Anda di halaman 1dari 13

Volume 9, Desember 2018, Nomor 2 Abdul Kadir Hasan

STUDY KASUS GANGGUAN PERFUSI JARINGAN SEREBRAL DENGAN PENURUNAN


KESADARAN PADA KLIEN STROKE HEMORAGIK SETELAH
DIBERIKAN POSISI KEPALA ELEVASI 30º

Abdul Kadir Hasan

Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Pangkal Pinang


putrakombathasan@yahoo.co.id

ABSTRAK
Latar belakang . Stroke adalah disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah
yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai daerah fokal pada pada otak yang
terganggu. Kepala elevasi adalah menaikkan kepala dari tempat tidur sekitar 30 derajat. Tujuan studi
kasus. Untuk mengetahui pengaruh posisi kepala elevasi 30° terhadap saturasi oksigen pada pasien
stroke hemoragik. Desain studi kasus menggunakan consecutive sampling dengan kriteria inklusi
pasien stroke hemoragik yang dirawat di ICU dengan penurunan kesadaran. Hasil: Dari hasil analisa
didapatkan ada pengaruh kepala elevasi 30º terhadap saturasi oksigen pada pasien stroke hemoragik.
Kesimpulan: Kesimpulan yang diperoleh dari studi kasus ini didapatkan hasil ada pengaruh kepala
elevasi 30° terhadap saturasi oksigen pada pasien stroke hemoragik, dimana pada saat posisi flat
terdapat saturasi oksigen 96%, kemudian kepala elevasi 30 º selama 30 menit terdapat saturasi oksigen
98%.
Kata kunci: Stroke, Kepala elevasi 30°, saturasi oksigen

ABSTRACT
Background. Stroke is an acute neurological dysfunction caused by a flow disorder that occurs with
focal signs and symptoms in the affected brain. The head elevation is raising the head from about 30
degrees of sleep. Case study objectives. To determine the effect of 30 ° elevation head position on
oxygen saturation in hemorrhagic stroke patients. Case study design using consecutive sampling with
inclusion criteria for hemorrhagic stroke patients aimed at ICU with decreased awareness. Results:
From the results of the analysis, there was an effect of 30º elevation head on oxygen saturation in
hemorrhagic stroke patients. Conclusion: The conclusion obtained from this case study showed that
there was an effect of 30 ° elevation head on oxygen saturation in hemorrhagic stroke patients, where
at flat position there was 96% oxygen saturation, then 30 º elevation head for 30 minutes there was
98% oxygen saturation.
Keywords: Stroke, Head elevation 30 °, oxygen saturation

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 229


Volume 9, Desember 2018, Nomor 2 Abdul Kadir Hasan

PENDAHULUAN diotak 1.000 penduduk. Angka itu naik


Stroke merupakan penyebab dibandingkan Riskesdas 2007 yang sebesar
kematian ketiga di dunia setelah penyakit 8,3 persen. Sedangkan kasus tertinggi
jantung koroner dan kanker baik di negara stroke dijawa tengah yaitu sebesar 3.986
maju maupun negara berkembang. Satu kasus (17,91%). Di Kota Semarang
dari 10 kematian disebabkan oleh stroke terdapat proporsi sebesar 3,18%.
(Ennen, 2004; Marsh & Keyrouz, 2010; Sedangkan kasus tertinggi kedua adalah
American Heart Association, 2014; Stroke Kabupaten Sukoharjo yaitu 3.164 kasus
forum, 2015). Secara global, 15 juta orang (14,22%) dan apabila dibandingkan dengan
terserang stroke setiap tahunnya, satu jumlah keseluruhan di Kabupaten
pertiga meninggal dan sisanya mengalami Sukoharjo adalah sebesar 10,99.
kecacatan permanen (Stroke forum, 2015). Sedangkan berdasarkan data yang di dapat
Stroke merupakan penyebab utama dari ruang ICU RSUD KRMT Kota
kecacatan yang dapat dicegah (American Semarang bulan Januari sampai dengan
Heart Association, 2014).). Juli Tahun 2018, data stroke hemoragik di
Menurut WHO (2010) ruang ICU sebanyak 11,4% kasus. Faktor
mendefinisikan stroke adalah manifestasi yang menimbulkan terjadinya resiko stroke
klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal salah satunya adalah hipertensi. Hipertensi
maupun global (menyeluruh), yang merupakan faktor resiko yang bisa
berlangsung cepat, berlangsung lebih dari dikendalikan. Hipertensi dapat
24 jam atau sampai menyebabkan mengakibatkan pecahnya maupun
kematian, tanpa penyebab lain selain menyempitnya pembuluh darah otak.
gangguan vaskuler. Perubahan pola Apabila pembuluh darah otak pecah, maka
struktur masyarakat dari agraris ke industri timbulah perdarahan otak dan apabila
dan perubahan pola fertilitas gaya hidup pembuluh darah otak menyempit, maka
dan sosial ekonomi masyarakat diduga aliran darah ke otak akan terganggu dan
sebagai hal yang melatar belakangi sel-sel otak akan mengalami kematian
prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM), (Ariani, 2012).
sehingga kejadian penyakit tidak menular Pasien stroke dimungkinkan
semakin bervariasi dalam transisi mengalami gangguan transfer oksigen atau
epidemiologi (Mirza, 2009). cerebro blood flow (CBF) menurun
Menurut data Riset Kesehatan sehingga mengakibatkan penurunan perfusi
Dasar/Riskesdas (2013), prevalensi stroke jaringan, sehingga dapat mengakibatkan
di Indonesia 12,1 per pembuluh darah iskemik (Tobing, 2007).

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 230


Volume 9, Desember 2018, Nomor 2 Abdul Kadir Hasan

Saturasi oksigen adalah presentase ruang HCU pada tanggal 10-12 2018. Studi
oksigen yang telah bergabung dengan kasus ini untuk mengumpulkan datanya
molekul hemoglobin (Hb), oksigen melalui melihat buku status pasien,
bergabung dengan Hb dalam jumlah yang observasi dan wawancara dengan atau
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh, keluarga pasien. Studi kasus ini hari
pada saat yang sama oksigen dilepas untuk pertama melakukan pengkajian untuk
memenuhi kebutuhan jaringan mendapatkan data-data pasien secara
(Shouldersodom dikutip oleh Ewens, menyeluruh, kemudian menentukan
2008). Tubuh manusia normal masalah yang terjadi pada pasien dan
membutuhkan pasokan oksigen yang melakukan implementasi keperawatan
konstan untuk berfungsi secara sehat, yang sesuai dengan masalah keperawatan
kadar oksigen rendah dalam darah dapat yang muncul.
menyebabkan kondisi medis yang serius
dan mengancam jiwa. Posisi kepala yang HASIL DAN PEMBAHASAN
paling umum yaitu kepala dan tubuh Pengkajian
ditinggikan 30 derajad agar dapat Asuhan keperawatan pada Tn. S
mengontrol Tekanan Intra Kranial (TIK), dengan stroke hemoragik dilakukan
yaitu menaikkan kepala dari tempat tidur pengkajian sejak tanggal 10 Agustus 2018,
sekitar 30 derajat. Tujuan untuk masuk Rumah Sakit tanggal 9 Agustus
menurunkan TIK, jika elevasi lebih tinggi 2018 jam 21.00 dari IGD sebelumnya.
dari 30 derajat maka tekanan perfusi otak Pengkajian keperawatan dilakukan diruang
akan menurun. Dengan menggunakan Intensive Care Unit pada tanggal 10
elevasi kepala untuk memaksimalkan Agustus 2018 jam 10.00 WIB. Keluhan
oksigenasi jaringan otak, posisi kepala utama pasien adalah penurunan kesadaran.

yang lebih tinggi dapat memfasilitasi Masalah keperawatan yang pertama

peningkatan aliran darah ke serebral dan yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan


serebral berhubungan dengan hipertensi.
memaksimalkan oksigenasi jaringan
Dari hemodinamik klien didapatkan klien
serebral (Summers, dkk., 2009).
memiliki hipertensi yang sudah 1 tahun
terakhir dialami pasien, serta bapak pasien
METODE PENELITIAN
juga menderita hipertensi. Pada pemeriksaan
Metode publikasi ilmiah ini
tekanan darah didapatkan hasil melebihi
menggunakan metode deskriptif dengan
batas normal yaitu 160/100 mmHg.
pendekatan studi kasus yaitu dengan
observasi. Studi kasus dilaksanakan di

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 231


Volume 9, Desember 2018, Nomor 2 Abdul Kadir Hasan

Hipertensi merupakan faktor resiko Responden 1: Tn S Dengan diagnosa


utama yang dapat mengakibatkan pecahnya medis stroke hemoragik. Klien datang ke
maupun menyempitnya pembuluh darah ruang ICU tanggal 09 Agustus 2018 jam
otak. Bila tekanan sistolik di atas 160 mmHg 21.30 WIB, dengan keluhan utama tiba-
dan tekanan diastolic lebih dari 90mmHg, tiba mengalami penurunan kesadaran
maka dapat berpotensi menimbulkan dirumah sejak sore, klien mengalami
serangan CVD, terlebih bila telah berjalan kelemahan anggota gerak sebelah kanan
selama bertahun tahun. Pecahnya pembuluh
sebelum dibawa IGD ke RSUD KRMT
darah otak akan menimbulkan perdarahan,
Wongsonegoro. KU lemah, kesadaran
akan sangat fatal bila terjadi interupsi aliran
Somnolent, TD 164/94, HR 129 x/mnt,
darah ke bagiandistal, di samping itu darah
Temp 37ºC, RR 26 x/mnt, SpO2 95%,
ekstravasal akan tertimbun sehingga akan
NRM 8 L/menit, GCS E4, M2, Vafasia.
menimbulkan tekanan intracranial yang
Hasil CTScan tanggal 9 Agustus
meningkat, sedangkan menyempitnya
2018 terdapat pendarahan parietal sinsitra
pembuluh darah otak akan menimbulkan
± 10,3 cc, diberikan terapi O2 NRM 8 liter
terganggunya aliran darah ke otak dan sel sel
, infus RL 20 tpm, terpasang NGT,
otak akan mengalami kematian. (Nurhidayat
& Rosjidi, 2008). inj.citicolin 2x 500 mg, inj. Mecobalamin

Pada klien stroke hemoragik 1x 500mg, inj.kalnex 4x 1 gr, inj. Manitol

mengalami gangguan perfusi jaringan 250 cc, inj. Omz 2x1 ampul. Pada tanggal

serebral setelah diberikan terapi elevasi 10 Agustus 2018 Tn. S KU lemah,

kepala 30° diruang Intensive Care Unit Kesadaran somolent, TD 136/69 mmHg,

(ICU) RSUD KRMT Wongsonegoro Kota HR 102 x/mnt, RR 22 x/mnt, GCS

Semarang. Pengkajian dilakukan selama E2M4V2. Saat pukul 11.00 WIB sebelum

rentang waktu 5 (lima) hari (10-14 Agustus dilakukan elevasi kepala 30 ° SpO2 96%.

2018). Adapun hasil implementasi akan Setelah dilakukan elevasi kepala 11.30

ditampilkan sebagai berikut: selama 30 menit SpO2 98 %.

Tabel 1.
Perubahan Saturasi Oksigen sebelum dan sesudah
dilakukan Elevasi kepala 30°
No Posisi kepala Nilai Saturasi Waktu
1 Flat position 96% 30 menit

2 Elevated position 98% 30 menit

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 232


Volume 9, Desember 2018, Nomor 2 Abdul Kadir Hasan

Pada tabel 1 diatas dimana klien pembuluh darah otak akan menimbulkan
dilakukan tindakan posisi kepala flat perdarahan, akan sangat fatal bila terjadi
selama 30 menit dengan saturasi oksigen interupsi aliran darah ke bagian distal, di
96%, tetapi setelah dilakukan elevasi samping itu darah ekstravasal akan
kepala 30º selama 30 menit ternyata tertimbun sehingga akan menimbulkan
saturasi oksigen terjadi peningkatan tekanan intracranial yang meningkat,
dengan 98%. sedangkan menyempitnya pembuluh darah
Asuhan keperawatan pada pasien Tn otak akan menimbulkan terganggunya
S dengan Stroke Hemoragik dilakukan aliran darah ke otak dan sel sel otak akan
pengkajian sejak tanggal 10-14 Agustus mengalami kematian. (Nurhidayat &
2018. Pengkajian keperawatan dilakukan Rosjidi, 2008).
diruang Inttensive Care Unit pada tanggal Rencana Keperawatan
10 Agustus 2018 jam 10.00 WIB. Keluhan Sehubungan dengan diagnosa
utama klien adalah penurunan kesadaran. tersebut diatas penulis menitik beratkan
Diagnosa Keperawatan perencanaan inovasinya pada masalah
Masalah keperawatan yang ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
didapatkan yaitu ketidakefektifan perfusi tidak efektif yang sangat besar
jaringan serebral berhubungan dengan kemungkinan akan terganggu dan
perdarahan. Dari hemodinamik klien diharapkan dengan perawatan
didapatkan klien memiliki riwayat menggunakan posisi elevasi kepala dengan
hipertensi yang sudah 1 tahun terakhir oksigenasi sehingga nilai saturasi oksigen
dialami pasien, serta bapak pasien juga normal (95%-100%).
menderita hipertensi. Pada pemeriksaan Elevasi kepala berdasarkan pada
tekanan darah didapatkan hasil melebihi respon fisiologis merupakan perubahan
batas normal yaitu 164/94 mmHg. posisi untuk meningkatkan aliran darah ke
Hipertensi merupakan faktor resiko sutama otak dan mencegah terjadinya peningkatan
yang dapat mengakibatkan pecahnya TIK. Peningkatan Tekanan Intra Kranial
maupun menyempitnya pembuluh darah adalah komplikasi serius karena penekanan
otak. Bila tekanan sistolik di atas 160 pada pusat-pusat vital di dalam otak
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari (herniasi) dan dapat mengakibatkan
90mmHg, maka dapat berpotensi kematian sel otak (Rosjidi, 2014). Elevasi
menimbulkan serangan cerebro vaskuler kepala tidak boleh lebih dari 30°, dengan
diseaseas (CVD), terlebih bila telah rasional pencegahan peningkatan resiko
berjalan selama bertahun tahun. Pecahnya penurunan tekanan perfusi serebral dan

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 233


Volume 9, Desember 2018, Nomor 2 Abdul Kadir Hasan

selanjutnya dapat memperburuk iskemia memperoleh oksigen sehingga


serebral jika terdapat vasopasme (Sunardi, metabolisme sel akan terganggu.
2011). Hiperkarbia/hipokisa menyebabkan
Implementasi Keperawatan vasodilatasi pembuluh darah otak yang
Dengan memberikan tindakan akan meningkatkan tekanan intrakranial,
mandiri keperawatan yaitu menggunakan yang dapat menurunkan kesadaran dan
model elevasi kepala 30º dan sesuai menekan sistem saraf pusat , bila disertai
anjuran dokter melalui tindakan kolaborasi. hipoksemia keadaan akan makin buruk.
Terlihat bahwa pasien merasa lebih Penekanan sistem saraf pusat akan
nyaman dan dapat beristirahat dengan menurunkan ventilasi. Hal ini harus diatasi
nyaman. Dan secara otomatis hal tersebut segera dengan memberikan ventilasi dan
dapat membuat haemodinamik pasien lebih oksigenasi. Gangguan ventilasi dan
stabil. Dimana posisi head up 30º/elevasi oksigensi juga dapat terjadi akibat kelainan
kepala 30º dilakukan selama 30 di paru dan kegagalan fungsi jantung.
menit,kemudian melihat saturasi oksigen Parameter ventilasi : PaCO2 (N: 35-45
yang ada dibedsite monitor terpantau mmHg), parameter oksigenasi : Pa O2 (N:
selama 30 menit, dimana dapat lihat tabel 80-100 mmHg), Sa O2 (N: 95-100%).
4.1 diatas. Jika keadaan hipoksia berlangsung
Pada kasus klien stroke hemoragik lama mengakibatkan gejala keletihan,
terjadi hipoksia/hiperkarbi yaitu penurunan pusing, apatis, gangguan daya konsentrasi,
pemasukan oksigen ke jaringan sampai kelambatan waktu reaksi dan penurunan
dibawah tingkat fisiologi meskipun perfusi kapasitas kerja otot. Begitu hipoksia
jaringan oleh darah memadai, hal ini bertambah parah, pusat batang otak akan
terjadi akibat berkurangnya tekanan terkena, dan kematian biasanya disebabkan
oksigen di udara. Fungsi utama sistem oleh gagal pernafasan. Bila penurunan
respirasi adalah menjamin pertukaran PaO2 disertai hiperventilasi dan penurunan
O2 dan CO2. Bila terjadi kegagalan PaCO2, resistensi serebro-vasculer
pernafasan maka oksigen yang sampai ke meningkat, aliran darah serebral berkurang
jaringan akan mengalami defisiensi dan hipoksia bertambah. Berkurangnya
akibatnya sel akan terganggu proses PaO2 jaringan menyebabkan vasodilatasi
metabolismenya. Hipoksia dapat terjadi lokal dan vasodilatasi difus yang terjadi
karena defisiensi oksigen pada tingkat pada hipoksia menyeluruh, meningkatkan
jaringan akibatnya sel-sel tidak cukup cardiac output (Tarwoto,2013).

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 234


Volume 9, Desember 2018, Nomor 2 Abdul Kadir Hasan

Dalam hal ini sistem sistem akan meningkatkan aliran darah diotak dan
pernapasan sangat berperan penting memaksimalkan oksigenasi jaringan
ketersediaan oksigen untuk kelangsungan serebral.
metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran Dengan memberikan tindakan
gas. Melalui peran sistem respirasi oksigen mandiri keperawatan yaitu menggunakan
diambil dari atmosfer, di transfusi masuk model elevasi kepala 30º dan sesuai
ke paru-paru dan terjadi pertukaran gas anjuran dokter melalui tindakan kolaborasi.
oksigen dengan karbondioksida di alveoli, Terlihat bahwa pasien merasa lebih
selanjutnya oksigen akan di difusi masuk nyaman dan dapat beristirahat dengan
kapiler darah untuk dimanfaatkan oleh sel nyaman. Dan secara otomatis hal tersebut
dalam proses metabolisme (Tarwoto,2013). dapat membuat haemodinamik pasien lebih
Maka dalam hal ini sistem stabil.
pernapasan memegang peranan penting Elevasi kepala berdasarkan pada
terutama tubuh akan berusaha untuk respon fisiologis merupakan perubahan
memenuhi kebutuhan oksigen dan menjaga posisi untuk meningkatkan aliran darah ke
perfusi jaringan otak dengan cara otak dan mencegah terjadinya peningkatan
meningkatkan jumlah pernapasan per TIK. Peningkatan TIK adalah komplikasi
menit. Dengan meningkatnya jumlah serius karena penekanan pada pusat-pusat
pernapsan maka FiO2 (oksigen) akan vital di dalam otak (herniasi) dan dapat
meningkat dan berdampak pula pada mengakibatkan kematian sel otak (Rosjidi,
peningkatan PaO2 dan saturasi 2014). Elevasi kepala tidak boleh lebih dari
oksigen(Werner&Engelhard, 2007). 300, dengan rasional pencegah
Dalam posisi telentang dengan peningkatan resiko penurunan tekanan
disertai posisi kepala elevasi/head up perfusi serebral dan selanjutnya dapat
menunjukkan aliran balik darah dari bagian memperburuk iskemia serebral jika
inferior menuju ke atrium kanan cukup terdapat vasopasme (Sunardi, 2011).
baik karena resistensi pembuluh darah dan Evaluasi Keperawatan
tekanan atrium kanan tidak terlalu tinggi, Setelah diberikan intervensi inovasi
sehingga volume darah yang masuk pemberian posisi elevasi kepala 30º dan
(venous return) ke atrium kanan cukup oksigen NRM 8 liter/menit pada Tn. S,
baik dan tekanan pengisian ventrikel kanan TD 161/ 89 mmHg, Nadi 117x/menit, RR :
(preload) meningkat, yang dapat mengarah 24 x/ menit, suhu 37ºC, SpO2 98%.
ke peningkatan stroke volume dan cardiac Pemberian posisi elevasi kepala ini adalah
output. Pasien diposisikan head up 30º peninggian anggota tubuh diatas jantung

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 235


Volume 9, Desember 2018, Nomor 2 Abdul Kadir Hasan

dengan vertical axis, akan menyebabkan ketinggian posisi kepala yang optimal tidak
cairan serebro spinal (CSS) terdistribusi dapat diidentifikasi secara pasti.
dari kranial ke ruang subarahnoid spinal Dengan demikian berdasarkan
dan memfasilitasi venus return serebral analisa dan pembahasan mengenai masalah
(Fan Jun Yu, 2008). ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
Penatalaksanaan risiko perfusi terhadap pemberian elevasi kepala
jaringan cerebral tidak efektif berhubungan 30°secara topikal untuk peningkatan nilai
dengan hipertensi pada pasien stroke dapat saturasi oksigen didapatkan hasil pasien
dilakukan dengan obat-obatan dalam kondisi membaik dan peningkatan
(farmakologis), meskipun manfaatnya nilai saturasi oksigen dari 96% ke 98%.
relatif terbatas. Selain itu dapat dilakukan Pasien menggunakan model elevasi kepala
upaya kolaboratif yaitu dengan pemberian 30º dan sesuai anjuran dokter melalui
terapi oksigen sesuai kebutuhan, tindakan kolaborasi. Terlihat bahwa pasien
memonitor saturasi oksigen, yang merasa lebih baik dan dapat beristirahat
kesemuanya itu bertujuan untuk dengan nyaman.
mempertahankan aliran darah ke otak Elevasi kepala berdasarkan pada
pasien agar bisa menghindari kecacatan respon fisiologis merupakan perubahan
fisik dan kematian. posisi untuk meningkatkan aliran darah ke
Pengaturan elevasi kepala bertujuan otak dan mencegah terjadinya peningkatan
memaksimalkan oksigenasi jaringan otak TIK. Peningkatan TIK adalah komplikasi
dan posisi kepala yang lebih tinggi dapat serius karena penekanan pada pusat-pusat
memfasilitasi peningkatan aliran darah vital di dalam otak (herniasi) dan dapat
keserebral dan memaksimalkan oksigenasi mengakibatkan kematian sel otak (Rosjidi,
jaringan serebral dan elevasi kepala 2014).
menggunakan teknologi Transcranial Namun demikian belum ada data
Doppler (Summers, 2009) menyatakan pasti dari hasil penelitian yang
bahwa posisi kepala yang datar atau sejajar menstandarkan prosedur tersebut. Posisi
dengan jantung dapat meningkatkan aliran yang paling sering dilakukan adalah
darah ke otak. Lebih lanjut disebutkan dengan meninggikan kepala 30º pada
bahwa jika pasien tidak memiliki resiko pasien yang memiliki potensi peningkatan
peningkatan tekanan intrakranial dan Tekanan Intra Kranial (TIK), paling tidak
resiko aspirasi saluran nafas, maka posisi sampai diagnosa Intracranial
kepala yang datar adalah lebih bermanfaat Hamorraghic (ICH) atau penyebab adanya
bagi pasien stroke. Namun demikian lessi atau peningkatan TIK dapat

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 236


Volume 9, Desember 2018, Nomor 2 Abdul Kadir Hasan

dipastikan dengan pemeriksaan otak karena sebagian sel-sel otak mengalami


(Summers, dkk 2009). kematian akibat gangguan aliran darah
Elevasi kepala tidak boleh lebih dari karena sumbatan atau pecahnya pembuluh
300, dengan rasional pencegah peningkatan darah otak. Stroke juga bisa dikatakan
resiko penurunan tekanan perfusi serebral suatu sindrom yang ditandai dengan gejala
dan selanjutnya dapat memperburuk iskemia kelemahan sampai kelumpuhan anggota
serebral jika terdapat vasopasme (Sunardi, gerak, bibir tidak simetris, bicara pelo atau
2011).. Posisi elevasi kepala merupakan tidak dapat berbicara (afasia), nyeri kepala,
tindakan keperawatan tradisional/ penurunan kesadaran, dan gangguan rasa
konvensional, pemberian posisi elevasi (misalnya kebas di salah satu anggota
kepala 30º adalah suatu bentuk intervensi gerak), yang bila diberikan tindakan
keperawatan dalam yang rutin dilakukan keperawatan model elevasi kepala pada
pada pasien cidera kapala, stroke dengan pasien stroke tidak mempengaruhi aliran
hipertensi intra kranial. darah ke otak, posisi pada pasien yang
Ditambahkan lagi (Summers, dkk menderita stroke adalah dengan
2009) pengaturan elevasi kepala bertujuan memposisikan berbaring dengan kepala
memaksimalkan oksigenasi jaringan otak, diletakkan lebih tinggi dari jantung.
posisi kepala yang lebih tinggi dapat Terlihat bahwa pasien merasa lebih
memfasilitasi peningkatan aliran darah ke nyaman dan dapat beristirahat dengan
serebral dan memaksimalkan oksigenasi nyaman. Dan secara otomatis hal tersebut
jaringan serebral. Namun demikian dapat membuat haemodinamik pasien lebih
ketinggian posisi kepala yang optimal tidak stabil.
dapat diidentifikasi secara pasti. Posisi Pengaturan posisi pada individu sehat
kepala yang datar atau sejajar dengan dan yang mobilisasinya utuh, akan
jantung dapat meningkatkan aliran darah mempertahankan ventilasi dan oksigenasi
ke otak. Lebih lanjut disebutkan bahwa yang adekuat dengan mengubah posisi
jika pasien tidak memiliki resiko yang sering selama aktivitas seharihari.
peningkatan tekanan intrakranial dan namun, jika individu sakit atau mengalami
resiko aspirasi saluran napas, maka posisi cedera yang membatasi mobilitasnya,
kepala yang datar adalah lebih bermanfaat maka ia berisiko tinggi mengalami
bagi pasien stroke. kerusakan pernafasan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan Pengubahan posisi yang sering
bahwa stroke terjadi karena pasokan darah adalah metode sederhana dan efektif dalam
ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu, biaya dengan tujuan mengurangi resiko

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 237


Volume 9, Desember 2018, Nomor 2 Abdul Kadir Hasan

stasis sekresi pulmonar dan mengurangi Perubahan dan pengaturan posisi


risiko penurunan pengembangan dinding merupakan aktivitas perawat, dengan
dada. memperhatikan oksigenasi. Perawat harus
Pada penelitian yang dilakukan mengetahui bagaimana perbedaan posisi
Sunarto (2015) tentang “peningkatan nilai berdampak pada oksigenasi pasien
saturasi oksigen pada pasien stroke (Marklew, 2006).
mnggunakan elevasi kepala” yang Ditegaskan dengan penelitian yang
menghasilkan kesimpulan tidak ada dilakukan oleh Sunardi (2011) tentang
perbedaan yang signifikan terhadap nilai “pengaruh perbedaan posisi kepala
saturasi oksigen pada pasien stroke terhadap tekanan intrakranial pasien stroke
sebelum dan setelah dilakukan tindakan iskemik di RSCM Jakarta” dari hasil
elevasi kepala flat 0º, 150º dan 30º. penelitiannya didapatkan bahwa tidak ada
Sedangkan penelitian yang dilakukan perbedaan/ pengaruh yang bermakna
Martina (2017), bahwa posisi kepala antara pemberian posisi kepala flat 0º dan
elevasi lebih tinggi dari 15° dan 30° sama- posisi kepala 30º terhadap tekanan
sama dapat meningkatkan saturasi oksigen. intrakranial (TIK) pada pasien stroke
Tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan iskemik. Berdasarkan penelitian bahwa
terhadap nilai saturasi oksigen pada pasien pemberian posisi kepala flat 0º pada pasien
stroke sebelum dan sesudah dilakukan iskemik dapat dilakukan secara bergantian
tindakan elevasi kepala 15º dan 30°. dengan melakukan pemantauan yang ketat
Didukung oleh Muhammad Afif terhadap adanya perubahan TIK,
Alfianto (2015) yang melakukan penelitian disamping itu pemberian posisi yang
di IGD RS. Dr. Morwardi Surakarta bergantian dapat memberi keuntungan
tentang “pemberian posisi kepala flat 0º dalam meningkatkan oksigenasi dan
dan elevasi 30º terhadap tekanan mobilisasi dini. Oleh karena itu perlu
intrakranial pada pasien Stroke adanya alat observasi yang jelas dengan
Hemoragik”. Evaluasi akhir menunjukkan membuat Standar Prosedur Operasional
bahwa aplikasi posisi kepala flat 0º dan (SPO).
posisi kepala 30º secara bergantian dapat Keterbatasan Studi Kasus
mengontrol peningkatan TIK. Hal ini Dalam studi kasus ini masih banyak
dibuktikan dengan penurunan tekanan kekurangan dan keterbatasa terutama
darah, MAP menurun, keluhan nyeri dalam jumlah responden,diantaranya: 1)
berkurang, tidak ada mual dan muntah Populasi dalam studi kasus ini adalah klien
proyektif. dengan stroke 2) Sedikitnya jumlah sampel

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 238


Volume 9, Desember 2018, Nomor 2 Abdul Kadir Hasan

klien stroke hemoragik yang masuk ke (preload) meningkat, yang dapat


ICU dengan mengalami penurunan mengarah ke peningkatan stroke
kesdaran 3) Studi kasus ini hanya volume dan cardiac output. Klien
mendapatkan 1 responden stroke dengan posisi kepala elevasi 30° akan
hemoragik dengan penurunan kesadaran. meningkatkan aliran darah diotak dan
memaksimalkan oksigenasi jaringan
KESIMPULAN DAN SARAN serebral.
Kesimpulan Saran
1. Klien Stroke hemoragik yang 1. Rumah Sakit
mengalami ketidakefektifan perfusi Diharapkan Rumah Sakit dapat
jaringan serebral, sebelum dilakukan menyusun Standar Operasional
posisi kepala elevasi 30º terdapat Prosedur tentang pemberian posisi
saturasi oksigen 96% . head up 30º/elevasi kepala 30° pada
2. Setelah dilakukan posisi kepala elevasi klien stroke hemoragik sebagai acuan
30º, hasil observasi menunjukkan bagi perawat ICU.
perubahan saturas1 oksigen 98% pada 2. Perawat Rumah Sakit
klien stroke hemoragik dengan Dapat mengaplikasikan intervensi hasil
ketidakefektifan perfusi jaringan penelitian ini untuk pasien stroke
serebral hemoragik dengan head up 30º/elevasi
3. Terdapat perubahan saturasi antara kepala 30° dalam perubahan saturasi
96%-98% dimana aliran balik darah oksigen
dari bagian inferior menujun ke atrium 3. Bagi institusi pendidikan
kanan cukup baik karena resistensi Agar meningkatkan bimbingan dalam
pembuluh darah dan tekanan atrium melaksanakan asuhan keperawatan
kanan tidak terlalu tinggi, sehingga yang komprehensif khususnya pada
volume darah yang masuk (venous pasien dengan Stroke Hemoragik..
return) ke atrium kanan cukup baik dan
tekanan pengisiian ventrikel kanan

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 239


Volume 9, Desember 2018, Nomor 2 Abdul Kadir Hasan

DAFTAR PUSTAKA

AHA. (2014). Heart Disease and Stroke Statistics. Circulation.Mansjoer Arif dkk. 2000, Kapita
Selekta Kedokteran, Edisi, Jilid Kedua, Media Aesculapus FKUI, Jakarta

Ariani, T. A. (2012). Sistem Neurobehaviour. Jakarta: Salemba Medika

Nanda, 2006, Buku Panduan Diagnosis Keperawatan EGC, Jakarta


Potter dan Perry, 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktek. Vol. 2.
Jakarta: EGC

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI.www.depkes.go.id/resources/download/ general /Hasil%
20 Riskesdas % 202013.pdf Diakses tanggal 14 Januari 2017

Rosjid, C. H., & Nurhidayat, S. (2014). Buku Ajar Peningkatan Tekanan Intrakranial &
Gangguan Peredarah Darah Otak. Yogyakarta: Gosyen PublishingTarwoto, &
Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.Jakarta: EGC

Suddarth & Brunner, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC,
Jakarta
Summers, D., Leonard, A., Wentworth, D., Saver, J.L.,Simpson, J., Spilker, J.A., Hock, N.,
Miller, E., & Mitchell, P.H. 2009. Comprehensive overview of Nursing and
Interdisciplinary Care of the Acute Ischemic Stroke Patient. A Scientific Statement
From the American Heart Association. Tersedia di:
http://stroke.ahajournals.org/content/40/8/ 2911.full. diunduh pada 26 Agustus 2014.

Sunardi, N . (2011). Pengaruh Pemberian Posisi Kepala Terhadap Tekanan Intra Kranial
Pasien Stroke Iskemik di RSCM Jakarta. Jurnal Publikasi dan Komunikasi Karya
Ilmiah Bidang Kesehatan. 0216. 7042 : 1-5 di akses pada tanggal 6 Juni 2017

Sunarto. (2015). Peningkatan Nilai Saturasi Oksigen Pada Pasien Stroke Menggunakan
Model Elevasi Kepala.Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 4, Nomor 1.
Kementrian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta JurusanKeperawatan.
http://jurnal.poltekkessolo.ac.id/index.php/Int/article/view/115 . Diakses tanggal 8
januari 2017.

Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Tim SAK Ruang Rawat Inap RSUD Wates, 2006, Standard Asuhan Keperawatan Penyakit
Saraf, RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 240


Volume 9, Desember 2018, Nomor 2 Abdul Kadir Hasan

World Health Organization.(2010). Global Burden of Stroke. Available from


:http://www.who.int/cardiovaskular_diseases/en/cvd_atlas_15_burden_stroke.pdf
(diunduh pada 9 januari 2017).

Wilkinson, M, J, 2007, Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC, Edisi 7 EGC, Jakarta.
Wilkinson, J. M. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 (NANDA

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 241

Anda mungkin juga menyukai