Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hiperemesis Gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan

muntah pada hamil muda bila terjadi terus menerus dapat terjadi dehidrasi

dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Faktor

psikologis merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang

jelas wanita yang sebeleum kehamilan sudah menderita lambung spatik

dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami emesis

gravidarum yang lebih berat. Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum)

adalah hal yang normal dan sering ditemukan dalam kehamilan terutama

pada trimester pertama tetapi akan berubah tidak normal apabila mual dan

muntah ini terjadi terus menerus dan berlebihan engan frekuensi > 10 kali

sehari, mengganggu keseimbangan gizi , cairan dan elektrolit tubuh ibu hamil

serta mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu kehidupan sehari-hari.

(Marmi, 2014).

Menurut Rochmawati, 2011 Penyebab hiperemesis gravidarum saat

ini belum diketahui secara pasti dan multifaktorial. Diduga adanya gangguan

keseimbangan hormonal seperti HCG diduga adanya gangguan keseimbangan

hormonal seperti HCG, estrogen, dan progesterone, tiroksin, kortisol,

diperkirakan sebagai faktor penyebab penting. Beberapa faktor risiko

hiperemesis gravidarumpada kehamilan sebelumnya, ibu atau saudara

1
2

perempuan dengan Hiperemesis gravidarum, kehamilan ganda atau gemeli,

mola hidatidosa, usia kehamilan, usia ibu yang terlalu muda, yaitu kurang

dari 20 tahun, primigravida, pekerjaan ibu, faktor adaptasi dan hormonal

wanita hamil dengan anemia, faktor psikologis, defisiensi vitamin, dan

obesitas (Firmansyah, 2013).

Menurut WHO pada tahun 2015 sebanyak 303.000 perempuan

meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Sekitar 830 wanita

meninggal akibat komplikasi kehamilan atau melahirkan terkait diseluruh

dunia setiap hari. Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau

kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu per

100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kesehatan

lingkungan, sosial budaya serta hambatan dalam memperoleh akses terhadap

pelayanan kesehatan (WHO, 2015). Menurut World Health Organization

(WHO), 2013 jumlah kejadian hiperemesis gravidarum mencapai 12,5 % dari

jumlah seluruh kehamilan di dunia. Mual dan muntah dapat mengganggu dan

membuat ketidak seimbangan cairan pada cairan pada jaringan ginjal dan hati

menjadi nekrosis.

Di Indonesia diperoleh data ibu dengan hiperemesis gravidarum

mencapai 14,8% dari seluruh kehamilan. Keluhan mual dan muntah

terjadipada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Satu diantara

seribu kehamilan gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini

disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan Hormon

Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam serum perubahan fisiologis kenaikan


3

hormon inibelum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan

lambungyang berkurang (Depkes RI, 2013).

Dinas Kesehatan Sumatera Barat menemukan sebanyak 113 kasus

Angka Kematian Ibu (AKI) terjadi di 17 kabupaten/kota di provinsi itu

sepanjang 2017. Kepala Dinas Kesehatan Sumbar, Merry Yuliesday melalui

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Fionaliza di Padang, Jumat,

mengatakan jumlah AKI tersebut mengalami peningkatan sebanyak lima

kasus dibandingkan 2016 yang hanya 12 kasus. Ia menyebutkan penyebab

kematian ibu melahirkan di daerah itu yakni sebanyak 33,6 persen disebabkan

perdarahan, 23,9 persen karena hipertensi dalam kehamilan dan faktor lainnya

(Dinkes Provinsi Sumatera Barat, 2017).

Dampak dari Hiperemesis gravidarum menyebabkan penurunan berat

badan dan dehidrasi. Pada kasus-kasus yang ekstrem ini, embrio atau janin

dapat mati dan ibu meninggal akibat perubahan metabolik yang menetap

Selain itu menurut Rochmawati, 2011 dampak yang ditimbulkan dari

hiperemesis gravidaraum dapat menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari

sehingga membahayakan kesehatan bagi janin dan ibu, bahkan dapat

menyebabkan kematian Selain itu, mual muntah juga berdampak negatif bagi

ibu hamil, seperti aktivitas sehari-hari menjadi terganggu. Biasanya mual

muntah sering terjadi saat pagi hari, bahkan dapat timbul kapan saja maupun

terjadi kadang dimalam hari. Gejala tersebut 40-60% biasa terjadi pada

multigravida (Rochmawati, 2011).


4

Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit

RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi di ruang rawat gabung kebidanan

tahun 2016 didapat ibu dengan hiperemesis gravidaraum 50 orang sedangan

2017 di dapatkan angka kejadian Hiperemesis gravidaraum sebanyak 62

orang, dari atas ada peningkatan namun pada tahun 2018 dari januari sampai

agustus angka kejadian hiperemesis gravidaraum sebanyak 20 orang. Dari

data diatas dapat disimpulkan bahwa ada penurunan angka kejadian

Hiperemesis gravidaraum akan tetapi besarnya dampak yang ditimbulkan

dari kasus hiperemesis gravidarum pada ibu hamil. Berdasarkan uraian

angka ibu dengan hiperemesis gravidaraum serta banyaknya penyebab yang

ditimbulkan seperti kurangnya nutisi pada ibu hamil serta beresiko

melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Oleh sebab itu

disinilah peran kita sebagai tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan

keperawatan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka saya sangat tertarik untuk

melakukan asuhan keperawatan pada pasien Hiperemesis Gravidaraum

Tingkat 1 yang dirawat inap di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi pada

tahun 2018 (Laporan kunjunganhiperemesis gravidaraum Rumah Sakit

Achmad mochtar bukitinggi, 2018).


5

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Untuk memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada

pasien yang dirawat inap kbidanan dengan kasus Hiperemesis

Gravidaraum Tingkat 1 di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun

2018.

2. Tujuan khusus

a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Hiperemesis

Gravidaraum

b. Menganalisa terkait jurnal tentang Hiperemesis Gravidaraum

c. Dapat melakukan intervensi terkait dengan hiperemesis gravidaraum

d. Dapat menerapkan implementasi terkait dengan hiperemesis

gravidaraum serta membandingkan hasil penelitian dengan kasus

kelolaan dan teori terkait Hiperemesis Gravidaraum.Tingkat 1

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

a. Diperolehnya pemahaman tentang tinjauan teoritis Hiperemesis

Gravidaraum

b. Memberikan pengalaman kepada penulis tentang pelaksanaan

asuhan keperawatan pasien yang dirawat inap dengan kasus

Hiperemesis Gravidaraum di RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi.
6

2. Bagi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi

Memberikan masukan kepada semua perawat yang bertugas di RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi tentang cara yang tepat dalam memberikan

asuhan keperawatan pasien yang dirawat inap dengan kasus Hiperemesis

Gravidaraum Tingkat 1.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan acuan dan pedoman bagi mahasiswa program keperawatan

berikutnya dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan

kasus Hiperemesis Gravidaraum Tingkat 1.

4. Bagi Pasien

Menambah pengetahuan bagi pasien tentang hiperemesis gravidarum.

Bagi ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum Tingkat I dapat

mengambil tindakan dan segera mencari pertolongan untuk mengatasi

masalahnya tersebut.

5. Bagi Pembaca

Memberikan pengertian/pengetahuan dan pengambilan keputusan yang

tepat kepada pembaca. Khususnya dalam menyikapi dan mengatasi jika

ada penderita hiperemesis gravidaraum Tingkat 1.

Anda mungkin juga menyukai