Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

A G₂P₁A0H₁ USIA
KEHAMILAN 8 - 9 MINGGU DENGAN HIPEREMISIS
GRAVIDARUM DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA
JAMBI
TAHUN 2023

Disusun Oleh:
DIANA WULANDARI
22.1015901.003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN STIKES


KELUARGA BUNDA JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia serta hidyah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus kelolaan dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. A G₂P₁A0h₁ Usia
Kehamilan 8 - 9 Minggu Dengan Hiperemisis Gravidarum Di Puskesmas Talang
Bakung Kota Jambi Tahun 2023’’.
Laporan Kasus ini penulis susun dalam rangka pencapaian kompetensi, dan
merupakan salah satu tugas yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa Profesi
Kebidanan.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus kelolaan ini masih belum
sempuna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu,dengan
segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus kelolaan ini dapat memenuhi
tugas akhir seminar kasus kelolaan individu.

Jambi, April 2023

Penulis

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO pada tahun 2018 sebanyak 303.000 perempuan meninggal


selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Sekitar 830 wanita meninggal akibat
komplikasi kehamilan atau melahirkan terkait diseluruh dunia setiap hari. Sebanyak
99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara
berkembang. Risiko kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika
dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 12 negara maju.

Hiperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah


lebih dari 10 kali dalam 24 jam, sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan
keadaan umum menjadi buruk. Keadaan ini rata-rata muncul pada usia kehamilan
8-12 minggu.

Kehamilan dengan hiperemesis gravidarum menurut World Health


Organization (WHO) mencapai 12,5% dari seluruh jumlah kehamilan di dunia
dengan angka kejadian yang beragam yaitu mulai dari 0,3% di Swedia, 0,5% di
California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan,
dan 1,9% di Turki (WHO, 2018).

Sementara itu, kejadian Hiperemesis Gravidarum juga banyak terjadi terjadi


di Asia contohnya di Pakistan, Turki dan Malaysia. Sementara itu, angka kejadian
hiperemesis gravidarum di Indonesia adalah mulai dari 1% sampai 3% dari seluruh
kehamilan. (Maulana, 2012).

Angka kejadian hiperemesis gravidarum di Indonesia adalah mulai dari 1-3%


dari seluruh kehamilan sekitar 5.324.562 jiwa (Armiati, 2018). Tingginya
komplikasi hiperemesis gravidarum disebabkan adanya racun yang berasal dari
janin/kehamilan. Selain itu, adanya peningkatan kadar serum korionik gonadotropin
atau hormon estrogen dengan cepat dialam darah ibu hamil (Yossi, 2014).

1
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) kejadian
Hiperemesis Gravidarum sekitar 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan
muntah dan kira-kira 5% dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk
penggantian cairan. Data di Indonesia, perbandingan insidensi mual muntah yang
mengarah pada patologis atau yang disebut hiperemesis gravidarum 4 : 1000
kehamilan. Diduga 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual muntah dan kira-
kira 5% dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan dan
koreksi ketidakseimbangan elektrolit (Kartikasari, 2017).

Keluhan mual muntah pada saat kehamilan dapat berlangsung ringan sampai
berat. Apabila keluhan ini menyebabkan gangguan yang berat, menetap, dan
mengganggu aktivitas sehari-hari, maka hal ini disebut dengan hiperemesis
gravidarum. Hiperemesis gravidarum adalah bentuk parah mual dan muntah yang
jarang terjadi pada kehamilan. Mual muntah berlebihan merupakan salah satu
komplikasi kehamilan yang mempengaruhi status kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin (Syhril, 2018). Perasaan mual ini disebabkan oleh karena
meningkatnya kadar hormon estrogen dan Hormon Chorionic Gonadotrophin
(HCG) (Kasrida, 2017).

Angka kematian ibu di Provinsi Jambi pada tahun 2016 kematian ibu
mencapai angka 59 kasus kemudian menurun pada tahun 2017 menjadi 29 kasus
dengan salah satu penyebabnya yaitu ibu dnegan hiperemesis gravidarum, pada
kejadian hiperemesis gravidarum pada tahun 2018 jumlah data penderita
hiperemesis gtavidarum mencapai 375 kasus yang cenderunng meningkat, yang
sebelumnya berjumlah 328 kasus.

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan membahas tentang laporan kasus


yang berjudul Asuhan Kebidanan Komprehensif Kehamilan pada Ny. A G₂P₁A0 H₁
8-9 minggu dengan Emesis Gravidarum di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi
tahun 2023.
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam kasus ini yaitu “Bagaimanakah asuhan kebidanan


pada Ny. A G₂P₁A0 H₁ 8-9 minggu dengan Emesis Gravidarum di Puskesmas
Talang Bakung Kota Jambi tahun 2023 ?”.

2
C. Tujuan
a. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakasanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil patologis


dengan Hiperemesis Gravidarum (HEG) dengan menggunakan manajamen
kebidanan dan mendokumentasikan dalam bentuk SOAP.
b. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian data pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum
b. Mengidentifikasi masalah dan mendiagnosa
c. Mengidentifikasi masalah potensial
d. Mengidentifikasi kebutuhan segera
e. Menentukan perencanaan
f. Melakukan penatalaksanaan
g. Mengevaluasi tindakan
h. Mendokumentasikan asuhan kebidanan

D. Manfaat penulisan

Adapun manfaat penulisan dari laporan ini yaitu:


1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dengan mengamati suatu
permasalahan sehingga mendapatkan pengalaman yang nyata bagi penulis dalam
proses pembuatan laporan.
2. Bagi klien dan keluarga
Klien dan keluarga dapat mencegah dan mendeteksi secara dini serta dapat
segera mengambil keputusan yang tepat untuk datang ke fasilitas kesehatan bila
terdapat tanda dan hiperemesis gravidarum.

3. Bagi pusat pelayanan kesehatan


Sebagai bahan masukan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
kebidanan terutama mengenai pendekatan manajemen kebidanan pada ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan


sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang- kadang begitu hebat di
mana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan
menurun, dan dehidrasi. Penyebab penyakit ini belum diketahui pasti, tetapi
diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin, biokimiawi, dan psikologis
(Prawirohardjo, 2017).

Wiknjosastro (2015) mengatakan bahwa hiperemesis gravidarum adalah mual


dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil, seorang ibu menderita hiperemesis
gravidarum jika seorang ibu memuntahkan segala macam yang dimakan dan
diminumnya hingga berat badan ibu sangat turun, turgor kulit kurang, diurese kurang
dan timbul aseton dalam air kencing.

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan


20 minggu, muntah bergitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari,
berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bukan karena
penyakit seperti appendicitis, pielititis, dan sebagainya (Joseph, 2010).
B. Tanda dan Gejala

Gejala utama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah saat hamil,
yang bisa terjadi hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini bisa sampai
mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan. Muntah yang
berlebihan juga dapat menyebabkan ibu hamil merasa pusing, lemas, dan mengalami
dehidrasi.

4
Selain mual dan muntah secara berlebihan, penderita hiperemesis gravidarum
juga dapat mengalami gejala tambahan berupa :
1. Sakit kepala
2. Kontsipasi
3. Sangat sensitif terhadap bau
4. Produksi air liur berlebihan
5. Inkontinensia urine
6. Jantung berdebar

Gejala hiperemesis gravidarum biasanya muncul di usia kehamilan 4-6


minggu dan mulai mereda pada usia kehamilan 14-20 minggu. Mual dan muntah
yang dirasakan ibu hamil cenderung akan membuat mereka menjadi lebih lemah
dan akan meningkatkan kecemasaan terhadap kejadian yang lebih parah. Masalah
psikologis juga berperan pada parahnya mual dan muntah serta perkembangan
hiperemesis gravidarum. Masalah psikologis yang terjadi pada ibu hamil akan
cenderung mengalami mual dan muntah dalam kehamilan, atau memperburuk
gejala yang sudah ada serta mengurangi kemampuan untuk mengatasi gejala
normal. Selain itu ketidakseimbangan psikologis ibu hamil seperti cemas, rasa
bersalah, mengasihani diri sendiri, ingin mengatasi konflik secara serius,
ketergantungan atau hilang kendali akan memperberat keadaan mual dan muntah
yang dialaminya sehingga akan lebih ditakutkan keadaan mual muntah tersebut
menjadi lebih buruk dan menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum (Tiran,
2016).
Manuaba (2014), membagi hyperemesis gravidarum berdasarkan berat
ringannya gejala dapat dibagik kedalam 3 tingkatan, yaitu:
1. Tingkatan I

a. Muntah berlebihan
b. Dehidrasi ringan
c. Nyeri pada epigastrium
d. Berat badan menurun
e. Tekanan darah sistolik menurun
f. Turgor kulit menurun

5
g. Lidah mengering
h. Tampak lemah dan lemas
2. Tingkat II (Hiperemesis Gravidarum Sedang)
a. Tampak lemah dan pusing
b. Dehidrasi sedang
c. Tufgor kulit turun
d. Lidah mengering
e. Tampak ikterus
f. Nadi meningkat, temperatur naik, tekanan daran turun
g. Hiemokonsentrasi diserta oligoria
h. Badan keton dalam keringat dan air kencing
3. Tingkat III (Hiperemesis Gravidarum Berat)
a. Kesadaran somnolen sampai koma
b. Ikterus yang semakin nyata
c. Komplikasi yang mungkin tampak
1) Nistagmus
2) Diplopia
3) Perubahan mental
4) Muntah diserta darah
C. Penyebab
Dalam Manuaba (2014), penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui
secara pasti. Tetapi beberapa faktor predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Faktor adaptasi dan hormonal
Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis
gravidarum. Dapat dimasukan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita
hamil dengan anemia, wanita primigravida, dan overdistensi rahim pada hamil
ganda dan hamil mola hidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu
beradaptasi terhadap hormon estrogen dan koreonik gonaditropin, sedangkan pada
hamil ganda dan mola hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi
dan menyebabkan terjadi hiperemesis gravidarum itu.

6
2. Faktor psikologi
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum
jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut kehilangan
pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami dan sebagainya, diduga dapat
menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum. Dengan perubahan suasana dan
masuk rumah sakit penderitaannya dapat berkurang sampai menghilang.
3. Faktor alergi
Pada kehamilan, di mana diduga terjadi invasi jaringan villi korialis yang
masuk ke dalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat
menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum sering terjadi pada:
a. Primigravravida
Dikarenakan faktor adaptasi dan hormonal yang menyebakan
primigravida beresiko terhadap hiperenesis gravidarum. Karena sebagian kecil
primigravda belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan
gonadrotopin korionik.
b. Molahidatidosa
Pada mola jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi sehingga
menyebabkan hiperemesis gravidarum.
c. Kehamilan Kembar
Ini merupakan gejala kehamilan yang berebihan. Biasanya jika ada janin
kembar maka ibu akan mengalami mual di pagi hari yang dapat berlipat ganda.
Akan tetapi semua ini juga bisa terjadi pada kehamilan janin tunggal.
- Faktor organ, karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik.
- Faktor psikologi, keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, hamil yang
tidak diinnginkan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
memikul tanggung jawab dan sebagainya.
- Faktor endokrin, Faktor endokrin atau hormonal memiliki efek metabolik
yang dapat mengganggu metabolisme dan sistem pencernaan sheingga
memperparah keadaan mual dan muntah (Sheehan, 2007). Peningkatan
berlebihan hormon selama kehamilan dalam serum darah maternal secara

7
cepat dan tinggi. Hormon Progesteron juga diduga menyebabkan mual dan
muntah dengan cara menghambat motilitas lambung dan gelombang
kontraksi otot polos lambung. Hormon lain seperti kortisol yang tinggi dan
adanya keparahan keadaan stress atau gangguan psikologis menunjukan
korelasi positif, ketika stres muncul sumbu hipotalamus hipofisis adrenal
akan memicu reaksi psikologis seperti peningkatan kadar serum kortisol
d. Diabetes
Gejala mual muntah juga disebakan oleh gangguan traktus digestivus
seperti pada penderita diebetes melitus (gastroparesis diabeticorm). Hal ini
disebabkan oleh gangguan mortilitas usus pada penderita atau pada setelah
operasi vagotomi.
e. Grastitis
Vomitus yang terjadi pada saat makan atau segera sesudahnya dapat
menunjukkan vomitus psikogenetik atau ulkus peptik dengan pilorospasme.
Muntah yang terjadi 4-6 jam atau lebih setelah makan dan mengenai eliminasi
jumlah besar makanan yang tidak ditelan sering menunjukan retensi lambung
atau gangguan esofagus tertentu. Vomitus yang bersifat proyektif atau tanpa
didahului nausea menunjukan kemungkinan lesi pada sistem saraf pusat.

D. Patofisiologi Terjadinya Penyakit

Patofisiologi dari Hiperemesis gravidarum masih kurang baik dipahami.


Terdapat banyak teori yang berusaha menjelaskan patofisiologi dari penyakit ini.
Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya bila
terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah
merupakan refleks terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama yaitu
detektor muntah, mekanisme integratif dan efektor yang bersifat otonom somatik.
Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan melalui saraf vagus dan aferen simpatis
menuju pusat muntah. Pusat muntah juga menerima rangsangan dari pusat-pusat
yang lebih tinggi pada sereberal, dari chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada area
postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum. Beberapa signal perifer mem-
bypass trigger zone mencapai pusat muntah melalui nukleus traktus solitarius. Pusat
muntah sendiri berada pada dorsolateral daerah formasi retikularis dari medula

8
oblongata. Pusat muntah ini berdekatan dengan pusat pernapasan dan pusat
vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan melalui saraf kranial V,
VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diapragma, otot
iga dan otot abdomen (Prawirohardjo, 2002).

Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya
kadar esterogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trisemester pertama. Pengaruh
fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dai sistem saraf pusat
akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan
wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-
bulan (Wiknjosastro, 2015).

Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbodhidrat habis


terpakai untuk keperluan energi. Hal tersebut menyebabkan pembakaran tubuh
beralih pada cadangan lemak dan protein. Pembakaran lemak yang terjadi merupakan
pembakaran lemah yang kurang sempurna. Oleh karena itu terbentuk benda keton
dalam darah yang menambah beratnya gejala klinis. Beberapa cairan lambung serta
elektrolit seperti natrium, kalium, dan kalsium banyak keluar melalui muntah.
Penutunan kalium akan menambah beratnya gejala muntah pada pasien hiperemesi
gravidarum. Dengan kata lain, semakin rendah kalium dalam kesembangan tubuh
semakin meningkat terjadinya muntah.

9
Muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh makin berkurang sehingga
darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang dapat menyebabkan peredaran darah
menjadi lambat, yang berarti konsumsi oksigen dan nutrisi di jaringan berkurang.
Kekurangan nutrisi dan oksigen di jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan
yang dapat menambah beratnya keadaaan janin dan ibu hamil. Selain itu, muntah
yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler pada
lambung dan esofagus sehingga terkadang muntah bisa bercampur darah (Manuaba,
2009).

Perubahan fisiologis pada saluran gastrointestinal dalam kehamian, terutama


disebabkan oleh kerja progesteron, dapat menyebabkan masalah, termasuk relaksasi
sfingter kardiak (terletak di antara esofagus dan lambung) yang menyebabkan refluks
esofagus dan nyeri ulu hati, dan penurunan peristaltik yang menyebabkan konstipasi.
Hampir 79% wanita yang mengalami nyeri ulu hati atau refluks melaporkan
mengalami mual dan muntah setiap hari yang umumnya muncul di trimester pertama
dan hilang pada trimester kedua. Literatur lain menyebutkan 60% wanita hamil
mengalami nyeri ulu hati dan refluks esofagus lebih sering terjadi pada trimester
ketiga.

10
E. Pathways

Bagan 2.1 Pathway Hiperemesis Gravidaru Sumber: Manuaba (2014)

F. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik ibu dengan hiperemesis gravidarum yaitu diperhatikan


keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda dehidrasi, dan besarnya kehamilan.
Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan tiroid dan abdominal untuk
menyingkirkan diagnosis banding (Huda, 2020). Pemeriksaan fisik yang dapat
dilakukan diantaranya adalah pemeriksaan :

11
1. Kesadaran
2. Tanda vital
3. Berat badan
4. Saturasi oksigen
5. Tanda-tanda dehidrasi
6. Pemeriksaan status obstetri
7. Pemeriksaan tiroid
8. Status genralis lainnya yang berhubungan dengan anamnesis riwayat
penyakit.

G. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah
lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar),
analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien
dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan
parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50-
60% terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal dapat
dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori. Pemeriksaan laboratorium
umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin,
ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan
USG penting dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun mola
hidatidosa (Widayana,2013).
H. Terapi/Tindakan Penanganan

Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan


memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
mengubah makanan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih
sering (Winkjosastro, 2015).

Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkam
untuk makan. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.

12
Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan
karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan
yang banyak mengandung gula (Anwar, 2011).

Tujuan penatalaksanaan hiperemesis gravidarum, saat ibu dihospitalisasi,


adalah merehidrasi ibu, memperbaiki gangguan elektrolit dan hematologis lain,
mencegah komplikasi dan memindahkan ibu ke rumah segera, meskipun banyak
wanita memiliki angka yang tinggi untuk masuk kembali ke rumah sakit. Penyebab
muntah yang terjadi secara berlebihan harus diidentifikasi, bukan semata-mata
untuk membuat diagnosis banding, tetpai juga mempertimbangkan factor lain
seperti psikologis, yang dapat menambah keparahan ibu. Tindakan pertama yang
harus dilakukan jika ibu menjadi tidak sehat secara patologis adalah bahwa ia hatus
dipindahkan dari lingkungan yang penuh stres. Akan tetapi, penting untuk mengkaji
dampak hospitalisasi pada ibu dan keluarganya dan mempertimbangkan
hospitalisasi pada implikasi pananganan kondisinya sebagai orang yang dirawat
inap. Bagi beberapa orang, distres dan kekerasan dalam rumah tangga yang
disebabkan oleh paksaan untuk masuk ke bangsal antenatal mungkin tidak
produktif bagi manfaat penatalaksanaan medis.
1. Obat-obatan
Pemberian obat pada hyperemesis gravidarum sebaiknya berkonsultasi
dengan dokter sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (dapat
menyebabkan kelainan kongenital kehamilan bulan, menganjurkan atau cacat
bawaan bayi) (Manuaba, 2014).
Komponen (susunan obat) yang dapat diberikan adalah:
a. Sedatif ringan (phenobarbital [luminal] 30 mgr, valium).

b. Anti-alergi (anthistamin, Dramamine, Avomin)

c. Obat antimual/anti-muntah (Mediamer B6, Emetrole, Stemetil, Avopreg)


d. Vitamin, terutama kompleks dan vitamin C

e. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di


rumah sakit.

13
2. Isolasi dan pengobatan psikologik
Dengan melakukan isolasi di ruangan sudah dapat meringankan wanita
hamil karena perubahan suasana dari lingkungan rumah tangga. Petugas dapat
memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang berbagai masalah
berkaitan dengan kehamilan. Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang,
tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang masuk dan keluar
dan tidak diberikan makan dan minum dan selama 24 jam. Kadang- kadang
dengan isolasi saja gejala- gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini (Wiknjosastro. 2015).

Menurut Hidayati (2012) faktor psikologik pada hiperemesis gravidarum


adalah memberikan konseling dan edukasi (KIE) tentang kehamilan yang
dilakukan untuk menghilangkan factor psikis rasa takut.
3. Diet
Menurut Affandi (2012) ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan
karbohidrat kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang
berlemak dan goreng-gorengan untuk menekan rasa mual dan muntah, sebaiknya
diberi jarak dalam pemberian makan dan minum. Diet pada hiperemesis
bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen tubuh mengontrol asidosis
secara berangsur-angsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang
cukup.

Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diataranya adalah


karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total, lemak rendah,
yaitu <10% dari kebutuhan energi total, protein sedang, yaitu 10-15% dari
kebutuhan energi total, makanan diberikan dalam bentuk kering, pemberian
cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari, makanan
mudah dicerna tidak merangsang saluran pencernaan dan diberikan sering dalam
porsi kecil, bila makan pagi dan sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada
makan malam dan selingan malam, makanan secara berangsur ditingkatkan
dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien.

14
4. Pemberian cairan pengganti
Cairan pengganti dapat diberikan dalam keadaan darurat sehingga
keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang diberikan adalah glikosa
5% sampai 10% dengan keuntungan dapat mengganti cairan yang hilang dan
berfungsi sebagai sumber energi sehingga terjadi perubahan metabolisme dari
lemak menjadi protein menuju ke arah pemecahan glukosa. Cairan tersebut
dapat ditambahkan vitamin C, B kompleks, atau kalium yang diperlukan untuk
kelancaran metabolisme. Lancarnya pengeluaran urin memberi petunjuk bahwa
keadaan ibu hamil berangsur-angsur membaik. Pemeriksaan yang perlu
dilakukan adalah pemeriksaan darah, urine, dan bila memungkinkan
pemeriksaan fungsi hati dan ginjal. Bila muntah berkurang dan kesadaran
membaik, ibu hamil dapat diberikan makan minum dan mobilisasi (Manuaba,
2014).
5. Penghentian Kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika memburuk.
Delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, auria, dan perdarahan merupakan
manifestasi komplikasi organic. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus terapuetik sering sulit diambil. Oleh karena di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi di lain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi
gejala irreversible pada organ vital (Wiknjosastro, 2015).

Pada bebrapa keadaan Hiperemesis gravidarum yang sudah cukup parah


dan dinilai bisa mengancam kesejahteraan ibu dan janin maka dapat
dipertimbangkan pengakhiran kehamilan, menurut (Faser dan Cooper, 2019).

Pada beberapa kasus, pengobatan hiperemesis gravidarm tidak berhasil


malah terjadi kemunduran dan keadaan semakin menurun sehingga diperlukan
pertimbangan untuk melakukan gugur kandung, keadaan yang memerlukan
pertimbangan gugur kandung diantaranya:

15
a. Gangguan kejiwaan
1) Delirium
2) Apatis, somnolen sampai koma
3) Terjadi gangguan hiwa ensefalopati Wenicke
b. Gangguan penglihatan
1) Perdarahan retina
2) Kemunduran penglihatan
c. Gangguan faal
1) Hati dalam bentuk ikterus
2) Ginjal dalam bentuk anuria
3) Jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat
4) Tekanan darah menurun

I. Komplikasi
Hiperemesis grvidarum dapat menyebabkan berbagai komplikasi yaitu gagal
ginjal aku, robekan Mallory-Weiss, ruptur esofagus,Wernicke encephalopathy,
pneumothoraks, pendarahan intrakranial janin, bayi prematur, berat bayi lahir rendah,
vasispasme arteri serebral, serta beban psikologis (Cunningham, 2012).

Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan cairan tubuh semakin berkurang


sehingga darah kental (hiperkonsentrasi) yang dapat memperlambat peredaran darah
yang berarti bahwa konsumsi oksigen dan nutrisi ke jaringan berkurang. Sehingga
akan menimbulkan kerusakan jaringan yang memperberat keadaan ibu dan janin.
Muntah yang terus- menerus disertai dengan kurnag minum yang berkepanjangan
dapay menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, ibu dapat mengalami syok.
Dehidrasi yang berkepanjangan juga menhambat tumbuh kembang janin. Oleh karen
itu, pada pemeriksaan fisik harus dicari apakah terdapat abnormalitas tanda-tanda
vital, seperti penengkatan frekuensi nadi (>100 kali per menit) , penurunan tekanan
darah, kondisi subfebis, dan penurunan kesadaran. Selanjutnya dalam emeriksaan
fisik lengkap dapat dicari tanda- tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis,
seta penurunan berat badan (Gunawan, 2011). Adapun dampak yang ditimbulkan
dapat terjadi pada ibu dan janin, yaitu:

16
1. Komplikasi pada ibu
Menurut Setiawan (2017) ibu akan kekurangan nutrisi dan cairan sehingga
keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan gangguan
asam basa, pneumini aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang
menyebabkan peredaran rupture esophagus, kerusakan hepar dan kerusakan
ginjal.
2. Komplikasi pada janin
Menurut Setiawan (2016) pertumbuhan dan perkembangan janin karena
nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang
mengakibatkan peredaran darah janin berkurang. Pada bayi, jika hiperemesis ini
terjadi hanya di awal kehamilan tidak berdampak terlalu serius, tetapi jika
sepanjang kehamilan si ibu menderita hiperemesis gravidarum, maka
kemungkinan bayinya mengalami BBLR, IUGR, Prematur hingga abortus
(Winkjosastro, 2015).

Ada peningkatan peluang retradasi pertumbuhan intaruterus jika ibu


mengalami penurunan berat bada sebesar 5 % dari berat badan sebelum
kehamilan, karena pola pertumbuhan janin tergangu oleh metabolisme maternal.

17
BAB III
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. A G₂P₁A0H₁ USIA KEHAMILAN 8 - 9

MINGGU DENGAN HIPEREMISIS GRAVIDARUM DI PUSKESMAS

TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2023

Hari/Tanggal : Senin, 03 April 2023


Nama : Ny. A
No Registrasi : -
Usia : 26 tahun

S:
Ny. A mengatakan sering merasa mual dan muntah.
Ny. A mengatakan sering merasa lemah.
Ny. A mengatakan sering merasa cepat lelah.
Ny. A mengatakan tidak nafsu makan.

O: 1. K/U
2. TTV
: Lemah, Kesadaran : apatis, Status emosional :Tidak Stabil
: TD : 100/ 70 mmHG R : 24 x/ menit

N : 78x/ menit S : 36,7 o C


BB : 50 Kg TB : 160 Cm
3. Muka : Cloasma gravidarum : -
4. Mata : Kelopak Mata : Normal
Konjungtiva : merah muda
Sklera : Tidak Ikterik
5. Hidung : Simetris : Ya
Secret : Tidak Ada
Polip : Tidak Ada
6. Mulut Dan Gigi :
Lidah : Bersih
Gusi : Tidak Epulis
Gigi : Tidak Karies

18
7. Telinga : Simetris :Ya
Serumen : Tidak Ada
8. Leher : Kelenjar Tiroid : Tidak Ada Pembengkakan
Kelenjar Limfe : Tidak Ada Pembengkakan
9. Payudara : tidak dilakukan
10. Abdomen : Bekas Luka Operasi : Tidak Ada
Kandung Kemih : Kosong
11. Pinggang : Nyeri Ketuk CVAT : -
12. Ekstremitas : Atas Bawah
Simetris : Ya Simetris : Ya
Oedema : Tidak Oedema : Tidak
Varises : Tidak Varises : Tidak
13. Genitalia : Vulva : bersih
Anus : Tidak Ada Hemoroid
14. Pemeriksaan Penunjang : kolaborasi dengan dokter

A:
Ny. A usia 26 tahun dengan Hiperemisis gravidarum
Diagnosa potensial : Emisis patologis
Kebutuhan tindakan segera : kolaborasi dengan dokter

P:
 Melakukan inform concent.
 Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa Ny. A mengalami Hiperemisis
gravidarum.
 Memberikan edukasi tentang tanda dan gejala Hiperemisis gravidarum. Tanda
dan gejala Hiperemisis gravidarum : Mual dan muntah, yang parah dan
berkepanjangan, Berat badan menurun, Dehidrasi, Jantung berdebar,
Konstipasi, Mengeluarkan air liur secara berlebihan, Pusing dan nyeri kepala,
Sangat sensitif terhadap aroma, Sulit menelan makanan atau minuman,
Hipotensi atau tekanan darah rendah, Berat badan bayi rendah, Masalah
psikologis, seperti stres, bingung, cemas, bahkan putus asa.

19
 Menjelaskan tentang cara pencegahan hiperemisis gravidarum pada ibu
hamil:

Langkah pencegahan hiperemesis gravidarum belum diketahui. Meski


begitu, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meredakan morning
sickness sehingga tidak berkembang menjadi hiperemesis gravidarum,
yaitu:

 Memperbanyak istirahat untuk meredakan stres dan


menghilangkan rasa lelah.
 Mengonsumsi makanan tinggi protein, rendah lemak, dan
bertekstur halus agar mudah ditelan dan dicerna.
 Mengonsumsi makanan dalam porsi kecil, namun sering. Hindari
makanan berminyak, pedas, atau berbau tajam yang dapat
memicu rasa mual.
 Memperbanyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi
 Mengonsumsi suplemen kehamilan untuk mencukupi kebutuhan
vitamin dan zat besi selama hamil.
 Menggunakan aromaterapi untuk mengurangi mual di pagi hari.

Menjaga kesehatan kehamilan selama trimester pertama juga


penting dilakukan untuk mencegah hiperemesis gravidarum. Salah satunya
adalah dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.
Pemeriksaan kehamilan umumnya dilakukan sejak usia kehamilan 4
minggu, untuk memantau perkembangan janin dan mendeteksi secara dini
kelainan yang mungkin dialami oleh janin.

 Obat nonfarmakologi
Untuk menetralisir rasa mual dengan menghirup aroma kulit jeruk
nipis dan minum wadang jahe hangat setiap pagi dan malam.
Evaluasi :
Ny. A mengerti tentang penjelasan yang di berikan dan mau
melaksanakan anjuran yang di berikan.

20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurangnya edukasi tentang pencegahan dan penanganan hiperemisis
gravidarum merupakan salah satu faktor yang dapat meyebabkan ibu hamil
mengalami hiperemisis gravidarum. Kurang perhatiannya Ny. A terhadap pola
makan juga menjaga asupan makanannya membuat Ny. A mengalami hiperemisis
gravidarum. Setelah diberikan asuhan kebidanan, Ny. A mengerti dan akan
melakukan sesuai edukasi yang diberikan yaitu menjaga pola makan juga menjaga
asupan makanannya lebih baik lagi.

B. Saran
1. Mahasiswa
Diharapkan dengan tugas ini, mahasiswa dapat meningkatkan proses belajar
atau menyelesaikan tugas, dan juga menambah wawasan dalam pengetahuan
tentang tindakan penyelesaian masalah ibu hamil dengan hiperemisis gravidarum.
2. Institusi pendidikan
Sebagai salah satu acuan untuk peningkatan kualitas pendidikan di Prodi
Profesi khusus nya tentang penyelesaian masalah yang sering dialami ibu hamil.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ate Yuviska, Ike, et al, 2019


Pengaruh Pemberian Kurma terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin pada
Ibu hamil dengan Anemia. Jurnal Kebidanan. Vol. 5:343-348
Bobak, Loedermilk, & Jensen, 2005
Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Maria A. Wijayarini, et al. Terj). Jakarta:
EGC
Cholifah, Siti, et al, 2019
Aroma terapi lemon menurunkan mual muntah pada Ibu Hamil Trimester I
Cunningham F.G., 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23, EGC, Jakarta. pp.774-797.

Cunningham. 2013. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

Depkes RI, 2013


Asuhan Persalianan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. JNP-KR: Jakarta
Elisa. (2014). Umur, Pendidikan, Pekerjaan Dan Tingkat Pengetahuan Ibu
Primigravida Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III Di Wilayah
Puskesmas Ungaran Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Jurnal
Keperawatan. Jurnal Keperawatan Maternitas. Volume 2 No. 2 November 2014.
Semarang: Prodi Keperawatan Poltekes Kemenkes Semarang.
Meiri, et al, 2017
Pengaruh pemberia wedang jahe (Zingiber Officinale Var.Officinale) terhadap
Frekuensi Emesis Gravidarum pada ibu Hamil Trimester Pertama di wilayah
kerja Puskesmas Keputih Surabaya. Hal:13-16
Profil kesehatan indonesia. (2018). Provil Kesehatan Indonesia 2018 (Vol. 1227, Issue
July). https://doi.org/10.1002/qj

22
23

Anda mungkin juga menyukai