Anda di halaman 1dari 48

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa untuk mencapai data

SDGS (Sustainable Development Goals) target pada tahun 2030 dapat mengurangi

angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup (Kemkes RI,

2015). Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia tahun 2015

menunjukkan angka kematian ibu hingga saat ini penurunannya masih kurang dari

satu persen per tahun (WHO, 2015).Pada tahun 2015, WHO menyebutkan di

seluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 305 per 100.000 ibu hamil meninggal saat

hamil atau bersalin (Kemenkes RI, 2015).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia telah mengalami penurunan dari

tahun 2015 diperoleh angka kematian ibu sebanyak 4.999, tahun 2016 diperoleh

angka kematian ibu 4.912 dan pada tahun 2017 angka kematian ibu mengalami

penurunan menjadi 4.295 kematian(SUPAS data rutin, Kemenkes 2018).

Menurut World Health Organization (WHO) jumlah kejadian hiperemesis

gravidarum mencapai 12,5 % dari jumlah seluruh kehamilan di dunia. Mual dan

muntah dapat mengganggu dan membuat ketidakseimbangan cairan pada cairan

pada jaringan ginjal dan hati menjadi nekrosis (WHO, 2013).Penyebab langsung

1
2

kematian ibu di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan yaitu perdarahan 28%,

eklampsi 24%, infeksi 11%, partus lama 5%, dan abortus 5% (Depkes, 2017).

Wolrd Health Organizatition(WHO) (2013) menyatakan bahwaperempuan

meninggal selama mengandung atau melahirkan sebanyak 585.000 orang.

Sedangkan kematian ibu hamil akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi

dinegara-negara berkembang sebanyak 99%. Rasio kematian kematian ibu

dinegara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450 kematian ibu per

100 ribu kelahiran bayi yang hidup jikadibandingkan dengan dengan rasio

kematian ibu di 9 negara dan 51 negara persemakmuran (Depkes, 2017)

Di Indonesia terdapat 38 ibu per hari yang sakit berdasarkan angka kesakitan

ibu yang berjumlah 305 pada tahun 2018. Ibu meninggal karena komplikasi

kebidanan yang tidak ditangani dengan baik dan tepat waktu. Sekitar 15% dari

kehamilan atau persalinan mengalami komplikasi dan 85% normal (Maternal

Mortality, 2018)

Hiperemesis gravidarum merupakanibu hamil yang mengalami mualmuntah

yang berlebih, dapatmenimbulkan gangguanaktivitas sehari-

harisehinggamembahayakankesehatan bagi janin dan ibu,

bahkandapatmenyebabkan kematian. Selain itu, mual muntah juga berdampak

negatifbagi ibu hamil,seperti aktivitas sehari-hari menjadi

terganggu.Biasanyamual muntahseringterjadisaat pagi hari, bahkandapat timbul


3

kapan sajamaupunterjadi kadangdimalam hari.Gejala tersebut40-60%biasa

terjadipada multigravida (Rocmawati,2017).

Faktor penyebab terjadinyaHiperemesis Gravidarum pada ibu hamil,antara

lain keletihan, janinwanita, mualmuntah pada kehamilan sebelumnya,penggunaan

pil kontrasepsi saatprakonsepsi, mual premenstruasi, stress cemas, dan takut.

Penggunaan kontrasepsi hormonalmempengaruhi terjadinya mualmuntah.Estrogen

dan progesterone telahlama terlibat dalam etiologi mual muntah,karena kadarnya

yang terus meningkat. Penggunaan kontrasepsihormonal diduga

mempengaruhipenyerapan vitamin B6 dari makanan sehingga dapat memperparah

mualmuntah. Terdapat juga peningkataninsidensi mual muntah pada wanita

yangtelah mengalami beberapa kali kehamilankarena kedua hormone tersebut

memilikikadar yang lebih besar dibanding denganwanita yang pertama kali hamil

(Yasi, 2016).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yasi Anggasari, 2015 menunjukkan

bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian hyperemesis gravidarum di

bidan praktek swasta kusmawati kota surabaya tahun 2015 yaitu usia ibu, paritas

dan jarak kehamilan dengan nilai kemaknaan atau nilai p value = 0,008. Dengan

demikian p value < 0,05, menunjukkan bahwa ada pengaruh dari faktor-faktor

tersebut dengan kejadian hyperemesis gravidarum (Yasi Anggasari, 2015).


4

Angka kematian ibu di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2017 (semester I)

sebanyak 1.712 kasus (Lesty, 2018).

Data ibu hamil pada tahun 2019 di puskesmas pasar kota Prabumulih

sejumlah 474 orang. Data yang diperoleh dari Puskesmas Pasar Kota Prabumulih

tahun 2020 ibu hamil sebanyak 684 dan yang mengalami Hyperemesis

Gravidarum sebanyak 161 orang (Rekam medik Puskesmas Pasar Tahun, 2020).

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hyperemesis

gravidarum pada ibu hamil di Puskesmas Kota Prabumulih Tahun 2021.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

hyperemesis gravidarum pada ibu hamil di Puskesmas Pasar Kota Prabumulih

Tahun 2021

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

hyperemesis gravidarum pada ibu hamil di Puskesmas Pasar Kota Prabumulih

Tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus


5

1. Diketahui distribusi frekuensi ibu hamil di Puskesmas PasarKota Prabumulih

Tahun 2021.

2. Diketahui distribusi frekuensi usia ibu diPuskesmas Pasar Kota Prabumulih

Tahun 2021.

3. Diketahui distribusi frekuensi paritas ibudi Puskesmas Pasar Kota Prabumulih

Tahun 2021.

4. Diketahui distribusi frekuensi jarak kehamilan di Puskesmas PasarKota

Prabumulih Tahun 2021.

5. Diketahui hubungan usia ibu dengan kejadian hyperemesis gravidarum di

Puskesmas Pasar Kota Prabumulih Tahun 2021.

6. Diketahui hubungan paritas ibu dengan kejadian hyperemesis gravidarum di

Puskesmas Pasar Kota Prabumulih Tahun 2021.

7. Diketahui hubungan jarak kehamilan dengan kejadian hyperemesis gravidarum

di Puskesmas Pasar Kota Prabumulih Tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama kuliah.

1.4.2 Bagi Dinas Kesehatan


6

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi serta dapat

menambah daftar pustaka dan wawasan petugas kesehatan tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian hyperemesis gravidarum pada ibu hamil di

Puskesmas Pasar Kota Prabumulih Tahun 2021.

1.4.3 Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Prabumulih

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi kejadian hyperemesis gravidarum pada ibu hamil di

Puskesmas Pasar Kota Prabumulih Tahun 2021.

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah daftar pustaka dan referensi

bagi mahasiswa akademi kebidanan rangga husada.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila

dihitung dari saat fertilasasi hingga kelahiran bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut

kalender internasioal (Saifuddin, 2009)

2.2 Hyperemesis Gravidarum

2.2.1 Pengertian Hyperemesis Gravidarum

Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada

ibu hamil, seseorang ibu menderita hiperemesis gravidarum jika seorang ibu

memuntahkan segala yang dimakan dan diminumnya hingga berat badan ibu

sangat turun, turgor kulit kurang diurese kurang dan timbul aseton dalam air

kencing (Rukiyah, 2010).

Hiperemesis gravidarum juga dapat diartikan keluhan mual muntah yang

dikategorikan berat jika ibu hamil selalu muntah setiap kali minum ataupun

makan. Akibatnya tubuh sangat lemas, muka pucat dan frekuensi buang air

kencing menurun drastis, aktivitas sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan


8

umum menurun. Meski begitu, tidak sedikit ibu hamil yang masih mengalami

mual muntah sampai trimester ketiga (Rukiyah, 2010).

Salah satu masalah yang terjadi pada masa kehamilan, yang bisa

meningkatkan derajat kesakitan adalah terjadinya gestosis pada masa

kehamilan atau penyakit yang khas terjadi pada masa kehamilan dan salah

satu gestosis dalam kehamilan adalah hyperemesis gravidarum (Rukiyah,

2010).

2.2.2 Etiologi Hyperemesis Gravidarum

Beberapa faktor yang memnpengaruhi terjadinya hyperemesis gravidarum

yaitu :

1. Faktor predisposisi yang sering dikemukan adalah primigravida, mola

hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola

hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor

hormon memegang peranan karena pada kedua keadaan tersebut hormon

khorionik gonoadotropin dibentuk berlebihan.

2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan

metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu

terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.

3. Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga

disebut sebagai salah satu faktor organik.


9

4. Faktor psikologis memegang peranan yang penting pada penyakit ini,

rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan dan

persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat

menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah

sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau

sebagai pelarian kesukaran hidup.

5. Faktor adaptasi dan hormonal. Pada wanita hamil yang kekurangan darah

lebih sering terjadi hyperemesis gravidarum dapat dimasukkan dalam

ruang lingkup faktor adaptasi yaitu wanita hamil dengan anemia. Wanita

primigravida dan overdistensi rahim pada hmail ganda dan hamil mola

hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan

menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum.

(Rukiyah, 2010)

2.2.3 Patologis Hiperemesis Gravidarum

Beberapa patologis hyperemesis gravidarum pada ibu yang sudah meninggal

yaitu :

1. Pada hati tampak degenerasi lemak tanpa nekrosis yang terletak

sentrilobuler, kelainan ini nampaknya tidak menyebabkan kematian dan

dianggap sebagai akibat muntah yang terus menerus.


10

2. Pada Jantung menjadi tampak lebih kecil daripada biasanya dan beratnya

atrofi dan sejalan lamanya penyakit, kadang-kadang ditemukan

perdarahan sub-endokardial.

3. Di otak dapat ditemukan ensefalopati wernicke yaitu dilatasi kapiler dan

perdarahan kecil-kecil di daerah korpora mamilaria ventrikel ketiga dan

keempat.

4. Ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli

kontori.

(Rukiyah, 2010)

2.2.4 Patofisiologis Hyperemesis Gravidarum

Hyperemesis gravidarum merupakan komplikasi mual dan muntah pada

ibu hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan

tidak imbangnya elektrolit dengan alkolosis hipokloremik (Rukiyah, 2010).

2.2.5 Tanda dan Gejala Hyperemesis Gravidarum

Hyperemesis Gravidarum berdasarkan berat ringannya gejala dapat dibagi

kedalam 3 tingkatan yaitu :

1. Tingkatan I yaitu ringan, ditandai dengan muntah terus menerus yang

mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan

tidak ada, berat badan menurun dan nyeri epigastrium, nadi meningkat
11

100 permenit, tekanan darah sistolik sedikit menurun, turgor kulit

mengurang, lidah mengering dan mata cekung.

2. Tingkat II yaitu sedang, penderita terlihat lebih lemah dan apatis, turgor

kulit lebih mengurang, lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan

cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterik.

3. Tingkat III yaitu Berat, keadaan umum parah, muntah berhenti, kesadaran

menurun dari samnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu

meningkat dan tensi menurun.

(Rukiyah, 2010)

2.2.6 Diagnosis Hyperemesis Gravidarum

Harus ditentukan adanya kehamilan muda dengan mual muntah yang

terus menerus, sehingga berpengaruh pada keadaan umum dan juga dapat

menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan

janin sehingga pengobatan perlu segera diberikan dan juga dapat dilakukan

pemeriksaan laboratorium (Rukiyah, 2010).

Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidak sukar,

denganmenentukan kehamilan, muntah berlebihan sampai menimbulkan

gangguankehidupan sehari-hari dan dehidrasi.Muntah yang terus menerus

tanpapengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin

denganmanifestasi klinisnya.Oleh karena itu, hiperemesis gravidarum


12

berkelanjutanharus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang

adekuat.Kemungkinan penyakit lain yang menyertai kehamilan harus

berkonsultasidengan dokter tentang penyakit hati, ginjal, dan penyakit tukak

lambung.Pemeriksaan laboratorium dapat membedakan ketiga kemungkinan

hamil yangdisertai penyakit (Manuaba, 2014).

Hiperemesis gravidarum harus dibedakan dengan penyakit lainkarena

gejaladari hiperemesis gravidarum juga terdapat pada penyakit lain seperti

ulserasipeptikum, hepatitis, pankreatitis, penyakit tiroid obstruksi,

gastrointestinal, daninsifisiensi adrenokartikol. Timbulnya gejala setelah usia

kehamilan 10 minggumerupakan gejala yang khas untuk hiperemesis

gravidarum. Pemeriksaanlaboratorium seperti hematokrit, transaminase,

bilirubin, tes fungsi tiroid, danurin (ketonuria dan pH) harus dilakukan

(Fauziyah, 2012).

2.2.7 Penatalaksanaan

Pengobatan yang baik pada mual dan muntah sehingga dapat mencegah

hiperemesis gravidarum Dalam keadaan muntah berlebihan dan dehidrasi

ringan, penderita emesis gravidarum sebaiknya dirawat sehingga dapat

mencegah hiperemesis gravidarum.


13

1. Melakukan isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan

peredaran udara yang baik tidak diberikan makan/minum selama 24-28

jam. kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau

hilang tanpa pengobatan.

2. Therapy psikologik

Perlu diyakini pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,

hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang berat

serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi

latar belakang penyakit ini.

3. Pemberian cairan parenteral

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein

dengan linger lactat 5% dengan cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter

per hari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya

vitamin B kompleks. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula

asam amino secara intra vena.

4. Obat-obat yang diberikan

Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang

dianjurkan vitamin B1 dan B6 tablet keadaan yang lebih berat diberikan


14

antiemetik seperti disiklominhidrokhloride atau khlorpromasin. Anti

histamin ini juga dianjurkan seperti mediamen, avomin (Maidun, 2009).

5. Penghentian kehamilan

Pada sebagian kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.

Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan

memburuk delirium, kebutaan tachikardi, ikterus, anuria dan perdarahan

merupakan manifestasi komplikasi organik, dalam keadaan demikian

perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk

melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu

pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh

menunggu sampai terjadi gejala irreversibel ada organ vital (Windy,

2009).

6. Diet

a.     Diet hiperemesis I diberikan ada hiperemesis tingkat III makanan

hanya berupa roti kering dan buah-buhan. Cairan tidak diberikan

bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang

dalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya

diberikan Selama beberapa hari.

b.    Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.

Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bergizi tinggi.


15

Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah

dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.

c.     Diet hieremesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis

ringan. Menurut kesanggupan penderita. Minuman boleh diberikan

bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali

kalsium (Rukiyah, 2010)

2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Hyperemesis Gravidarum

2.3.1 Usia Ibu

Usia adalah bertambahnya usia ibu, yang dapat terjadi perubahan

perkembangan dari organ-organ tubuh terutama organ reproduksi dan perubahan

emosi atau kejiwaan seorang ibu. Usia reproduksi yang baik untuk seorang ibu

hamil adalah usia 20-35 tahun (Wiknjosastro, 2011).

Penyebab kematian kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan

pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi. Kematian

maternal meningkat kembali sesudah usia 35 tahun (Sarwono, 2011).

Cara mengukur usia ibu dibagi menjadi dua bagian yaitu resiko tinggi (Bila

usia ibu < 20 tahun > 35 tahun) dan usia ibu resiko rendah (bila usia ibu 20

sampai dengan 35 tahun) (Yasi Anggasari, 2015).


16

Katagori penilaian yaitu :

1. Risiko Tinggi : jika umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun

2. Risiko Rendah : jika umur ibu 20-35 tahun (Yasi Anggasari, 2015)

2.3.2 Paritas

Paritas adalah banyaknya anak yang di lahirkan oleh ibu dari anak pertama

sampai dengan anak terakhir (Ekamutya, 2015). Paritas menggambarkan jumlah

persalinan yang telah dialami seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati.

Paritas 2 – 3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian

maternal dan perinatal. Dari pencatatan statistik diperoleh hubungan antara

jumlah paritas dengan derajat kesehatan bayi yang dilahirkan (Sarwono, 2010).

Menurut yasi anggasari (2015) cara mengukur paritas terbagi atas dua bagian

yaitu risiko tinggi (jika jumlah anak 1 dan ≥ 3) dan risiko rendah (jika jumlah

anak 2 dan 3).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yasi Anggasari, 2015 menunjukkan

bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian hyperemesis gravidarum di

bidan praktek swasta kusmawati kota surabaya tahun 2015 yaitu paritas dengan

nilai kemaknaan atau nilai p value = 0,008. Dengan demikian p value < 0,05,

menunjukkan bahwa ada pengaruh paritas dengan kejadian hyperemesis

gravidarum (Yasi Anggasari, 2015).


17

Katagori penilaian yaitu :

1.Risiko Tinggi : Jika jumlah anak 1 dan ≥ 3

2.Risiko Rendah : Jika jumlah anak 2 dan 3 (Yasi Anggasari, 2015).

2.3.3 Jarak Kehamilan

Jarak kehamilan adalah jarak interval waktu antara dua kehamilan yang

berurutan dari seorang wanita. Jarak kehamilan yang pendek secara langsung akan

memberikan efek terhadap kesehatan wanita maupun kesehatan janin yang

dikandungannya (Taharuddin,2010).

Seorang wanita setelah bersalin membutuhhkan waktu 2 sampai 3 tahun untuk

memulihkan tubuhnya dan mempersiapkan diri untuk kehamilan dan persalinan

berikutnya. Bila jarak kehamilan dapat cenderung menimbulkan kerusakan

tertentu pada sistem reproduksi baik secara fisiologis maupun patologis sehingga

memberi kemungkinan terjadinya anemia bahkan dapat menyebabkan kematian

ibu.

Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun berpengaruh pada kehamilan berikutnya

karena kondisi rahim ibu untuk hamil kembali belum siap. Selain itu ibu juga

secara psikologis belum siap untuk hamil kembali karena anak yang sebelumnya

masih memerlukan perhatian dari ibu, sehingga jika ibu hamil kembali perhatian

ibu tidak lagi fokus kepada anak anmun juga pada kehamilannya. Oleh sebab itu
18

kehamilan berikutnya lebih baik dilakukan setelah jarak kelahiran sebelumnya

lebih dari 2 tahun (Sistiarani,2008)

Katagori penilaian yaitu :

1. Risiko Tinggi : Jika jarak kehamilan < 2 tahun

2. Risiko Rendah : Jika jarak kehamilan > 2 tahun

Hasil penelitian jarak kehamilan dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum

pada ibu hamil menunjukkan paling banyak yaitu 45% atau 36 responden yang

jarak kehamilan > 2 tahun dan hiperemesis gravidarum pada kategori tinggi. Hasil

uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kedua

variabel tersebut, dengan nilai (p) = 0,001 (<0,05) dengan demikian Ha diterima.

Sesuai teori bahwa jarak ideal kehamilan sekurang-kurangnya 2 tahun. Menurut

Rofiq (2008) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan prioritas 1-3

anak dan jika dilihat dari jarak kehamilannya ternyata jarak kurang dari 2 tahun

menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang

terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan

kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya.


19

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESA

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan

antara atau kaitan antara konsep atau terhadap konsep yang lainya, atau antara

variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2014).

Penelitian ini terkait dengan penelitian yang dilakukan Yasi Anggasari, 2015

yang membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hyperemesis

gravidarum pada ibu hamil.Maka penelitiakan meneliti tentang Variabel Dependen

(hyperemesis gravidarum) dan Variabel Independen (Faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian hyperemesis gravidarum pada ibu hamil yaitu usia ibu, paritas dan

jarak kehamilan.

Variabel Independen Variabel Dependen

Usia Ibu
Hyperemesis
Paritas Gravidarum

Jarak kehamilan

Bagan 3.1Kerangka Konsep

19
20

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Variabel Dependen

Hyperemesis Gravidarum

a. Pengertian :Mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil, seseorang ibu

menderita hiperemesis gravidarum jika seorang ibu memuntahkan

segala yang dimakan dan diminumnya hingga berat badan ibu sangat

turun, turgor kulit kurang diurese kurang dan timbul aseton dalam air

kencing (Rukiyah, 2010).

b. Cara Ukur :Studi Dokumentasi

c. Alat Ukur :Checklist

d. Hasil ukur : 1. Ya: Bila ibu didiagnosa hyperemesis gravidarum

2.Tidak: Bila ibu tidak didiagnosa hyperemesis gravidarum

e. Skala Ukur: Nominal

3.2.2 Variabel Independen

1. Usia Ibu

a. Pengertian : Usia ibu adalah bertambahnya usia, yang dapat terjadi

perubahan perkembangan dari organ-organ tubuh terutama organ

reproduksi dan perubahan emosi atau kejiwaan seorang ibu

(Wiknjosastro, 2008).
21

b. Cara Ukur : Studi Dokumemtasi

c. Alat Ukur : Checklist

d. Hasil Ukur : 1. Risiko Tinggi : jika umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun

2. Risiko Rendah: jika umur ibu 20-35 tahun

e. Skala Ukur : Ordinal

2. Paritas

a. Pengertian :Paritas adalah banyaknya anak yang di lahirkan oleh ibu dari anak

pertama sampai dengan anak terakhir (Ekamutya, 2015).

b. Alat Ukur : Studi Dokumentasi

c. Cara Ukur : Checklist

d. Hasil Ukur : 1.Risiko Tinggi : Jika jumlah anak ≥ 3

2.Risiko Rendah : Jika jumlah anak 2 dan 3

(Prawirohardjo, 2011)

e. Skala Ukur : Ordinal

3. Jarak Kehamilan

a. Pengertian :Jarak antara kehamilan sebelumnya dengan kehamilan sekarang

berdasarkan data rekam medik. (Taharuddin, 2010).

b. Alat Ukur : Checklist

c. Cara Ukur : Studi Dokumentasi


22

d. Hasil Ukur : 1. Risiko Tinggi : Jika jarak kehamilan < 2 tahun

2. Risiko Rendah : Jika jarak kehamilan ≥ 2 tahun

e. Skala Ukur : Ordinal

3.3 Hipotesis

Ha. Ada hubungan antara usia ibu,paritas dan jarak kehamilan dengan kejadian

hyperemesis gravidarum pada ibu hamil di Puskesmas Pasar Kota Prabumulih

tahun 2021.

Ho. Tidak ada hubungan antara usia ibu, paritas dan jarak kehamilan dengan

kejadian hyperemesis gravidarum pada ibu hamil di Puskesmas Pasar Kota

Prabumulih tahun 2021


23

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian adalah suatu upaya untuk memahami dan memecahkan masalah

secara ilmiah, sistematis dan logis.Metode yang digunakan adalah survey

analitik dengan pendekatan Cross Sectional yakni dimana data yang

menyangkut variable dependen (Hyperemesis Gravidarum), dan variable

independen (Usia Ibu, Paritas dan Jarak kehamilan).Dikumpulkan dalam

waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2014).

4.2 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2014). Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dengan

yang ada di Puskesmas Pasar Kota Prabumulih Tahun 2020. Dari 1 Januari

sampai 31 Desember 2020 yaitu sebanyak 684 orang.


24

4.3 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian populasi yang diambil dari seluruh

objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2014).Pengambilan sampel dalam penelitian

ini yaitu 252 orang. Dengan rumus Notoatmodjo, menggunakan metode

Random Sampling (Rumus pengambilan sampel terlampir)

N
Rumus : n= 2
1+ N (d )

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Pasar Kota Prabumulih

Tahun 2021.

4.4.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan padaApril-Mei tahun 2021.

4.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

4.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini mengunakan data sekunder, data diperoleh dari hasil

pencatatan rekam medis di Puskesmas Pasar Kota Prabumulih Tahun 2020


25

4.5.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan adalah pencatatan rekam medis sebagai panduan

mengambil data di Puskesmas Pasar Kota Prabumulih Tahun 2021.

4.6 Teknik Pengelolahan Data

1. Ediing

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuesioner tersebut.

2. Coding

Coding adalah data diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng

“kodean” atau “coding” yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan.

3. Entry

Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode

(angka atau huruf) dimasukan kedalam program komputer.

4. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

23
26

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketika lengkapan dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi.(Notoatmodjo, 2014).

4.7 Analisis Data

4.7.1 Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel terikat dan variabel

bebas guna mendapatkan gambaran atau karakteristik sampel dengan membuat

table distribusi frekuensi (Notoatmodjo, 2014).

4.7.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat yang digunakan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi. Analisa data dilakukan dengan menggunakan

program Statistic Package Social Science (SPSS). Sehingga didapatkan bermakna

jika nilai p value ≤ 0,05 dan tidak bermakna jika p value > 0,05.
27

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum

1. Luas Wilayah : 12,7 km².

2. Batas Wilayah

Secara administratif, wilayah kerja Prabumulih Utara berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara, Timur dan Selatan berbatasan dengan Kecamatan

Prabumulih Timur

b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Prabumulih Barat

3. Jumlah Desa / Kelurahan

a. Kelurahan Pasar I

b. Kelurahan Pasar II

c. Kelurahan Mangga Besar

d. Kelurahan Wonosari

e. Kelurahan Anak Petai

4. Data Kependudukan
28

Berdasarkan data dari kecamatan Jumlah Penduduk Kecamatan Prabumulih

Utara pada tahun 2018 = 31,027 jiwa.

5. Fasilitas Pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Prabumulih Pasar

adalah :

a) Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

1. Ibu Hamil, Ibu Nifas dan Ibu Menyusui


27
2. Keluarga Berencana

3. Bayi dan Balita Sakit

4. Imunisasi

b) Pelayanan Pengobatan

1. Pengobatan Umum

2. Pengobatan Gigi

3. Pengobatan MTBS

4. Pengobatan Lansia

5. Rujukan

c) Penyuluhan Kesehatan

1. Penyuluhan Kesehatan di Puskesmas

2. Penyuluhan Keseahatan di Posyandu

3. Penyuluhan Kesehatan di sekolah-sekolah


29

4. Penyuluhan Kesehatan di Masyarakat seperti di Kelompok

Karang Taruna, Pengajian dll

d) Pelayanan Laboratorium

1. Pemeriksaan Urine Rutin

2. Pemeriksaan Darah Rutin

3. Pemeriksaan DDR

4. Pemeriksaan Tes Kehamilan

5. Pemeriksaan Dahak

e) Pelayanan Rawat Inap

Melayani 10 penyakit

1. Tipus

2. DBD Grade 1 dan 2

3. Diare Ringan dan Sedang

4. Pneumonia

5. Angina Pectoris yang stabil

6. Asma

7. Hipertensi Kritis

8. Persalinan

9. Hyper Emesis Gravidarum


30

10. Malaria

1. Lain-lain :

1. Pelayanan Pengobatan TBC dengan paket DOTS

2. Pelayanan Kesehatan Lansia

3. Pelayanan Kesehatan IVA

4. Poli PTM

5. Klinik IMS

6. Upaya Kesehatan Sekolah

Selain itu Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat yang sudah berjalan dan

berkembang adalah posyandu balita dan lansia, dan masih ada lagi upaya

kegiatan pengembangan yang sedang dirintis yaitu Kesehatan Reproduksi remaja

melalui perberdayaan anak sekolah menengah pertama dan menengah keatas

dalam bentuk Remaja Peduli Kesehatan (RPK).

5.2 Analisa Univariat

Analisa ini untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari tiap

variabel independen (Usia,Paritas dan Jarak Kehamilan) serta variabel dependen

(Kejadian Hyperemesis Gravidarum). Data distribusi dalam bentuk tabel dan teks

akan diuraikan sebagai berikut :


31

5.2.1 Variabel Dependen

Kejadian Hyperemesis Gravidarum

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data berdasarkan Kejadian Hyperemesis


GravidarumPada Ibu Hamil di Puskesmas Pasar Kota
Prabumulih Tahun 2020

Kejadian Hyperemesis Gravidarum Frekuensi %


Ya 161 63,9
Tidak 91 36,1
Jumlah 252 100

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 252responden didapatkan sebanyak 161

(63,9%) responden yang didiagnosa mengalami hyperemesis gravidarum dan

sebanyak 91 (36,1%) responden yang tidak didiagnosa mengalami hyperemesis

gravidarum.
32

5.2.2 Variabel Independen

a. Usia Ibu

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Usia Ibu di Puskesmas Pasar


Kota Prabumulih Tahun 2020

Usia Ibu Frekuensi %


Risiko Tinggi 179 71,0
Risiko Rendah 73 29,0
Jumlah 252 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 252 responden didapatkan bahwa

responden yang usia beresiko sebanyak 179 responden (71,0%) dan responden yang

usia tidak beresiko sebanyak 73 responden (29,0%).

b. Paritas

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Paritas Ibu di Puskesmas Pasar


Kota Prabumulih Tahun 2020

Paritas Frekuensi %
Risiko Tinggi 160 63,5
Risiko Rendah 92 36,5
Jumlah 252 100
33

Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 252 responden didapatkan bahwa

responden yang paritas risiko tinggi sebanyak 160 responden (63,5%) dan responden

yang paritas risiko rendah sebanyak 92 responden (36,5%).

c. Jarak Kehamilan

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Jarak Kehamilan di Puskesmas


Pasar Kota Prabumulih Tahun 2020

Jarak Kehamilan Frekuensi %


Risiko Tinggi 180 75,4
Risiko Rendah 62 24,6
Jumlah 252 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 252responden didapatkan bahwa responden

yang jarak kehamilan risiko tinggi sebanyak 180 responden (75,4%) dan responden

yang jarak kehamilan risiko rendah sebanyak 62 responden (24,6%).

5.3 Analisa Bivariat


Analisa ini dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel Independen yaitu usia,

paritas, dan jarak kehamilan dan variabel dependen yaitu Kejadian Hyperemesis

Gravidarum. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik chi square sistem

komputerisasi dengan batas kemaknaan p value< 0,05 yang berarti terdapat hubungan

yang bermakna.
34

5.3.1 Hubungan Antara Usia Ibu dengan Kejadian Hyperemesis Gravidarum

Tabel 5.7Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Hyperemesis Gravidarum

di Puskesmas Pasar Kota Prabumulih Tahun 2020

Kejadian HEG Jumlah


Tingkat
Usia Ibu
Kemaknaan

Ya Tidak
N %
N % N %
Risiko Tinggi 130 51,6 48 19,0 179 71,0 0,000
Bermakna
Risiko
31 12,3 43 17,1 73 29,0
Rendah
Jumlah 161 63,9 91 36,1 252 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 252 responden didapatkan sebanyak 161

(63,9%) responden yang didiagnosa mengalami hyperemesis gravidarum dan

sebanyak 91 (36,1%) responden yang tidak didiagnosa mengalami hyperemesis

gravidarum. Dari 179 responden yang usia beresiko tinggi terdapat 130 (51,6%)

responden yang mengalami kejadian hyperemesis gravidarum dan 48 (19,0%)

responden tidak mengalami kejadian hyperemesis gravidarum. Dari 73 responden


35

yang usia beresiko rendah terdapat 31 (12,3%) responden yangmengalami kejadian

hyperemesis gravidarum dan 43 (17,1%)responden yang tidak mengalami kejadian

hyperemesis gravidarum.

Berdasarkan hasil analisa bivariat dengan uji statistik mengunakan Chi-Square

didapatkan hasil p value = 0,000 ( p ≤ 0,05 ) berarti hipotesis menyatakan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara Usia Ibu dengan Kejadian Hyperemesis Gravidarum

terbukti.

5.3.2 Hubungan Antara Paritas Ibu dengan Kejadian Hyperemesis Gravidarum

Tabel 5.8Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian Hyperemesis Gravidarum

di Puskesmas Pasar Kota Prabumulih Tahun 2020

Kejadian HEG Jumlah


Tingkat
Paritas Ibu
Kemaknaan

Ya Tidak
N %
N % N %
Risiko Tinggi 117 46,4 43 17,1 160 63,5 0,000
Bermakna
Risiko
44 17,5 48 19,0 92 36,5
Rendah
Jumlah 161 63,5 91 36,5 252 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 252 responden didapatkan sebanyak

161(63,5%) responden yang mengalami hyperemesis gravidarum dan sebanyak 91


36

(36,5%)responden yang tidak mengalami hyperemesis gravidarum. Dari 160

responden yang memiliki paritas tinggi terdapat 117 (46,4%) responden yang

mengalami kejadian hyperemesis gravidarum dan 43 (17,1%) responden yang tidak

mengalami kejadian hyperemesis gravidarum. Dari 92 responden yang memiliki

paritas rendah terdapat 44 (17,5%) responden yang didiagnosa kejadian hyperemesis

gravidarum dan 48 (19,0%) responden yang tidak mengalami kejadian hyperemesis

gravidarum.

Berdasarkan hasil analisa bivariat dengan uji statistik mengunakan Chi-Square

didapatkan hasil p value = 0,000 ( p ≤ 0,05 ) berarti hipotesis menyatakan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara Paritas Ibu dengan Kejadian Hyperemesis

Gravidarum terbukti.

5.3.3 Hubungan Antara Jarak Kehamilan dengan Kejadian Hyperemesis

Gravidarum

Tabel 5.9Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Hyperemesis

Gravidarumdi Puskesmas Pasar Kota Prabumulih Tahun 2020

Jarak Tingkat
Kehamilan Kemaknaan
Kejadian HEG Jumlah

Ya Tidak N %
37

N % N %
Risiko Tinggi 134 53,2 56 22,2 180 75,4 0,000
Bermakna
Risiko
27 10,7 35 13,9 62 24,6
Rendah
Jumlah 161 63,9 91 36,1 252 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 252 responden didapatkan sebanyak

161 (63,5%) responden yang mengalami hyperemesis gravidarum dan sebanyak 91

(36,5%)responden yang tidak mengalami hyperemesis gravidarum. Dari 180

responden yang memiliki jarak kehamilan tinggi terdapat 134 (53,2%) responden

yang mengalami kejadian hyperemesis gravidarum dan 62 (24,6%) responden yang

tidak mengalami kejadian hyperemesis gravidarum. Dari 91 responden yang memiliki

jarak kehamilan rendah terdapat 27(10,7%) responden yang didiagnosa kejadian

hyperemesis gravidarum dan 35 (13,9%) responden yang tidak mengalami kejadian

hyperemesis gravidarum.

Berdasarkan hasil analisa bivariat dengan uji statistik mengunakan Chi-Square

didapatkan hasil p value = 0,000 ( p ≤ 0,05 ) berarti hipotesis menyatakan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara Jarak Kehamilan dengan Kejadian Hyperemesis

Gravidarum terbukti.
38

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Hyperemesis Gravidarum di

Puskesmas Pasar Kota Prabumulih tahun 2020

Pada penelitian ini variabel Usia Ibudikategorikan menjadi kelompok

Resiko Tinggi (Bila usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun) dan Risiko Rendah (Bila

usia ibu 20-35tahun). Pada analisa univariat diketahui bahwa dari 252 responden

didapatkan bahwa responden yang usia Risiko Tinggi sebanyak 161 responden

(63,9%) dan responden yang usia Risiko Rendah sebanyak 91 responden

(36,1%).

Hasil analisa bivariat didapatkan bahwa dari 252responden didapatkan

sebanyak 161 (63,9%) responden yang didiagnosa mengalami hyperemesis

gravidarum dan sebanyak 91 (36,1%) responden yang tidak didiagnosa

mengalami hyperemesis gravidarum. Dari 178 responden yang usia beresiko

tinggi terdapat 130 (51,6%) responden yang didiagnosa kejadian hyperemesis

gravidarum dan 48 (19,0%) responden yang tidak didiagnosa kejadian


39

hyperemesis gravidarum. Dari74 responden yang usia beresiko rendah terdapat31

(12,3%) responden yang didiagnosa mengalami kejadian hyperemesis gravidarum

dan 43 (17,1%)responden yang tidak mengalami hyperemesis gravidarum.

Hasil uji statistik mengunakan Chi-Square didapatkan hasil p value = 0,000

(p ≤ 0,05 ) berarti hipotesis menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara Usia Ibu dengan Kejadian Hyperemesis Gravidarum terbukti.

Faktor Usia dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang semakin bertambah

usia akan semakin berkembang pengetahuannya. Tapi menjelang usia lanjut

kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

Andria (2017)

Usia adalah bertambahnya usia ibu, yang dapat terjadi perubahan

perkembangan dari organ-organ tubuh terutama organ reproduksi dan perubahan

emosi atau kejiwaan seorang ibu. Usia reproduksi yang baik untuk seorang ibu

hamil adalah usia 20-35 tahun (Wiknjosastro, 2011).

Hamil pada usia muda merupakan salah satu faktor penyebab terjadi

Hiperemesis Gravidarum, dalam kurun waktu reproduksi sehat bahwa usia aman

untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada

wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-3 kali lebih

tinggi daripada kematian yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal
40

meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Hal ini disebabkan menurunnya

fungsi organ reproduksi wanita. Manuaba, 2017.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Andria, 2017 menunjukkan bahwa

beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian hyperemesis gravidarum di Rumah

Sakit Umum Daerah Rokan Hulu Tahun 2017 yaitu usia dengan nilai kemaknaan

atau nilai p value = 0,000. Dengan demikian p value < 0,05, menunjukan bahwa

ada pengaruh usia ibu dengan kejadian hyperemesis gravidarum (Andrian,2017)

6.2 Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian Hyperemesis Gravidarum di

Puskesmas Pasar Kota Prabumulih 2020

Pada penelitian ini variabel Paritas Ibu dibedakan menjadi kelompok paritas

berisiko tinggi (bila jumlah anak 1 dan ≥ 3 anak) dan paritas berisiko rendah (bila

jumlah anak < 3 anak). Pada analisa univariat diketahui bahwa dari 252responden

didapatkan bahwa responden yang paritas risiko tinggi sebanyak 161 responden

(63,9%) dan responden yang paritas risiko rendah sebanyak 91 responden

(36,1%).

Hasil analisa bivariat didapatkan dari 252 responden didapatkan sebanyak

161(63,9%) responden yang didiagnosa mengalami hyperemesis gravidarum dan

sebanyak91 (36,1%) responden yang tidak didiagnosa mengalami hyperemesis

gravidarum. Dari160 responden yang paritas risiko tinggi terdapat 117 responden
41

(46,4%) yang didiagnosa kejadian hyperemesis gravidarum dan 43 (17,1%)

responden yang tidak didiagnosa kejadian hyperemesis gravidarum. Dari 91

responden yang paritas risiko rendah terdapat 44 (17,5%) responden yang

didiagnosa kejadian hyperemesis gravidarum dan 48 (19,0%) responden yang

tidak didiagnosa kejadian hyperemesis gravidarum.

Hasil uji statistik mengunakan Chi-Square didapatkan hasil p value = 0,000

(p ≤ 0,05) berarti hipotesis menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara Paritas Ibu dengan Kejadian Hyperemesis Gravidarum terbukti.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Yasi Anggasari, 2015

menunjukkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian hyperemesis

gravidarum di bidan praktek swasta kusmawati kota surabaya tahun 2015 yaitu

paritas dengan nilai kemaknaan atau nilai p value = 0,008. Dengan demikian p

value < 0,05, menunjukkan bahwa ada pengaruh paritas dengan kejadian

hyperemesis gravidarum (Yasi Anggasari, 2015).

Paritas merupakan salah satu faktor yang berperan terhadap tingginya

kecenderungan terjadi hiperemesis gravidarum sebagai salah satu keadaan yang

berakibat patologi bagi ibu dan janin yang dikandungnya. Hiperemesis

gravidarum lebih banyak terjadi pada wanita yang baru pertama kali hamil dan

pada wanita dengan paritas tinggi seperti ibu yang sudah mengalami kehamilan

yang ke empat, hal ini tidak terlepas oleh karena faktor psikologis yakni takut
42

terhadap tanggung jawab sebagai ibu bila ibu tersebut tidak sanggup lagi

mengurus anak-anaknya, ini dapat menyebabkan konflik mental yang dapat

memperberat mual dan muntah. Razak (2015)

6.3 Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Hyperemesis Gravidarum di

Puskesmas Pasar Kota Prabumulih Tahun 2020

Pada penelitian ini variabel Jarak Kehamilandikategorikan menjadi kelompok

yaitu Risiko Tinggi(Jika jarak kehamilan < 2 tahun) dan Risiko Rendah(Jika

jarak kehamilan ≥ 2 tahun). Pada analisa univariat diketahui dari 252responden

didapatkan bahwa responden dengan jarak kehamilan risiko tinggi sebanyak 161

responden (63,9%) dan responden dengan jarak kehamilan risiko rendah

sebanyak 91 responden (36,1%).

Hasil analisa bivariat didapatkan bahwa dari 252responden didapatkan

sebanyak 161 (63,9%) responden yang didiagnosa mengalami hyperemesis

gravidarum dan sebanyak 91 (36,1%) responden yang tidak didiagnosa

mengalami hyperemesis gravidarum. Dari 161 responden yang jarak kehamilan

risiko tinggi terdapat 134 (53,2%) responden yang didiagnosa kejadian

hyperemesis gravidarum dan56 (22,2%) responden yang tidak didiagnosa

kejadian hyperemesis gravidarum. Dari91 responden dengan jarak kehamilan

beresiko rendah terdapat 27 (10,7%) responden yang didiagnosa kejadian


43

hyperemesis gravidarum dan 35 (13,9%) responden yang tidak didiagnosa

kejadian hyperemesis gravidarum.

Hasil uji statistik mengunakan Chi-Square didapatkan hasil p value = 0,000

(p ≤ 0,05) berarti hipotesis menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara Jarak Kehamilan dengan Kejadian Hyperemesis Gravidarum terbukti.

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Karwati, 2015 di

RSUD Kota Bandung menunjukkan bahwa beberapa faktor yang mana

didapatkan hasil bahwa dari 1.233 ibu bersalin ditemukan 213 (17,7%) orang

yang mengalami Pendarahan postpartum dari ibu dengan jarak kehamilan kurang

dari 2 tahun. ( Karwati, 2015)

Jarak ideal kehamilan sekurang-kurangnya 2 tahun. Menurut Rofiq (2015)

proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu prioritas 1-3 anak dan jika dilihat

dari jarak kehamilannya ternayata jarak kurang dari 2 tahun. Jarak kematian

terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan

kondisi rahimnya agar bisa ke kondisi sebelumnya.

Oleh karena itu jarak yang dekat antara kehamilan sekarang dan dahulu dapat

berpengaruh karena keadaan yang belum normal sebagaimana mestinya harus

sudah bereproduksi lagi untuk kehamilan selanjutnya maka dari itulah dapat

menyebabkan hiperemesis gravidarum dan komplikasi kehamilan lainnya.

(Menurut Rofiq, 2015).


44

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Dari hasil penelitian didapatkan 252responden yang diteliti di Puskesmas Pasar

Kota Prabumulih dapat disimpulkan bahwa :

1. Diketahui distribusi frekuensi dari 252 responden didapatkan yang mengalami

hyperemesis gravidarum sebanyak 161 responden (63,9%) dan yang tidak

mengalami hyperemesis gravidarum sebanyak 91 responden (36,1%).

2. Diketahui distribusi frekuensi usia ibu dari 252 responden didapatkan bahwa

dengan usia risiko tinggi sebanyak 179 responden (71,0%) dan lebih sedikit

responden dengan usia risiko rendah yang mengalami hyperemesis

gravidarum sebanyak 73 responden (29,0%).

3. Diketahui distribusi frekuensi paritas ibu dari 252 responden didapatkan

dengan risiko tinggi 160 responden (63,5%) dan lebih sedikit responden

paritas dengan risiko rendah 92 responden (36,5%).

4. Diketahui distribusi frekuensi jarak kehamilan dari 252 responden didapatkan

dengan jarak kehamilan risiko tinggi sebanyak 190 responden (75,4%) dan
45

lebih sedikit responden dengan jarak kehamilan yang mengalami hyperemesis

gravidarum sebanyak 62 responden (24,6%)

5. Ada hubungan yang bermakna antara Usia Ibu dengan Kejadian Hyperemesis

Gravidarum di Puskesmas Pasar Kota Prabumulih Tahun 2020, dimana p

value = (0,000) < 0,05

6. Ada hubungan yang bermakna antara Paritas dengan Kejadian Hyperemesis

Gravidarum di Puskesmas Pasar Kota Prabumulih Tahun 2020, dimana p

value = (0,000) <0,05

7. Ada hubungan yang bermakna antara Jarak Kehamilan dengan Kejadian

Hyperemesis Gravidarumdi Puskesmas Pasar Kota Prabumulih Tahun 2020,

dimana p value= (0,000)≤ 0,05.


46

7.2 Saran

7.2.1Bagi Institusi Kesehatan

Berdasarkan simpulan di atas maka penulis menyarankan kepada tenaga

kesehatan untuk memotivasi masyarakat ibu agar lebih memahami tentang

pentingnya memeriksakan diri ke tenaga kesehatan untuk menghindari

Kejadian Hyperemesis Gravidarum pada ibu hamil

7.2.2Bagi Institusi Pendidikan

Di sarankan bagi pendidikan agar lebih memperbanyak referensi teori

tentangKejadian Hyperemesis Gravidarum. Sehingga peneliti selanjutnya dapat

melakukan penelitian dengan judul yang sama tetapi dengan materi yang lebih

lengkap dan metode penelitian yang lebih baik.

7.2.3Bagi Peneliti

Peneliti juga dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam

melaksankan penelitian terutama dalam meneliti kejadian Hyperemesis

Gravidarum pada ibu hamil sesuai dengan metode penelitian yang benar

menurut daftar pustaka yang ada di perkuliahan.


47

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI.2015.http//:google.co.id.angka-kematian-ibu-menurut-SDG’S diakses tanggal

23 April 2021 pukul 15.00 WIB

Depkes, 2015.http//:google.co.id.angka-kematian-ibu-menurut-WHO-tahun-2013 diakses

tanggal 23 April 2021 pukul 15.45 WIB

Lesty, 2018 http//:google.co.id.angka-kematian-ibu.tahun-2017-di-sumatera-selatan diakses

tanggal 24 April 2021 pukul 10.30 WIB

WHO.2013.http//:google.co.id.angka-kesakitan-ibu-menurut-WHO-tahun-2013 diakses

tanggal 24 April 2021 pukul 12.30 WIB

Rekam Medik Puskesmas Pasar Kota Prabumulih 2021

Notoadmodjo.2014. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Renieka Cipta

Yasi, 2016. http://google.co.id.faktor-penyebab-hiperemesis-gravidarum-tahun-2016 diakses

tanggal 25 April 2021 pukul 13.00 WIB

Saifuddin, 2009. Pengertian Kehamilan. EGC: Jakarta

Manuaba, 2014. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Pelayanan Keluarga Berencana.

Jakarta: EGC
48

Reducing Mortaliy.2018.http://google.co.id angka-kematian-bayi diakses tanggal 26 April

2021 pukul 14.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai