Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION

Vol. 6, No. 1, Maret 2021

PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM PENANGANAN PREEKLAMSIA

(The Roles of Health Workers in Handling Preeclampsia)

Siti Patimah1, Megawati2


1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Citra Delima Bangka Belitung
2
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Citra Delima Bangka Belitung
Email: 1tjianfatimah@gmail.com, 2megawati.s.st@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri dari ovulasi pelepasan
ovum, terjadi migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi, pembentukan
plasenta, sampai ke tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. Kehamilan dapat juga diikuti dengan beberapa
penyulit salah satunya adalah preeklampsia. Preeklampsia ini dibagi menjadi preeklamsia ringan dan preeklamsia
berat. Angka Kematian Ibu (AKI) Dinas Kesehatan Bangka Tengah yang disebabkan preeklamsia pada tahun 2015
berjumlah 1 orang, 2016 berjumlah 1 orang, 2017 tidak ada. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriftif dengan pendekatan kualitatif, informasi didapat dengan wawancara mendalam. Informan dalam
penelitian ini yaitu dokter, perawat, bidan, pasien preeklamsia, dan Kepala ruangan bersalin di RSUD Bangka
Tengah. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan 10 Juni sampai 5 Juli 2018. Hasil penelitian diperoleh informasi
dari wawancara mendalam, dilihat dari indikator peran tenaga kesehatan sebagai komunikator, motivator,
fasilitator dan peran menjadi konselor. Hasil: Sebagian besar peran tenaga kesehatan dalam penanganan
preeklamsia sudah dilakukan, tetapi dalam hal ini masih belum optimal dengan adanya kendala diantaranya adanya
pemahaman dokter dan bidan, kemudian adanya perbadaan bahasa sehingga membuat peran tenaga kesehatan
dalam penanganan preeklamsia kurang optimal, dan juga kendala utama kurangnya fasilitas dalam penanganan
preeklamsia sehingga mempengaruhi dalam peran tenaga kesehatan sebagai fasilitator.

Kata Kunci: preeklampsia, peran tenaga kesehatan

ABSTRACT
Introduction: Pregnancy is a continuous chain consisting of ovulation of ovum release, spermatozoa and ovum
migration, conception and growth of zygote, nidation, placenta formation, up to the development of conception
until aterm. Pregnancy can also be followed by some complications, one of which is preeclampsia. This
preeclampsia is divided into mild preeclampsia and severe preeclampsia. The maternal mortality rate (MMR) of
central midwife health caused by preeclampsia in 2015 amounted to 1 person, 2016 amounted to 1 person, 2017
absent. Method: The method used in this research is descriptive with qualitative approach, information obtained
by in-depth interview. Informants in this study were doctors, nurses, midwives, patients’ preeclampsia, and head of
the maternity room in RSUD Bangka Tengah. This study was conducted from June 10 to July 5, 2018. The results
of the research obtained information from in-depth interviews, seen from the indicators of the role of health
personnel as communicators, motivators, facilitators and the role of a counselor. Result: Most of the roles of
health workers in the treatment of pre-eclampsia had been done, but in this case still not optimal with the existence
of obstacles such as the understanding of doctor and midwife partners, then the existence of language procurement
so as to make the role of health workers in handling preeklamsia less optimal, the main lack of facilities in the
treatment of preeclampsia thus affecting the role of health personnel as facilitators.

Keywords: preeclampsia, the roles of health workers

PENDAHULUAN preeklampsia. Preeklampsia ini dibagi menjadi


Kehamilan merupakan mata rantai yang preeklampsia ringan dan preeklampsia berat
berkesinambungan yang terdiri dari ovulasi (Manuaba, 2010).
pelepasan ovum, terjadi migrasi spermatozoa dan Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan
ovum, terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot, yang dapat menyebabkan ibu hamil dan bayi
terjadi nidasi, pembentukan plasenta, sampai ke menjadi sakit dan meninggal, sebelum persalinan
tumbuh kembang hasil konsepsi sampai berlangsung. Banyak faktor resiko ibu hamil dan
aterm.Kehamilan dapat juga diikuti dengan faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah
beberapa penyulit salah satunya adalah usia dan paritas ibu. Ibu hamil pada usia lebih

http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion | 53
Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION
Vol. 6, No. 1, Maret 2021

dari 35 tahun lebih beresiko tinggi untuk hamil Berdasarkan jumlah kematian ibu jika
dibandingkan bila hamil pada usia normal, yang dibanding kansecara nasional untuk RPJMN
biasanya terjadi sekitar 21-30 tahun.Umur seorang (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu Nasional) tahun 2014 (118 per 100.000 kelahiran
muda dan tidak terlalu tua. Umur yang kurang hidup). ada 13 kasus kematian ibu dari 29.911
dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko kelahiran hidup, penyebab kematian terbanyak
tinggi untuk melahirkan. Kesiapan seorang adalah preeklampsia berat (31%), diikuti oleh
perempuan untuk hamil harus siap fisik, emosi, hipertensi dalam kehamilan (23%). Penyebab
psikologi, sosial dan ekonomi (Ruswana, 2007). kematian ibu lainnya adalah perdarahan (15%),
Risiko kehamilan dengan faktor risiko bagi syok hipovolemik (8%), persalinan lama (8%)
ibu yang dapat terjadi diantaranya adalah dan lain-lain (15%) (profil pelayanan kesehatan
Mengalami perdarahan, Kemungkinan dasar, 2014).
keguguran/abortus, Persalinan yang lama dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi
sulit. Sedangkan bagi bayi yang dapat terjadi kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2016
diantaranya adalah kemungkinan lahir belum berjumlah 24 orang, 11 orang diantara penyebab
cukup usia kehamilan, berat badan lahir rendah Angka Kematian Ibu tersebut adalah disebabkan
(BBLR), cacat bawaan, dan kematian bayi. oleh preeklamsia. Pada tahun 2017 Angka
Menurut World Health Organisatio (WHO), Kematian Ibu di Provinsi kepulauan Bangka
sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah Belitung berjumlah 21 orang, dengan 6
persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara diantaranya disebab kan oleh preeklamsia (Dinas
berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara Kesehatan Provinsi kepulauan Bangka Belitung,
berkembang merupakan yang tertinggi dengan 2017).
359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup jika Angka Kematian Ibu (AKI) Dinas Kesehatan
dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 Bangka Tengah yang disebabkan preeklamsia
negara maju dan 51 negara persemakmuran. pada tahun 2015 berjumlah 1 orang, 2016
Menurut World Health Organisation Angka berjumlah 1 orang, 2017 tidak ada (Dinas
Kematian Ibu (AKI) di tahun 2011, 81% Kesehatan Bangka Tengah, 2017).
diakibatkan karena komplikasi selama kehamilan, Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi
persalinan, dan nifas. Bahkan sebagian besar dari Bangka Belitung jumlah ibu hamil dengan
kematian ibu disebabkan karena perdarahan, preeklamsia tiga tahun terkahir adalah sebagai
infeksi dan preeklampsia (WHO, 2012). berikut: tahun 2015 berjumlah652 dibagi jumlah
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia seluruh kasus preeklamsia pertiga tahun sebesar
masih termasuk yang tinggi dibandingkan negara- 2159 dikali 100% adalah (29,27%), tahun 2016
negara di Asia misalnya Singapura dengan AKI (37%) dari jumlah 799 dantahun 2017 (33,71%)
14 per 100.000 kelahiran hidup, atau Malaysia dari jumlah preeklamsia 728.Dari data tersebut
dengan AKI 62 per 100.000 kelahiran hidup. Data terjadi penurunan dari tahun 2016 sampai 2017
SDKI tahun 2012 mencatat AKI di Indonesia Sebesar 3,29% (Dinas Kesehatan Propinsi
melonjak menjadi 359 per 100.000 Kelahiran kepulauan Bangka Belitung, 2017).
Hidup (KH). Angka ini cukup mengecewakan Sedang kan kasus preeklamsia di Kabupaten
karena di tahun 2007 AKI di Indonesia adalah 228 Bangka tengah pada tahun 2015 berjumlah 118
per kelahiran hidup. Masalah ini tentu perlu untuk dibagi jumlah total seluruh kasus preeklamsia
mendapat perhatian khusus dari seluruh pihak tahun 2015 di propinsi di kali 100% adalah
baik pemerintah, sektor swasta, maupun (18,19%), tahun 2016 berjumlah 134 kasus adalah
masyarakat mengingat bahwa target Millenium (16,64%)dan pada tahun 2017 berjumlah 140
Development Goals (MDGs) tahun 2015 yaitu adalah (15,24%) .(Dinas Kesehatan Kabupaten
menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102 Bangka Tengah, 2017).
per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Berdasarkan data morbiditas dan mortalitas
Adapun dalam Sustainable Development Goals rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah
(SDGs) khususnya dalam target ke 3 Good Health Kabupaten Bangah Tengah Pasien keluar hidup
kesehatan untuk semua lapisan penduduk (usia) /mati menurut jenis kelamin dengan golongan
yang dapat mencegah Angka Kematian Ibu sebab-sebab sakit adalah hipertensi akibat
diharapkan (AKI ) bisa memenuhi target yang kehamilan dengan proteinuria yang nyata/
diharapkan. preeklamsia, pada tahun 2015 berjumlah 16

http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion | 54
Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION
Vol. 6, No. 1, Maret 2021

orang, tahun 2016 berjumlah 43 orang dantahun berbicara kurang perhatian, bukan nya untuk
2017 berjumlah 77 orang (Profil RSUD Bangka memberi motifasi dengan masalah kehamialan
Tengah, 2017). malah menyalahkan, fasilitator diberikan hanya
Petugas kesehatan memegang peran penting dalam batas lingkungan rumah sakit saja,
dalam meningkatkan derajat ke sehatan seharusnya dokter/bidan /perawat memberikan
masyarakat. Upaya yang dilakukan petugas masukan pengambialan keputusan dalam
kesehatan ditujukan untuk meningkatkan penaganan kasus yang di alami ibu akan tetapi
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat saran dan masukan tidak memuaskan.
untuk hidup sehat dan aktif berperan serta dalam Berdasarkan data yang didapat dan studi
upaya kesehatan termasuk dalam upaya pendahuluan awal yang dilakukan peneliti,
penanganan kasus preeklamsia. diketahui bahwa setiap tahunnya ada peningkatan
Peran dalah perilaku individu yang kasus ibu dengan preeklamsia khususnya di
diharapkan sesuai dengan posisi yang dimiliki. Rumah Sakit Umum Bangka Tengah dari tahun
Peran yaitu suatu polatingkahlaku, kepercayaan, 2015-2017 dan diketahui nya masih belum jelas
nilai, dansikap yang diharapkan dapat peran – peran yang dilakukan oleh dokter/bidan.
menggambarkan perilaku yang seharusnya Rumah Sakit Umum Daerah Bangka Tengah
diperlihatkan oleh individu pemegang peran merupakan satu-satu nya rumah sakit rujukan
tersebut dalam situasi yang umum nyaterjadi yang ada di Kabupaten Bangka Tengah. Dengan
(Sarwono, 2011). jumlah tenaga kesehatan di ruang kebidanan
Peran merupakan suatu kegiatan yang berjumlah sepuluh orang, yang terdiri dari dokter
bermanfaat untuk mempelajari interaksi antara Spesialis Obsteteri Ginekologi satu orang, tenaga
individu sebagai pelaku (actors) yang bidan tujuh orang. Oleh sebab itu penting bagi
menjalankan berbagai macam peranan di dalam peneliti untuk membuat penelitian dengan judul
hidupnya, seperti dokter, perawat, bidan atau “Peran Tenaga Kesehatan dalam penanganan
petugas kesehatan lain yang mempunyai Preeklamsia di ruang bersalin Rumah Sakit
kewajiban untuk menjalankan tugas atau kegiatan Umum Daerah Bangka Tengah tahun 2020”.
yang sesuai dengan peranan nya masing-masing
(Muzaham, 2007). METODE PENELITIAN
Lina Handayani (2013), dalam jurnalnya Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yang berjudul peran petugas kesehatan dan adalah deskriftif dengan pendekatan kualitatif,
kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet besi, informasi didapat dengan wawancara mendalam.
hasil penelitiannya mengatakan bahwa peran Dalam penelitian ini yaitu dokter, bidan, pasien
tenaga kesehatan, ( sebagai komunikator, preeklamsia, dan Kepala Ruangan bersalin di
motivator, fasilitator dan konselor) kepada ibu RSUD Bangka Tengah. Penelitian ini
hamil untuk mengkonsumsi tablet besi, mayoritas dilaksanakan mulai bulan November 2020.
baik sehingga ibu hamil di DesaSidomulyo,
Sidokarto dan Sidoluhur memiliki kepatuhan HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam mengkonsumsi tablet besi lebih banyak Peran Tenaga Kesehatan Dalam Penanganan
yang baik. Preeklamsia Diruang Bersalin Rumah Sakit
Ada pun peran tenaga kesehatan menurut Umum Daerah Kabupaten Bangka Tengah
Menurut Potter dan Perry (2007) macam-macam Peran adalah perilaku individu yang
peran tenaga kesehatan dibagi menjadi beberapa, diharapkan sesuai dengan posisi yang dimiliki.
yaitu: sebagai komunikator, sebagai motivator, Peran yaitu suatu pola tingkah laku, kepercayaan,
sebagai fasilitator dan konselor. nilai, dan sikap yang diharapkan dapat
Berdasarkan studi awal yang dialukan penulis menggambarkan perilaku yang seharusnya
dengan melakukan wawancara secara langsung diperlihatkan oleh individu pemegang peran
dengan dua orang pasien yang mengalami kasus tersebut dalam situasi yang umumnya terjadi
preeklamsia yang peneliti lakukan di ruangan (Sarwono, 2012).
bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Hasil penelitian menunjukan bahwa
Bangka Tengah ibu mengatakan belum mengerti/ sebagian besar informan kunci sudah melakukan
belum paham dengan penjelasan yang diberikan penanganan Preeklamsiatapi tidak dengan
pada dokter/bidan ataupun perawat terkaitdengan perawat diamana masih kurang di lakukan
apa kondisi yang dialami si ibu dokter/biadan penanganan optimal, dikarnakan perawat hanya

http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion | 55
Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION
Vol. 6, No. 1, Maret 2021

beranggapan bahwa perawat hanya sebagai mitra perawat masih dianggap kurang dan belum ada
dari dokter dan bidan. Hasil ini juga sejalan sistem manajemen risiko formal yang diterapkan.
dengan hasil penelitian Kusumu Dkk (2009) Analisa risiko sudah berjalan dengan baik.
Sebagai tolok ukur keluaran, angka kematian ibu Terdapat upaya penurunan risiko seperti pelatihan
menurun sebesar 0,14%; lama rawat menjadi 1 tenaga medis, pemenuhan fasilitas, supervisi dan
hari di IGD; dan kepuasan pasien sebesar 53,3%. forum komunikasi menunjukan bahwa sebagai
Dalam hal identifikasi risiko diketahui bahwa seorang komunikator, tenaga kesehatan
belum ada SOP yang khusus dibuat RSCM untuk seharusnya memberikan informasi secara jelas
penanganan PEB/Eklampsia dan walaupun sudah kepada pasien. Pemberian informasi sangat
ada prosedur pelaporan dan pencatatan insiden diperlukan karena komunikasi bermanfaat untuk
klinis, namun belum ada formulir pelaporan selain memperbaiki kurangnya pengetahuan.
rekam medis dan belum terstruktur dengan baik. Sehingga peneliti dalam ini perlunya
Peneliti berpendapat bahwa teori dan hasil komunikasi yang baik. Dimana Tenaga kesehatan
penelitian terkait menurut analisis peneliti untuk juga harus mengevaluasi pemahaman ibu tentang
penanganan Preeklamsia perlu penangan lebih informasi yang diberikan, dan juga memberikan
lagi dan perlu peran lebih dari tenaga keseahatan, pesan kepada ibu hamil apabila terjadi hal – hal
karna Peran merupakan suatu kegiatan yang yang tidak bisa ditanggulangi sendiri segera
bermanfaat untuk mempelajari interaksi antara datang kembali dan komunikasi ke tenaga
individu sebagai pelakuyang menjalankan kesehatan.
berbagai macam peranan di dalam hidupnya,
seperti dokter, bidan atau petugas kesehatan lain Peran Tenaga Kesehatan Sebagai Motivator
yang mempunyai kewajiban untuk menjalankan Dalam Penanganan Preeklamsia Di Ruang
tugas atau kegiatan yang sesuai dengan Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah
peranannya masing-masing (Muzaham, 2007). Kabupaten Bangka Tengah
Motivator adalah orang yang memberikan
Peran Tenaga Kesehatan Sebagai motivasi kepada orang lain. Sementara motivasi
Komunikator Dalam Penanganan Preeklamsia diartikan sebagai dorongan untuk bertindak agar
Di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum mencapai suatu tujuan tertentu dan hasil dari
Daerah Kabupaten Bangka Tengah dorongan tersebut diwujudkan dalam bentuk
Komunikator adalah orang yang perilaku yang dilakukan (Notoatmodjo, 2007).
memberikan informasi kepada orang yang Menurut Syaifudin (2006) motivasi adalah
menerimanya. Menurut Mundakir (2006) kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu,
komunikator merupakan orang ataupun kelompok sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan,
yang menyampaikan pesan atau stimulus kepada dan dorongan untuk melakukan sesuatu
orang atau pihak lain dan diharapkan pihak lain Hasil penelitian menunjukan bahwa peran
yang menerima pesan (komunikan) tersebut tenaga kesehatan sebagai motivator,sudah
memberikan respons terhadap pesan yang dilakukan dimana seorang tenaga kesehatan
diberikan. Proses dari interaksi antara haruss di tuntut mampu memberikan motivasi
komunikator ke komunikan disebut juga dengan kepada pasien terutama pada pasien preeklamsia,
komunikasi. Selama proses komunikasi, tenaga dikarenakan mereka memerlukan bimbingan
kesehatan secara fisik dan psikologis harus hadir terhadap keadaan yang dideritanya.
secara utuh, karena tidak cukup hanya dengan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
mengetahui teknik komunikasi dan isi komunikasi oleh Maryasti Rambu Sabati (2015) bahwa peran
saja tetapi juga sangat penting untuk mengetahui petugas kesehatan memberikan dampak positif
sikap, perhatian, dan penampilan dalam kepada ibu - ibu menyusui yang melakukan ASI
berkomunikasi. secara eksklusif. Semua responden berhasil
Hasil penelitian ini telah diperoleh tetapi melakukan ASI eksklusif kepada bayi usia 6 -12
terdapat kendala dikarenakan terdapat perbedaan bulan. Petugas kesehatan tidak hanya
bahasa di suatu daerah dengan tenaga kesehatan memberikan penyuluhan ASI Eksklusif saja,
baik itu dokter, bidan, pada pasien preeklasmia di tetapi penyuluhan lain seperti penyuluhan Inisiasi
Rumah Sakit Umum daerah Koba. menyusui dini dan penyuluhan Keluarga
Hasil penelitian sejalan dangan hasil Berencana.
penelitian Kusuma Dkk (2009) dimana kinerja Dalam hal ini peneliti berpendapat kenapa

http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion | 56
Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION
Vol. 6, No. 1, Maret 2021

motivasi sangatlah penting bahwa Tenaga waktu dan memberikan kesempatan pada pasien
kesehatan sudah seharusnya memberikan untuk bertanya mengenai penjelasan yang kurang
dorongan kepada pasien untuk patuh dalam upaya dimengerti.
penanganan preeklamsia yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan. Peran Tenaga Kesehatan Sebagai Konselor
Dalam Penanganan Preeklamsia Di Ruang
Peran Tenaga Kesehatan Sebagai Fasilitator Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah
Dalam Penanganan Preeklamsia Di Ruang Kabupaten Bangka Tengah
Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Dimana mana peran tenaga kesehatan
Kabupaten Bangka Tengah sebagi Konselor yang memberikan bantuan
Fasilitator adalah orang atau badan yang kepada orang lain dalam membuat keputusan atau
memberikan kemudahan dalam menyediakan memecahkan suatu masalah melalui pemahaman
fasilitas bagi orang lain yang membutuhkan. terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan
Tenaga kesehatan dilengkapi dengan buku perasaan-perasaan klien (Kemenkes, 2006).
pedoman penanganan preeklamsia dengan tujuan Hasil wawancara mendalam dari informan
agar mampu melaksanakan upaya – upaya didaptkan bahwa telah memberiakn bantuan
penanganan preeklamsia tepat pada sasaran terhadap pasien preeklamsia diamana bantuan
sebagai upaya dalam menurunkan angka kematian dalam membuat penjelasan penyakit yang
ibu dan anak (Santoso, 2004). Tenaga kesehatan dialami, keputusan atau pencegahan terhadap
juga harus membantu klien untuk mencapai preeklamsia pemahaman dan fakta-fakta, harapan,
derajat kesehatan yang optimal agar sesuai dengan kebutuhan, dan perasaan pasien.
tujuan yang diharapkan. Penelitian lainnya dilakukan oleh Susanti
Dalam penelitian ini tealah dilakukan tetapi (2002), dengan hasil terdapat hubungan bermakna
terdapat kendala dikarenakan keterbatasan antara faktor pelayanan petugas kesehatan (seperti
fasilitas yang dimiliki rumah sakit terutama pada pemeriksaan kasus anemia, konseling dan
pasien preeklasmia baik ruangan ataupun pemberian tablet Fe) dengan kepatuhan konsumsi
peralatan yang dimiliki rumah sakit umum bangka tablet Fe. Selain memberikan penyuluhan tenaga
tengah. kesehatan juga memiliki berbagai macam peranan
Sejalan dengan peneliti yang dilakukan penting lainnya di dalam proses meningkatkan
Jecika Seila Lawani, Dkk (2014), salah satu derajat kesehatan. Proses dari pemberian bantuan
penyebab kematian ibu hamil dan bersalin yaitu tersebut disebut juga konseling. Tujuan umum
preeklamsia dan eklamsia. Oleh karena itu dari pelaksanaan konseling adalah membantu ibu
penanganan preeklamsia dan eklamsia perlu hamil agar mencapaiperkembangan yang optimal
dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian dalam menentukan batas-batas potensi yang
ibu dan angka kematian bayi. Angka kematian ibu dimiliki, sedangkan secara khusus konseling
disebabkan karena kurangnya pengetahuan bertujuan untuk mengarahkan perilaku yang tidak
mengenai tanda – tanda kehamilan, usia sehat menjadi perilaku sehat, membimbing ibu
kehamilan yang JIDAN Jurnal Ilmiah Bidan hamil belajar membuat keputusan dan
ISSN : 2339-1731 Volume 2 Nomor 2. Juli – membimbing ibu hamil mencegah timbulnya
Desember 2014 42 terlalu muda atau terlalu tua, masalah selama proses kehamilan (Mandriwati,
pendidikan yang rendah, pendapatan keluarga 2008).
yang rendah juga aspek medis dan salah satunya Sehingga peneliti berpendapat bahwa teori
juga preeklamsia sangat berpengaruh dalam dan penelitian terkait fungsi dan tugas konselor
meningkatkan angka kematian ibu melahirkan. sangatlah penting dilakukan, bertujuan
Dalam penelitian menunjukan bahwa peran memberian informasi mengenai penanganan
seorang tenaga kesehatan sangatlah penting preeklamsia yang dibutuhkan, pengambilan
sebagai fasilitator dan dalam hal ini perlu keputusa nmengenai penanganan preeklamsia,
didukung fasilitas yang memadai untuk pemecahan masalah yang mungkin nantinya akan
melakukan pelayanan yang oktimal, sehingga dari dialami, serta perencanaan dalam menindaklanjuti
hasil penelitiian didapkan masih hasil penelitian pertemuan yang telah dilakukan sebelumnya, dan
ini tealah dilakukan tetapi terdapat keterbatasan dalam hal ini telah dilakukan.
fasilitas yang ada di Rumah Sakit Umum daerah
dan Tenaga kesehatan harus mampu meluang

http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion | 57
Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION
Vol. 6, No. 1, Maret 2021

SIMPULAN preeklamsia. Diambil dari


Secara keseluruhan informan telah menjalin https://media.neliti.com/media/publications/9
komunikasi dengan baik tetapi memiliki kendala 2015-ID-studi-kasus- manajemen-
perbedaan bahasa yang dimiliki pasien. Informan asuhan-kebidanan-p.pdf\, di akses tanggal 19
telah menjadi fasilitator kepada pasien Juli 2108.
preeklamsia tapi kurang baik dikarenakan Kementrian Kesehatan RI, 2013. Profil
kurangnya fasilitas dan keterbatasan fasilitas yang Kesehatan Indonesia Tahun 2012.
dimiliki rumah sakit. Informan telah memberikan Jakarta
konseling kepada pasien pada pasien preeklamsia Kusuma dkk ( 2009 ) peran tenaga kesehatan
dengan baik dari pasien di rawat ataupun pada sebagai komunikator. Diambil dari http:
saat pulang. https://s3.amazonaws.com/academia.edu.doc
uments/6805370/946-1009-
DAFTAR PUSTAKA 1PB.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIWOWY
Sulistianingsih A, Ari MYD. Kurangnya Asupan YGZ2Y53UL3A&Expires=1532001574&Si
A.M, Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi gnature=aitwQTHXcpSkCeFy114FEh2s8l8
Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo %3D&response-content-
Persada disposition=inline%3B%20filename%3DRis
ACOG, 2013, Hypertension in Pregnancy, ACOG k_management_in_the_service_of_severe.pd
Task Force on Hypertension in f di akses tanggal 19 Juli 2018
Pregnancy, 122, 1122-1132 Manuaba, IBG,dkk,2007. Pengantar Kuliah
Anwar, Ruswana, 2005, Endokrinologi Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Kehamilan dan Persalinan, Subbagian Mandriwati. 2008. Penuntun Belajar Asuhan
Fertilitas dan Endokrinologi Reproduksi Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta: EGC
bagian Obstetri & Ginekologi, Meiliya & Esty wahyuningsig.2010. Ilmu
Barness, Lewis A. John S. Curran. 2000. Nutrisi, Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB.
Dalam: Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Ed. Jakarta : EGC
15. Vol.I. Jakarta: EGC pp. 178- 232. Mundakir. 2006, Komunikasi Keperawatan
Brockopp, D.Y. (2009). Dasar-dasar riset Aplikasi Dalam Pelayanan. Yogyakarta:
keperawatan. Terjemahan . EGC. Jakarta Graha Ilmu
Burns, N., and Grove, S. (2005). The practice of Moleong, (2008). Metodologi Penelitian
Nursing Research Conduct, Kualitatif. edisi Revisi. Bandung: Remaja
Critique, and utilization. (5 th edition). St. Louis : Rosdakarya
Elsevier Saunders Muzaham. 2007. Sosiologi Kesehatan. Jakarta:
Creswell, John W. 2010. Research Design Universitas Indonesia
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mubarak, W.I. 2012. Promosi kesehatan untuk
Mixed. Pustaka Pelajar. Yogyakarta kebidanan. Jakarta: salemba medika
Cunningham G. 2013 Hipertensi dalam Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku
kehamilan dalam : Obstetri Williams Edisi kesehatan.Cetakan 2 Jakarta PT. Rineka
23 Vol 1. Jakarta : EGC. hlm 740-94. Cipta.
Depkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia. Notoatmojo, 2012. Metodologi Penelitian
Jakarta: Depkes RI. Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Departemen Kesehatan RI, 2006, Peraturan Pribadi, A., Mose, J.C., Anwar, A.D.(2015).
Pemerintah No. 32Tahun 1996, Tentang Kehamilan Risiko Tinggi. Jakarta:
Tenaga Kesehatan, Jakarta Dinas Kesehatan CV Sagung Seto
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2017, Potter, P.A, Perry, A.G.2007 Buku Ajar
Profil Kesehatan Tahun 2017, Dinkes Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dan Praktik. Edisi 4.Volume 2.Alih
2017 Bahasa: Renata Komalasari, dkk. Jakarta:
Geri, Morgan dan Carol Hamilton. 2009. Obstetri EGC
dan Ginekoligi Panduan Praktik. Jakarta: Regina, vt Novita. 2011. Asuha Keperawatan
EGC Maternitas. Ghalia Indonesia. Bogor
Jecika Seila Lawani Dkk ( 2014 ) peran tenaga Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan
kesehatan dalam penanganan kasus Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:

http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion | 58
Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION
Vol. 6, No. 1, Maret 2021

Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo
Sabati, Maryasti Rambu and Nuryanto, Nuryanto,
2015 Peran Petugas Kesehatan
Terhadap Keberhasilan Pemberian Asi
Eksklusif (Studi Kualitatif di Wilayah
Puskesmas Sekaran Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang).
Undergraduate thesis, Diponegoro
University
Sarwono, S. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja
Grafindo. 2011 Bandung : Fakultas
Kedokteran Unpad, 14-15.
Simatupang (2008). Buku panduan preeklamsi
dan eklamsi,dalam ilmu kebidanan.
Bandung.
Sugiyono (2009). Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif Dan R&D. Bandung:
ALFABETA Redman CW, Sargent IL,
Taylor
RN. (2014). Immunology of abnormal pregnancy
and preeclampsia. In Taylor RN,
Roberts JM, Cunningham FG (eds):
Chesley’s Hypertensive Disorder in
Pregnancy, 4th ed. Amsterdam : Academic
Press.
Wibowo B., Rachimhadi T., 2006. Preeklampsi
dan Eklampsi, dalam : Ilmu Kebidanan.
Edisi III.Jakarta.Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hal 281-99
World Health Organization (WHO). Angka
Kematian Bayi. Amerika: WHO; 2012.
Ward K & Taylor R.N, 2015, “Genetic Factor in
Etiology of Preeclampsia and Eclampsia”, in
Chesley’s Hlpertensive Disorders in
Pregnancy Chapter 4, fourth edition, p: 65-
75.

http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion | 59

Anda mungkin juga menyukai