. Isi pikir
Klien mengatakan tidak ada rasa takut ataupun curiga. Klien merasa baik-baik
saja.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
10. Tingkat kesadaran
Klien dapat mengingat waktu, tempat dan orang.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
11. Memori
Klien mampu menyebutkan tanggal lahirnya, dapat menyebutkan nama teman
dan nama perawat.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
12. Tingkat konsentrasi dan perhitungan
Klien mampu berhitung secara sederhana. Tidak mudah beralih ketika diberikan
pertanyaan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
13. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan sederhana misalnya mencuci tangan
sebelum makan.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.
14. Daya tilik diri
Klien menyadari saat ini sedang sakit dan dirawat di RSJ.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
23
2. BAB / BAK
Klien dapat BAB/ BAK secara mandiri tanpa bantuan.
3. Mandi
Klien mampu mandi secara mandiri tanpa bantuan. Klien mandi tidak
menggunakan sabun mandi, rambut tersisir rapi dan diikat.
4. Berpakaian / berhias
Klien mampu berpakaian/ berhias secara mandiri.
5. Istirahat dan tidur
Klien tidur siang selama 1 jam, tidur malam selama 7 jam. Kegiatan setelah
bangun tidur, merapikan tempat tidur klien.
6. Penggunaan obat
Selama dirawat inap, klien minum obat dengan diarahkan oleh perawat.
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien memerlukan perawatan lanjutan, dengan sistem pendukung dari keluarga
dan lingkungan sekitar.
8. Kegiatan di dalam rumah
Klien tinggal dengan ibu dan adiknya dirumah. Kegiatan selama drumah
dikerjakan sendiri.
9. Kegiatan di luar rumah
Klien mampu belanja dan menggunakan alat tansportasi secara mandiri.
Masalah keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
24
Klien mengatakan pernah sekolah tamat SMA.
Klien dirumah bisa membantu pekerjaan rumah, menyapu, mencuci baju dan
memasak.
Klien mengatakan dirumah tinggal sendiri, klien mengatakan ayahnya sudah
meninggal.
Klien mengatakan sudah berpisah dengan suaminya, klien tidak mengakui kalau
klien pernah keguguran dan tidak mempunyai anak. Klien mengatakan
mempunyai 4 orang anak dan anaknya sekarang sedang kuliah di luar negeri.
Yang membiayai hidup klien adalah adik kandung klien.
Pelayanan kesehatan di dekat tempat tinggal klien sudah tersedia.
Masalah keperawatan : Koping tidak efektif (D.0096).
25
makan naik,
merasa kurang
istirahat,
insomnia, mual,
muntah, sakit
perut.
Clozapine Antipsikotik 25mg/ 24 jam Mengurangi Sakit kepala,
(malam) gejala psikosis mengantuk,
pandangan
kabur, pusing,
mual, gangguan
buang air kecil,
konstipasi,
tubuh merasa
panas,
berkeringat.
Trihexphenidyl Antimuskarinik 2mg/ 24 jam Mengatasi gejala Kering pada
(pagi) ekstrapiramidal mulut, boal
mata membesar,
atau pandangan
mata kabur,
lelah atau
pusing, sulit
buang air kecil
atau sembelit,
gugup atau
cemas,
gangguan pada
perut, keringat
berkurang
26
ANALISIS DATA
Data Etiologi Masalah
Subjektif: “ Klien mengatakan Gangguan Gangguan persepsi sensori
ada seseorang pangeran yang penglihatan halusinasi pendengaran dan
sering menemuinya saat pagi dan pendengaran penglihatan (D.0085)
dan sore hari dan mengajaknya
berdoa”.
Objektif:
Klien tampak tenang
Tatapan mata tampak fokus
melihat sesuatu
Mulut komat kamit
Bicara sendiri
Subjektif: “Klien mengatakan Manajemen kesehatan tidak
tidak minum obat di rumah”. efektif (D.0116)
Objektif:
Klien pasien ulangan
Terakhir dirawat 2 tahun
yang lalu, tahun 2017
Putus obat ±4 bulan
Subjektif : “Klien mengatakan Ketidakadekuaan Koping tidak efektif (0096)
sudah bercerai dengan suaminya strategi koping
sejak 7 tahun yang lalu tahun
2012”
Klien tidak beribadah
Putus obat ±4 bulan
Klien sudah menjanda
27
I. MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan Persepsi sensori : halusinasi pendengaran dan penglihatan
2. Manajemen kesehatan tidak efektif
3. Koping tidak efektif
28
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
Klien dapat memanfaatkan obat dengan 7. Identifikasi respon klien terhadap halusinasi
29
SP II
1. Bina hubungan saling percaya
2. Identifikasi masalah dan latihan sebelumnya
3. Latih klien cara mengontrol halusinasi dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain
4. Anjurkan klien memasukkan kedalam jadwal
kegiatan harian
SP III
1. Bina hubungan saling percaya
2. Identifikasi masalah dan latihan sebelumnya
3. Latih klien cara mengontrol halusinasi
dengan kegiatan yang biasa dilakukan klien
dirumah sehari-hari
4. Membimbing klien memasukkan jadwal
kegiatan
30
SP IV
1. Bina hubungan saling percaya
2. Identifikasi masalah dan latihan sebelumnya
3. Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan
minum obat teratur
4. Evaluasi dari tindakan yang dilakukan
Keluarga
SP I
1. Diskusikan maslah yang dirasakan keluarga
dalam merawat klien
2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala
halusinasi
3. Jelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi
SP II
1. Latih keluarga cara mempraktekkan merawat
pasien dengan halusinasi
2. Latih keluarga melakukan cara merawat
31
langsung kepada pasien halusinasi
SP III
1. Bantu keluarga membuat jadwal aktifitas
dirumah dan termasuk minum obat
2. Jelaskan follow up pasien setalh pulang
TINDAKAN PSIKOFARMAKA
1. Beri obat-obatan sesuai program
2. Pantau kefektifan dan efek samping obat
yang diminum
3. Ukur vital sign secara periodic
TINDAKAN MANIPULASI
LINGKUNGAN
1. Libatkan dalam makan bersama
2. Perhatikan sikap menerima dengan cara
melakukankontak singkat tapi sering
3. Berikan reinforcement positif setiap klien
32
berhasil melakukan suatu tindakan
4. Orientasikan klien pada waktu, tempat, dan
orang sesuai kebutuhannya
2. Koping tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Promosi koping (I.09312)
berhubungan dengan selama 3 hari Interaksi koping tidak efektif Observasi
ketidakadekuatan teratasi. 1. Identifikasi kegiatan jangka pendek dan
strategi koping Dengan kriteria hasil : panjang sesuai tujuan
(D.0096). Kemampuan memenuhi peran sesuai 2. Identifikasi kemampuan yang dimiliki
usia 3. Identifikasi pemahaman proses penyakit
Prilaku koping adaptif 4. Identifikasi dampak situasi terhadap peran
Verbalisasi kemampuan mengatasi dan hubungan
masalah 5. Identifikasi kebutuhan dan keinginan
33
sendiri
4. Diskusikan kensekuensi tidak menggunakan
rasa bersalah dan rasa malu
5. Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya
pada diri sendiri
6. Motivasi untuk menentukan harapan yang
realistis
7. Tinjau kembali kemampuan dalam
pengambilan keputusan
8. Hindari mengambil keputusan saat pasien
berada dibawah tekanan
Edukasi
1. Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki
kepentingan dan tujuan sama
2. Anjurkan penggunaan sumber spiritual jika
perlu
3. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
4. Anjurkan keluarga terlibat
34
5. Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
6. Latih penggunaan teknik relaksasi
7. Latih keterampilan social sesuai kebutuhan
8. Latih pengembangan penilaian objektif
3. Manajemen kesehatan Setelah dilakukan tindakan asuhan Dukungan Pengambilan Keputusan (I.09265)
tidak efektif keperawatan selama 2 hari interaksi Observasi
berhubungan dengan ketidakefektifan manajemen kesehatan 1. Identifikasi persepsi mengenai masalah dan
Ketidakefekifan pola teratasi. informasi yang memicu konflik
perawatan kesehatan Dengan kriteria hasil : Terapeutik
kelurga (D.0116). Melakukan tindakan untuk mengurangi 1. Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan harapan
factor risiko yang membantu membuat pilihan
Menerapkan program perawatan 2. Diskusikan kelebihan dan kekurangan dari
Aktifitas hidup sehari-hari efektif setiap solusi
memenuhi tujuan kesehatan 3. Motivasi mengungkapkan tujuan perawatan
35
6. Fasilitasi hubungan antara pasien, keluarga,
dan tenaga kesehatan lainnya
Edukasi
1. Informasikan alternative solusi secara jelas
2. Berikan informasi yang diminta pasien
Kolaborasi
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam
memfasilitasi pengambilan keputusan
36
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
INISIAL KLIEN : Ny. A RUANGAN : Merpati
NO RM :00.57.07
NO. TANGGAL/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
JAM KEPERAWATAN
Gangguan Persepsi SHIFT PAGI SHIFT PAGI
sensori : halusinasi - Membina J. 13.30 WIB
pendengaran dan hubungan saling S : Nama saya A…
penglihatan percaya dengan O:
berhubungan klien -Klien tampak
dengan gangguan (A/ klien mau tenang
penglihatan dan berjabat tangan, - Kontak adekuat
pendengaran kontak mata - Mulut komat-kamit
(D.0085) adekuat, mau - Bicara sendiri
menjawab salam) - Kooperatif
- Mengidentifikasi A: Klien mampu
masalah/ perasaan BHSP
(A/ klien P : Intervensi
mengatakan dilanjutkan
perasaanya tenang ) - BHSP
- Membuat kontrak - Identifikasi
waktu interaksi masalah klien
selanjutkan lebih lanjut
dengan klien
(A/ klien menjawab
baiklah)
Gangguan Persepsi SHIFT SORE SHIFT SORE
sensori : halusinasi - Membina J. 20.30 WIB
pendengaran dan hubungan saling S : Klien
37
penglihatan percaya dengan mengatakan nama
berhubungan klien saya A
dengan gangguan (A/klien tidak O:
penglihatan dan mau berjabat - kontak mata
pendengaran tangan, kontak ada
(D.0085) mata inadekuat, - Senyum-
mau menjawab senyum sendiri
salam) - Mulut komat
- Mengidentifikasi kamit
masalah/ perasaan - Pasien tampak
(a/klien tenang
mengatakan A : BHSP tercapai
perasanya tenang ) P : Intervensi
- Mengidentifikasi dilanjutkan
halusinasi - identifikasi
(h/klien tidak masalah klien lebih
mendengar suara lanjut
bisikan) - SP 1 halusinasi
- Membuat kontrak ( J. 11.00 WIB)
waktu interaksi
selanjutkan
dengan klien
(a/klien menjawab
insyaAllah)
- Memberikan
terapi obat
(risperidone 3mg
dan clozapin 25
mg)
38
(h/tidak ada alergi
obat)
39
kooperatif)
- Motivasi untuk
menentukan
harapan yang
realistis
(h/klien hanya diam)
40
Manajemen SHIFT PAGI SHIFT PAGI
kesehatan tidak - Mengidentifikasi J. 13.30 WIB
efektif persepsi mengenai S:
berhubungan masalah dan Klien mengatakan
dengan informasi yang tidak minum obat
Ketidakefekifan memicu konflik dirumah”.
pola perawatan (h/klien belum O:
kesehatan kelurga kooperatif) - Klien pasien
(D.0116). - Memfasilitasi ulangan
mengklarifikasi - Terakhir dirawat
nilai dan harapan tanggal 25 April
yang membantu 2019
membuat pilihan - Putus obat ±4
(h/klien hanya bulan
diam) - Pasien cukup
- Mendiskusikan tenang
kelebihan dan - Pasien bekum
kekurangan dari mampu
setiap solusi menyebutkan 5
(h/klien belum bias benar cara minum
diajak diskusi) obat
- Memotivasi A : Klien belum
mengungkapkan mampu BHSP
tujuan perawatan P:
yang diharapkan Intervensi
(A/klien belum dilanjutkan
kooperatif) -Mengidentifikasi
41
- Berkolaborasi persepsi mengenai
dengan tenaga masalah dan
kesehatan lain informasi yang
dalam memicu konflik
memfasilitasi
pengambilan
keputusan
42
- Memotivasi - Mendiskusikan
mengungkapkan kelebian dan
tujuan perawatan kekurangan
yang diharapkan dari setiap
(A/klien hanya solusi
diam)
- Berkolaborasi
dengan tenaga
kesehatan lain
dalam
memfasilitasi
pengambilan
keputusan
43
- BHSP
- Identifikasi
masalah klien
lebih lanjut
44
selanjutkan dengan
klien
(A/klien
mengangguk)
Memberikan terapi
obat (risperidone
3mg dan clozapin 25
mg)
(A/tidak ada alergi
obat)
45
(A/klien belum A : Klien mampu
kooperatif) BHSP
- Motivasi untuk P : intervensi
menentukan dilanjutkan
harapan yang -Mendiskusikan
realistis perubahan peran
(A/klien hanya diam) yang dialami
46
yang diharapkan
(A/klien kooperatif)
- Berkolaborasi
dengan tenaga
kesehatan lain
dalam
memfasilitasi
pengambilan
keputusan
47
- Mengajarkan halusinasi (
pasien cara bercakap-cakap)
menghardik
halusinasi
(A/ klien mau
mengikuti cara
mengontrol
halusinasi)
- Membuat kontrak
waktu interaksi
selanjutkan dengan
klien
(A/klien
menggangguk)
48
- Mengidentifikasi P : Intervensi
halusinasi dilanjutkan
(A/klien tidak - Memvalidasi SP I
mendengar suara dan SP II halusinasi
bisikan) - lanjut SP III
- Mengajarkan halusinasi
pasien cara (melakukan aktifitas)
menghardik
halusinasi dengan
cara bercakap-
cakap dengan
orang lain
(A/ klien mau
mengikuti cara
mengontrol
halusinasi yang
kedua)
- Membuat kontrak
waktu interaksi
selanjutkan dengan
klien
(A/klien
mengangguk)
- Memberikan terapi
obat (risperidone
3mg dan clozapin
25 mg)
(A/tidak ada alergi
obat
49
Koping tidak SHIFT PAGI SHIFT PAGI
efektif - Membina J. 13.30 WIB
berhubungan hubungan saling S:
dengan percaya dengan Klien mengatakan
ketidakadekuatan klien saya baik-baik saja
strategi koping (A/ klien mau O:
(D.0096) berjabat tangan, - Klien tampak
kontak mata adekuat, kooperatif
mau menjawab - Klien tampak
salam) mengikuti kegiatan
TAK
- Mengidentifikasi - Klien tampak
masalah/ perasaan mengikuti kegiatan
(A/klienmengatakan direhabilitasi
perasanya tenang ) A : Klien mampu
- Mengidentifikasi BHSP
halusinasi P : intervensi
(A/klien tidak dihentikan
mendengar suara
bisikan)
- Mengajarkan
pasien cara
menghardik
halusinasi
(A/ klien mau
mengikuti cara
mengontrol
halusinasi)
- Membuat kontrak
50
waktu interaksi
selanjutkan dengan
klien
(A/klien
mengangguk)
51
(A/ klien mau
mengikuti cara
mengontrol
halusinasi)
- Membuat kontrak
waktu interaksi
selanjutkan dengan
klien
(A/klien
mengangguk)
52
bisikan) dan SP II halusinasi
- Mengajarkan - lanjut SP III
pasien cara halusinasi
menghardik (melakukan aktifitas)
halusinasi dengan (J.11.00 WIB)
cara bercakap-
cakap dengan
orang lain
(A/ klien mau
mengikuti cara
mengontrol
halusinasi yang
kedua)
- Membuat kontrak
waktu interaksi
selanjutkan dengan
klien
(A/klien menjawab
menggangguk)
- Memberikan terapi
obat (risperidone
3mg dan clozapin
25 mg)
(A/tidak ada alergi
obat)
53
penglihatan percaya dengan klien mengatakan
berhubungan klien tidak mendengar
dengan gangguan (a/ klien mau suara bisikan
penglihatan dan berjabat tangan, O:
pendengaran kontak mata adekuat, - Klien tenang
(D.0085) mau menjawab - Kontak adekuat
salam) - Mulut komat-kamit
- Bicara sendiri
- Mengidentifikasi - kooperatif
masalah/ perasaan A: Klien mampu
(a/klienmengatakan menghardik
perasanya tenang ) P : Intervensi
- Mengidentifikasi dilanjutkan
halusinasi - Memvalidasi SP I
(a/klien tidak halusinasi
mendengar suara - lanjut SP II
bisikan) halusinasi (
- Memvalidasi bercakap-cakap)
pasien cara (J.15.00 WIB)
menghardik
halusinasi
(a/ klien mau
mengikuti cara
mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik)
- Melatih klien
mengontrol
halusinasi dengan
54
cara bercakap-
cakap
- (a/ klien tampak
mengerti, tetapi
maih belum
mengulangi katakata
perawat)
- Membuat kontrak
waktu interaksi
selanjutkan dengan
klien
(a/klien
menggangguk)
55
halusinasi dilanjutkan
(a/klien tidak - Memvalidasi SP I
mendengar suara dan SP II halusinasi
bisikan) - lanjut SP III
- Memvalidasi halusinasi
pasien cara (melakukan aktifitas)
menghardik (J.11.00 WIB)
halusinasi
(a/ klien mau
mengikuti cara
mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik)
- Melatih klien
mengontrol
halusinasi dengan
cara bercakap-
cakap
- (a/ klien tampak
mengerti, tetapi
maih belum
mengulangi katakata
perawat)
- Membuat kontrak
waktu interaksi
selanjutkan dengan
klien
(a/klien menjawab
insyaAllah)
56
- Memberikan terapi
obat (risperidone
3mg dan clozapin
25 mg)
(h/tidak ada alergi
obat)
57
halusinasi dengan bercakap-cakap)
cara menghardik (J.15.00 WIB)
dan bercakap-
cakap
(a/ klien mau
mengikuti cara
mengontrol
halusinasidengan
cara menghardik`dan
bercakap-cakap)
- Melatih klien
mengontrol
halusinasi dengan
cara melakukan
aktivita
- (a/ klien tampak
mengerti, tetapi
masih belum
mengulangi kata-
kata perawat)
- Membuat kontrak
waktu interaksi
selanjutkan dengan
klien
(a/klien menjawab
iya)
58
SHIFT SORE SHIFT SORE
- Membina J. 20.30 WIB
hubungan saling S :
percaya dengan klien mengatakan
klien tidak mendengar
(a/ klien mau suara bisikan
berjabat tangan, O:
kontak mata adekuat, - Klien tenang
mau menjawab - Kontak adekuat
salam) - Mulut komat-kamit
- Mengidentifikasi - Bicara sendiri
masalah/ perasaan - kooperatif
(h/klien mengatakan A: Klien mampu
perasanya tenang ) menghardik dan
- Mengidentifikasi bercakap-cakap
halusinasi P : Intervensi
(a/klien tidak dilanjutkan
mendengar suara - Memvalidasi SP I
bisikan) dan SP II halusinasi
- Memvalidasi - lanjut SP III
pasien mengontrol halusinasi
halusinasi dengan (melakukan aktifitas)
cara menghardik (J.11.00 WIB)
dan bercakap-
cakap
(a/ klien mau
mengikuti cara
mengontrol
halusinasidengan
59
cara menghardik`dan
bercakap-cakap)
- Melatih klien
mengontrol
halusinasi dengan
cara melakukan
aktivitas
- (a/ klien tampak
mengerti, tetapi
masih belum
mengulangi kata-
kata perawat)
- Membuat kontrak
waktu interaksi
selanjutkan dengan
klien
(h/klien menjawab
insyaAllah)
- Memberikan terapi
obat (risperidone
3mg dan clozapin
25 mg)
(h/tidak ada alergi
obat)
60
penglihatan percaya dengan klien mengatakan
berhubungan klien tidak mendengar
dengan gangguan (h/ klien mau suara bisikan
penglihatan dan berjabat tangan, O:
pendengaran kontak mata adekuat, - Klien tenang
(D.0085) mau menjawab - Kontak adekuat
salam) - Mulut komat-kamit
- Mengidentifikasi - Bicara sendiri
masalah/ perasaan - kooperatif
(h/klienmengatakan A: Klien mampu
perasanya tenang ) melakukan aktivitas
- Mengidentifikasi P : Intervensi
halusinasi dilanjutkan
(h/klien tidak - Memvalidasi SP I,
mendengar suara II, III halusinasi
bisikan) - lanjut SP IV
- Memvalidasi halusinasi (minum
pasien mengontrol obat)
halusinasi dengan (J.15.00 WIB)
cara
menghardik,bercak
ap-cakap dan
melakukan
aktivitas
(h/ klien mau
mengikuti cara
mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik`dan
61
bercakap-cakap)
- Melatih klien
mengontrol
halusinasi dengan
cara melakukan
aktivita
- (h/ klien tampak
mengerti, tetapi
masih belum
mengulangi kata-
kata perawat)
- Membuat kontrak
waktu interaksi
selanjutkan dengan
klien
(h/klien menjawab
insyaAllah)
62
- Mengidentifikasi - Bicara sendiri
masalah/ perasaan - kooperatif
(h/klien mengatakan A: Klien mampu
perasanya tenang ) melakukan aktivitas
- Mengidentifikasi P : Intervensi
halusinasi dilanjutkan
(h/klien tidak - Memvalidasi SP
mendengar suara I,II dan III halusinasi
bisikan) - lanjut SP IV
- Memvalidasi halusinasi (Minum
pasien mengontrol obat)
halusinasi dengan (J.11.00 WIB)
cara
menghardik,bercak
ap-cakap dan
melakukan
aktivitas
(h/ klien mau
mengikuti cara
mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik`dan
bercakap-cakap)
- Melatih klien
mengontrol
halusinasi dengan
cara melakukan
aktivitas
- (h/ klien tampak
63
mengerti, tetapi
masih belum
mengulangi kata-
kata perawat)
- Membuat kontrak
waktu interaksi
selanjutkan dengan
klien
(h/klien menjawab
insyaAllah)
- Memberikan terapi
obat (risperidone
3mg dan clozapin
25 mg)
(h/tidak ada alergi
obat)
64
(h/klienmengatakan A: Klien mampu
perasanya tenang ) menghardik
- Mengidentifikasi P : Intervensi
halusinasi dilanjutkan
(h/klien tidak - Memvalidasi SP I,
mendengar suara II, III dan IV
bisikan) halusinasi
- Memvalidasi - lanjut
pasien mengontrol mengevaluasi SP
halusinasi dengan halusinasi I s.d IV
cara menghardik, (mengahrdik,
bercakap-cakap bercakap-cakap,
dan melakukan melakukan aktivitas
aktivitas dan minum obat)
(h/ klien belum mau
mengulangi cara
mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik,
bercakap-cakap dan
melakukan aktivitas)
- Melatih klien
mengontrol
halusinasi dengan
cara minum obat
ecara teratur dengan
prinsip 6 Benar
- (h/ klien tampak
mengerti,klien dapat
65
menyebutkan nama
obat klien yaitu
Risperidon dan
clozapine dan
menyebutkan 3
Benar yaitu, Benar
nama obat, benar
dosis dab benar cara
pemberian)
- Membuat kontrak
waktu interaksi
selanjutkan dengan
klien
(h/klien menjawab
iya)
66
perasanya tenang ) menghardik dan
- Mengidentifikasi bercakap-cakap
halusinasi P : Intervensi
(h/klien tidak dilanjutkan
mendengar suara - Memvalidasi SP I,
bisikan) II, III dan IV
halusinasi
- lanjut
- Memvalidasi mengevaluasi SP
pasien mengontrol halusinasi I s.d IV
halusinasi dengan (mengahrdik,
cara bercakap-cakap,
menghardik,bercak melakukan aktivitas
ap-cakap dan dan minum obat)
melakukan
aktivitas
(h/ klien mau
mengikuti cara
mengontrol
halusinasidengan
cara menghardik,
bercakap-cakap dan
melakukan aktivitas)
- Melatih klien
mengontrol
halusinasi dengan
cara minum obat
ecara teratur
dengan prinsip 6
67
Benar
- (h/ klien tampak
mengerti,klien dapat
menyebutkan nama
obat klien yaitu
Reperidin dan
clozapine dan
menyebutkan 3
Benar yaitu, Benar
nama obat, benar
dosis dab benar cara
pemberian)
- Membuat kontrak
waktu interaksi
selanjutkan dengan
klien
(h/klien menjawab
insyaAllah)
- Memberikan terapi
obat (risperidone
3mg dan clozapin
25 mg)
(h/tidak ada alergi
obat)
68
berhubungan klien tidak mendengar
dengan gangguan (h/ klien mau suara bisikan
penglihatan dan berjabat tangan, O:
pendengaran kontak mata adekuat, - Klien tenang
(D.0085) mau menjawab - Kontak adekuat
salam) - Mulut komat-kamit
- Mengidentifikasi - Bicara sendiri
masalah/ perasaan - kooperatif
(h/klienmengatakan A: Klien mampu
perasanya tenang ) menghardik
- Mengidentifikasi P : Intervensi
halusinasi dilanjutkan
(h/klien tidak - Memvalidasi SP I,
mendengar suara II, III dan IV
bisikan) halusinasi
- Memvalidasi -lanjut mengevaluasi
pasien mengontrol SP halusinasi I s.d
halusinasi dengan IV (mengahrdik,
cara bercakap-cakap,
menghardik,bercak melakukan aktivitas
ap-cakap, dan minum obat)
melakukan
aktivitas dan
minum obat
(h/ klien belum mau
mengulangi cara
mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik,
69
bercakap-cakap,
melakukan aktivitas
dan minum obat)
- Melatih lagi klien
mengontrol
halusinasi dengan
cara menjelaskan
SP I,II,III dan IV)
- (h/ klien tampak
mengerti,klien tidak
mau mengulang
kembali penjelasan
yang diberikan oleh
perawat)
- Membuat kontrak
waktu interaksi
selanjutkan dengan
klien
(h/klien menjawab
iya)
70
(D.0085) mau menjawab - Kontak adekuat
salam) - Mulut komat-kamit
- Mengidentifikasi - Bicara sendiri
masalah/ perasaan - kooperatif
(h/klien mengatakan A: Klien hanya
perasanya tenang ) mampu menghardik
- Mengidentifikasi dan bercakap-cakap
halusinasi P : Intervensi
(h/klien tidak dilanjutkan
mendengar suara - Memvalidasi SP I,
bisikan) II, III dan IV
halusinasi
- Memvalidasi -lanjut mengevaluasi
pasien mengontrol SP halusinasi I s.d
halusinasi dengan IV (mengahrdik,
cara bercakap-cakap,
menghardik,bercak melakukan aktivitas
ap-cakap, dan minum obat)
melakukan
aktivitas dan
minum obat
(h/ klien belum mau
mengulangi cara
mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik,
bercakap-cakap,
melakukan aktivitas
dan minum obat)
71
- Melatih lagi klien
mengontrol
halusinasi dengan
cara menjelaskan
SP I,II,III dan IV)
- (h/ klien tampak
mengerti,klien tidak
mau mengulang
kembali penjelasan
yang diberikan oleh
perawat)
- Membuat kontrak
waktu interaksi
selanjutkan dengan
klien
(h/klien menjawab
insyaAllah)
- Memberikan terapi
obat (risperidone
3mg dan clozapin
25 mg)
(h/tidak ada alergi
obat)
72
BAB IV
PEMBAHASAN
73
A. Pengkajian
Menurut Craven dan Hirnle (Keliat, 2009) pengkajian merupakan
pengumpulan data subjektif dan objektif secara sistematis untuk menentukan
tindakan keperawatan bagi individu, keluarga, dan komunitas. Pengumpulan
data, pengkajian meliputi aspek identitas klien, alasan masuk, factor
predisposisi, fisik, psikososial dan lingkungan, pengetahuan, dan aspek medik.
Dalam pengumpulan data kelompok menggunakan metode wawancara dengan
Ny. A, observasi secara langsung terhadap kemampuan dan perilaku Ny. A
serta wawancara dengan perawat ruang Merpati. Selain itu keluarga juga
berperan sebagai sumber data yang mendukung dalam memberikan asuhan
keperawatan pada Ny. A. Namun disaat pengkajian tidak ada anggota keluarga
Ny. A yang menjenguknya. Tetapi kelompok melakukan home visit ke rumah
Ny. A sehingga kelompok mendapatkan informasi dari pihak keluarga.
Menurut Stuart dan Laraia (dalam Ngadiran, 2010), faktor presipitasi pada
klien dengan gangguan halusinasi dapat muncul setelah adanya hubungan yang
bermusuhan, tekanan isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa, dan tidak
berdaya. Adanya faktor tersebut serta ditinggalkan karena suami klien yang
merupakan faktor penyebab Ny. A masuk ke rumah sakit jiwa. Menurut
Sunardi (2010) faktor predisposisi gangguan halusinasi dapat muncul sebagai
proses panjang yang berhubungan dengan kepribadian seseorang, karena itu
halusinasi dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman psikologis seseorang. Hal
ini juga dialami oleh Ny. A yang memiliki masa lalu yang tidak menyenangkan
yaitu klien berpisah dengan suaminya sehingga Ny. A mengalami gangguan
mental dan jiwa.
Tanda dan gejala halusinasi menurut Depkes (dalam Ngadiran, 2010)
antara lain bicara, senyum, dan tertawa sendiri, berbicara kacau kadang-kadang
tidak masuk akal, sikap curiga dan bermusuhan, ketakutan, tampak bingung,
mondar mandir, konsentrasi kurang, perubahan kemampuan memecahkan
masalah. Gejala-gejala tersebut dialami oleh Ny. A. Seperti Ny. A sering
74
tersenyum sendiri, mondar-mandir, melihat sesuatu yang tidak nyata dan
perubahan mood secara spontan.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Videbeck (dalam Nurjanah, 2010) menyatakan bahwa
diagnosa keperawatan berbeda dari diagnose psikiatri medis dimana diagnosa
keperawatan adalah respon klien terhadap masalah medis atau bagaimana
masalah mempengaruhi fungsi klien sehari-hari yang merupakan perhatian
utama diagnosa keperawatan. Menurut Kusumawati dan Yudi (2010) pada
pohon masalah dijelaskan bahwa gangguan isolasi sosial: menarik diri
merupakan etiologi gangguan persepsi sensori: halusinasi merupakan core
problem atau masalah utama sedangkan resiko perilaku kekerasan merupakan
akibat namun pada kasus Ny. A pada analisa data kelompok lebih
memprioritaskan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi
pendengaran dan penglihatan.
1. Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran dan penglihatan
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017)
Gangguan persepsi sensori merupakan perubahan persepsi terhadap stimulus
baik internal maupun eksternal yang disertai dengan respon yang berkurang,
berlebihan atau terdistorsi. Gangguan persepsi sensori memiliki gejala dan
tanda mayor : mendengar suara bisikan atau melihat bayangan; merasakan
sesuatu melalui indra perabaan, penciuman, pengecapan ; distorsi sensori ;
respon tidak sesuai; bersikap seolah melihat, melihat, mendengar,
mengecap, meraba, atau mencium sesuatu. Sementara gejala minor ;
menyatakan kesal, menyendiri, melamun, konsentrasi buruk, melihat kesatu
arah, mondar-mandir, bicara sendiri, disorientasi waktu, tempat, orang atau
situasi. Data yang memperkuat kelompok mengangkat diagnosa gangguan
persepsi senosri; halusinasi pendengaran dan penglihatan yaitu data obyektif
yang diperoleh dari Ny. A, klien mondar mandir, menyendiri, melihat
kesatu arah, melamun, bicara sendiri.
75
Diagnosa halusinasi menjadi diagnose perioritas dikarenakan pada
saat melakukan pengkajian secara holistic (subyektif dan obyektif)
halusinasi sangat dominan mempengaruhi kejiawaan klien.
2. Koping Individu Tidak Efektif
Koping individu tidak efektif merupakan ketidakmampuan menilai
dan merespon stressor dan atau ketidakmampuan menggunakan sumber-
sumber yang ada untuk mengatasi masalah. Koping tidak efektif memiliki
gejala dan tanda mayor antara lain mengungkapkan tidak mampu
mengatasi masalah, tidak mampu memenuhi peran yang diharapkan
(sesuai usia), menggunakan mekanisme koping yang tidak sesuai.
Sedangkan gejala dan tanda minor antara lain tidak mampu memenuhi
kebutuhan dasar, kekhawatiran kronis, penyalahgunaan zat, memanipulasi
orang lain untuk memenuhi keinginannya sendiri, perilaku tidak aserttif,
partisipasi social kurang (SDKI, 2017).
Menurut kelompok diagnosa ini perlu ditegakkan karena berdasarkan
pengkajian terdapat data obyektif yaitu Klien tidak pernah ke gereja, putus
obat ±4 bulan, tidak ada anggota keluarga klien yang memiliki riwayat
penyakit yang sama dengan klien.
3. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
Manajemen kesehatan tidak efektif adalah pola pengaturan dan
pengintegrasian penanganan masalah kesehatan kedalam kebiasaan hidup
sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan yang
diharapakan. Manajemen kesehatan tidak efektif memiliki gejala dan tanda
mayor antara lain mengungkapkan kesulitan dalam menjalani program
perawatan/pengobatan, gagal melakukan tindakan untuk mengurangi
faktor risiko, gagal menerapkan program perawatan/pengobatan dalam
kehidupan sehari-hari, aktivitas hidup sehari-hari tidak efektif untuk
memenuhi tujuan kesehatan (SDKI, 2017).
76
Menurut kelompok diagnosa ini perlu ditegakkan karena berdasarkan
pengkajian terdapat data obyektif yaitu Klien pasien ulangan, terakhir
dirawat tanggal 25 April 2017, Putus obat ±4 bulan.
C. Intervensi Keperawatan
Menurut Ali (dalam Nurjanah, 2010) rencana tindakan keperawatan
merupakan rangkaian tindakan yang dapat mencapai setiap tujuan khusus.
Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian
asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah
kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi. Rencana keperawatan yang
kelompok lakukan sama dengan landasan teori, karena rencana tindakan
keperawatan tersebut telah sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur)
yang telah ditetapkan. Dalam kasus kelompok juga mencantmkan alasan ilmiah
atau rasional disetiap tindakan keperawatan yaitu tujuan umum berfokus pada
penyelesaian penyebab dan diagnosis keperawatan.
Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu
dicapai atau dimiliki. Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah
dan kebutuhan klien. Kemampuan pada tujuan khusus terdiri atas 3 aspek
yaitu; kemampuan kognitif, psikomotorik, afektif yang perlu dimiliki klien
untuk menyelesaikan masalahnya. Tujuan umum gangguan persepsi sensori
halusinasi yaitu agar klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya.
Tujuan khususnya antara lain : tujuan khusus pertama, klien dapat membina
hubungan saling percaya. Rasional dari tindakan yang dilakukan yaitu
hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi terapeutik antara perawat dan
klien serta klien dapat mengenal halusinasinya dari situsasi yang menimbulkan
halusinasinya, isi, waktu, frekuensi, dan respon klien terhadap halusinasinya.
Rasional dari tujuan kedua adalah peran serta aktif klien sangat menentukan
efektifitas tindakan keperawatan yang dilakukan.
Tujuan selanjutnya adalah klien dapat melatih dan mengontrol
halusinasinya, dengan melatih menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan
77
orang lain, dan mengalihkan halusinasinya dengan beraktifitas secara
terjadwal. Rasionalnya adalah tindakan yang biasa dilakukan klien merupakan
upaya untuk mengatasi halusinasinya. Tujuan khusus selanjutnya, klien dapat
memanfaatkan obat untuk mengontrol halusinasinya. Rasionalnya yaitu dapat
meningkatkan pengetahuan dan motivasi klien untuk minum obat secara
teratur. Setiap akhir tindakan strategi pelaksanaan yang diberikan
reinforcement positif yang rasionalnya untuk memberikan penghargaan atas
keberhasilan Ny. A. reinforcement positif adalah penguatan berdasarkan
prinsip bahwa frekuensi respon meningkat karena diikuti dengan stimulus yang
mendukung atau rewording.
Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah seperti permen,
makanan atau kado perilaku seperti senyum, menggunakan kepala untuk
menyetujui, bertepuk tangan, mengancungkan jempol, atau penghargaan
(Ngadiran, 2010). Reinforcement memiliki power dan kemampuan yang
menginginkan tindakan yang diberi reinforcement posistif akan dilakukan
secara berulang oleh pelaku tindakan tanpa adanya paksaan yaitu dengan
kesadaran perilaku itu sendiri. Hal ini sesuai dengan intervensi yang dilakukan
kelompok yaitu memberikan reinforcement positif kepada Ny. A ketika Ny. A
melakukan strategi pelaksanaan dengan baik.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan menurut Effendi (dalam Nurjanah, 2010)
adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri
dari tingkatan mandiri (independent), saling ketergantungan atau kolaborasi
(interdependent), dan tindakan rujukan atau ketergantungan (dependent).
Kelompok dalam melakukan implementasi menggunakan jenis tindakan
mandiri dan saling ketergantungan.
1. Gangguan pesepsi sensori halusinasi
78
Pada diagnosa ini kelompok melakukan implementasi dari awal
pengkajian sampai hari senin 23 Desember 2019, Interaksi I dilaksanakan
tanggal 23 Desember 2019, membina hubungan saling percaya, SP 1
Halusinasi dilakukan pada tanggal 23 desember 2019 menjelaskan cara
mengontrol halusinasi, dan mengajar cara mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik dengan menutup mata dan telinga, Ny.A dilatih untuk
mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak mengikuti
halusinasi yang muncul dengan menutup mata dan mengatakan pergi pergi
aku tidak mau lihat, kamu tidak nyata, atau dengan mengabaikannya. SP II
dilaksanakan pada tanggal 23 desember 2019, ketika halusinasi itu muncul
segara mengajak orang disekitar atau orang terdekat atau perawat yang
bertugas untuk diajak bercakap-cakap atau mengobrol seperti yang
dicontohkan “ Bu, saya sedang melihat bayangan-bayangan, ajak saya
bercerita untuk mengalihkan pandangan dan lainnya”, serta memasukkan
kejadwal harian klien.
SP III dilaksanakan pada tanggal 23 Desember 2019, pada SP ini
klien membuat jadwal aktifitas seperti merapikan tempat tidur dan
mengikuti kegiatan direhab mensos. Kegiatan aktifitas ini bertujuan agar
klien tidak selalu sendirian, selain itu juga agar klien bisa berbaur dan
berinteraksi dengan orang-orang sekitar. SP IV dilaksanakan tanggal 23
Desember 2019, klien dilatih untuk minum obat teratur, obat yang
dikonsumsi Ny. A yaitu Risperidone 3 mg 2x1 (Pagi dan siang), Clozapine
25 mg 1x1 (malam), Trihexphenidyl 2 mg 1x1 (pagi). SP I- SP IV
halusinasi dilaksanakan terus menerus sampai tanggal 31 Desember 2019
dengan harapan klien dapat mengurangi halusinasi yang diderita. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jusliani dan Sudirman, 2014
tentang pengaruh penerapan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
halusinasi klien terhadap kemampuan mengontrol halusinasi di RSKD
Prov. Sulawesi Selatan, dapat dibuat kesimpulan bahwa ada perubahan
nilai kemampuan mengontrol halusinasi pada kelompok. Dalam hal ini
79
penerapan asuhan keperawatan memberikan hasil yang bermakna terhadap
kemampuan klien mengontrol halusinasi.
2. Koping Individu Tidak Efektif
Pada diagnosa ini kelompok kami melakukukan implementasi
sebanyak 3 kali pada shift pagi dan shift sore, shift pagi. Pada tanggal 23
Desember 2019 menganjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi. (H/
klien tidak mengakui adanya halusinasi, klien melihat pada satu arah, mulut
komat-kamit). Tanggal 23 Desember 2019 mengidentifikasi kebutuhan dan
keinginan terhadap dukungan sosial. (H/ klien merasa kehilangan sesosok
sesorang terdekat dikarenakan suami bercerai dengan klien). Intervensi
dilanjutkan sampai tanggal 31 Desember 2019. Hal ini didukung oleh
penelitian Yati tahun 2018 yang penelitiannya menyatakan adanya
hubungan yang signifikan antara dukungan soisla dengan strategi koping
pada pasien skizofrenia.
3. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Pada diagnosa ini kelompok kami melakukan implementasi sebanyak
2 kali pada shift pagi dan shift sore. Pada tanggal 23 Desember 2019
mengidentifikasi persepsi mengenai masalah yang memicu konflik. (H/
klien mengkui tidak minum obat dirumah). Pada tanggal 24 Desember
2019 memotivasi mengungkapkan tujuan perawatan yang diharapkan. (H/
selama dirumah sakit klien minum obat teratur dan jika pulang klien
berjanji akan teratur minum obat).
E. Evaluasi
Menurut Kurniawati (dalam Nurjanah, 2010) evaluasi adalah proses
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien.
Evaluasi dibagi 2 yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap
selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan
dengan membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum
yang telah ditentukan. Pada SP 1 Ny. A masih mengingat perawat, tidak mau
80
mengakui kalau klien melihat bayangan palsu dan tidak nyata, tetapi klien tidak
mau untuk mengulangi cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,
menutup mata dan berkata pergi sana kamu tidak nyata saya tidak mau lihat
sehingga dapat dianalisis bahwa masalah belum teratasi, intervensi dilanjutkan.
Untuk diagnosa koping individu tidak efektif didapatkan hasil klien tidak
mengakui adanya halusinasi, klien masih merasakan kehilangan sosok seorang
abang yang sudah meninggal. Dengan hasil akhir masalah belum teratasi,
intervensi dilanjutkan.
Untuk diagnosa ketidakefektifan manajemen kesehatan didapatkan hasil
klien mengakui klien tidak minum obat dirumah dan berjanji jika pulang
kerumah akan minum obat secara teratur. Dengan hasil akhir masalah teratasi,
intervensi dihentikan.
81
BAB V
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan kasus
halusinasi pendengaran dan penglihatan di Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didapatkan diagnose sebagai
berikut:
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran dan penglihatan,
2. Koping tidak efektif,
3. Manajemen kesehatan tidak efektif.
Perencanaan dirumuskan berdasarkan pada perencanaan teoritis dan
berdasarkan masalah keperawatan pada Ny. A. Rencana keperawatan disusun
menurut prioritas masalah seperti yang tercantum pada diagnose keperawatan
yang muncul.
Berdasarkan 3diagnosa yang didapat, ada 2 diagnosa yang teratasi yaitu :
1. Koping individu tidak efektif,
2. Manajemen kesehatan tidak efektif.
Implementasi dilakukan berdasarkan rencana yang telah disusun dalam
intervensi keperawatan, dilakukan evaluasi pada diagnosa keperawatan tersebut
untuk menilai keberhasilan tindakan keperawatan yang diberikan pada klien.
Semua masalah keperawatan dapat diatasi sesuai tujuan yang telah dirumuskan.
Peran perawat sebagai tim yang memberikan bimbingan sepenuhnya
kepada mahasiswa/ mahasiswi sangat membantu dalam proses implementasi
keperawatan. Klien kooperatif sehingga memudahkan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan. Adapun kendala yang ditemukan yaitu kurangnya
kesinambungan dalam melakukan asuhan keperawatan dikarenakan terbatasnya
jadwal praktek mahasiswa/ mahasiswi sehingga asuhan keperawatan yang
diberikan kurang maksimal.
82
B. Saran
1. Bagi pemberi asuhan keperawatan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung
Pentingnya melakukan pendekatan terus menerus dan bertahap kepada klien
dengan halusinasi pendengaran dan penglihatan untuk mengontrol
halusinasi yang muncul. Klien dengan halusinasi pendengaran dan
penglihatan biasanya sering menyendiri atau melamun, kebiasaan tersebut
merupakan faktor pencetus munculnya kembali halusinasi. Dalam hal ini
perawat sebaiknya selalu mengawasi dan memberi dukungan pada klien
seperti kebutuhan klien, selain itu juga perawat harus memotivasi klien agar
melakukan kegiatan yang dapat mengontrol halusinasi dengan sesering
mungkin, menemani klien saat terlihat menyendiri.
2. Bagi STIKES Citra Delima Bangka Belitung
Hasil penelitian ini dapat menjadi media baca informasi dan masukan bagi
pendidikan keperawatan khususnya mahasiwa/ mahasiswi STIKES Citra
Delima Bangka Belitung.
83
DAFTAR PUSTAKA
84
STRATEGI PELAKSANAAN HALUSINASI
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
ORIENTASI:
”Selamat pagi Ibu, Saya Mahasiswa keperawatan CIDEL yang akan merawat IBU
Nama Saya...., senang dipanggil . Nama Ibu siapa?Ibu Senang dipanggil apa”
”Bagaimana perasaan Ibu ini? Apa keluhan Ibu saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini Ibu
dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa
lama? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA :
”Apakah ibu mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
”Apa yang ibu lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-
suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-
suara itu muncul?
” Ibu , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum
obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung Ibu bilang, pergi
saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba Ibu peragakan! Nah
begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa”
TERMINASI:
”Bagaimana perasaan Ibu setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu
muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau
kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan
cara yang kedua? Jam berapa ?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita
akan berlatih? Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”
Orientasi:
“Selamat pagi Ibu Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan
suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan
latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?
Kerja:
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang Ibu
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau Ibu
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal
kegiatan hari ini Bu . Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan
secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke
mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas
terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/di sini
lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”
Kerja: “Apa saja yang biasa Ibu lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah
banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan
tersebut). Bagus sekali Ibu bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk
mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari
pagi sampai malam ada kegiatan.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih
untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian Ibu Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih
aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari
pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita
membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”
Orientasi:
“Selamat pagi Ibu Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah
jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat?
Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang minum. Kita
akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya
Ibu?”
Kerja:
“Ibu adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang Ibu
dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang
ibu minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange
(risperidone) 2 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang gunanya untuk menghilangkan
suara-suara. Ini yang putih (THP) 1 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks
dan tidak kaku. Sedangkan yang merah orange (clozapin) 1kali sehari jam 7
malam gunanya untuk pikiran biar tenang, Ibu bisa istirahat. Kalau suara-suara
sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan
dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk
mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis Ibu bisa minta ke dokter
untuk mendapatkan obat lagi. Ibu juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan
ini. Pastikan obatnya benar, artinya ibu harus memastikan bahwa itu obat yang
benar-benar punya Ibu Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama
kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar.
Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya Ibu juga harus perhatikan
berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
Terminasi: