Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan dan kelahiran merupakan kejadian normal dalam keh

idupan, walaupun hal tersebut adalah suatu yang normal tetapi pot

ensi terjadinya patologi pada wanita tetap ada, semua individu me

mpunyai resiko/potensial terjadinya patologis bagi ibu maupun janin.

(Handayani, 2018; Larasati, 2018).

Mual dan muntah (morning sickness, Emesis Gravidarum) adalah

mual dan muntah selama kehamilan yang terjadi antara empat dan

delapan minggu kehamilan dan terus berlanjut hingga 14‐16 mingg

u kehamilan dan gejala biasanya akan membaik. Mual dan muntah

selama kehamilan dapat berupa gejala yang ringan hingga berat.M

ual dan muntah adalah keluhan utama pada 70‐80% kehamilan yan

g dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan dapat menyebabkan

tubuh ibu menjadi lemah, muka pucat, dan frekuensi buang air kecil

menurun. (Saifuddin, 2011; Atika, 2016; Andria, 2017; Ali, 2018; Ro

fi’ah, 2019; Sumae, 2014).

Kejadian hiperemesis gravidarum berlangsung sejak usia kehamil

an 9-10 minggu. Kejadian ini makin berkurang dan selanjutnya diha

rapkan berakhir pada usia kehamilan 12-14 minggu.

1
sebagian kecil berlanjut sampai usia kehamilan 20-24 minggu. (Ma

gfirah Anita, 2013).

Mual dan muntah terjadi pada wanita hamil trimester I dan trime

ster II dapat berlangsung sampai 4 bulan yang dapat mengganggu

keadaan umum ibu hamil sehari-hari, kondisi ini disebut hiperemesi

s gravidarum. (Marlina Rahma, 2016).

Hiperemesis gravidarum menyebabkan tidak seimbangnya caira

n, elektrolit, asam‐ basa, defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat ba

dan yang cukup berat. Pada hiperemesis gravidarum dapat terjadi

dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat hilangnya asa

m hidroklorida pada saat muntah, hipokalemia dan ketonuria, sehin

gga mengharuskan pasien masuk dan dirawat di rumah sakit. (Wira

kusumah, 2011; Cunningham, 2006).

Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDK

I) Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia meningkat dari 228 per 10

0.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2007 menjadi 359 per 100.

000 kelahiran hidup pada tahun 2007-2012. Angka Kematian Ibu (A

KI) mengalami penurunan pada tahun 2012-2015 menjadi 305 per

100.000 kelahiran hidup dan jumlah kematian ibu di Indonesia pada

tahun 2019 yaitu sebanyak 4.221 kasus (Kemenkes RI, 2019).

2
Berdasarkan data dari dinas kesehatan kabupaten kolaka, jumlah

angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2021 yaitu 250/100.000

kelahiran hidup. Angka kematian ini meningkat dibanding tahun

2020 yakni 114 per 100.000 kelahiran hidup serta merupakan

angka terendah selama periode 5 tahun terakhir.

( dinas kesehatan kabupaten kolaka,2021).

Data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka kejadi

an hyperemesis gravidarum di Indonesia selama 2018 sebanyak 1.

864 (5,31%) dari 21.581 ibu hamil dan tahun 2019 mengalami peni

ngkatan yaitu 1.904 orang (5,42%) dari 25.234 ibu hamil yang mem

eriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan (Kemenkes, 2019).

Berdasarkan data yang diperoleh dari buku register kunjungan ibu

hamil di ruangan KIA dipuskesmas pomalaa pada tahun 2022 seba

nyak 42 orang menderita hiperemesis gravidarum, kemudian jumla

h yang datang memeriksakan kehamilannya sebanyak 649 ibu ham

il dipuskesmas pomalaa. (Buku Register ANC)

Hiperemesis Gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi a

ngka kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir 25% pasien Hiperem

esis Gravidarum dirawat inap lebih sekali.Terkadang, kondisi Hiper

emesis Gravidarum terus-menerus dan sulit sembuh membuat pasi

en depresi.

Pada kasus-kasus ekstrim, ibu-ibu hamil bahkan dapat merasa ingi

n melakukan terminasi kehamilan (Kevin, dkk, 2011).

3
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan di ruang

KIA buku register, didapatkan 649 ibu hamil yang datang

memeriksakan kehamilannya dan 42 ibu hamil yang menderita

hipermesis gravidarum. (Buku register ANC ruang KIA puskesmas

pomalaa).

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik

melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Gambaran

kejadian hipermesis gravidarum di puskesmas pomalaa tahun

2022”

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di

rumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran kejadian hipermesis gravidarum

menurut umur kehamilan di puskesmas pomalaa tahun 2022.

2. Bagaimanakah gambaran kejadian hipermesis gravidarum

menurut gravida di puskesmas pomalaa tahun 2022.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran kejadian hiperemesis gravidarum

di puskesmas pomalaa tahun 2022

2. Tujuan khusus

4
a. Untuk mengetahui gambaran kejadian hipermesis

gravidarum menurut umur kehamilan di puskesmas pomalaa

tahun 2022

b. Untuk mengetahui gambaran kejadian hipermesis

gravidarum menurut gravida di puskesmas pomalaa tahun

2022

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat praktis

Sebagai sumber data yang dapat digunakan untuk mengatasi

masalah kesehatan khususnya yang berkaitan dengan

hiperemesis gravidarum.

2. Manfaat Ilmiah

a. Sebagai informasi yang dapat digunakan dalam

pengembangan teori pelayanan kebidanan

b. Sebagai masukan atau informasi pada penelitian berikutnya

3. Manfaat bagi peneliti

Merupakan pengalaman berharga dalam rangka menambah

wawasan keilmuan melalui penelitian lapangan dalam

menghasilkan karya ilmiah.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang kehamilan

1. Definisi

Masa kehamilan adalah sebagai fertilisasi atau penyatuan d

ari spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau impla

ntasi.Lamanya hamil normal 40 minggu atau 9 bulan 7 hari dihit

ung dari hari pertama haid terakhir. (Prawirohardjo, 2018). Keha

milan adalah masa dimana terdapat janin di dalam rahim seoran

g perempuan. Masa kehamilan didahului oleh terjadinya pembu

ahan yaitu bertemunya sel sperma laki-laki dengan sel telur.sete

lah pembuahan, terbentuk kehidupan baru berupa janin dan tum

buh di dalam rahim ibu yang merupakan tempat berlindung yan

g aman dan nyaman bagi janin (Ratna, 2017 ).

Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitun

g sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya pe

rsalinan sejati, yang menandai awal periode antepartum. Sebali

knya periode prenatal adalah kurun waktu terhitung sejak hari p

ertama haid terakhir hingga kelahiran bayi yang menandai awal

periode pascanatal secara umum pengertian kehamilan adalah

dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Dimana periode keh

6
amilan dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT). Lamany

a kehamilan normal yaitu

40 minggu atau 9 bulan 7 hari. Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan

dibagi menjadi 3 bagian yaitu (Varney, 2017) :

a. Kehamilan triwulan pertama (antara 0 sampai 13 minggu).

b. Kehamilan triwulan kedua (antara 13 sampai 27 minggu).

c. Kehamilan triwulan ketiga (antara 27-40 minggu).

1. Menurut Prawirohardjo (2018),

Adaptasi Psikologis Dalam Masa Kehamilan Trimester III Trimester 3 s

ering disebut periode penantian. Wanita menanti kehadiran bayinya sebag

ai bagian dari dirinya, dia menjadi tidak sabar untuk segera melihat bayiny

a. Ada perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat pada

waktunya, fakta yang menempatkan wanita tersebut gelisah hanya bisa m

elihat dan menunggu tandadan gejalanya (Kusmiati, 2017)

2. Menurut Prawirohardjo (2018),

Tanda Dan Gejala Kehamilan Tanda tidak pasti kehamilan.

1. Amenorhea (tidak dapat haid) Gejala ini sangat penting karena umumny

a wanita hamil tidak dapat haid lagi sehingga tanggal hari pertama haid ter

akhir, umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan dapat diketahui me

nggunakan rumus Neagle.

2. Mual dan muntah Bisa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hing

ga akhir trimester pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut “morning

sickness”.

7
3. Anoreksia (tidak ada selera makan) Hanya berlangsung pada trimester

pertama kehamilan, tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi.

4. Mamae menjadi tegang dan membesar Keadaan ini disebabkan pengar

uh hormon estrogen dan progesterone yang merangsang duktus dan alve

oli payudara.

5. Miksing sering (sering buang air kecil) Disebabkan karena kandung ke

mih tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan hilang pad

a trimester kedua kehamilan, gejala ini kembali karena kandung kemih dit

ekan oleh kepala janin. 6. Konstipasi atau obstipasi Ini terjadi karena tonu

s otot uterus menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid ya

ng dapat menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

3. Menurut Kusmiyati (2017),

Deteksi Dini Bahaya Atau Komplikasi Ibu Dan Janin Pada Kehamilan Mud

a.

1. Perdarahan pervaginam Perdarahan pervaginam adalah perdarahan ya

ng terjadi pada kehamilan kurang dari 22 minggu. Perdarahan berwarna m

erah terang maupun berwarna merah tua (coklat kehitaman). Hal ini dapat

mengancam kesehatan ibu dan janin sehingga perdarahan yang terjadi se

lama kehamilan harus diselidiki. Penyebab perdarahan yaitu abortus, keha

milan ektopik terganggu (KET), dan mola hidatidosa.

2. Hipertensi Gravidarum Hipertensi adalah kenaikan tekanan diastolik 15

mmhg atau paling rendah 90 mmhg tekanan sistolik 30 mmhg atau paling

rendah 140 mmhg. Hipertensi gravidarum dibagi menjadi dua yaitu :

8
a. Hipertensi gestasional yaitu hipertensi yang terjadi setelah usia kehamil

an 20 minggu tanpa disertai proteinuria atau edema, preeklamsia, dan ekl

amsia

b. Hipertensi kronikaitu hipertensi yang terjadi sebelum usia kehamilan 20

minggu.

B. Pengertian Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan selama mas

a hamil. Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning siknes n

ormal yang umum dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi nor

mal dan berlangsung selama trimester pertama kehamilan (Varney, 2017).

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang terjadi sampai umur ke

hamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang dimaka

n dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan

pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseto

n dalam urin bukan karena penyakit seperti appendisistis, pielititis dan seb

againya (Nugroho, 2017).

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan pada wanita ha

mil yang terjadi selama masa hamil, biasanya terjadi pada awal kehamilan

sampai umur kehamilan 20 minggu sehingga pekerjaan sehari-hari dan ke

adaan umum menjadi buruk (Norma, 2018).

9
1. Etiologi

Kejadian hiperemesis gravidarum belum di ketahui dengan pasti. Tetapi b

eberapa faktor dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Faktor Predisposisi Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih ser

ing terjadi hiperemesis gravidarum. Sebagian kecil primigravida belum ma

mpu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan corionik gonadotropin, se

dangkan pada hamil kembar dan mola hidatidosa, jumlah hormon yang dik

eluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi hiperemesis gravidarum it

u.

2. Faktor psikologis Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hipereme

sis gravidarum belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang meno

lak hamil atau juga hamil yang tidak diinginkan, takut terhadap kehamilan

dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, takut kehilang

an pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami dan sebagainya diduga

dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum. Dengan perubaha

n suasana dan masuk rumah sakit penderitaannya dapat berkurang samp

ai menghilang.

3. Faktor alergi Pada kehamilan terjadi invasi jaringan villi korialis yang ma

suk ke dalam peredaran darah ibu menyebabkan perubahan metabolik aki

bat hamil, dan retensi yang menurun dari pihak ibu maka faktor alergi dian

ggap dapat menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum (Manuaba, 20

16).

10
Tanda dan Gejala Batas jelas antara mual yang masih fisiologi dalam keh

amilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umu

m penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gra

vidarium. Secara klinis hiperemesis gravidarum dibedakan menjadi 3 tingk

atan yaitu :

1. Tingkatan I (Ringan)

a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan:

1) Dehidrasi: turgor kulit turun

2) Nafsu makan berkurang

3) Berat badan turun

4) Mata cekung dan lidah kering

b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgit

as ke esofagus

c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun

d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit

e. Tampak lemah dan lemas.

2. Tingkatan II (Sedang)

a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya:

1) Turgor kulit makin turun

2) Lidah kering dan kotor

3) Tampak cekung dan sedikit ikteris

b. Kardiovaskuler

1) Frekuensi nadi semakin cepat >100 kali/menit

11
2) Nadi kecil karena volume darah turun

3) Suhu badan meningkat

4) Tekanan darah turun

c. Liver (Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus)

d. Ginjal : Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang menyebab

kan:

1) Oliguria

2) Anuria

3) Terdapat timbunan benda keton aseton

4) Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan

5) Kadang-kadang muntah bercampur darah akibat rupturesofagus dan pe

cahnya mukosa lambung pada sindrom mallory weiss.

3. Tingkatan III (Berat)

1) Keadaan umum lebih parah

2) Muntah tidak berhenti

3) Sindrom mallory weiss

4) Kesadaran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma

5) Terdapat ensefalopati weniche: (Nistagmus, Diplopia, Gangguan menta

6) Kardiovaskuler (Nadi kecil, tekanan darah menurun, dan temperatur me

ningkat)

7) Gastrointestinal

a. Ikterus semakin berat

12
b. Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin ta

jam

c. Ginjal (Oliguria semakin parah dan menjadi anuria).

2. Patofisiologi

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah p

ada hamil muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi

dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.

1. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat d

an lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak ya

ng tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunya asam aseton-ase

tik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.

2. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah dapat

menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkura

ng. Natrium dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyababk

an hemokonsentrasi sehingga aliran darah kejaringan berkurang.

3. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan muntah bertambah

nya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah-muntah lebih bany

ak, dari pada merusak hati dan terjadinya lingkaran setan yang sulit dipata

hkan.

13
4. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terja

di robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-

Weiss) dengan akibat pendarahan gastro intestinal (Rahmawati, 2017).

3. Diagnosis

Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan

adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga mempenga

ruhi keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda d

engan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri ya

ng dapat pula memberikan gejala muntah. Hiperemesis gravidarum yang t

erus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat me

mpengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera dibe

rikan (Rahmawati, 2017).

4. Pencegahan

Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hipereme

sis grividarum dengan cara :

1. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai su

atu proses yang fisiologik.

2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah meru

pakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setela

h kehamilan 4 bulan.

3. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam ju

mlah kecil tapi sering

14
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari temp

at tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.

5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.

6. Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau saat dingin.

7. Defekasi teratur

8. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjur

kan makanan yang banyak mengandung gula (Rahmawati, 2017).

5. Penatalaksanaan

Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka dipe

rlukan:

1. Obat-obatan

1) Sedativa : Phenobarbital

2) Vitamin Vitamin B1 dan B6 atau B-kompleks

3) Anti histamin : Dramamin,avomin

4) Anti emetik (pada keadaan lebih berat) : Disiklomin hidrokhloride atau k

hlorpromasin penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu

di kelola di rumah sakit.

2. Isolasi

1) Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan per

edaran udara yang baik.

2) Catat cairan yang keluar masuk

3) Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar pendrit

a, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan

15
4). Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam. Kadang-kada

ng dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pen

gobatan.

3. Terapi psikologik

1)Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan.

2) Hilangkan rasa takut oleh kehamilan.

3) Kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik.

4) Cairan parenteral

a. Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5

% dalam cairan fisiologis (2-3 liter/hari).

b. Dapat ditambah kalium, dan vitamin (vitamin B kompleks, vitamin C) c.

Bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena. d.

Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik d

apat di berikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair. Denga

n penanganan diatas, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan k

eadaan akan bertambah baik.

5) Menghentikan kehamilan Bila pengobatan tidak berhasil, bahkan gejala

semakin berat hingga timbal ikterus, delirium, koma, takikardia, anuria, da

n pendarahan retina, pertimbangan abortus (Rahmawati, 2017).

16
6. Diet

Diet hiperemesis I : diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan

hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersam

a makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya.makanan ini kurang dalam zat-zat

gizi kecuali vitamin C karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.

Diet hiperemesis II : diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Sec

ara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Mi

numan tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam sem

ua zat-zat gizi kecuali Vitamin A dan D.

Diet hiperemesis III : diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ring

an. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama m

akanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium (Nugroh

o, 2017).

C. Tinjauan umum tentang variabel penelitian

1. Hiperemesis gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah gejala mual dan muntah yang

berlebihan pada ibu hamil ( Fadlun, 2011).

Hiperemesis gravidarum dapat mempengaruhi keadaan umum dan

pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan terdapat

aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti apendisitis, pielititis dan

sebagainya ( Joseph Hk, 2010).

17
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat

dan dimalam hari ( Dewi Kartika, 2012)

2. Umur kehamilan

Umur kehamilan didefinisikan sebagai umur kehamilan ibu yang

dihitung sejak HPHT sampai pada saat pemeriksaan kehamilan (Helen

Varney, 2008).

Menentukan umur hamil sangat penting untuk memperkirakan

persalinan. Umur hamil dapat ditentukan dengan:

a. Mempergunakan rumus naegle

Rumus naegle dapat dihitung hari haid pertama ditambah 7 dan

bulannya dikurang 3 dan tahun ditambah 1.

b. Gerakan pertama fetus

Dengan memperkirakan terjadinya gerakan pertama fetus pada

umur kehamilan 16 minggu, maka perkiraan umur kehamilan dapat

diperkirakan.

c. Perkiraan tingginya fundus uteri

Mempergunakan tinggi fundus uteri untuk memperkirakan umur

hamil terutama tepat pada hamil pertama. Secara tradisional

perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi fundus dan

membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain simfisis

pubis, umbilicus, atau prosesus xipoideus. Cara tersebut dilakukan

tanpa memperhitungkan ukuran tubuh ibu.

18
1) Tinggi fundus uteri = umur kehamilan

2) 1/3 diatas simfisis= 12 minggu

3) ½ simfisis-pusat= 16 minggu

4) 2/3 diatas simfisis- 20 minggu

5) Setinggi pusat= 22 minggu

6) 1/3 diatas pusat= 28 minggu

7) ½ pusat- prosesus xifoideus= 34 minggu

8) Setinggi prosesus xifoideus= 36 minggu

9) Dua jari (4 cm) dibawah prosesus xifoideus= 40 minggu

(Marni, 2011).

3. Gravida

Gravida adalah jumlah kehamilan yang pernah di alami wanita (Helen

Varney,2006).

Mual dan muntah terjadi 60%- 80% pada primigravida dan 40%-60%

pada multigravida satu diantara 100 kehamilan ini disebabkan karenan

meningkatnya hormone estrogen dan HCG (Saifuddin, 2008).

Hiperemesis gravidarum lebih banyak terjadi pada wanita yang baru

pertama kali hamil dan wanita dengan paritas tinggi seperti ibu yang

sudah mengalami kehamilan yang ke empat . ini tidak terlepas oleh

karena factor psikologis yakni adanya perasaan takut terhadap tanggung

jawab sebagai ibu bila ibu tersebut tidak sanggup mengurus anak-

19
anaknya. Ini menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual

dan muntah (Helen Varney, 2006).

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar pemikiran variabel penelitian

Hiperemesis gravidarum masih merupakan masalah utama dalam

bidang kesehatan khususnya di bidang obstetric baik di Negara

maju maupun di Negara berkembang.

Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah hebat

menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau

gangguan elektrolit sehingga menganggu aktifitas sehari-hari dan

membahayakan janin di dalam kandungan yang di tandai dengan

penurunan tekanan darah, nadi cepat,turgor mengurang. Pada

umumnya hiperemesis gravidarum dapat terjadi pada trimester

berapapun biasanya di mulai pada trimester pertama kehamilan

dan menetap dengan derajad yang bervariasi sepanjang masa

kehamilan.

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel

independen dan dependen. Yang termasuk variabel dependen

( variabel yang terpengaruh) adalah hiperemesis gravidarum.

Sedangkan variabel independen ( variabel yang mempengaruhi )

adalah umur kehamilan dan gravida.

20
1. Umur kehamilan

Umur kehamilan adalah umur kehamilan ibu yang dihitung dari

HPHT sampai didiagnosa hiperemesis. Mual dan muntah terkait

dengan kehamilan, sering dimulai pada usia kehamilan trimester

I puncaknya dab menghilang 50% kasus pada usia kehamilan

trimester II kehamilan, hal ini biasa berlanjut 20-22 minggu.

Perasaan mual ini disebabkan oleh meningkatnya level hormon

human chorionic gonadotrophin (HCG) yang tinggi.Hormon ini

meningkat cepat pada triwulan pertama kehamilan dan dapat

memicu bagian dari otak yang mengontrol mual dan muntah

sehingga ibu lebih sering mengalami mual dan muntah pada

trimester I.sedangkan setelah umur kehamilan mencapai

trimester II ,peningkatan hormon sudah stabil sehingga ibu

mampu beradaptasi terhadap perubahan hormon tersebut. Mual

dan muntah yang dialami ibu juga berkurang. Mual dan muntah

biasanya dimulai pada minggu 9-10, puncaknya terjadi pada

minggu 12-14 dan hanya 1 dari 10% kehamilan hiperemesis

gravidarum berlanjut sampai 20-22 minggu. Perasaan mual ini

disebabkan oleh meningkatnya level hormon Chorionic

Gonadotrophin (HCG) yang tinggi. Hormon ini meningkat cepat

21
pada triwulan pertama kehamilan dan dapat memicu bagian dari

otak yang mengontrol mual dan muntah sehingga ibu lebih

sering mengalami mual dan muntah pada trimester I.

Sedangkan setelah umur kehamilan mencapai trimester II,

peningkatan hormone sudah stabil sehingga ibu mampu

beradaptasi terhadap perubahan hormone tersebut.

Mual dan muntah yang dialami ibu juga berkurang. Mual dan

muntah biasanya dimulai pada minggu 9-10, puncaknya terjadi

pada minggu 12-14 dan hanya 1 dari 10% kehamilan

hyperemesis gravidarum berlanjut sampai minggu 20-22.

(www.Emedecine.com diakses tanggal 15 mei 2023).

2. Gravida

Gravida adalah jumlah kehamilan yang pernah di alami

wanita, pada wanita primigravida belum mampu beradaptasi

terhadap hormon estrogen dan hormone human chorionic

gonadotropin (HCG) yang dikeluarkan terlalu tinggi yang

merangsang timbulnya mual dan muntah sehingga terjadi

hiperemesis gravidarum. Sedangkan pada multigravida ibu

sudah mampu beradaptasi terhadap perubahan hormon

tersebut karena sudah pernah mengalami perubahan hormon

pada kehamilan sebelumnya

22
B. Kerangka konsep

Umur kehamilan

Hipermesis
gravidarum

Gravida

Keterangan :

: Variabel independen

: Variabel dependen

: Variabel yang diteliti

23
C. Definisi operasional dan kriteria objektif

Hipermesis gravidarum yaitu gejala mual dan muntah yang berlebihan

pada wanita hamil sampa menganggu pekerjaan sehari-hari yang dapat

menyebabkan dehidrasi dan kelaparan ( skala ordinal ).

Kriteria objektif :

Hiperemesis : apabila bila ibu hamil mengalami mual dan muntah

berlebihan sampai menganggu pekerjaan sehari-hari.

Tidak hipermesis : apabila ibu hamil tidak mengalami mual muntah

berlebihan sampai menganggu pekerjaan sehari-hari

Umur kehamilan : yaitu umur kehamilan ibu yang dihitung dari HPHT

sampai di diagnose hipermesis ( skala ordinal ).

Kriteria objektif :

Risiko tinggi : jika umur kehamilan 0-12 minggu.

Risiko rendah : jika umur kehamilan 13-42 minggu.

Gravida adalah jumlah kehamilan yang pernah dialami ibu ( skala

ordinal ).

Kriteria objektif :

Risiko tinggi : jika ibu hamil 1 kali dan > 3 kali

Risiko rendah : jika ibu hamil 2-3 kali.

24
25

Anda mungkin juga menyukai