PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan,
persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas dan
pengelolanya. (Kemenkes, 2016). Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah kematian
bayi dalam usia 1 tahun pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka ini
merupakan salah satu indikator derajat kesehatan suatu bangsa. (Kemenkes, 2015).
Menurut data WHO (Wolrd Health Organization), sekitar 810 wanita meninggal
dunia karena komplikasi kehamilan atau persalinan di seluruh dunia setiap harinya.
Antara tahun 2000 sampai tahun 2017, rasio kematian ibu turun sekitar 38% diseluruh
dunia. Pada tahun 2017 kematian ibu diperkirakan 295.000 wanita meninggal selama
dan setelah kehamilan dan persalinan. Rasio kematian ibudi negara berkembang pada
tahun 2017 adalah 462/100.000 kelahiran hidup disbanding 11/100.000 kelahiran hidup
2019 AKI Indonesia masih tetap tinggi, yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup. Padahal
target AKI Indonesia tahun 2015 adala 102 per 100.000 kelahiran hidup. Kepala Badan
Kependudukan dan Keluarga (BKKBN), Hasto Wardoyo, dalam acara Nairobi Summit
25) yang diselenggarakan pada tanggal 12-14 November 2019 menyatakan bahwa
tinginya AKI merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi Indonesia sehingga
menjadi salah satu komitmen prioritas nasional, yaitu mengakhiri kematian ibu saat
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 di Indonesia tidak
(SDGs) dengan target penurunan AKI menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2030 2. Berdasarkan dari Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) pada tahun 2012 menunjukkan adanya persoalan dalam pencapaian target AKI
di Indonesia, pada tahun 2012 mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan
Hasil laporan kinerja Ditjen Kesehatan masyarakat tahun 2016 melaporkan bahwa
persentase ibu hamil KEK di Indonesia sebesar 16,2% (Kemenkes, 2017). Hasil
pemantauan gizi (PSG) tahun 2016 melaporkan bahwa Provinsi Banten adalah salah satu
provinsi dengan angka resiko ibu hamil KEK sebesar 18%, angka tersebut diatas rata-
rata persentasi nasional yaitu sebesar 16,2%. Presentasi tertinggi adalah Provinsi Papua
sebesar 23,8% dan terendah Provinsi Sumatera Utara sebesar 7,6% (Kemenkes, 2017).
Menurut Badan Puslitbang Gizi dan Makanan Depkes RI Jawa Barat angka kejadian
Prevalensi KEK pada ibu hamil tahun 2013 secara nasional yaitu sebesar 24,2% dan
menurun menjadi 17,3% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018). Indicator presentase ibu
hamil KEK diharapkan turun sebesar 1,5% setiap tahunnya. Pada awal periode di tahun
2015, presentase ibu hamil KEK ditargetkan tidak melebihi 24,2% dan di akhir periode
pada tahun 2019 diharapkan maksimal ibu hamil dengan resiko KEK adalah sebesar
18,2%. Dasar penetapan presentase bumil KEK mengacu kepada hasil Riskesdas tahun
2013. Dengan ditetapkannya target tersebut, maka diharapkan presentase ibu hamil KEK
Menurut laporan Dinas Kesehatan Karawang, Angka Kematian Ibu (AKI) tahun
2019 yaitu 45 kasus. Penyebab kematian ibu paling banyak di Karawang adalah
gangguan sistem peredaran darah 17,7%, dan infeksi (sepsis maternal) 4,4%. Sedangkan
Angka Kematian Bayi (AKB) menurut Dinas Kesehatan Karawang tahun 2019 yaitu 157
kasus. Penyebab paling banyak yaitu disebabkan oleh Berat Badan Lahir Rendah
pneumonia 1,27 %, diare 0,6%, dan lain-lain 21,0 %. (Dinkes Karawang, 2019).
Berdasarkan data Puskesmas Telukjambe Timur tahun 2019, Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 0 atau tidak ada. Jumlah ibu hamil yang
mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK) yaitu ada 67 ibu hamil dari 1277 ibu
hamil yang ada di wilayah puskesmas Telukjambe Timur dan berdasarkan data dari
BPM Bidan Sapni tahun 2019 terdapat 3.586 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan
kehamilan di BPM Bidan S dan 140 orang diantaranya mengalami KEK. Ibu hamil
KEK yaitu keadaan ibu hamil yang menderita kekurangan makanan yang
pada ibu hamil. KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi
yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi
diantaranya: jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya.
Zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh.
Seperti yang diutarakan oleh Agustian pada penelitiannya tahun 2010 bahwa Penyebab
KEK belum diketahui secara pasti, namun penyebab utama dikarenakan karena
Dikarenakan indicator ini adakah indikator outcome, maka data hanya dapat
diperoleh melalui survei yang dilakukan setiap tahun, dengan definisi operasional
proporsi ibu hamil yang diukur lingkar lengan atasnya (LiLA) menggunakan pita LiLA
dengan hasil ukur kurang dari 23,5 cm terhadap jumlah ibu hamil yang diukur LiLA nya
pada periode tertentu dikali 100%. Hasil survei pemantauan status gizi (PSG) tahun
2017, menunjukan presentase ibu hamil dengan risiko KEK sebesar 14,8%, dimana
angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan presentase tahun lalu dan target yang
telah ditetapkan. Hal ini menjadi gambaran status gizi ibu hamil yang sesuai dengan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muliawati tahun 2012 faktor yang
mempengaruhi terjadinya KEK pada ibu hamil diantaraya faktor ekonomi dengan
(40%). Faktor umur sebagian besar berumur antara 21 – 35 tahun (90%). Faktor Paritas
1s/d 2 anak (76,7%). Faktor pola konsumsi makan ibu dengan pola konsumsi baik
(60%). Serta faktor penyakit infeksi pada ibu hamil sebagian besar tidak memiliki
infeksi (86,7%).
mendapatkan penanganan yang lebih baik (Dinkes DIY, 2017). Ibu hamil yang
mengalami KEK atau kurang gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada
perdarahan, dan terkena penyakit infeksi (Irianto, 2014). Dampak KEK terhadap proses
2012). Dampak KEK terhadap janin diantaranya beresiko terjadinya proses pertumbuhan
janin terhambat, keguguran atau abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan
Salah satu upaya dalam menurunkan kasus KEK pada ibu hamil ini yaitu melalui
deteksi dini pada ibu hamil melalui pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) yang
Selain deteksi dini pada saat kehamilan juga perlunya pengetahuan tenaga kesehatan
mengenai penatalaksanaan yang tepat jika terjadinya kasus KEK pada ibu hamil. Karena
mengingat banyak faktor yang belum pasti penyebab terjadinya KEK ini. Oleh karena
itu penulis tertarik untuk mengetahui “Faktor Penyebab Kejadian Kekurangan Energi
Untuk mengetahui faktor penyebab KEK pada ibu hamil Ny.R G2P1A0 di BPM Bidan S.
1.2.2.1 Untuk melakukan analisis faktor predisposisi terjadinya KEK pada Ny.R G2P1A0
di BPM Bidan S
1.2.2.2 Untuk mengetahui penatalaksanaan KEK pada kehamilan Ny.R G2P1A0 di BPM
Bidan S
Dapat mengetahui karakteristik pada ibu hamil dengan KEK, sehingga dapat
melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan ANC dan melakukan pencegahan melalui
pendidikan kesehatan kepada ibu dan keluarga serta dapat melakukan penatalaksanaan
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan dan dapat
Sebagai salah satu sumber informasi bagi masyarakat dan petugas kesehatan
utamanya bidan dalam upaya penurunan angka kejadian Kekurangan Energi Kronis
pengetahuan, beban kerja/aktivitas dan pola makan yang mempengaruhi KEK pada
1.5.1 Apakah penyebab dan faktor predisposisi terjadinya Kekurangan Energi Kronis
terhadap Ny.R ?
LANDASAN TEORI
2.1.1 Definisi
Kekurangan Energi Kronik (KEK) merupakan suatu kondisi dimana seorang ibu
hamil menderita kekurangan asupan makan yang berlangsung dalam jangka waktu lama
peningkatan kebutuhan zat gizi pada masa kehamilan tidak dapat terpenuhi
(Kemenkes,2015).
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah kekurangan energi yang memiliki dampak
buruk terhadap kesehatan ibu dan pertumbuhan perkembangan janin. Ibu hamil
dikategorikan KEK jika Lingkar Lengan Atas (LiLA) < 23,5 cm (Muliarini, 2015).
2.1.2 Etiologi
Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi
yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi
antara lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat
gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh
(Helena, 2013).
Menurut kemenkes (2015), ibu hamil KEK disebabkan oleh penyebab langsung dan
tidak langsung. Penyebab langsung ibu hamil KEK adalah konsumsi gizi yang tidak
cukup dan adanya penyakit tertentu yang diderita ibu, sedangkan penyebab tidak
langsungnya berupa persediaan makanan yang tidak cukup, pola asuh, kesehatan
Faktor – faktor yang menyebabkan Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu
Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah tingkat
social ekonomi (Departemen Gizi dan Kesmas FKM UI, 2011). Ekonomi seseorang
dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil maka kemungkinan besar sekali gizi yang
2) Pendidikan
Rendahnya pendidikan seorang ibu dapat mempengaruhi terjadinya risiko KEK, hal
ini disebabkan karena faktor pendidikan dapat menentukan mudah tidaknya seseorang
untuk menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang diperoleh. Latar belakang
pendidikan ibu adalah suatu faktor penting yang akan berpengaruh terhadap status
bahwa ibu hamil yang memiliki pendidikan SD ke bawah memiliki risiko KEK yang
lebih tinggi dibandingkan ibu yang memiliki latar belakang pendidikan SMP ke atas.
3) Pekerjaan
Ibu yang sedang hamil harus mengurangi beban kerja yang terlalu berat karena akan
4) Pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya. (Departemen Gizi dan Kesmas
5) Penyakit/infeksi
Hubungan infeksi (bakteri, virus, dan parasit) dan kekurangan gizi merupakan
hubungan sinergis yang artinya infeksi akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat
malnutrisi dan terkena penyakit infeksi, dengan mekanisme patologis yang dapat
akibat diare, mual/ muntah. Selain itu penyakit yang umum terkait dengan masalah gizi
antara lain tuberculosis, campak dan batuk rejan (whooping cough) (Supariasa, 2013).
pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai
keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu
meningkat maka pengetahuan nutrisi dan praktek nutrisi bartambah baik. Usaha-usaha
untuk memilih makanan yang bernilai nutrisi semakin meningkat, ibu-ibu rumah tangga
yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi dari
7) Pola Konsumsi
Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, pada umumnya wanita lebih
memberikan perhatian khusus pada kepala keluarga dan anak-anaknya. Ibu hamil harus
mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000 kalori / hari Jika ibu tidak punya kebiasaan
buruk seperti merokok, pecandu dsb, maka status gizi bayi yang kelak dilahirkannya
2.1.3 Diagnosa
Lingkar lengan atas (LiLA) sudah digunakan secara umum di Indonesia untuk
mengidentifikasi ibu hamil resiko Kurang Energi Kronis (KEK). Menurut Departemen
Kesehatan batas ibu yang disebut KEK jika ukuran LiLA <23,5 cm. (Adriani, 2012)
Kurang energi kronis pada orang dewasa dapat diketahui dengan indeks massa
tubuh yang diukur dari perbandingan antara berat dan tinggi badan. Bila IMT kurang
Tanda gejala dari seorang ibu yang menderita Kurang Energi Kronik (KEK) adalah
1)Lingkar lengan kiri atas kurang dari 23,5 cm (kecuali orang kidal, yang digunakan
4)Jika hamil cenderung melahirkan bayi secara premature atau jika melahirkan secara
normal berat badan lahirnya rendah atau kurang dari 2500 gram. (Arisman, 2010).
Faktor resiko ada kaitannya dengan ciri yang biasa dimiliki oleh ibu dengan KEK
diantaranya:
a. Usia
Usia ibu yang beresiko melahirkan bayi kecil adalah kurang dari 20 tahun dan lebih
dari 35 tahun. Ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dikatakan memiliki resiko
KEK yang lebih tinggi. Usia ibu hamil yang terlalu muda, tidak hanya meningkatkan
resiko KEK namun juga berpengaruh pada banyak masalah kesehatan ibu lainnya
bahwa sebagian besar responden yang berada pada kategori umut 20-35 tahun tidak
mengalami KEK, dari 37 orang hanya 6 orang (16,2%) yang mengalami KEK. Ibu
dengan kategori umur >35 tahun, dari 7 orang terdapat 1 orang (10%) yang mengalami
KEK. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu umur ibu dapat mempengaruhi status gizi ibu
b. Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup
1) Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali dengan
janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau
2) Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan
tahun/kehamilan yang terlalu sering dapat menyebakan gizi kurang karena dapat
menguras cadangan zat gizi tubuh serta organ reproduksi belum kembali sempurna
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati, disebutkan bahwa jika ibu
yang terlalu sering hamil dan melahirkan maka ibu akan memiliki anak yang banyak
sehingga dapat mengakibatkan kebutuhan hidup semakin banyak terutama dalam hal
kebutuhan nutrisi. Ibu yang memiliki anak banyak dengan ekonomi kurang akan
memiliki kesulitan memperhatikan dirinya sendiri, ditambah jika ibu hamil bisa saja
kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi karena kesibukan yang dilakukan mengurus rumah
tangga. Dan harus berbagi makanan dengan anggota keluarga sementara ibu hamil harus
c. Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. Penelitian
menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya
lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi
anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun.
mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki
probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan
jarak kelahiran dibawah 2 tahun. Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan
kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak
mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi berikut
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Puli dijelaskan bahwa menurut penelitian
yang dilakukan oleh Joan bahwa pekerjaan dapat mengukur status sosial ekonomi serta
masalah kesehatan dan kondisi tempat seseorang bekerja. Wanita yang berperan sebagai
ibu rumah tangga dalam hidupnya memiliki tingkat kesehatan yang lebih rendah
dibandingkan wanita yang memiliki pekerjaan dan rutinitas di luar rumah selain
berperan sebagai ibu rumah tangga disamping mengurusi rumah tangga dan anak seperti
Dari penelitian oleh Puli didapatkan pula penjelasan bahwa pekerjaan pada wanita
wanita pra-konsepsi tidak bekerja namun suami atau keluarga wanita pra-konsepsi
memiliki pekerjaan dengan jumlah penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
Metode pemantauan status gizi yang umum dipakai ialah mencatat pertambahan
berat badan secara teratur selama kehamilan dan membandingkannya dengan berat
badan saat sebelum hamil, bila informasi tersebut tersedia. Status gizi ibu hamil yang
baik selama proses kehamilan, harus mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10-12
kg. Yaitu pada trimester pertama kenaikanya kurang dari 1 kg, sedangkan pada trimester
kedua kurang lebih 3 kg dan trimester ketiga kurang lebih mencapai 6 kg. Metode untuk
untuk mengetahui status gizi ibu hamil melalui pertambahan berat badan yang optimal
selama masa kehamilan adalah penting untuk mengetahui BMI (Body Mass Index)
Dalam pedoman Depkes disebutkan intervensi yang diperlukan untuk Wanita Usia
Subur (WUS) atau ibu hamil yang menderita resiko KEK dapat diketahui dengan Indeks
Masa Tubuh (IMT) kurang dari 18,5 dikatakan KEK. (Hindayani, 2015)
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
IMT =
18% dan hemoglobin 19%. Keadaan ini disebut sebagai anemia fisiologis atau
Penyebab utama anemia pada ibu hamil dengan KEK tersebut adalah kurang
memadainya asupan makanan sumber Fe, meningkatnya kebutuhan Fe saat hamil dan
menyusui (perubahan fisiologi), dan kehilangan banyak darah. Anemia disebabkan oleh
ketiga faktor itu terjadi secara cepat saat cadangan Fe tidak mencukupi peningkatan
Ibu hamil dengan masalah gizi akan berdampak terhadap kesehatan dan
keselamatan ibu. Kondisi ibu hamil KEK berisiko terjadi partus lama, perdarahan pasca
salin bahkan kematian ibu karena adanya penurunan kekuatan otot yang membantu
menyebabkan perdarahan, gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia, berat
badan ibu tidak bertambah secara normal, terkena penyakit infeksi dan dapat
berpengaruh pada proses persalinannya yaitu persalinan sulit dan lama, terjadi persalinan
operasi.
Kondisi KEK pada ibu hamil juga berisiko terhadap bayi yang dikandungnya antara
lain kematian janin (keguguran), prematur, lahir cacat dan bayi berat lahir rendah
(BBLR). BBLR berpotensi mengalami masalah gizi sepanjang siklus kehidupan dan
akan berulang pada generasi selanjutnya serta merupakan penyebab utama kematian
bayi (Kemenkes, 2015). Selain itu menurut Adriani dan Wirjatmadi (2016), KEK pada
ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal, anemia
apabila dilakukan kegiatan meliputi peningkatan asupan makanan yang cukup secara
kualitas (jumlah makanan yang dimakan) serta kualitas (variasi makanan dan zat gizi
yang yang sesuai kebutuhan) serta suplementasi zat gizi yang harus dikonsumsi oleh ibu
hamil yaitu tablet tambah darah berisi zat besi dan asam folat, kalsium, seng, vitamin A,
kecacingan, malaria, HIV, TBC dan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
yaitu dengan selalu menggunakan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat,
memberantas jentik nyamuk seminggu sekali, makan buah dan sayur setiap hari,
melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah, persalinan oleh
tenaga kesehatan, memberi ASI Eksklusif dan menimbang balita setiap bulan merupakan
upaya yang harus dilakukan dalam rangka mencegah terjadinya KEK pada Wanita Usia
Dalam rangka penanggulangan KEK pada ibu hamil perlu dilakukan beberapa
A. Pendataan
Pendataan dilakukan pada ibu hamil di wilayah kerja yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dibantu oleh masyarakat desa atau kader. Pendataan meliputi nama, usia dan
alamat.
B. Pelayanan
Pelayanan gizi dilakukan pada ibu hamil berupa pemeriksaan antropometri (BB,
TB, LiLA). Pelayanan gizi pada ibu hamil mengikuti standar antenatal terpadu yang
meliputi timbang berat badan dan ukur tinggi badan, nilai status gizi (ukur LiLA),
memberikan Tablet Tambah Darah (TTD), tatalaksana kasus, dan temu wicara atau
menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin, skrining status imunisasi tetanus
tenaga kesehatan lainnya. Secara rinci pelayanan gizi ibu hamil diuraikan sebagai
berikut:
a. Penapisan
Penapisan dilakukan pengukuran LiLA, hasil laboratorium dan ada tidaknya penyakit.
Selain status gizi perlu diperhatikan kondisi ibu hamil yang berisiko. Disebut Ibu Hamil
Risiko Tinggi bila TB < 145 cm dan atau BB < 45 kg pada seluruh usia kehamilan,
c. Pelayanan Gizi
Pelayanan gizi pada ibu hamil terintegrasi di dalam pelayanan Antenatal terpadu.
dan rehabilitatif yang meliputi pelayanan KIA, Gizi, Pengendalian Penyakit Menular,
Penyakit Tidak Menular, Ibu hamil yang mengalami kekerasan selama kehamilan serta
program spesifik lainnya sesuai dengan kebutuhan. Setiap ibu hamil mempunyai risiko
mengalami masalah gizi terutama KEK, sehingga semua ibu hamil harus menerima
terpadu meliputi deteksi dini, pengobatan dan penanganan gizi yang tepat terhadap
gangguan kesehatan ibu hamil termasuk masalah gizi terutama KEK; Persiapan
masalah gizi pada ibu hmail KEK; Pencegahan terhadap penyakit dan komplikasinya
Pelayanan gizi pada ibu hamil KEK harus ditangani sesuai standar dan kewenangan
Pengkajian gizi dilakukan dengan interpretasi data antropometri, biokimia, klinis asupan
- Interpretasi data antropometri menggunakan LILA (KEK jika LILA < 23,5 cm), IMT
Diagnosis gizi adalah menentukan masalah gizi berdasarkan Problem, Etiologi, dan Sign
serta symptom (PES). Diagnosis gizi bersifat spesifik serta terkait dengan hal-hal yang
berhubungan dengan malnutrisi dan perilaku makan. Diagnosis gizi berbeda dengan
diagnosis medis.
3. Intervensi Gizi
Strategi intervensi gizi kepada ibu hamil KEK mengacu pada 4 kategori yaitu:
1) Penyediaan makanan
komposisi zat gizi, bentuk makanan dan frekuensi pemberian dalam sehari).
- Perhitungan kebutuhan energi per individu ditambah 500 kkal untuk usia kehamilan
dan zat gizi ditambah dengan 500 kkal sebagai penambahan energi selama kehamilan.
Bentuk penambahan energi 500 kkal dapat berupa Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) pada ibu hamil KEK. PMT dapat berupa pangan lokal atau pabrikan dan
minuman padat gizi. Untuk PMT ibu hamil pabrikan 500 kkal, 15 gr protein,
2) Konseling gizi
Konseling gizi dilakukan dengan tujuan membantu ibu hamil KEK dalam memperbaiki
status gizinya melalui penyediaan makanan yang optimal agar tercapai berat badan
standar.
Tahapan konseling:
- Mendiskusikan prioritas perubahan perilaku bersama dengan ibu hamil agar dapat
- Menjelaskan bagaimana prinsip gizi seimbang bagi ibu hamil dan PHBS.
dengan cara mengajarkan ibu bagaimana mengganti bahan makanan dengan bahan
makanan yag sejenis (contoh makanan sumber energi nasi bisa diganti dengan
protein hewani, nabati, sayur dan buah) serta penambahan energi sesuai dengan
diberikan dalam bentuk makanan selingan 2-3 kali sehari, dalam bentuk makanan
- Menyarankan ibu hamil untuk mengatasi rasa bosan dari PMT pabrikan, maka
diberikan resep modifikasi PMT pabrikan seperti puding biskuit, puding susu, biskuit
- Menyarankan ibu hamil untuk menambah waktu istirahat dengan berbaring 1 jam
- Melakukan evaluasi konseling yang dilakukan dengan cara menanyakan ulang kepada
ibu hamil tentang bagaimana pola makan yang baik bagi ibu hamil.
Jika belum waktu berkunjung ulang tiba, ibu ada keluhan/permasalahan yang terkait
dengan pemberian makan ibu hamil dapat menghubungi tenaga gizi atau tenaga
kesehatan terdekat.
- Memotivasi ibu hamil KEK untuk meningkatkan asupan makanan sehari-hari dan
Tujuan monitoring dan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan
kemajuan status gizi ibu hamil KEK dalam melaksanakan praktek pemberian makan ibu
hamil. Indikator monitoring evaluasi meliputi kenaikan BB, peningkatan LILA, dan
(menjadi 1.980-2280 kkal/hari). Ini berarti sama dengan menambah 1 potong (50 gr)
daging sapi atau 2 buah apel dalam menu sehari. Selanjutnya pada trimester II dan III,
tambahan energy yang dibutuhkan meningkat menjadi 300 kkal/hari, menjadi 2500
kkal/hari atau sama dengan mengkonsumsi tambahan 100 gr daging ayam atau minum 2
gelas susu sapi cair. Idealnya kenaikan bb sekitar 500 gr/minggu. Kebutuhan makan ibu
hamil dengan bb normal perhari yaitu nasi 6 porsi, sayuran 3 mangkuk, buah 4 potong,
susu 2 gelas, daging ayam/ ikan/telur 3 potong. Lemak/minyak 5 sendok the, gula 2
sendok makan. Sepanjang tahap kehamilan, ibu hamil membutuhkan konsumsi makanan
yang lebih dari semula, pola makanan yang tepat, juga asupan makronutrien yang
seimbang. Pemenuhan peningkatan asupan makanan ini berperan penting terhadap
Calon ibu kurang energy kronik perlu tambahan kalori. Walau menurut pedoman
gizi seimbang, kebutuhan gizi ibu hamil adalah 2200 kalori ditambah 300 kalori
sehingga menjadi 2500 kalori, namun untuk ibu kurang energy kronik sebaiknya
ditingkatkan menjadi 2800 kalori. Tujuannya agar BB naik, diharapkan BB naik sekitar
12,5 – 18,5 kg. dan konsumsi makanan berkalori tinggi, namun dalam bentuk segar,
seperti macaroni skotel isi daging, susu, keju, dan wortel atau frenh fries dengan ayam
goreng tepung dan selada sayur. Usahakan menambahkan susu, keju dan gula. Serta
mengkonsumsi PMT-P 1 hari 2 kali selama 1 minggu sesuai program yang telah
Disebutkan pada buku gizi kesehatan reproduksi menyebutkan bahwa zat yang
diperlukan tubuh adalah protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air (Banudi
2013). Diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT) bagi ibu hamil dengan KEK.
Tabel 6. Diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT) dalam satu hari
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai gizi 2.890 kalori, protein 103 gram, lemak
73gram dan karbohidrat 420 gram. Diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT) dilakukan
dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung nilai gizi seperti atau mendektai
tabel di atas. Sementara itu, bahan makanan yang dianjurkan sebagai berikut:
METODELOGI PENELITIAN
pendekatan kualitatif ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam
penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori ini juga bermanfaat
untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan
difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam,
Peneliti mendapatkan data tentang subyek penelitian ini pada 3 informan. Data
yang diperoleh yaitu hasil wawancara pada bidan sebagai pelaksana dalam
penatalaksanaan ibu dengan KEK, Ny. R sebagai ibu hamil dengan KEK, serta suami.
bentuk narasi.
Instrument penelitian ini didapatkan dari alat dan media berupa kamera, buku KIA
dalam penelitian ini bersifat semi terstruktur (semi struktur interview), sehingga
bisa digunakan berulang pada informan yang sama. Wawancara adalah pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Tujuan dari wawancara ini
3. Pendokumentasian menggunakan alat tulis untuk mendapatkan data yang ada dalam
4. Validasi data
kepada orang yang berkaitan serta melihat dokumentasi dan melakukan observasi
a. Bidan (B1)
c. Suami (P2)
Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
kegiatan. Hasil wawancara akan dicatat. Kemudian disalin dalam bentuk transkip
2. Reduksi Data
Suatu proses seleksi, penyederhanaan data, sehingga menjadi fokus dan abstraksi.
sesuai dengan konteks peneliti dan mengabaikan kata-kata yang tidak perlu sehingga
Melakukan pemeriksaan atau telaah ulang terhadap data yang diperoleh, kemudian
Menyimpulkan hasil penyajian data yang masih dalam bentuk narasi atau kutipan
Setelah peneliti melakukan penelitian pada bagian ini akan menguraikan hasil
mendalam (In deph interview) terhadap analisi kasus kejadian ibu hamil dengan KEK..
penelitian. Analisis data ini telah dilakukan sejak awal dan bersamaan dengan proses
(Narasumber 2), serta Bidan S (Narasumber 3). Paparan ini penting untuk memberikan
1) Narasumber 1
Ny.R (P1) usia 29 tahun, agama Islam, suku bangsa sunda, pendidikan terakhir SMP,
pekerjaan pedagang, golongan darah ibu A, alamat di Dusun Sukajaya RT/RW 03/06
2) Narasumber 2
Tn. A (S1) usia 35 tahun, agama Islam, suku bangsa sunda, pendidikan terakhir SMA,
3) Narasumber 3
Bidan S ( B1) usia 51 tahun , agama islam, suku bangsa sunda pendidikan terakhir DIII
Kebidanan, pekerjaan sebagai bidan desa dan bekerja di puskesmas Telukjambe serta
mempunyai BPM sendiri. Alamat di Dusun Babakan RT/RW 01/01 Desa Puseurjaya
Pada hari Senin, 10-02-2019 Ny.R diantar suaminya ke BPM Bidan S untuk
hanya ingin memeriksakan kehamilannya. Ini adalah kehamilan yang kedua, sudah
pernah melahirkan 1 kali dan tidak pernah keguguran. HPHT tanggal 23-06-2019, TP
tanggal 31-03-2020, dan usia kehamilan saat ini yaitu 37 minggu 5 hari. Pergerakan
janin yang dirasakan terakhir kali lebih dari 13 kali, kuat. Status imunisasi terakhir yaitu
TT3 pada tanggal 20-11-2019 di BPM Bidan S. Selama hamil ibu hanya memeriksakan
kehamilannya 2 kali di BPM Bidan S. Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
seperti Hipertensi, Diabetes mellitus, asthma dan lainnya. Hasil pemeriksaan : Tanda-
tanda vital: TD : 120/80 mmHg, Nadi: 78x/m, Suhu : 36,7 x/m, Tinggi Badan : 151 cm,
Berat Badan sekarang : 45 kg , Berat badan sebelum hamil : 40 kg, LILA : 20,5 cm,
IMT= 40/(151)2= 17,54, TFU: 22 cm, Leopold I : Teraba bulat lunak dan tidak
melenting, Leopold II : Kanan: teraba bagian keras memanjang. Kiri: teraba bagian-
bagian kecil janin, Leopold III: Teraba bulat, keras, dan melenting, DJJ: 140 x/m,
Diagnosa : Ibu G2P1A0 Usia Kehamilan : 32 minggu 5 hari dengan KEK. Janin hidup
seimbang seperti nasi, lauk pauk sayuran dan buah-buahan untuk menambah nutrisi
ibu.
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan tidak melakukan aktivitas yang
terlalu berat
3. Menganjurkan ibu untuk selalu minum tablet Fe 1x 1 hari diminum sebelum tidur
4. Memberitahu ibu untuk mengolah makanan yaitu: makanan jangan terlalu lama
disimpan, jenis sayuran segera dihabiskan setelah diolah karena akan menyebabkan
hilangnya vit B.
a. Pengetahuan
Pengetahuan partisipan mengenai nutrisi untuk ibu hamil dapat diketahui dari jawaban
partisipan terhadap beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Jawaban partisipan 1
dan 2 terhadap item pertanyaan mengenai pengetahuan nutrisi adalah sebagai berikut:
1. Makanan bergizi
P2: Gatau
P1: Gatau
P1: Taunya Cuma itu doang 4 sehat 5 sempurna paling ikan, sayur, tahu tempe.
bahwa tingkat pengetahuan ibu dan keluarga mengenai nutrisi ibu hamil pada umumnya
masih rendah karena hamper setengah dari jawaban yang diajukan tidak dijawab dengan
b. Pola Konsumsi
Pernyataan partisipan mengenai pola konsumsi ibu hamil dapat diketahui dari jawaban
partisipan terhadap beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Jawaban partisipan 1
dan 2 terhadap item pertanyaan mengenai pola konsumsi adalah sebagai berikut:
P1: Ya kadang sayur, tahu, tempe, ya gitu weh makanan yang kita makan sehari-hari.
Jarang sih makan kayak daging ayam yang kayak gitu mah, paling kadang-kadang.
P1: Sayur bayam habis 1 mangkuk namun tanpa nasi. Saya sangat jarang makan
P1: Kalau makan buah mah jarang sih paling buah apel, pear, jeruk, itu aja sih
gapernah yang aneh-aneh. Paling buah naga yang dicampur sama es.
P1: Saya suka ngemil wafer, kue yang dijual Rp 500,- di warung. Biasanya saya habis
>2 bungkus/hari.
P2: Suka, istri saya ngemil makanan yang ada diwarung sebelah aja palingan
P1: Minum, awalnya susu buat hamil habis 1 dus, terus saya ganti jadi susu ultramilk
yang dijual kemasan kotak itu yang siap diminum kadang juga susu beruang soalnya
kalau susu kehamilan itu gaenak, suka mual. Saya minum susu sekitar 1-2 kali sehari
tapi engga setiap hari sih kadang dua hari sekali, ga nentu.
7. Pantangan makan
P1: Gaada
P2: Gaada
P1: Gaada
P2: Gaada
9. Porsi makan
P1: Satu porsi, nasi 1 piring kecil dan tahu atau tempe atau telur, terkadang ikan atau
daging.
P1: Saya sering makan 3 – 4 nasi 1 porsi kecil habis, roti yang sari roti 1 habis
P1: 3 – 4x/hari ,setiap jam 09.00 atau jam 10.00 kadang-kadang itujuga, terus kadang
1 jam kemudian makan lagi tapi cuma sedikit. Ga nentu sih, kadang kalau suami
P1: Beli, masak mah jarang kalau lagi pengen kalau lagi mood masak. Jarang sih
jarang masak, sok beli wae, praktis sih soalnya kan aku jualan jadi suka repot.
P1: Masak sayur bayam paling bening gitu, gapake bumbu macem-macem paling
pake garem doang sih soalnya saya lebih suka sayur bening.
P2: Biasanya masak sayur bayam bening aja sih gapake apa-apa
Dari jawaban kedua partisipan terhadap 13 item pertanyaan tersebut dapat disimpulkan
bahwa makanan yang dikonsumsi yaitu tahu, tempe, telur, lauk pauk, buah-buahan dan
sayuran. Pola makan ibu sedikit tapi sering, namun ibu masih kurang rutin makan sayur
c. Pendapatan
Pernyataan partisipan mengenai pendapatan keluarga Tn.A dapat diketahui dari jawaban
partisipan terhadap beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Jawaban partisipan 1
dan 2 terhadap item pertanyaan mengenai pola konsumsi adalah sebagai berikut:
P1: Paling sebulan Rp 3.000.000 – 6.000.000 gimana ramenya aja sih soalnya kan
jualan
P2: Ga nentu sih soalnya kan jualan jadi gimana ramenya aja
Dari jawaban kedua partisipan terhadap dua item pertanyaan tersebut dapat disimpulkan
Pernyataan partisipan mengenai beban kerja/aktivitas Ny.R dapat diketahui dari jawaban
partisipan terhadap beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Jawaban partisipan 1
dan 2 terhadap item pertanyaan mengenai beban kerja/aktivitas adalah sebagai berikut:
P1: Iya, saya jualan es kelapa didepan rumah. Paling kalau pagi nganter anak
sekolah terus kalau pekerjaan rumah sehari-hari mah paling nyapu, cuci piring,
P2: Istri saya jualan es kelapa didepan rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah
Dari jawaban kedua partisipan terhadap satu item pertanyaan tersebut dapat disimpulkan
bahwa ibu berjualan es kelapa di depan rumahnya dan ibu melakukan pekerjaan rumah
sendiri mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, hal ini bisa membutuhkan energy yang
dapat diketahui dari jawaban partisipan terhadap beberapa pertanyaan yang diajukan
P1: Berat badan, tensi, periksa perut, dan suntik imunisasi, ukur lingkar lengan
B1: Pemeriksaan BB, TD, LILA, Palpasi abdomen, TFU, DJJ, leopold 1-IV
urine.
P1: Bidan suka ngasih tahu harus makan bergizi kaya sayuran, buah-buahan, lauk
B1: Memberitahu makanan yang baik dikonsumsi ibu hamil seperti sayuran, buah-
P1: Engga tau Namanya lupa, pokonya ada 3 macam obat yang bidan kasih kalau
meriksa hamil, yang tau mah obat tambah darah aja yang warna merah.
B1: Hufabion, calcifar, dan folarin.
Dari jawaban kedua partisipan terhadap tiga item pertanyaan tersebut dapat disimpulkan
bahwa penatalaksanaan ibu hamil dengan KEK di BPM Bidan S sudah sesuai dengan
asuhan antenatal care terpadu, namun bidan kurang lengkap memberikan konseling
Dari hasil wawancara ditemukan bahwa pendapatan keluarga satu bulan untuk
400.000/bulan, kebutuhan sehari hari – hari paling 2.000.000/bulan, dan bayar listrik
faktor pendapatan yang tidak menentu, kadang mencukupi dan terkadang tidak
pendapatan, semakin bertambah pula pengeluaran untuk belanja makanan. Hal ini
akan makanan yang memiliki nilai gizi dengan jumlah yang cukup. Dengan demikian,
pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan
(Najoan, 2011).
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya (Departemen Gizi dan Kesmas
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Diza Fathamira Hamzah dengan judul
factor yang mempengaruhi KEK pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Langsa
Kota Provinsi Aceh tahun 2016 bahwa ada pengaruh antara KEK dengan pendapatan
ibu hamil, dengan dibawah UMK di bawah rata-rata sebanyak 54,8 % dan untuk diatas
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahirawati (2014) yang
penghasilan dengan kejadian KEK pada ibu hamil. Dimana proporsi kejadian resiko
KEK pada ibu hamil berpenghasilan dibawah UMR lebih banyak (58%) dibandingkan
menyebutkan bahwa sebagian besar responden yang berpendapatan di atas UMR tidak
mengalami KEK, hanya terdapat 2 orang responden (6,9%) yang berpendapatan di atas
UMR mengalami KEK. Responden yang berpendapatan di bawah UMR terdapat 5
orang (10,6%) yang mengalami KEK. Kesimpulan dari penelitian di atas yaitu status
Dari hasil temuan serta dipadukan dari teori dan hasil penelitian Stephanie dan
Kronik (KEK) pada ibu hamil karena faktor social ekonomi yang dialami oleh Ny.R
yang didapatkan yaitu faktor sosial ekonominya tidak menentu, kadang mencukupi
untuk keperluannya sehari-hari dan terkadang tidak mencukupi untuk keperluan sehari-
4.2.1.2 Pengetahuan
Berdasarkan hasil temuan bahwa tingkat pengetahuan ibu dan keluarga mengenai
nutrisi ibu hamil pada umumnya masih rendah karena hampir setengah dari jawaban
yang diajukan tidak dijawab dengan tepat atau jawaban tidak sesuai dengan yang
seharusnya. Bagian penting dari pengelolaan gizi adalah pengetahuan, kurangnya daya
beli merupakan suatu kendala, tetapi defisiensi akan banyak berkurang bila orang
mengetahui bagaimana menggunakan daya beli yang ada. Menurut Sediaoetama 1987
sumber daya yang ada untuk mendapatkan bahan makanan. Pemilihan makanan dan
kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap makanan dan praktek-
dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai asosiasi yang positif dengan
menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan
nutrisi dan praktik nutrisi bertambah baik. Usaha-usaha untuk memilih makanan yang
bernilai nutrisi makin meningkat, ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan
nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi dari pada yang kurang bergizi.
Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan tentang nutrisi ibu hamil masih kurang dan
karena faktor psikis ibu yang setiap harinya dari semasa ibu masih remaja tidak
memenuhi makanan gizi seimbang, maka Ny.R mengalami KEK hal ini juga
dan sayuran. Dalam satu hari Ny.R makan nasi 1 porsi piring kecil, tahu, tempe, lauk
pauk jarang, sayuran jarang, 1 buah apel , dan frekuensi makan 3 – 4 x/hari.
Berdasarkan hasil penelitian, pola makan ibu sering, namun menu makanan tidak
Pola makan yang baik selalu mengacu kepada gizi seimbang yaitu terpenuhinya
semua zat gizi sesuai dengan kebutuhan dan seimbang. Sedangkan terdapat enam unsur
gizi yang harus dipenuhi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air.
Karbohidrat, protein dan lemak merupakan zat gizi makro sebagai sumber energi,
sedangkan vitamin dan mineral merupakan zat gizi mikro sebagai pengatur kelancaran
Waryana (2010) yang menyatakan bahwa pada wanita hamil membutuhkan lebih
banyak zat gizi dari selama hamil maupun sebelum hamil dan pertumbuhan janin
tergantung dari penyediaan zat gizi dari ibu hamil. Kategori Angka Kecukupan Gizi
(AKG) ibu hamil berdasarkan permenkes No 75 tahun 2013, kebutuhan energi pada
masa kehamilan trimester I, II, III mengalami peningkatan yang signifikan, dimana
kebutuhan energi ibu hamil dibutuhkan untuk pertumbuhan janin dan plasenta serta
Menurut hasil penelitian Gotri, dkk (2016), kalori ini diperlukan ibu untuk dapat
berfungsi dengan baik. Ibu hamil yang mengalami KEK selama kehamilan memiliki
resiko tinggi melahirkan bayi dan mengalami kerusakan otak dan sum sum tulang
karena 2-5 minggu pertama adalah pembentukan sistem saraf dan cenderung akan
melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Berdasarkan hasil penelitian ini,
maka ibu hamil yang pola makannya buruk akan cenderung mengalami kurang energi
kronik karena kebutuhan gizi ibu hamil banyak, selain untuk tubuh ibu sendiri juga
untuk bayi dikandungannya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Khifdiyatus
Sa’adah (2013) yang menemukan adanya hubungan nutrisi dengan kejadian Kurang
Menurut asumsi peneliti berdasarkan temuan dengan disertai teori dan hasil
penelitian, factor pola makan Ny.R tidak sesuai dengan gizi seimbang selain itu juga
factor pemenuhan nutrisi selama masa gadis yang begitu kurang dapat memungkinkan
terjadinya kehamilan dengan KEK. Tindak lanjut yang bisa dilakukan adalah
memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan dan kebutuhan gizi ibu hamil
dan resiko apabila tidak terpenuhinya kebutuhan gizi ibu hamil bagi ibu dan janin yang
di kandungannya.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa Ny.R bekerja sebagai pedagang dan sebagai
ibu rumah tangga ,setiap hari melakukan pekerjaan rumah sendiri terkadang dibantu
oleh suami.
Menurut Departemen Gizi dan Kesmas FKM UI (2011), ibu yang sedang hamil
harus mengurangi beban kerja yang terlalu berat karena akan memberikan dampak
kurang baik terhadap kehamilannya (Departemen Gizi dan Kesmas FKM UI, 2011).
Selama kehamilan tidak ada larangan bagi seorang ibu hamil untuk bekerja di luar
rumah. Namun dalam melakukan aktivitas atau pekerjaan ibu harus memperhatikan
jenis dan beban pekerjaan yang dilakukan. Seorang ibu yang bekerja dari pagi sampai
sore tanpa istirahat dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada tubuh yang akan
memicu terjadinya kehamilan berisiko. Selain itu pekerjaan akan mempengaruhi status
Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan dalam jurnal yang berjudul “Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Kurang Energi Kronis (Kek) Ibu Hamil Di
Kabupaten Kediri” oleh Nining Tyas Triatmaja pada tahun 2017. Pekerjaan ibu dalam
penelitian ini tidak berhubungan dengan status KEK (p>0.05). Status KEK banyak
dijumpai pada ibu yang tidak bekerja. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang
menyatakan bahwa ibu yang tidak bekerja tidak mempunyai pendapatan tambahan bagi
keluarga sehingga apabila hal tersebut didukung dengan pendapatan suami yang rendah
status sosioekonomi keluarga dalam penelitian ini tidak berhubungan dengan status
KEK, namun terlihat status KEK banyak dijumpai pada ibu yang mempunyai status
ekonomi keluarga yang kurang. Tingkat sosial ekonomi yang rendah akan
menyebabkan rendahnya daya beli terhadap pangan sehingga ibu tidak dapat
pada ibu. Tingkat sosial ekonomi keluarga juga mempengaruhi kualitas makanan yang
dikonsumsi (Najoanet al., 2010) sehingga ibu hamil tidak dapat mengonsumsi pangan
dengan harga yang cukup tinggi, seperti daging, ikan, susu dan protein hewani lainnya
(Khan et al., 2009). Kurangnya konsumsi pangan merupakan penyebab langsung dari
KEK.
seseorang dengan tingkat aktifitas yang cukup berat setiap harinya dan tidak diimbangi
dengan asupan makan yang adekuat maka tubuhnya lebih rentan terkena penyakit
infeksi dan mengakibatkan kekurangan energi kronis. Karena pola makan yang tidak
seimbang digunakan dengan beban kerja di rumah yang dilakukan sendirian. Jika
beban kerja terlalu berat dan asupan makanan tidak seimbang Ny.R kehilangan banyak
kalori dan lemak. Hal ini merupakan factor yang mempengaruhi kekurangan energi
Ny. R diperiksa oleh Bidan dari mulai Tanda-Tanda Vital dengan tensi darah
120/80 mmHg Nadi 78x/m Suhu 36,7 Tinggi Badan 151 cm Berat Badan 45 kg (berat
badan sebelum hamil 35 kg) Mengukur LILA dengan hasil 20,5 cm IMT 15,35 Hb:
nasi, lauk pauk sayuran dan buah-buahan, memberitahu ibu untuk mengolah makanan
Penatalaksaan KEK pada ibu hamil di BPM Bian S yaitu pemberian pendidikan
kesehatan tentang nutrisi, pemberian tablet Fe, observasi BB dan pengukuran LILA.
Menurut asumsi penulis, Bidan melakukan penatalaksanaan KEK pada Ny.R
sudah sesuai dengan standar pelayanan Antenatal Care terpadu, namun bidan kurang
lengkap memberikan konseling mengenai gizi dan pemenuhan nutrisi pada ibu hamil
dengan KEK.
menangani KEK sudah berjalan dengan semestinya. Namun Ny.S tidak mengikuti
posyandu hanya saja mendapatkan informasi mengenai gizi dari Bidan yang di BPM.
b. PMT
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menangani KEK salah satunya adalah
memenuhi kebutuhan PMT pemulihan bagi ibu hamil. PMT yaitu pemberian makanan
energi kronis.
Hasil wawancara bahwa ibu dan suami tidak mengetahui PMT, padahal PMT ini
upaya pemerintah untuk menangangi KEK program ini sudah berjalan sesuai
anjurannya. Ketidaktahuan ini karena Ibu tidak mengikuti posyandu. Ibu tidak pernah
Hasil teori dan penelitian wawancara yang dilakukan, program PMT dilakukan
sudah sesuai dengan pemerintah. Namun Ny.R tidak melakukan anjuran penaganan
KEK hal ini menjadi faktor yang mempengaruhi KEK terhadap ibu hamil.
c. Pemeriksaan kehamilan secara teratur
pemeriksaan kehamilan tidak rutin setiap bulan, setiap pemeriksaan selalu dipantau
LILA, BB, dan kadar Hb dan mendapatkan terapi tablet Fe, asam folat dan kalsium.
Menurut Kemenkes 2010 salah satunya konsumsi tablet Fe selama hamil untuk
menambah kandungan zat besi yang berperan penting untuk pembentukan dan
Menurut teori astuti 2012 asuhan ibu hamil dengan KEK menganjurkan ibu untuk
ANC teratur, mengatur konsumsi makanan yang bergizi, menganjurkan ibu untuk
istirahat cukup, melakukan observasi BB, pengukuran LILA dan Pemberian makanan
PMT.
Berdasarkan hasil temuan penatalaksanaan KEK dengan teori sudah sesuai namun
ibu tidak melakukan kunjungan kehamilan setiap bulan. Hal ini menjadi salah satu
BAB V
mempengaruhi terjadinya KEK pada kehamilan yang meliputi faktor sosial ekonomi,
pekerjaan, pola makan, pengetahuan dan peran keluarga serta bidan. Setelah dilakukan
analisis pengujian secara pendekatan wawancara mendalam (In depth interview) diperoleh
5.1.1 Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi terjadinya KEK pada ibu hamil
Faktor sosial ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya KEK pada
tidak mengalami hamil dengan KEK. Namun tidak menutup kemungkinan untuk kategori
sosial ekonomi yang cukup dapat mengalami kehamilan dengan Kekurangan Energi
Kronik (KEK).
5.1.2 Faktor pengetahuan yang mempengaruhi terjadinya KEK pada ibu hamil
5.1.3 Faktor pola makan yang mempengaruhi terjadinya KEK pada ibu hamil
Faktor pola makan merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya kehamilan dengan
KEK pada Ny.R. Pada temuan ini pada ibu dengan pola makan yang sering namun tidak
teratur serta menu makanan yang kurang bervariasi dan pemenuhan gizi yang tidak
tercukupi selama gadis hingga sebelum hamil menyebabkan ibu mengalami KEK selama
hamil.
5.1.4 Faktor pekerjaan yang mempengaruhi terjadinya KEK pada ibu hamil
5.2 Saran
Dengan melihat hasil dan kesimpulan terhadap faktor yang mempengaruhi terjadinya
pemeriksaan sebelum dan saat kehamilan dengan petugas kesehatan yang berkompeten.
Pada penulisan ini diharapkan dapat memberi masukan pada institusi pendidikan
untuk dijadikan sumber pustaka bagi penelitian kualitatif yang akan mendatang.
Pada Peneliti lain tentang kejadian kek pada ibu hamil, plasenta previa dan
hidramnion agar dapat meneliti beberapa faktor yang belum terdapat pada penelitian lain
dan dapat dilakukan metode yang lebih baik lagi dalam melakukan penelitian, sehingga
dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian
lebih lanjut.