Anda di halaman 1dari 84

ABSTRAK

LAPORAN KASUS PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG MELATI
RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI LAMPUNG
TAHUN 2019

OLEH :
Anta Rendi Febriwan, S.Kep NIM.149012018188
Gatra Agung Pangestu, S.Kep NIM.149012018334
Krisna Prameswari, S.Kep NIM. 149012018100
Noviyanti, S.Kep NIM. 149012018104
Subagio, S.Kep NIM.149012018190

xi + 69 halaman + 4 gambar + 21 tabel

Halusinasi penglihatan merupakan bentuk dari penyimpangan prilaku akibat


adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku.
WHO memperkirakan bahwa 151 juta orang menderita gangguan jiwa dan 26 juta
orang menderita skizofrenia dan akan berkembang setiap tahunnya 26%.

Tujuan penelitian ini agar klien dapat meminimalisir halusinasi dan melihat
gambaran asuhan keperawatan jiwa pada klien yang mengalami gangguan
persepsi sensori halusinasi pendengaran di Ruang Melati Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Lampung. Desain yang digunakan adalah studi kasus partisipan dalam
penelitian ini dengan 2 pasien dengan masalah keperawatan Gangguan Persepsi
Sensori Halusinasi Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.

Hasil dalam penelitian yang didapatkan klien mampu mengidentifikasi


kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki, klien dapat mempraktikan
kegiatan yang telah dipilih oleh perawat seperti menghardik, melakukan kegiatan
harian.

Kata Kunci : Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi


Daftar Pustaka : 18 (2008 – 2018)

i
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
ABSTRACT

THE REPORT CASES ON CLIENTS WHO EXPERIENCED THE PROBLEM OF


DISORDERS OF SENSORAL PERCEPTION OF VISION HALUSINATION IN
MELATI HOSPITAL HOSPITAL LAMPUNG PROVINCE
YEAR 2019

By:

Anta Rendi Febriwan, S.Kep NIM.149012018188


Gatra Agung Pangestu, S.Kep NIM.149012018334
Krisna Prameswari, S.Kep NIM. 149012018100
Noviyanti, S.Kep NIM. 149012018104
Subagio, S.Kep NIM.149012018190

xi + 69 pages + 4 pictures + 21 tables

Vision hallucinations are a form of behavioral aberration due to emotional


distortions that are found to be irregular in behavior. WHO estimates that 151
million people suffer from mental disorders and 26 million suffer from
schizophrenia and will grow 26% annually.

The purpose of this study is that clients can minimize hallucinations and see the
description of mental nursing care for clients who experience sensory perception
impairment of auditory hallucinations in the Melati Room of the Mental HoSpital
of Lampung Province. The design used was a participant case study in this study
with 2 patients with nursing problems Sensory PerSpective Disorders Auditory
Hallucinations at Lampung Provincial Mental HoSpital.

The results in the research obtained by the client are able to identify the positive
abilities and aspects that are still owned, the client can practice activities that
have been chosen by nurses such as rebuking, doing daily activities.

Keywords: Sensory Hallucinations Perception Disorders


Bibliography: 18 (2008 - 2018)

ii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Ilmiah Ners

Judul KTI : “ LAPORAN KASUS PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG
MELATI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI LAMPUNG
TAHUN 2019”

Nama : Anta Rendi Febriwan, S.Kep NIM.149012018188

Gatra Agung Pangestu, S.Kep NIM.149012018334


Krisna Prameswari, S.Kep NIM. 149012018100
Noviyanti, S.Kep NIM. 149012018104
Subagio, S.Kep NIM.149012018190

MENYETUJUI

Pembimbing

Ns. Nuria Muliani, M.Kep.Sp.Kep.J

iii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG MELATI
RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI LAMPUNG
TAHUN 2019

Karya Ilmiah ini telah diperiksan dan dipertahankan dihadapan TIM Penguji
Karya Tulis Ilmiah dan dinyatakan lulus pada tanggal : 14 Juli 2019

Penguji : Ns. Arena Lestari, M.Kep.,Sp.Kep.J(..................................)

Ketua Program Studi

(Ns. Rani Ardiana, M.Kep)

Mengetahui,
Ketua STIKes Muhammadiyah Pringsewu
\

(Ns. Arena Lestari, M.Kep.,Sp.Kep.J)

iv
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik STikes Muhammadiyah Pringsewu Lampung,saya yang


bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Anta Rendi Febriwan, S.Kep NIM.149012018188


Gatra Agung Pangestu, S.Kep NIM.149012018334
Krisna Prameswari, S.Kep NIM. 149012018100
Noviyanti, S.Kep NIM. 149012018104
Subagio, S.Kep NIM.149012018190

Program studi : Profesi Ners


Jenis karya : Karya Ilmiah Ners
Judul : “LAPORAN KASUS PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN HALUSINASI PENDENGARAN DI
RUANG MELATI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI
LAMPUNG TAHUN 2019”

Guna pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan,menyetujui memberikan


kepada STikes muhammadiyah pringsewu lampung tanpa menuntu ganti rugi
berupa materi atas karya tulis kami yang berjudul:
LAPORAN KASUS PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN HALUSINASI
PENDENGARAN DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI
LAMPUNG TAHUN 2019
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung dengan adanya pernyatan ini
berhak menyimpan,mengalih mediakan dalam bentuk format lain, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas
akhir kami selama tetap mencantumkan nama kami sebagai penulis/ pencipta dan
sebagai pemilik hak atas karya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Pringsewu
Pada Tanggal : 14 Juli 2019
Yang menyatakan

PENULIS

v
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
LEMBAR PERSEMBAHAN

Karya Ilmiah Ners/Laporan Tugas Akhir ini penulis persembahakan kepada:


1. Almamater Stikes muhammadiyah pringsewu yang sangat penulis cintai.
2. Pembimbing kami yang telah meluangkan waktunya datang untuk
memberikan ilmu, dukungan dan motivasi kepada kami
3. Orangtua kami yang selalu mendoakan dan membimbing selama dalam
menempuh pendidikan untuk keberhasilan studi anaknya.
4. Teman-teman seperjuangan yang telah berusaha bersama-sama untuk
menyelesaikan karya ilmiah ini
5. Teman-teman juga yang selalu memberikan dukungan.

vi
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb
Alhamdulilah Puji syukurkehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia Nya penulis telah diberikan kekuatan dan kemampuan untuk
menyelesaikan karya ilmiah ini sesua iwaktu yang telah ditentukan. Karya ilmiah
ini berjudul : “LAPORAN KASUS PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT JIWA
PROPINSI LAMPUNG TAHUN 2019’’
Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ns. Arena Lestari,M.Kep.Sp.Kep.J selaku Ketua STIKes Muhammadiyah
Pringsewu Lampung, Sekaligus penguji kami
2. Ns. Rani Ardiana,M.Kep selaku Ketua Program Studi STIkes Muhammadiyah
Pringsewu lampung
3. Ns. Nuria Muliani,M.Kep.Sp.KepJ selaku pembimbing kami
4. Ns. Hj. Satrio K. L.,M.Kep.Sp.Kep.J selaku Ketua Tim Praktik Klinik
Keperawatan Jiwa
5. Ns. Hj. Dina Wulandari,S.Kep.M.Kes selaku pembimbing Klinik
6. Orang tua serta saudara-saudara kami yang tak lelah memberikan supportnya
untuk kami
7. Rekan – rekan seperjuangan yang telah membantu dalam penulisan laporan
ini.
Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini sudah berusaha sebaik mungkin dengan
kemampuan penulis agar Karya Ilmiah ini menjadi sempurna. Kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk menjadikan Karya Ilmiah ini jauh
lebih baik lagi. Semoga bermanfaat bagi dunia keperawatan.
Wasalammu’alaikumWr. Wb.
Pringsewu, 14 Juli 2019

Penulis

vii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN........................................................................ v
LEMBAR PERSEMBAHAN..................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Batasan Masalah...................................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.4 Tujuan .................................................................................................... 4
1. Tujuan Umum ................................................................................... 4
2. Tujuan Khusus................................................................................... 4
1.5 Manfaat .................................................................................................. 5
1. Manfaat Teoritis ................................................................................ 5
2 Manfaat Praktis ................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep .................................................................................................... 6
2.1.1 Pengertian ................................................................................... 6
2.1.2 Jenis Halusinasi .......................................................................... 7
2.1.3 Fase Halusinasi.......................................................................... 10
2.1.4 Rentang Respon......................................................................... 12
2.1.5 Proses terjadinya masalah .......................................................... 14

viii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................. 20
2.2.1 Konsep Model ............................................................................ 20
2.3 Pohon Masalah ....................................................................................... 22
2.4 Diagnosa Keperawatan .......................................................................... 23
2.5 Rencana Tindakan Keperawatan ............................................................ 23
2.6 Implementasi .......................................................................................... 26
2.7 Evaluasi .................................................................................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian ................................................................................... 28
3.2 Batasan Istilah ........................................................................................ 28
3.3 Partisipan................................................................................................ 28
3.4 Lokasidan Waktu Penelitian .................................................................. 29
3.5 Pengumpulan Data ................................................................................. 29
3.6 Analisa Data ........................................................................................... 29
3.7 EtikPenelitian ......................................................................................... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil ....................................................................................................... 33
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 57

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 65
5.2 Saran ...................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA

ix
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
DAFTAR GAMBAR

Bagan 2.1.4 Rentang Masalah ........................................................................ 12


Bagan 2.3 Pohon Masalah.................................................................... 22
Bagan 4.1.7 Genogram......................................................................... 36
Bagan 4.1.17 Pohon Masalah Klien...................................................... 48

x
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.2 Identitas Klien ............................................................................... 34

Tabel 4.1.3 Awal Masuk Rumah Sakit ............................................................ 35

Tabel 4.1.4 Faktor Predisposisi ........................................................................ 35

Tabel 4.1.5 Pemeriksaan Fisik ......................................................................... 36

Tabel 4.1.6 Keluhan Fisik ................................................................................ 36

Tabel 4.1.8 Konsep Diri ................................................................................... 38

Tabel 4.1.9 Hubungan Sosial ........................................................................... 39

Tabel 4.1.10 Spiritual ....................................................................................... 40

Tabel 4.1.11 Status Mental............................................................................... 40

Tabel 4.1.12 Kurang Pengetahuan ................................................................... 42

Tabel 4.1.13 Aspek Medis ............................................................................... 43

Tabel 4.1.14 Data Fokus .................................................................................. 43

Tabel 4.1.15 Analisa Data ................................................................................ 45

Tabel 4.1.16 Daftar Masalah ............................................................................ 47

Tabel 4.1.18 Rencana Tindakan Keperawatan ................................................. 49

Tabel 4.1.19 Implementasi dan Evaluasi ......................................................... 50

Tabel 4.2.1 Pengkajian ..................................................................................... 57

Tabel 4.2.2 Diagnosis ....................................................................................... 59

Tabel 4.2.3 Perencanaan .................................................................................. 61

Tabel 4.2.4 Implementasi ................................................................................. 62

Tabel 4.2.5 Evaluasi ......................................................................................... 63

xi
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
xii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
13
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa dapat dikatakan kondisi mental sejahtera dengan kualitas

hidup seseorang harmonis dan produktif dari semua segi kehidupan

manusia. Pasien gangguan jiwa memiliki hubungan yang tidak harmonis

dengan orang lain seperti bermusuhan, mengancam atau curiga yang

berlebihan pasien juga tidak produktif dimasyarakat dan kecendrungan

merugikan masyarakat. Misalnya mencuri, malas atau prilaku deviasi social

lain seperti pemakaian zat adiktif (Yosep, 2010).

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang

signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016),

terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar,

21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia,

dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan

keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus

bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan

produktivitas manusia untuk jangka panjang.

Data Riskesdas 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional

yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15

tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk
2

Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia

mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.

Gangguan jiwa adalah manifestasi dari bentuk penyimpangan prilaku

akibat adanya distrosi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam

bertingkah laku. Hal ini dipicu oleh adanya keinginan seseorang untuk

memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam mempertahankan hidup

sehingga seseorang dihadapkan untuk berpikir, berkeinginan untuk

mencapai cita-cita yang mengharuskan seseorang berhubungan dengan

orang lain. Akibatnya timbullah perasaan tertekan, yang ditandai

menurunnya kondisi fisik akibat gagalnya pencapaian sebuah

keinginan,yang juga akan berimbas pada menurunnya semua fungsi

kejiwaan sehingga prasaan tertekan atau depresi akibat gagalnya seseorang

dalam memenuhi tuntutan tersebut akan mengawali terjadinya

penyimpangan keperibadian yang merupakan awal dari terjadinya gangguan

jiwa. (Nasir, 2011).

Gangguan jiwa yang menjadi salah satu masalah utama Negara-negara

berkembang adalah skizofrenia termasuk jenis psikosis yang mencapai

urutan atas dari seluruh gangguan jiwa yang ada skizofrenia adalah salah

satu persepsi, emosi, gerakan prilaku yang aneh (Videbeck 2008, dalam

Lelono, dkk, 2015). Dalam temu media menyambut HKJS 2016 di Jakarta,

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza

di Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan dan Napza

(Dit P2MKJN), Kementrian Kesehatan RI dr. Fidiyansyah, SpKJ, MPH


3

menegaskan, Kesehatan Jiwa merupakan bagian penting terhadap

terciptanya sumber daya manusia Indonesia yang produktif sekaligus

merupakan aset bangsa yang berharga. (Kemenkes RI, 2016)

Salah satu gejala skizofrenia adalah halusinasi distrosi persepsi palsu

yang terjadi respon neurologist yang maladaptive, klien mengalami distrosi

sensori yang nyata dan meresponnya, namun dalam halusinasi stimulasi

internal dan eksternal tidak dapat diidentifikasi, halusinasi adalah salah satu

gejala gangguan persepsi sensori yang dialami oleh pasien gangguan jiwa,

pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pendengaran, perabaan,

penciuman tanpa stimulus yang nyata. (Keliat, 2012). Berdasarkan data

Riskesdas pada tahun 2009 undang-undang republik Indonesia nomer 36

pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban untuk menggembangkan

upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat sebagian dari upaya kesahatan

jiwa keseluruhan, mempermudah masyarakat dalam akses pelayan

keperawatan jiwa. (UU RI NO.36,2009).

Berdasarkan rekam medik rumah sakit jiwa provinsi lampung 2016

jumlah pasien yang dirawat berjumlah 1438 jiwa dengan data 753 jiwa

skizofrenia paranoid, Skizofrenia tak terinci 344 jiwa, gangguan skizofrenia

tipe defpresif 92 jiwa, Skizofrenia resi dua 76 jiwa, gangguan mental akibat

kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik lain yang ditentukan 48

jiwa. Gangguan ansietas menyeluruh 31 jiwa, gangguan skizofrenia tipe

manic 26 jiwa,gangguan mental organic atau simtomatik yang tidak

tergolongkan 25 jiwa, depresi pasca skizofrenia 23 jiwa, gangguan psikotik


4

lirskizofrenia akut 20 jiwa. (Data Rekam Medik Jiwa RSJ Provinsi

Lampung, 2016).

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Laporan kasus klien yang

mengalami halusinasi penglihatan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran asuhan keperawatan jiwa pada klien mengalami

halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung?

1.4 Tujuan

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan klien yang mengalami halusinasi

pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang halusinasi

pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.

b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami

halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami

halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami

halusinasi pendengaran di Rumah sakit jiwa provinsi lampung.


5

e. Melakukan evaluasi pada klien yang mengalami halusinasi

pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.

1.5 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat digunakan

dalam upaya meningkatkan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa

keperawatan terhadap masalah gangguan jiwa dengan halusinasi

pendengaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan bacaan di

perpustakaan dan sumber data bagi penelitian yang memerlukan

masukkan berupa data atau pengembangan penelitian dengan

masalah yang sama demi kesempurnaan peneliti.

b. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukkan bagi

rumah sakit dalam melakukan upaya penurunan gangguan jiwa

pada klien yang mengalami halusinasi pendengaran.

c. Bagi Pasien

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi kepada

pasien dalam upaya menurunkan gangguan jiwa pada masalah

halusinasi pendengaran.
6

d. Bagi perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber rujukan dalam

penanganan kasus gangguan jiwa khususnya halusinasi pendengaran

.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

2.1.1 Pengertian

Halusinasi merupakan suatu bentuk persepsi atau pengalaman

indera diaman tidak terdapat stimulasi terhadap reseptor-reseptornya,

halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah yang mungkin

meliputi salah satu dari kelima panca indra. Hal ini menunjukkan

bahwa halusinasi dapat bermacam-macam yang meliputi halusinasi

pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.

Towsend (2009; Lelono, dkk, 2015).

Halusinasi adalah Distorsi persepsi palsu yang terjadi pada

reSpon neurobiologis yang maladaptif, klien mengalami Distorsi

sensori yang nyata dan meresponnya, namun dalam halusinasi

stimulus internal dan eksternal tidak dapat diidentifikasi. Stuart

(2009; Lelono, dkk, 2015). Halusinasi yang paling serin terjadi

adalah halusinasi dengar. (Videbeck 2008; Lelono, dkk, 2015).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada

individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi;merasakan

sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, dan

penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada.

(Kusumawati dan Hartono,2010).


8

2.1.2 Jenis Halusinasi (Lelono, dkk, 2015)

a. Halusinasi non patologis

Halusinasi NAMI (National alliance for mentally III)

Halusinasi dapat terjadi pada seseorang yang bukan penderita

gangguan jiwa. Pada umumnya terjadi pada klien yang bukan

penderita gangguan jiwa. Pada umumnya terjadi pada klien yang

mengalami stress yang berlebihan atau kelelahan bias juga karena

pengaruh obat-obatan (halusinasiogenik) Antara lain:

1) Halusinasi hipnogonik: persepsi sensori yang palsu yang

terjadi sesaat sebelum seseorang jatuh tertidur.

2) Halusinasi hipnopomik: persepsi sensori yang palsu yang

terjadi sesaat sebelum, seseorang terbangun tertidur.

b. Halusinasi patologis

1) Halusinasi Pendengaran

Pada klien halusinasi dengar tanda dan gejala dapat

dikarakteristik mendengar bunyi atau suara, paling sering

dalam bentuk suara, dari suara sederhana atau suara yang

jelas, suara tersebut membicarakan tentang pasien, sampai

percakapan yang komplit antara dua orang atau lebih seperti

orang yang berhalusinasi. Suara yang di dengar dapat berupa

perintah yang memberitahu pasien untuk melakukan sesuatu,

kadang-kadang dapat membahayakan atau mencederai.

(Stuart 2009; Lelono dkk 2015).


9

Sauosa (2007; Lelono, dkk, 2015) menyebutkan bahwa

halusinasi yang di dengar dapat berbentuk suara perempuan

(49,87%) dan laki-laki (50,13%). Dan reaksi klien ketika

mendengar suara tersebut, 48,32% adalah marah dan

halusinasi yang didengar berasal dari kedua telinga (91,47%).

2) Halusinasi penciuman

Pada halusinasi penciuman isi halusinasi dapat berupa klien

mencium aroma atau bau tertentu seeperti urine atau feses

atau bau yang bersifat lebih umum atau bau busuk atau bau

yang tidak sedap. (Cancro & Lehman 2000; Videbeck 2008;

Lelono, dkk, 2015).

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Stuart (2009)

pada halusinasi penciuman, klien dapat mencium bau busuk,

jorok, dan bau tengik seperti darah, urine, atau tinja, kadang-

kadang bau bisa menyenangkan, halusinasi penciuman

biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang, dan

demensia.

3) Halusinasi Penglihatan

Sedangkan pada klien halusinasi penglihatan, isi halusinasi

berupa melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada sama

sekali, misalnya cahaya atau orang yang telah meninggal atau

mungkin sesuatu yang mungkin bentuknya menakutkan


10

(Cancro & Lehman, 2000; Videbeck, 2008; Lelono dkk,

2015).

Isi halusinasi penglihatan klien adalah klien melihat cahaya,

bentuk geometris, kartun atau campuran antara gambaran

bahayangan yang kompleks, dan bayangan tersebut dapat

menyenangkan klien atau juga sebaliknya mengerikan.

(Stuart & Laraia, 2005; Stuart, 2009).

4) Halusinasi Pengecapan

Sementara itu pada halusinasi pengecapan, isi halusinasi

berupa klien mengecap rasa yang tetap ada dalam mulut, atau

perasaan bahwa makanan terasa seperti sesuatu yang lain.

Rasa tersebut dapat berupa rasa logam atau pahit atau

mungkin seperti rasa tertentu. Atau berupa rasa busuk, tak

sedap, dan anyir seperti darah, urine, atau feses. (Stuart &

Laraia, 2005; Stuart, 2009).

5) Halusinasi Perabaan

Isi halusinasi perabaan adalah klien merasakan sensasi seperti

aliran listrik yang menjalar keseluruh tubuh atau binatang

kecil yang merayap di kulit. (Cancro & Lehman, 2000;

Videbeck, 2008; Lelono dkk, 2015). Klien juga dapat

mengalami nyeri atau tidak nyaman tanpa adanya stimulus

yang nyata, seperti sensasi listrik dan bumi, benda mati

ataupun dan oranglain. (Stuart & Laraia, 2005; Stuart, 2009).


11

6) Halusinasi Chenesthetik

Klien akan merasakan fungsi tubuh seperti darah berdenyut

melalui vena dan arteri, mencerna makanan, atau bentuk

urine. (Videbeck, 2008; Stuart, 2009).

7) Halusinasi Kinestetik

Terjadi ketika klien tidak bergerak tetapi melaporkan sensasi

gerakan tubuh, gerakan tubuh yang tidak lazim seperti

melayang di atas tanah. Sensasi gerakan sambil berdiri tak

bergerak. (Videbeck, 2008; Stuart, 2009).

2.1.3 Fase Halusinasi

a. Comforting (Halusinasi menyenangkan, Cemas ringan)

Klien yang berhalusinasi mengalami emosi yang intense seperti

cemas, kesepian, rasa bersalah, takut dan mencoba untuk

berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk

menghilangkan kecemasan. Seseorang mengenal bahwa pikiran

dan pengalaman sensori berada dalam keadaan kesadaran

control jika kecemasan tersebut bisa dikelola.

Perilaku yang dapat diobservasi:

1) Tersenyum lebar, menyeringai tapi tampak tidak tepat

2) Menggerakan bibir tanpa membuat suara

3) Pergerakan mata yang cepat

4) ReSpon verbal yang lambat seperti asyik


12

5) Diam dan tampak asyik

b. Comdemning (Halusinasi menjijikkan, Cemas Sedang)

Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien yang

berhalusinasi mulai merasa kehilangan control dan mungkin

berusaha menjauhkan diri, serta merasa malu dengan adanya

pengalaman sensori tersebut dan menarik diri dari oranglain.

Perilaku yang dapat dibservasi:

1) Ditandai dengan peningkatan kerja system saraf autonomic

yang menunjukkan kecemasan misalnya terdapat

peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.

2) Rentang perhatian menjadi sempit

3) Asyik dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan

kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realitas.

c. Controlling (Pengalaman sensori berkuasa, Cemas berat)

Klien yang berhalusinasi menyerah untuk mencoba melawan

pengalaman halusinasinya. Isi halusinasi bisa menjadi menarik/

memikat. Seseorang mungkin mengalami kesepian jika

pengalaman sensori berakhir.

Perilaku yang diobservasi:

1) Arahan yang diberikan halusinasi tidak hanya dijadikan

objek saja oleh klien tetapi mungkin akan diikuti/ dituruti.

2) Klien mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain

3) Rentang perhatian hanya dalam beberapa detik atau menit.


13

4) Tampak tanda kecemasan berat seperti berkeringat, tremor,

tidak mampu mengikuti perintah.

d. Conquering (Melebur dalam pengaruh halusinasi, Panic)

Pengalaman sensori bisa mengancam jika klien tidak mengikuti

perintah dari halusinasi. Halusinasi mungkin berakhir dalam

waktu empat jam atau sehari bila tidak ada intervensi terapeutik.

Perilaku yang diobservasi:

1) Perilaku klien tampak seperti dihantui terror dan panic

2) Potensi kuat untuk bunuh diri dan membunuh orang lain

3) Aktifitas fisik yang digambarkan klien menunjukkan isi dari

halusinasi misalnya klien melakukan kekerasan, agitasi,

menarik diri atau katatonia.

4) Klien tidak dapat bereSpon pada arahan kompleks

5) Klien tidak dapat bereSpon pada lebih dari satu orang

2.1.4 Rentang Respon Neurobiologi

Gambar 2.1
Rentang ReSpon Neurobiologis

ReSpon adaptif ReSpon Psikososial ReSpon Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Kadang proses pikir 1. Gangguan proses


2. Persepsi akurat terganggu pikir (waham)
3. Emosi konsisten 2. Ilusi 2. Halusinasi
dengan 3. Emosi 3. Kerusakan proses
pengalaman 4. Perilaku tidak biasa emosi
4. Perilaku sesuai 5. Menarik diri 4. Perilaku tidak
terorganisir
5. Isolasi sosial
14

(Lelono, dkk, 2015)

Dari gambar diatas dapat diuraikan dengan keterangan berikut:

a. ReSpon adaptif

ReSpon adaptif adalah reSpon yang dapat diterima norma-norma

sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut

dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat

memecahkan masalah tersebut, di dalam reSpon adaptif terdapat

beberapa komponen yang pertama pikiran logis yaitu pandangan

yang mengarah pada kenyataan, yang kedua persepsi akurat yang

merupakan pandangan yang tepat pada kenyataan, yang ketiga emosi

konsistensi dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari

pengalaman ahli, kemudian yang ke empat adalah perilaku sosial

yaitu sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran

(Damayanti, 2012).

b. ReSpon psikologis

ReSpon psikologisosial meliputi proses berfikir terganggu yang

merupakan proses pikir yang menimbulkan gangguan, kemudian

ilusi adalah masalah interprestasi atau penilaian yang salah tentang

penerapan yang bener-bener terjadi (objek nyata) karena rangsangan

panca indra, emosi berlebihan atau berkurang, perilaku tidak biasa

yaitu tingkah laku yang melebihi batas kewajaran, menarik diri

(mencoba untuk menghindar interaksi dengan orang lain) (Dalami,

dkk, 2014).
15

c. ReSpon Maladaptif

ReSpon maladaptif adalah reSpon individu dalam menyelesaikan

masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan

lingkungan (Dalami, dkk,2014). Adapun beberapa reSpon maladaptif

yang pertama kelainan piker yaitu keyakinan yang secara kokoh

diperhatikan walaupun tidak diyakini oleh rang lain dan

bertentangan dengan kenyataan sosial, yang kedua halusinasi

merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternalyang

tidak realita atau tidak ada, yang ketiga kerusakan proses emosi

adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati. Yang ke empat

perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur, yang

kelima yaitu isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami

oleh individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan

sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam (Damayanti,

2012).

2.1.5 Proses Terjasinya Masalah

Halusinasi sering ditemukan secara umum pada klien

skizofrenia.Proses terjadinya halusinasi pada klien skizofrenia dapat

dijelaskan berdasarkan Model Adaptasi Stuart & Laraia (2005;

Stuart, 2009) yaitu faktor prediSposisi, Faktor presipitasi, penilaian

stressor, sumber koping dan meknisme koping.


16

1. Faktor PrediSposisi

Menurut Stuart & Laraia (2005; Stuart, 2009) Faktor prediSposisi

yang dapat menyebabkan terjadinya halusinasi pada klien skizofrenia

meliputi faktor biologi, psikologi dan sosial struktural.

a. Faktor biologi

Menurut Videbeck (2000; dalam Lelono dkk 2015), faktor

biologi yang menyebabkan terjadinya skizofrenia adalah faktor

genetik, neuroanatomi, neurokimia, serta imunovirologi.

1) Genetik

Secara genetik ditemukan perubahan pada kromoson 5

dan 6 yang memprediSposisikan individu mengalami

skizofrenia (Copel, 2007; Lelono dkk 2015). Penelitian lain

juga menemukan gen GAD 1 yang bertanggung jawab

memproduksi GABA, dimana pada klien skizofrenia tidak

dapat meningkat secara normal sesuai dengan

perkembangan daerah frontal, dimana bagian ini berfungsi

dalam proses berfikir dan pengambilan keputusan. Hung et

al, (2007; Stuart 2009; Lelono dkk 2015).

2) Neuroanatomi

Penelitian menunjukan kelainan anatomi, fungsional

dan neurokimia di otak klien skizofrenia hidup dan

postmortem, penelitian menunjukan kortek prefrental dan

sistem limbik tidak sepenuhnya berkrmbang pada otak klien


17

dengan skizofrenia. Penurunan volume otak mencerminkan

materi putih dan materi abu-abu pada neuron akson. (Stuart,

2009; Lelono dkk, 2015).

3) Neurokimia

Penelitian di bidang neurotransmisi telah memperjelas

hipotesis disregulasi pada skizofrenia, gangguan terus

menerud pada satu atau lebih neurotransmiter

neuromodulator mekanisme pengaturan homeostatic

menyebabkan neurotranmisi tidak stabil atau tidak menentu.

Teori ini menyatakan bahwa area mesolimbik

overaktifterhadap dopamine. (Stuart, 2009; Lelono dkk,

2015).

4) Imunovirologi

Sebuah penelitian untuk menemukan “virus

skizofrenia” telah berlangsung (Torrey et, al, 2007; Dalman

et, al, 2008; Lelono dkk 2015). Bukti campuran

menunjukan bahwa paparan prenatal terhadap virus

influenza, terutama selama trimester pertama, mungkin

menjadi salah 1 faktor penyenbab skizofrenia pada bebrapa

orang tetapi tidak pada orang lain. (Brown et, al, 2004;

Lelono dkk 2015). Teori ini didukung oleh temuan riset

yang memperlihatkan lebih banyak orang dengan


18

skizofrenia lahir di musim dingin atau awal musim semi dan

di daerah perkotaan. (Van os et, al, 2004; Lelono dkk 2015).

b. Faktor Psikologis

Selain Faktor biologi diatas, faktor psikologis juga ikut

berperan mengakibatkan terjadinya skizofrenia. Menurut

Townsend, (2009; Lelono dkk 2015) awal terjadinya skizofrenia

difokuskan pada hubungan dalam keluarga yang mempengaruhi

perkembangan gangguan ini, teori awal menunjukan kurangnya

hubungan antara orang tua dan anak, serta disfungsi system

keluarga sebagai penyebab skizofrenia. Hal diatas didukung

oleh Sinaga, (2007; Lelono dkk 2015). Yang menyebabkan

bahwa lingkungan emosionak yang tidak stabil mempunyai

resiko yang besar pada berkembangan skizofrenia, pada masa

kanak disfungsi situasi sosial seperti interpersonal yang kurang

hangat diterim oleh anak sangat mempengaruhi perkembangan

neurogikal anak sehingga lebih rentan mengalami skizofrenia di

kemudian hari.

c. Faktor Sosial Budaya

Faktor sosial budaya yang dapat menyebabkan terjadinya

skizofrenia adalah adanya double bind didalam keluarga dan

konflikdalam keluarga. Torrey (1995; videbeck, 2008; Lelono

dkk, 2015) juga menyebutkan salah satu faktor sosial yang dapat
19

menyebabkan terjadinya skizofrenia adalah adanya disfungsi

dalam pengasuhan anak maupun dinamika keluarga,

Berdasarkan Townsend (2005; Lelono dkk, 2015), faktor

sosial kultural meliputi disfungsi dalam keluarga, konflik

keluarga. Komunikasi double bind serta ketidakmapuan

seseorang untuk memenuhi tugas perkembangan. Hal ini

didukung oleh Seaward (1997; Videbeck, 2008; Lelono dkk

2015) Menyebutkan bahwa skizofrenia disebabkan oleh faktor

interpersonal yang meliputi komunikasi yang tidak efektif,

ketergantungan yang berlebihan atau menarik diri dalam

hubungan, dan kehilangan kontrol emosional.

2. Faktor Presitipasi

Pada kondisi normal, otak mempunyai peranan penting dalam

meregulasi sejumlah informasi. Informasi normal di proses melalui

aktifitas neuron. Stimulus visual dan auditory dideteksi dan disaring

oleh thalamus dan dikirim untuk diproses di lobus frontal.

Sedangkan pada klien skizofrenia terjadi mekanisme yang abnormal

dalam memproses informasi (Perry, Geyer & Braff, 1990; Stuart &

Laraia, 2005; Lelono dkk 2015). Gejala pencetus yang menyebabkan

hal tersebut terjadi adalah faktor kesehatan, lingkungan, sikap dan

perilaku individu. (Stuart & Laraia, 2005; Stuart, 2009; Lelono dkk

2015).
20

Faktor pencetus halusinasi diakibatkan gangguan umpan balik di

otak yang mengatur jumlah dan waktu dalam proses informasi.

Stimuli penglihatan dan pendengaran pada awalnya oleh hipotalamus

dan dikirim untuk diproses oleh lobus frontal dan bila informasi

yang disampaikan terlalu banyak pada suatu waktu atau jika

informasi tersebut salah, lobus frontal mengirimkan pesan over load

ke ganglia basal dan diingatkan lagi oleh hipotalamus untuk

memperlambat transmisi ke lobus frontal. Penurunanb fungsi dari

lobus frontal menyebabkan gangguan pada proses umpan balik

dalam penyampaian informasi yang menghasilkan proses informasi

over load. Stuart & Laraia, 2005; Stuart, 2009; Lelono dkk 2015).

3. Penilaian terhadap stressor

Penilaian terhadap stressor merupakan penilaian individu ketika

menghadapi stressor datang. Factor biologis,psikososial dan

lingkungan saling berintegrasi satu sama lain pada saat individu

mengalami stresssedangkan individu sendiri memiliki kerentanan

(diathesis)yang jika diaktifkan oleh pengaruh stress maka akan

menimbulkan gejala skizofrenia. Penilaian seseorang terhadap

stressor terdiri dari reSpon kognitif,afektif,fisiologis,prilaku

sosial.Hal ini memberikan arti bahwa apabila individu mengalami

suatu stressor maka iya akan merespon stressor maka iya akan

merespon stressor tersebut dan akan tampak melalui tanda dan gejala

yang muncul (Stuart, 2009; Lelono, 2015).


21

4. Sumber Koping

Sumber koping merupakan hal yang penting dalam membantu

klien dalam mengatasi stressor yang dihadapinya.Sumber koping

tersebutmeliputi asset ekonomi, sosial support, nilai dan kemampuan

individu mengatasi masalah. Apabila individu mempunyai sumber

koping yang adekuat maka ia akan mampu beradaptasi dan

mengatasi stressor yang ada. Keluarga merupakan salah satu sumber

koping yang dibutuhkan individu ketika mengalami stress. Keluarga

memang merupakan salah satu sumber pendukung yang utama

dalam penyembuhan klien skizofrenia. (Videbeck, 2008; Stuart

Lelono, 2015).

5. Mekanisme koping

Pada klien skizofrenia, klien berusaha untuk melindungi dirinya

dan pengalaman yang disebabkan oleh penyakitnya. Klien akan

melakukan regresi untuk mengatasi kecemasan yang dialaminya,

melakukan proyeksi sebagai usaha untuk menjelaskan persepsinya

dan menarik diri yang berhubungan dengan masalah membangun

kepercayaan dan keasyikan terhadap pengalaman internal. (Lelono,

dkk, 2015).
22

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Konsep Model

a. Calista roy

1) Manusia adalah keseluruhan dari biopsikososial yang terus

menerus berinteraksi dengan lingkungan

2) Manusia menggunakan mekanisme pertahanan tubuh untuk

mengatasi prubahan biopsikososial yang bertujuan untuk

membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan

fisiologi,konsep diri,fungsi peran,hubungan interdependen

selama sehat sakit.

b. Pengkajian Merupakan tahapan awal dan dasar utama dari

proses keperawatan Tahap pengkajian sendiri atas pengumpulan

data dari perumusan kebutuhan.Data yang dikumpulkan meliputi

biologis,psikologis social dan cultural.

c. Tanda dan gejala secara umum

1) Data subjektif :

Pasien mengatakan :

a) Mendengar suara suara yang mengajak bercakap cakap

b) Mendengar suara suara atau kegaduhan

c) Medengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang

berbahaya

d) Melihat bayangan,sinar,bentuk geometris, bentuk

kartun,melihat hantu atau monster


23

e) Mencium bau bauan seperti darah, urin, feses,kadang

kadang bau itu menyenangkang

f) Merasakan seperti darah,urine atau feses

g) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya

2) Data objektif:

a) Marah marah tanpa sebab

b) Mengarahkan telinga kearah tertentu

c) Bicara atau ketawa sendiri

d) Menutup telinga

e) Menunjuk arah tertentu

f) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas

g) Mencium susuatu seperti membaui bau bauan tertentu

h) Menutup hidung

i) Sering meludah

j) Muntah

k) Menggaruk garuk permukaan kulit


24

2.3 Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan

Gangguan Sensori Persepsi


Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Pohon masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi (Lelono, dkk, 2015).

2.3 Diagnosa Keperawatan

1) Gangguan sensori persepsi:Halusinasi

2) isolasi sosial

3) Resiko prilaku kekerasan

4) Harga diri rendah

(Lelono, dkk, 2015)


25

2.4 Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa
Sp klien Sp keluarga
keperawatan
Ganguan persepsi Sp1: Sp1:
sensori halusinasi a. Membantu pasien mengenal a. Diskusikan masalah yang
halusinasi (isi, frekuensi, waktu dirasakan dalam merawat klien
terjadinya, situasi pencetus, perasaan b. Jelaskan pengertian, tanda dan
saat terjadinya halusinasi) gejala, dan proses terjadinya
b. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi
halusinasi: menghardik, obat,bercakap c. Jelaskan cara merawat
cakap, melakukan kegiatan harian . halusinasi
c. Mengajarkan pasien mengontrol d. Latih cara merawat halusinasi:
halusinasi dengan cara menghardik menghardik
halusinasi. e. Anjurkan membantu klien
d. Masukan pada jadwal kegiatan untuk sesuai jadwal dan memberi
latih menghardik pujian
Sp2: Sp2:
a. Evaluasi kegiatan menghardik dan a. Evaluasi kegiatan keluarga
beri pujian dalam merawat atau melatih
b. Latih cara mengontrol halusinasi klien menghardik, beri pujian.
c. Latih cara mengontrol halusinasi b. Jelaskan 5 benar cara
dengan obat (jelaskan 5 benar: jenis, memberikan obat
guna, dosisi, frekuensi, cara c. Latih cara memberikan atau
kontinuitas minum obat) membimbing minum obat
d. Masukan pada jadwal kegiatan untuk d. Anjurkan membantu klien
latihan menghardik dan minum obat sesuai jadwal dan memberi
pujian
Sp3: Sp3:
a. Evaluasi kegiatan harian menghardik a. Evaluasi kegiatan keluarga
dan obat, beri pujian dalam merwat atau
b. Latih cara mengontrol halusinasi melatihklien menghardikan
dengan bercakap cakap saat terjadi memberikan obat, beri pujian
halusinasi b. Jelaskan cara bercakap
c. Masukan pada jadwal kegiatan untuk cakapdan melakukan kegiatan
latihan menghardik, minum obat, dan untuk mengontrol halusinasi
bercakap cakap c. Latih dan sediakan waktu
bercakap cakap dengan klien
terutama saat halusinasi
d. Anjurkan membantu klien sesui
jadwal dan memberikan pujian
Sp 4: Sp 4:
a. Evaluasi kegiatan harian menghardik, a. Evaluasi kegiatan keluarga
minum obat dan becakap cakap beri dalam merawat atau melatih
pujian klien menghardik, memberikan
b. Latih cara mengontrol halusinasi obat dan bercakap cakap, beri
dengan melakukan kegiatan harian pujian
(mulai 2 kegiatan) b. Jelaskan follow up ke RSJ atau
c. Masukan pada kegiatan untuk latihan PKM, tanda kambuh , rujukan
menghardik, minum obat, bercakap c. Anjurkan membantu klien
cakap dan kegiatan harian sesuai jadwal dan memberikan
pujian
26

Diagnosa Sp klien Sp Keluarga


Keperawatan

Isolasi sosial Sp1; Sp1;


a. Membina hubungan saling a. Identifikasi penyebab isolasi
percaya social: siapa yang serumah,
b. Dapat mengidentifikasi penyebab siapa yang dekat,apa
isolasi social: siapa yang serumah, penyebabnya
siapa yang dekat apa penyababnya b. Jelaskan keuntungan punya
c. Dapat memberitahukan kepada teman dan bercakap cakap
klien keuntungan punya teman dan c. Jelaskan kerugian tidak
bercakap cakap punya teman dan bercakap-
d. Dapat memberitahukan kepada cakap.
klien kerugian tidak punya teman d. Latih cara berkenalan
dan tidak bercakap-cakap dengan pasien, perawat dan
e. Klien dapat berkanalan dengan tamu.
pasien,perawat,dan tamu. e. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
berkenalan.

Sp2: Sp2:
a. Klien dapat berbcara saat a. Evaluasi kegiatan
melakukan kegiatan harian berkenalan dengan beberapa
b. Klien dapat berkenalan dengan 2-3 orang, beri pujian
orang pasien, perawat, dan tamu b. Latih cara berbicara saat
melakukan kegiatan harian (
latih 2 kegiatan)
c. Masukan pada jadwal
kegiatan latihan untuk
berkenalan dengan 2-3
orang pasien, perawat,
tamu, berbicara saat
melakukan kegiatan harian.

Sp3: Sp3:
a. Klien dapat berbicara saat a. Evaluasi kegiatan,latihan
melakukan kegiatan harian. berkenalan (beberapa orang)
b. Klien dapat berkenalan dengan 4- dan bicara saat melakukan 2
5orang berbicara saat melakukan 2 kegiatan harian beri pujian.
kegiatan harian. b. Latih cara berbicara saat
melakukan kegiatan harian
(2 kegiatan baru)
c. Masukan dalam jadwal
kegiatan harian untuk
latihan berkenalan 4-5
orang, berbicara saat
melakukan 4 kegiatan
harian.
27

Sp4: Sp4:
a. Klien dapat berbicara social: a. Evaluasi kegiatan latihan
meminta sesuatu, menjawab berkenalan berbicara saat
pertanyaan melakukan 4 kegiatan
b. Klien dapat berkenalan dengan 5 harian, beri pujian.
orang-orang baru, berbicara saat b. Latih cara bicara social :
melakukan kegiatan harian dan meminta sesuatu menjawab
sosialisai pertanyaan.
c. Klien dapat mandiri dalam c. Masukan pada jadwal
berkenalan, berbicara saat kegiatan untuk latiahan
melakukan kegiatan harian dan berkenalan 5 orang-orang
sosialisasi. baru, berbicara saat
melakukan kegiatan harian
dan sosialisasi.
d. Nilai kemampuan yang
telah mandiri
e. Nilai apakah isolasi social
teratasi.
Diagnosa Sp klien Sp keluarga
keperawatan
Resiko prilaku Sp1: Sp1:
kekerasan a. Identifikasi penyebab tanda & gejala, a. Diskusikan masalah yang
PK yang dilakukan akibat PK dirasakan dalam merawat
b. Jelaskan cara mengonrol PK,fisik pasien
obat verbal Spiritual b. Jelaskan pengertian tanda &
c. Latih cara mengontrol pk secara fisik; gejala dan proses terjadinya pk.
tarik nafas dalam dan pukul kasur dan c. Jelaskan cara merawat pk.
bantal d. Latih satu cara merawat pk
d. Masukan pada jadwal kegiatan untuk dengan melakuakan kegiatan
latihan fisik fisik: tarik nafas dalam dan
pukul bantal.
e. Anjurkan memebantu pasien
sesuai jadwal dan beripujian.
Sp2: Sp2:
a. Evalusia kegiatan latihan fisik, beri a. Evaluasi kegiatan keluarga
pujian dalam merawat/ melatih pasien
b. Latih cara mengontrol pk dengan obat fisik beripujian.
(jelaskan 5 benar; jenis, guna dosis, b. Jelaskan 5 benar cara
frekuensi, cara kontiunitas minum pemberian obat.
obat) c. Latih cara memberikan
c. Masukan pada jadwal kegiatan membimbing minum obat.
latihan fisik dan minum obat. d. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beripujian.
Sp3: Sp3:
a. Evaluasi kegiatan latiahan fisik & a. Evaluasi kegiatan keluarga
obat, beri pujian. dalam merawat/ melatih pasien
b. Latiahn cara mengontrol pk secara fisik dan memberikan obat,
verbal (3 cara yaitu beripujian.
menggungkapkan, meminta dan b. Latih cara membimbing: cara
menolak dengan benar) bicara yang baik.
c. Memasukan pada jadwal kegiatan c. Latih cara membimbing
untuk latihan fisik,minum obat kegiatan Spiritual
verbal. d. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan memberi
pujian.
28

Sp4: Sp4:
a. Evaluasai kegiatan latihan fisik & a. Evaluasi kegiatan keluarga
obat & verbal,beripujian. dalam merawat dan melatih
b. Latih cara mengontrol Spiritual (2 pasien fisik memberikan obat,
kegiatan ) latihan cara yang baik &
c. Masukan pada jadwal kegiatan untuk kegiatan Spiritual beripujian.
latihan fisik, minum obat, verbal dan b. Jelaskan follow up ke RSJ atau
Spiritual. Puskesmas, tanda-tanda
kambuh, rujukan.
c. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan memberikan
pujian.

2.5 Implementasi

Implentasi merupakan tindakan keperawatan disesuaikan dengan tindakan

keperawatan sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah

direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan

keperawatan masih dibutuhkan dan disesuaikan dengan kondisi klien saat

ini (Farida&Yudi,2011)

2.6 Evaluasi

Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan dan dilakukan terus

menerus untuk menilai efek dari tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan evalusi dapat dibagi dalam menjadi 2 yaitu sebagai berikut;

1. Evalusi proses formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan

tindakan keperawatan

2. Evaluasi hasil (sumatif) dilakukan dengan cara membandingkan reSpon

klien dengan tujuan yang telah ditentukan

Evaluasi dapat di lakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP

sebagai pola pikir


29

S : ReSpon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan

O : ReSpon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan

A : Analisa terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan

apakah masalah masih ada atau teratasi atau muncul masalah baru

P : Perencanaan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis repon klien

(Farid&Yudi,2011)
30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti

untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya

penelitian(Dharma,2011). Desain yang digunakan adalah studi kasus, yaitu

studi untuk mengekplorasi suatu masalah Asuhan Keperawatan Klien yang

mengalami Halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.

3.2 Batasan Istilah

VARIABEL BATASAN ISTILAH CARA UKUR

Halusinasi Halusinasi merupakan Ketidakmampuan Observasi, dan Dokumentasi.


Pendengaran mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus ber-
dasarkan informasi yang diterima
melalui panca indra ditandai dengan
klien melihat sesuatu yang tidak ada
hubungannya dengan stimulus yang
nyata.

3.3 Partisipan

Partisipan yang digunakan dalam penelitin ini adalah 2 klien, dengan

diagnosa keperawatan: Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi

Pendengaran.
31

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Studi kasus individu (di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung) lama waktu

sejak mahasiswa pertama kali Dinas di Rumah Sakit sampai saat ini.

3.5 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Observasi

Dengan mengadakan, pendekatan asuhan keperawatan secara

langsung pada pasien selama di Rumah Sakit.

2. Study dokumentasi

Dokumentasi ini diambil dan dipelajari dari catatan medis, catatan

perawatan untuk mendapatkan data data mengenali perawatan dan

pengobatan.

3.6 Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini adalah:

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan melalui observasi dan dokumentasi. Hasil

ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian menggunakan format

Sp pengkajian. Alat dan bahan yang di gunakan untuk pengumpulan

data observasi alat tulis membantu, mengenali halusinasi yang

dialaminya, frekuensi waktu terjadinya, menjelaskan cara mengontrol

dan mengikuti program pegobatan secara optimal.


32

2. Mereduksi data

Data dari hasil observasi dibuat dalam bentuk dikelompokan menjadi

data subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan

diagnostik kemudian dibahas.

3. Penyajian Data

Penyajian data dapat menggunakan tabel, gambar, bagan maupun teks

naratif. Kerahasian klien dijaga dengan menggunakan inisial identitas

klien.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data akan dibahas dan

dibandingkan pada hasil penelitian terdahulu dan secara teori dengan

perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan proses keperawatan

yaitu dengan data pengkajian, diagnosa, perencanaan tindakan, dan

evaluasi.

3.7 Etik Penelitian

1) Self determinan

Menghormati otonomi yang mempersyarakan bahwa manusia yang

mampu menalar pilihan pribadinya harus diperlakukan dengan

menghormati kemampuannya untuk mengambil keputusan mandiri

(Hanafiah, 2012).
33

2) Informed consent

Persetujuan seseorang untuk berpartisipasi dalam penelitian setelah

mendapatkan penjelasan dan telah memahami seluruh aSpek

penelitian setelah mendapat penjelasan dan telah memahami seluruh

aSpek penelitian yang relavan terhadap keputusannya untuk

berpartisipasi(Hanafiah, 2012).

3) Beneficience (berbuat baik)

Prinsip etika ini berbuat baik menyangkut kewajiban membantu orang

lain,dilakukan dengan mengupayakan manfaat maksimal dengan

kerugian minimal.Prinsip ini diikuti prinsip tidak merugikan(primum

non nocere,firs no harm,non maleficence) yang menyatakan bahwa

jika tidak dapat melakukan hal-hal yang bermanfaat,setidak-tidaknya

jangan merugikan orang lain (Hanafiah,2012).

4) Confidentiality (kerahasiaan)

Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi

untuk mendapatkan kerahasian informasi,namun tidak bisa dipungkiri

bahwa penelitian menyebabkan keterbukaannya informasi tentang

subjek masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasian hasil penelitian,baik informasi maupun masalah

masalah lainya merupakan kerahasian mengenai masalah kesehatan

klien yang hanya digunakan untuk kepentingan klien (Hidayati,2012)


34

5) Non-maleficience

Berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya/cedera bagi

orang lain(Suhaemi,2014).

6) Justice

Setiap orang harus diperlakukan sama (tidak diksriminatif)dalam

memperoleh haknya.Prinsip etik keadilan terutama menyangkut

keadilan distributive yang mempersyarakatkan pembagian seimbang

dalam hal beban dan manfaat.Hal ini dilakukan dengan

memperhatikan distribusi usia,gende,status ekonomi,budaya dan

etnik(Hanafiah, 2012).
35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Rumah Sakit Jiwa Bandar Lampung merupakan salah satu Rumah

Sakit milik Pemerintah Propinsi Kota Bandar Lampung yang

bermodel RS Jiwa/ RSKO, yang di dirikan oleh pemerintah daerah

propinsi dan tergolong kedalam Rumah Sakit Kelas B. Rumah Sakit

ini telah teregistrasi sejak 23/09/1991 dengan Nomor Surat ijin

135/Menkes/SK/IV/78 dan Tanggal Surat ijin 16/01/1991 dari

Mentri Kesehatan dengan Sifat Tetap, dan berlaku sampai sampai

dengan ada perbaruan dari KEMENKES. Setelah melangsungkan

Prosedur AKREDITASI RS Seluruh Indonesia dengan proses

Pentahapan I ( 5 Pelayanan) akhirnya diberikan status Lulus

Akreditasi Rumah Sakit. RS Jiwa/ RSKO ini berlokasi di Jl. Raya

Gd.Tataan KM 13 Bandar Lampung, Kota Bandar Lampung,

Indonesia.

Visi

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung sebagai pusat rujukan

kesehatan jiwa yang unggul dan berkeadilan

Misi:

- Meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa Spesialitik

- Meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa masyarakat


36

Motto : Cepat, Empati, Ramah, Inovatif, Aktif

Filosofi Semut : Gotong royong, gigih dalam mencapai tujuan, ramah,


28
selalu berkomunikasi, kecil tapi hebat.

Ruang Melati

Ruang Melati adalah gedung rawat inap yang memiliki 2 ruangan.

Masing-masing ruangan atau kamar diisi dengan 15 sampai 20 pasien.

Kapasitas ruang Melati yaitu pasien, Gedung Melati masuk ruangan

kelas I dan 2. Seperti gaduh gelisah, dan ruang tenang luas kamarnya

sekitar 10x15 meter. Kriteria Pasien yang menempati Ruangan Melati

rata-rata mederita diagnosa medis Skizofrenia Paranoid

4.1.2 Hasil Pengkajian pasien 1

Tabel 4.1.2

Identitas Klien I & II

Identitas Klien I Identitas Klien II


Inisial : Ny. S Inisial : Ny. H
Alamat : Sidomulyo Alamat : Gedong Tataan
Lampung Umu : 46 Tahun
Selatan Pendidikan : SD
Umu : 35 Tahun Pekerjaan : Buruh Tani
Pendidikan : SMP Suku/ bahasa : Jawa /
Pekerjaan : Karyawan Indonesia
Toko Agama : Islam
Suku/ bahasa : Jawa / Informan : Klien, Status
Indonesia klien
Agama : Islam Tanggal masuk RSJ : 8 Juni 2018
Informan : Klien, Status Tanggal pengkajian : 28 Juni 2019
klien NO Register : 003421
Tanggal masuk RSJ : 07 Juni 2019
Tanggal pengkajian : 28 Juni 2019 Identitas Penanggung Jawab
NO Register : 005824 Nama : Tn. S
Identitas Penanggung Jawab Alamat : Kec Pringsewu
Nama : Tn. S Des,Banyumas
Alamat : Sidomulyo Umur : 54 Tahun
Lampung Pendidikan : SMP
Selatan Pekerjaan : Wiraswasta
Umur : 50 Tahun Suku/bahasa : Jawa
Pendidikan : SMP Agama : Islam
37

Pekerjaan : Wiraswasta Hubungan dengan klien : Saudara


Suku/bahasa : Lampung
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Paman

4.1.3 Alasan Masuk Rumah Sakit

Tabel 4.1.3

Alasan Masuk Rumah Sakit

Klien I Klien II
Berdasarkan data pengkajian dari Berdasarkan dari status, klien datang dari
wawancara, dan observasi pasien, UGD pada tanggal 8 Juni 2019 jam
Ny. S masuk rumah sakit jiwa 14.00 WIB dengan keluhan bicara
lampung diantar oleh keluarganya sendiri, ketawa tawa sendiri, gelisah
pada tanggal 7 Juni 2019 dengan keluyuran, memecahkan barang barang
alasan klien Gelisah marah marah di rumah, marah-marah.
sudah 2 minggu dan berkelahi dengan
adiknya klien sering bicara sendiri,
sulit tidur.

4.1.4 Faktor Presdiposisi

Tabel 4.1.4

Faktor Predisposisi

Klien I Klien II
Pada saat dilakukan pengkajian pada Berdasarkan dari setatus klien, klien
tanggal 28 Juni 2019, klien mengalami gangguan jiwa dari 8 bulan
mengatakan sebelum nya pernah yang lalu. Dan berdasarkan pengkajian
dirawat dengan kasus yang sama pada dari klien mengatakan 2 kali dirawat
bulan januari. diruamah sakit, pengalaman yang tidak
Di dalam keluarga klien tidak ada yang menyenangkan pada masa lalu, klien
mengalami gangguan jiwa, klien mengatakan sering dimarahi suami nya
mengatakan mengalami pengalaman karena klien susah di atur.
yang tidak menyenangkan yaitu gagal
dalam Berumah Tangga pada tahun Masalah keperawatan : Koping
2002 hubungan rumah tangga nya keluarga inefektif
bertahan 2 bulan dan ketika disarankan
untuk menikah lagi klien marah marah
dan berkelahi dengan adiknya.
Masalah keperawatan : Resiko Prilaku
Kekerasan
38

4.1.5 Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.1.5

Pemeriksaan Fisik

Klien I Klien II
1) Tanda Tanda Vital 1) Tanda tanda vital
Tekanan Darah :110 / 80 Tekan Tanda Tanda Vital
Nadi : 80 Tekanan Darah :120 / 70
Pernapasan : 20 X / menit Nadi : 22
Suhu : 36,7 C Pernapasan : 20 X / menit
Ukur Suhu :36,3 C
Tinggi badan : 152 cm Tinggi badan : 153 cm
Berat badan : 50 kg Berat badan : 55 kg
Klien mengatakan berat badan tidak
ada perubahan

4.1.6 Keluhan fisik

Tabel 4.1.6
Keluhan Fisik
Klien I Klien II
Klien mengatakan tidak ada Klien mengatakan tidak ada
keluhan ditubuhnya keluhan ditubuhnya
Masalah keperawatan : Tidak Masalah keperawatan : Tidak
ditemukan ditemukan

4.1.7 Psikososial
Gambar 4.1.7
Genogram Klien I & II
Klien I
39

Keterangan :

: Laki-laki : Tinggal 1 rumah

: Perempuan : Keturunan

: Sudah Meninggal : Menikah

: Klien

Keterangan:

Klien mengatakan anak ke 5 dari 6 bersaudara dan berusia 35 tahun. Ny. S

mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti

yang dialami, klien tinggal bersama ayah dan ibu. klien mengatakan

komunikasi yang dilakukan di dalam keluarga sangat jarang. klien

mengatakan tidak mempunyai kesibukan, klien mengatakan pernah

dilibatkan dalam pengambilan keputusan, namun keputusan keputusan

dalam keluarga lebih banyak dilakukan oleh ayahnya, pola asuh keluarga

yang digunakan dalam mengasuh klien tidak pernah dibedakan dengan

saudara saudaranya.

Klien II
40

Keterangan :

: Laki-laki : sudah meninggal

: Perempuan : tinggal serumah

: keturunan : klien

: Menikah

Penjelasan

Klien mengatakan anak ke 1 dari 2 bersaudara, klien mengatakan

dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit seperti

klien, klien mengatakan dahulu mantan suaminya kurang peduli

dengannya dan suka memarahinya, klien mengatakan jika ada

masalah klien tidak dilibatkan dalam mengambil keputusan. Klien

tampak bersedih saat bercerita tentang keluarganya, dalam setiap

keputusan yang berkuasa adalah suaminya.

Masalah keperawatan : Koping keluarga inefektif

4.1.8 Konsep Diri

Tabel 4.1.8
Konsep Diri

Klien I Klien II
1) Gambaran diri (a) Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai semua Klien mengatakan senang dengan
anggota tubuhnya dari rambut tubuhnya, klien mengatakan anggota
sampai ujung kaki. tubuhnya yang disukai adalah
2) Identitas Diri mulutnya karena dengan mulut dia
Klien mengatakan berjenis kelamin bisa berbicara dan anggota tubuh yang
perempuan, pendidikan hanya tidak disukai adalah kaki, karena
sampai smp pekerjaan hanya sebagai kakinya jelek, tampak kotor. Saat
penjaga toko sembako dan klien ditanya tentang kebersihannya klien
tidak mampu mencukupi kebutuhan mengatakan tetap malu karena kakinya
hidupnya. tidak mulus dan kurang bersih.
3) Peran Masalah Keperawatan; Defisit
Klien mengatakan perannya adalah perawatan diri
sebagai anak selama di rumah, (b) Identitas diri
41

selama di rumah sakit jiwa klien Klien mengatakan berjenis perempuan,


mengatakan perannya sebagai pasien klien mengatakan sebagai seorang ibu
dan klien selalu mengatakan bahwa dan klien mengatakan hanya lulusan
dirinya tidak mengalami gangguan SD, klien tidak mempunyai pekerjaan
jiwa dan klien selalu berkata hanya tetap dan klien malu tidak bisa
rehabilitas. mencukupi ekonomi keluarga.
Masalah Keperawatan; Harga Diri
4) Ideal Diri Rendah
Klien mengatakan ingin bercita cita (c) Peran
menjadi seorang pengusaha tetapi Klien mengatakan perannya adalah
klien tidak mampu mewujudkannya. sebagai seorang ibu, selama di rumah
sakit jiwa klien mengatakan perannya
5) Harga diri sebagai pasien dan klien selalu berkata
Klien mengatakaan malu berada di tidak mengalami gangguan jiwa klien
rumah sakit jiwa karena saat ini mengaku dirinya sehat sehat saja.
sedang melakukan pengobatan, klien Masalah Keperawatan; Halusinasi
merasa dirinya tidak berguna dan pendengaran
merasa minder. (d) Ideal Diri
Masalah Keperawatan : Harga Diri Klien mengatakan bercita cita ingin
Rendah menjadi wiraswasta mandiri klien
mengatakan cepat sembuh dan klien
mengatakan ingin berkumpul
berasama keluarga nya.
(e) Harga diri
Kien mengatakan malu berada di rumah
sakit jiwa, klien malu karena dianggap
gila oleh keluarganya, klien
mengatakan ingin cepat pualang ke
rumah dan ingin cepat sembuh. Klien
menunduk saat berbicara dengan
perawat (kontak mata kurang), klien
dirawat diruamah sakit jiwa.
Masalah keperawatan : Harga diri
rendah

4.1.9 Hubungan Sosial


Tabel 4.1.9
Hubungan Sosial

Klien I Klien II
1) Orang yang terdekat 1) Saat ditanya klien mengatakan tidak
Klien mengatakan selama di rumah mempunyai orang terdekat, klien
orang terdekatnya adalah ibunya, mengatakan jika ada kegiatan di
selama di rumah sakit klien tidak lingkungan klien tidak ikut karena
mempunyai teman dekat, klien tidak malas, saat ditanya di rumah sakit jiwa
suka terlalu lama diajak mengobrol klien mengatakan tidak mempunyai
dengan orang lain. teman karena malas bergabung dengan
2) Peran serta dalam kegiatan pasien lain klien tampak tidak mau
kelompok / masyarakat berkomunikasi dengan pasien lainnya.
Pada saat di rumah hubungan klien
dengan orang lain lebih baik, tetapi
jarang keluar rumah dan tidak
mengikuti kegiatan yang ada di
lingkungan nya, sedangkan di
42

rumah sakit klien jarang ngobrol dan


jarang berinteraksi dengan pasien
lain nya.
3) Hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain
Klien mengatakan malas berkumpul
dengan pasien lain,klien hanya
nonton tv dan tidur.
Masalah keperawatan : isolasi social

4.1.10 Spiritual
Tabel 4.1.10
Spiritual

Klien I Klien II
1) Nilai dan Keyakinan 1) Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan beragama Islam, Klien mengatakan beragama islam
klien yakin dengan adanya Allah. saat ditanya tentang penyakitnya,
2) Kegiatan Ibadah klien mengatakan bahwa
Klien mengatakan selama di rumah penyakitnya ini merupakan cobaan
sakit klien jarang menjalankan dari tuhan.
kegiatan yang berhubungan dengan 2) Kegiatan Ibadah
ke agaman. Klien mengatakan selama di rumah
Masalah Keperawatan : koping sakit klien jarang menjalankan
individu tidak efektif kegiatan yang berhubungan dengan
ke agaman.
Masalah Keperawatan : Tidak
Ditemukan

4.1.11 Status Mental

Tabel 4.1.11
Status Mental

Klien I Klien II
1) Penampilan 1) Penampilan
Penampilan klien tidak rapi, rambut Rambut klien tampak kotor dan
klien berantakan klien mengatakan kusam, klien kurang rapih klien
mengganti pakaian 2x / hari, Klien mengatakan belum ganti baju.
mengatakan mandi 2x /hari, klien Masalah keperawatan: Defisit
mengatakan selalu menggosok gigi, Perawatan Diri
klien tidak menggunakan alas kaki. 2) Pembicaraan
Masalah Keperawatan : Tidak Tatapan mata tajam, klien berbicara
Ditemukan ngelantur tetapi bisa diarahkan
2) Pembicaraan 3) Aktivitas motorik
Cara berbicara klien keras, tatapan Klien tampak gelisah klien
mata tajam jika klien ditanya mengatakan tidak mau berinteraksi
mampu menjawab sesuai pertanyaan dengan pasien lainya, klien tampak
yang diberikan oleh perawat, klien asik sendiri
berkomunikasi dengan baik. Masalah keperawatan: isolasi social
Masalah Keperawatan : Resiko 4) Alam perasaan
43

Prilaku Kekerasan Berdasarkan hasil observasi tidak


3) Aktivitas Motorik tampak kesedihan yang berlebihan
Dalam beraktivitas klien mau gembira ketakutan dan rasa khawatir
bekerja ketika disuruh, klien terlihat yang berlebihan pada klien.
bingung dan sering melamun. Masalah keperawatan: isolasi social
Masalah Keperawatan : Isolasi 5) Afek
Sosial Klien mau berbicara dengan perawat
4) Alam Perasaan tetapi jika tidak ditanya klien berbicara
Klien mengatakan sedih, dan ingin ngelantur dan klien sering menjawab
cepat sembuh dan bertemu tidak tahu saat ditanya oleh perawat
keluarganya, terkadang klien sering Masalah keperawatan: isolasi social.
mendengar suara bisikan. 6) Interaksi selama wawancara
Masalah Keperawatan: Halusinasi Saat berbincang bincang dengan
pendengaran perawat klien kurang kooperatif nada
5) Afek bicara klien pelan, kontak mata tajam
Klien mampu mengekSpresikan klien tidak mau diberikan banyak
kesedihannya dan perasaannya saat pertanyaan
diberi stimulus, tatapan mata klien Masalah keperawatan: Resiko perilaku
kosong klien terliat senyum sendiri kekerasan.
Masalah Keperawatan: Halusinasi 7) Persepsi halusinasi
Pendengaran. Klien mengatakan sering mendengar
6) Interaksi Selama Wawancara suara mendesis seperti ular yang, suara
Klien kooperaktif saat bicara pada itu datang tidak tentu waktunya
perawat, kontak mata tajam, klien terkadang 2-3 menit saat suara itu
mau jawab ketika diberi pertanyaan. muncul klien tidak berbuat apa-apa,
Masalah Keperawatan: Resiko suara itu sering muncul saat klien ingin
prilaku kekerasan. tidur malam, klien tampak gelisah saat
7) Persepsi Klien mengatakan di dekati oleh perawat klien tampak
mendengar seseorang berbicara bicara sendiri.
seolah olah mengejeknya yang Masalah keperawatan: gangguan
gagal menikah. Waktu suara tersebut persepsi sensori halusinasi
muncul kurang lebih 5 menit, pendengaran
muncul pada malam hari saat akan 8) Proses pikir
tidur dan siang hari ketika sedang Saat berbicara dengan perawat klien
sendiri, Klien mengatakan merasa tidak mampu menjawab pertanyaan
terganggu klien banyak menyendiri, perawat bicara klien tidak terarah
klien terlihat gelisah. Masalah keperawatan: resiko perilaku
Masalah Keperawatan : Gangguan kekerasan
persepsi sensori halusinasi 9) Isi pikir
pendengaran. Pada saat pengkajian tidak ditemukan
8) Proses fikir data tentang keyakinan terhadap
Klien menjawab pertanyaan yang sesuata yang berlebihan
diberikan perawat dan mengarah 10) Tingakat kesadaran
pertanyaan yang diajukan, Klien tampak sedikit tenang orientasi
pembicaraan klien dapat dimengerti, terhadap lingkungan klien bisa
dan menjawabnya. membedakan ini pagi, siang, sore
Masalah Keperawatan : Tidak Masalah keperawatan: tidak
Ditemukan. ditemukan.
9) Isi fikir 11. Memori
Klien memiliki pikiran yang selalu a) Jangka panjang
muncul yaitu ingin segera pulang Saat ditanya siapa yang membawa
dan sering melihat sesosok klien ke rumah sakit jiwa klien
temannya, dan mengatakan saat ini mengatakan saudaranya.
yang mengganggu fikirannya adalah b) Jangka pendek
suara orang yang tidak dikenal yang Saat ditanya perawat klien mengatakan
44

mengganggunya. tau nama perawat.


10) Tingkat kesadaran Masalah keperawatan: tidak
Klien mengatakan sadar bahwa dia ditemukan.
sedang berada di rumah sakit jiwa c) Saat ini
11) Memori Klien tidak mengalami gangguan daya
a) Jangka panjang ingat saat ini karena klien ditanya apa
Klien tidak mengalami gangguan yang harus dibicarakan dan dapat
memori jangaka panjang klien masih mengulangi.
ingat dan dapat menceritakan d) Tingkat konsentrasi saat berhitung
masalah yang sudah lama, klien Klien dapat berhitung dari 1-10 klien
masih ingat pertama kali masuk dapat menjelaskan kembali
rumah sakit jiwa. pembicaraan sebelumnya.
12) Jangka pendek Masalah keperawatan: tidak
Klien tidak mengalami gangguan ditemukan.
memori jangka pendek karena klien e) Kemampuan penilain
dapat mengingat kejadian yang Klien mampu mengambil keputusan
terjadi selama seminggu terakhir. antara mandi dan makan klien
13) Memori saat ini mengatakan mandi dulu baru makan.
Klien tidak mengalami gangguan Masalah keperawatan: tidak
daya ingat saat ini karena klien ditemukan.
ditanya apa yang baru dibicarakan f) Data titik diri
dan dapat mengulangi. Saat ditanya tentang penyakit klien
Masalah Keperawatan : Tidak mengatakan sakit karena stress
ditemukan. Masalah keperawatan: tidak
14) Tingkat konsentrasi dan berhitung ditemukan.
Klien dapat berkonsentrasi dengan
baik, saat diberi pertanyaan klien
dapat menjawab, saat ditanya 3 + 3
klien menjawab 6.
Masalah Keperawatan : Tidak
ditemukan
15) Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan
sederhana yang berhubungan dengan
kebutuhan sehari hari seperti
memilih mencuci tangan terlebih
dahulu sebelum makan.
Masalah Keperawatan : Tidak
ditemukan

4.1.12 Kurang pengetahuan

Tabel 4.1.12
Kurang Pengetahuan

Klien I Klien II
Klien mengetahui sedang berada Klien mengerti tentang
di rumah sakit jiwa, klien penyakitnya
mengetahui tentang penyakitnya Masalah keperawatan: Tidak
dan apa alasan klien dirawat di ditemukan
rumah sakit jiwa.
45

4.1.13 Aspek Medis


Tabel 4.1.13
Aspek Medis

Klien I
Diagnosa Medik : Skizofrenia paranoid
Nama Obat Dosis Pemberian
THP (Trihexypenidyl) 1 mg 2x1
Fluoxethine 2 mg 2x1
ReSpiridone 2 mg 2x1

Klien II
Diagnosa Medik : Skizofrenia paranoid
Nama Obat Dosis Pemberian
Phenitoin 100 mg 2x1

Halloperidol 1,5 mg 2x1


Clorepromazing 100 mg 0-0-1

4.1.14 Data Fokus

Tabel 4.1.14
Data Fokus

Klien I Klien II
DS: a. Data Fokus
- Klien mengatakan mendengar suara- DS:
suara yang tidak dikenal - Klien mengatakan mendengar suara-suara
- Klien mengatakan mendengar suara- mendesis seperti ular.
suara pada malam hari dan siang - Klien mengatakan suara-suara itu datang
- Klien mengatakan suara itu muncul tidak menentu 1-3 menit.
kurang lebih 10 menit - Klien mengatakan saat mendengar suara-
- Klien mengatakan ingin marah jika suara itu klien merasa takut.
suara itu muncul - Klien mengatakan suara itu muncul pagi dan
- Klien mengatakan suara tersebut seolah malam hari.
olah mengejeknya yang ditinggal - Klien mengatakan tidak mempunyai teman di
menikah rumah sakit jiwa.
- Klien mengatakan tidak mau bercerita - Klien mengatakan tidak mau bergabung
jika ada masalah dengan temannya.
- Klien mengatakan hanya mau berbicara - Klien mengatakan tidak mau berinteraksi
pada orang tertentu saja dengan temannya.
- Klien mengatakan lebih suka - Klien merasa malu berada di rumah sakit jiwa
menyendiri - Klien malu dianggap gila oleh tetangganya.
- Klien mengatakan sehari hari nya - Klien merasa malu karena lulusan SD
46

nonton tv dan tidur. - Klien tampak sedih saat bercerita tentang


- Klien malas berinteraksi dengan teman keluarganya
temanya - Klien mengatakan sering dimarahi oleh
- Klien mengatakan minder tidak percaya mantan suaminya karena kurang pandai.
diri - Klien mengatakan saat ada masalah tidak
- Klien mengatakan malu dirawat di dilibatkan dalam pengambilan keputusan..
rumah sakit. - Klien mengatakan mantan suaminya kurang
peduli
DO: - Klien mengatakan klien mengatakan mandi
- Klien terlihat bicara sendiri 1x sehari
- Klien terlihat gelisah - Klien mengatakan menggosok gigi 1x sehari
- Pandangan mata klien tajam - Klien mengatakan belum mencuci rambutnya
- Klien hanya mau bercerita kepada orang selama 1 minggu
tertentu saja - Klien mengatakan jika ada masalah tidak
- Klien malas bergaul pernah menceritakan
- Klien lebih suka menyendiri - Klien mengatakan jika ada masalah klien
- Klien hanya nonton tv dan tidur tidak bercerita kepada siapapun
- Klien ekpresi wajah klien datar - Klien mengatakan saat di rumah sering marah
marah.
- Klien mengatakan tidak suka diganggu orang
lain.

DO :
- Klien tampak tampak berbicara sendiri
- Klien sering terlihat gelisah
- Klien terlihat ketakutan
- Ketika bercakap cakap klien sering melihat
kearah lain
- Klien sering mondar mandir
- Klien Nampak menyendiri
- Klien tidak berinteraksi dengan teman
temanya
- Klien tidak mau di temani oleh perawat
- Klien tampak berbicara ngelantur
- Penampilan klien kurang rapih
- Rambut dan gigi klien kurang bersih
- Berdasarkan alas an masuk klien
memecahkan barang barang di rumahnya
- Klien terlihat susah diatur
- Klien marah jika ada temannya yang
menggangu nya
- Klien sering menjawab tidak tahu ketika
ditanya
47

4.1.15 Analisa Data


Tabel 4.1.15
Analisa Data Klien I & II
Klien I
No Data Masalah
1 DS: Gangguan Persepsi
- Klien mendengar suara-suara orang yang tidak dikenal Sensori: Halusinasi
- Klien mengatakan suara itu muncul kurang lebih 10 menit Pendengaran
- Klien mengatakan suara tersebut seolah olah
mengejeknya yang ditinggal menikah.
- Klien mengatakan suara itu muncul waktunya malam dan
siang hari.
DO:
- Kilien terlihat bicara sendiri
- Klien terlihat mondar mandir
- Klien terlihat gelisah
2 DS: Resiko Prilaku
- Klien mengatakn ingin marah jika suara itu muncul Kekerasan
- Klien mengatakan suara tersebut seolah olah
mengejeknya yang ditinggal menikah
DO:
- Klien terkadang terlihat gelisah
- Pandangan mata tajam
3 DS: Koping Individu
- Klien tidak mau bercerita jika ada masalah Tidak Efektif
- Klien mengatakan hanya mau berbicara pada orang
tertentu saja
DO:
- Klien hanya mau bercerita pada orang tertentu
- Klin malas bergaul
4 DS: Isolasi Sosial
- Klien mengatakan lebih suka menyendiri
- Klien mengatakan kegiatan sehari-hari nya nonton tv dan
tidur
- Klien mengatakan malas berinteraksi dengan teman-
temannya
DO:
- Klien banyak diam
- KLien lebih suka menyendiri
- Klien hanya nonton tv dan tidur
5 DS: Harga Diri Rendah
- Klien mengatakan minder dan tidak percaya diri
- KLien mengatakan malu dirawat di rumah sakit jiwa
- Klien mengatakan ingin cepet pulang
DO:
- Klien banyak diam
- EkSpresi wajah klien datar
48

Klien II
NO DATA MASALAH
1 DS : Gangguan persepsi
- Klien mengatakan sering mendengar suara seperti sensori : Halusianasi
ular mendesis pendengaran
- Klien mengatakan suara itu seperti ular
- Klien mengatakan suara itu datang tidak menentu 1-3
menit
- Klien mengatakan saat suara itu klien merasa takut
- Klien mengatakan suara itu sering muncul pada saat
tidur malam
DO :
- Klien nampak berbicara sendiri
- Klien terlihat ketakutan
- Klien sering terlihat gelisah
- Ketika bercakap cakap klien sering melihat kearah
lain
- Klien sering mondar mandir
2 DS Isolasi social
- Klien mengatakan tidak mempunyai teman
- Klien mengatakan malas bergabung dengan pasien
lain
- Klien mengatakan tidak mau berinteraksi
DO
- Klien Nampak menyendiri
- Klien Nampak tidak berinteraksi dengan teman teman
nya
3 DS Harga diri rendah
- Klien merasa malu karena lulussan SD
- Klien mengatakan malu berada di rumah sakit jiwa
- Klien mengatakan malu Karena dianggap gila oleh
tetangganya
DO
- Klien tidak mau di temani oleh perawat
4 DS Masalah koping
- Klien mengatakan sering dimarahi oleh mantan keluarga in efektif
suaminya karena kurang pandai
- Klien mengatakan saat ada masalah klien tidak
dilibatkan karena mengambil keputusan klien tidak
dilibatkan
- Klien mengatakan mantan suami nya tidak peduli
DO
- Klien Nampak sedih saat bercerita tentang
keluarganya
5 DS Defisit perawatan diri
- Klien mengatakan mandi 1 x sehari
- Klien mengatakan blm mencuci rambut selama 1
minggu
- Klien mengatakan hanya menggosok gigi pada pagi
hari
DO
- Penampilan klien kurang rapih
- Rambut klien kotor gigi klien kurang bersih
6 DS Koping individu in
- Klien mengatakan jikan ada ,masalah tidak pernah efektif
49

menceritakan
- Klien mengatakan ketika ada maslah klien tidak
bercerita kepada siapapun
DO
- Klien Nampak menyendiri
- Klien tidak bergabung dengan pasien lainnya
- Klien menyuruh perawat pergi
7 DS Resiko prilaku
- Klien mengatakan saat di rumah klien sering marah kekerasan
marah
- Klien mengatakan tidak suka diganggu oleh orang
lain
DO
- Berdasarkan alasan masuk klien memecahkan barang
barang di rumahnya
- Klien terlihat susah diatur
- Klien marah jika ada temannya menggangunya
- Klien sering menjawab tidak tahu ketika ditanya
- Klien tidak mau ditemani perwat

4.1.16 Daftar Masalah

Tabel 4.1.16
Daftar Masalah

Klien I Klien II
1) Gangguan persepsi sensori 1) Gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran Halusinasi pendengaran
2) Resiko prilaku kekerasan 2) Isolasi sosial
3) Koping individu tidak efektif 3) Harga diri rendah
4) Isolasi sosial 4) Koping keluarga in efektif
5) Defisit perawatan diri
5) Harga diri rendah
6) Koping individu in efektif
7) Resiko preilaku kekerasan
50

4.1.17 Pohon masalah

Gambar 4.1.17
Pohon Masalah Klien I & II

Klien I
Risiko perilaku kekerasan

Gangguan Sensori Persepsi


Halusinasi pendengaran

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Koping individu tidak evektif

Klien II

Resiko prilaku kekerasan

Gangguan Sensori Persepsi


Halusinasi Pendengaran

Isolasi sosial Defisit perawatan diri

Harga diri rendah

Koping individu in efektif Koping Keluarga in Efektif


51

4.1.18 Diagnosis keperawatan

1) Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran

Tabel 4.1.18
Rencana keperawatan Klien I & II

Klien I

N Diagnosa
TGL Rencana keperawatan
O keperawatan
1 28 Halusinasi Bina saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
Juni pendengaran traupetik :
2019 1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
3. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
4. Buat kontrak yang jelas
5. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
6. Tujukan sikap empati dan apa adanya
7. Beri perhatian kepada kebutuhan dasar klien
8. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi, dengarkan
dengan penuh perhatian
9. Dengarkan dengan penuh perhatian ekSpresi perasaan klien.
Adakan kontrak sering dan singkat secara bertahap, observasi
tingkah laku klien terkait
2 29 Halusinasi 1. Identivikasi halusinasi : isi,frekuensi, waktu terjadi, situasi
Juni pendengaran pencetus, perasaan, reSpon
2019 2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi, hardik, obat, bercakap
cakap, melakukan kegiatan.
3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik
3 30 Halusinasi 1. Evaluasi kegiatan harian latihan menghardik dan obat dan
Juni pendengaran bercakap cakap. Beri pujian.
2019 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
harian (mulai dua kegiatan)masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan menghardik, minum obat, bercakap cakap dan kegiatan
harian
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri,nilai apakah halusinasi
terkontrol

Klien II

Diagnosa
No Tgl Rencana Keperawatan
keperawatan
1 28 Halusinasi Bina saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
Juni pendengaran traupetik :
2019 1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
3. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
4. Buat kontrak yang jelas
52

5. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi


6. Tujukan sikap empati dan apa adanya
7. Beri perhatian kepada kebutuhan dasar klien
8. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang
dihadapi,dengarkan dengan penuh perhatian
9. Dengarkan dengan penuh perhatian ekSpresi perasaan klien.
Adakan kontrak sering dan singkat secara bertahap, observasi
tingkah laku klien terkait
2 29 Halusinasi 1. Identivikasi halusinasi: isi, frekuensi,waktu terjadi, situasi
Juni pendengaran pencetus, perasaan, reSpon
2019 2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi, hardik, obat, bercakap
cakap, melakukan kegiatan.
3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik
3 30 Halusinasi 1. Evaluasi kegiatan harian latihan menghardik dan obat dan
Juni pendengaran bercakap cakap. Beri pujian.
2019 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
harian (mulai dua kegiatan) masukan pada jadwal kegiatan
untuk latihan menghardik, minum obat, bercakap cakap dan
kegiatan harian
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri, nilai apakah halusinasi
terkontrol

4.1.19 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.1.19
Implementasi dan Evaluasi Klien I dan II

Klien I
Nama klien : Ny. S
Ruangan : Melati
Dx Medis : Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran

N TGL / IMPLEMENTASI EVALUASI


O JAM
1 28 DS S:
Juni - Klien mengatakan mendengar suara-suara - Klien mengatakan merasa lega
2019 yang tidak dikenal namun masih bingung
09.00 - Klien mengatakan suara tersebut seolah olah O:
– mengejeknya yang ditinggal menikah - Klien mau menjawab salam
09.15 - Klien mengatakan suara muncul pada saat - Klien mau berkenalan
malam hari dan pagi hari - Klkien mau menceritakan
- Klien mengatakan mendengar bsuara-suara masalahnya
bisikan A:
- Klien mengatakan suara tersebut muncul 10 - Gangguan persepsi halusinasi
menit pendengaran
DO P:
- Klien terlihat gelisah - Mengingat ingat yang belum
- Klien mondar mandir diceritakan kepada perawat
DX. Keperawatan Halusinasi pendengaran
53

Tindakan :
1 Melaksanakan pengkajian bhSp
2 Menentukan masalah utama
Rtl
1. Melakukan pengkajian lanjutan
2. Latih cara menghardik halusinasi
2 29 DS : S:
Juni - Klien mengatakan mendengar suara-suara - Klien mengatakan suara
2019 yang tidak dikenal masih muncul pada pagi
09.00- - Klien mengatakan suara tersebut seolah olah dan malam hari namun
09.15 mengejeknya yang di tinggal menikah dirasakan pada malam hari
- Klien mengatakan suara tersebut muncul 10 pada saat tidur.
menit - Klien mengatakan tidak
- Klien mengatakan suara tersebut muncul melakukan apa pun saat
pada malam hari saat tidur dan pagi hari halusinasi muncul
DO : O:
- Klien terlihat gelisah - Klien tampak bingung
- Klien mondar mandir - Klien terlihat gelisah
DX. Keperawatan A:
Halusinasi pendengaran - Ggangguan persepsi sensori
Tindakan : : halusinasi pendengaran
1. Ppengkajian lanjutan P:
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara - Latihan menghardik 2x /
menghardik hari
3. Masukan pada jadwal kegiatan menghardik
RTL:
1. Evaluasi kegiatan menghrdik, beri pujian
2. Latih cara mengotrol halusinasi dengan obat
(jelaskan 6 benar : jenis, guna, dosis,
frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
3 30 DS : S:
Juni - Klien mengatakan masih mendengar suara- - Klien mengatakan klien
2019 suara orang yang tidak dikenal masih mendengar suara-
09.00- - Klien mengatakan mendengar suara muncul suara yang tidak dikenal
09.15 pada malam hari dan pagi hari pada malam hari dan pagi
- Klien mengatakan suara muncul kurang hari
lebih 10 menit - Klien mengatakan senang
DO : cara minum obat yang benar
- Klien terlihat gelisah O:
- Klien mondar mandir - Klien menyebutkan macam
DX. Keperawatan : macam obat, nama nama
Halusinasi penglihatan obat, serta kegunaannya
Tindakan : - Klien terlihat rileks
- Evaluasi kegiatan menghardik, beri pujian A:
- Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat - Gangguan persepsi sensori
(jelaskan 6 benar : jenis, guna, : halusinasi pendengaran
dosis,frekuensi, cara, kontiunitas minum obat) P:
- Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan - Latihan menghardik 2 x
menghardik dan minum obat Sehari
RTL: - Latihan cara minum obat
- Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan yang benar 2x sehari
obat, beri pujian
- Latih cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap cakap saat terjadi halusinasi
54

4 DS: S:
- Klien mengatakan mendengar suara-suara - Klien mengatakan masih
yang tidak dikenal mendengar suara-suara yang
- Klien mengatakan bayangan tersebut tidak dikenal pada pagi dan
mengatakan bahwa dirinya tidak berguna malam hari
28 - Klien mengatakan suara tersebut muncul 10 - Klien mengatakan senang
Juni menit minum obat dengan cara yang
2019 - Klien mengatakan suara tersebut muncul pada benar
10.30 malam hari saat tidur dan pagi hari O:
– DO : - Klien kooperatif
10.45 - Klien terlihat gelisah - Klien terlihat rileks
- Klien mondar mandir A:
DX. Keperawatan - Gangguan persepsi sensori :
Halusinasi pendengaran halusinasi pendengaran
Tindakan :
- Evaluasi kegiatan latihan menghardik
&obat,beri pujian P:
- Latih cara mengontrol halusinasi dengan - Latihan menghardik 2x / hari
bercakap cakap saat terjadi halusinasi - Latihan cara minum obat yang
- Mmasukan pada jadwal kegiatan untuk benar
latihan menghardik, minum obat dan - Latihan bercakap cakap
bercakap cakap
RTL:
- Evaluasi kegiatan menghardik & obat&
bercakap cakap. Beri pujian

5 29 DS: S:
Juni - Klien mengatakan masih mendengar suara- - Klien mengatakan bayangan
10.50- suara yang tidak dikenal masih ada
11.10 - Klien mengatakan suara muncul pada malam - Klien mengatakan bayangan
hari dan pagi hari muncul pada malam hari
DO: O:
- Klien masih terlihat bingung - Klien kooperatif
- Klien masih gelisah - Klien terlihat rileks
DX. Keperawatan: A:
Halusinasi pendengaran - Gangguan persepsi halusinasi
Tindakan pendengaran
- Evaluasi kegiatan latihan menghardik & P:
obat& bercakap cakap .beri pujian - Latihan menghardik2x sehari
- Latih cara mengontrol halusinasi dengan - Latihan cara minum obat yang
melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan) benar
- Mmasukan pada jadwal kegiatan untuk latihan - Latihan bercakap cakap
menghardik, minum obat, bercakap cakap, dan - Latihan minum obat
kegiatan harian.
RTL:
- Evaluasi kegiatan latihan menghardik, minum
obat 6 benar, bercakap-cakap dan kegiatan
harian , beri pujian.
6 30 DS: S:
Juni - Klien mengatakan masih mendengar suara- - Klien mengatakan senang
2019 suara yang tidak dikenal semalam sudah diajarkan cara
10.00- - Klien mengatakan bias melakukan menghardik mengontrol halusinasi
10.15 - Klien mengatakan bisa menyebutkan macam - Klien mengatakan apa bila
macam obat suara itu muncul akan
- Klien mengatakan bisa bercakap cakap melakukan cara yang sudah
55

- Klien mengatakan bisa latihan kegiatan diajarkan perawat


DO: O:
- Klien tanpak rilek - Klien mampu melakukan
- Klien sudah tidak bingung semua yang diajarkan oleh
DX.Keperawatan pasien
Halusinasi pendengaran - Klien kooperatif
Tindakan A:
- Latih melakukan 2 kegiatan - Gagguan persepsi sensori
- Evaluasi cara menghardik halusinasi pendengaran
- Evaluasi cara minum obat P:
- Evaluasi bercakap cakap - Latihan menghardik 2x sehari
- Terminasi akhir - Latihan cara minum obat
RTL: Lapor ke kakak ruangan bahwa sudah dengan benar
dilakukan Sp 1-4. - Latihan bercakap cakap
- Latihan 2 kegiatan harian
56

Klien II

N TGL / IMPLEMENTASI EVALUASI


O JAM
1 28 DS S:
Juni - Klien mengatakan mendengar suara -suara - Klien mengatakan
2019 - Klien mengatakan bahwa suara tersebut seperti merasa lega namun
09.00 ular yang mendesis masih bingung
– - Klien mengatakan suara muncul pada saat O:
09.15 malam hari saat akan tidur - Klien mau menjawab
- Klien mengatakan suara tersebut muncul 1-3 salam
menit - Klien mau berkenalan
DO - Klien mau menceritakan
- Klien terlihat gelisah masalahnya
- Klien mondar mandir A:
DX. Keperawatan Halusinasi pendengaran - Gangguan persepsi
Tindakan : halusinasi pendengaran
3 Melaksanakan pengkajian bhSp P:
4 Menentukan masalah utama - Mengingat ingat yang
Rtl belum diceritakan
3. Melakukan pengkajian lanjutan kepada perawat
4. Latih cara menghardik halusinasi

2 29 DS : S:
Juni - Klien mengatakan mendengar suara-suara seperti - Klien mengatakan suara
2019 ular mendesis masih muncul pada saat
09.00- - Klien mengatakan suara tersebut muncul 1-3 klien mau tidur dimalam
09.15 menit hari.
- Klien mengatakan suara tersebut muncul pada - Klien mengatakan tidak
malam hari saat mau tidur melakukan apa pun saat
DO : halusinasi muncul
- Klien terlihat gelisah O:
- Klien mondar mandir - Klien tampak bingung
- Klien Nampak berbicara sendiri ketika berjalan - Klien terlihat gelisah
kekamar mandi - Klien Nampak
DX. Keperawatan berbicara sendiri ketika
Halusinasi pendengaran berjalan kekamar mandi
Tindakan : A:
4. Pengkajian lanjutan - Gangguan persepsi
5. Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara sensori: halusinasi
menghardik pendengaran
6. Masukan pada jadwal kegiatan menghardik P:
RTL: - Latihan menghardik 2x /
3. Evaluasi kegiatan menghrdik, beri pujian hari
4. Latih cara mengotrol halusinasi dengan obat
(jelaskan 6 benar: jenis, guna, dosis, frekuensi,
cara, kontinuitas minum obat)
3 29 DS : S:
Juni - Klien mengatakan masih mendengar suara-suara - Klien mengatakan klien
2019 seperti ular mendesis masih mendengar
09.00- - Klien mengatakan mendengar suara-suara muncul suara-suara seperti ular
09.15 pada malam hari mendesis pada malam
- Klien mengatakan suara muncul kurang lebih 1-3 hari dan pagi hari
57

menit - Klien mengatakan


DO : senang cara minum obat
- Klien terlihat gelisah yang benar
- Klien mondar mandir O:
- Klien Nampak berbicara sendiri ketika berjalan - Klien menyebutkan
kekamar mandi macam macam obat,
DX. Keperawatan : nama nama obat, serta
Halusinasi pendengaran kegunaannya
Tindakan : - Klien terlihat rileks
- Evaluasi kegiatan menghardik, beri pujian A:
- Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat - Gangguan persepsi
(jelaskan 6 benar: jenis, guna, dosis, frekuensi, sensori : halusinasi
cara, kontiunitas minum obat) pendengaran
- Mmasukan pada jadwal kegiatan untuk latihan P:
menghardik dan minum obat - Latihan menghardik 2X
RTL: Sehari
- Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat,beri - Latihan cara minum
pujian obat yang benar 2x
- Latih cara mengontrol halusinasi dengan sehari
bercakap cakap saat terjadi halusinasi.

4 29 DS: S:
Juni - Klien mengatakan mendengar suara-suara - Klien mengatakan masih
2019 - Klien mengatakan suara-suara seperti ular mendengar suara-suara
10.30 mendesis pada pagi dan malam
– - Klien mengatakan suara tersebut muncul 1-3 hari
10.45 menit - Klien mengatakan
- Klien mengatakan suara tersebut muncul pada senang minum obat
malam hari saat tidur dan pagi hari saat bangun dengan cara yang benar
tidur O:
- Klien kooperatif
DO : - Klien terlihat rileks
- Klien terlihat gelisah A:
- Klien mondar mandir - Gangguan persepsi
DX. Keperawatan sensori: halusinasi
Halusinasi pendengaran pendengaran
Tindakan :
- Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat, P:
beri pujian - Latihan menghardik 2x /
- Latih cara mengontrol halusinasi dengan hari
bercakap cakap saat terjadi halusinasi - Latihan cara minum
- Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan obat yang benar
menghardik, minum obat dan bercakap cakap - Latihan bercakap cakap
RTL:
- Evaluasi kegiatan menghardik, obat dan bercakap
cakap. Beri pujian.
5 30 DS: S:
Juni - Klien mengatakan masih mendengar suara-suara - Klien mengatakan suara
2019 - Klien mengatakan suara muncul pada malam hari masih ada
10.50- pada saat - klien mengatakan suara
11.10 - klien mau tidur muncul pada malam hari
DO: O:
- Klien masih terlihat bingung - Klien kooperatif
- Klien masih gelisah - Klien terlihat rileks
58

DX. Keperawatan: A:
Halusinasi pendengaran - Gangguan persepsi
Tindakan halusinasi pendengaran
- Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat& P:
bercakap cakap .beri pujian - Latihan menghardik2x
- Latih cara mengontrol halusinasi dengan sehari
melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan) - Latihan cara minum
- Mmasukan pada jadwal kegiatan untuk latihan obat yang benar
menghardik ,minum obat , bercakap cakap, dan - Latihan bercakap cakap
kegiatan harian. - Latihan minum obat
RTL:
- Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat
&bercakap cakap& kegiatan harian ,beri pujian
6 30 DS: S:
Juni - Klien mengatakan masih mendengar suara-suara - Klien mengatakan senag
2019 bayangan semalam sudah diajarkan cara
10.00- - Klien mengatakan biasa melakukan menghardik mengontrol halusinasi
10.15 - Klien mengatakan bisa menyebutkan macam - Klien mengatakan apa
macam obat bila suara itu muncul
- Klien mengatakan bisa bercakap cakap akan melakukan cara
- Klien mengatakan bisa latihan kegiatan yang sudah diajarkan
perawat
O:
- Klien mampu
melakukan semua yang
DO: diajarkan oleh pasien
- Klien tanpak rilek - Klien kooperatif
- Klien sudah tidak bingung A:
DX.Keperawatan - Gagguan persepsi
Halusinasi pendengaran sensori halusinasi
Tindakan pendengaran
- Latih melakukan 2 kegiatan
- Evaluasi cara menghardik
- Evaluasi cara minum obat P:
- Evaluasi bercakap cakap - Latihan menghardik 2x
- Terminasi akhir sehari
RTL:- lapor ke kakak ruanganbahwa sudah dilakukan - Latihan cara minum
Sp 1-4. obat dengan benar
- Latihan bercakap cakap
- Latihan 2 kegiatan
harian
59

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengkajian

Tabel 4.2.1
Pengkajian

Data pasien 1 Data pasien 2 Pembahasan


Klien mengatakan Klien mengatakan sering
mendengar suara-suara mendengar suara-suara yang - Pengkajian data dasar dilakukan
yang mengganggunya mendesis, suara seperti ular, untuk memperoleh data, adalah
yang isinya merendahkan suara itu datang tidak tentu membina hubungan saling percaya
dirinya bahwa dirinya waktunya terkadang 2-3 dengan klien yaitu menggunakan
gagal menikah. Waktu menit. Saat suara itu datang komunikasi traupetik, observasi, dan
suara tersebut muncul klien tidak berbuat apa apa. diskusi dengan melihat langsung
kurang lebih 5/10 menit, Suara itu sering muncul saat situasi klien (Keliat,BA & Akemat,
muncul pada malam hari klien ingin tidur malam. 2012)
saat akan tidur dan pagi Klien tampak gelisah saat - Menurut Iyus yosep (2009), factor
hari saat banggun tidur. didekati oleh perawat. Klien presdiposisi pasien dengan gangguan
Klien mengatakan merasa tampak berbicara sendiri persepsi sensori: adalah factor
terganggu klien banyak ketika berjalan kekamar perkembangan, sosial kultular,
menyendiri, klien terlihat mandi. biokimia, psikologis, factor genetic,
gelisah. dan pola asuh.
- Factor presipitasi menurut Iyus
Yosep (2009) adalah prilaku dan
unsure dimensi diantaranya dimensi
fisik,emosional, intelektual, sosial
dan Spiritual
- Pada Ny. S mengatakan klien sering
mendengar suara yang selalu
mengganggunya isinya
merendahkan dirinya bahwa dirinya
gagal menikah, waktu bayangan
tersebut muncul kurang lebih 5/10
menit, muncul pada malam hari saat
akan tidur dan pagi hari saat bangun
tidur.
- Sedangkan Ny. H mengatakan
60

mendengar suara mendesis seperti


ular, suara itu datang tidak tentu
waktunya terkadang 2-3 menit.
- Data yang didapat juga diperoleh
dengan pemeriksaan fisik
berdasarkan pengkajian pada Ny. S
adalah klien sering diam, mendengar
suara suara dan yang tidak nyata,
terlihat bingung, klien terlihat
gelisah, bereSpon jika diberi
stimulus, pandangan mata tajam,
penampilan tidak rapih, tidak
menggunakan alas kaki, ganti baju
1x sehari, cara bicara klien keras.
- Faktor presipitasi yang yang terjadi
pada Ny. S adalah termasuk dalam
factor emosional, hal ini dibuktikan
dengan klien mengatakan pernah
mengalami pengalaman yang tidak
mengenakan yaitu dengan teman
temannya yang pernah mengejek
pekerjaan rendahannya dan
mengatakan tidak berguna, dan
dampak menyebabkan klien mudah
emosi, klien tidak pernah mengalami
penganiayaan fisik dan tidak pernah
menggamuk selama di rumah sakit
jiwa.
- Sedangkan pada Ny. H
presipitasinya adalah termasuk
dalam faktor intelektual yaitu
mantan suaminya sering
memarahinya karena klien kurang
pandai, dengan kepribadiannya Ny.
H yang lemah akhirnya Ny. H
mengalami stres yang berlebihan
dan akhirnya menyebabkan
61

gangguan jiwa.
- Sedangkan faktor presdiposisi Ny. S
adalah termasuk dalam faktor
psikologis dengan dibuktikan
dengan pengalaman masa lalunya
yang tidak menyenangkan karena
klien gagal menikah.
- Sedangkan Ny. H faktor
presdiposisinya adalah masuk dalam
faktor psikologis dimana klien
mengatakan mantan suaminya
kurang peduli dengan nya dan suka
memarahinya,klien mengatakan jika
ada masalah klien tidak dilibatkan
dalam mengambil keputusan.

4.2.2 Diagnosis

Tabel 4.2.2
Diagnosis

Diagnosis pasien 1 Diagnosisi pasien 2 Pembahasan


Diagnosis yang muncul Diagnosis yang muncul - Diagnosa keperawatan adalah suatu
pada Ny. S: pada Ny. H penilaian atau kesimpulan yang
- Gangguan persepsi - Gangguan persepsi sensori : diambil dari pengkajian,
sensori : Halusinasi halusinasi pendengaran menggunakan proses keperawatan
pendengaran - Isolasi sosial dalam mengidentifikasi dan
- Resiko prilaku kekerasan - Resiko prilaku kekerasan menentukan intervensi. (Keliat,
- Koping individu inefektif - Harga diri rendah 2010; Lelono, dkk, 2015)
- Isolasi sosial - Deficit perawatan diri - Kesamaan kedua klien selain
- Harga diri rendah. - Koping individu inefektif mengalami halusinasi penglihatan
- Koping keluarga inefektif. juga mengalami koping indifidu
tidak efektif.
- Koping individu tidak efektif
menyebabkan harga diri
rendah,perasaan tidak berharga
menyebabkan isolasi sosial, sering
62

menyendri menyebabkan halusinasi,


mendengar suara suara
menyebabkan resiko prilaku
kekerasan
- Diagnosis yang muncul pada Ny. S
dan Ny. H terdapat perbedaan antara
kedua diagnosa, dikarenakan Ny. S
jika memiliki masalah klien
cendrung memendamnya sendiri dan
mengurung diri dikamar, sedangkan
Ny. H selain mengalami koping
individu tidak efektif juga factor
keluarga, didalam keluarga Ny. H
tidak berperan secara efektif,
sehingga klien cendrung dikucilkan
didalam keluarganya.

a. Strategi pelaksanaan yang dilakukan:

- Sp 1 klien dapat mengontrol halusinasi dengan menghardik

- Sp 2 klien dapat mengotrol halusinasi dengan obat

- Sp 3 klien dapat mengotrol halusinasi dengan cara bercakap

cakap dengan orang lain

- Sp 4 klien dapat mengontrol halusinasi dengan melakukan

kegiatan

Strategi pelaksanaan yang dilakukan padan Ny. H Tidak sesuai dengan teori

yaitu pada Sp 4, pada Sp 4 dilakukan dengan cara pemberian obat. Hal ini klien

harus mampu mengontrol halusinasi dengan cara psikomotor, klien juga perlu

mendapatkan penanganan yang cepat dan efektif untuk menunjang kesembuhan

klien dengan melakukan kegiatan harian


63

4.2.3 Perencanaan

Tabel 4.2.3
Perencanaan

Klien I Klien II Pembahasan


Strategi pelaksanaan yang Strategi pelaksanaan yang - Intervensi adalah rencana
dilakukan Ny. S dilakukan Ny. H tindakan keperawatan yang
- Sp1 klien dapat - Sp1 klien belum dapat merupahkan tindakan yang dapat
mengontrol halusinasi mengontrol halusinasi mencapai tiap tujuan kasus
dengan menghardik dengan menghardik - Melihat kondisi yang terdapat
- Sp 2 klien dapat - Sp 2 klien perlu pada Ny. S dan Ny. H
mengotrol halusinasi dibimbing dalam perencanaan yang akan
dengan obat mengotrol halusinasi dilakukanakan Ny. S
- Sp 3 klien dapat dengan obat menggunakan terapi menghardik
mengotrol halusinasi - Sp 3 klien dapat oleh sebab itu akan karena salah
dengan cara bercakap mengotrol halusinasi satu upaya untuk mengendalikan
cakap dengan orang dengan cara bercakap halusinasinya dengan cara
lain cakap dengan orang lain menolak halusinasi yang muncul
- Sp 4 klien dapat - Sp 4 klien dapat supaya klien tahu ketika
mengontrol halusinasi mengontrol halusinasi halusinasi itu muncul dapat
dengan melakukan dengan melakukan melakukan penolakan.
kegiatan kegiatan - Pada Ny. H terdapat perbedaan
Strategi pelaksanaan yang Strategi pelaksanaan yang perencanaan terhadap terapi lebih
dilakukan padan Ny. S dilakukan padan Ny. H efektif menggunakan membuat
sesuai dengan teori yaitu tidak sesuai dengan teori kegiatan harian dari pagi sampai
pada Sp 2 yaitu pada Sp 4, pada Sp 4 menjelang sore klien dilakukan
dilakukan dengan cara untuk melakukan kegiatan harian
pemberian terapi aktivitas. seperti mandi, solat,
Hal ini klien harus mampu menyapu,mencuci piring makan
mengontrol halusinasi dan lainnya.
dengan cara psikomotor,
klien juga perlu
mendapatkan penanganan
yang cepat dan efektif untuk
menunjang kesembuhan
klien dengan cara
melakukan kegiatan.
64

4.2.4 Implementasi

Tabel 4.2.4
Implementasi Klien I & II

Klien I Klien II Pembahasaan


Tindakan yang dilakukan hari Tindakan yang dilakukan hari Implementasi merupahkan
pertama membina hubungan pertama membina hubungan tindakan keperawatan yang
saling percaya dan pengkajian, saling percaya dan pengkajian, disesuaikan dengan
pada hari kedua pelaksanaan pada hari kedua pelaksanaan rencana tindakan
diagnosa Sp 1: diagnosa Sp 1: keperawatan. (Keliat,
- Membantu pasien mengenal - Membantu pasien mengenal 2010; Lelono, dkk, 2015).
halusinasi (isi, frekuensi, halusinasi (isi, frekuensi, Pelaksanaan implementasi
waktu terjadinya, situasi waktu terjadinya, situasi dilaksanakan dengan baik
pencetus, perasaan saat pencetus, perasaan saat -pada Ny. S lebih mudah
terjadinya halusinasi) terjadinya halusinasi) menggunakan terapi
- Menjelaskan cara - Menjelaskan cara mengontrol menghardik adalah upaya
mengontrol halusinasi: halusinasi: hardik obat, mengendalikan diri terhadap
hardik obat, bercakap cakap, bercakap cakap, melakukan halusinasi yang muncul
melakukan kegiatan harian kegiatan harian. pasien dilatih untuk
- Mengajarkan pasien - Mengajarkan pasien mengatakan tidak terhadap
mengontrol halusinasi mengontrol halusinasi halusinasinya dan tidak
dengan cara menghardik dengan cara menghardik memedulikan halusinasinya
halusinasi. halusinasi. kalau ini bisa dilakukan
Masukan pada jadwal kegiatan Masukan pada jadwal kegiatan pasien mampu
untuk latih menghardik untuk latih menghardik mengendalikan diri klien
lebih tenang dan efektif
Sp2: Sp2: menggunakan terapi
- Evaluasi kegiatan e. Evaluasi kegiatan menghardik, Ny. S tidak
menghardik beri pujian menghardik beri pujian efektif melakukan intervensi
- Latih cara mengontrol f. Latih cara mengontrol yang lain Karena Ny. S
halusinasi halusinasi sudah mulai tenang dan
- Latih cara mengontrol g. Latih cara mengontrol masih bisa untuk diarahkan.
halusinasi dengan obat halusinasi dengan obat Tindakan pada Ny. H lebih
(jelaskan 6 benar: jenis, (jelaskan 5 benar:jenis, efektif menggunakan terapi
guna, dosis, frekuensi, cara, guna,dosisi,frekuensi,cara,ko aktifitas, karenauntuk
kontinuitas minum obat) ntinuitas minum obat) mengurangi halusinasi yang
Masukan pada jadwal kegiatan Masukan pada jadwal kegiatan muncul lagi adalah dengan
untuk latihan menghardik dan untuk latihan menghardik dan menyibukan diri klien
minum obat minum obat dengan membuat jadwal
yang teratur dengan
Sp3: Sp3: beraktivitas yang terjadwal
- Evaluasi kegiatan harian - Evaluasi kegiatan harian klien tidak mengalami
menghardik dan minum obat, menghardik dan minum obat, waktu banyak luang yang
beri pujian beri pujian sering kali mencetuskan
- Latih cara mengontrol - Latih cara mengontrol halusinasinya maka
65

halusinasi dengan bercakap halusinasi dengan bercakap dilakukan aktifitas dari


cakap saat terjadi halusinasi cakap saat terjadi halusinasi bangun tidur mandi solat
Masukan pada jadwal kegiatan Masukan pada jadwal kegiatan makan dan membesihkan
untuk latihan menghardik, minum untuk latihan menghardik, minum ruangan dan kamar setiap
obat, dan bercakap cakap obat, dan bercakap cakap harinya.

Sp 4: Sp 4:
- Evaluasi kegiatan harian - Evaluasi kegiatan harian
menghardik, minum obat dan menghardik, minum obat dan
becakap cakap beri pujian becakap cakap beri pujian
- Latih cara mengontrol - Latih cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan halusinasi dengan melakukan
kegiatan harian(mulai 2 kegiatan harian(mulai 2
kegiatan) kegiatan)
- Masukan pada kegiatan untuk - Masukan pada kegiatan
latihan menghardik, minum untuk latihan menghardik,
obat, bercakap cakap dan minum obat, bercakap cakap
kegiatan harian dan kegiatan harian

4.2.5 Evaluasi

Tabel 4.2.5
Evaluasi Klien I dan II

Klien I Klien II Pembahasan


Setelah dilakukan keperawatan Setelah dilakukan keperawatan Evaluasi adalah tahap akhir
pada Ny. S hasil yang pada Ny. H hasil yang dari proses keperawatan yang
didaptkan: pada Sp 1 pasien, didaptkan: pada Sp 1 pasien, bertujuan untuk mengetahui
BHSP tercapai dengan hasil: BHSP tercapai dengan hasil: kemajuan atau keberhasilan
klien dapat mengingat nama klien dapat mengingat nama dari pelaksanaan intervensi
perawat dan mau menceritakan perawat dan mau menceritakan yang telah dilaksanakan
penyebab dibawa ke RSJ penyebab dibawa ke RSJ (Keliat, 2010; Lelono, dkk,
Sp1 telah tercapai dengan hasil: Sp1 telah tercapai dengan hasil: 2015). Dalam pelaksanaan
klien dapat mengenal halusinasi klien dapat mengenal halusinasi inplementasi tidak semua
dan dapat menghardik. dan dapat menghardik. intervensi yang telah dibuat
Pencapaian hasil: klien mampu Pencapaian hasil: klien mampu dapat dilaksanakan dengan
secara kognitif dan psikomotor secara kognitif dan psikomotor baik. Intervensi yang
untuk menghardik halusinaasi untuk menghardik halusinaasi dilakukan pada Ny. H lebih
secara mandiri secara mandiri efektif menggunakan terapai
Sp 2 telah tercapai dengan Sp 2 telah tercapai dengan hasil: aktifitas, sedangkan Ny. S
hasil: klien mampu minum obat klien mampu minum obat lebih efektif menggunakan
66

dengan benar termasuk dengan dengan benar termasuk dengan terapi menghardik. Ny. S lebih
menggunakan prinsip 6 benar menggunakan prinsip 5 benar efektif menggunakan
pemberian obat pemberian obat menghardik karena Ny. S
Pencapai hasil: klien mampu Pencapai hasil: klien mampu sudah tenang dan mudah
minum obat dengan benar tapi minum obat dengan benar tapi untuk diarahkan dan Ny. H
kadang masih membutuhkan kadang masih membutuhkan lebih efektif karena Ny. H
perawat perawat lebih suka beraktifitas Sperti
SP 3 telah tercapai dengan SP 3 telah tercapai dengan hasil: melakukan kegiatan harian
hasil: klien mampu mengotrol klien mampu mengotrol setiap harinya dari pagi
halusinasi dengan cara halusinasi dengan cara bercakap sampai sore.
bercakap cakap. Pencapaian cakap. Pencapaian hasil: klien
hasil: klien mampu secra mampu secra kognitif dan
kognitif dan psikomotor psikomotor mengontrol
mengontrol halusinasi dengan halusinasi dengan cara bercakap
cara bercakap cakap cakap
SP 4 telah tercapai dengan SP 4 telah tercapai dengan hasil:
hasil: klien mampu mengulangi klien mampu mengulangi nama
nama nama obat , kegunaan dan nama obat, kegunaan dan cara
cara minum obat yang baik minum obat yang baik sesuai
sesuai yang dianjurkan yang dianjurkan
67

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. S dan Ny. H

selama 3 hari dan dari evaluasi serta tindakan keperawatan pada klien

pada gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.

Halusinasi pendengaran penulis mengambil suatu kesimpulan

sebagai berikut :

1. Dalam melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada Ny. S

dan Ny. H dilakukan secara komperesif meliputi aspek biologi,

psikologis sosial, Spiritual, tetapi tidak semua digali atau

disimpulkan.

2. Diagnosa yang dapat dianalisis pada kasus Ny. S dan Ny. H

meliputi dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi

pendengaran, namun pada Ny. H terdapat koping keluarga tidat

efektif, sedangkan Ny. S Tidak terdapat koping keluarga tidak

efektif.

3. Intervensi telah dibuat sesuai landasan teori dengan menetapkan

rencana keperawatan

4. Pada tahap implementasi yang dilakukan selama tiga hari yaitu

tanggal 28 Juni – 30 Juni 2019 pelaksanaan asuhan keperawatan

pada Ny. S dan Ny. H dengan halusinasi pendengaran sudah


68

sesuai dengan pelakasanaan yang ada didalam penatalaksanaan,

selama tiga hari pasien sudah mampu mengontrol halusinasi

pendengaran, namun kemampuan Ny. S dan Ny. H berbeda.

Ny. S mampu menghilangkan halusinasi dengan cara Sp1

menghardik, sedangkan Ny. H mampu menghilangkan halusinasi

dengan Beraktifitas.

5. Evaluasi tindakan keperwatan pada Ny. S dan Ny. H dengan

gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran yang telah

dilaksanakan dari 4 Sp yang telah dilakukan Ny. S lebih efektif

menggunakan menghardik karena Ny. S mudah untuk diarahkan

sedangkan Ny. H lebih efektif menggunakan terapi aktifitas

karena klien sudah bisa beraktifitas seperti mencuci baju mencuci

piring dan merapihkan tempat tidur.

5.2 Saran

1. Hendaknya dalam melakukan pengkajian terlebih dahulu harus terbina

hubungan saling percaya dengan menunjukan sikap empati, ramah,

menerima klien apa adanya, kontak sering dan singkat sehingga dalam

proses penggalian data penulis tidak mengalami kesulitan

2. Penegakan diagnosa keperawatan hendaknya diagnosa keperawatan

tersebut diangkat setelah data yang menunjang dari hasil pengkajian

atau pohon masalah

3. Pembuatan intervensi, dilakukan menyesuaikan kondisi klien saat ini

dan menentukan tujuan umum yang mengacu pada penyebab


69

4. Implementasi hendaknya selalu dilakukan secara empati dengan

memperhatikan pemahaman tentang kebutuhan yang dibutuhakan klien

saat ini dan dimodifikasi pada tujuan khusus

5. Evaluasi hendaknya dapat didokumentasikan secara sistematis dan

sesuai hasil yang dicapai, sehingga dilakukan intervensi untuk

mengatasi masalah yang belum teratasi.


70

DAFTAR PUSTAKA

Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Edisi IV. Bandung: PT. Refika Aditama

Kemenkes RI. (2016)

http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga-

dukung-kesehatan-jiwa-masyarakat.html.

Nasir & Muhith. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba

Medika

Lelono, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandar Lampung. LP2M

Institusi Agama Islam.

Keliat, B. A., & Akemat. (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.

Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI: 2009.

Towsend, M.C. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing: Concept of Care In

Evidence-Based Practice (6ᵗͪ ed.). Philadelphia: F.A.Davis

Stuart, G. W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (9ᵗͪ ed.).

Mosby. Inc.

Kusumawati & Hartono. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba

Medika

Damayanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika

Aditama

Kusumawati, Farida & Yudi Hartono. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.

Jakarta: Salemba Medika.


71

Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan

Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info

Media.

Hanafiah & Suhana. (2019). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika

Aditama.

Hidayati, Eni. (2012). Pengaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap

Kemampuan Mengatasi Perilaku Kekerasan Pada Klien Skizofrenia Di

Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondoh Hutomo Kota Semarang.

http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/view/524/573.

Anda mungkin juga menyukai