Anda di halaman 1dari 56

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Data world healt organization (WHO) tahun 2015 menunjukan

setiap hari, rata-rata 830 perempuan meninggal dunia pada saat

kehamilan dan pasca proses persalinan. Kematian ibu sebagian besar di

sebabkan oleh komplikasi kehamilan dan persalinan yang sebenarnya

bisa di cegah. Sekitar dari 99% dari total Angka kematian Ibu (AKI) terjadi

di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara

seperti kamboja sebesar 208 per 100.000 KH, WHO memperkirakan

sebanyak 98% dari seluruh kematian ibu dan anak yang terjadi di India,

Bangladesh,indonesia, Nepal, Myanmar (WHO, 2015).

Sementara Angka Kematian Ibu (AKI) saat melahirkan di

indonesia pada tahun 2015 sebesar 303 per 100.000 kelahiran hidup.

Jumlah ini mengalami penurunan di bandingkan agka kematian ibu pada

kelahiran hidup. Jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan angka

kematian ibu pada tahun 2012 yaitu sebesar 359 per 1000 kelahiran

hidup (Andi, 2016).

Penyebab langsung kematian ibu menurut Survei Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) sebesar 90% adalah komplikasi yang terjadi pada

saat persalinan dan setelah bersalin. Penyebab tersebut dikenal dengan

“Trias Klasik” yaitu pendarahan (30,0%), preeklampsia (27,1%), infeksi

(7,3%), partus lama (1,8%), abortus (1,6%), dan lain-lain (40,8%).

Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain anemia,

diabetes, kurang energy kronis (KEK) sebesar 37% dan anemia (Hb <

1
11gr) sebesar 40%. Penyebab tersebut sebenarnya dapat di cegah

dengan pemeriksaan kehamilan (antenacal care) yang memadai

(Kemenkes RI, 2016).

Preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas

dan mortalitas perinatal. Sampai sekarang penyakit Preeklampsia masih

merupakan masalah kebidanan yang belum dapat terpecahkan secara

tuntas. Di beberapa Negara maju seperti di Australia dan Inggris,

preeklampsia merupakan penyebab kematian utama kematian maternal.

Angka kejadian preeklampsia di Australia sebesar 10-25%, di inggris

sebesar 100 per 1 juta kehamilan. Di amerika serikat preeklampsia juga

menjadi penyebab 15% kelahiran prematur dan 17,6% kematian

maternal. Di indonesia preeklampsia berat dan eklampsia merupakan

penyebab kematian ibu 15% sampai 25%, sedangka kematian bayi

antara 45%sampai 50% (Sumarni, 2014).

Kasus kematian ibu melahirkan di indonesia masih terhitung tinggi,

bahkan terbilang paling tinggi di Asia Tenggara. Hasil penyelidikan

menemukan penyebabnya paling banyak adalah karena tekanan darah

tinggi. Trend ini bergeser dari penyebab sebelumnya, yaitu karena

pendarahan. “Kematian ibu melahirkan akibat hipertensi mencapai 30%

dan sekarang menempati yang tertinggi. Kasus kematian ibu melahirkan

di Indonesia masih terhitung tinggi,bahkan terbilang paling tinggi di Asia

Tenggara. Hasil penyelidikan menemukan penyebabnya paling banyak

adalah karena tekanan arah tinggi. Trend ini bergeser dari penyebab

sebelumnya, yaitu karena pendarahan (Harwono,2013).

Jawa barat ternyata masih menjadi salah satu provinsi teratas

sebagai penyumbang angka kematian ibu dan bayi di indonesia. Menurut

laporan dinas kesehatan jawa barat di tahun 2015 disampaikan bahwa

2
jumlah kasus kematian ibu melahirkan karena kehamilan, persalinan, dan

nifas meningkat cukup tajam dari 748 kasus di tahun 2014 menjadi 823

kasus di tahun 2015. Sedangkan jumlah kematian ibu melahirkan di kota

bekasi pada tahun 2015 mencapai 24 0rang dari total 47.711 kelahiran

hidup. Jumlah ini mengalami penurunan dari tahn sebelumnya. Dimana

pada tahun 2014 sebanyak 29 orang ibu melahirkan yang meninggal dari

total kelahiran hidup 45.765 (Ical, 2015).

Berbagai penyebab kematian ibu yang tinggi di jawa barat tidak

hanya pendarahan yang di alami saat persalinan, namun ada berbagai

penyebab lainnya, seperti infeksi sebanyak 22%, preeklampsia 14%, dan

lain-lain 27% jumlah kelahiran pada ibu berumur di bawah 20 tahun juga

cukup tinggi yaitu 47%(surya fikri,2016).

Pre eklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan

dapat terjadi pada ante,intra dan postpartum, secara teoritiss urutan-

urutan gejala yang timbul pada preeklampsia yaitu oedema, hipertensi

dan terakhir proteinuria. Preeklampsia secara global terjadi pada 0,5%

kelahiran hidup dan 4,5% hipertensi dalam kehamilan. Pre eklampsia

dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hati, oedema paru, dan

pendarahan selebral, sedangkan pada janin dapat menyebabkan fetal

distres, intrauterin growth restiction (IUGR) dan solusio plasenta

(Prawirohardjo,2012).

Faktor-faktor yang berhubungan dengan preeklampsia yaitu

prigmidavida, riwayat preeklamsia sebelumnya, riwayat keluarga dengan

hipertensi, kehamilan kembar, kondisi medis tertentu, adanya proteinuria,

umur >40 tahun, obesitas dan paritas (Prawirohardjo,2012).

Berdasarkan data yang di peroleh dari RSUD kota bekasi, jumlah

ibu hamil pada tahun 2015 sebanyak 783 orang, yang preeklampsia

3
sebanyak 40 orang (5,1%), jumlah ibu hamil pada tahun 2016 sebanyak

800 orang, yang preeklampsia sebanayak 52 orang (6,5%),dan pada

tahun 2017 jumlah ibu hamil sebanyak 750 orang yang pleeklampsia

sebanyak 50 orang (7,1%) persentase preeklampsia pada ibu hamil di

RSUD Kota Bekasi mengalami kenaikan dari tahun 2015 sebanyak 5,1%

menjadi 7,1%% di tahun 2017. maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya

preeklamsi pada ibu hamil di RSUD Kota Bekasi Tahun 2017”.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam tiga tahun terakhir di RSUD Kota Bekasi terjadi adanya

peningkatan angka kejadian preeklampsia pada ibu hamil yaitu dari tahun

2015 sebesar 5,1% menjadi 7,1% ditahun 2017. Berdasarkan data latar

belakang yang ada di atas maka rumusan masalah ini adalah semakin

meningkatnya angka kejadian preeklampsia pada ibu hamil di RSUD Kota

Bekasi di tahun 2017.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya

preeklampsia pada ibu hamil di RSUD Kota Bekasi Tahun 2017.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

terjadinya preeklampsia pada ibu hamil di RSUD Kota Bekasi Tahun

2017.

1.4.2 Tujuan Khusus

4
A. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian preeklampsia pada ibu

hamil berdasarkan umur ibu,paritas, dan riwayat hipertensi di RSUD Kota

Bekasi tahun 2017.

B. Untuk mengetahui hubungan kejadian preeklampsia pada ibu hamil

berdasarkan umur ibu di RSUD Kota Bekasi tahun 2017.

C. Untuk mengetahui penyebab kejadian preeklampsia pada ibu hamil

berdasarkan paritas ibu di RSUD Kota Bekasi tahun 2017.

D. Untuk mengetahui hubungan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin

berdasarkan riwayat Hipertensi ibu terdahulu di RSUD Kota Bekasi tahun

2017.

1.5 . Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Untuk Rumah Sakit

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi

petugas di RSUD Kota Bekasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil dan juga sebagai bahan

evaluasi keberhasilan dalam pelayanan kesehatan.

1.5.2 Bagi Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk umpan balik

proses belajar mengajar sehingga dapat menunjang pengetahuan dan

wawasan peserta didik serta dapat dilakukan penelitian selanjutnya.

1.5.3 Bagi Peneliti

Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti mendapatkan suatu

pengalaman dan ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil dan juga

sebagai bahan evaluasi keberhasilan dalam pelayanan serta dapat

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

5
1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

terjadinya preeklamsi pada ibu hamil di RSUD Kota Bekasi. Karena

semakin meningkatnya angka kejadian preeklampsia pada ibu hamil

(7,1%). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april tahun 2018.

Penelitian ini menggunakan metode uji chi-square. Populasi dalam

penelitian ini adalah seleuruh ibu hamil yang datang ke RSUD Kota

Bekasi. Variabel dependentnya adalah preeklampsia pada ibu hamil ,

sedangkan variabel independentnya adalah umur,paritas.pendidikan dan

riwayat preeklampsia. Data yang digunakan adalah data sekunder yang di

peroleh dari catatan rekam medik RSUD Kota Bekasi. Metode analisis

yang di gunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji

chi square dengan menggunakan menggunakan bantuan komputer

program SPSS.

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KEHAMILAN

2.1.1. Definisi

Kehamilan adalah suatu proses fisiologis pada seorang wanita.

Yaitu suatu keadaan di mana janin di kandung didalam tubuh wanita,

yang sebelumnya di awali dengan proses pembuahan dan kemudian

akan di akhiri dengan proses persalinan (maryunani,2013)

Menurut federasi obsterti ginekologi internaional, kehamilan di

definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan di lanjutkan dengan nidasi dan implantasi. Bila di hitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam

waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender

international (prawihardjo, 2012)

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan

terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan

plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm(manuaba,

2012 )

Kehamilan adalah salah suatu keadaan yang istimewa bagi

seorang calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi perubahan

fisik yang mempengaruhi kehidupan (weni,2012)

Kehamilan dibagi menjadi 3 Trimester :

7
1. Trimester I : 0-12 minggu

2. Trimester II :12-28 minggu

3. Trimester III :28-40 minggu.

2.1.2. Tanda- tanda kehamilan

1. Tanda pasti kehamilan

a. Terdengar denyut jantung janin

b. Terasa gerakan janin

c. Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong keham

ilan,pada gambaran embrio.

d. Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (>16

minggu).

2. Tanda tidak pasti kehamilan

a. Rahim membesar

b.Tanda hegar

c.Tanda chadwick, yaitu warna kebiruan pada serviks,vagina dan

vulva.

d.Tanda piskacek, yaitu pembesaran uterus kesalah satu arah

sehingga menonjol jelas kearah pembesaran tersebut.

e. Braxton hicks

Bila uterus dirangsang (distimulasi dengan diraba) akan mudah

berkontraksi. Basal Metabolisme Rate (BMR) meningkat.

f. Ballttment positif.

jika dilakukan pemeriksaan palpasi diperut ibu dnegan cara

menggoyang-goyangkan di salah satu sisi, maka akan terasa

pantulan di sisi yang lain.

g. Tes Urine kehamilan (tes HCG) positif

8
Tes urine dilaksanakan minimal satu minggu setelah terjadi

pembuahan. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mengetahui

kadar hormone gonadotropin dalam urine. Kadar yang melebihi

ambang normal, mengindikasikan bahwa wanita mengalami

kehamilan.

3.Dugaan Hamil

a. Amenore/ tidak mengalami menstruasi sesuai siklus (terlambat

haid).

b. Nausea, anoreksia, emesis, dan hipersalivasi.

c. Pusing.

d. Miksi/ sering buang air kecil.

e. Obstipasi.

f. Hiperpigmentasi: stiae, cloasma, linea, nigra.

g. Varises.

h. Paudara menegang.

i. Perubahan perasaan.

j. BB bertambah (Sulistywati, 2012)

2.2. Preeklampsia

2.2.1. Defenisi

Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya

hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau

sampai 48 jam postpartum. Umumnya terjadi pada trimester III kehamilan.

Preeklampsia dikenal juga dengan sebutan Pregnancy Incduced

Hipertension (PIH) gestosis atau toksemia kehamilan (Maryunani, 2013).

Preeklampsia merupakan penyakit yang langsung disebabkan

oleh kehamilan, tanda-tanda hipertensi, oedema, protein urine yang

9
umumnya terjadi setelah minggu ke-20 masa gestasi, tetapi dapat terjadi

sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa (Wiknjosastro, 2012).

Preeklampsia dan eklampsia merupakan kumpulan gejala yang

timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari

trias: hipertensi, proteinuria dan edema, yang kadanf-kadang disertai

konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda

kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya (Puspita, 2013).

2.2.2. Gambaran Klinis Preeklampsia

Gambaran klinis preekampsia di mulai dengan kenaikan berat

badan di ikuti dengan oedema kaki atau tangan, peningkatan tekanan

darah, dan terakhir terjadi proteinuria. Gejala subjektif belum dijumpai,

tetapi pada preeklampsia berat di ikuti dengan keluhan subjektif berupa

sakit kepala trauma darah frontalis, rasa nyeri di daerah epigastrium,

gangguan mata, penglihatan menjadi kabur, terdapat mual sampai

muntah, gangguan pernafasan sampai sianosis, dan terjadi gangguan

kesadaran pengeluaran proteinuria, keadaan penyakit semakin berat,

karena terjadi gangguan fungsi ginjal. (Winjosastro, 2012).

2.2.3. Klasifikasi Preeklampsia

Preeklampsia ringanadalah suatu sindroma spesifik kehamilan

dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme

pembuluh darah dan aktivitas endotel. Diagnosis preeklampsia ringan

ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria

dam/oedema setelah kehamilan 20 minggu. Hipertensi sistolik/diastolik

140/90 mmHg. Kenaikan sistolik >30 mmHg dan kenaikan distolik >15

mmHg tidak lagi dipakai sebagai lagi kriteria preeklampsia. Proteinuria

>300 mg/24jam atau 1+ dispetik (Sarwono, 2012).

10
Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah

sistolik > 160 mmHg dan tekanan darah distolik >110 mmHg di sertai

dengan proteinuria lebih dari 5 g/24 jam. Diagnosis ditegakkan

berdasarkan kriteria preklamsia berat, preeklampsia di golongkan

preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut :

1. Tekanan darah sistolik >160 mmHg dan tekanan darah distolik >110

mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah

dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.

2. Proteinuria lebih dari 5g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan

kualitatif.

3. Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.

4. Kenaikan kadar kreatinin plasma.

5. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala,

sekotoma dan pandangan kabur.

6. Nyeri epigastrum atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen

(akibat teregangnya kapsula glisson).

7. Edema paru-paru dan sianosis.

8. Hemolisis mikroangiopatik.

9. Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepotoselular) :peningkatan

kadar alanin dan aspartate aminotransferas.

10. Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat.

11. Sindrom HELLP (Sarwono, 2012).

2.2.4. Etiologi

Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil beum diketahui

secara pasti, tetapipaa umumnya disebabkan oleh (vasospasme

arteriola). Faktor-faktor lain yang diperkirakan akan mempegaruhi

timbulnya preeklampsia antara lain: primigravida, kehamilan ganda,

11
hidramion, molahidatidosa, multigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang

dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia (Maryunani, 2013).

Sampai saat ini etioplogi pasti dari pre-eklampsia atau eklampsia

belum di ketahui. Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan

etiologi dari kelainan tersebut di atas.

1. Primigravida, terutama primigravida Muda.

2. Kehamilan Ganda.

3. Hdromion.

4. Mola Hidatosa.

2.2.5. Patofisiologis

Pada Preeklamsia perubahan arteri sprialis terbatas hanya pada

lapisan desi dua, hal ini terjadi pada awal kehamilan dan awal trisemester

2. Arteri sprialis yang mengalami perubahan + 35-50%. Akibat aliran

darah ke plasenta yang dapat meningkatkan sensitivitas pembuluh darah

terhadap angiotein II, rennin dan aldosteron juga meningkat sehingga

terjadi hipertensi (Wiknjosastro, 2012).

Terjadi spasme pembuluh darah arteri menuju organ-organ

penting dalam tubuh mengakibatkan aliran darah ke ginjal menurun

sehingga terjadi penurunan fungsi ginjal yaitu berkurangnya filtrasi

glomerulus hal ini menyebabkan terjadi proteiuria, oliguria dan oedema

pada tungkai tangan, paru, dan organ lain. Pada jaringan otak dan retina

menimbulakan nyeri kepala yang hebat dan penglihatan kabur. selain itu

terjadi nekrosis,iskemia, dan oedema hepatoseluler yang meregangkan

kapsul glison menyebabkan rasa nyeri di epigastrium. (Sarwono, 2012).

12
2.2.6. Predisposisi (Sarwono, 2012)

Yang mempengaruhi faktor predisposisi terjadinya preeklampsia


adalah sebagai berikut :

1. Demam

2. Melahirkan

3. Gemeli

4. Umur lebih dari >35 tahun

5. Hipertensi

6. Penyakit jantung

7. Riwayat adanya preeklampsia-eklampsia pada keluarga

2.2.7. Penatalaksanaan Preeklampsia

1. Pencegahan Preeklampsia

Pencegahan preeklampsia tergantung pada penapisan perumpuan

resiko tinggi pemantauan klinis danlaboratorium lebih awal serta

pemantauan intensif atau kelahiran jika ada indikasi.

a. Pencegahan primer, yaitu dengan identifikasi dan

menghindari faktor resiko. Terutama menghindari kehamilan

remaja, mengurangi obesitas, dan resistensi insulin,

menyediakan nutrisi adekuat serta menghindari kehamilan

kembar.

b. Pencegahan sekunder termasuk deteksi sindrom sedini

mungkin dan menyusun strategi yang mempengaruhi

patogenesisnya. Misalnya dengan pemberian asprin dosis

13
rendah, suplementasi kalsium pada perempuan dengan

asupan kalsium rendah dan mengurangi stres oksidasi

dengan memberikan antioksidan.

c. Pencegahan tersier melibatkan perubahan pola hidup dan


terapi di atas.

2. Penanganan Preeklampsia

Tujuan umum penanganan adalah :

a. Untuk menjaga terjadinya preeklampsia dan eklampsia.

b. Hendaknya janin lahir hidup

c. Trauma pada janin seminimal mungkin.

2.3. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Preeklampsia

2.3.1. Umur Ibu

Umur adalah lamanya seseorang hidup sejak dilahirkan sampai

saat ini. Umur merupakan periode perubahan perilaku seseorang dalam

kehidupan aru dan harapan-harapan baru. Semakin bertambahnya umur

seseorang maka semakin baik pula perilaku dan ilmu pengetahuan yang

dimiliki (Notoatmojo, 2012).

Umur optimal untuk hamildan melahirkan adalah pada kelompok

usia 20-35 tahun karena pada usia terseut seluruh organ-organ

reproduksi untuk menjalankan fungsinya (Wiknjosastro, 2012).

Pembagian umur menurut penelitian yang dilalkukan alamsyah (2013),


yaitu :

a. Usia <20 tahun adalah usia sebelum produktif

14
b. Usia 20-35 tahun adalah usia periode usia produktif

c. Usia >35 tahun adalah usia post produktif

Usia 20-35 tahun adalah periode paling aman untuk hamil /

melahirkan, akan tetapi di negara berkemang sekitar 10%-20% bayi

dilahirkan dari ibu usia remaja yangs sedikit lebih besar dari anak-anak.

Padahal dari suatu penelyian ditemukan bahwa dua tahun setelah

menstruasi yang pertama, seorang wanita masih mungkin mencapai

pertumbuhan panggul antara 2-7% dan tinggi badan 1% dampak dari

usia yang kurang. Dari hasil peneltian di nigeria, wanita usia 15 tahun

mempunyai angka kematian 7 kali lebih besar dari wanita berusia 20-24

tahun. Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya preeklampsia/

eklampsia. Usia wanita remaja pada kehamilan pertama atau nulipara

umur belasan tahun (Usia muda kurang dari 20 tahun). Studi di rs

Neutra di colombia, porapakhan di bangkok, efiong di logos dan

wadhawan dan lainnya di zambia, cenderung terlihat insiden

preeklampsia cukup tinggi di usia belasan tahun, yang menjadi problem

adalah mereka tidka mau melakukan pemeriksaan antenatal

(Cunningham, 2013)

Hubungan peningkatan usia terhadap preeklampsia dan

eklampsianadalah sama dan meningkat lagi pada wnaita hamil yang

berusia diatas 35 tahun. Usia 20-35 tahun adalah periode paling aman

untuk melahirkan, akan tetapi di negara berkembang sekita 10% sampai

20% bayi dilahirkan dari ibu remaja yang sedikit lebih besar dari anak-

anak. Padahal dari suatu penelitian ditemukan bahwa dua tahun setelah

menstruasi yang pertama, seorang anak wanita masing mingkin

mencapai pertumbuhan panggul antar 2-7% dan tinggi badan 1%.

15
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adlah 20-35 tahun.

Kematian maternal pada wnaita hamil dan bersalin pada usia dibwah 20

tahun dan stelah usia 35 tahun meningkat, karena wanita yang memiliki

usia kurang dari 20 tahun dan lebih tua dari 35 tahun dianggap lebih

rentan terhadap terjadinya preeklampsia (Cunningham, 2013)

umur merupakan bagian dari status reproduksi yang penting. Usia

berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh sehingga

mempengaruhi status kesehatan seseorang. Usia yang paling aman dan

baik untuk hamil dan melahirkan adalah 25-30 tahun, sedangkan wanita

usia remaja <20 tahun yang hamil untuk pertama kali akan mempunyai

resiko yang sangat tinggi terkena preeklampsia/ eklampsia hal ini

dikarenakan oleh kombinasi alat reproduksi yang belum matang dan

anemi sehingga beresiko untuk terjadi keracunan kehamilan atau

preeklampsia dan wanita yang hamil pada usia >35 tahun akan

mempunyai resiko yang sangat tinggi untuk mengalami preeklampsia.

Wanita hamil tanpa hipertensi yang beresiko mengalam preeklampsia

adalah wanita yang berumur >35 tahun. Kelompok usia >35 tahun

memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian preeklampsia.

Demikian pula variabel usia terhadap kejadian preeklampsia (manuaba,

2014).

2.3.2. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan sikap seseorang

atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan peatihan. Semakin tinggi pendidikan seseorang

maka pola fikir yang dimilikinya akan mempengaruhi daya nalar dan

16
kemampuannya dalam menganalisis setiap permasalahan menjadi lebih

baik. Sedangkan latar belakang ibu yang rendah menyulitkan

berlangsungnya suatu penyuluhan kesehatan terhadap ibu, karena

kurang menyadari pentingnya informasi-informasi kesehatan khususnya

pada saat hamil. Penidikan mempengaruhi persepsi seseorang karena

dapat membuat seseorang lebih mudah menerima ide-ide atau teknologi

baru (SDKI, 2012).

Pendidikan adalah jenjang pendidikan yang dimiliki oleh

seseorang melalui pendidikan formal yang di pakai oleh pemerintah serta

disah kan oleh departemen pendidikan (Azwar ,2012).

Dikategorikan menjadi:

1. Rendah : SD,SMP

2. Menengah : SMU atau sederajat

3. Tinggi :DIII, perguruan tinggi

Pendidikan banyak menentukan sikap dan tindakan dalam

menghadapi berbagai masalah misalnya dalam kesehatan kehamilan

kesediaan dalam pemeriksaan kehailan untuk mencegah timbulnya

hipertensi dalam kehamilan, ibu yang mempunyai latar belakang

pendidikan lebih tinggi akan mendapat kesempatan hidup serta

kesehatan reproduksi yang baik ( Azwar,2012).

Pendidikan mempengaruhi terjadinya preeklamsia yaitu rendah atau

tingginya pendidikan seseorang mempengaruhi individu tersebut dalam

mengambil atau membuat kebijaksanaan pada dirinya dalam

menggunakan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo,2012).

17
2.3.3. paritas

Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh ibu, baik
yang lahir hidup atau yang lahir mati dari pasangan suami- istri
(Notoatmodjo,2012)

Dikategorikan sebagai berikut:

1. Primipara : 1 anak

2. Multipara : 2-4 anak

3. Grande Multipara : ≥ 5 anak

Dari kejadian 80% semua kasus hipertensi pada kehamilan, 3%-8%

pasien terutama pada primigravida,pada kehamilan trimester

kedua.catatn statistik menunjuk dari seluruh incidence dunia, dari 5%-8%

pre-eklampsia dari semua kehamilan, terdapat 12% lebih dikarenakan

oleh primigravida. Faktor yang mempengaruhi preeklamsia frekuensi

primigvida lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida ,terutama

primigvida muda. Persalinan yang berulang ulang akan mempunyai akan

mempunyai banyak risiko terhadap kehamilan , telah terbukti bahwa

persalinan kedua dan ketiga adalah persalinan yang paling aman. Pada

The New England Journal of Medicine tercatat bahwa kehamilan pertama

risiko terjadi preeklampsia 3,9%,kehamilan kedua 1,7% dan kehamilan

ketiga 21,8%.kira kira 85% preeklampsia terjadi pada kehamilan kedua

1,7%,dan kehamilan pertama. Paritas 2-3 merupakan parias paling aman

ditinjau darin kejadian preeklampsia dan risiko meningkat lagi pada

grandemultigravida (Bobak,2012).

Hipertensi karena kehamilan paling sering mengenai wanita nulipara.

Wanita yang lebih tua, yang dengan bertambahnya usia akan

menunjukan peningkatan insiden hipertensi kronis,menghadapi risiko

18
yang lebih besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan atau

superimposed preeklampsia. Jadi wanita yang berada pada awal atau

akhir usia reproduksi, dahulu dianggap rentan (Cunningham,2013).

Paritas 2 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian

mternal , Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka

maternal lebih tinggi primigvidanya dan gravida pada usian diatas 35

tahun merupakan kelompok resiko tinggi untuk preeklamsia –ekslamsia.

Paritas merupakan salah satu penyebab paling banyak ibu hamil

mengalami preeklamsia. Semakin muda kehamilan seseorang

(prigmivida) atau semakin banyak seseorang melahirkan (grandemulti)

akan semakin besar peluang ibu hamil tersebut mengalami preeklampsia.

hal ini diakibatkan oleh karena wanita hamil pertama dan dalam

keadaan hamil dan berusia muda lebih cenderung rentan terhadap

timbulnya preeklampsia yang diakibatkan oleh matangnya alat reproduksi

untuk hamil sedangkan pada wanita yang telah berulang kali mengalami

persalinan lebih diakibatkan karena kondisi tubuh yang menjadi lemah

sehingga kemungkinan untuk terkena preeklamsia lebih besar

(prawiroharjo,2012).

2.3.4. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu upaya yang dijalankan oeh seseorang

secara rutin untuk memenuhi kebutuhan hidup dimana seluruh bidang

pekerjaan umumnya diperlukan adanya hubungan sosial dan hubungan

dengan orang baik, setiap orang dapat bergaul dengan orang lain, setiap

orang harus bergaul dengan teman sejawat maupun berhubungan

dengan atasan. Pekerjaan dapat menggambarkan tingkat kehidupan

19
seseorang karena dapat mempengaruhi sebagian aspek kehidupan

seseorang termasuk pemeliharaan kesehatan.

Dikategorikan menjadi :

1. Bekerja

2. Tidak Bekerja

Wanita yang bekerja cenderung memiliki akses yang lebih

terhadap berbagai informasi kesehatan, dengan memiliki pekerjaan

wanita menjadi lebih mandiri dan memungkinkan wanita untuk lebih akif

dan menentukan sikap dan memutuskan hal yang terbaik ari dirinya.

Wanita bekerja cenderung memiliki lingkup pergaulan yang luas dan cara

berpikir yang lebih maju, sehigga akan lebih memperhatikan

kesehatannya dan berprilaku baik dalam mengatur kehamilan

(Notoatmodjo,2012).

2.3.5. Riwayat preeklampsia

Di sebut mempunyai riwayat apabila megalami preeklampsia

pada kehamilan sebelumnya. Menurut Manuaba (2012) preeklampsia

ada kemungkinan di turunkan khususnya pada kehamilan pertama

karena terjadi preeklampsia pada anak perempuan lebih tinggi, di

bandingkan denga menantu wanita. Sifat gen, resesif sama dengan teori

gen resensif herediter. Pada kehamilan kedua preeklampsia dan

eklampsia sedikit terulang, kecuali mendapat suami baru.

Angka kejadian preeklampsia/eklampsia akan meningkat

hipertensi kronis, karena pembuluh darah plasenta sudah mengalami

gangguan. Faktor predisposisi terjadinya preeklampsia adalah hipertensi

adalah hipertensi kronik dan riwayat keluarga dengan preeklampsia/

eklampsia. Bila itu sebelumnya sudah menderita hipertensi maka

20
keadaan ini akan memperberat keadaan ibu. Status kesehatan wanita

sebelum dan selama kehamilan adalah faktor penting yang

mempengaruhi timbul dan berkembangnya komplikasi. Riwayat penyakit

hipertensi merupakan salah satu faktor yang di hubungkan dengan

preeklampsia (Winkjoasastro.2012).

Riwayat hipertensi adalah ibu yang mengalami hipertensi

sebelum hamil catau sebelum umur kehamilan 20 minggu 20 minggu.

Ibu yang mempunyai riwayat hipertensi beresiko lebih besar mengalami

preeklamasi , serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal

dan neonatal lebih tinggi. Diagnosa preeklampsia ditegakan berdasarkan

peningkatan tekanandarah yang sertai dengan proteinuria atau edema

anasarka (cunningham,2013).

2.3.6. Sosial ekonomi

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang sosial

ekonominya lebih maju jarang terjangkit penyakit preeklampsia. Secara

umum,preeklampsia/eklamsia dapat dicegah dengan asuhan pranatal

yang baik. Namun pada kalangan ekonomi yang masih rendah dan

pengetahuan yang kurang seperti di negara berkembang seperti

Indonesia Insiden preeklampsia/eklampsia masih sering terjadi

(cunningham,2013).

2.3.7. Keturunan

Genetik ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam

kehamilan secara familial jika di bandingkan dengan genotip janin. Telah

terbukti pada iu yang mengalami preeklampsia 26% anak perempuan

akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan 8% anak menantunya

mengalami preeklampsia. Karena bisanya kelain genetik juga dapat

mempengaruhi penurunan perfusi uteroplasenta yang selanjutnya

21
mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat menyebabkan terjadinya

vasospasme yang merupakan dasar patofisiologi terjadinya

preeklampsia/eklampsia (wiknjosastro,2012).

Bukti adanya pewarisan secara genetik paling mungkin

disebabkan oleh turunan resensif. Ada hubungan genetik yang telah di

tegarkan, riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan meningkatkan

risiko empat sampai delapan kali. Faktor risiko terjadinya komplikasi

hipertensi pada kehamilan dapat diturunkan pada anak

perempuannya.ada faktor keturunan dan familial dengan model gen

tunggal. Genotipe tulebih menentukan terjadinya hipertensi dalam

kehamilan secara familial dibandingkan dengan genotype janin. Telah

terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsia, 26% anak

perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya

8% anak menantu mengalami preeklampsia (manuaba, 2012).

2.3.8. Obesitas

Obesitas adalah adanya penimbunan lemak yang berlebihan di

dalam tubuh. Obesitas merupakan masalah gizin karena kelebihan

kalori,biasnya disertai kelebihan lemak dan protein hewani, kelebihan

gula dan garam yang kelak bisa merupakan faktor risiko terjadinya

berbagai jenis penyakit dgeneratif ,seperti diabetes melitus,hipertensi

,penyakit jantung koroner ,reumatik dan berbagai jenis keganasan

(kanker) dan gangguan kesehatan lain.Hubungan antara berat badan ibu

dengan risiko preeklamsia bersifat progresif ,meningkat dari 4,3% untuk

wanita dengan indeks massa tubuh kurang dari 19,8 kg/m2 terjadi

peningkatan menjadi13,3% untuk mereka yang indeksnya ≥ 35

kg/m2(cunningham2013).

22
2.4. Kerangka Teori

Faktor Intrisik :

1. Umur

2. Pendidikan

3. Paritas

4. Keturunan

Preeklampsia

Faktor Ekstrinsik :

1. Pekerjaan

3.Riwayat preeklampsia

4. Sosial ekonomi

5. Obesitas

Sumber : Cunningham,2013 dan Prawirohardjo,2012

Gambar 2.1

Kerangka Teori

23
BAB 3

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau

antara variable yang lain dari masalah yang ingin di teliti

(Notoatmodjo,2010).

Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari

hal-hal khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi maka konsep

tidak dapat langsung diamati atau diukur .konsep haya dapat diamati atau

diukur melalui konstruksi atau yang lebih di kenal dengan nama variable.

Jadi variable adalah symbol atau lambing yang menunjukkan nilai atau

bilangan dari konsep. Variabel adalah sesuatu yang bervariasi

(Notoatmodjo,2010).

Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan

cross sectional dimana data yang menyangkut variabel terikat diukur

secara bersamaan dalam waktu yang sama. Dengan menggunakan data

sekunder yang didapat dari rekam medik mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil .

24
Variabel independen Variabel dependen

1. Umur

2. Paritas Pre eklamsia

3. pendidikan Pada ibu hamil

4. Riwayat preeklampsia

Gambar 3.1

Kerangka Konsep.

25
3.2. Definisi Operasional

Devinisi Alat Hasil ukur Skala

ukur
No Variabel Operasional Ukur

1 Preeklamsia Penyakit yang Mencatat 1.Iya Nominal

pada ibu diderita responden data dari


(jika tekanan
hamil ditandai dengan rekam
darahnya
adanya tekanan medik
≥140/90
darah tinggi
mmhg)
≥140/90 mmhg,

protein urine + 2.Tidak

odea (jika tekanan


padamuka,tangan darahnya
dan kaki dan <140/90
sampai terjadinya mmhg )
kejang.

2 Umur ibu Lama waktu hidup Mencatat Beresiko Ordinal

yang dihitung mulai data dari tinggi :

dari lahir sampai rekam


1. usia <20
sekarang medik
tahun dan
(Krakata,2006)
usia >35

tahun

Beresiko

rendah:

2. usia 20-35

26
tahun

3 Paritas Jumlah anak yang Mencatat Beresiko Ordinal

telah di lahirkan data dari tinggi :

oleh ibu rekam


1. Primi(1)
(Prawirohardjo, medik

2005) Dan

Grande(>4)

Beresiko

rendah:

2.multi (2-4)

4 Pendidikan Sekolah formal Mencatat 1.Tinggi (PT) Ordinal

Ibu terakhir responden data dari


2. menengah
yang diikuti rekam
(SMA)
danmendapat medik

ijazah. 3. Rendah

(Soekamto,2005) (SMP,SD,

Tidak tamat

SD dan

Tidak

sekolah)

5 Riwayat Riwayat yang Mencatat 1. Iya Nominal

preeklampsia pernah diderita ibu data dari


(jika pernah
sebelumnya. rekam
mengalami
medik
pada

kehamilan

sebelumnya)

27
2.Tidak

(jika belum

pernah

mengalami

preeklampsia

sebelumnya)

3.3. Hipotesis

a. Ada hubungan antara umur dengan terjadinya preeklampsia pada ibu

hamil.

b. Ada hubungan antara paritas dengan terjadinya preeklampsia pada ibu

hamil.

c. Ada hubungan antara pendidikan dengan terjadinya preeklampsia pada

ibu hamil.

d. Ada hubungan antara riwayat preeklampsia dengan terjadinya

preeklampsia pada ibu hamil saat ini.

BAB 4

METEDOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitan

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik artinya

suatu penelitian yang bertujuan untuk melihat adanya hubungan dengan

28
menggunakan metode “uji chi-square” yaitu jenis variabel sebab

(independen) maupun variabel akibat (dependent) diukur dalam waktu

bersamaan (Notoatmodjo,2012).

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian di RSUD Kota Bekasi dan waktu dilaksanakan

penelitian pada tahun 2017 dan pengambilan data pada bulan april 2018.

4.3. Populasi dan sampel

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung ke RSUD

Kota Bekasi pada tahun 2017 sebanyak 750 orang.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmojo, 2012).

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil

yang mengalami preeklampsia di RSUD Kota Bekasi pada tahun 2017

sebanyak 50 responden dan yang tidak mengalami preeklamsia di RSUD

Kota Bekasi pada tahun 2017 sebanyak 50 orang sebagai kasus dengan

total 100 sampel, dengan perbandingan 1 di banding 1 pengambilan

sampel dengan menggunakan teknik (random sampling) yaitu

pengambilan data secara acak dari seluruh jumlah ibu hamil yang tidak

mengalami preeklamsia sebanyak 700 responden dibagi dengan jumlah

29
sampel yang mengalami preeklampsia sebanyak 50 responden sehingga

menghasilkan interval, dengan menggunakan rumus interval :

Keterangan :

N= Jumlah populasi

n= Jumlah sampel yang diinginkan

I= Intervalnya

700
Maka : I =
50

= 14

Jadi intervalnya 14 selanjutnya sampel yang diambil adalah nomor

urut status dengan kelipatan 14 yang memenuhi kriteria inklusi

sampai mendapatkan jumlah sampel yang di butuhkan pada

kelompok kontrol yaitu sebanyak 50 orang.

4.4. Etika penelitian

a. mengajukan judul dan permohonan untuk membuat penelitian.

b. Meminta surat izin penelitian dari STIKes Abdi Nusantara Jakarta.

c. Surat izin penelitian di berikan kepada pihak yang terkait, dalam hal
ini di ajukan kepada diklat RSUD KOTA BEKASI yang selanjutnya
akan diserahkan ke bagian medical record.

d. Menjelaskan maksud dan tujuan penulis serta menunggu perizinan di


setujui.

30
e. Setelah perizinan di setujui secara tertulis barulah mulai melakukan
penelitian sesuai langkah-langkah penelitian.

f. Mampu menjaga kerahasiaan data responden yang di peroleh di


RSUD KOTA BEKASI.

4.5. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data penelitian ini adalah menggunakan

data sekunder yaitu dengan melihat catatan dari rekam medik pasien ibu

hamil yang mengalami preeklamsia berat di RSUD Kota BEKASI pada

tahun 2017.

4.6. Pengelolaan Data

Dilakukan dengan cara bantuan komputer pogram SPSS dengan


tahapan sebagai berikut:

4.6.1. Editing Data

Tahapan ini merupakan tahap menyeleksi. Paa tahapan ini


datayang telah dikumpulkan di periksa ulang, untuk memeriksa adanya
kesalaahan dan kekurangan da kelengkapan data yang telah terkumpul
dari buku laporan, sehingga dapat menghasilkan data yang lebih akurat
untuk pengolahan dan selanjutnya.

4.6.2. Coding Data

Pengelompokan data (pemberi kode) sesuai dengan klasifikasi


yang sudah di tetapkan untuk mempermudah pengelolaan data.

4.6.3 Tabulasi Data

Proses penyajian data dalam bentuk tabel kemudian


dikelompokkan sesuai dengan variabel yang akan diteliti. Data yang
sudah dikelompokkan kemudian di tabulasi dalam bentuk tabe distribusi
frekuensi sehingga semua dapat di data.

31
4.6.4 Entry Data

Memasukan data yang didapatkan melalui data rekam medik yang


di ambil dari RSUD Kota Bekasi ke dalam komputer.

4.6.5. Cleaning

Memeriksa kembali data yang ada di program computer dalam


bentuk table distriusi frekuensi untuk memastikan bahwa ada kesalahan
dalam entry data.

4.7. Analisa Data

Hasil data telah diolah kemudian disajikan dalam entuk table dan

dianalisis secaa Univariat dan Bivariat.

4.7.1 Analisia Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari

semua variabel yang ada. Analisi Univariat dilakukan menggunakan

bantuan computer program SPSS 19,0.

4.7.2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat adalah membandingka antara dua variabel yang

bersangkutan (variabel dependent dan variabel independent).

Analisa bivariat ini untuk melihat kemaknaan hubungan antara dua

variabel (variabel dependent dan variabel independent) dengan

menggunakan bantuan komputer program SPSS.

1. Uji yang digunakan adalah chi square dengan menggunakan derajat

kepercayaan 95% dengan α = 0,05.

2. Kaidah keputusan

32
Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statisticdi gunakan : apabila

p value ≤ 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel

dependent dan independent, dan apabila p value >0,05 berarti tidak ada

hubungan antara variabel dependentdan variabel independent.

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi

33
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi terletak di wilayah kota

Bekasi dan berada dijalan pramuka No. 55 Bekasi. Awalnya berdiri pada

tahun 1939 yang pada waktu itu masih merupakan balai kesehatan yang

berukuran 6x18 meter di atas tanah seluas 400 m 2 yang di bangun oleh

seorang tuan tanah di Bekasi. Seiring dengan bergantinya zaman

kemudian pada tahun 1937 RSUD kota Bekasi mulai di pimpin oleh

seorang dokter yang di bantu oleh beberapa dokter lainnya, demikian

juga penatalaksanaan RSUD juga semakin jelas . berdasarkan surat

keputusan menteri kesehatan Rebuklik Indonesia, tentang pengelolaan

Rumah Sakit Umum Pemerintahan No.051/Menkes/SKII/1979/RSUD

Bekasi ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas C. Kemudian sejalan

dengan adanya perkembangan struktur pemerintah daerah, maka pada

tanggal 1 april 1999 RSUD Kota Bekasi di serahkan kepada pemda

kotamadya daerah tingkat II dari pemda kabupaten Daerah Tingkat

Bekasi.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Analisis Univariat

1. Preeklampsia Pada Ibu Hamil

34
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Preeklampsia Responden
Di RSUD Kota Bekasi Tahun 2017

No Kejadian preeklampsia Frekuensi (%)


1 Iya (jika tekanan darah 50 50,0
≥140/90)
2 Tidak (jika tekanan darah 50 50,0
<140/90)
Total 100 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat diketahui bahwa dari 100

responden di atas dapat diketahui bahwa yang mengalami pre eklamsia

berat sebanyak 50 responden (50,0%) dan responden yang mengalami

preeklampsia ringan sebanyak 50 responden (50,0%).

2. Umur

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi umur Responden

35
Di RSUD Kota Bekasi Tahun 2017

No Umur Frekuensi (%)


1 <20 tahun dan >35 tahun 70 70,0
2 20-35 tahun 30 30,0
Total 100 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 diatasdapat bahwa dari 100 responden,

bahwa responden terbanyak pada responden yang berusia<20 tahun

dan >35 tahun sebanyak 70 responden (70,0%) , dan terkecil pada

responden usia 20-35 tahun sebanyak 30 responden (30,0%).

3. Paritas

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Paritas Responden
Di RSUD Kota Bekasi Tahun 2017

No Paritas F %
1 Primipara dan grande multipara 55 55,0
2 Multipara 45 45,0

Total 100 100,0

Berdasar kan tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa dari 100

responden , bahwa responden terbanyak pada paritas primiipara dan

grande multipara sebanyak 55 orang (55,0%), dan terkecil pada

responden dengan paritas multipara 45 orang (45%).

4. Pendidikan
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden
Di RSUD Kota BekasiTahun 2017

36
No Pendidikan F %

1 Tinggi 28 28,0
2 Menengah 26 26,0
3 Rendah 46 46,0
Total 100 100,0

Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat diketahui bahwa dari 100


responden, bahwa responden terbanyak pada responden dengan
pendidikan rendah sebanyak 46 responden (46,0%) dan terkecil pada
responden dengan pendidikan menengah sebanyak 26 responden
(26,0%).

5. Riwayat Preeklampsia

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Riwayat Preeklampsia Responden
Di RSUD Kota Bekasi Tahun 2017

No Riwayat Preeklampsia F %
1 Iya (pernah mengalami preeklamsia pada 44 44.0
kehamilan sebelumnya)
2 Tidak (belum pernah mengalami preeklamsia 56 56,0
pada kehamilan sebelumnya)
Total 100 100,0

Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat diketahui bahwa dari 100


responden, bahwa responden terbanyak pada responden yang tidak
memiliki riwayat preeklamsia sebanyak 56 orang (56,0%), dan terkecil
pada responden yang tidak memiliki riwayat preeklamsia sebanyak 44
orang (44,0%)

5.2.2. Analisis Bivariat

1. Hubungan Umur dengan terjadinya preeklamsia


Tabel 5.6
Hubungan umur dengan terjadinya preeklamsia
Di RSUD Kota Bekasi Tahun 2017

No Umur Preeklampsia Total p.value

37
Ya Tidak
F % F % F %
1 <20 tahun 42 60,0 28 40,0 70 100,0 0,002
dan >35
tahun
2 20-35 tahun 8 26,7 22 73,3 30 100,0

Total 50 50,0 50 50,0 100 100,0

Berdasarkan tabel 5.6 di atas dapat di ketahui bahwa dari 70

responden yang berumur <20 tahun dan >35 tahun terbanyak pada

responden yang preeklamsia sebanyak 42 responden (60,0%), dan

dari 30 responden yang berumur 20-35 tahun terbanyak pada

responden yang tidak mengalami preeeklamsia berat 22 responden

(73,3%).

Hasil cross tabulasi antara variabel umur dengan terjadinya

preeklamsia menunjukan hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai

p.0,002 (p.value <0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima artinya

ada hubungan yang bermakna antara umur dengan terjadinya

preeklamsia.

2. Hubungan paritas dengan terjadinya preeklamsia

Tabel 5.7
Hubungan paritas dengan terjadinya preeklamsia
Di RSUD Kota Bekasi Tahun 2017

N paritas Preeklampsia Total p.value


o ya Tidak

38
F % F % F %
1 Primipara dan 35 63,6 20 36,4 55 100,0 0,003
grande
2 multipara 15 33,3 30 66,7 45 100,0

Total 50 50,0 50 50,0 100 100,0

Berdasarkan tabel 5.7 di atas dapat di ketahui bahwa dari 55

respoden dengan paritas primipara dan grande multipara terbanyak

pada responden yang mengalami preeklamsia sebanyak 35 responden

(63,6%), dan dari 45 responden dengan multipara terbanyak pada

responden yang tidak mengalami preeklampsia 30 responden (66,7%).

Hasil cross tabulasi antara variabel paritas dengan terjadinya

preeklampsia menunjukan hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai

p.0,003 (p.value <0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima artinya

ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan terjadinya

preeklampsia.

3. Hubungan Pendidikan dengan terjadinya preeklamsia

Tabel 5.8
Hubungan pendidikan dengan terjadinya preeklamsia
Di RSUD Kota Bekasi Tahun 2017

N pendidikan Preeklampsia Total p.value

39
o Ya Tidak

F % F % F %
1 Tinggi 10 35,7 18 64,3 28 100,0 0,006
2 Menengah 9 34,6 17 65,4 26 100,0
3 Rendah 31 67,4 15 32,6 46 100,0

Total 50 50,0 50 50,0 100 100,0

Berdasarkan tabel 5.8 di atas dapat di ketahui bahwa dari 28

respoden dengan pendidikan tinggi terbanyak pada responden yang

tidak mengalami preeklamsia sebanyak 18 responden (64,3%), dari 26

responden dengan pendidikan menengah terbanyak pada responden

yang tidak mengalami preeklamsia sebanyak 17 responden

(65,4%),dan dari 46 responden dengan pendidikan rendah terbanyak

pada responden yang mengalami preeklampsia 31 responden (67,4%),

Hasil cross tabulasi antara variabel Pendidikan dengan terjadinya

preeklamsia menunjukan hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai

p.0,006 (p.value <0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima artinya

ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan terjadinya

preeklamsia.

4. Hubungan Riwayat Preeklamsia dengan terjadinya preeklamsia

Tabel 5.8
Hubungan riwayat preeklamsia dengan terjadinya preeklamsia
Di RSUD Kota Bekasi Tahun 2017

N riwayat Preeklamsia Total p.value


o preeklamsia Ya Tidak

40
F % F % F %
1 Iya 36 81,8 8 18,2 44 100,0 0,000
2 Tidak 14 25,0 42 75,0 56 100,0

Total 50 50,0 50 100 100,0


50,0

Berdasarkan tabel 5.9 di atas dapat di ketahui bahwa dari 44

respoden yang memiliki riwayat preeklamsia terbanyak pada responden

yang mengalami preeklamsia sebanyak 36 responden (81,8%), dan dari

56 responden yang tidak memiliki riwayat preeklamsia terbanyak pada

responden yang tidak mengalami preeklamsia 42 responden (75,0%).

Hasil cross tabulasi antara variabel Riwayat preeklamsia dengan

terjadinya preeklamsia menunjukan hasil uji statistik Chi-square

diperoleh nilai p.0,000 (p.value <0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha

diterima artinya ada hubungan yang bermakna antara riwayat

preeklamsia dengan terjadinya preeklamsia.

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

41
Dengan terbatasnya waktu dan kemampuan peneliti, penelitian ini

merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk memperoleh faktor-faktor yang berhubungan dengan

terjadinya preeklampsia pada ibu hamil di RSUD Kota Bekasi tahun 2017,

dan menggunakan data sekunder yaitu yang di ambil dari data rekam

medik variabel independentnya umur, paritas, pendidikan, riwayat

preeklampsia, yang memiliki hubungan dengan variabel dependent yaitu

berdasarkan kejadian preeklampsia pada ibu hamil. Dalam penelitian ini

sampel yang di ambil adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung di RSUD

Kota Bekasi pada tahun 2017, berjumlah 750 orang ibu hamil melakukan

kunjungan , 50 orang diantaranya yang mengalami preeklampsia dan

100 orang menjadi sampel.

6.2. Pembahasan Hasil Penelitian

6.2.1. Hipertensi Dalam Kehamilan

Dari hasil penelitian dapat diketahui dari 100 responden, bahwa

yang mengalami preeklampsia sebanyak 50 responden dan responden

yang tidak mengalami preeklampsia sebanyak 50 responden.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Maryunani (2013). Yang

mengataka ahwa penyakit yang di tandai dengan adanya hipertensi,

proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam

postpartum umumnya terjadi pada trimester III kehamilan. Preeklampsia

dikenal juga dengan sebutan pregnancy induced hipertension (PIH)

gestosisata toksemia kehamilan.

42
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian terdahulu

oleh Retno Damayanti Sutejo yang melakukan penelitian di puskesmas

sirnajaya bekasi pada tahun 2017.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Ana Maria Sirait (2012) yang mengatakan bahwa sebagian

ibu hamil yang mengalami preeklamsia.

Menurut pendapat peneliti di RSUD Kota Bekasi sebagian iu hamil

mengalami preeklampsia, hal ini dikarenakan bila ditinjau dari

karakteristik umum bahwa terjadinya peningkatan tekanan darah

(Hipertensi) pada ibu hamil trimester III ini diseabkan oleh hormone

aldesteron dan estrogen yang sama-sama meningkatkan dalam

kehamilan menyeabkan retensi cairan oleh ginjal. Ibu hamil yang

mengalami preeklampsiakemungkinan besar yang di sebabkan oleh

pikiran ibu yang terlalu berat sehingga ibu merasa setress dan terjadi

penin ngkatan tekanan darahpada saat usia kehamilan mencapai 20

mingg. Maka di sarankan kepada petugas kesehatan khususnya bidan

untuk memberikan konseling dan penyuluhan kepada ibu hamil secara

rutin supaya melakukan ANC dan memperhatikan nutrisi saat hamil

supaya tidak terjadi preeklampsia.

6.2.2. Hubungan Umur Dengan Terjadinya Preeklampsia Pada Ibu Hamil

Hasil cross tabulasi antara variabel umur dengan terjadinya

preeklampsia menunjukan hasil uji statistik Chi-square di peroleh nilai

p.0,002 (p.value > 0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima artinya

ada hubungan yang bermakna antara umur dengan terjadinya

preeklampsia.

43
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori chunningham (2013), yang

mengatakan bahwa usia aman kehamilan dan persalinan adalah 25-35

tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan bersalin pada

usiadibawah 20 tahun dan setelah usia 35 tahun meningkat, karena

wanita yang memiliki usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun

dianggap lebih rentan terhadap terjadinya preeklampsia.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori Manuaba (2014) yang

mengatakan bahwa umur merupakan bagian dari status reproduksi yang

penting. Usia berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh

sehingga mempengaruhi status kesehatan seseorang. Usia yang paling

aman dan baik untuk hamil dan melahirkan adalah 25-30 tahun,

sedangkan wanita usia remaja <20 tahun yang hamil untuk pertama kali

akan mempunyai resiko yang sangat tinggi terkena preeklampsia/

eklampsia hal ini dikarenakan oleh kombinasi alat reproduksi yang belum

matang dan anemi sehingga beresiko untuk terjadi keracunan kehamilan

atau preeklampsia dan wanita yang hamil pada usia >35 tahun akan

mempunyai resiko yang sangat tinggi untuk mengalami preeklampsia.

Wanita hamil tanpa hipertensi yang beresiko mengalam preeklampsia

adalah wanita yang berumur >35 tahun. Kelompok usia >35 tahun

memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian preeklampsia.

Demikian pula variabel usia terhadap kejadian preeklampsia.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Retno Damayanti Sutejo (2017) di puskesmas sirnajaya

bekasi yang mengatakan ada hubungan yang bermakna antara umur

dengan terjadinya preeklampsia pada ibu hamil dengan nilai p.0,001.

44
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Mardiani Novita Rahayuti (2013) yang mengatakan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara umu dengan terjadinya preeklamsia

pada ibu hamil nilai p value 0,000.

Menurut pendapat peneliti di RSUD Kota Bekasi pada penelitian

ini didapatkan ibu hamil yang berusia remaja <20 tahun yang hamil untuk

pertama kali akan mempunyai resiko yang sangat tinggi terkena

preeklampsia/eklampsia hal ini dikarenakan oleh wanita yang hamil di

bawah umur akan mengalami pertambahan berat badan yang tidak

bagus,selain itu hamil dibawah usia <20 tahun juga menghadapi masalah

darah tinggi. Selain itu kombinasi alat reproduksi yang belum matang dan

anemi sehingga beresiko untuk terjadi keracunan kehamilan atau

preeklampsia, dan ibu hamil yag berusia >35 tahun sebagian besar

mengalami preeklampsia, hal ini dikarenakan ibu hamil yang berusia >35

tahun adalah usia yang beresiko untuk hamil dan bersalin, ibu hamil yang

berusia >35 tahun harus lebih rajin memeriksakan kehamilannya ke

petugas kesehatan,karena pada umumnya usia >35 tahun atau fungsi

organ reproduksi sudah mulai menurun sehingga timbul berbagai

komplikasi seperti preeklampsia. Bagi ibu hamil yang berusia antara 20-

35 tahun yang mengalami preeklampsia, hal ini dikarenakan ibu hamil

menderita hipertensi sebelum terjadinya kehamilan yang mana hipertensi

bisa terjadi karena faktor keturunan, pola hidup yang salah misalnya,

merokok, kelebihan kadar garam, kelebihan berat badan, mengkonsumsi

alkohol. Dengan begitu tekanan darah akan meningkat sehingga

menyebabkan preeklampsia. Selain itu ibu hamil yang berusia antara 20-

35 tahun yang mengalami preeklampsia kemungkinan besar juga

45
disebabkan oleh stress, nutrisi dan bisa juga dari faktor paritas ataupun

aktivitas. Maka disarankan kepada ibu hamil untuk merencanakan

kehamilan pada usia yang aman yaitu antara usia 20-35 tahun supaya

tidak terjadi komplikasi dalam kehamilan dan persalinan.

Saran peneliti untuk wanita yang sudah terlanjur hamil di usia <20

tahun dan >35 tahun untuk lebih sering memberikan penyuluhan kepada

setiap ibu hamil akan arti dan pentingnya untuk pemeriksaan yang rutin

atas kehamilannya, dan juga mengajak peran serta suami dan keluarga

untuk mengontrol makanan ibu untuk meningkatkan pengetahuan

tentang atau mempelajari tanda bahaya kehamilan untuk mendeteksi dini

adanya komplikasi secara dini termasuk preeklampsia.

6.2.3. Hubungan Paritas Dengan Terjadinya Preeklampsia Pada Ibu Hamil

Hasil cross tabulasi antara variabel paritas dengan terjadinya

preeklampsia menunjukan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai

p.0,003 (p.value <0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima artinya

ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan terjadinya

preeklampsia.

Hasil ini juga sesuai dengan teori prawiroharjo (2014) yang

mengatakan bahwa paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian

maternal. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka

maternal lebih tinggi prigmidavida dan gravida pada usia diatas 35 tahun

merupakan kelompok resiko tinggi untuk preeklampsia-eklampsia. Paritas

merupakan salah satu penyebab paling banyak ibu hamil mengalami

preeklampsia. Semakin muda kehamilan seseorang (prigmidavida)atau

semakin banyak seseorang melahirkan (grandmulti) akan semakin besar

46
peluang ibu hamil tersebut mengalami preeklampsia. Hal ini diakibatkan

oleh belum matangnya alat reproduksi untuk hamil sedangkan pada

wanita yang telah berulang kali mengalami persalinan lebih diakibatkan

karena kondisi tubuh dan kesehatannya yang menjadi lemah sehingga

kemungkinan untuk terkena preeklampsia lebih besar.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Mardiani Novita Rahayuti (2013) di Puskesmas Pasar Rebo Jakarta

Timur yang mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

paritas dengan terjadinya preeklampsia pada ibu hamil dengan nilai p

value 0,009.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil yang dilakukan oleh

Retno Damayanti Sutejo (2017) di puskesmas sirnajaya bekasi, yang

mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas

dengan terjadinya preeklamsia pada ibu hamil dengan nilai p value 0,123.

Menurut pendapat peneliti di RSUD Kota Bekasi kararistik ibu

hamil yang mengalami preeklampsia adalah ibu hamil dengan paritas

multipara yang mana pada paritas tersebut adalah paritas yang aman

untuk kehamilan dan persalinan. Dan pada penelitian ini ibu hamil dengan

primipara dan grandemulti sebagian besar mengalami preeklampsia dan

menunjukan hubungan yang bermakna antara paritas dengan

preeklampsia, hal ini dikarena kan ibu hamil dengan primipara dan

grandemulti beresiko terkena preeklampsia pada waktu hamil dan

bersalin, dan ibu hamil dengan multipara pun tidak selalu aman pada

waktu hamil dan bersalin, jikalau ibu hamil dengan multipara memiliki

riwayat kesehatan yang tidak baik tidak menutup kemungkinan akan

47
terjadi preeklampsia, hal ini dikarenakan primipara sering mengalami

setress dalam menghadapi persalinan. Stress emosi yang terjadi pada

primipara menyebabkan peningkatan pelepasan corticotropic-releasing

hormone (CRH) oleh hiphothalamus,yang kemungkinan menyebabkan

peningkatan kortisol. Efek kortisol adalah mempersiapkan respons

simpatis, termasuk respons yang ditujukan untuk meningkatkan curah

jantung dan mempertahankan tekanan darah. Pada wanita dengan

preeklampsia /eklampsia, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap

vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar volume

darah langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah.

Ibu hamil dengan paritas grandemultigravida pada penelitian kali

ini sebagian besar ibu mengalami preeklampsia, hal ini disebabkan selain

faktor keturunan dan gaya hidup bisa juga disebabkan oleh asupan nutrisi

yang berlebihan yang dapat menyebabkan meningkatnya metabolisme

dalam tubuh, kemudian sepanjang trimester III kebutuhan energy terus

semakin meningkat ssmpai akhir kehamilan. Selama trimester energy

tambah di gunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Sehingga

terjadi peningkatan volume darahnya ini disebabkan pengkonsumsian

makanan yang bergizi yang di barengi frekuensi makan lebih dari 3 kali

seharidan pengkonsumsian makanan yang berlemak dan makanan yang

berkalori tinggi. Makanan seperti biasanya memiliki kandungan kalori dan

gula atau garam yang tinggi.

maka disarankan kepada petugas kesehatan khususnya bidan

supaya memberikan konseling dan penyuluhan kepada ibu hamil tentang

komplikasi yang terjadi dalam kehamilan dan persalinan, serta

memberikan penyuluhan kepada ibu hamil dengan paritas primigravida

48
agar mengatur pola nutrisi dan juga untuk melakukan olahraga atau

yogauntuk menghindari stress berlebih dan juga mengurangi

mengkonsumsi garam yang berlebih dan untuk paritas grandemutigravida

tinggi supaya dapat dikurangi atau di cegah dengan Keluarga

Berencana , yang mana sebagian kehamilan pada paritas tinggi di

rencanakan.

6.2.4. Hubungan Pendidikan Dengan Terjadinya preeklampsia Pada Ibu

Hamil

Hasil cross tabulasi antara variabel pendidikan dengan terjadinya

preeklampsia menunjukan hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai

p.0,006 (p.value <0,05) yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak artinya

ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan terjadinya

preeklampsia.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2014) yang

mengatakan bahwa pendidikan mempengaruhi terjadinya preeklampsia

yaitu rendah atau tingginya pendidikan seseorang mempengaruhi individu

tersebut dalam mengambil atau membuat kebijaksanaan pada dirinya

dalam menggunakan pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang di lakukan

oleh Mardiani Novita Rahayuti (2013) di puskesmas Kecamatan Pasar

Rebo Jakarta Timur yang mengatakan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara pendidikan dengan terjadinya preeklampsia pada ibu

hamil dengan nilai p value 0,000.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil yang dilakukan oleh

Retno Damayanti Sutejo (2017) di puskesmas sirnajaya bekasi, yang

49
mengatakan tidak adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan

dengan terjadinya preeklamsia pada ibu hamil dengan nilai p value 0,110.

Menurut pendapat peneliti di RSUD Kota Bekasi sebagian besar

ibu hamil berpendidikan rendah mengalami preeklampsia, hal ini

dikarenakan sebagian ibu hamil memiliki riwayat hipertensi. Dalam

penelitian ini menunjukan ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan dan terjadinya preeklampsia, karena ibu hamil yang

berpendidikan rendah dengan usia 20-35 tahun dan memiliki riwayat

hipertensi. Ibu hamil yang berpendidikan menengah dan tinggi sebagian

besar mengalami preklampsia, hal ini dikarenakan ibu hamil memiliki

riwayat gaya hidup yang tidak baik seperti merokok, dan minum minuman

beralkohol. Selain itu ibu hamil memeiliki riwayat preeklampsia dan

kemungkinan banyak pikiran sehingga mengakibatkan setress dan

terjadilah preeklampsia, dan bisa juga dikarenakan pengetahuan yang

kurang sehingga ibu mengkonsumsi makanan sembarangan dengan pola

nutrisi yang tidak baik, makan makanan yang terlalu banyak mengandung

garam sehingga terjadilah preeklampsia, hal ini dikarenakan sebagian

besar ibu hamil dengan pendidikan rendah mengalami preeklampsia di

wilayah RSUD Kota Bekasi.

Maka disarankan kepada petugas kesehatan khususnya bidan

untuk memberikan penyuluhan kepada ibu hamil tentang komplikasi

dalam kehamilan dll, dan juga disarankan kepada ibu hamil datang

memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan, apa bila ada

komplikasi dalam kehamilan agar bisa segera di tangani.

6.2.5 Hubungan Riwayat Preeklampsia Dengan Terjadinya preeklampsia

50
Hasil cross tabulasi antara variabel riwayat preeklampsia dengan

terjadinya preeklampsia menunjukan hasil uji statistik chi-square

diperoleh nilai p.0,000 (p.value <0,05) yang berarti Ho diterima dan Ha

ditolak artinya ada hubungan yang bermakna antara riwayat preeklampsia

dengan terjadinya preeklampsia.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori manuaba (2014) yang

mengatakan bahwa preeklampsia ada kemungkinan diturunkan

khususnya pada kehamilan pertama karena terjadi preeklampsia pada

anak perempuan lebih tinggi, dibandingkan dengan menantu wanita. Sifat

gen, resesif, sama dengan teori gen resensif herediter. Pada kehamilan

kedua preeklampsia dan eklampsia sedikit terulang. Kecuali mendapat

suami baru.

Angka kejadian preeklampsia/eklampsia akan meningkatkan pada

hipertensi kronis, karena pembuluh darah plasenta sudah mengalami

gangguan. Faktor predisposisi terjadinya preeklampsia adalah hipertensi

kronik dan riwayat keluarga dengan preeklampsia/eklampsia. Bila ibu

sebelumnya sudah menderita hipertensi maka keadaan ini akan

memperberat keadaan ibu. Status kesehatan wanita sebelum dan selama

kehamilan adalah faktor yang mempengaruhi timbul dan berkembangnya

komplikasi. Riwayat penyakit hipertensi merupakan salah satu faktor yang

di hubungkan dengan preeklampsia (Wiknjosastro,2014).

Hasil ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh

Retno Damayanti Sutejo (2017) di puskesmas sirnajaya bekasi yang

mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara riwayat

51
preeklampsia dengan terjadinya preeklampsia pada ibu hamil dengan

nilai p. Value 0.004.

Hasil ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Mardiani Novita Rahayuti (2013) dipuskesmas Kecamatan Pasar Rebo

Jakarta Timur yang mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara riwayat preeklamsia dengan nilai p value 0,004.

Menurut pendapat peneliti di RSUD Kota Bekasi sebagian ibu

hamil yang mengalami preeklampsia adalah ibu hamil yang memiliki

riwayat preeklampsia, karena menurut peneliti untuk ibu hamil yang

pernah mengalami preeklampsia akan memiliki peluang besar mengalami

preeklampsia lagi bila hamil berikutnya, penyebabnya adalah system

anatomi tubuh sudah tidak baik yang menyebabkan peluang besar terjadi

preeklampsia lagi. Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan adanya

hubungan yang bermakna antara riwayat preeklampsia dengan terjadinya

preeklampsia dalam kehamilan, maka peneliti berkesimpulan bahwa ibu

hamil yang memiliki preeklampsia sangat berpeluang atau beresiko

terkena preeklampsia pada kehamilan berikutnya, dibanding ibu hamil

yang memiliki riwayat preeklampsia. Hal ini disebabkan karena adanya

gen yang diturunkan oleh ayah, ibu, saudara ayah, saudara ibu, kakek

dan nenek. Adanya faktor genetik pada keluarga akan menyebabkan

keluarga dengan riwayat hipertensi mempunyai dua kali lebih besar untuk

menderita hipertensi dari pada individu yang tidak mempunyai keluarga

dengan riwayat hipertensi. Dari hasil peneliti menyatakan bahwa peranan

riwayat keluarga terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukan

kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu sel

telur) dari pada heterozigot (berbeda sel telur). Tekanan darah terkait erat

52
dengan riwayat keluarga seseorang. Seseorang yang kedua orang tuanya

menderita hipertensi akan memiliki kemungkinan 50-75% untuk menjadi

hipertensi. Pada riwayat keluarga merupakan faktor resiko yang tidak

dapat dikontrol sehingga kejadian hipertensi terjai pada ibu hamil

(preeklampsia).

Riwayat penyakit yang diderita, bagi keturunan penderita

hipertensi jika ada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi.

Walaupun belum adanya tes genetik secara konsisten terhadap penyakit

hipertensi tetaplah berhati-hati. Karena dalam garis keluarga pasti punya

struktur genetik yang sama. Maka disarankan kepada ibu hamil yang

memiliki riwayat preeklampsia untuk rutin memeriksaan kehamilannya ke

tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya preeklampsia berulang.

53
BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan terjadinya preeklamsia pada ibu hamil di RSUD

Kota Bekasi tahun 2017, dari hasil penelitian dan pembahasan dapat di

simpulkan sebagai berikut:

7.1.1. Distriusi frekuensi kejadian preeklamsia pada ibu hamil sebanyak 100

responden (100,0%)

7.1.2. Ada hubungan antara umur dengan terjadinya preeklamsia pada ibu hamil

dengan nilai p value 0,002.

7.1.3. Ada hubungan antara paritas dengan terjadinya preeklamsia pada ibu

hamil dengan p value 0,003.

7.1.4. Ada hubungan antara pendidikan dengan terjadinya preeklampsia pada

ibu hamil dengan nilai p.value 0,006.

7.1.5. Ada hubungan antara riwayat preeklamsia dengan terjadinya preeklamsia

pada ibu hamil dengan nilai p value 0,000.

7.2. Saran

7.2.1. Bagi Tempat penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

informasi ilmiah yang berguna dalam usaha preventif dalam menurunkan

kejadian preeklamsia dan eklamsia. Selain itu penelitian ini dapat

54
bermanfaat sebagai bahan konseling dan edukasi ibu hamil bagi praktisi

kesehatan.

a) Saran untuk management RSUD agar dapat mengadakan seminar

untuk tenaga medis ataupun untuk kalangan umum atau penyuluhan

pada ibu hamil tentang preeklamsia, agar ibu hamil mendapat

informasi pengetahuan tentang penyakit yang berbahaya pada

kehamilan.

b) Saran bagi dokter agar dapat memberikan informasi kepada bidan

dipoli untuk mencegah faktor resiko pada ibu dengan preeklampsia.

c) Saran bagi bidan di poli RSUD Kota Bekasi agar memberi konseling

pada ibu hamil tentang bahaya preeklampsia, agar ibu hamil dapat

memeriksa kehamilannya secara teratur minimal 4 kali, dan jika ibu

hamil sudah mengalami agar bidan dapat memberikan konseling serta

menjaga pola makan (nutrisi) ibu hamil serta obat-obatan agar

preeklampsia tidak menjadi berat.

7.2.2. Bagi Ibu Hamil

Diharapkan pada ibu hamil untuk dapat melakukan pencegahan

dini terhadap resiko hipertensi dengan selalu memeriksa kehamilannya

pada ahli tenaga kesehatan. Selain pola hidup (aktifitas fisik) disarankan

pada iu hamil untuk mengontrol nutrisidengan cara mengkonsumsi

makanan yang mengandung protein, lemak, gula, garam, dan sedikit

serat juga sangat rentan terkena penyakit hipertensi.

7.2.3. Bagi Petugas Kesehatan

Di harapkan petugas kesehatan khususnya bidan memberikan

penyuluhan dan informasi tentang kesehatan berupa lembar balik, poster

55
leaflet, buku KIA, media televisi, media radio, sosial media (smartphone),

dan spanduk di tempat-tempat umum misalnya puskesmas, poliklinik dan

posyandu, supaya ibu hamil mengetahui komplikasi yang terjadi dalam

kehamilan.

7.2.4. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan dan

menjadi salah satu referensi untuk penelitian selanjutnya.

7.2.5. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian perlu dikembangkan lagi, penelitian yang jenis dan

jumlah sampel nya lebih banyak dan area peneliti di perluas agar hasil

penelitian yang di peroleh dapat di generelasikan.

7.2.6. Bagi subyek penelitian

Diharapkan lebih meningkatkan lagi pengetahuannya mengenai

hubungan preeklamsia dengan postpartum agar dapat mencegah dan mengatasi

faktor resiko yang terjadi pada ibu dan bayi.

56

Anda mungkin juga menyukai