Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan,

persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas dan

pengelolanya. (Kemenkes, 2016). Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah kematian

bayi dalam usia 1 tahun pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka ini

merupakan salah satu indikator derajat kesehatan suatu bangsa. (Kemenkes, 2015).

Menurut data WHO (Wolrd Health Organization), sekitar 810 wanita meninggal

dunia karena komplikasi kehamilan atau persalinan di seluruh dunia setiap harinya.

Antara tahun 2000 sampai tahun 2017, rasio kematian ibu turun sekitar 38% diseluruh

dunia. Pada tahun 2017 kematian ibu diperkirakan 295.000 wanita meninggal selama

dan setelah kehamilan dan persalinan. Rasio kematian ibudi negara berkembang pada

tahun 2017 adalah 462/100.000 kelahiran hidup disbanding 11/100.000 kelahiran hidup

di negara maju (WHO, 2017). Sedangkan AKB diperkirakan mencapai 11/100.000

kelahiran hidup. (WHO, 2018)

Menurut ketua komite Ilmiah International Conference on Indonesia Family

Planning and Reproductive Health (ICIFPRH), Meiwita Budhiharsana, hingga tahun

2019 AKI Indonesia masih tetap tinggi, yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup. Padahal

target AKI Indonesia tahun 2015 adala 102 per 100.000 kelahiran hidup. Kepala Badan
Kependudukan dan Keluarga (BKKBN), Hasto Wardoyo, dalam acara Nairobi Summit

dalam rangka ICPD 25 (International Conference on Population and Development ke-

25) yang diselenggarakan pada tanggal 12-14 November 2019 menyatakan bahwa

tinginya AKI merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi Indonesia sehingga

menjadi salah satu komitmen prioritas nasional, yaitu mengakhiri kematian ibu saat

hamil dan melahirkan. (Meiwita, 2019)

Target global Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 diantaranya

menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 di Indonesia tidak

tercapai 1. Akhirnya MDGs diperbaharui menjadi Sustainable Development Goals

(SDGs) dengan target penurunan AKI menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada

tahun 2030 2. Berdasarkan dari Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) pada tahun 2012 menunjukkan adanya persoalan dalam pencapaian target AKI

di Indonesia, pada tahun 2012 mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan

Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 100.000 kelahiran hidup.

Hasil laporan kinerja Ditjen Kesehatan masyarakat tahun 2016 melaporkan bahwa

persentase ibu hamil KEK di Indonesia sebesar 16,2% (Kemenkes, 2017). Hasil

pemantauan gizi (PSG) tahun 2016 melaporkan bahwa Provinsi Banten adalah salah satu

provinsi dengan angka resiko ibu hamil KEK sebesar 18%, angka tersebut diatas rata-

rata persentasi nasional yaitu sebesar 16,2%. Presentasi tertinggi adalah Provinsi Papua

sebesar 23,8% dan terendah Provinsi Sumatera Utara sebesar 7,6% (Kemenkes, 2017).
Menurut Badan Puslitbang Gizi dan Makanan Depkes RI Jawa Barat angka kejadian

KEK 30,6% pada tahun 2016.

Prevalensi KEK pada ibu hamil tahun 2013 secara nasional yaitu sebesar 24,2% dan

menurun menjadi 17,3% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018). Indicator presentase ibu

hamil KEK diharapkan turun sebesar 1,5% setiap tahunnya. Pada awal periode di tahun

2015, presentase ibu hamil KEK ditargetkan tidak melebihi 24,2% dan di akhir periode

pada tahun 2019 diharapkan maksimal ibu hamil dengan resiko KEK adalah sebesar

18,2%. Dasar penetapan presentase bumil KEK mengacu kepada hasil Riskesdas tahun

2013. Dengan ditetapkannya target tersebut, maka diharapkan presentase ibu hamil KEK

menuurun setiap tahunnya. 5

Menurut laporan Dinas Kesehatan Karawang, Angka Kematian Ibu (AKI) tahun

2019 yaitu 45 kasus. Penyebab kematian ibu paling banyak di Karawang adalah

disebabkan karena perdarahan 33,3%, Hipertensi dalam kehamilan (HDK) 31,1%,

gangguan sistem peredaran darah 17,7%, dan infeksi (sepsis maternal) 4,4%. Sedangkan

Angka Kematian Bayi (AKB) menurut Dinas Kesehatan Karawang tahun 2019 yaitu 157

kasus. Penyebab paling banyak yaitu disebabkan oleh Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) 41,4%, asfiksia 23,5%, infeksi/sepsis 1,27%, kelainan bawaan 10,8%,

pneumonia 1,27 %, diare 0,6%, dan lain-lain 21,0 %. (Dinkes Karawang, 2019).

Berdasarkan data Puskesmas Telukjambe Timur tahun 2019, Angka Kematian Ibu

(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 0 atau tidak ada. Jumlah ibu hamil yang
mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK) yaitu ada 67 ibu hamil dari 1277 ibu

hamil yang ada di wilayah puskesmas Telukjambe Timur dan berdasarkan data dari

BPM Bidan Sapni tahun 2019 terdapat 3.586 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan

kehamilan di BPM Bidan S dan 140 orang diantaranya mengalami KEK. Ibu hamil

dengan KEK di wilayah Telukjambe Timur sudah cukup rendah.

KEK yaitu keadaan ibu hamil yang menderita kekurangan makanan yang

berlangsung lama (kronik) sehingga dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan

pada ibu hamil. KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi

yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi

diantaranya: jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya.

Zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh.

Seperti yang diutarakan oleh Agustian pada penelitiannya tahun 2010 bahwa Penyebab

KEK belum diketahui secara pasti, namun penyebab utama dikarenakan karena

kurangnya asupan energi dan protein. (Agustian 2010).

Dikarenakan indicator ini adakah indikator outcome, maka data hanya dapat

diperoleh melalui survei yang dilakukan setiap tahun, dengan definisi operasional

proporsi ibu hamil yang diukur lingkar lengan atasnya (LiLA) menggunakan pita LiLA

dengan hasil ukur kurang dari 23,5 cm terhadap jumlah ibu hamil yang diukur LiLA nya

pada periode tertentu dikali 100%. Hasil survei pemantauan status gizi (PSG) tahun

2017, menunjukan presentase ibu hamil dengan risiko KEK sebesar 14,8%, dimana

angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan presentase tahun lalu dan target yang
telah ditetapkan. Hal ini menjadi gambaran status gizi ibu hamil yang sesuai dengan

harapan. (Kemenkes, 2017)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muliawati tahun 2012 faktor yang

mempengaruhi terjadinya KEK pada ibu hamil diantaraya faktor ekonomi dengan

berpendapatan sedang (53,3%). Faktor pendidikan sebagian besar berpendidikan SMP

(40%). Faktor umur sebagian besar berumur antara 21 – 35 tahun (90%). Faktor Paritas

1s/d 2 anak (76,7%). Faktor pola konsumsi makan ibu dengan pola konsumsi baik

(60%). Serta faktor penyakit infeksi pada ibu hamil sebagian besar tidak memiliki

infeksi (86,7%).

Permasalahan ibu hamil KEK merupakan permasalahan mendasar yang perlu

mendapatkan penanganan yang lebih baik (Dinkes DIY, 2017). Ibu hamil yang

mengalami KEK atau kurang gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada

ibu, saat proses persalinan maupun pada janin.

Dampak KEK terhadap ibu diantaranya meningkatkan risiko terjadinya anemia,

perdarahan, dan terkena penyakit infeksi (Irianto, 2014). Dampak KEK terhadap proses

persalinan diantaranya akan beresiko terjadinya persalinan lama, persalinan sebelum

waktunya (premature), dan persalinan dengan operasi cenderung meningkat (Agria,

2012). Dampak KEK terhadap janin diantaranya beresiko terjadinya proses pertumbuhan

janin terhambat, keguguran atau abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan

berat badan lahir rendah (BBLR) (Waryana, 2010).

Salah satu upaya dalam menurunkan kasus KEK pada ibu hamil ini yaitu melalui

deteksi dini pada ibu hamil melalui pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) yang

berkualitas serta memberikan penyuluhan pada wanita usia subur mengenai

mempersiapkan kehamilan yang sehat serta Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

untuk ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK).

Selain deteksi dini pada saat kehamilan juga perlunya pengetahuan tenaga kesehatan

mengenai penatalaksanaan yang tepat jika terjadinya kasus KEK pada ibu hamil. Karena

mengingat banyak faktor yang belum pasti penyebab terjadinya KEK ini. Oleh karena

itu penulis tertarik untuk mengetahui “Faktor Penyebab Kejadian Kekurangan Energi

Kronik pada Ibu Hamil di BPM Bidan S tahun 2020”

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor penyebab KEK pada ibu hamil Ny.R G2P1A0 di BPM Bidan S.

1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1 Untuk melakukan analisis faktor predisposisi terjadinya KEK pada Ny.R G2P1A0

di BPM Bidan S
1.2.2.2 Untuk mengetahui penatalaksanaan KEK pada kehamilan Ny.R G2P1A0 di BPM

Bidan S

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Manfaat Teori

1.3.1.1 Bagi Partisipan

Dapat mengetahui karakteristik pada ibu hamil dengan KEK, sehingga dapat

melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan ANC dan melakukan pencegahan melalui

pendidikan kesehatan kepada ibu dan keluarga serta dapat melakukan penatalaksanaan

yang tepat jika terjadinya komplikasi pada ibu dengan KEK

1.3.1.2 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan dan dapat

digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dibidang kesehatan

mengenai Kekurangan Energi Kronis pada ibu hamil.

1.3.1.3 Bagi Institusi

Sebagai salah satu sumber informasi bagi masyarakat dan petugas kesehatan

utamanya bidan dalam upaya penurunan angka kejadian Kekurangan Energi Kronis

(KEK) pada ibu hamil.

1.3.2 Manfaat Praktis


Melalui penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan keterampilan bagi

peneliti dalam melakukan penatalaksanaan ibu hamil dengan KEK.

1.4 Asumsi Penelitian

Menurut asumsi penelitian dari latar belakang sosial ekonomi pendapatan,

pengetahuan, beban kerja/aktivitas dan pola makan yang mempengaruhi KEK pada

Ny.R G2P1A0 di BPM Bidan S.

1.5 Pertanyaan Penelitian

1.5.1 Apakah penyebab dan faktor predisposisi terjadinya Kekurangan Energi Kronis

terhadap Ny.R ?

1.5.2 Bagaimana penatalaksanaan Kekurangan Energi Kronik pada kehamilan Ny.R

G2P1A0 di BPM Bidan S


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kekurangan Energi Kronik (KEK)

2.1.1 Definisi

Kekurangan Energi Kronik (KEK) merupakan suatu kondisi dimana seorang ibu

hamil menderita kekurangan asupan makan yang berlangsung dalam jangka waktu lama

(menahun atau kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan, sehingga

peningkatan kebutuhan zat gizi pada masa kehamilan tidak dapat terpenuhi

(Kemenkes,2015).

Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah kekurangan energi yang memiliki dampak

buruk terhadap kesehatan ibu dan pertumbuhan perkembangan janin. Ibu hamil

dikategorikan KEK jika Lingkar Lengan Atas (LiLA) < 23,5 cm (Muliarini, 2015).

2.1.2 Etiologi

Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi

yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi

antara lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat

gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh

(Helena, 2013).
Menurut kemenkes (2015), ibu hamil KEK disebabkan oleh penyebab langsung dan

tidak langsung. Penyebab langsung ibu hamil KEK adalah konsumsi gizi yang tidak

cukup dan adanya penyakit tertentu yang diderita ibu, sedangkan penyebab tidak

langsungnya berupa persediaan makanan yang tidak cukup, pola asuh, kesehatan

lingkungan dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai.

Faktor – faktor yang menyebabkan Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu

hamil, antara lain:

1) Faktor sosial ekonomi

Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah tingkat

social ekonomi (Departemen Gizi dan Kesmas FKM UI, 2011). Ekonomi seseorang

mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Seseorang

dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil maka kemungkinan besar sekali gizi yang

dibutuhkan tercukupi. (Kristiyanasari 2010).

2) Pendidikan

Rendahnya pendidikan seorang ibu dapat mempengaruhi terjadinya risiko KEK, hal

ini disebabkan karena faktor pendidikan dapat menentukan mudah tidaknya seseorang

untuk menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang diperoleh. Latar belakang

pendidikan ibu adalah suatu faktor penting yang akan berpengaruh terhadap status

kesehatan dan gizi (Stephanie dan Kartikasari, 2016).


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Stephanie dan Kartikasari (2016) menyebutkan

bahwa ibu hamil yang memiliki pendidikan SD ke bawah memiliki risiko KEK yang

lebih tinggi dibandingkan ibu yang memiliki latar belakang pendidikan SMP ke atas.

Kesimpulan dari penelitian di atas yaitu pendidikan dapat mempengaruhi terjadinya

risiko KEK pada ibu.

3) Pekerjaan

Ibu yang sedang hamil harus mengurangi beban kerja yang terlalu berat karena akan

memberikan dampak kurang baik terhadap kehamilannya. (Departemen Gizi dan

Kesmas FKM UI, 2011)

4) Pendapatan

Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung

pada besar kecilnya pendapatan keluarga. Keluarga dengan pendapatan terbatas

kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya terutama

untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya. (Departemen Gizi dan Kesmas

FKM UI, 2011)

5) Penyakit/infeksi

Hubungan infeksi (bakteri, virus, dan parasit) dan kekurangan gizi merupakan

hubungan sinergis yang artinya infeksi akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat

malnutrisi dan terkena penyakit infeksi, dengan mekanisme patologis yang dapat

bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan yaitu penurunan


asupan gizi akibat kurang nafsu makan, peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi

akibat diare, mual/ muntah. Selain itu penyakit yang umum terkait dengan masalah gizi

antara lain tuberculosis, campak dan batuk rejan (whooping cough) (Supariasa, 2013).

6) Pengetahuan ibu tentang gizi

Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap

terhadap makanan dan praktek/ perilaku pengetahuan tentang nutrisi melandasi

pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai

asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam

keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu

meningkat maka pengetahuan nutrisi dan praktek nutrisi bartambah baik. Usaha-usaha

untuk memilih makanan yang bernilai nutrisi semakin meningkat, ibu-ibu rumah tangga

yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi dari

pada yang kurang bergizi. (Djamaliah, 2008).

7) Pola Konsumsi

Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, pada umumnya wanita lebih

memberikan perhatian khusus pada kepala keluarga dan anak-anaknya. Ibu hamil harus

mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000 kalori / hari Jika ibu tidak punya kebiasaan

buruk seperti merokok, pecandu dsb, maka status gizi bayi yang kelak dilahirkannya

juga baik dan sebaliknya (Arisman, 2010).

2.1.3 Diagnosa
Lingkar lengan atas (LiLA) sudah digunakan secara umum di Indonesia untuk

mengidentifikasi ibu hamil resiko Kurang Energi Kronis (KEK). Menurut Departemen

Kesehatan batas ibu yang disebut KEK jika ukuran LiLA <23,5 cm. (Adriani, 2012)

Kurang energi kronis pada orang dewasa dapat diketahui dengan indeks massa

tubuh yang diukur dari perbandingan antara berat dan tinggi badan. Bila IMT kurang

dari 18,5 dikatakan sebagai KEK. (Hidayati, 2015).

Tanda gejala dari seorang ibu yang menderita Kurang Energi Kronik (KEK) adalah

1)Lingkar lengan kiri atas kurang dari 23,5 cm (kecuali orang kidal, yang digunakan

untuk pengukuran adalah lengan kanan atas).

2)Kurang cekatan dalam bekerja.

3)Sering terlihat letih, lemah, lesu dan lunglai.

4)Jika hamil cenderung melahirkan bayi secara premature atau jika melahirkan secara

normal berat badan lahirnya rendah atau kurang dari 2500 gram. (Arisman, 2010).

2.1.4 Karakteristik Ibu dengan KEK

Faktor resiko ada kaitannya dengan ciri yang biasa dimiliki oleh ibu dengan KEK

diantaranya:

a. Usia
Usia ibu yang beresiko melahirkan bayi kecil adalah kurang dari 20 tahun dan lebih

dari 35 tahun. Ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dikatakan memiliki resiko

KEK yang lebih tinggi. Usia ibu hamil yang terlalu muda, tidak hanya meningkatkan

resiko KEK namun juga berpengaruh pada banyak masalah kesehatan ibu lainnya

(Stephanie dan Kartikasari, 2016).

Hasil penelitian yang dilakukan Stephanie dan Kartikasari (2016) menyebutkan

bahwa sebagian besar responden yang berada pada kategori umut 20-35 tahun tidak

mengalami KEK, dari 37 orang hanya 6 orang (16,2%) yang mengalami KEK. Ibu

dengan kategori umur >35 tahun, dari 7 orang terdapat 1 orang (10%) yang mengalami

KEK. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu umur ibu dapat mempengaruhi status gizi ibu

pada saat hamil.

b. Paritas

Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup

(viable). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali dengan

janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau

mati pada waktu lahir.

2) Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan

yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.


3) Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mencapai batas kehamilan.

Kehamilan dengan jarak pendek dengan kehamilan sebelumnya kurang dari 2

tahun/kehamilan yang terlalu sering dapat menyebakan gizi kurang karena dapat

menguras cadangan zat gizi tubuh serta organ reproduksi belum kembali sempurna

seperti sebelum masa kehamilan. (Hariyani, 2011)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati, disebutkan bahwa jika ibu

yang terlalu sering hamil dan melahirkan maka ibu akan memiliki anak yang banyak

sehingga dapat mengakibatkan kebutuhan hidup semakin banyak terutama dalam hal

kebutuhan nutrisi. Ibu yang memiliki anak banyak dengan ekonomi kurang akan

memiliki kesulitan memperhatikan dirinya sendiri, ditambah jika ibu hamil bisa saja

kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi karena kesibukan yang dilakukan mengurus rumah

tangga. Dan harus berbagi makanan dengan anggota keluarga sementara ibu hamil harus

membutuhkan lebih banyak nutrisi. (Hidayati, 2015).

c. Jarak Kehamilan

Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. Penelitian

menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya

lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi

anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun.

Dari penelitian yang dilakukan Yuliastuti menyebutkan apabila keluarga dapat

mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki
probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan

jarak kelahiran dibawah 2 tahun. Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan

kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak

memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi

yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan

mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi berikut

yang dikandung. (Yuliastuti, 2015).

d. Status Pekerjaan Ibu

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Puli dijelaskan bahwa menurut penelitian

yang dilakukan oleh Joan bahwa pekerjaan dapat mengukur status sosial ekonomi serta

masalah kesehatan dan kondisi tempat seseorang bekerja. Wanita yang berperan sebagai

ibu rumah tangga dalam hidupnya memiliki tingkat kesehatan yang lebih rendah

dibandingkan wanita yang memiliki pekerjaan dan rutinitas di luar rumah selain

berperan sebagai ibu rumah tangga disamping mengurusi rumah tangga dan anak seperti

wanita karir dan pekerja swasta aktif. (Puli, 2014).

Dari penelitian oleh Puli didapatkan pula penjelasan bahwa pekerjaan pada wanita

pra-konsepsi tidak memengaruhi kejadian KEK, sehingga dapat dikatakan walaupun

wanita pra-konsepsi tidak bekerja namun suami atau keluarga wanita pra-konsepsi

memiliki pekerjaan dengan jumlah penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

gizi keluarga. (Puli, 2014)


2.1.5 Status Gizi Ibu yang Mengalami KEK

2.1.5.1 Kenaikan Berat Badan

Metode pemantauan status gizi yang umum dipakai ialah mencatat pertambahan

berat badan secara teratur selama kehamilan dan membandingkannya dengan berat

badan saat sebelum hamil, bila informasi tersebut tersedia. Status gizi ibu hamil yang

baik selama proses kehamilan, harus mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10-12

kg. Yaitu pada trimester pertama kenaikanya kurang dari 1 kg, sedangkan pada trimester

kedua kurang lebih 3 kg dan trimester ketiga kurang lebih mencapai 6 kg. Metode untuk

untuk mengetahui status gizi ibu hamil melalui pertambahan berat badan yang optimal

selama masa kehamilan adalah penting untuk mengetahui BMI (Body Mass Index)

wanita prekehamilan. Rekomendasi tentang pertambahan berat badan total selama

kehamilan ditentukan oleh BMI prekehamilan. (Notoatmodjo, 2007).

Dalam pedoman Depkes disebutkan intervensi yang diperlukan untuk Wanita Usia

Subur (WUS) atau ibu hamil yang menderita resiko KEK dapat diketahui dengan Indeks

Masa Tubuh (IMT) kurang dari 18,5 dikatakan KEK. (Hindayani, 2015)

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat Badan (Kg)

IMT =

Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)


Berat badan yang dianjurkan selama kehamilan dengan IMT ibu akan

dijelaskan pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Kenaikan Berat Badan ideal berdasarkan IMT

Nilai BMI Total peningkatan berat badan yang

diharapkan selama kehamilan


Rendah (<19,8) 12,5 – 18,0 (kg)

Normal (19,8-26,0) 11,5 – 16,0 (kg)

Tinggi (26,1-29,0) 7,0 – 11,5 (kg)

Obes (<29,0) 7,0 (kg)

Kembar Dua 16,0 – 20,0 (kg)

Kembar Tiga 23,0 (kg)

Sumber:Gizi Dalam Daur Kehidupa : Buku Ajar Ilmu Gizi, Ed.2


(dikutip dari: Brown,JE, Carlson, M. Nutrition and multifetal
pregnancy, J Am Diet Assoc, 2000; 100: 343-348)
2.1.5.2 Hb

Dalam kehamilan terjadi peningkatan volume plasma darah sehingga terjadi

hipervolemia. Akantetapi bertambahnya sel-sel darah merah lebih sedikit dibandingkan

dengan peningkatan volume plasma, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodialusi).


Pertambahan volume darah tersebut berbanding sebagai berikut: plasma 30%, sel darah

18% dan hemoglobin 19%. Keadaan ini disebut sebagai anemia fisiologis atau

pseudoanemia. (Manuaba, 2007)

Penyebab utama anemia pada ibu hamil dengan KEK tersebut adalah kurang

memadainya asupan makanan sumber Fe, meningkatnya kebutuhan Fe saat hamil dan

menyusui (perubahan fisiologi), dan kehilangan banyak darah. Anemia disebabkan oleh

ketiga faktor itu terjadi secara cepat saat cadangan Fe tidak mencukupi peningkatan

kebutuhan Fe. (Marmi, 2015).

2.1.6 Komplikasi KEK pada ibu hamil

Ibu hamil dengan masalah gizi akan berdampak terhadap kesehatan dan

keselamatan ibu. Kondisi ibu hamil KEK berisiko terjadi partus lama, perdarahan pasca

salin bahkan kematian ibu karena adanya penurunan kekuatan otot yang membantu

persalinan (Kemenkes, 2015). Menurut Adriani dan Wirjatmadi (2016) selain

menyebabkan perdarahan, gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia, berat

badan ibu tidak bertambah secara normal, terkena penyakit infeksi dan dapat

berpengaruh pada proses persalinannya yaitu persalinan sulit dan lama, terjadi persalinan

sebelum waktunya (prematur) dan meningkatkan kecenderungan persalinan dengan

operasi.

Kondisi KEK pada ibu hamil juga berisiko terhadap bayi yang dikandungnya antara

lain kematian janin (keguguran), prematur, lahir cacat dan bayi berat lahir rendah
(BBLR). BBLR berpotensi mengalami masalah gizi sepanjang siklus kehidupan dan

akan berulang pada generasi selanjutnya serta merupakan penyebab utama kematian

bayi (Kemenkes, 2015). Selain itu menurut Adriani dan Wirjatmadi (2016), KEK pada

ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal, anemia

pada bayi, dan asfiksia intrapartum.

2.1.7 Penatalaksanaan KEK pada Ibu Hamil

Menurut Kemenkes RI (2015), penanggulangan KEK bisa berhasil dengan baik

apabila dilakukan kegiatan meliputi peningkatan asupan makanan yang cukup secara

kualitas (jumlah makanan yang dimakan) serta kualitas (variasi makanan dan zat gizi

yang yang sesuai kebutuhan) serta suplementasi zat gizi yang harus dikonsumsi oleh ibu

hamil yaitu tablet tambah darah berisi zat besi dan asam folat, kalsium, seng, vitamin A,

vitamin D, iodium. Pengaturan jarak kelahiran, pengobatan penyakit penyerta seperti

kecacingan, malaria, HIV, TBC dan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

yaitu dengan selalu menggunakan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat,

memberantas jentik nyamuk seminggu sekali, makan buah dan sayur setiap hari,

melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah, persalinan oleh

tenaga kesehatan, memberi ASI Eksklusif dan menimbang balita setiap bulan merupakan
upaya yang harus dilakukan dalam rangka mencegah terjadinya KEK pada Wanita Usia

Subur dan Ibu hamil.

Dalam rangka penanggulangan KEK pada ibu hamil perlu dilakukan beberapa

tahapan kegiatan yang terintegrasi dengan pelayanan antenatal, yaitu:

A. Pendataan

Pendataan dilakukan pada ibu hamil di wilayah kerja yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan dibantu oleh masyarakat desa atau kader. Pendataan meliputi nama, usia dan

alamat.

B. Pelayanan

Pelayanan gizi dilakukan pada ibu hamil berupa pemeriksaan antropometri (BB,

TB, LiLA). Pelayanan gizi pada ibu hamil mengikuti standar antenatal terpadu yang

meliputi timbang berat badan dan ukur tinggi badan, nilai status gizi (ukur LiLA),

memberikan Tablet Tambah Darah (TTD), tatalaksana kasus, dan temu wicara atau

konseling. Sedangkan mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri,

menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin, skrining status imunisasi tetanus

dan pemberian imunisasai TT, pemeriksaan laboratorium sederhana dilakukan oleh

tenaga kesehatan lainnya. Secara rinci pelayanan gizi ibu hamil diuraikan sebagai

berikut:

a. Penapisan

Penapisan dilakukan pengukuran LiLA, hasil laboratorium dan ada tidaknya penyakit.

b. Penentuan Status Gizi


- Normal jika LILA ≥ 23,5 cm

- KEK jika LILA < 23,5 cm

Selain status gizi perlu diperhatikan kondisi ibu hamil yang berisiko. Disebut Ibu Hamil

Risiko Tinggi bila TB < 145 cm dan atau BB < 45 kg pada seluruh usia kehamilan,

anemia bila HB < 11 g/dl.

c. Pelayanan Gizi

Pelayanan gizi pada ibu hamil terintegrasi di dalam pelayanan Antenatal terpadu.

Pelayanan Antenatal terpadu mencakup pelayanan preventif, promotof sekaligus kuratif

dan rehabilitatif yang meliputi pelayanan KIA, Gizi, Pengendalian Penyakit Menular,

Penyakit Tidak Menular, Ibu hamil yang mengalami kekerasan selama kehamilan serta

program spesifik lainnya sesuai dengan kebutuhan. Setiap ibu hamil mempunyai risiko

mengalami masalah gizi terutama KEK, sehingga semua ibu hamil harus menerima

pelayanan Antenatal yang komprehensif dan terpadu. Tujuan pelayanan Antenatal

terpadu meliputi deteksi dini, pengobatan dan penanganan gizi yang tepat terhadap

gangguan kesehatan ibu hamil termasuk masalah gizi terutama KEK; Persiapan

persalinan dan kesiapan menghadapi komplikasi akibat masalah kesehatan terutama

masalah gizi pada ibu hmail KEK; Pencegahan terhadap penyakit dan komplikasinya

akibat KEK melalui penyuluhan kesehatan dan konseling.

Pelayanan gizi pada ibu hamil KEK harus ditangani sesuai standar dan kewenangan

tenaga kesehatan termasuk tenaga gizi, dengan mengikuti tahapan:


1. Pengkajian Gizi

Pengkajian gizi dilakukan dengan interpretasi data antropometri, biokimia, klinis asupan

makanan/riwayat gizi dan riwayat personal.

- Interpretasi data antropometri menggunakan LILA (KEK jika LILA < 23,5 cm), IMT

pra hamil gizi kurang jika < 18,5 kg/m2.

- Interpretasi data biokimia

Hb (anemia jika Hb < 11 g/dl)

- Interpretasi data klinis Kurus, pucat

- Interpretasi data asupan makan/riwayat gizi

2. Menerapkan Diagnosis Gizi

Diagnosis gizi adalah menentukan masalah gizi berdasarkan Problem, Etiologi, dan Sign

serta symptom (PES). Diagnosis gizi bersifat spesifik serta terkait dengan hal-hal yang

berhubungan dengan malnutrisi dan perilaku makan. Diagnosis gizi berbeda dengan

diagnosis medis.

3. Intervensi Gizi

Strategi intervensi gizi kepada ibu hamil KEK mengacu pada 4 kategori yaitu:

1) Penyediaan makanan

Penyediaan makan diawali dengan perhitungan kebutuhan, pemberian diet (termasuk

komposisi zat gizi, bentuk makanan dan frekuensi pemberian dalam sehari).

- Perhitungan kebutuhan energi per individu ditambah 500 kkal untuk usia kehamilan

Trimester I, II dan III.


- Pemberian diet sesuai kebutuhan per individu normal yang meliputi kebutuhan energi

dan zat gizi ditambah dengan 500 kkal sebagai penambahan energi selama kehamilan.

Bentuk penambahan energi 500 kkal dapat berupa Pemberian Makanan Tambahan

(PMT) pada ibu hamil KEK. PMT dapat berupa pangan lokal atau pabrikan dan

minuman padat gizi. Untuk PMT ibu hamil pabrikan 500 kkal, 15 gr protein,

diberikan 90 hari, dapat berupa biskuit lapis sandwich (100 gram).

2) Konseling gizi

Konseling gizi dilakukan dengan tujuan membantu ibu hamil KEK dalam memperbaiki

status gizinya melalui penyediaan makanan yang optimal agar tercapai berat badan

standar.

Tahapan konseling:

- Menentukan prioritas perubahan perilaku yang perlu dilakukan untuk mencapai

kesehatan ibu hamil.

- Mendiskusikan prioritas perubahan perilaku bersama dengan ibu hamil agar dapat

dilakukan sesuai dengan kondisinya.

- Menjelaskan bagaimana prinsip gizi seimbang bagi ibu hamil dan PHBS.

- Menjelaskan tentang pentingnya makanan yang cukup selama kehamilan terutama

penambahan energi sesuai dengan trimesternya.

- Menjelaskan tentang pentingnya pemilihan makanan yang tepat selama kehamilan

dengan cara mengajarkan ibu bagaimana mengganti bahan makanan dengan bahan

makanan yag sejenis (contoh makanan sumber energi nasi bisa diganti dengan

singkong, mie, roti, jagung, dengan menggunakan Bahan Makanan Penukar)


- Memberikan contoh pola makan yang tepat terdiri dari makanan pokok, sumber

protein hewani, nabati, sayur dan buah) serta penambahan energi sesuai dengan

trimester dalam bentuk susu atau PMT lain.

- Memberikan contoh menu sehari bergizi seimbang bagi ibu hamil.

- Memberikan contoh makanan tambahan sebesar 500 kkal, 15 gr protein (dapat

diberikan dalam bentuk makanan selingan 2-3 kali sehari, dalam bentuk makanan

atau minuman padat gizi).

- Menyarankan ibu hamil untuk mengatasi rasa bosan dari PMT pabrikan, maka

diberikan resep modifikasi PMT pabrikan seperti puding biskuit, puding susu, biskuit

toping coklat, bola-bola biskuit.

- Menyarankan ibu hamil untuk menambah waktu istirahat dengan berbaring 1 jam

pada siang hari.

- Melakukan evaluasi konseling yang dilakukan dengan cara menanyakan ulang kepada

ibu hamil tentang bagaimana pola makan yang baik bagi ibu hamil.

- Mengatur dan memotivasi kunjungan ulang secara berkala ke pelayanan kesehatan.

Jika belum waktu berkunjung ulang tiba, ibu ada keluhan/permasalahan yang terkait

dengan pemberian makan ibu hamil dapat menghubungi tenaga gizi atau tenaga

kesehatan terdekat.

3) Koordinasi dengan Lintas Sektor terkait Kegiatannya antara lain:

- Membuat makanan tambahan berbasis bahan makanan local

- Memotivasi ibu hamil KEK untuk meningkatkan asupan makanan sehari-hari dan

mengkonsumsi PMT sesuai kebutuhan.


- Memantau pemanfaatan PMT melalui pendampingan kader

- Merujuk ke fasilitas kesehatan bila ada penyulit dan penyakit penyerta

- Memotivasi kesadaran makan ibu hamil

- Mengelola PMT lokal melalui kelas ibu KEK

4) Monitoring dan Evaluasi

Tujuan monitoring dan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan

kemajuan status gizi ibu hamil KEK dalam melaksanakan praktek pemberian makan ibu

hamil. Indikator monitoring evaluasi meliputi kenaikan BB, peningkatan LILA, dan

peningkatan asupan makanan termasuk asupan makanan dari PMT.

2.2 Nutrisi Ibu Hamil

2.2.1 Kebutuhan nutrisi pada ibu hamil normal

Kebutuhan energy pada kehamilan trimester 1 memerlukan tambahan 180kkal/hari

(menjadi 1.980-2280 kkal/hari). Ini berarti sama dengan menambah 1 potong (50 gr)

daging sapi atau 2 buah apel dalam menu sehari. Selanjutnya pada trimester II dan III,

tambahan energy yang dibutuhkan meningkat menjadi 300 kkal/hari, menjadi 2500

kkal/hari atau sama dengan mengkonsumsi tambahan 100 gr daging ayam atau minum 2

gelas susu sapi cair. Idealnya kenaikan bb sekitar 500 gr/minggu. Kebutuhan makan ibu

hamil dengan bb normal perhari yaitu nasi 6 porsi, sayuran 3 mangkuk, buah 4 potong,

susu 2 gelas, daging ayam/ ikan/telur 3 potong. Lemak/minyak 5 sendok the, gula 2

sendok makan. Sepanjang tahap kehamilan, ibu hamil membutuhkan konsumsi makanan

yang lebih dari semula, pola makanan yang tepat, juga asupan makronutrien yang
seimbang. Pemenuhan peningkatan asupan makanan ini berperan penting terhadap

kesehatan ibu hamil dan janin. (Endang, 2010)

2.2.2 Nutrisi ibu hamil dengan KEK

Calon ibu kurang energy kronik perlu tambahan kalori. Walau menurut pedoman

gizi seimbang, kebutuhan gizi ibu hamil adalah 2200 kalori ditambah 300 kalori

sehingga menjadi 2500 kalori, namun untuk ibu kurang energy kronik sebaiknya

ditingkatkan menjadi 2800 kalori. Tujuannya agar BB naik, diharapkan BB naik sekitar

12,5 – 18,5 kg. dan konsumsi makanan berkalori tinggi, namun dalam bentuk segar,

seperti macaroni skotel isi daging, susu, keju, dan wortel atau frenh fries dengan ayam

goreng tepung dan selada sayur. Usahakan menambahkan susu, keju dan gula. Serta

mengkonsumsi PMT-P 1 hari 2 kali selama 1 minggu sesuai program yang telah

ditetapkan oleh pemerintah. (Endang, 2010)

2.2.3 Pemenuhan nutrisi yang disarankan

Disebutkan pada buku gizi kesehatan reproduksi menyebutkan bahwa zat yang

diperlukan tubuh adalah protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air (Banudi

2013). Diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT) bagi ibu hamil dengan KEK.
Tabel 6. Diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT) dalam satu hari

Sumber : Subakti dan Angraini, 2013

Bahan makanan Berat (gram) Ukura Rumah tangga (URT)


Beras 300 4 ½ gelas nasi
Daging 100 2 potong sedang
Ikan 100 1 potong sedang
Telur ayam 50 1 butir
Tempe 100 4 potong sedang
Kacang hijau atau 25 2 ½ sdm
kacang-kacangan
Sayuran 200 2 gelas
Buah 200 2 potong sedang
Gula 55 5 ½ sdm
Minyak 30 30 sdm

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai gizi 2.890 kalori, protein 103 gram, lemak

73gram dan karbohidrat 420 gram. Diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT) dilakukan

dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung nilai gizi seperti atau mendektai

tabel di atas. Sementara itu, bahan makanan yang dianjurkan sebagai berikut:

Sumber bahan makanan Dinjurkan Tidak dianjurkan


Karbohidrat Nasi, roti, pasta, hasil olah-olahan
tepung (cake, puding, dodol), ubi,
gula pasir, gula merah
Protein hewani Daging sapi, daging
Bahan makanan
kambing,ayam,ikan,telur,susu,dansumber lauk
hasil olahannya (keju dan ice hewani yang
cream dimasak dengan
banyak minyak dan
santan kenTAL
Protein nabati Semua kacang-kacangan dan hasil Bahan makanan
olahannya (tempe, tahu, dan sumber lauk nabati
pindekas) yang di masak
dengan banyak
minyak dan santan
kental
Sayuran Semua jenis sayur-sayuran Bahan makanan
sumber sayuran
yang dimasak
dengan banyak
minyak dan santan
kental
Buah Semua jenis buah-buahan
Buahan
Lemak Minyak goreng, mentega, Santan kental
margarin, santan encer, salad
Dressing
Minuman Saft drink, sirup, madu, kopi encer Minuman energi
dn teh rendah
Tabel 7. Sumber bahan makanan diet Energi Tinggin dan Protein Tinggi (ETPT).

Sumber: Subakti dan Angraini, 2013


BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, karena pada

pendekatan kualitatif ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung

menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam

penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar focus

penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori ini juga bermanfaat

untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan

pembahasan hasil penelitian.

3.1.2 Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan desain studi kasus dalam arti penelitian

difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam,

dengan mengabaikan fenomena- fenomena lainnya yang tidak berhubungan dengan

kasus yang akan diteliti.

3.2 Teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan indepth interviewing,

dokumentasi dan observasi.

3.3 Sumber data

Peneliti mendapatkan data tentang subyek penelitian ini pada 3 informan. Data

yang diperoleh yaitu hasil wawancara pada bidan sebagai pelaksana dalam

penatalaksanaan ibu dengan KEK, Ny. R sebagai ibu hamil dengan KEK, serta suami.

Wawancara ini dilakukan dengan pertanyaan mendalam, hasilnya dituangkan dalam

bentuk narasi.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian ini didapatkan dari alat dan media berupa kamera, buku KIA

serta panduan wawancara.

3.5 Pelaksanaan pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dalam beberapa cara yaitu:

1. In deph interviewing ( wawancara mendalam ), tipe wawancara yang digunakan

dalam penelitian ini bersifat semi terstruktur (semi struktur interview), sehingga

bisa digunakan berulang pada informan yang sama. Wawancara adalah pertemuan

dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Tujuan dari wawancara ini

untuk menemukan masalah secara terbuka, dimana pihak yang diwawancara

diminta pendapat dan ide-idenya.


2. Observasi langsung dilakukan untuk mendapatkan data yang sesungguhnya yang

berkaitan dengan pendalaman terhadap data yang lain.

3. Pendokumentasian menggunakan alat tulis untuk mendapatkan data yang ada dalam

dokumen sesuai dengan data yang sudah ada.

4. Validasi data

Dilakukan dengan triangulasi, dimana satu pertanyaan yang sama di tanyakan

kepada orang yang berkaitan serta melihat dokumentasi dan melakukan observasi

sampai ditemukan satu jawaban yang sama.

Triangulasi dalam penelitian ini :

a. Bidan (B1)

b. Ibu hamil (P1)

c. Suami (P2)

3.6 Analisa Data

Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara serta melakukan observasi

kegiatan. Hasil wawancara akan dicatat. Kemudian disalin dalam bentuk transkip

hasil wawancara. Pedoman wawancara untuk informan terdapat pada lampiran.

2. Reduksi Data
Suatu proses seleksi, penyederhanaan data, sehingga menjadi fokus dan abstraksi.

Dengan cara mengambil dan mencatat informasi-informasi yang bermanfaat yang

sesuai dengan konteks peneliti dan mengabaikan kata-kata yang tidak perlu sehingga

didapatkan inti kalimatnya saja.

3.7 Penyajian Data

Melakukan pemeriksaan atau telaah ulang terhadap data yang diperoleh, kemudian

disajikan dalam bentuk naratif sesuai dengan aspek yang diteliti.

3.8 Kesimpulan Data

Menyimpulkan hasil penyajian data yang masih dalam bentuk narasi atau kutipan

langsung dari hasil pembicaraan informan.


BAB IV

TEMUAN HASIL PENELITIAN, INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN

4.1 Temuan Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum

Setelah peneliti melakukan penelitian pada bagian ini akan menguraikan hasil

temuan yang telah dilakukan, dengan pemahaman menggunakan pendekatan wawancara

mendalam (In deph interview) terhadap analisi kasus kejadian ibu hamil dengan KEK..

Bagian ini berguna untuk menjelaskan dan memastikan kebenaran temuan

penelitian. Analisis data ini telah dilakukan sejak awal dan bersamaan dengan proses

pengumpulan data di lapangan.

4.1.2 Karakteristik Narasumber


Peneliti memiliki 3 Narasumber diantaranya klien (Narasumber 1), suami dari klien

(Narasumber 2), serta Bidan S (Narasumber 3). Paparan ini penting untuk memberikan

gambaran real terhadap analisis yang diteliti.

1) Narasumber 1

Ny.R (P1) usia 29 tahun, agama Islam, suku bangsa sunda, pendidikan terakhir SMP,

pekerjaan pedagang, golongan darah ibu A, alamat di Dusun Sukajaya RT/RW 03/06

Desa Pinayungan Kecamatan Telukjambe Timur Kabupaten Karawang.

2) Narasumber 2

Tn. A (S1) usia 35 tahun, agama Islam, suku bangsa sunda, pendidikan terakhir SMA,

golongan darah belum diperiksa, pekerjaan wiraswasta, alamat di Dusun Sukajaya

RT/RW 03/06 Desa Pinayungan Kecamatan Telukjambe Timur Kabupaten Karawang.

3) Narasumber 3

Bidan S ( B1) usia 51 tahun , agama islam, suku bangsa sunda pendidikan terakhir DIII

Kebidanan, pekerjaan sebagai bidan desa dan bekerja di puskesmas Telukjambe serta

mempunyai BPM sendiri. Alamat di Dusun Babakan RT/RW 01/01 Desa Puseurjaya

Kecamatan Telukjambe Timur Kabupaten Karawang.

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

Pada hari Senin, 10-02-2019 Ny.R diantar suaminya ke BPM Bidan S untuk

memeriksakan kehamilannya. Ny.R mengatakan tidak mengalami keluhan apapun dan

hanya ingin memeriksakan kehamilannya. Ini adalah kehamilan yang kedua, sudah
pernah melahirkan 1 kali dan tidak pernah keguguran. HPHT tanggal 23-06-2019, TP

tanggal 31-03-2020, dan usia kehamilan saat ini yaitu 37 minggu 5 hari. Pergerakan

janin yang dirasakan terakhir kali lebih dari 13 kali, kuat. Status imunisasi terakhir yaitu

TT3 pada tanggal 20-11-2019 di BPM Bidan S. Selama hamil ibu hanya memeriksakan

kehamilannya 2 kali di BPM Bidan S. Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit

seperti Hipertensi, Diabetes mellitus, asthma dan lainnya. Hasil pemeriksaan : Tanda-

tanda vital: TD : 120/80 mmHg, Nadi: 78x/m, Suhu : 36,7 x/m, Tinggi Badan : 151 cm,

Berat Badan sekarang : 45 kg , Berat badan sebelum hamil : 40 kg, LILA : 20,5 cm,

IMT= 40/(151)2= 17,54, TFU: 22 cm, Leopold I : Teraba bulat lunak dan tidak

melenting, Leopold II : Kanan: teraba bagian keras memanjang. Kiri: teraba bagian-

bagian kecil janin, Leopold III: Teraba bulat, keras, dan melenting, DJJ: 140 x/m,

regular, Hb: 10,9 gr/dl (tanggal 08-01-2020).

Bidan mendiagnosa yaitu:

Diagnosa : Ibu G2P1A0 Usia Kehamilan : 32 minggu 5 hari dengan KEK. Janin hidup

tunggal intrauterine presentasi kepala dalam keadaan baik.

Bidan melakukan penatalaksanaan:

1. Menganjurkan dan memotivasi ibu untuk selalu mengkonsumsi makanan gizi

seimbang seperti nasi, lauk pauk sayuran dan buah-buahan untuk menambah nutrisi

ibu.
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan tidak melakukan aktivitas yang

terlalu berat

3. Menganjurkan ibu untuk selalu minum tablet Fe 1x 1 hari diminum sebelum tidur

pada malam hari.

4. Memberitahu ibu untuk mengolah makanan yaitu: makanan jangan terlalu lama

disimpan, jenis sayuran segera dihabiskan setelah diolah karena akan menyebabkan

hilangnya vit B.

5. Memberitahu tanda- tanda awal persalinan

6. Memberikan terapi Tablet Fe dan kalsium.

4.1.3 Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.3.1 Faktor Penyebab

a. Pengetahuan

Pengetahuan partisipan mengenai nutrisi untuk ibu hamil dapat diketahui dari jawaban

partisipan terhadap beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Jawaban partisipan 1

dan 2 terhadap item pertanyaan mengenai pengetahuan nutrisi adalah sebagai berikut:

1. Makanan bergizi

P1: Gatau, makanan apasih. Paling sayuran doang, buah-buahan

P2: Sayuran, buah-buahan


2. Makanan yang baik untuk ibu hamil

P1: Gatau paling sayuran doang

P2: Paling sayuran,daging, buah-buahan


3. Makanan yang mengandung protein, vitamin, dan karbohidrat

P1: Gatau paling ikan yg mengandung protein. Yang lainnya gatau

P2: Gatau

4. Kebutuhan bahan makanan tambahan untuk ibu hamil

P1: Gatau

P2: Gatau, roti mungkin ya

5. Porsi makanan seimbang untuk ibu hamil

P1: Taunya Cuma itu doang 4 sehat 5 sempurna paling ikan, sayur, tahu tempe.

P2: Paling nasi, ikan,sayuran,daging, buah-buahan


Dari jawaban kedua partisipan terhadap lima item pertanyaan tersebut dapat disimpulkan

bahwa tingkat pengetahuan ibu dan keluarga mengenai nutrisi ibu hamil pada umumnya

masih rendah karena hamper setengah dari jawaban yang diajukan tidak dijawab dengan

tepat atau jawaban tidak sesuai dengan yang seharusnya

b. Pola Konsumsi

Pernyataan partisipan mengenai pola konsumsi ibu hamil dapat diketahui dari jawaban

partisipan terhadap beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Jawaban partisipan 1

dan 2 terhadap item pertanyaan mengenai pola konsumsi adalah sebagai berikut:

1. Makanan yang di konsumsi dalam sehari

P1: Ya kadang sayur, tahu, tempe, ya gitu weh makanan yang kita makan sehari-hari.

Jarang sih makan kayak daging ayam yang kayak gitu mah, paling kadang-kadang.

P2: Ya gitu sih paling sayur, daging


2. Jenis sayuran yang di konsumsi

P1: Sayur bayam habis 1 mangkuk namun tanpa nasi. Saya sangat jarang makan

sayur karena males masak.

P2: Paling bayam.

3. Lauk – pauk yang di konsumsi

P1: Paling ikan mas, ikan patin aja sih teh

P2: Paling daging. Ikan kadang-kadang

4. Buah – buahan yang di konsumsi

P1: Kalau makan buah mah jarang sih paling buah apel, pear, jeruk, itu aja sih

gapernah yang aneh-aneh. Paling buah naga yang dicampur sama es.

P2: Buah- buahan yang ada aja

5. Tambahan makanan ringan (cemilan)

P1: Saya suka ngemil wafer, kue yang dijual Rp 500,- di warung. Biasanya saya habis

>2 bungkus/hari.

P2: Suka, istri saya ngemil makanan yang ada diwarung sebelah aja palingan

6. Susu ibu hamil

P1: Minum, awalnya susu buat hamil habis 1 dus, terus saya ganti jadi susu ultramilk

yang dijual kemasan kotak itu yang siap diminum kadang juga susu beruang soalnya

kalau susu kehamilan itu gaenak, suka mual. Saya minum susu sekitar 1-2 kali sehari

tapi engga setiap hari sih kadang dua hari sekali, ga nentu.

P2: Bukan susu hamil sih, paling susu kotak.

7. Pantangan makan
P1: Gaada

P2: Gaada

8. Alergi terhadap makanan

P1: Gaada

P2: Gaada

9. Porsi makan

P1: Satu porsi, nasi 1 piring kecil dan tahu atau tempe atau telur, terkadang ikan atau

daging.

P2: Nasi 1 piring kecil, ikan, sayuran

10. Jumlah makanan pokok yang di konsumsi dalam sehari

P1: Saya sering makan 3 – 4 nasi 1 porsi kecil habis, roti yang sari roti 1 habis

P2: Biasanya istri saya makan nasi 4 kali


11. Frekuensi makan dalam sehari:

P1: 3 – 4x/hari ,setiap jam 09.00 atau jam 10.00 kadang-kadang itujuga, terus kadang

1 jam kemudian makan lagi tapi cuma sedikit. Ga nentu sih, kadang kalau suami

pulang suka makan bareng suami

P2: Istri saya makan 4 kali

12. Makanan yang ibu konsumsi

P1: Beli, masak mah jarang kalau lagi pengen kalau lagi mood masak. Jarang sih

jarang masak, sok beli wae, praktis sih soalnya kan aku jualan jadi suka repot.

P2: Dua-duanya, masak sama beli diluar


13. Cara mengolah makanan

P1: Masak sayur bayam paling bening gitu, gapake bumbu macem-macem paling

pake garem doang sih soalnya saya lebih suka sayur bening.

P2: Biasanya masak sayur bayam bening aja sih gapake apa-apa

Dari jawaban kedua partisipan terhadap 13 item pertanyaan tersebut dapat disimpulkan

bahwa makanan yang dikonsumsi yaitu tahu, tempe, telur, lauk pauk, buah-buahan dan

sayuran. Pola makan ibu sedikit tapi sering, namun ibu masih kurang rutin makan sayur

dan buah-buahan, makanan masih kurang beragam.

c. Pendapatan

Pernyataan partisipan mengenai pendapatan keluarga Tn.A dapat diketahui dari jawaban

partisipan terhadap beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Jawaban partisipan 1

dan 2 terhadap item pertanyaan mengenai pola konsumsi adalah sebagai berikut:

1. Penghasilan per bulan

P1: Paling sebulan Rp 3.000.000 – 6.000.000 gimana ramenya aja sih soalnya kan

jualan

P2: Ga nentu sih soalnya kan jualan jadi gimana ramenya aja

2. Pengeluaran per bulan


P1: Buat bayar sekolah anak SD 400.000/bulan, kebutuhan sehari hari – hari paling

2.000.000 – 4.000.000/bulan, dan bayar listrik Rp 500.000/bulan.

P2: Sama kaya yang istri saya bilang

Dari jawaban kedua partisipan terhadap dua item pertanyaan tersebut dapat disimpulkan

bahwa hasil pendapatan sebulan mendapatkan 3 – 6 juta, namun penghasilan keluarga

tidak menentu karena pekerjaan sehari-hari yaitu pedagang. Terkadang mencukupi

kebutuhan satu keluarga terkadang juga tidak.

d. beban kerja / aktivitas

Pernyataan partisipan mengenai beban kerja/aktivitas Ny.R dapat diketahui dari jawaban

partisipan terhadap beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Jawaban partisipan 1

dan 2 terhadap item pertanyaan mengenai beban kerja/aktivitas adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan ibu sehari – hari

P1: Iya, saya jualan es kelapa didepan rumah. Paling kalau pagi nganter anak

sekolah terus kalau pekerjaan rumah sehari-hari mah paling nyapu, cuci piring,

soalnya kalu nyuci saya suka laundry

P2: Istri saya jualan es kelapa didepan rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah

dilakukan sendiri dan kadang dibantu oleh saya.

Dari jawaban kedua partisipan terhadap satu item pertanyaan tersebut dapat disimpulkan

bahwa ibu berjualan es kelapa di depan rumahnya dan ibu melakukan pekerjaan rumah
sendiri mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, hal ini bisa membutuhkan energy yang

lebih untuk menjaga kesehatan ibu dan janin.

4.1.3.2 Penatalaksanaan Kekurangan Energi kronik

a. Penatalaksaan yang dilakukan bidan

Pernyataan partisipan mengenai penatalaksanaan yang dilakukan bidan terhadap Ny.R

dapat diketahui dari jawaban partisipan terhadap beberapa pertanyaan yang diajukan

oleh peneliti. Jawaban partisipan 1 dan 2 terhadap item pertanyaan mengenai

penatalaksanaan yang dilakukan oleh bidan adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan yang dilakukan bidan selama kunjungan hamil

P1: Berat badan, tensi, periksa perut, dan suntik imunisasi, ukur lingkar lengan
B1: Pemeriksaan BB, TD, LILA, Palpasi abdomen, TFU, DJJ, leopold 1-IV

tergantung UK, pemberian imunisasi, pemeriksaan penunjang : cek HB, protein

urine.

2. Pendidikan kesehatan yang diberikan oleh bidan

P1: Bidan suka ngasih tahu harus makan bergizi kaya sayuran, buah-buahan, lauk

pauk, tetapi saya tidak rutin makan sayur.

B1: Memberitahu makanan yang baik dikonsumsi ibu hamil seperti sayuran, buah-

buahan, lauk-pauk dan susu serta hindari makanan yang pedas.

3. Obat yang diberikan bidan selama hamil

P1: Engga tau Namanya lupa, pokonya ada 3 macam obat yang bidan kasih kalau

meriksa hamil, yang tau mah obat tambah darah aja yang warna merah.
B1: Hufabion, calcifar, dan folarin.

Dari jawaban kedua partisipan terhadap tiga item pertanyaan tersebut dapat disimpulkan

bahwa penatalaksanaan ibu hamil dengan KEK di BPM Bidan S sudah sesuai dengan

asuhan antenatal care terpadu, namun bidan kurang lengkap memberikan konseling

mengenai pemenuhan gizi bagi ibu hamil dengan KEK.

4.2 INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN

4.2.1 Faktor sosial dan ekonomi yang mempengaruhi KEK

4.2.1.1 Pengaruh pendapatan

Dari hasil wawancara ditemukan bahwa pendapatan keluarga satu bulan untuk

kebutuhan sehari-sehari. Pengeluaran kebutuhan besar. Rincian pendapatan

Rp.3000.000 – 6000.000, uang ini untuk keperluan: bayar sekolah anak SD

400.000/bulan, kebutuhan sehari hari – hari paling 2.000.000/bulan, dan bayar listrik

Rp 500.000/bulan.” Berdasarkan hasil penelitian, narasumber mengemukakan bahwa

faktor pendapatan yang tidak menentu, kadang mencukupi dan terkadang tidak

mencukupi untuk kebutuhan sehari – hari.

Tingkat pendapatan menentukan pola makanan yang dibeli. Semakin tinggi

pendapatan, semakin bertambah pula pengeluaran untuk belanja makanan. Hal ini

menyangkut pemenuhan kebutuhan dalam keluarga terutama pemenuhan kebutuhan

akan makanan yang memiliki nilai gizi dengan jumlah yang cukup. Dengan demikian,
pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan

(Najoan, 2011).

Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung

pada besar kecilnya pendapatan keluarga. Keluarga dengan pendapatan terbatas

kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya terutama

untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya (Departemen Gizi dan Kesmas

FKM UI, 2011).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Diza Fathamira Hamzah dengan judul

factor yang mempengaruhi KEK pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Langsa

Kota Provinsi Aceh tahun 2016 bahwa ada pengaruh antara KEK dengan pendapatan

ibu hamil, dengan dibawah UMK di bawah rata-rata sebanyak 54,8 % dan untuk diatas

rata-rata 45,2 %31.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahirawati (2014) yang

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan atau

penghasilan dengan kejadian KEK pada ibu hamil. Dimana proporsi kejadian resiko

KEK pada ibu hamil berpenghasilan dibawah UMR lebih banyak (58%) dibandingkan

dengan ibu hamil yang berpenghasilan diatas UMR (23%).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Stephanie dan Kartikasari (2016)

menyebutkan bahwa sebagian besar responden yang berpendapatan di atas UMR tidak

mengalami KEK, hanya terdapat 2 orang responden (6,9%) yang berpendapatan di atas
UMR mengalami KEK. Responden yang berpendapatan di bawah UMR terdapat 5

orang (10,6%) yang mengalami KEK. Kesimpulan dari penelitian di atas yaitu status

ekonomi dapat mempengaruhi risiko KEK pada ibu hamil.

Dari hasil temuan serta dipadukan dari teori dan hasil penelitian Stephanie dan

Kartikasasri tahun 2016, asumsi peneliti terhadap terjadinya Kekurangan Energi

Kronik (KEK) pada ibu hamil karena faktor social ekonomi yang dialami oleh Ny.R

yang didapatkan yaitu faktor sosial ekonominya tidak menentu, kadang mencukupi

untuk keperluannya sehari-hari dan terkadang tidak mencukupi untuk keperluan sehari-

hari sehingga faktor social ekonominya mempengaruhi terjadinya KEK.

4.2.1.2 Pengetahuan

Berdasarkan hasil temuan bahwa tingkat pengetahuan ibu dan keluarga mengenai

nutrisi ibu hamil pada umumnya masih rendah karena hampir setengah dari jawaban

yang diajukan tidak dijawab dengan tepat atau jawaban tidak sesuai dengan yang

seharusnya. Bagian penting dari pengelolaan gizi adalah pengetahuan, kurangnya daya

beli merupakan suatu kendala, tetapi defisiensi akan banyak berkurang bila orang

mengetahui bagaimana menggunakan daya beli yang ada. Menurut Sediaoetama 1987

tingkat pengetahuan akan mempengaruhi seseorang dalam memilih makanan. Untuk

masyarakat yang berpendidikan dan cukup pengetahuan tentang gizi, pertimbangan

fisiologis lebih menonjol dibandingkan dengan kebutuhan kepuasan psikis. Tetapi

umumnya akan terjadi kompromi antara keduanya, sehingga akan menyediakan


makanan yang lezat dan bergizi seimbang. Tinggi rendahnya pengetahuan ibu

merupakan faktor penting, karena mempengaruhi kemampuan ibu dalam menggelola

sumber daya yang ada untuk mendapatkan bahan makanan. Pemilihan makanan dan

kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap makanan dan praktek-

praktek pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal

dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai asosiasi yang positif dengan

pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga. Beberapa studi

menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan

nutrisi dan praktik nutrisi bertambah baik. Usaha-usaha untuk memilih makanan yang

bernilai nutrisi makin meningkat, ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan

nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi dari pada yang kurang bergizi.

Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan tentang nutrisi ibu hamil masih kurang dan

karena faktor psikis ibu yang setiap harinya dari semasa ibu masih remaja tidak

memenuhi makanan gizi seimbang, maka Ny.R mengalami KEK hal ini juga

dipengaruhi oleh dukungan keluarga / suami yang seharusnya memotivasi untuk

memenuhi gizi seimbang.

4.2.1.3 Pola konsumsi

Berdasarkan hasil wawancara makanan yang dikonsumsi lauk pauk, buah-buahan

dan sayuran. Dalam satu hari Ny.R makan nasi 1 porsi piring kecil, tahu, tempe, lauk

pauk jarang, sayuran jarang, 1 buah apel , dan frekuensi makan 3 – 4 x/hari.
Berdasarkan hasil penelitian, pola makan ibu sering, namun menu makanan tidak

beragam dan pemenuhan nutrisi narasumber kurang terpenuhi.

Pola makan yang baik selalu mengacu kepada gizi seimbang yaitu terpenuhinya

semua zat gizi sesuai dengan kebutuhan dan seimbang. Sedangkan terdapat enam unsur

gizi yang harus dipenuhi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air.

Karbohidrat, protein dan lemak merupakan zat gizi makro sebagai sumber energi,

sedangkan vitamin dan mineral merupakan zat gizi mikro sebagai pengatur kelancaran

metabolisme tubuh (Adriani.Wirjatmadi, 2012). Hal ini disebutkan dalam buku

Waryana (2010) yang menyatakan bahwa pada wanita hamil membutuhkan lebih

banyak zat gizi dari selama hamil maupun sebelum hamil dan pertumbuhan janin

tergantung dari penyediaan zat gizi dari ibu hamil. Kategori Angka Kecukupan Gizi

(AKG) ibu hamil berdasarkan permenkes No 75 tahun 2013, kebutuhan energi pada

masa kehamilan trimester I, II, III mengalami peningkatan yang signifikan, dimana

kebutuhan energi ibu hamil dibutuhkan untuk pertumbuhan janin dan plasenta serta

pembentukan enzim dan hormon yang mengatur pertumbuhan janin.

Menurut hasil penelitian Gotri, dkk (2016), kalori ini diperlukan ibu untuk dapat

berfungsi dengan baik. Ibu hamil yang mengalami KEK selama kehamilan memiliki

resiko tinggi melahirkan bayi dan mengalami kerusakan otak dan sum sum tulang

karena 2-5 minggu pertama adalah pembentukan sistem saraf dan cenderung akan

melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Berdasarkan hasil penelitian ini,

maka ibu hamil yang pola makannya buruk akan cenderung mengalami kurang energi
kronik karena kebutuhan gizi ibu hamil banyak, selain untuk tubuh ibu sendiri juga

untuk bayi dikandungannya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Khifdiyatus

Sa’adah (2013) yang menemukan adanya hubungan nutrisi dengan kejadian Kurang

Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil.

Menurut asumsi peneliti berdasarkan temuan dengan disertai teori dan hasil

penelitian, factor pola makan Ny.R tidak sesuai dengan gizi seimbang selain itu juga

factor pemenuhan nutrisi selama masa gadis yang begitu kurang dapat memungkinkan

terjadinya kehamilan dengan KEK. Tindak lanjut yang bisa dilakukan adalah

memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan dan kebutuhan gizi ibu hamil

dan resiko apabila tidak terpenuhinya kebutuhan gizi ibu hamil bagi ibu dan janin yang

di kandungannya.

4.2.1.4 Beban kerja/aktivitas

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Ny.R bekerja sebagai pedagang dan sebagai

ibu rumah tangga ,setiap hari melakukan pekerjaan rumah sendiri terkadang dibantu

oleh suami.

Menurut Departemen Gizi dan Kesmas FKM UI (2011), ibu yang sedang hamil

harus mengurangi beban kerja yang terlalu berat karena akan memberikan dampak

kurang baik terhadap kehamilannya (Departemen Gizi dan Kesmas FKM UI, 2011).

Selama kehamilan tidak ada larangan bagi seorang ibu hamil untuk bekerja di luar

rumah. Namun dalam melakukan aktivitas atau pekerjaan ibu harus memperhatikan
jenis dan beban pekerjaan yang dilakukan. Seorang ibu yang bekerja dari pagi sampai

sore tanpa istirahat dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada tubuh yang akan

memicu terjadinya kehamilan berisiko. Selain itu pekerjaan akan mempengaruhi status

sosial ekonomi seseorang (Maidelwita, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan dalam jurnal yang berjudul “Faktor-

Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Kurang Energi Kronis (Kek) Ibu Hamil Di

Kabupaten Kediri” oleh Nining Tyas Triatmaja pada tahun 2017. Pekerjaan ibu dalam

penelitian ini tidak berhubungan dengan status KEK (p>0.05). Status KEK banyak

dijumpai pada ibu yang tidak bekerja. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang

menyatakan bahwa ibu yang tidak bekerja tidak mempunyai pendapatan tambahan bagi

keluarga sehingga apabila hal tersebut didukung dengan pendapatan suami yang rendah

maka akan mengakibatkan tingkat sosioekonomi keluarga tersebut rendah. Walaupun

status sosioekonomi keluarga dalam penelitian ini tidak berhubungan dengan status

KEK, namun terlihat status KEK banyak dijumpai pada ibu yang mempunyai status

ekonomi keluarga yang kurang. Tingkat sosial ekonomi yang rendah akan

menyebabkan rendahnya daya beli terhadap pangan sehingga ibu tidak dapat

memenuhi kebutuhan akan pangan dan menyebabkan kurangnya konsumsi pangan

pada ibu. Tingkat sosial ekonomi keluarga juga mempengaruhi kualitas makanan yang

dikonsumsi (Najoanet al., 2010) sehingga ibu hamil tidak dapat mengonsumsi pangan

dengan harga yang cukup tinggi, seperti daging, ikan, susu dan protein hewani lainnya
(Khan et al., 2009). Kurangnya konsumsi pangan merupakan penyebab langsung dari

KEK.

Menurut asumsi penulis bahwa memiliki beban kerja di rumah menjadikan

seseorang dengan tingkat aktifitas yang cukup berat setiap harinya dan tidak diimbangi

dengan asupan makan yang adekuat maka tubuhnya lebih rentan terkena penyakit

infeksi dan mengakibatkan kekurangan energi kronis. Karena pola makan yang tidak

seimbang digunakan dengan beban kerja di rumah yang dilakukan sendirian. Jika

beban kerja terlalu berat dan asupan makanan tidak seimbang Ny.R kehilangan banyak

kalori dan lemak. Hal ini merupakan factor yang mempengaruhi kekurangan energi

kronik pada Ny.R

4.2.1 Penatalaksanaan Kekurangan energi kronik

4.2.1.1 Penatalaksanaan Kekurangan Energi Kronik pada Ny.S

Ny. R diperiksa oleh Bidan dari mulai Tanda-Tanda Vital dengan tensi darah

120/80 mmHg Nadi 78x/m Suhu 36,7 Tinggi Badan 151 cm Berat Badan 45 kg (berat

badan sebelum hamil 35 kg) Mengukur LILA dengan hasil 20,5 cm IMT 15,35 Hb:

10,9 gr%. TFU 22 cm DJJ 140 x/m.

Ny.R dianjurkan dan dimotivasi untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang

nasi, lauk pauk sayuran dan buah-buahan, memberitahu ibu untuk mengolah makanan

yang benar, memberikan tablet Fe dan kalsium.

Penatalaksaan KEK pada ibu hamil di BPM Bian S yaitu pemberian pendidikan

kesehatan tentang nutrisi, pemberian tablet Fe, observasi BB dan pengukuran LILA.
Menurut asumsi penulis, Bidan melakukan penatalaksanaan KEK pada Ny.R

sudah sesuai dengan standar pelayanan Antenatal Care terpadu, namun bidan kurang

lengkap memberikan konseling mengenai gizi dan pemenuhan nutrisi pada ibu hamil

dengan KEK.

4.2.1.2 Upaya menangani KEK

a. Meningkatkan pendidikan gizi

Meningkatkan pendidikan gizi sangat berpengaruh terhadap pengetahuan ibu

hamil. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa upaya pemerintah untuk

menangani KEK sudah berjalan dengan semestinya. Namun Ny.S tidak mengikuti

posyandu hanya saja mendapatkan informasi mengenai gizi dari Bidan yang di BPM.

b. PMT

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menangani KEK salah satunya adalah

memenuhi kebutuhan PMT pemulihan bagi ibu hamil. PMT yaitu pemberian makanan

tambahan disamping makanan yang dimakan sehari-hari untuk mencegah kekurangan

energi kronis.

Hasil wawancara bahwa ibu dan suami tidak mengetahui PMT, padahal PMT ini

upaya pemerintah untuk menangangi KEK program ini sudah berjalan sesuai

anjurannya. Ketidaktahuan ini karena Ibu tidak mengikuti posyandu. Ibu tidak pernah

mendapatkan PMT selama kehamilan.

Hasil teori dan penelitian wawancara yang dilakukan, program PMT dilakukan

sudah sesuai dengan pemerintah. Namun Ny.R tidak melakukan anjuran penaganan

KEK hal ini menjadi faktor yang mempengaruhi KEK terhadap ibu hamil.
c. Pemeriksaan kehamilan secara teratur

Dari hasil penelitian dengan wawancara didapatkan bahwa P1 melakukan

pemeriksaan kehamilan tidak rutin setiap bulan, setiap pemeriksaan selalu dipantau

LILA, BB, dan kadar Hb dan mendapatkan terapi tablet Fe, asam folat dan kalsium.

Obat ini selalu diminum oleh P1.

Menurut Kemenkes 2010 salah satunya konsumsi tablet Fe selama hamil untuk

menambah kandungan zat besi yang berperan penting untuk pembentukan dan

mempertahankan sel darah merah.

Menurut teori astuti 2012 asuhan ibu hamil dengan KEK menganjurkan ibu untuk

ANC teratur, mengatur konsumsi makanan yang bergizi, menganjurkan ibu untuk

istirahat cukup, melakukan observasi BB, pengukuran LILA dan Pemberian makanan

PMT.

Berdasarkan hasil temuan penatalaksanaan KEK dengan teori sudah sesuai namun

ibu tidak melakukan kunjungan kehamilan setiap bulan. Hal ini menjadi salah satu

faktor yang mempengaruhi KEK pada ibu hamil.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi terjadinya KEK pada kehamilan yang meliputi faktor sosial ekonomi,

pekerjaan, pola makan, pengetahuan dan peran keluarga serta bidan. Setelah dilakukan

analisis pengujian secara pendekatan wawancara mendalam (In depth interview) diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

5.1.1 Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi terjadinya KEK pada ibu hamil

Faktor sosial ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya KEK pada

kehamilan. Narasumber dengan social ekonomi yang tergolong cukup kecenderungan

tidak mengalami hamil dengan KEK. Namun tidak menutup kemungkinan untuk kategori

sosial ekonomi yang cukup dapat mengalami kehamilan dengan Kekurangan Energi

Kronik (KEK).

5.1.2 Faktor pengetahuan yang mempengaruhi terjadinya KEK pada ibu hamil

Faktor pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya kehamilan dengan


KEK pada Ny.R. Pada temuan ini pada ibu hamil dengan riwayat SMP serta kurangnya
pengetahuan terhadap kehamilan, mempunyai kecenderungan untuk mengalami
kehamilan dengan KEK.

5.1.3 Faktor pola makan yang mempengaruhi terjadinya KEK pada ibu hamil

Faktor pola makan merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya kehamilan dengan
KEK pada Ny.R. Pada temuan ini pada ibu dengan pola makan yang sering namun tidak
teratur serta menu makanan yang kurang bervariasi dan pemenuhan gizi yang tidak
tercukupi selama gadis hingga sebelum hamil menyebabkan ibu mengalami KEK selama
hamil.
5.1.4 Faktor pekerjaan yang mempengaruhi terjadinya KEK pada ibu hamil

Faktor pekerjaan merupakan faktor yang memungkinkan mempengaruhi terjadinya


kehamilan dengan KEK pada Ny. R karena selama hamil Ny.R bekerja sebagai pedagang
es kelapa dan juga mengerjakan pekerjaan rumah, hal ini dapat mempengaruhi pada pola
makannya yang tidak teratur serta pemenuhan gizi yang tidak tercukupi karena Ny.R yang
terlalu sibuk bekerja.

5.2 Saran

Dengan melihat hasil dan kesimpulan terhadap faktor yang mempengaruhi terjadinya

ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK), penulis menyarankan:

5.2.1 Bagi Masyarakat

Disarankan masyarakat dapat memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya kehamilan dengan KEK sebelum merencanakan kehamilan serta melakukan

pemeriksaan sebelum dan saat kehamilan dengan petugas kesehatan yang berkompeten.

5.2.2 Bidan/ petugas kesehatan

Diharapkan bidan/ petugas kesehatan dapat meningkatkan penyuluhan dan konseling

tentang kehamilan dan tanda-tanda bahaya kehamilan serta meningkatkan kualitas

pelayanan bidan sesuai kewenangannya.

5.2.3 Bagi Institusi

Pada penulisan ini diharapkan dapat memberi masukan pada institusi pendidikan

untuk dijadikan sumber pustaka bagi penelitian kualitatif yang akan mendatang.

5.2.4 Bagi Peneliti Lain

Pada Peneliti lain tentang kejadian kek pada ibu hamil, plasenta previa dan
hidramnion agar dapat meneliti beberapa faktor yang belum terdapat pada penelitian lain

dan dapat dilakukan metode yang lebih baik lagi dalam melakukan penelitian, sehingga

dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian

lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai