Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PROPOSAL MINI CX PEMERIKSAAN FISIK

JANTUNGPADA PASIEN Tn.R DENGAN NSTEMI DIRUANGAN CVCU


RSUP DR.M.DJAMIL PADANG

Oleh :
SUKDA
MIA KHAIRUNNISA
INSANI LATIFA
M. FADLI CANDRA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN 2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular sebagai penyebab tingginya angka mortalitas

manusia di dunia adalah penyakit kardiovaskuler. Wolrd Health

Organization(WHO) mendefinisikan penyakit kardiovaskular sebagai

penyakit yang berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah serta, sekitar

50% penduduk di dunia mengalami kematian setiap tahunnya. Laporan World

Health Statistic 2014, terdapat 17,5 juta atau 46,2% dari semua kematian

seluruh dunia disebabkan karena penyakit kardiovaskuler dan diperkirakan

angka tersebut akan mengalami peningkatan hingga 2030 menjadi 23,4 juta

kematian (WHO, 2014). Oleh karena itu penyakit kardiovaskuler menjadi

perhatian utama dunia saat ini.

Penyakit Jantung Koroner (Coronary Artery Disease) merupakan

salah satu dari penyakit kardiovaskuler yang paling banyak menyebabkan

kematian jika tidak ditangani dengan tepat. Coronary Artery Disease adalah

penyakit pembuluh darah coroner yang disebabkan oleh rupture plak akut dan

pembentukan thrombus di arteri koroner yang mengakibatkan gangguan

mendadak dalam aliran darah ke otot jantung sehingga menyebabkan otot

jantung kekurangan oksigen dan nutrisi dan terjadi kematian jaringan

(Cardiac Care Network, 2013). Menurut statistik dunia, ada 9,4 juta kematian

setiap tahun yang disebabkan oleh penyakitkardiovaskuler dan 45% kematian

tersebut disebabkan oleh penyakit jantungcoroner dan di Indonesia sendiri


berdasarkan survei Sample Registration Systemangka kematian penyakit

jantung koroner 12,9% dari seluruh kematian.

Menurut American Heart Association tahun 2018 penyakit jantung

coroner terdiri dari Unstable Angina Pectoris (UAP), ST Elevation

Myocardial Infarct(STEMI), dan Non ST Elevation Myocardial Infarct

(NSTEMI). Didunia lebih dari 3 juta penduduk pertahun diperkirakan

mengalami STEMI dan lebih dari 4 juta penduduk mengalami NSTEMI

(Kumar A, et al., 2009). Angka mortalitas di rumah sakit lebih tinggi pada

STEMI namun mortalitas jangka panjang didapati dua kali lebih tinggi pada

pasien-pasien dengan NSTEMI dalam rentang waktu 4 tahun (Paxinos, G., et

al., 2012). Oleh karena itu, manajemen yang optimal terhadap kondisi pada

pasien yang mengalami NSTEMI sangat penting untuk diperhatikan dan

diberikan tindakan dengan cepat.

Data WHO ( 2015) menunjukkan sebanyak 17 juta orang meningal

setiap tahunnya karena penyakit jantung dan pembuluh darah diseluruhdunia.

Studi yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 38% pasien

SKA merupakan pasien NSTEMI (Mozaffarian et al. 2015). Sedangkan

berdasarkan Jakarta Acute Coronary Syndrome (JAC) Registry pada tahun

2013 jumlah pasien NSTEMI di Jakarta mencapai 1.110 orang (Dharma et al.

2015). Menurut Depkes RI (2015) prevalensi NSTEMI di Indonesia

meningkat dari 25% menjadi 40% berdasarkan presentasi infark miokard.

Sumatera Barat merupakan provinsi dengan prevalensi penyakit

jantung tertinggi ke-4 di Indonesia yaitu 15,4% setelah provinsi Sulawesi


Tengah (16,9%), Aceh (16,6%) dan Gorontalo (16,0%) (Delima et al., 2009).

Berdasarkan hasil penelitian di RS Khusus Jantung Sumatera Barat pada

tahun 2011-2012, menyatakan bahwa kejadian SKA terbanyak adalah

NSTEMI dengan persentase sebesar 52% dari keseluruhan SKA (Zahara et

al., 2013). Penelitian di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada pasien NSTEMI

yang dilakukan tindakan IKPP didapatkan bahwa laki-laki lebih banyak yang

menderita NSTEMI (87,5%) dibandingkan perempuan dan usia terbanyak

yaitu rentang 54,65±7,77 (Ilhami YR et al., 2015).

Kekurangan suplai oksigen atau iskemik pada otot jantung juga akan

berdampak pada sistemik lainnya. Salah satu akibat iskemik miokard yaitu

berdampak pada paru-paru karena kegagalan jantung kiri untuk menerima

darah balik pulmonal dan terjadinya peningkatan tekanan pulmonal untuk

mekanisme kompensasi serta menyebabkan perpindahan cairan dari vaskuler

ke interstitial dan cairan menumpuk di kapiler pulmonal dan terjadilah udem

paru (Smelzer & bare, 2008). Menurut Starry (2014), penumpukan cairan di

kapiler paru dapat menyebabkan peningkatan 10% - 20% kematian. Maka

dibutuhkan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan pasien supaya tidak

terjadi dampak yang lebih rburuk. Upaya pencegahan peningkatan jumlah

penderita penyakit jantung termasuk meminimalkan dampak yang akan

terjadi terdapat beberapa penatalaksanaan kardiologi untuk menangani pasien

dengan penyakit jantung coroner termasuk pasien NSTEMI yaitu dengan

tindakan invasive Percutaneous Coronary Intervention (PCI) (Nuray, et al.,

2013) dan melakukan pemeriksaan dengan baik guna mendapatkan hasil

pengkajian yang cukup baik.


Percutaneous Coronary Intervention merupakan intervensi atau

tindakan non bedah untuk membuka/mendilatasi/melebarkan arteri coroner

yang mengalami penyempitagar aliran darah dapat kembali menuju ke otot

jantung dan biasanya sering dilakukan melalui arteri femoralis yaitu lebih dari

95% kasus (Chair, et al., 2007). Tindakan Percutaneous Coronary

Intervention dapat menimbulkan beberapa komplikasi post tindakan karena

menggunakan akses arteri (Kern, 2009). Adapun komplikasi yang mungkin

muncul yantu seperti pendarahan, hematoma rupture arteri coroner, aneurisma

dan fistula arterivena (Hoek, et al., 2010). Untuk menghindari komplikasi

pasien diharuskan untuk imobilasasi dengan posisi supine atau bed rest

selama 8-12 jam (Chair, et al., 2007). Hal ini menyebabkan keluhan pada

pasien berupa ketidaknyaman seperti nyeri punggung serta permasalahan

urinaria (Augustin, et al,. 2010). Untuk mengurangi keluhan dan

ketidaknyaman pada pasien dilakukan alternatif tindakan keperawatan dalam

meningkatkan kenyamanan pasien.

Dalam melakukan pengkajian dengan baik, maka diperlukan

pemahaman, latihan dan ketrampilan mengenal tanda dan gejala yang

ditampilkan oleh pasien. Proses ini dilaksanakan melalui interaksi perawatan

dari klien, observasi, dan pengukuran.Pemeriksaan dalam keperawatan

menggunakan pendekatan yang sama dengan pengkajian fisik kedokteran,

yaitu dengan pendekatan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi .

Pengkajian fisik kedokteran dilakukan untuk menegakkan diagnosis yang

berupa kepastian tentang penyakit apa yang diderita klien . pengkajian fisik

keperawatan pada prinsipnya dikembangkan berdasarkan model keperawatan


yang lebih difokuskan pada respon yang ditimbulkan akibat masalah

kesehatan yang dialami. Pengkajian fisik keperawatan harus mencerminkan

diagnosa fisik yang secara umum perawat dapat membuat perencanaan

tindakan untuk mengatasinya. Untuk mendapatkan data yang akurat sebelum

pemeriksaan fisik dilakukan pengkajian riwayat kesehatan, riwayat

psikososial, sosek, dll. Hal ini memungkinkan pengkajian yang fokus dan

tidak menimbulkan bias dalam mengambil kesimpulan terhadap masalah

yang ditemukan.

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan

adanya kelainan-kelainan dari suatu sistem atau suatu organ bagian tubuh

dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan

mendengarkan (auskultasi), (Ilhami, 2015).

RSUP Dr. M. Djamil Padang merupakan rumah sakit rujukan nasional

dan pusat jantung regional. Dimana jantung merupakan bagian unggulan

rumah sakit tersebut RSUP Dr. M. Djamil dilengkapi dengan fasilitas ruangan

intensif Cardiovasculer Care Unit (CVCU) dimana pasien dengan penyakit

jantung dirawat dengan khusus oleh perawat-perawat yang yang mendapatkan

pelatihan khusus jantung. Salah satu fasilitas unggulan rumah sakit adalah

adanya tindakan PCI pada pasien dengan sumbatan pembuluh darah jantung

koroner.

Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di ruangan

CVCU RSUP Dr. Mdjamil Padang didapatkan bahwa dari 8 orang pasien,
didapatkan4pasien diantaranya menderita NSTEMI (ST Elevasi Miokard

Infark ).

B. Rumusan Masalah

Dapat menyebutkan tindakan pemeriksaan fisik dan mampu melakukan


cara pemeriksaan fisik jantung

C. Tujuan

 Tujuan Umum
Mampu melakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik jantung secara IPPA

 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pemeriksaan fisik jantung
b. Mampu menganalisis hasil pemeriksaan fisik jantung

c. Mampu merumuskan masalah

d. Mampu membuat rencana tindak lanjut


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Non-ST Elevasi Miokardial Infark (NSTEMI) adalah oklusi sebagian dari

arteri koroner tanpa melibatkan seluruh ketebalan miokardium, sehingga tidak

ada elevasi segmen ST pada EKG (Potter&Perry, 2009)

Non ST Elevasi Miokard Infark (NSTEMI) disebabkan oleh penurunan

suplai oksigen dan peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat

oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau proses

vasokonstriksi koroner, sehingga terjadi iskemia miokard dan dapat

menyebabkan nekrosis jaringan miokard dengan derajat lebih kecil, biasanya

terbatas pada subendokardium. Keadaan ini tidak dapat menyebabkan elevasi

segmen ST, namun menyebabkan pelepasan penanda nekrosis

(Bunner&Suddart, 2010).

B. Anatomi Jantung
Pada manusia, burung, dan hewan mamalia lain, jantung dibagi menjadi

empat ruangan yaitu serambi (atrium) kanan dan kiri; dan bilik (ventrikel)

kanan dan kiri. Ikan hanya memiliki dua ruangan yaitu sebuah serambi dan

sebuah bilik. Reptil memiliki tiga ruang. Berikut adalah gambar jantung

manusia beserta keterangan bagian-bagiannya:


Gambar 1 Bagian-bagian jantung manusia.

a. Aorta adalah arteri terbesar dalam tubuh.

b. Vena kava superior (vena cava) adalah vena besar dalam tubuh.

c. Arteri pulmonalis adalah arteri yang mengangkut darah dari jantung ke

paru-paru.

d. Katup aorta adalah katup yang memisahkan ventrikel kiri dengan aorta.

e. Atrium adalah bentuk jamak dari atria yang sama artinya dengan serambi

yaitu ruangan pertama yang dimasuki darah saat memasuki jantung.

f. Vena pulmonalis adalah vena yang membawa darah kaya oksigen dari

paru-paru ke jantung tepatnya di serambi kiri.

g. Katup trikuspidalis adalah katup yang terdiri dari tiga daun katup yang

berfungsi untuk memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan.

h. Katup mitral atau bikuspidalis adalah katup yang memisahkan atrium kiri

dan ventrikel kiri.


i. Ventrikel adalah dua ruang kosong di bagian bawah jantung yang juga

disebut bilik.

j. Vena kava inferior adalah vena terbesar dalam tubuh manusia yang

membawa darah dari seluruh tubuh ke atrium kanan jantung.

 Struktur Jantung

Jantung terletak di tengah mediastinum (rongga di antara paru-paru

kanan dan kiri) dibelakang tulang dada. Karena letak jantung berada

diantara paru-paru, paru-paru kiri menjadi lebih kecil daripada paru-paru

kanan karena memiliki tekukan kardiak untuk mengakomodasi jantung.

Bentuk jantung seperti kerucut, dengan bagian dasar berada di atas

dan meruncing di bagian bawah. Stetoskop dapat ditempatkan di atas

bagian yang meruncing tersebut sehingga detak jantung dapat dihitung.

Jantung orang dewasa memiliki berat 250 sampai 350 gram. Umumnya

jantung berukuran panjang 12 cm, lebar 8 cm, dan ketebalan 6 cm. Atlet

terlatih bisa memiliki ukuran jantung yang lebih besar sebagai akibat dari

latihannya yang memicu otot jantung berkembang mirip seperti

perkembangan otot rangka.


Gambar 2 Lapisan dinding jantung, termasuk perikardium visceral dan parietal
.
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan yaitu endokardium

(terdalam), miokardium (tengah), dan epikardium (terluar). Jantung

dilapisi oleh dua lapis kantung yang disebut perikardium.

Lapisan terdalam dari jantung disebut endokardium yang terdiri

dari jaringan epitel pipih selapis dan menutup rongga dan katup jantung.

Endokardium bersambung dengan endotelium pada vena dan arteri

jantung, dan bergabung dengan miokardium dengan lapisan tupis jaringan

ikat. Endokardium melalui sekresi endotelin juga berperan dalam

pengaturan kontraksi miokardium.

Lapisan tengah pada dinding jantung adalah miokardium yang juga

merupakan otot jantung. Otot jantung merupakan jaringan otot lurik yang

dikelilingi oleh kerangka kolagen. Miokardium juga mendapatkan suplai

oksigen melalui pembuluh darah. Terdapat serabut saraf yang mambantu

mengatur denyut jantung. Terdapat dua jenis sel otot jantung yaitu

kardiomiosit dan kardiomiosit termodifikasi. Kardiomiosit mengisi 99%


sel otot jantung pada jantung. Fungsi kardiomiosit termodifikasi lebih

mendekati saraf.

Bentuk otot jantung cukup elegan dan kompleks, dengan sel otot

yang sarling memelintir di sekitar jantung. Otot ini membentuk 8 pola di

sekitar serambi dan pembuluh darah besar. Otot ventrikuler membentuk 8

bentuk di sekitar dua bilik. Terdapat pula otot jantung di sekitar kedua

bilik. Pola memelintir yang kompleks tersebut membuat jantung mampu

memompa darah secara lebih efektif dibandingkan dengan pola linear

sederhana.

Seperti otot rangka, otot jantung juga dapat berkembang ukuran

dan efisiensinya selama berolahraga. Atlet terlatih seperti pelari maraton

mungkin dapat memiliki ukuran jantung 40% lebih besar.

Perikardium mengelilingi jantung. Perikardium terdiri dari dua

membran yaitu membran serosa (di dalam) yang disebut epikardium dan

membran fibrosa (di luar). Keduanya mengandung cairan perikardial yang

melumasi permukaan jantung.

 Ruang pada Jantung

Jantung memiliki empat ruang, dua atrium (serambi) sebagai ruang

penerima, dan dua ventrikel (bilik) sebagai ruang pengeluaran. Serambi

terbuka dengan bilik melalui katup atrioventrikuler yang terdapat pada

sekat atrioventrikuler. Perbedaan ini juga terlihat di permukaan jantung.

Terdapat struktur mirip telinga di bagian kanan atas serambi yang disebut

“daun telinga”. Serambi kanan dan bilik kanan bersamaan terkadang

disebut jantung kanan, dan sebaliknya. Bilik terpisah satu sama lain oleh
sekat interventrikuler yang terlihat juga pada permukaan jantung. Sekat

interventrikuler lebih tebal dari sekat interatrial karena bilik memerlukan

tekanan yang lebih kuat ketika berkontraksi.

 Katup Jantung

Jantung memiliki empat katup yang memisahkan masing-masing

ruang. Katup menjaga agar darah mengalir ke arah yang benar dan

mencegah arus balik. Antara serambi kanan dan bilik kanan terdapat katup

trikuspid yang terdiri dari tiga katup yang tersusun atas endokardium

dengan tambahan jaringan ikat. Katup-katup tersebut dihubungkan dengan

otot papiler yang berfungsi untuk mencegah darah kembali ke serambi.

Otot tersebut pada trikuspid masing-masing disebut otot anterior,

posterior, dan septal.

Antara serambi kiri dan bilik kiri terdapat katup mitral yang juga

disebut katup bikuspid karena memiliki dua katup (anterior dan posterior).

Katup tersebut juga terhubung dengan dua otot papiler.

Katup trikuspid dan mitral termasuk katup atrioventrikuler. Selama

fase relaksasi dalam siklus jantung, otot papiler juga berelaksasi dan

ketegangan jantung berkurang. Ketika bilik berkontraksi, otot papiler juga

berkontraksi. Ini membantu katup antrioventrikuler mencegah darah

kembali ke serambi.

Katup pulmonari berlokasi di dasar arteri pulmonari. Katup ini

memiliki tiga katup yang tidak terhubung dengan otot papiler. Ketika bilik

berelaksasi otot mengalir kembali ke bilik dari arteri. Katup aorta


bertempat di aorta dan juga tidak menempel dengan otot papiler. Katup ini

juga memiliki tiga katup.

 Jantung Kanan

Vena cava superior, vena cava inferior, dan vena lainnya

membentuk sinus koroner yang membawa darah ke serambi kanan. Vena

cava superior membawa darah dari tubuh bagian atas diafragma ke bagian

belakang serambi kanan. Vena cava inferior membawa darah dari tubuh

bagian bawah diafragma ke bagian belakang serambi kanan dibawah vena

cava superior.

Pada dinding kanan serambi terdapat penurunan berbentuk oval

yang disebut fossa ovalis, yang merupakan bekas bukaan jantung janin

yang disebut foramen ovale. Foramen ovale membuat darah pada jantung

janin mengalir tepat dari serambi kanan ke bilik kanan. Setelah kelahiran,

jaringan yang disebut septum primim menutup foramen ovale.

Kebanyakan permukaan dalam serambi kanan bersifat lembut.

Serambi membawa darah vena hampir secara berkelanujutan untuk

mencegah aliran darah vena terhenti ketika bilik berkontraksi. Bilik terisi

darah ketika serambi berelaksasi.

Ketika miokardium bilik berkontraksi, tekanan pada ruang bilik

meningkat. Darah dan cairan lainnya, mengalir dari area bertekanan tinggi

ke area bertekanan rendah. Untuk mencegah darah kembali ke serambi

saat kontraksi bilik, otot papiler juga berkontraksi.


 Jantung Kiri

Setelah proses pernapasan di kapileri paru-paru, darah kaya

oksigen kembali ke serambi kiri melalui salah satu dari empat vena

pulmonari. Darah mengalir hampir berkelanjutan dari vena pulmonari ke

serambi yang bertindak sebagai ruang penerima. Setelah itu serambi

berkontraksi memompa darah ke bilik kiri. Serambi kiri terhubung dengan

bilik kiri oleh katup mitral.

Meskipun kedua sisi jantung memompa darah dengan volume yang sama,

lapisan otot bilik kiri lebih tebal dibandingkan bilik kanan mengingat

energi yang dibutuhkan di bilik kiri. Bilik kiri memompa darah ke seluruh

tubuh melalui aorta.

 Sirkulasi Koroner

Kardiomiosit, seperti halnya sel lain, memerlukan oksigen, nutrien,

dan pembuangan sisa metabolisme. Segala kebutuhan kardiomiosit

dipasok melalui sirkulasi koroner. Siklus sirkulasi koroner berhubungan

dengan proses relaksasi dan kontraksi otot jantung.

Arteri koroner memasok darah kaya oksigen ke jantung dan vena

koroner membuang darah terdeoksigenasi. Terdapat arteri koroner kanan

dan kiri yang memasok jantung kanan dan kiri. Vena kardiak menerima

darah kotor dari sirkulasi jantung dan membawanya ke sinus koroneri.

 Ukuran Jantung

Ukuran jantung bergantung pada usia, ukuran badan, dan kondisi

jantung masing-masing individu. Normalnya, jantung sehat orang dewasa

rata-rata berukuran kepalan tangan orang dewasa. Ada beberapa penyakit


yang dapat mengakibatkan ukuran jantung membesar. Bagian terbesar dari

jantung biasanya sedikit ke sisi kiri dada (meskipun terkadang sedikit ke

kanan). Bagian kiri terbesar karena jantung kiri lebih kuat mengingat

fungsinya yang memompa darah ke seluruh tubuh.

C. Pemeriksaan fisik pada jantung

Tujuan Cara Normal Stemi


I Untuk melihat kondisi Pasien berbaring Ictus cordis Ictus cordis
toraks/dada dan ictus dengan dasar tidak tampak tidak tampak
cordis yang rata
P Hal-hal yang ditemukan Palpasi Teraba Teraba
pada inspeksi harus ICpada Spatium sebagai sebagai
dipalpasi untuk lebih intercostal (SIC) denyutan denyutan
memperjelas V di sebelah ringan, ringan,
medial linea dengan dengan
mengenai lokalisasi
midklavikularis diameter 1 diameter 1
punctum maksimum,
sinistra. sampai 2 cm. sampai 2 cm.
bagaimana
kekuatannya, frekuensi,
kualitas
dari pulsasi yang teraba.

P Menentukan batas-batas Lakukan perkusi Pada keadaan Perkusi:


jantung. pada: normal antara
Atas (RIC ke
linea sternalis
 Kanan atas: kiri
II, kanan
dan
SIC II Linea kanan pada LSD, kiri:
Para LMSC RIC
daerah
Sternalis ke V
manubrium
Dextra sterni
 Kanan
terdapat
bawah: SIC
pekak yang
IV Linea
Para merupakan
Sternalis daerah aorta.
Dextra
 Kiri atas: SIC
II Linea Para
Sternalis
Sinistra
 Kiri bawah:
SIC IV Linea
Medio
Clavicularis
Sinistra

A Pemeriksaan bunyi a. Bunyi Jantung BJ1-BJ2 BJ1-BJ2


jantung, bising jantung Tentukan reguler, reguler,
dan gesekan pericard. bunyi jantung
S1 dan S2, Tidak ada Tidak ada
intensitas mur-mur, mur-mur,
bunyi dan tidak ada tidak ada
kualitasnya, gallop gallop
ada tidaknya
bunyi jantung
S3 dan bunyi
jantung S4,
irama dan
frekuensi
bunyi jantung,
dan bunyi
jantung lain
yang
menyertai
bunyi jantung.
b. Lokalisasi dan
asal bunyi
jantung
Auskultasi
bunyi jantung
dilakukan
pada tempat-
tempat
sebagai
berikut :
 Ictus cordis
untuk
mendengar
bunyi
jantung yang
berasal dari
katup mitral
 Intercostal II
kiri untuk
mendengar
bunyi
jantung yang
berasal dari
katup
pulmonal.
 Intercostal
III kanan
untuk
mendengar
bunyi
jantung yang
berasal dari
aorta
 Intercostal
IV dan V di
tepi kanan
dan kiri
sternum atau
ujung
sternum
untuk
mendengar
bunyi
jantung yang
berasal dari
katup
trikuspidal.

D. SOP PENGKAJIAN SISTEM CARDIOVASKULAR

 Persiapan alat
1. Stetoskop
2. Selimut
3. Sampiran
4. Alat tulis

 Persiapan klien
1) Atur posisi klien ( berbaring telentang ) dengan badan bagian atas
sedikit terangkat
2) Minta klien untuk tidak bicara selama pemeriksaan
3) Buatlah penerangan yang baik dalam ruangan

 Pemeriksaan fisik
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur

Langkah-langkah:

Tujuan Cara Normal Stemi


I Untuk melihat kondisi Pasien berbaring Ictus cordis Ictus cordis
toraks/dada dan ictus dengan dasar tidak tampak tidak tampak
cordis yang rata
P Hal-hal yang ditemukan Palpasi Teraba Teraba
pada inspeksi harus ICpada Spatium sebagai sebagai
dipalpasi untuk lebih intercostal (SIC) denyutan denyutan
memperjelas V di sebelah ringan, ringan,
medial linea dengan dengan
mengenai lokalisasi
midklavikularis diameter 1 diameter 1
punctum maksimum,
sinistra. sampai 2 cm. sampai 2 cm.
bagaimana
kekuatannya, frekuensi,
kualitas
dari pulsasi yang teraba.

P Menentukan batas-batas Lakukan perkusi Pada keadaan Perkusi:


jantung. pada: normal antara
Atas (RIC ke
linea sternalis
 Kanan atas: kiri
II, kanan
dan
SIC II Linea kanan pada LSD, kiri:
Para LMSC RIC
daerah
Sternalis ke V
manubrium
Dextra sterni
 Kanan
terdapat
bawah: SIC
pekak yang
IV Linea
Para merupakan
Sternalis daerah aorta.
Dextra
 Kiri atas: SIC
II Linea Para
Sternalis
Sinistra
 Kiri bawah:
SIC IV Linea
Medio
Clavicularis
Sinistra

A Pemeriksaan bunyi a. Bunyi Jantung BJ1-BJ2 BJ1-BJ2


jantung, bising jantung Tentukan reguler, reguler,
dan gesekan pericard. bunyi jantung
S1 dan S2, Tidak ada Tidak ada
intensitas mur-mur, mur-mur,
bunyi dan tidak ada tidak ada
kualitasnya, gallop gallop
ada tidaknya
bunyi jantung
S3 dan bunyi
jantung S4,
irama dan
frekuensi
bunyi jantung,
dan bunyi
jantung lain
yang
menyertai
bunyi jantung.
c. Lokalisasi dan
asal bunyi
jantung
Auskultasi
bunyi jantung
dilakukan
pada tempat-
tempat
sebagai
berikut :
 Ictus cordis
untuk
mendengar
bunyi
jantung yang
berasal dari
katup mitral
 Intercostal II
kiri untuk
mendengar
bunyi
jantung yang
berasal dari
katup
pulmonal.
 Intercostal
III kanan
untuk
mendengar
bunyi
jantung yang
berasal dari
aorta
 Intercostal
IV dan V di
tepi kanan
dan kiri
sternum atau
ujung
sternum
untuk
mendengar
bunyi
jantung yang
berasal dari
katup
trikuspidal.
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A. Jenis tindakan
Pemeriksaan fisik jantung
B. Identitas Klien yang menjadi target pemeriksaan
Nama : Tn.R
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : PNS
Alamat : PADANG SIBUSUK
Diagnose :NSTEMI

Seorang klien bernama Tn. R umur (5 0th). Klien masuk ke CVCU

pada tanggal 02 juli 2019, klien di diagnosa dengan NSTEMI. Klien masuk

dengan keluhan nyeri dada, nyeri seperti ditusuk- tusuk, nyeri hilang timbul

dengan durasi ± 5 detik, klien juga mengeluh sesak nafas dan batuk

berdahak. TTV didapatkan bahwa: TD: 143/70 mmHg, Nadi: 92x/i, RR: 20

x/i, Suhu: 36 ºC. Pada saat pengkajian tanggal 02 juli 2019 jam 15.00

WIB klien mengeluh masih sesak nafas bila beraktivitas. Hasil monitor

didapatkan TD: 115/62 mmHg, Nadi: 92x/i, RR: 25x/i, Suhu: 36,8ºC, SPO²

99%. Klien terpasang O2 binasal 4 liter/menit, klien terpasang IVFD Nacl

0,9%500 ml/ 24 jam. Hasil pemeriksaan fisik pada jantung, inspeksi: ictus

cordis tidak tampak, palpasi: ictus cordis teraba di RIC ke II, perkusi: Batas

atas (RIC ke II, kanan LSD (Linea Sternalis Dextra), kiri: LMCS (Line

Medio Klavikularis Sinistra) RIC ke V), auskultasi: BJ1-BJ2 reguler, tidak

ada mur-mur, tidak adagallop.


C. Prosedur Tindakan
 Mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan dan kontrak waktu
 Lanjut pemeriksaan
Inspeksi
 Ictus cordis tidak tampak
Palpasi
 Ictus cordis terabadi RIC ke II, denyutan ringan, dengan diameter
1 sampai 2 cm.
Perkusi
 Batas atas (RIC ke II, kanan LSD (Linea Sternalis Dextra), kiri:
LMCS (Line Medio Klavikularis Sinistra) RIC ke V
 Pada keadaan normal antara linea sternalis kiri dan kanan pada
daerah manubrium sterni terdapat pekak yang merupakan
daerah aorta.
Auskultasi
 BJ1-BJ2 reguler seperti bunyi lup dup – lup dup, tidak ada mur-
mur dan tidak ada gallop.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem cardiovaskuler terdiri dari jantung dan sistem pembuluh darah

termasuk otot jantung, atrium, ventrikel, katup, arteri koronaria, vena

jantung, struktur konduksi listrik dan pernapasan jantung. Sedangkan

sistem pembuluh darah (vaskuler) dibentuk oleh pembuluh darah tubuh

meliputi arteri, arteriol, vena, venula, dan kapiler. Fungsi utama sistem

cardiovaskuler adalah transportasi nutrisi dan oksigen bagi tubuh,

pengeluaran zat sisa dan karbondioksida, pertahankan perfusi yang

adekuat pada organ dan jaringan.

B. Saran

Agar pemeriksan fisik dapat dilakukan dengan baik maka perawat

harus memahami ilmu pemeriksaan fisik khususnya pada pemeriksaan

jantung dengan sempurna dan pemeriksa fisik ini harus dilakukan secara

berurutan, sistematis dan dilakukan dengan prosedur yang benar.


DAFTAR PUSTAKA

Berman, A., Snyder, S. J., Kozier, B., & Glenora, E. (2009). Buku Ajar Praktik
Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC.

De Laune, S.C., Ladner, P. K. (2002). Fundamentals of nursing: standards and


practice (2ndEd.). New York: Delmar

Gray, H.H., et al. (2002). Lecture notes on cardiology. Diterjemahkan oleh Prof.
Dr. H. Anwar Agoes, DAFK, Sp. FK dan dr. Asri Dwi Rachmawati.
Erlangga: Jakarta

Hudak, C., & Gallo, B. (2010). Keperawatan Krirtis, Pendekatan Holistik.


Jakarta: EGC.

Potter, P.A., Perry, A.G. (2009). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik. (Ed 4). (Vol. 1). Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzzane C., Bare, Brenda G. (2010). Buku ajar keperawatan medikal
bedah Brunner & Suddarth. (Ed 8). (Vol. 2). Jakarta: EGC
PERSETUJUAN TINDAKAN

Saya yang bertandatangan di bawahini :

Nama :

Tempat/ tanggallahir :

Alamat :

Bersama ini menyatakan kesediaanya untuk dilakukan tindakan pemeriksaan yang

meliputi pemeriksaan fisik jantung.

Demikian surat persetujuan ini saya buat tanpa ada paksaan dari pihak manapun

agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui Padang, Juni 2019

Pemeriksa Pembuat Pernyataan

( ) ( )
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan Proposal Mini Cx Pemeriksaan Fisik Jantung Pada Tn.R Dengan

Diagnosa Medis Non ST Elevasi Miokard Infark(NStemi) Di Ruang CVCU

RSUP Dr. M.Djamil Padang ini telah diperbaiki, dan disetujui oleh pembimbing

untuk dilaksanakan.

Padang, Juni 2019

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns.Mira Andika, M.Kep) (Ns. Dwi Mustika, S.Kep)

Anda mungkin juga menyukai