Anda di halaman 1dari 50

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil. Sebagian

besar kehamilan ini berlangsung aman. Namun, sekitar 15% menderita

komplikasi, dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa

ibu (Saifuddin, 2010).


Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012

menunjukan bahwa secara nasional rata-rata Angka Kematian Ibu (AKI) di

Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah AKI yang

dilaporkan di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2012 sebesar 63 kasus

yang lebih kecil dibandingkan dengan AKI 2011 sebesar 79 dan tahun 2010

sebesar 80 kematian ibu (Dinas Kesehatan Prov Kalteng, 2012).


AKI di Kota Palangka Raya pada tahun 2014 adalah 72,6/100.000 kelahiran

hidup, angka tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun 2013 yang

mencapai 53,9/100.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya,

2014).
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung. Secara

global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. (Saifuddin,

2010). Komplikasi-komplikasi sebagai akibat langsung dari kehamilan yaitu

komplikasi lain yang sudah ada sebelum kehamilan atau persalinan, misalnya

hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia, malaria, dan lain-lain

termasuk hiperemesis gravidarum (Prawirohardjo, 2006).


1
2

Hiperemesis Gravidarum adalah suatu kondisi mual dan muntah yang

berlebihan yang merupakan gejala wajar dan sering terjadi pada kehamilan

trimester pertama. Perasaan mual ini dikarenakan meningkatnya kadar estrogen

dan (Human Chorionic Gonadotropin) HCG dalam serum. Penyebab dari

hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti (Varney, 2007). Hiperemesis

gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah berlebihan, lebih

dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga menggganggu kesehatan dan

pekerjaan sehari hari (Arief. B., 2009).

Jadi kesimpulan yang dapat penulis ambil, hiperemesis gravidarum adalah

mual dan muntah yang berlebihan yang dapat mengganggu aktivitas sehari hari

yang tidak terkendali selama masa hamil yang menyebabkan dehidrasi,

ketidakseimbangan elektrolit atau defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan.

Apabila tidak cepat diantisipasi ataupun ditangani dengan baik hiperemesis

gravidarum dapat mengancam keselamatan ibu dan bayinya. Beberapa komplikasi

hiperemesis gravidarum diantaranya kehilangan berat badan hingga lebih dari 5%

dibandingkan dengan kehamilan, malnutrisi, dehidrasi, dan ketidakmampuan

melakukan aktifitas sehari-hari. Hiperemesis Gravidarum dapat diatasi dengan

berobat jalan dan konsultasi dokter ahli sehingga sedikit memerlukan pengobatan

dirumah sakit (Manuaba, 2009). Pengawasan sebelum lahir (antenatal) terbukti

mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan

mental dan fisik kehamilan, untuk menghadapi persalinan. Pengawasan hamil


3

dapat diketahui berbagai komplikasi ibu yang mempengaruhi kehamilan seperti

hiperemesis gravidarum sehingga segera dapat diatasi.


Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik RSUD dr. Doris

Sylvanus Palangka Raya jumlah penderita hiperemesis gravidarum pada tahun

2013 berjumlah 45 orang (2%) dari 2200 orang yang dirawat di Ruang Cempaka,

tahun 2014 berjumlah 104 orang (6%) dari 2285 orang sedangkan 2015 berjumlah

57 orang (2.3%) dari 2474 orang. Dari data tersebut penderita hiperemesis

gravidarum di Ruang Cempaka dari tahun ke tahun ke tahun terlihat fluktuatif.


Berdasarkan uraian diatas dan dikarenakan hiperemesis gravidarum

merupakan salah satu komplikasi sebagai akibat langsung dari kehamilan, maka

penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui lebih jauh tentang

Karakteristik ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum di Ruang Cempaka

BLUD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya .


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang peneliti temukan maka perumusan masalah

dari penelitian ini adalah Bagaimanakah Karakteristik ibu hamil dengan

Hiperemesis Gravidarum di Ruang Cempaka BLUD RSUD dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya? .

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik ibu dengan

Hiperemesis Gravidarum pada ibu hamil di Ruang Cempaka BLUD RSUD

dr. Doris Sylvanus Palangka Raya 2016.


2. Tujuan Khusus
4

Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum

berdasarkan :
a. Umur
b. Pendidikan
c. Pekerjaan
d. Gravida
e. Usia kehamilan
f. Status kehamilan ganda
g. Kadar Hb
h. Status perkawinan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana kepustakaan dan

memudahkan mahasiswa dalam menambah pengetahuan dan informasi

khususnya tentang hiperemesis gravidarum serta sebagai dokumentasi dan

data dasar atau pedoman dasar untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi tempat penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi untuk

lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat

khususnya ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum.


3. Bagi penulis
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan

pengalaman yang berkaitan dengan hiperemesis gravidarum sehingga

penulis dapat berperan dalam upaya mencegah atau mengatasi masalah yang

berkaitan dengan hiperemesis gravidarum serta sebagai syarat untuk

menyelesaikan program DIII Kebidanan.


5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kehamilan


1. Pengertian kehamilan
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri

dari ovulasi, migrasi spermatosoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot,

nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang

hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010).


Menurut Prawirohardjo, (2008), kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi

atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi dihitung dari fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester I (minggu

1 hingga ke-12) minggu, trimester II (minggu ke-13 hingga ke-27) dan

trimester III (minggu ke-28 hingga ke-40).


6

2. Perubahan Fisiologi dalam kehamilan


a. Uterus

Uterus yang semula sebesar jempol (30gr) mengalami hipertropi

dan hiperflasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir

kehamilan (40 minggu). Pada kehamilan 8 minggu uterus membesar

sebesar telur bebek, dan pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar

telur angsa. Pada saat itu fundus uterus sudah dapat diraba dari luar, 3

jari di atas simfisis. Pada kehamilan 16 minggu besar uterus kira-kira


6
sebesar kepala bayi dan tinggi fundus uteri kira-kira setengah dari jarak

simfisis dan pusat. Pada kehamilan 20 minggu, fundus uteri kira-kira 2

jari bawah pusat sedangkan pada umur kehamilan 24 minggu fundus

uteri tepat di tepi atas pusat. Pada kehamilan 28 minggu tinggi fundus

uteri terletak kira-kira 3 jari di atas pusat. Pada kehamilan 32 minggu

fundus uteri terletak di pertengahan pusat- prosessus xifoideus. Pada

kehamilan 36 minggu tinggi fundus uteri terletak kira-kira 1 jari di

bawah prosessus xifiodeus, dalam hal ini kepala bayi belum masuk pintu

atas panggul. Pada kehamilan 40 minggu fundus uteri turun setinggi 3

jari di bawah prosessus xifoideus karena kepala janin sudah masuk

pintu atas panggul (Indriyani, 2012).

b. Serviks
Menurut Nurul (2012), beberapa perubahan yang terjadi pada servik

selama kehamilan adalah sebagai berikut :


7

1) Bertambahnya vaskularisasi dan menjadi lunak, kondisi ini yang

disebut tanda Goodell.


2) Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan

mukus.
3) Akibat dari pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, terjadi

perubahan warna menjadi livid dan ini disebut dengan tanda

Chadwick.
c. Ovarium (indung Telur)

Saat ovulasi terhenti masih terdapat korpus luteum graviditas

sampai terbentuknya plasenta terbentuknya estrogen dan progesterone

(kira-kira pada kehamilan 16 minggu dan korpus luteum graviditas

berdiameter kurang lebih 3 cm). Kadar relaksin di sirkulasi maternal

dapat ditentukan dan meningkatkan dalam trimester pertama. Relaksin

mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin menjadi

baik hingga aterm (Sunarsih, 2011).

d. Vagina dan perineum

Selama hamil penigkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat jelas

pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, pada vagina terlihat

berwarna keungguan yang dikenal dengan tanda Chadwick. Dinding

vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan untuk

mengalami perengangan pada waktu persalinan dengan meningkatkan

ketebalan mukosa, mengendorkan jaringan ikat, dan hipertrofil sel otot

polos. Pada perubahan ini mengakibatkan bertambah panjangnya


8

dinding vagina. Peningkatan volum sekresi vagina juga terjadi, sekresi

akan berwarna keputihan, menebal dan PH antara 3,5-6 (prawirohardjo,

2010).

e. Mammae

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudara

menjadi semakin lunak setelah bulan kedua payudara akan bertambah

ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat.puting

payudara akan lebih besar, kehitaman dan tegak areola akan lebih besar

(Sulin, 2010).

f. Sistem respirasi

Kapasitas paru secara total akan menurun 4-5% dengan adanya

elevasi diafragma. Fungsi respirasi juga mengalami perubahan repirasi

50 % mengalami peningkatan konsumsi oksigen 15-20% diatasi

kebutuhan perempuan tidak hamil (Apirilia, 2010).

g. Sistem kardiovaskular

Selama kehamilan jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap

menitnya atau biasa disebut sebagai curah jantung meningkat 30-50%.

Peningkatan ini mulai pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai

puncaknya pada usia kehamilan 16-28 minggu. Setelah mencapai

kehamilan 30 minggu, curah jantung akan menurun karena pembesaran

rahim menekan vena membawa darah dari tungkai ke jantung

(Sulistyawati, 2011).
9

h. Sistem pencernaan.

Saliva meningkat dan pada trimester pertama timbul keluhan mual

dan muntah, tonus otot-otot saluran pencernaan melemah sehingga

motilitas dan makanan akan lebih lama berada dalam saluran makanan

resopsi makanan baik, tetapi akan timbul obstipasi gejala muntah

(emesis gravidarum) sering terjadi, biasanya pada pagi hari disebut

morning sicnkness (Mochtar, 2012).

i. Sistem Traktus Urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih bertekan

oleh uterus yang mulai membesar, sehingga timbul sering kencing

keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus

keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan bila kepala janin

mulai turun kebawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan

timbul lagi karena kandung kemih akan mulai tertekan kembali, selain

itu juga terjadi hemodlusi menyebabkan metabolisme air kencing

menjadi lancar (Saifuddin, 2010).

j. Perubahan pada kulit

Sehubungan dengan tingginya kadar hormonal, terjadi

peningkatan pigmentasi selama kehamilan. Keadaan ini sangat jelas

terlihat pada kelompok wanita dengan warna kulit gelap atau hitam dan

dapat dikenali pada payudara, abdomen, vulva serat wajah. Ketika

terjadi pada kulit muka dikenali sebagai chloasma atau topeng


10

kehamilan. Pada kulit terdapat hiperpigmetasi alat-alat tertentu.

Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh melanophore stimulating

hormone (MSH) yang mengikat. Terkadang terdapat deposit pigmentasi

pada dahi,pipi dan hidung (Manuaba, 2010).

3. Perubahan psikologi dalam kehamilan.


Menurut Indriyani (2011), ada beberapa perubahan psikologis dalam

kehamilan, yaitu :
a. Awal kehamilan trimester I
1) Terbuka atau diam-diam
2) Berkembang perasaan khusus, mulai tertarik karena akan

menjadi ibu.
3) Antipati karena ada perasaan tidak nyaman terutama pada ibu

yang tidak mengiginkan kehamilannya.


4) Perasaan gembira.
5) Ada perasaan cemas karena akan punya tanggung jawab

sebagai ibu.
6) Menerima atau menolak perubahan fisik.
b. Trimester II
1) Mengalami perubahan fisik yang lebih nyata.
2) Ibu merasakan adanya pergerakan janin karenanya ia

menerima dan mengangap sebagai bagian dari dirinya.


3) Dorongan seksual dapat meningkatkan atau menurun.
4) Mencari perhatian suami.
5) Berkonsentrasi pada kebutuhan diri dan bayinya.
6) Perasaan lebih berkembang sehingga ibu mulai

mempersiapkan perlengkapan bayinya.


7) Perasaan cenderung lebih stabil.
c. Trimester III
1) Kecemasan dan ketegangan semakin meningkat oleh karena

perubahan postur tubuh atau terjadi gangguan body image.


11

2) Merasa tidak feminim menyebabkan perasaan takut perhatian

suami berpaling atau tidak menyenangi kondisinya.


3) 6-8 minggu menjelang persalinan perasaan takut semakin

meningkat, merasa cemas terhadap kondisi bayi dan dirinya.


4) Adanya perasaan tidak nyaman.
5) Sukar tidur oleh karena kondisi fisik atau frustasi terhadap

persalinan.
6) Menyibukkan diri dalam persiapan menghadapi persalinan.
d. Tanda-Gejala kehamilan
Tanda-tanda kehamilan menurut Hani dkk (2010 ), yaitu:

1) Tanda tidak pasti hamil

Amenorea (berhentinya menstruasi), mual (nausea) dan

muntah (emesis), ngidam (menginginkan makanan tertentu),

syncope (pingsan), payudara tegang, sering miksi, dan

konstipasi atau obstipasi.

e. Tanda kemungkinan hamil

1) Pembesaran perut

2) Tanda Hegar: adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus

uteri.

3) Tanda Goodel : adalah pelunakan serviks.

4) Tanda Chadwicks: adalah perubahan menjadi keunguan pada

vulva dan mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks.


12

5) Kontraksi Braxton Hicks: merupakan peregangan sel-sel otot

uterus

6) Teraba Ballotement

7) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.

f. Tanda pasti hamil

Gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin dan teraba

bagian-bagian janin dan pada pemeriksaan USG terlihat bagian

janin. Kerangka janin dapat dilihat dengan foto Rontgen.

B. Hiperemesis Gravidarum
1. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah gejala mual dan muntah yang berlebihan

pada ibu hamil. Istilah hiperemesis gravidarum dengan gangguan metabolik

yang bermakna mual dan muntah. Penderita hiperemesis gravidarum biasanya

dirawat di rumah sakit (Fadlun, 2009).


Saifuddin (2010) mengemukakan bahwa hiperemesis gravidarum adalah

muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu.

Keluhan utama kadang-kadang begitu hebat di mana segala apa yang dimakan

dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan

gangguan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat

aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit apendisitis, pielititis, dan

sebagainya.
Hiperemesis gravidarum juga dapat diartikan keluhan mual muntah yang

dikategorikan berat jika ibu hamil selalu muntah setiap kali minum ataupun

makan. Akibatnya, tubuh sangat lemas, muka pucat, dan frekuensi buang air
13

kecil menurun drastis, aktivitas sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan

umum menurun. Meski begitu, tidak sedikit ibu hamil yang masih mengalami

mual muntah sampai trimester ketiga (Rukiyah, 2010).


Adapun menurut Rahmawati (2011), hiperemesis gravidarum adalah

vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang

menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi,

dan kehilangan berat badan.


2. Etiologi
Menurut Rahmawati (2011), etiologi hiperemesis gravidarum belum

diketahui secara pasti, tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh

faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia, namun diduga

dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut :


a. Faktor predisposisi yang sering ditemukan adalah :

1) Primigravida.
Sebagian kecil wanita primigravida belum mampu

beradaptasi terhadap hormon estrogen dan gonadotropin

korionik
2) Kehamilan ganda dan mola hidatidosa
Sedangkan pada kehamilan ganda dan mola hidatidosa,

jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan

menyebabkan terjadi hiperemesis gravidarum.


3) Estrogen dan HCG tinggi.
4) Ibu hamil dengan anemia.
b. Faktor organik

1. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal.


2. Perubahan metabolik akibat hamil.
3. Resistensi yang menurun dari pihak ibu.
14

4. Alergi sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap

anak.
c. Faktor psikologis

Faktor psikologik memegang peranan penting pada gangguan

ini, karena dapat menyebabkan konflik mental yang dapat

memperberat mual dan muntah, faktor tersebut meliputi :

1) Rumah tangga yang retak.


2) Hamil yang tidak diinginkan.
3) Takut terhadap kehamilan dan persalinan.
4) Takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu.
5) Kehilangan pekerjaan.

3. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah

akibat kadar estrogen meningkat pada hamil muda bila terjadi terus menerus

dapat menyebabkan dehirasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis

hipokloremik. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan

karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi

lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam

aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan

yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi sehingga

cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun

demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan

hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Kekurangan

kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal

menambah frekuensi muntah-muntah lebih banyak, dapat merusak hati. Selain


15

dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada

selaput lendir esophagus dan lambung (sindroma mallory-weiss) dengan akibat

perdarahan gastrointestinal (Rahmawati, 2011).

4. Patologi
Menurut Rukiyah (2010), pada bedah mayat wanita yang meninggal

akibat hiperemesis gravidarum menunjukkan kelainan-kelainan pada berbagai

organ dalam tubuh, yang juga dapat ditemukan pada malnutrisi oleh beberapa

hal sebagai berikut :


a. Pada hati tampak degenerasi lemak tanpa nekrosis yang terletak

sentrilobuler. Kelainan ini nampaknya tidak menyebabkan kematian dan

dianggap sebagai akibat muntah yang terus menerus. Tetapi separuh

penderita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum menunjukkan

gambaran mikroskopik hati yang normal.


b. Pada jantung menjadi lebih kecil dari pada biasanya dan beratnya atropi,

dan sejalan dengan lamanya penyakit, kadang-kadang ditemukan

perdarahan sub-endokardial.
c. Di otak dapat ditemukan ensefalopati wernicke yaitu dilatasi kapiler dan

perdarahan kecil-kecil di daerah Corpora Mamilaria ventrikel ketiga dan

keempat.
d. Ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli

kontorti.
5. Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum
Menurut Rahmawati (2011), ada beberapa klasifikasi Hiperemesis

Gravidarum yaitu:

a. Tingkat I (ringan)
16

1) Muntah terus menerus sehingga menimbulkan dehidrasi

(turgor kulit turun) nafsu makan berkurang, berat badan

menurun, mata cekung dan lidah kering.


2) Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan

terjadi regurgitasi ke esophagus.


3) Nadi meningkat dan tekanan darah turun.
4) Frekuensi nadi sekitar 100 kali/ menit.
5) Tampak lemah dan lemas.
b. Tingkat II (sedang)
1) Dehidrasi semakin meningkat akibatnya: turgor kulit makin

menurun, lidah kering dan kotor, mata tampak cekung dan

sedikit ikterus.
2) Pada kardiovaskuler, frekuensi nadi semakain cepat >100

kali/ menit, nadi kecil karena volume darah turun, suhu

badan meningkat, tekanan darah turun.


3) Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus.
4) Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang

menyebabkan oliguria, anuria dan terdapat timbunan benda

keton aseton, aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan.


5) Kadang-kadang muntah bercampur darah akibat perdarahan

esophagus dan pecahnya mukosa lambung.


c. Tingkat III (berat)
1) Keadaan umum lebih parah.
2) Muntah berhenti.
3) Kesadaran semakin menurun hingga mencapai somnollen

atau koma.
4) Terdapat ensefalopati werniche, nistagmus, diplopia, dan

gangguan mental.
5) Kardiovaskuler, nadi kecil, tekanan darah menurun, dan

temperatur meningkat.
17

6) Gastrointestinal, ikterus semakin berat, terdapat timbunan

aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam,

oliguria semakin parah dan menjadi anuria. Keadaan ini

adalah akibat sangat kurangnya zat makanan, termasuk

vitamin B kompleks.
6. Diagnosis

Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidak sukar, dengan

menetukan kehamilan, muntah berlebihan sampai menimbulkan gangguan

kehidupan sehari-hari dan dehidrasi. Muntah yang terus menerus tanpa

pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam

rahim dengan manifestasi klinisnya, oleh karena itu hiperemesis

gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan

yang adekuat. Kemungkinan penyakit lain yang menyertai kehamilan harus

dipikirkan dan berkonsultasi dengan dokter tentang penyakit hati, penyakit

ginjal, dan penyakit tukak lambung. Pemeriksaan laboratorium dapat

membedakan ketiga kemungkinan hamil yang disertai penyakit (Manuaba,

2010 ).

Dalam menegakkan diagnosis hiperemesis gravidarum tes

kehamilan, urinalisis, dan pemeriksaan keton elektrolit serum, serta uji

fungsi tiroid dan uji fungsi hati perlu dilakukan (Dutton, Densmore &

Turner, 2012). Kemungkinan penyakit lain yang menyertai kehamilan

muda harus dipikirkan dan segera berkonsultasi dengan dokter tentang


18

kemungkinan seperti penyakit hati, penyakit ginjal, dan penyakit tukak

lambung atau tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah,

sehingga pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk membedakan

kemungkinan hamil yang disertai penyakit (Manuaba, 2010).


7. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum
Menurut Manuaba (2010), apabila dengan cara diatas keluhan dan

gejala tidak mengurang maka diperlukan :


a. Obat - obatan
1) Sedatif : phenobarbital
2) Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B kompleks
3) Anti histamin : Dramamin, avomin
4) Anti emetik (pada keadan lebih berat) : Disiklomin hidrokhloride

atau khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum yang

lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.


b. Isolasi
1) Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan

peredaran udara yang baik.


2) Catat cairan yang keluar masuk.
3) Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar

penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan.


4) Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam. Kadang

kadang dengan isolasi saja gejala gejala akan berkurang atau

hilang tanpa pengobatan


c. Terapi psikologik
1) Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat

disembuhkan
2) Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan
3) Kurangi pekerjaan sera menghilangkan masalah dan konflik
d. Cairan parenteral
1) Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan

glukose 5% dalam cairan fisiologis (2 3 liter/hari)


19

2) Dapat ditambah kalium, dan vitamin (vitamin B kompleks, Vitamin

C)
3) Bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara

intravena
4) Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum

membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang

tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala

gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik


e. Menghentikan kehamilan
Pada beberapa kasus pengobatan hiperemesis gravidarum tidak berhasil

malah terjadi kemunduran dan keadaan semakin menurun sehingga

diperlukan pertimbangan untuk melakukan penghentian kehamilan.

Keadaan yang memerlukan pertimbangan diantaranya:


1) Gangguan kejiwaan (delirium, apatis, somnolen sampai koma, terjadi

gangguan jiwa ensefalopati wernicke).


2) Gangguan penglihatan (perdarahan retina, kemunduran penglihatan).
3) Gangguan faal (hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuria,

jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat, tekanan darah

menurun.

8. Diet hiperemesis gravidarum


Menurut Runiari (2010), diet bagi penderita hiperemesis graviarum,

yaitu:
a. Tujuan :
1) Diet hiperemesis gravidarum berfungsi untuk mengganti persediaan

glikogen tubuh.
20

2) Mengontrol asidosis dan secara berangsur akan diberikan makanan

berenergi dan zat gizi yang cukup.


b. Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya

adalah sebagai berikut:


1) Karbohidrat tinggi, sebesar 75-80% dari kebutuhan energi total.
2) Lemak rendah, yaitu <10% dari kebutuhan energi total.
3) Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
4) Makanan diberikan dalam bentuk kering.
5) Pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan klien yaitu 7 - 10

gelas/hari.
6) Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan dan

diberikan dalam porsi kecil tapi sering.


7) Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan

pada makan malam dan selingan pada malam hari.


8) Pemberian makanan ditingkatkan secara bertahap dalam porsi dan

nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi klien.


c. Tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum.
1) Diet hiperemesis I
Diet ini diberikan pada hiperemesis tingkat III. makanan hanya terdiri

dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan

buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama dengan makanan tetapi

1-2 jam setelahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung

didalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.


2) Diet hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet

diberikan secara bertahap dan dimulai dengan memberikan bahan

makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tetap tidak diberikan

bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan Makanan yang tepat

pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan


21

energi. Jenis makanan ini rendah kandungan gizinya, kecuali vitamin

A.
3) Diet hiperemesis III
Diet ini diberikan kepada klien hiperemesis gravidarum ringan. Diet

diberikan sesuai kemampuan klien, dan minuman boleh diberikan

bersamaan dengan makanan. Makanan pada diet ini mencukupi

kebutuhan energi dan semua zat gizi.

C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Variabel Penelitian Berdasarkan

Beberapa Penelitian dan Teori

1. Umur

Lama waktu hidup sejak dilahirkan sampai dengan saat dilakukan

penelitian (Wikjosastro, 2008). Dalam kurun reproduksi sehat dikenal

bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.

Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah

20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal

yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun. Kematian maternal meningkat

kembali sesudah usia 30 sampai 35 tahun (Sarwono, 2008).

Umur dapat mempengaruhi terjadinya hiperemesis gravidarum

karena ketidaksiapan dalam memproduksi lagi dapat menjadikan ibu

menurun kondisinya dan memerlukan perhatian khusus, karena rentan

untuk menderita komplikasi-komplikasi kehamilam lainnya

(Siswosudarmo, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Armilah


22

(2010) mengungkapkan bahwa usia ibu memiliki hubungan yang

bermakna dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Usia ibu < 20 tahun

dan > 35 tahun lebih berisiko terhadap kejadian hiperemesis gravidarum

dibandingkan dengan usia dibandingkan dengan usia ibu 20-35 tahun.

2. Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan, yang

ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat

kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran, menurut

Ihsan (2010), dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

a. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan

pengetahuan dan ketermapilan, menumbuhkan sikap dasar yang

diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk

mengetahui mengikuti pendidikan menengah.

b. Pendidikan Menengah

Pendikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan

meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi

anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan

timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, alam sekitar, serta dapat

mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau

pendidikan tinggi.

c. Pendidikan Tinggi
23

Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta

didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat

kemampuan tinggi yang bersifat akademik dan atau profesional sehingga

dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni dalam rangka pembangunan nasional dan

meningkatkan kesejahteraan manusia.

Jenjang pendidikan dikelompokkan menjadi Tidak Sekolah jika

tidak tamat SD, pendidikan dasar jika tamat SMP/SLTP, Pendidikan

menengah jika tamat SMA/SMK dan pendidikan tinggi jika tamat PT.

(Ihsan, 2010)

Pendidikan dianggap sebagai salah satu unsur yang ikut

menentukan pengalaman dan pengetahuan seseorang baik dalam ilmu

pengetahuan maupun kehidupan sosial. Proses perubahan perilaku

sikap seseorang dalam mendewasakan manusia melalui pengajaran

pelatihan (Manuaba, 2010).

Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka pengetahuan tentang

kehamilan dan komplikasinya akan lebih baik. Dalam melakukan

pelayanan dan penyuluhan kesehatan juga akan lebih mudah.

Sebaliknya pendidikan yang kurang akan mempengaruhi pola pikir

dalam menjaga kesehatan dan pengetahuan komplikasi-komplikasi

dalam kehamilan. (Manuaba, 2010).

3. Pekerjaan
24

Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupan dan keluarga (Wawan dan Dewi, 2010). Bekerja

umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu

akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

Pekerjaan yang diteliti menurut Streatfield dan Reza (2006) :

a. Ibu Rumah Tangga

b. PNS

c. Swasta

d. Pedagang

Faktor psikologik memegang peranan penting pada gangguan ini, karena

dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan

muntah, faktor tersebut meliputi ibu yang kehilangan pekerjaan.

(Rahmawati, 2010).

4. Gravida

Gravida adalah seseorang wanita yang hamil ( Oxorn, 2010)

a. Klasifikasi gravida menurut Oxorn (2010)

1) Primigravida

primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama

kalinya

2) Multigravida

Multigravida adalah seorang wanita yang hamil dua kali atau lebih
25

3) Grandemultigravida

Grandemultipara adalah wanita yang telah hamil 5 kali atau

lebih. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-

60% multigravida. Jumlah kehamilan 2-3 (multi) merupakan

paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal

(Winkjosastro, 2006).

Penyebab hiperemesis belum diketahui secara pasti. Telah

diketahui beberapa faktor prodisposisi terjadinya hiperemesis

gravidarum yaitu wanita hamil dengan anemia, primigravida,

kehamilan ganda dan mola hidatidosa (Rahmawati, 2011).

5. Usia Kehamilan

Usia kehamilan adalah jumlah minggu lengkap dari hari pertama

menstruasi sampai terakhir bayi lahir, biasanya tanggal persalinan

diperoleh dengan menambahkan 7 hari ke hari pertama menstruasi terakhir

dan menghitung mundur 3 bulan. Usia kehamilan ibu dihitung dari Hari

Pertama Haid (Manuaba, 2010). Menurut Sarwono (2008), kehamilan

terbagi dalam 3 trimester,

a. Trimester I (minggu 1 hingga ke-12) minggu


b. Trimester II (minggu ke-13 hngga ke-27)
c. Trimester III (minggu ke-28 hingga ke-40).

Hiperemesis gravidarum merupakan keadaan yang dapat terjadi pada

kehamilan trimester I, yang ditandai mual muntah yang berlebihan dalam

relatif lama serta penurunan keadaan umum ibu. Bila tidak segera diatasi
26

bisa menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan (Sulistyoningsih,

2011).

6. Kehamilan Ganda

Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau

lebih yang ada didalam kandungan selama proses kehamilan. Bahaya bagi

ibu tidak begitu besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan

perhatian dan pengawasan khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan

bagi ibu janin (Wiknjosastro, 2007). Sedangkan menurut Mochtar Rustam

(2012) kehamilan ganda atau kembar adalah kehamilan dengan dua jenis

janin atau lebih.

pada kehamilan ganda jumlah hormon HCG yang dikeluarkan terlalu tinggi

sehingga menyebabkan terjadi hiperemesis gravidarum (Rahmawati, 2011).

7. Kadar Hb

Anemia dalam kehamilan adalah kadar hemoglobin (Hb) kurang dari

11 gr% dengan pembagian anemia ringan 9-10 gr% anemia sedang 7-8

dan anemia berat kurang dari 7% gr (Manuaba, 2010). Sekitar 95% kasus

anemia selama kehamilan adalah karena kekurangan zat besi (anemia

defisiensi besi). Penyebabnya adalah asupan makanan yang tidak

memadai, kehamilan sebelumnya atau kehilangan normal berulang zat besi

dalam darah haid (yang mendekati jumlah tertentu biasanya berlangsung

setiap bulan dan dengan demikian mencegah penyimpanan zat besi)

(Proverawati, 2011). Wanita hamil yang mengalami hiperemesis


27

gravidarum akan mengalami mual muntah yang terus-menerus disertai

dengan penurunan nafsu makan dan minum, cadangan karbohidrat habis

dipakai untuk keperluan energi dan berkurangnya keseimbangan tubuh

sehingga beresiko terjadinya anemia (Manuaba, 2012).

8. Status perkawinan

Status perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan

wanita sebagai suami istri hidup bersama dengan tujuan membentuk

keluarga bahagia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Faktor

psikologik memegang peranan penting pada gangguan ini, karena dapat

menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah,

faktor tersebut meliputi : Rumah tangga yang retak dan hamil yang tidak

diinginkan. (Rahmawati 2011).


28

D. Kerangka teori

Berdasarkan uraian teori diatas maka kerangka teori penelitian ini sebagai

berikut:
HIPEREMESIS
GRAVIDARUM

TINGKAT I (RINGAN) TINGKAT II (SEDANG) TINGKAT III (BERAT)

1. Muntah terus menerus sehingga 1. Dehidrasi semakin 1. Keadaan umum lebih


menimbulkan dehidrasi (turgor meningkat. parah.
kulit turun) nafsu makan 2. frekuensi nadi semakain 2. Muntah berhenti.
berkurang, berat badan cepat >100 kali/ menit, 3. Kesadaran semakin
menurun, mata cekung dan nadi menurun hingga
lidah kering. 3. Fungsi hati terganggu mencapai somnollen
2. Epigastrium nyeri karena asam 4. Dehidrasi menimbulkan atau koma.
lambung meningkat dan terjadi gangguan fungsi 4. Terdapat ensefalopati.
regurgitasi ke esophagus. 5. Kadang-kadang muntah 5. Kardiovaskuler, nadi
3. Nadi meningkat dan tekanan bercampur darah akibat kecil, tekanan darah
darah turun. perdarahan esophagus menurun, dan
4. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/ dan pecahnya mukosa temperatur meningkat.
menit. lambung.
5. Tampak lemah dan lemas.

Faktor Predisposisi Faktor organik Faktor Psikologis


1. Primigravida 1. Rumah tangga yang retak
1. Masuknya vili
2. Mola Hidatidosa 2. Hamil tidak diinginkan
khorialis dalam
3. Kehamilan Ganda 3. Takut terhadap kehamilan dan
sirkulasi maternal.
4. Estrogen dan HCG tinggi persalinan
2. Perubahanmetabolik
5. Ibu hamil dengan anemia 4. Takut terhadap tanggung jawab
3. Resistensi yang
sebagai ibu
menurun dari pihak
5. Kehilangan pekerjaan
ibu.
4. Alergi
29

Penatalaksanaan hiperemesis
gravidarum
1. Obat-obatan
2. Isolasi
3. Cairan parenteral
4. Terapi pisikologik
5. Menghentikan kehamilan

E. Gambar 2.1 Kerangka


Kerangka konsep Teori (Rahmawati 2011, Manuaba 2010)
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjm,lk,lkjoi;lkmhhijoohuihyuhpinkhii
Kerangka konsep adalah suatu hubungan antara konsep satu terhadap

konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Variabel yang diteliti terdiri

dari:

1. Variabel Independen :
umur ibu, pendidikan, pekerjaan, gravida, usia kehamian, kehamilan ganda,

kadar Hb, status pernikahan.


2. Variabel Dependen :
Hiperemesis Gravidarum.
Variabel Independen Variabel Dependen
a. Umur
b. Pendidikan
c. Pekerjaan
d. Gravida Hiperemesis Gravidarum
e. Usia kehamilan
f. kehamilan ganda
g. Kadar Hb
h. Status perkawinan

Gambar 2.2. Kerangka Konsep


30

F. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan secara operasional berdasarkan

karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena

(Aziz, 2008).

Tabel. 2.3 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur

1 Varibel Diagnosa Mencatat Format 1. Ringan Ordinal


dependen: hiperemesis dari buku isian 2. Sedang
hiperemesis gravidarum register dan 3. Berat
gravidarum sebagaimana yang rekam
tercatat direkam medik
medik

2 Variabel Lama waktu Mencatat Format Umur Ibu Rasio


Independen: hidup ibu sejak dari buku isian Dalam Tahun
1. Umur dilahirkan register dan
sampai dengan rekam
saat dilakukan medik
penelitian. Sesuai
yang tercatat
direkam medik

2. Pendidikan Jenjang Pendidikan Mencatat Format Pendidikan Ordinal


terakhir ibu dari buku isian
Terakhir :
sebagaimana yang register dan
tercatat direkam rekam 1.Tidak
medik medik Sekolah
(tidak tamat
SD)
2.Dasar ( tamat
SMP/SLTP)
3. Menengah
(tamat SMA/
SMK)
4. Tinggi
31

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur

(tamat PT)

2. 3. Pekerjaan Pekerjaan adalah Mencatat Format 1. IRT Nominal


suatu kegiatan dari buku isian 2. PNS
yang harus register dan 3. Swasta
dilakukan ibu rekam
terutama untuk medik
menunjang
kehidupan dan
keluarga
sebagaimana yang
tercatat direkam
medik
4. Gravida Jumlah kehamilan Mencatat Format 1. Primigravi Ordinal
yang pernah dari buku isian da (1)
dialami oleh ibu register dan 2. Multigravi
sebagaimana yang rekam da (2-4)
tercatat direkam medik 3. Grande
medik Multigravi
da ( 5)

5. Usia Usia kehamilan Mencatat Format Usia Rasio


Kehamilan ibu dihitung dari dari buku isian kehamilan
Hari Pertama register dan dalam
Haid rekam minggu
sebagaimana medik
yang tercatat
direkam medik
32

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur

3. 6. Kehamilan Kehamilan ganda Mencatat Format 1. Ya Nominal


ganda ialah suatu dari buku isian 2. Tidak
kehamilan register dan
dengan dua janin rekam
medik
atau lebih yang
ada didalam
kandungan ibu
sebagaimana
yang tercatat
direkam medik
4. 7. Kadar Hb Kadar hemoglobin Mencatat Format 1. Tidak Ordinal
ibu yang tercatat dari buku isian anemia/
direkam medik register dan normal (Hb
rekam 11 gr%)
medik 2. Anemia
ringan (Hb 9-
10 gr%)
3. Anemia
sedang (Hb7-
8gr%)
4. Anemia
berat
(Hb < 7 gr
%)
5. 8. Status Status terikat Mencatat Format 1. Menikah Nominal
pernikahan responden dalam dari buku isian 2.Belum
perkawinan antara register dan menikah
laki-laki dan rekam 3.Bercerai
perempuan yang medik
sah sebagaimana
yang tercatat
direkam medic
33

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Penelitian ini mengggunakan metode deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk

menggambarkan proporsi suatu variabel lalu mengetahui karakteristik antara

variabel variabelnya tersebut (Notoadmodjo, 2010).


B. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di Ruang Cempaka (Nifas) BLUD RSUD dr.

Doris Sylvanus Palangka Raya


2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal Juni Agustus 2016
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti

(Notoadmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil

yang menderita hiperemesis gravidarum yang dirawat inap di ruang

Cempaka (Nifas) BLUD RSUD RS Doris Sylvanus Palangka Raya tahun

2015 yang berjumlah 57 orang.

2. Sampel dan Teknik Sampling


Sampel adalah sebagian yang diambil dari seluruh objek yang diteliti
37
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2010). Menurut

Arikunto (2006), apabila subjek kurang dari 100 lebih baik diambil semua

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi . Dalam penelitian


34

ini teknik sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu seluruh

populasi ibu hamil penderita hiperemesis gravidarum yang pernah dirawat

inap di ruang Cempaka (Nifas) BLUD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka

Raya periode 1 Januari 2015 s/d 31 Desember 2015 yang berjumlah 57

orang.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka didapatkan hasil dari

2474 yang dirawat, yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini

adalah 45 sampel dari 57 ibu hamil yang mengalami hiperemesis

gravidarum.

D. Alat pengumpulan data


Alat ukur yang digunakan untuk mengukur karakteristik ibu hamil

dengan hiperemesis gravidarum adalah format isian.


E. Teknik pengumpulan data
Adalah cara untuk memperoleh data mengenai variable-variabel yang

diteliti, data yang diperoleh adalah data sekunder yang menurut Notoadmodjo

(2010), data sekunder adalah sumber informasi yang bukan mempunyai

wewenang dan tanggung jawab terhadap informasi atau data tersebut. Pada

penelitian ini cara penggumpulan data adalah dengan studi dokumentasi dengan

melihat dan mencatat kembali data medical record pasien yang pernah dirawat

inap di Ruang Cempaka (Nifas) BLUD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka

Raya

F. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu adanya rekomendasi dari

institusi pendidikan dengan mengajukan permohonan izin kepada institusi lahan


35

tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah peneliti melakukan

penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi :


1. Surat permohonan izin
Surat permohonan izin ini diberikan kepada direktur RSUD tempat

penelitian dilakukan.
2. Surat persetujuan atau informed consent
Berupa lembaran persetujuan untuk bersedia menjadi responden
3. Tanpa nama atau anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama
4. Kerahasiaan atau connfidentiality
Kerahasian data akan dijamin peneliti hanya untuk kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

G. Pengolahan Data
Data diperoleh dari tempat pelayanan kesehatan dengan melihat buku

register atau medical record pasien. Sebelum dianalisis, data diolah terlebih

dahulu menurut Alimul, (2007) meliputi:


1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data pada

variabel yang diperoleh atau dikumpulkan dari ruang Cempaka (Nifas)

BLUD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang dimaksudkan

untuk menghindari terjadinya kesalahan pengisian, dalam hal ini data yang

terkumpul diperiksa kelengkapannya agar disesuaikan dan memenuhi

kriteria, disusun urutannya dan dilihat apakah urutannya terdapat

kesalaham dalam pengisian serta bagaimana konsekuensi kejelasan.

Editing dapat dilakukan pada saat pengumpulan data atau pada saat data

terkumpul.
2. Coding
36

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting

apabila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.


Biasanya dalam pembuatan kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam

satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti

dalam suatu kode dalam satu variabel.

3. Entry data

Entry data adalah proses memasukkan data kedalam program

pengolahan data untuk dilakukan analisis data.

4. Tabulating
Tabulating adalah pekerjaan membuat tabel jawaban jawaban yang
telah diberikan kode kemudian dimasukkan kedalam tabel.
H. Analisis data
Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis univariat. Analisis

univariat yaitu data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dianalisis secara

deskriftif yang disajikan secara tabulasi distribusi frekuensi/tabulasi satu

variabel (one way frequency tabels) Alimul (2007). Tabel distribusi frekuensi

masing masing kategori atau kelompok dari variabel yang diamati dan dicatat

yaitu usia, paritas, pekerjaan, aktivitas hiperemesis gravidarum sedangkan

kolom kedua berisi frekuensi dari masing masing kategori. Untuk

mempermudah interpretasi data biasanya ditambahkan satu kolom lagi untuk

menunjukkan presentase (Alimul, 2007).


Caranya yaitu dengan membuat frekuensi kejadian (f) dengan seluruh

sampel (n) dan dikali 100% dengan rumus sebagi berikut:


37

Keterangan :
= jumlah angka kejadian

= seluruh sampel yang akan disajikan

= persentase

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Ruang Cempaka (Nifas) BLUD

RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dengan data sekunder dari rekam medik

dalam kasus ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum pada tahun 2015, dengan

jumlah sampel 45 orang, analisis univariabel dilakukan untuk mendeskripsikan

sesuai dengan variabel independen (umur, pendidikan pekerjaan, gravida, usia


38

kehamilan, kehamilan ganda dan status perkawinan), hasil penelitian ditampilkan

dalam bentuk tabel, dan narasi, maka hasil penelitian sebagai berikut :

1. Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum berdasarkan tingkat


Berikut ini hasil analisis univariabel pada variabel hiperemesis gravidarum dapat

dilihat pada tabel 4.1 berikut ini


Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Dengan Hiperemesis Gravidarum di
RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya

Variabel Frekuensi (%)


Hiperemesis Gravidarum

a. Ringan 45 100
b. Sedang
c. Berat

0 0
Jumlah 45 100

Berdasarkan Tabel diatas maka diketahui kasus hiperemesis gravidarum di RSUD

dr. Doris Sylvanus palangka Raya periode tahun 2015 yang terbanyak adalah

berjumlah 45 orang (100%).

2. Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum Berdasarkan Umur


Hasil Analisis Univariabel pada Variabel Umur Ibu dapat dilihat pada tabel 4.2

berikut ini :

Tabel 4.2 Umur Ibu Hamil Dengan Hiperemesis Gravidarum di RSUD dr. Doris
Sylvanus
Palangka Raya

Variabel Frekuensi (%)

< 20 tahun 3 7
39

20-35 tahun 37 83
>35 tahun 4 10
Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa dari 45 sampel kejadian

terbanyak terdapat pada rentang umur 20- 35 37 orang (83%), pada umur >35

tahun 4 orang (10%) dan pada umur < 20 tahun 3 orang (7%).

3. . Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum Berdasarkan Pendidikan


Hasil analisis Univariabel pada Variabel pendidikan ibu hamil dengan hiperemesis

gravidarum yang didapat dari status pasien dapat secara ringkas dituliskan pada

tabel pada tabel 4.3 berikut :


Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Hamil Dengan Hiperemesis
Gravidarum

Variabel Frekuensi (%)


Pendidkan

Pendidikan Rendah 5 11

Pendidikan Dasar 15 33
Pendidikan menengah 16 36
PT 4 9
Jumlah 45 100
Berdasarkan hasil analisis dari 45 sampel didapatkan pendidikan terbanyak

pada ibu yaitu pendidikan menengah 16 orang (36%), pendidikan dasar 15 orang
40

(33%), pendidikan rendah 5 orang (11%) dan yang paling sedikit tamat perguruan

tinggi 4 orang (9%)

4. . Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum Berdasarkan Pekerjaan


Hasil analisis terhadap Univariabel pada Variabel Pekerjaan pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum secara singkat disajikan dalam tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan pada Ibu Hamil Dengan Hiperemesis

Variabel Frekuensi (%)


Pekerjaan

IRT 35 78
PNS 5 13
SWASTA 4 9
Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukan bahwa ibu hamil dengan HEG

didominan dengan pekerjaan sebagai IRT yaitu 35 orang (78%), pekerjaan PNS

sebanyak 5 orang (13%) dan paling sedikit pada pekerjaan swasta 4 orang (9%)
41

5. Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum Berdasarkan Gravida

Hasil analisis Univariabel pada Variabel Gravida di RSUD dapat dilihat pada
tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Gravida Ibu Hamil Dengan Hiperemesis

Variabel Frekuensi (%)


Gravida

Primigravida 15 33
Multigravida 24 53
Grande Multigravida 6 14
Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukan bahwa dari 45 sampel kejadian

terbanyak terdapat pada multigravida 24 orang (53%), pada primigravida 15

orang (33%) dan pada grande multigravida 6 orang (14%)


42

6. . Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum Berdasarkan Usia Kehamilan


Hasil analisis Univariabel pada Variabel usia kehamilan dapat dilihat pada tabel 4.6

berikut ini :
Tabel 4.6 Usia Kehamilan pada Ibu Hamil Dengan Hiperemesis Gravidarum di
RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya

Variabel Frekuensi (%)


Usia Kehamilan

Trimester 1 32 71
Trimester 2 12 27
Trimester 3 1 2
Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa dari 45 sampel kejadian

tertinggi terdapat pada kehamilan trimester 1 sebanyak 32 orang (71%) lalu diikuti

trimester 2 sebanyak 12 orang (27%) dan yang paling sedikit pada trimester 3 yaitu

1 orang (2%)
43

7. Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum Berdasarkan Kehamilan Ganda


Hasil analisis Univariabel pada Variabel Kehamilan Ganda dapat dilihat pada tabel

4.7 berikut ini :

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kehamilan Ganda pada Ibu Hamil Dengan
Hiperemesis Gravidarum di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya

Variabel Frekuensi (%)


Kehamilan Ganda

Ya 0 0
Tidak 45 100
Jumlah 45 100

Berdasarkan hasil analisis pada variabel kehamilan ganda maka didapatkan

ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum yang mengalami kehamilan ganda

sebanyak 0 orang (0%) sedangkan yang tidak mengalami sebanyak 45 orang

(100%)

8. . Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum Berdasarkan Kadar Hb


Hasil analisis Univariabel pada Variabel Kadar Hb dapat dilihat pada tabel 4.8

berikut ini :

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kadar Hb Ibu Hamil Dengan Hiperemesis


Gravidarum di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya

Variabel Frekuensi (%)


44

Kadar Hb

Normal (< 11 gr%) 39 87


Anemia Ringan (9-10 gr%) 5 13
Anemia Sedang (7-8 gr%) 0 0
Anemia Berat (< 7 gr%) 0 0
Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa kejadian hiperemesis gravidarum

pada kadar hb yang normal (< 11 gr%) berjumlah 39 orang (87%), anemia ringan

5 orang (13%), sedangkan penderita anemia sedang dan berat tidak ada

9. . Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum Berdasarkan Status


Hasil analisis Univariabel pada Variabel Status Pernikahan dapat dilihat pada tabel

4.9 berikut ini :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Status Penikahan Ibu Hamil Dengan


Hiperemesis Gravidarum di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya

Variabel Frekuensi (%)


Status Penikahan

Menikah 44 98
Tidak Menikah 1 2
Bercerai 0 0
Jumlah 45 100
45

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa kejadian hiperemesis gravidarum

pada status pernikahan yang tidak menikah 1 orang (2%) sedangkan menikah 45

orang (98%) dan bercerai tidak ada (0%)

B. Pembahasan

1. Karakteristik ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum

berdasarkan tingkat
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung. Secara

global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. (Saifuddin, 2010).

Komplikasi-komplikasi sebagai akibat langsung dari kehamilan yaitu komplikasi

lain yang sudah ada sebelum kehamilan atau persalinan, misalnya hipertensi,

penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia, malaria, dan lain-lain termasuk

hiperemesis gravidarum (Prawirohardjo, 2006).

2. Karakteristik ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum


berdasarkan umur
46

Berdasarkan hasil penelitian di RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya di

peroleh umur ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum yaitu terbanyak

pada kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 37 orang ( 83%), kelompok umur

>20 tahun 3 orang (7%) dan pada kelompok umur >35 tahun 4 orang (10%)

Hasil penelitian sesuai dengan teori Siswosudarmo (2010) yang menyatakan

bahwa Umur dapat mempengaruhi terjadinya hiperemesis gravidarum karena

ketidaksiapan dalam memproduksi lagi dapat menjadikan ibu menurun kondisinya

dan memerlukan perhatian khusus, karena rentan untuk menderita komplikasi-

komplikasi kehamilam lainny. Tetapi hasil penelitan ini tidak sesuai dngan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Armilah (2010) yang mengungkapkan bahwa usia

ibu memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian hiperemesis gravidarum.

Usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun lebih berisiko terhadap kejadian hiperemesis

gravidarum dibandingkan dengan usia dibandingkan dengan usia ibu 20-35 tahun.

3. Karakteristik ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum


berdasarkan pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pendidikan terbanyak yaitu

pendidikan SMA dengan jumlah 16 orang (36%), SMP 15 (33%) PT 5 orang

(20%) lalu diikuti oleh SD 5 orang.

Jadi hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikatakan Manuaba

(2010).Pendidikan dianggap sebagai salah satu unsur yang ikut menentukan

pengalaman dan pengetahuan seseorang baik dalam ilmu pengetahuan maupun


47

kehidupan sosial. Proses perubahan perilaku sikap seseorang dalam mendewasakan

manusia melalui pengajaran pelatihan

Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka pengetahuan tentang kehamilan

dan komplikasinya akan lebih baik. Dalam melakukan pelayanan dan penyuluhan

kesehatan juga akan lebih mudah. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan

mempengaruhi pola pikir dalam menjaga kesehatan dan pengetahuan komplikasi-

komplikasi dalam kehamilan

4. Karakteristik ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum

berdasarkan pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa terbanyak dengan

pekerjaan sebagai IRT yaitu 35 orang (78%), pada pekerjaan PNS sebanyak 5

orang (13%) dan pada swasta 4 orang (9%)

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut rahmawati (2010), Faktor

psikologik memegang peranan penting pada gangguan ini, karena dapat

menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah, faktor

tersebut meliputi ibu yang kehilangan pekerjaan.

5. Karakteristik ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum

berdasarkan gravida
48

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 45 sampel kejadian

terbanyak terdapat pada multigravida 24 orang (53%), pada primigravida 15

orang (33%) dan pada grande multigravida 6 orang (14%)

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut Winkjosastro (2006)

menyatakan bahwa Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-

60% multigravida namun teori menurut Rahmawati (2011), menyatakan bahwa

Penyebab hiperemesis belum diketahui secara pasti. Telah diketahui beberapa

faktor prodisposisi terjadinya hiperemesis gravidarum yaitu wanita hamil dengan

anemia, primigravida, kehamilan ganda dan mola hidatidosa.

6. Karakteristik ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum

berdasarkan usia kehamian

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 45 sampel kejadian

tertinggi terdapat pada kehamilan trimester 1 sebanyak 32 orang (71%) lalu diikuti

trimester 2 sebanyak 12 orang (27%) dan yang paling sedikit pada trimester 3 yaitu

1 orang (2%). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikatakan

Sulistyoningsih (2011) Hiperemesis gravidarum merupakan keadaan yang dapat

terjadi pada kehamilan trimester I, yang ditandai mual muntah yang berlebihan

dalam relatif lama serta penurunan keadaan umum ibu. Bila tidak segera diatasi

bisa menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan.


49

7. Karakteristik ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum

berdasarkan kehamilan ganda

Berdasarkan hasil penelitian pada variabel kehamilan ganda maka didapatkan

ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum yang mengalami kehamilan ganda

sebanyak tidak ada (0%) sedangkan yang tidak mengalami sebanyak 45 orang

(100%) hasil penelitian Rahmawati (2011), menyatakan bahwa . pada kehamilan

ganda jumlah hormon HCG yang dikeluarkan terlalu tinggi sehingga menyebabkan

terjadi hiperemesis gravidarum.

Dalam penelitian ini tidak bisa diketahui karena tidak ada kejadian

kehamilan ganda

8. Karakteristik ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum


berdasarkan kadar Hb

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kejadian hiperemesis

gravidarum pada kadar hb yang normal (< 11 gr%) berjumlah 39 orang (87%),

penderita anemia ringan 5 orang (13%), sedangkan penderita anemia sedang dan

berat tidak ada


Hal ini sesuai dengan teori Manuaba ( 2012) yang menyatakan bahwa

wanita hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum akan mengalami mual

muntah yang terus-menerus disertai dengan penurunan nafsu makan dan minum,
50

cadangan karbohidrat habis dipakai untuk keperluan energi dan berkurangnya

keseimbangan tubuh sehingga beresiko terjadinya anemia

9. Karakteristik ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum

berdasarkan Status Pernikahan


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kejadian hiperemesis

gravidarum pada status pernikahan yang tidak menikah 1 orang (2%) sedangkan

menikah 45 orang (98%) dan bercerai 0 orang (0%)

Hal ini sesuai dengan teori Rahmawati (2011), mengatakan bahwa Faktor

psikologik memegang peranan penting pada gangguan ini, karena dapat

menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah, faktor

tersebut meliputi : Rumah tangga yang retak dan hamil yang tidak diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai