A G₂P₁A0H₁ USIA
KEHAMILAN 8 - 9 MINGGU DENGAN HIPEREMISIS
GRAVIDARUM DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA
JAMBI
TAHUN 2023
Disusun Oleh:
DIANA WULANDARI
22.1015901.003
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia serta hidyah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus kelolaan dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. A G₂P₁A0h₁ Usia
Kehamilan 8 - 9 Minggu Dengan Hiperemisis Gravidarum Di Puskesmas Talang
Bakung Kota Jambi Tahun 2023’’.
Laporan Kasus ini penulis susun dalam rangka pencapaian kompetensi, dan
merupakan salah satu tugas yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa Profesi
Kebidanan.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus kelolaan ini masih belum
sempuna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu,dengan
segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus kelolaan ini dapat memenuhi
tugas akhir seminar kasus kelolaan individu.
Penulis
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) kejadian
Hiperemesis Gravidarum sekitar 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan
muntah dan kira-kira 5% dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk
penggantian cairan. Data di Indonesia, perbandingan insidensi mual muntah yang
mengarah pada patologis atau yang disebut hiperemesis gravidarum 4 : 1000
kehamilan. Diduga 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual muntah dan kira-
kira 5% dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan dan
koreksi ketidakseimbangan elektrolit (Kartikasari, 2017).
Keluhan mual muntah pada saat kehamilan dapat berlangsung ringan sampai
berat. Apabila keluhan ini menyebabkan gangguan yang berat, menetap, dan
mengganggu aktivitas sehari-hari, maka hal ini disebut dengan hiperemesis
gravidarum. Hiperemesis gravidarum adalah bentuk parah mual dan muntah yang
jarang terjadi pada kehamilan. Mual muntah berlebihan merupakan salah satu
komplikasi kehamilan yang mempengaruhi status kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin (Syhril, 2018). Perasaan mual ini disebabkan oleh karena
meningkatnya kadar hormon estrogen dan Hormon Chorionic Gonadotrophin
(HCG) (Kasrida, 2017).
Angka kematian ibu di Provinsi Jambi pada tahun 2016 kematian ibu
mencapai angka 59 kasus kemudian menurun pada tahun 2017 menjadi 29 kasus
dengan salah satu penyebabnya yaitu ibu dnegan hiperemesis gravidarum, pada
kejadian hiperemesis gravidarum pada tahun 2018 jumlah data penderita
hiperemesis gtavidarum mencapai 375 kasus yang cenderunng meningkat, yang
sebelumnya berjumlah 328 kasus.
2
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
D. Manfaat penulisan
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
Gejala utama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah saat hamil,
yang bisa terjadi hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini bisa sampai
mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan. Muntah yang
berlebihan juga dapat menyebabkan ibu hamil merasa pusing, lemas, dan mengalami
dehidrasi.
4
Selain mual dan muntah secara berlebihan, penderita hiperemesis gravidarum
juga dapat mengalami gejala tambahan berupa :
1. Sakit kepala
2. Kontsipasi
3. Sangat sensitif terhadap bau
4. Produksi air liur berlebihan
5. Inkontinensia urine
6. Jantung berdebar
a. Muntah berlebihan
b. Dehidrasi ringan
c. Nyeri pada epigastrium
d. Berat badan menurun
e. Tekanan darah sistolik menurun
f. Turgor kulit menurun
5
g. Lidah mengering
h. Tampak lemah dan lemas
2. Tingkat II (Hiperemesis Gravidarum Sedang)
a. Tampak lemah dan pusing
b. Dehidrasi sedang
c. Tufgor kulit turun
d. Lidah mengering
e. Tampak ikterus
f. Nadi meningkat, temperatur naik, tekanan daran turun
g. Hiemokonsentrasi diserta oligoria
h. Badan keton dalam keringat dan air kencing
3. Tingkat III (Hiperemesis Gravidarum Berat)
a. Kesadaran somnolen sampai koma
b. Ikterus yang semakin nyata
c. Komplikasi yang mungkin tampak
1) Nistagmus
2) Diplopia
3) Perubahan mental
4) Muntah diserta darah
C. Penyebab
Dalam Manuaba (2014), penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui
secara pasti. Tetapi beberapa faktor predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Faktor adaptasi dan hormonal
Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis
gravidarum. Dapat dimasukan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita
hamil dengan anemia, wanita primigravida, dan overdistensi rahim pada hamil
ganda dan hamil mola hidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu
beradaptasi terhadap hormon estrogen dan koreonik gonaditropin, sedangkan pada
hamil ganda dan mola hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi
dan menyebabkan terjadi hiperemesis gravidarum itu.
6
2. Faktor psikologi
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum
jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut kehilangan
pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami dan sebagainya, diduga dapat
menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum. Dengan perubahan suasana dan
masuk rumah sakit penderitaannya dapat berkurang sampai menghilang.
3. Faktor alergi
Pada kehamilan, di mana diduga terjadi invasi jaringan villi korialis yang
masuk ke dalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat
menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum sering terjadi pada:
a. Primigravravida
Dikarenakan faktor adaptasi dan hormonal yang menyebakan
primigravida beresiko terhadap hiperenesis gravidarum. Karena sebagian kecil
primigravda belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan
gonadrotopin korionik.
b. Molahidatidosa
Pada mola jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi sehingga
menyebabkan hiperemesis gravidarum.
c. Kehamilan Kembar
Ini merupakan gejala kehamilan yang berebihan. Biasanya jika ada janin
kembar maka ibu akan mengalami mual di pagi hari yang dapat berlipat ganda.
Akan tetapi semua ini juga bisa terjadi pada kehamilan janin tunggal.
- Faktor organ, karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik.
- Faktor psikologi, keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, hamil yang
tidak diinnginkan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
memikul tanggung jawab dan sebagainya.
- Faktor endokrin, Faktor endokrin atau hormonal memiliki efek metabolik
yang dapat mengganggu metabolisme dan sistem pencernaan sheingga
memperparah keadaan mual dan muntah (Sheehan, 2007). Peningkatan
berlebihan hormon selama kehamilan dalam serum darah maternal secara
7
cepat dan tinggi. Hormon Progesteron juga diduga menyebabkan mual dan
muntah dengan cara menghambat motilitas lambung dan gelombang
kontraksi otot polos lambung. Hormon lain seperti kortisol yang tinggi dan
adanya keparahan keadaan stress atau gangguan psikologis menunjukan
korelasi positif, ketika stres muncul sumbu hipotalamus hipofisis adrenal
akan memicu reaksi psikologis seperti peningkatan kadar serum kortisol
d. Diabetes
Gejala mual muntah juga disebakan oleh gangguan traktus digestivus
seperti pada penderita diebetes melitus (gastroparesis diabeticorm). Hal ini
disebabkan oleh gangguan mortilitas usus pada penderita atau pada setelah
operasi vagotomi.
e. Grastitis
Vomitus yang terjadi pada saat makan atau segera sesudahnya dapat
menunjukkan vomitus psikogenetik atau ulkus peptik dengan pilorospasme.
Muntah yang terjadi 4-6 jam atau lebih setelah makan dan mengenai eliminasi
jumlah besar makanan yang tidak ditelan sering menunjukan retensi lambung
atau gangguan esofagus tertentu. Vomitus yang bersifat proyektif atau tanpa
didahului nausea menunjukan kemungkinan lesi pada sistem saraf pusat.
8
oblongata. Pusat muntah ini berdekatan dengan pusat pernapasan dan pusat
vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan melalui saraf kranial V,
VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diapragma, otot
iga dan otot abdomen (Prawirohardjo, 2002).
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya
kadar esterogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trisemester pertama. Pengaruh
fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dai sistem saraf pusat
akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan
wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-
bulan (Wiknjosastro, 2015).
9
Muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh makin berkurang sehingga
darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang dapat menyebabkan peredaran darah
menjadi lambat, yang berarti konsumsi oksigen dan nutrisi di jaringan berkurang.
Kekurangan nutrisi dan oksigen di jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan
yang dapat menambah beratnya keadaaan janin dan ibu hamil. Selain itu, muntah
yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler pada
lambung dan esofagus sehingga terkadang muntah bisa bercampur darah (Manuaba,
2009).
10
E. Pathways
F. Pemeriksaan Fisik
11
1. Kesadaran
2. Tanda vital
3. Berat badan
4. Saturasi oksigen
5. Tanda-tanda dehidrasi
6. Pemeriksaan status obstetri
7. Pemeriksaan tiroid
8. Status genralis lainnya yang berhubungan dengan anamnesis riwayat
penyakit.
G. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah
lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar),
analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien
dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan
parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50-
60% terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal dapat
dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori. Pemeriksaan laboratorium
umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin,
ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan
USG penting dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun mola
hidatidosa (Widayana,2013).
H. Terapi/Tindakan Penanganan
Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkam
untuk makan. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
12
Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan
karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan
yang banyak mengandung gula (Anwar, 2011).
13
2. Isolasi dan pengobatan psikologik
Dengan melakukan isolasi di ruangan sudah dapat meringankan wanita
hamil karena perubahan suasana dari lingkungan rumah tangga. Petugas dapat
memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang berbagai masalah
berkaitan dengan kehamilan. Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang,
tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang masuk dan keluar
dan tidak diberikan makan dan minum dan selama 24 jam. Kadang- kadang
dengan isolasi saja gejala- gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini (Wiknjosastro. 2015).
14
4. Pemberian cairan pengganti
Cairan pengganti dapat diberikan dalam keadaan darurat sehingga
keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang diberikan adalah glikosa
5% sampai 10% dengan keuntungan dapat mengganti cairan yang hilang dan
berfungsi sebagai sumber energi sehingga terjadi perubahan metabolisme dari
lemak menjadi protein menuju ke arah pemecahan glukosa. Cairan tersebut
dapat ditambahkan vitamin C, B kompleks, atau kalium yang diperlukan untuk
kelancaran metabolisme. Lancarnya pengeluaran urin memberi petunjuk bahwa
keadaan ibu hamil berangsur-angsur membaik. Pemeriksaan yang perlu
dilakukan adalah pemeriksaan darah, urine, dan bila memungkinkan
pemeriksaan fungsi hati dan ginjal. Bila muntah berkurang dan kesadaran
membaik, ibu hamil dapat diberikan makan minum dan mobilisasi (Manuaba,
2014).
5. Penghentian Kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika memburuk.
Delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, auria, dan perdarahan merupakan
manifestasi komplikasi organic. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus terapuetik sering sulit diambil. Oleh karena di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi di lain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi
gejala irreversible pada organ vital (Wiknjosastro, 2015).
15
a. Gangguan kejiwaan
1) Delirium
2) Apatis, somnolen sampai koma
3) Terjadi gangguan hiwa ensefalopati Wenicke
b. Gangguan penglihatan
1) Perdarahan retina
2) Kemunduran penglihatan
c. Gangguan faal
1) Hati dalam bentuk ikterus
2) Ginjal dalam bentuk anuria
3) Jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat
4) Tekanan darah menurun
I. Komplikasi
Hiperemesis grvidarum dapat menyebabkan berbagai komplikasi yaitu gagal
ginjal aku, robekan Mallory-Weiss, ruptur esofagus,Wernicke encephalopathy,
pneumothoraks, pendarahan intrakranial janin, bayi prematur, berat bayi lahir rendah,
vasispasme arteri serebral, serta beban psikologis (Cunningham, 2012).
16
1. Komplikasi pada ibu
Menurut Setiawan (2017) ibu akan kekurangan nutrisi dan cairan sehingga
keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan gangguan
asam basa, pneumini aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang
menyebabkan peredaran rupture esophagus, kerusakan hepar dan kerusakan
ginjal.
2. Komplikasi pada janin
Menurut Setiawan (2016) pertumbuhan dan perkembangan janin karena
nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang
mengakibatkan peredaran darah janin berkurang. Pada bayi, jika hiperemesis ini
terjadi hanya di awal kehamilan tidak berdampak terlalu serius, tetapi jika
sepanjang kehamilan si ibu menderita hiperemesis gravidarum, maka
kemungkinan bayinya mengalami BBLR, IUGR, Prematur hingga abortus
(Winkjosastro, 2015).
17
BAB III
LAPORAN KASUS
S:
Ny. A mengatakan sering merasa mual dan muntah.
Ny. A mengatakan sering merasa lemah.
Ny. A mengatakan sering merasa cepat lelah.
Ny. A mengatakan tidak nafsu makan.
O: 1. K/U
2. TTV
: Lemah, Kesadaran : apatis, Status emosional :Tidak Stabil
: TD : 100/ 70 mmHG R : 24 x/ menit
18
7. Telinga : Simetris :Ya
Serumen : Tidak Ada
8. Leher : Kelenjar Tiroid : Tidak Ada Pembengkakan
Kelenjar Limfe : Tidak Ada Pembengkakan
9. Payudara : tidak dilakukan
10. Abdomen : Bekas Luka Operasi : Tidak Ada
Kandung Kemih : Kosong
11. Pinggang : Nyeri Ketuk CVAT : -
12. Ekstremitas : Atas Bawah
Simetris : Ya Simetris : Ya
Oedema : Tidak Oedema : Tidak
Varises : Tidak Varises : Tidak
13. Genitalia : Vulva : bersih
Anus : Tidak Ada Hemoroid
14. Pemeriksaan Penunjang : kolaborasi dengan dokter
A:
Ny. A usia 26 tahun dengan Hiperemisis gravidarum
Diagnosa potensial : Emisis patologis
Kebutuhan tindakan segera : kolaborasi dengan dokter
P:
Melakukan inform concent.
Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa Ny. A mengalami Hiperemisis
gravidarum.
Memberikan edukasi tentang tanda dan gejala Hiperemisis gravidarum. Tanda
dan gejala Hiperemisis gravidarum : Mual dan muntah, yang parah dan
berkepanjangan, Berat badan menurun, Dehidrasi, Jantung berdebar,
Konstipasi, Mengeluarkan air liur secara berlebihan, Pusing dan nyeri kepala,
Sangat sensitif terhadap aroma, Sulit menelan makanan atau minuman,
Hipotensi atau tekanan darah rendah, Berat badan bayi rendah, Masalah
psikologis, seperti stres, bingung, cemas, bahkan putus asa.
19
Menjelaskan tentang cara pencegahan hiperemisis gravidarum pada ibu
hamil:
Obat nonfarmakologi
Untuk menetralisir rasa mual dengan menghirup aroma kulit jeruk
nipis dan minum wadang jahe hangat setiap pagi dan malam.
Evaluasi :
Ny. A mengerti tentang penjelasan yang di berikan dan mau
melaksanakan anjuran yang di berikan.
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurangnya edukasi tentang pencegahan dan penanganan hiperemisis
gravidarum merupakan salah satu faktor yang dapat meyebabkan ibu hamil
mengalami hiperemisis gravidarum. Kurang perhatiannya Ny. A terhadap pola
makan juga menjaga asupan makanannya membuat Ny. A mengalami hiperemisis
gravidarum. Setelah diberikan asuhan kebidanan, Ny. A mengerti dan akan
melakukan sesuai edukasi yang diberikan yaitu menjaga pola makan juga menjaga
asupan makanannya lebih baik lagi.
B. Saran
1. Mahasiswa
Diharapkan dengan tugas ini, mahasiswa dapat meningkatkan proses belajar
atau menyelesaikan tugas, dan juga menambah wawasan dalam pengetahuan
tentang tindakan penyelesaian masalah ibu hamil dengan hiperemisis gravidarum.
2. Institusi pendidikan
Sebagai salah satu acuan untuk peningkatan kualitas pendidikan di Prodi
Profesi khusus nya tentang penyelesaian masalah yang sering dialami ibu hamil.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
23