Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Preeklamsia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg
dan tekanan darah diastolic 110 mmHg disertai proteinuria yang diukur secara kualitatif
sebesar +2 persisten atau lebih ( gr/liter ). (Cuningham, 2013)
Di dunia terdapat sekitar 585.000 ibu meninggal per tahun nya saat hamil atau
bersalin dan 58,1% diantaranya dikarenakan oleh preeklampsia (World Health
Organization, 2014). Penyebab kematian ibu hamil pada perdarahan sekitar (28%),
preeklampsia (24%), infeksi (11%), komplikasi (8%), partus lama (5%), trauma
obstetrik (5%), emboli obstetrik (3%). Persentase KIA pada preeklampsia didapatkan
sekitar 24% dari 58,1%. Di Indonesia peningkatan preeklampsia sekitar 15% - 25%,
dari peningkatan resiko yang sering terjadi yaitu riwayat hipertensi kronis,
preeklampsia, diabetes milletus, ginjal kronis dan hiperlasentosis (mola hidatidosa,
kehamilan multipel, bayi besar) (Prawirohardjo, 2009).
Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 sebanyak 602
kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus kematian ibu tahun 2015 yang
sebanyak 619 kasus (Dinkes Jateng, 2015). Dengan demikian Angka kematian ibu
Provinsi Jawa Tengah juga mengalami penurunandari 111,16 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015 menjadi 109,65 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2016.
Namun di dalam jumlah kasus kematian ibu menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah
sebesar 63,12 4 persen kematian maternal terjadi pada waktu nifas, pada waktu hamil
sebesar 22,92 persen dan pada waktu persalinan sebesar 13,95 persen (Dinkes Jateng,
2016). Pada tahun 2015 penyebab kematian ibu di karenakan perdarahan sekitar
(21,14%), hipertensi sebesar(26,34%), infeksi (2,76%), gangguan sistem peredaran
darah (9,27%), lain-lain (40,49%). Sedangkan pada tahun 2016 penyebab kematian ibu
dikarenakan perdarahan sekitar 21,26%, hipertensi 27,08%, infeksi 4,82%, gangguan
sistem peredaran darah 13,29%, gangguan metabolisme 0,33 dan lain-lain 33,22%.
Sementara berdasarkan umur, kejadian kematian maternal terbanyak adalah pada usia
20-34 tahun sebesar 67,11%, kemudian umur ≥ 35 tahun sebesar 29,07% dan pada umur
≤20 tahun sebesar 3,82% (Dinkes Jateng, 2016). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Sragen pada tahun 2015 di dapatkan sekitar 15 kasus kematian ibu (Dinkes Kab.Sragen,

1
2015) dan pada tahun 2016 di dapatkan 17 kasus kematian ibu (Dinkes Kab.Sragen,
2016).
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2013 menunjukan jumlah kematian ibu
sebanyak 17 orang, tentu jika dibandingkan dengan AKI pada tahun 2012 terjadi
peningkatan sebanyak 20%. Kematian ibu di Provinsi Kalimantan Selatan pada
tahun 2013 di sebabkan oleh perdarahan sebanyak 35,2 %, preeklampsi sebanyak
47,2 %, infeksi sebanyak 0% dan lain-lain sebanyak 17,6 %. Angka kejadian ibu
bersalin dengan kasus preeklampsi pada tahun 2012 di RSUD Dr. H Moch
Ansari Saleh Banjarmasin sebanyak 103 orang, kemudian pada 2013 terdapat
penurunan sebanyak 98 orang, dan pada tahun 2014 terjadi peningkatan yaitu sebanyak
204 orang.
Preeklamsia merupakan penyebab kematian maternal dan parinatal paling penting
(Mochtar, 2013). Pada tahun 2014 di dapatkan bahwa angka kematian ibu pada saat
kehamilan, persalinan dan nifas sekitar 359/100.000 kelahiran yang hidup.
Dibandingkan pada tahun 2012 presentase hasil sekitar 228/100.000 yang semakin
tahun terus mengalami peningkatan. Didapatkan dari profil kesehatan tahun 2015
sekitar 3 30% kematian ibu di indonesia pada tahun 2010 disebabkan oleh hipertensi
dalam kehamilan (HDK) dan infeksi. Penyakit hipertensi dalam kehamilan disebabkan
oleh kelainan vaskuler yang menyerang sebelum kehamilan atau akan muncul dalam
kehamilan atau akan muncul pada saat nifas (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan uraian diatas yang menunjukan bahwa masih tingginya angka ibu
bersalin dengan PEB terutama di kota Banjarmasin, maka penulis tertarik untuk
melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin agar dapat membantu ibu memperlancar
proses persalinannya sehingga mengurangi resiko kematian pada ibu bersalin.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat di rumuskan masalah pada laporan
ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dengan PEB di RSUD Dr.
H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin?”

2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
PEB menggunakan pendekatan manajemen kebidanan yang di dokumentasikan
secara SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada ibu bersalin dengan PEB di
RSUD Dr. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
b. Mampu melakukan pengkajian data Objektif pada ibu bersalin dengan PEB di
RSUD Dr. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
c. Mampu melakukan analisis data subjektif dan objektif pada ibu bersalin dengan
PEB di RSUD Dr. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
d. Mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan PEB di RSUD
Dr. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
e. Mampu melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan PEB di RSUD Dr. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
f. Mampu menganalisis hubungan antara teori dan kasus dengan asfiksia di RSUD
Dr. Moch Ansari Saleh Banjarmasin

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Dapat mengaplikasikan serta menerapkan ilmu dan wawasan di lapangan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan PEB.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai tambahan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan PEB.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Laporan ini juga diharapkan bermanfaat untuk dijadikan wawasan bagi
mahasiswa dan menambah referensi di perpustakaan.
4. Bagi Klien dan Keluarga
Dapat mengetahui dan mengerti asuhan kebidanan yang diberikan selama masa
pemulihan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri. (Manuaba,
2012). Preeklamsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai peningkatan
tekanan darah dan proteinuria. (Cuningham, 2013). Preeklamsia adalah penyulit
kehamilan yang akut yang timbul 20 minggu kehamilan disertai proteinuria.
(Saifuddin, 2009). Preeklamsia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah
sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolic 110 mmHg disertai proteinuria yang
diukur secara kualitatif sebesar +2 persisten atau lebih ( gr/liter ) (Cuningham,
2013).

B. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori
telah dikemukakan tentang terjadinya preeklamsia, tetapi tidak ada satupun teori
tersebut yang dianggap mutlak benar. Menurut Prawirohardjo (2009)
1. Faktor risiko
Faktor risiko terjadinya preeklamsia menurut (Prawirohardjo, 2009):
a) Primigravida, primiparitas
b) Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan ganda, diabetes
mellitus, hidropsfetalis, bayi besar
c) Riwayat keluarga pernah preeklamsia/eklamsia
d) Penyakit-penyakit ginjal atau hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
e) Obesitas
2. Faktor Predisposisi
Faktor risiko terjadinya preeklamsia menurut (Edwin, 2013)
a) Usia : primigravida dengan usia di bawah 20 tahun dan semua ibu dengan
usia di atas 35 tahun dianggap lebih rentan.
b) Paritas : primigravida memiliki insiden hipertensi hampir dua kali lipat.
c) Komplikasi obstetrik : kehamilan kembar, kehamilan mola atau hydrops
fetalis.
4
d) Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya : hipertensi kronis, penyakit
ginjal, diabetes mellitus, sindrom antifosfolipid antibodi.

C. Patofisiologi
Pada ibu bersalin dengan preeklamsia berat terjadi beberapa gejala klinik seperti
tekanan darah tinggi, oedema pada ekstremitas dan muka, serta protein urine positif.
Pada kasus preeklamsia berat terjadi spasme hebat arteriola glomerulus pada biopsi
ginjal. Lumen arteriola menjadi sempit sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel
darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka
tekanan darah akan naik. (Sofian, 2012)
Protein urine disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi kerusakan pada
glomerulus yang akan meningkatkan permeabilitas membran basalis dan
menyebabkan terjadinya kebocoran pada filtrasi glomerulus. (Sofian, 2012)
Pada kasus persalinan dengan preeklamsia, dapat menyebabkan iskhemia
plasenta yaitu terjadi vasospasmus yang menyeluruh termasuk spasmus dari arteriol
spiralis deciduae dengan akibat menurunya aliran darah ke plasenta. Dengan
demikian terjadi gangguan nutrisi maupun oksigenasi bagi janin. (Sofian, 2012)

D. Tanda dan Gejala


Menurut Cuningham (2013) beberapa tanda dan gejala preeklamsia berat yaitu:
1. Gejala-gejala disfungsi sistem saraf pusat (sakit kepala berat, penglihatan
kabur)
2. Gejala-gejala peregangan kapsul hati (nyeri kuadran kanan atas dan/atau
epigastrik)
3. Peningkatan tekanan darah yang berat (didefinisikan sebagai TD 160/110)
4. Edema paru
5. Cedera serebrovaskula
6. Proteinuria secara kualitatif +2 persisten atau lebih ( gr/liter )
7. Oliguria (<500ml/24 jam) atau (<30ml/1 jam)
8. Cedera hepatoselular (kadar serum transaminase 2x normal)
9. Trombositopenia (<100.000 trombosit/)

5
E. Klasifikasi
Dari gejala-gejala klinik preeklamsia dapat diklasifikasikan menjadi
preeklamsia ringan dan preeklamsia berat (Cunningham, 2013)
Tabel 2.1. Deferensial Diagnosis Preeklamsia Ringan dan Berat (Cunningham,
2013)

No Temuan Preeklamsia Ringan Preeklamsia Berat


meningkat sebesar 30
1. tekanan darah sistolik mmHg atau nilai 160 mmHg atau lebih
absolut 140
Meningkat sebesar 15-20 Meningkat >20
tekanan darah
2. mmHg atau nilai absolut mmHg atau nilai
diastolic
>90 tetapi <100 absolut ³110
Samar (trace) sampai +1 +2 persisten atau
3. Proteinuria
(gr/liter) lebih ( gr/liter )
4. Nyeri kepala tidak ada Ada
5. Gangguan visus tidak ada Ada
6. Nyeri abdomen atas tidak ada Ada
Oliguria (urine <500
7. tidak ada Ada
cc/ 24jam)
8. Kejang tidak ada ada (eklamsia)
9. Kreatinin serum Normal Menigkat
10. Trombositopenia tidak ada Ada
Peningkatan enzim
12. Minimal Nyata
hati
Pertumbuhan janin
13. tidak ada Jelas
terhambat
14. Edema paru Tidak ada Ada

F. Komplikasi
Komplikasi yang disebabkan karena preeklamsia berat menurut
Manuaba (2014) yaitu solusio plasenta, payah pada ginjal, jantung, paru-paru yang
disebabkan edema, lever karena nekrosis, perdarahan otak, HELLP Sindrom
(hemolisis, enzim hati meningkat, trombosit rendah).

6
G. Prognosis
Prognosis preeklamsia berat selalu dapat menghilang setelah bayi lahir (dengan
perkecualian cedera serebrovaskular). Diuresis (>4 L/hari) merupakan indikator
klinis paling akurat dari menyembuhnya kondisi ini. (Norwitz, 2013).
Menegakkan kemungkinan preeklamsia secara dini dengan jalan meningkatkan
antenatal care serta menghindari terjadinya eklamsia melalui pengobatan
preeklamsia dengan intensif merupakan upaya preventif dari kasus preeklamsia
berat. (Manuaba, 2014)

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan preeklamsia berat ditujukan untuk melahirkan bayi dengan
trauma sekecil-kecilnya pada ibu dan bayi, lahirnya bayi yang kemudian dapat
berkembang, memulihkan secara sempurna kesehatan ibu (Cunningham, 2013).
Penatalaksanaan preeklamsia berat ditujukan untuk melahirkan bayi dengan
trauma sekecil – kecilnya pada ibu dan bayi, lahirnya bayi yang kemudian dapat
berkembang, dan memulihkan secara sempurna kesehatan ibu. (Cuningham, 2013)
1. Penatalaksanaan preeklamsia berat menurut ( Edwin, 2013) yaitu :
a) Rawat di ruang yang tenang tidak terlalu terang di kamar isolasi (tidak
dicampur dengan pasien lainnya).
b) Tirah baring miring ke satu sisi (kiri)
c) Pasang dower catheter bertujuan untuk menghitung balance cairan
(keseimbangan cairan masuk dan cairan keluar).
2. Pengelolaan Medisional menurut ( Edwin, 2013) yaitu :
Berikan obat anti hipertensi, obat – obatan anti hipertensi menjaga agar
perdarahan intrakranial pada ibu tidak terjadi, obat yang paling umum
digunakan antara lain :
a) Nifedipine
Dosis 10-20 mg setiap 6 sampai 8 jam, terutama efektif untuk periode pasca
persalinan.
b) Labetalol atau Atenolol
Dosis 10-20 mg intravena yang dapat diulang setiap 10 menit hingga dosis
maksimal 300 mg. Alternatif lain, infuse labelatol tanpa berhenti pada
kecepatan 1-2 mg/jam dapat digunakan. ( Edwin, 2013)

7
c) Diberikan obat anti kejang MgSO4
a) Magnesium sulfat (MgSO4) intravena harus diberikan selama persalinan
dan selama evaluasi awal pasien penderita preeklamsia berat.
b) MgSO4 digunakan untuk menghentikan dan atau mencegah konvulsi
tanpa menyebabkan depresi pernafasan untuk ibu maupun janin.
c) Dosis awal : 4 gm MgSO4 diencerkan dalam 10 ml larutan cairan IV
(Ringer Laktat) selama 10 menit dengan tetesan IV lambat.
d) Dosis jaga : 1-2 gm/jam dengan tetesan IV lambat yang dimulai segera
setelah dosis awal dan dilanjutkan selama 24 jam setelah persalinan atau
setelah konvulsi terakhir. MgSO4 harus diberikan dengan metode infuse
terkendali dan memastikan sebelum pemberian setiap dosis, pasien
memiliki output urin tidak kurang dari 30ml/jam, reflek patella positif,
kecepatan pernafasan di atas 12/menit.

8
BAB III
TINJAUAN KASUS

Hari/Tanggal : Kamis, 07 November 2019


Tempat Pengkajian : VK Bersalin RSUD Dr. Moch. Ansari Shaleh
Jam Pengkajian : 08.30 WITA

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Istri Suami
Nama Ny. W Tn. A
Umur 24 tahun 28 tahun
Agama Islam Islam
Suku/bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Swasta
Alamat Jl. Gerilya Kampung Jl. Gerilya Kampung

2. Keluhan Utama
Ibu datang mengeluhkan nyeri perut yang menjalar ke pinggang dengan rasa yang
semakin lama semakin kuat dan teratur serta ada keluar lendir bercampur darah dari jalan
lahir sejak malam jam 05.00, ibu mengeluh sakit dibagian ulu hati dan kepala tersa sakit.
Keluhan ini menyebabkan ibu tidak tidak bias melakukan aktivitas seperti biasanya.

3. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali pada umur 22 tahun dengan suami sekarang sudah ±2 tahun.

4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 12 tahun
b. Siklus Haid : 28 hari
c. Lama Haid : 6-7 hari
d. Banyak : 2-3 kali ganti pembalut
e. Disminorea : Tidak ada

9
f. HPHT : 12-02-2018
g. TP : 19-11-2019
h. Usia Kehamilan : 38 minggu 2 hari

5. Riwayat Obstetri
G2P0A1
No Thn Kehamilan Persalinan Anak Penyul Ket
UK Peny UK Cara Tempat/ Penyu BB PB Seks Kead it
ulit Penolong lit aan Nifas
Lahir
1. 2018 12 Abor 12 Kure Rumah - - - - - - -
mgg tus mgg t sakit/
Dokter
38 - - - - - - - - - -
2 2019 mgg PEB
2
hari

6. Riwayat KB
No Jenis KB Tempat Lama Mulai Keluhan
Pelayanan Pemakaian Pemakaian
1 Pil PMB 1 bulan 2018 Tdk ada
kombinasi

7. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Ibu
Ibu mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami hipertensi dan mulai hipertensi
pada saat usia kehamilan 27 minggu, dan tidak ada penyakit menurun seperti asma,
jantung dan penyakit menular lainnya seperti HIV/AIDS ataupun TBC
b. Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dari pihak keluarga tidak pernah menderita penyakit menurun seperti
asma, hipertensi, jantung dan penyakit menular lainnya seperti HIV/AIDS ataupun
TBC.

10
8. Keadaan Kehamilan Sekarang
a. Selama hamil ibu periksa di : PMB/Puskesmas
b. Mulai periksa usia kehamilan : 8 minggu
c. Frekuensi periksa kehamilan
1. Trimester I : 2 kali
Keluhan : Tidak ada
2. Trimester II : 2 kali
Keluhan : Ibu mengatakan sering pusing.
3. Trimester III : 3 kali
Keluhan : Ibu mengatakan sering pusing dan sering buang
air kecil.
4. TT 1 : Caten TT 2 : 1 bulan setelah TT 1

9. Pola Kebutuhan Sehari-hari


a. Nutrisi
Terakhir makan : Jam 08.00 WITA
Banyaknya : 1 porsi
b. Eliminasi
BAB BAK
Terakhir BAB : 07.00 Terakhir BAK : 10.00
Konsistensi : Lembek Warna : Kuning
Warna : Kuning kecoklatan Bau : Pesing
c. Personal Hygiene
Terakhir mandi dan gosok gigi pagi jam 06.30 WITA
d. Aktivitas
Ibu mengatakan semenjak perutnya terasa mules-mules dan ada keluar lendir
bercampur darah sejak jam 05.00 WITA ibu tetap masih bisa melakukan aktivitas
seperti biasa dan masih bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain.
e. Tidur dan Istirahat
Ibu mengatakan selama perutnya terasa mules ibu tidak bisa tidur karna selalu
berusaha mengalihkan rasa sakitnya.
f. Pola Seksual
Tidak ditanyakan
11
10. Data Psikososial dan Spiritual Keluarga
a. Ibadah yang dilakukan ibu saat ini : Berdoa dan berdzikir
b. Perasaan ibu terhadap persalinan yang akan dilaluinya : Senang dan cemas

c. Pengetahuan ibu tentang proses persalinan : Dari bidan dan keluarga


d. Siapa yang diharapkan ibu untuk menjadi : Suami
pendamping persalinan
e. Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Berat Badan
Sebelum hamil : 48 kg
Sekarang : 56 kg
d. Tinggi Badan : 150 cm
e. LILA : 26 cm
f. Tanda-tanda Vital : TD : 160/101 mmHg T :36,6 ⁰C
N : 102 x/menit R : 22 x/menit
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Kepala : Kulit kepala tampak bersih, rambut tidak rontok, tidak berketombe.
Muka : Muka tampak simetris, tidak tampak pucat.
Mata : Mata tampak simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning
Telinga : Tampak simetris, tidak ada pengeluaran serumen
Hidung : Tampak simetris, tidak ada pergerakan cuping hidung, tidak ada
secret.
Mulut : Bibir tidak tampak pucat, tidak ada caries gigi.
Leher : Tidak tampak pembesaran vena jugularis dan pembengkakan
kelenjar tiroid.
Dada : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada saat

12
inspirasi dan ekspirasi
Payudara : Tampak simetris, tampak hyperpigmentasi pada areola, putting
susu menonjol.
Abdomen : Tampak linea nigra, tampak striae gravidarum, tidak tampak luka
bekas operasi dan pembesaran perut sesuai usia kehamilan..
Genetalia : Tidak tampak varises, dan ada pengeluaran lendir darah.
Tungkai : Tidak nampak adanya oedem dan varises.
b. Palpasi
Muka : Tidak teraba nyeri tekan.
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid dan vena Jugularis.
Payudara : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan, puting susu menonjol,
ada pengeluaran kolestrum.
Abdomen
Leopold I : Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah prx. Teraba bagian teratas
bundar, tidak melenting (bokong)
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba keras memanjang seperti
papan (Pu-Ka), dan bagian kiri perut ibu teraba bagian terkecil
janin (ektremitas).
Leopold III : Begian terbawah janin teraba bulat, keras dan melenting
(Pres-Kep).
Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP (divergen)
TFU : 30 cm
TBJ : (30-11) X 155 = 2.945 gr
His : Frekuensi 3 kali dalam 10 menit durasi 40 detik
c. Auskultasi
DJJ (+), terdengar jelas dan teratur, Pu-Ka, frekuensi 156 x/menit
d. Perkusi
- Reflek Patella : kanan / kiri (+) / (+)
- Cek ginjal : kanan / kiri (-) / (-)
e. Pemeriksaan panggul luar : Tidak dilakukan
f. Pemeriksaan dalam :
- Keadaan vagina : Vulva dan vagina tidak ada massa
- Arah Serviks : Anterior
- Penipisan Serviks : Tebal
13
- Pembukaan serviks : 5 cm
- Selaput ketuban : (+)
- Titik penunjuk : Ubun-Ubun Kecil
- Penurunan presentasi : Hodge II
3. Pemeriksaan Penunjang : Protein urine (++)

C. ANALISA DATA
Diagnosa : G2P0A1 Usia Kehamilan 38 Minggu 2 hari Inpartu Kala I Fase Aktif
dengan PEB
Masalah : Sakit kepala dan nyeri ulu hati
Kebutuhan : KIE tengtang kala I dan Asuhan Sayang Ibu

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan ibu dan janin baik,
hasil pemeriksaan TTV dalam keadaan normal yaitu TD:160/100 mmHg, N: 102
x/mnt, R: 22 x/mnt, T: 36,6 0C, Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah prx, Pu-Ka, Pres-
Kep, bagian terbawah janin masuk PAP. TFU 30 cm, taksiran berat janin 2.945 gr, his
3x10’40”, DJJ frekuensi 156 x/m dengan irama teratur dan lebih jelas terdengar di
bagian bawah kanan perut ibu. Pemeriksaan fisik normal, Pemeriksaan dalam porsio
anterior, serviks teraba tebal, pembukaan 5 cm, selaput ketuban utuh (+), kepala di
hoodge II, tidak ada molase.
“ ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan”
2. Memberikan asuhan sayang ibu yaitu dengan:
a. Menganjurkan kepada ibu untuk mengantur pernapasan dan tetap rileks.
“ibu bersedia melakukan anjuran bidan”
b. Menganjurkan ibu untuk miring kiri agar kepala cepat turun.
“ibu bersedia melakukan anjuran bidan”
c. Menganjurkan ibu makan dan minum disaat tidak ada kontraksi atau saat kontraksi
berkurang agar ibu punya tenaga untuk mengedan pada saat proses persalinan.
“ibu bersedia melakukan anjuran bidan”
d. Memberikan dukungan psikologis pada ibu dan menghadirkan pendamping
persalinan yaitu suami atau keluarga.
“dukungan sudah diberikan”

14
e. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK karna dapat mengganggu kontaksi.
“ibu bersedia melakukan anjuran bidan”
3. Memberikan infus RL 500 cc dengan MgSO4 secara IV.
“ibu bersedia di berikan terapi tersebut”
4. Menyiapkan perlengkapan menolong persalinan yaitu:
a. Partus set
1) Klem tali pusat
2) Gunting episiotomi
3) Gunting tali pusat
4) Setengah kocher
5) Benang dan jarum
b. Obat-obatan
1) Oksitosin.
2) Lidocain
c. Perlengkapan bayi dan ibu
1) Baju bayi dan celana bayi
2) Lampin
3) Topi, sarung tangan dan kaki
4) Sarung ibu dan pakaian ibu
5) Gurita ibu
6) Pembalut ibu
‘’Peralatan partus set dan obat-obatan serta perlengkapan bayi dan ibu sudah
disiapkan’’
4. Melakukan observasi pada pasien dengan menggunakan partograf.
a. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan
1. Pembukaan serta penurunan kepala yang dilakukan dengan pemeriksaan dalam
(tiap 4 jam)
2. Kontraksi tiap 30 menit
b. Melakukan pemantauan kesejahteraan janin dengan memeriksa:
1. DJJ diperiksa tiap 30 menit menggunakan Doppler atau linex.
2. Air ketuban di periksa dengan dilakukannya pemeriksaan dalam.
c. Melakukan pemantauan kesejahteraan ibu
1. Tanda-tanda vital yang meliputi tekanan darah ibu, suhu tubuh ibu, kandung
kemih ibu, nadi ibu, dan cairan yang diperlukan oleh ibu.
15
2. Eliminasi yang meliputi BAB dan BAK. Jika ibu masih bisa berjalan ke kamar
kecil maka ibu di anjurkan untuk tidak menahan BAK ataupun BAB atau ibu bisa
di bantu dengan pemasangan kateterisasi karna jika kandung kemih penuh akan
memperlambat proses penurunan kepala.
3. Nutrisi. Menganjurkan ibu agar tetap memenuhi kebutuhan nutrisi pada saat
menjelang waktu persalinan karena pada proses persalinan akan memerlukan
tenaga cukup banyak.
4. Pencatatan hasil observasi ibu dan janin.
09:00 : His : 3x10’40”, DJJ :150 x/menit, TTV : TD: 150/110, N :103 x/menit,
R :20 x/menit, T : 36,4oC.
09:30 : His : 4x10’35”, DJJ : 147 x/menit, TTV : TD: 160/110, N :100 x/menit,
R :20 x/menit, T : 36,4oC.
10:00 : His : 4x10’40”, DJJ : 145 x/menit, TTV : TD: 150/100, N :100 x/menit,
R :20 x/menit, T : 36,4oC.
10:30 : His : 4x10’45”, DJJ : 148 x/menit, TTV : TD: 150/100, N :102 x/menit,
R :20 x/menit, T : 36,4oC.
11:00 : His : 4x10’45”, DJJ :149 x/menit, TTV : TD: 160/1200, N :100 x/menit,
R :20 x/menit, T : 36,4oC.
“Obsevasi sudah dilakukan”
5. Melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP.
“ Pendokumentasian sudah dilakukan”

16
CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari/Tanggal/Jam Catatan Perkembangan


1 Kamis, 7 S:
November 2019 Ibu mengatakan perutnya terasa sangat mules dan pinggangnya terasa sakit serta
11.30 WITA ada keinginan untuk BAB dan mengedan.
O:
1. Pemeriksaan umum
a. Kesadaran umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda vital
TD : 160/110 mmHg, Nadi : 104 x/menit, Pernapasan 23 x/menit, Suhu
36,6⁰C
d. His : 5x dalam 10 menit, durasi 45 detik
e. DJJ : Terdengar jelas, irama teratur, frekuensi 148 x/menit.
f. Genetalia : Vulva dan anus membuka, perineum menonjol, tampak keluar air-
air jernih dan juga lendir darah.
g. Pemeriksaan dalam : porsio tidak teraba, ketuban sudah pecah dan berwarna
jernih, pembukaan lengkap, kepala di hodge 4.
A : G2P0A1 usia kehamilan 38 minggu 2 hari inpartu kala II (Pengeluaran Janin)
P:
1. Menyiapkan alat
“Semua alat sudah lengkap dan tersedia dengan baik”
2. Memberikan dukungan psikologis dan support kepada ibu agar tidak merasa
khawatir dan mengajarkan ibu teknik meneran yang benar, yaitu:
a. Merarik nafas panjang.
b. Tidak terlalu lama menahan nafas saat meneran.
c. Berhenti meneran dan beristirahat disela-sela kontraksi.
d. Paha di tarik lebar kearah luar pada saat meneran dan dagu ditempelkan ke
dada mata melihat ke arah perut.
e. Tidak mengangkat bokong saat meneran.
“ Ibu nampaknya sudah tenang dan dapat mempraktekkannya dengan baik”

17
3. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
“Ibu meneran dengan baik”
4. Memberikan ibu makan dan minum disela-sela kontraksi untuk membantu
menambah tenaga ibu.
“ Ibu tidak mau makan tapi hanya ingin minum air putih saja”
5. Melakukan pertolongan kelahiran bayi:
a. Penolong berdiri di sebelah kanan dan ibu dipimpin mengedan.
b. Saat kepala janin terlihat 5-6 cm di depan vulva, maka tangan kanan
penolong menahan perineum dan tangan kiri menahan kepala bayi agar
tidak terjadi defleksi maksimal pada kepala bayi.
c. Kemudian lahirlah ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut, dagu dan seluruh
muka.
d. Memeriksa leher bayi apakah ada lilitan tali pusat, kemudian tunggu kepala
bayi melakukan putar paksi luar.
“ Tidak terdapat lilitan tali pusat “
e. Setelah kepala janin melakukan putaran paksi luar, kedua telapak tangan
penolong diletakkan secara biparietal pada kepala janin, tarik secara hati-
hati kearah bawah untuk melahirkan bahu depan, kemudian tarik kearah
atas secara hati-hati kearah atas untuk melahirkan bahu belakang.
f. Kemudian tangan penolong menyangga leher bayi dan tangan kiri penolong
menyusuri seluruh badan bayi sampai kedua mata kaki lahir.
“Bayi lahir spontan belakang kepala, segera menangis, pada pukul 11.45
WITA, BB : 3.100 gram, PB : 47 cm, jenis kelamin perempuan”
6. Melakukan pemotongan tali pusat dengan meletakkan klem pertama 3 cm dari
pangkal perut bayi lalu dorong isi tali pusat kearah iu dan letakkan klem kedua
2 cm dari klem pertama, kemudian letakkan telapak tangan penolong diatas
perut bayi, potong tali pusat diantara dua klem sambil melindungi perut bayi
dari gunting, setelah itu ikat tali pusat dan bungus dengan kasa steril.
7. Meletakkan bayi diatas perut ibu, mengeringkan dan menghangatkan tubuh
bayi.
8. Meletakkan bayi diantara kedua payudara ibu untuk melakukan inisisai
menyusui dini.

18
“Ibu Nampak sanat bahagia atas kelahiran bayinya”
Kamis, 7 November S :
2019 Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules.
11. 45 WITA O:
1. Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Abdomen
a. TFU : Sepusat
b. Kontraksi : Teraba keras, kontraksi keras
c. Kandung kemih : Kosong
3. Genetalia : Nampak pengeluaran darah dalam jumlah yang normal dan tali pusat
Nampak di muara vagina.
A : P1A1 kala III (pengeluaran plasenta)
P:
1. Melakukan manajemen aktif kala III
a. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal.
b. Memberitahukan ibu akan disuntikkan oksitosin.
c. Menyuntikkan oksitosin 10 Iu secara IM pada bagian luar paha kanan 1/3
atas.
d. Memastikan tanda pelepasan plasenta seperti uterus membundar, tali pusat
memanjang da nada semburan darah secara tiba-tiba namun singkat.
“Semua sudah terlaksana dengan baik”
2. Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT)
a. Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm di depan vulva.
b. Meletakkan tangan kiri diatas simfisis pusat secara dorso kranial untuk
menahan bagian bawah uterus, sementara tangan kanan memegang tali
pusat menggunakan klem dengan jarak 5-10 cm dari vulva.
c. Saat uterus berkontraksi, pegang tali pusat dengan tangan kanan sementara
tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorso kranial.
d. Setelah plasenta tampak didepan vulva, teruskan melahirkan plasenta
dengan hati-hati, kemudian pegang plasenta dengan kedua tangan dan
lakukan putaran searah jarum jam untuk membantu pengeluaran plasenta

19
dan mencegah robeknya selaput plasenta, sehingga plasenta lahir lengkap
dengan selaputnya pada pukul 11.55 WITA
3. Melakukan massase uterus selama 15 detik untuk merangsang kontraksi uterus.
“Uterus berkontraksi dengan baik”
Kamis, 7 November S :
2019 Ibu mengatakan merasa lelah dan perutnya masih terasa mules.
12.00 WITA O:
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Tanda vital
TD : 150/100 mmHg, Nadi : 103 x/menit, Respirasi : 22 x/menit, Suhu :
36,7⁰C
A : P1A1 kala IV (observasi)
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa kondisi
ibu dan bayi sehat.
“Ibu Nampak sangat bahagia dan bersyukur karena telah melewati proses
persalinannya dengan selamat”
2. Memberikan ibu terapi obat minum Nefedipine 1 tablet pasca bersalin karna
tekanan darah ibu tidak segera turun segera setelah bersalin.
“Ibu bersedia meminum obat sesuai anjuran bidan”
3. Melakukan pemantauan tiap 15 menit selama 1 jam pertama post partum dan
setiap 30 menit selama 1 jam kedua pos partum untuk melakukan observasi
tehadap
a. Tekanan darah
b. Nadi
c. Suhu
d. Pernapasan
e. Tinggi fundus uteri
f. Kandung kemih
g. Perdarahan
“Observasi dilakukan sesuai dengan waktu pemantauan”
3. Konseling pada saat post partum:

20
a. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan dirinya terutama daerah
kemaluannya.
b. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang mengan-dung protein
tinggi.
c. Menganjurkan ibu untuk banyak minum air putih.

21
Pemantauan tanda- tanda vital ibu post partum tiap 15 menit selama 1 jam pertama post
partum dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pos partum.
Jam Wakt Tekanan Nadi Temp TFU Kontraks Kandung Perdarahan
u darah i Uterus Kemih
12.15 150/100 91 36,7⁰C 2 jari di Baik Kosong ±40 cc
mmHg x/mn bawah pst
1. t
12.30 150/100 90 2 jari di Baik Kosong ±40 cc
mmHg x/mn bawah pst
t
12.45 140/90 88 2 jari di Baik Kosong ±30 cc
mmHg x/mn bawah pst
t
13.00 140/100 90 2 jari di Baik Kosong ±50 cc
mmHg x/mn bawah pst
t
2. 13.30 150/110 88 36,6 ⁰C 2 jari di Baik Kosong ±70 cc
mmHg x/mn bawah pst
t
14.00 140/100 89 2 jari di Baik Kosong ±100 cc
mmHg x/mn bawah pst
t

22
BAB IV
PEMBAHSAN

Preeklamsia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik 160


mmHg dan tekanan darah diastolic 110 mmHg disertai proteinuria yang diukur
secara kualitatif sebesar +2 persisten atau lebih ( gr/liter ). (Cuningham, 2013). Pada
ibu bersalin dengan preeklamsia berat terjadi beberapa gejala klinik seperti tekanan
darah tinggi, oedema pada ekstremitas dan muka, serta protein urine positif. Pada
kasus preeklamsia berat terjadi spasme hebat arteriola glomerulus pada biopsi
ginjal. Lumen arteriola menjadi sempit sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel
darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka
tekanan darah akan naik. (Sofian, 2012). Protein urine disebabkan oleh spasme
arteriola sehingga terjadi kerusakan pada glomerulus yang akan meningkatkan
permeabilitas membran basalis dan menyebabkan terjadinya kebocoran pada filtrasi
glomerulus. (Sofian, 2012).
Pada tanggal 7 November 2019 Ny. W datang ke RSUD Dr. Moch. Ansari
Shaleh. Ny.I mengatakan nyeri perut yang menjalar ke pinggang dengan rasa yang
semakin lama semakin kuat dan teratur serta ada keluar lendir bercampur darah
dari jalan lahir sejak subuh jam 05.00, ibu mengeluh sakit dibagian ulu hati dan
kepala terasa sakit. Keluhan ini menyebabkan ibu tidak tidak bias melakukan
aktivitas seperti biasanya, dan setelah dilakukan pemeriksaan kepada ibu bahwa
keadaan ibu dan janin baik, hasil pemeriksaan TTV dalam keadaan normal yaitu
TD:150/100 mmHg, N: 102 x/mnt, R: 22 x/mnt, T: 36,6 0C, Tinggi fundus uteri 2
jari dibawah prx, Pu-Ka, Pres-Kep, bagian terbawah janin masuk PAP. TFU 30 cm,
taksiran berat janin 2.945 gr, his 3x10’40”, DJJ frekuensi 156 x/m dengan irama
teratur dan lebih jelas terdengar di bagian bawah kanan perut ibu. Pemeriksaan fisik
normal, Pemeriksaan dalam porsio anterior, serviks teraba tebal, pembukaan 5 cm,
selaput ketuban utuh (+), kepala di hoodge II, tidak ada molase, dan saat dilakukan
pemeriksaan laboratorium hasilnya protein urine ++.
Penatalaksanaan preeklamsia berat Pengelolaan Medisional menurut ( Edwin,
2013) yaitu :
1. Berikan obat anti hipertensi, obat – obatan anti hipertensi menjaga agar
perdarahan intrakranial pada ibu tidak terjadi, obat yang paling umum
digunakan antara lain :
23
a) Nifedipine
Dosis 10-20 mg setiap 6 sampai 8 jam, terutama efektif untuk periode pasca
persalinan.
b) Labetalol atau Atenolol
Dosis 10-20 mg intravena yang dapat diulang setiap 10 menit hingga dosis
maksimal 300 mg.
Alternatif lain, infuse labelatol tanpa berhenti pada kecepatan 1-2
mg/jam dapat digunakan. ( Edwin, 2013):
2. Diberikan obat anti kejang MgSO4
a) Magnesium sulfat (MgSO4) intravena harus diberikan selama persalinan
dan selama evaluasi awal pasien penderita preeklamsia berat.
b) MgSO4 digunakan untuk menghentikan dan atau mencegah konvulsi tanpa
menyebabkan depresi pernafasan untuk ibu maupun janin.
c) Dosis awal : 4 gm MgSO4 diencerkan dalam 10 ml larutan cairan IV (Ringer
Laktat) selama 10 menit dengan tetesan IV lambat.
d) Dosis jaga : 1-2 gm/jam dengan tetesan IV lambat yang dimulai segera
setelah dosis awal dan dilanjutkan selama 24 jam setelah persalinan atau
setelah konvulsi terakhir. MgSO4 harus diberikan dengan metode infuse
terkendali dan memastikan sebelum pemberian setiap dosis, pasien
memiliki output urin tidak kurang dari 30ml/jam, reflek patella positif,
kecepatan pernafasan di atas 12/menit.
Pada penatalaksanaan kala II di bemberikan infus RL 500 cc dengan MgSO4
secara IV. Dan pada kala IV diberikan terapi obat minum Nefidipine karrna tekanan
darah ibu tidak segera turun setelah bersalin
Berdasarkan hal diatas, antara teori dan praktek dilapangan sedah sesuai dan
tidak ditemukan kesenjangan.

24
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Data Subjektif : Pengkajian pada Ny. W pada tanggal 7 November 2019 Ny.
W datang ke RSUD Dr. Moch. Ansari Shaleh. Ny.W mengatakan nyeri perut
yang menjalar ke pinggang dengan rasa yang semakin lama semakin kuat dan
teratur serta ada keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir sejak malam
jam 05.00, ibu mengeluh sakit dibagian ulu hati dan kepala terasa sakit.
2. Data Objektif : Didapatkan hasil pemeriksaan TTV dalam keadaan normal
yaitu TD:160/100 mmHg, N: 102 x/mnt, R: 22 x/mnt, T: 36,6 0C, Tinggi
fundus uteri 2 jari dibawah prx, Pu-Ka, Pres-Kep, bagian terbawah janin
masuk PAP. TFU 30 cm, taksiran berat janin 2.945 gr, his 3x10’40”, DJJ
frekuensi 156 x/m dengan irama teratur dan lebih jelas terdengar di bagian
bawah kanan perut ibu. Pemeriksaan fisik normal, Pemeriksaan dalam porsio
anterior, serviks teraba tebal, pembukaan 5 cm, selaput ketuban utuh (+),
kepala di hoodge II, tidak ada molase, dan saat dilakukan pemeriksaan
laboratorium hasilnya protein urine ++.
3. Analisa Data : Dari hasil analisa data didapatkan diagnose G2P0A1 Usia
Kehamilan 38 Minggu 2 hari Inpartu Kala I Fase Aktif dengan PEB masalah
sakit kepala dan nyeri ulu hati kebutuhan KIE kala I dan Asuhan Sayang Ibu.
4. Penatalaksanaan : Memberi tahu hasil pemeriksaan, memberikan asuhan
sayang ibu, memberikan infus RL 500 cc dengan MgSO4 secara IV,
menyiapkan perlengkapan menolong persalinan, melakukan observasi pada
pasien dengan menggunakan partograf.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Dapat mengaplikasikan serta menerapkan ilmu dan wawasan di
lapangan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
PEB.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai tambahan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya bidan
dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan PEB.
25
3. Bagi Institusi Pendidikan
Laporan ini juga diharapkan bermanfaat untuk dijadikan wawasan bagi
mahasiswa dan menambah referensi di perpustakaan.
4. Bagi Klien dan Keluarga
Dapat mengetahui dan mengerti asuhan kebidanan yang diberikan
selama masa pemulihan.

26

Anda mungkin juga menyukai