Anda di halaman 1dari 99

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan ibu anak merupakan indikator penting dalam mengukur

derajat kesehatan suatu Negara dimana status kesehatan ibu dan anak dapat

di lihatdariAngkaKematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

(Kemenkes RI, 2017).

World Health Organization (WHO) memperkirakan 800 perempuan

meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran.

Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Sekitar

80% kematian maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama

kehamilan, persalinan dan setelah persalinan. Kematian ibu adalah kematian

seorang wanita terjadi saat hamil, atau 42 hari setelah persalinan dengan

atau tidak penyebab yang berhubungan langsung langsung terhadap

persalinan (WHO,2016).

Menurut laporan WHO tahun 2019 Angka Kematian Ibu (AKI) di

dunia berkisar 289.000 jiwa. AKI Asia Tenggara yaitu Indonesia 305 per

100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam

160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup,

Brunei60 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000

1
2

kelahiran hidup. Berdasarkan data diatas memperlihatkan AKI di Indonesia

merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara (WHO, 2016).

Di akhir 2015, Millenium Development Goals (MDGs)berakhir dan

digantikan dengan kerangka pembangunan yang baru yakni Sustainable

Development Goals (SDGs) yang lebih dikenal dengan AGENDA 2030

yang disahkan diakhir bulan September 2015. Salah satu tujuan dari SDGs

adalah menurunkan angka kematian ibu, bayi dan balita (WPF Indonesia,

2016).

Berdasarkan data didapatkan bahwa SDGs menargetkan AKI secara

global menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup dan mengurangi angka

kematian bayi menjadi 12 per 1000 kelahiran serta kematian balita menjadi

25 per 1000 kelahiran hidup. Target tersebut sangat jauh jika dibandingkan

dengan hasil SDKI 2012 tentang AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran

hidup. Bahkan juga masih sangat jauh untuk mencapai target MDGs yang

menargetkan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, AKB menjadi

32 per 1000 kelahiran hidup dan AKABA menjadi 40 per 1000 kelahiran

hidup (Kemenkes RI, 2017).

MenurutBadan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

tahun 2014 (BKKBN),data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

2012 menunjukkan bahwaAKI naik dari 228 menjadi 359 kematian per

100.000 kelahiran hidup,AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup.

(Kemenkes RI, 2017).


3

Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2018, berdasarkan hasil

Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2018, AKI di Indonesia kembali

menunjukkan penurunan menjadi 139 kematian ibu per 100.000 kelahiran

hidup, AKB sebesar 22,23 per 1000 kelahiran hidup. (Kemenkes RI, 2018)..

Lima penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan,

Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet dan

abortus. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab

utama kematian yaitu perdarahan,hipertensi dalamkehamilan dan infeksi.

Proporsi ketiga penyebab kematian ibu telah berubah dimana perdarahan

dan infeksi mengalami penurunan, sedangkan hipertensi dalam

kehamilan semakin meningkat hampir 25% kematian ibu di Indonesia

pada tahun 2013 disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan.

(Kemenkes RI 2016).

Upaya pemerintah untuk menurunkan AKI danAKB yaitu melalui

Safe Motherhood Initiative (SMI) yang diluncurkan sejak tahun 1990 untuk

memastikan semua wanita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan

sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinan dan strategi

Making Pregnancy Saver (MPS)yang dicanangkan pada tahun 2000,

kemudian pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program

Expanding Maternal dan Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka

menurunkan AKI dan AKB sebesar 25% (Kemenkes, 2017).

Sebagai upayamenurunkan AKI dan AKB, Kementerian Kesehatan

menetapkan indikator persentase puskesmas melaksanakan orientasi


4

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).

Program ini menitikberatkan fokus totalitas monitoring terhadap ibu hamil

dan bersalin dalam rangka pembekalan untuk meningkatkan peran aktif

suami, keluarga, ibu hamil serta masyarakat dalam merencanakan persalinan

yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi kehamilan, persalinan dan

nifas(Kemenkes RI,2018).

Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 pada tahun 2016 telah

memenuhi target Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan

sebesar 74%. Namun demikian, terdapat 9 provinsi yang belum mencapai

target tersebut yaitu Maluku Utara, Papua, Nusa Tenggara Timur, Papua

Barat, Jambi, Maluku, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, dan DI

Yogyakarta.(Kemenkes RI,2017).

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Provinsi Aceh tahun 2018,

AKI dilaporkan sebanyak 101.296 per 100.000 kelahiran hidup. Bila

dibandingkan pada tahun 2014, terjadi penurunan angka kematian ibu yaitu

dari 149 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 9 per 100.000 kelahiran

hidup. Proporsi kematian ibu didominasi oleh kematian pada ibu nifas

sebanyak 70 jiwa (52%), ibu bersalin sebanyak 34 jiwa (25%) dan ibu

dalam keadaan hamil sebanyak 30 jiwa (23%). (Dinkes Provinsi Aceh,

2018)

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Provinsi Aceh tahun 2018,

AKB di Aceh tahun 2018 dilaporkan sebesar 9 per 1000 kelahiran hidup dan

Angka Kematian Balita (AKABA) sebesar 21 kematian per 1000 kelahiran


5

hidup.AKB di Aceh diantaranya disebabkan oleh penyakit asfiksia (25%),

BBLR (21%), gangguan kelainan saluran pernafasan (11%), kelainan cacat

kongenital (10%), gangguan kelainan partus (6%), demam (4%), gangguan

kelainan jantung (4%), gangguan kelainan saluran cerna (3%), aspirasi

(3%), diare (2%), pneumonia (2%), sepsis (2%), infeksi (1%) serta penyakit

lainnya (6%) (Profil Kesehatan Provinsi Aceh, 2018).

Upaya efektif yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Aceh

adalah denganmeningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

profesional di fasilitas kesehatan serta meningkatkan penggunaan

kontrasepsi pasca persalinan dan penanganan komplikasi maternal dan

setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai standar yaitu

minimal 2 kali dalam seminggu pertama untuk mendeteksi adanya penyakit

atau tanda bahaya sehingga dapat dilakukan intervensi sedini mungkin

untuk mencegah kematian (Profil Kesehatan Aceh, 2016).

Survey didaerah Kota Lhokseumawe Dinas Kesehatan

Lhokseumawe, data tahun 2019 jumlah AKI sebanyak 25 jiwa yang di

sebabkan oleh perdarahan sebanyak 7 jiwa, HDK sebanyak 8 jiwa, Infeksi 1

jiwa, dan kematian yang di sebabkan oleh hal lain sebanyak 9 jiwa.

Sedangkan AKB di Aceh Utara sebanyak 42 per 11.954 kelahiran hidup

(Dinkes Kota Lhokseumawe, 2019).

Di Kecamatan Banda SaktiData dari Dinkestahun 2019 jumlah AKI

sebanyak 4 jiwa yang disebabkan oleh perdarahan 1 jiwa, hipertensi dalam


6

kehamilan3 jiwa.Sedangkan AKB 1 jiwa ( Dinkes Kota Lhokseumawe,

2019)

PMB Devi Andriani berdiri sejak 2011 yang berlokasi di Pusong

Baru Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe, dalam memberikan

pelayanan kebidanan bidan Devi Andriani, bekerja sesuai Standar

Operasional Pelayanan (SOP) bidan delima serta tempat yang disediakan

nyaman, bersih dan aman serta dalam memberikan pelayanan bidan Devi

Andriani menerapkan prinsip 5S yaitu senyum, salam, sapa, sopan dan

santun sehingga kunjungan ANC meningkat setiap tahunnya.

Berdasarkan laporan dari Praktik Mandiri Bidan (PMB) Devi

Andtriani Kecamatan Banda Saktin Kota Lhokseumawe tahun 2021, jumlah

Antenatal Care (ANC) 74orang.Intranatal Care(INC)28 orang, Post Natal

Care (PNC)28orang, Bayi Baru Lahir (BBL)28 orang, pasien yang dirujuk

10 orang,Pasien Keluarga Berencana (KB) sebanyak 115 orang yaitu KB,

untukAKI dan AKB tidak ditemukan kematian ibu dan kematian bayi.

(PBM Devi Andriani, 2020)

Berdasarkan dari uraian di atas penulis akan melakukan Asuhan

Kebidanan secara Komprehensif pada Ny.M di Praktik Bidan Mandiri Devi

Andriani, untuk di jadikan Sebagai Proposal Laporan Tugas Akhir ( LTA)

B. Rumusan Masalah

Angka kematian ibu dan bayi di Puskesmas Meun Gudongtahun

2020 jumlah AKI sebanyak 4 jiwa yang disebabkan oleh perdarahan 1 jiwa,

hipertensi dalam kehamilan3 jiwa.Sedangkan AKB1 jiwa. Dan dari BPM


7

Devi Andriani datapasien yang dirujuk 61 orang, partus tak maju 16 orang,

letak sungsang 3 orang, ketuban pecah dini 27 orang, panggul sempit5

orang, preeklamsi 10 orang. Salah satu cara penurunan AKI dan AKB

dengan memberikanpelayanan oleh Tenaga Kesehatan berupa asuhan

kebidanan komprehensif. Maka yang menjadi rumusan masalah adalah

“Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. M di Praktik Bidan

Mandiri Devi AndrianiKecamatan Banda Sakti Tahun 2020”.

C. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup Asuhan Komprehensif yang merupakan

Proposal Laporan Tugas Akhir (LTA) adalah Asuhan Kebidanan dalam

masa kehamilan minimal usia 36 minggu, persalinan, bayi baru lahir,

nifas dan keluargaberencana. Kegiatan ini dilakukan secara terpadu dan

berkesinambungan dengan model aplikasi pelayanan langsung

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. Mdi

PraktikMandiriBidanDevi Andriani Kecamatan Banda Sakti Kota

Lhokseumawe sesuai standar pelayanan kebidanan dengan pendekatan

manajemen kebidanan menurut Hellen Varney dan didokumentasi dengan

metode SOAP.
8

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan Asuhan kehamilan pada Ny. Mdi Praktik

Mandiri BidanDevi Andriani Kecamatan Banda Sakti Kota

Lhokseumawe sesuai dengan standar Antenatal Care (ANC).

b. Mampu melaksanakan Asuhan persalinan pada Ny. Mdi Praktik

Mandiri BidanDevi Andriani Kecamatan Banda Sakti Kota

Lhokseumawe sesuai dengan standar lntenatal Care (INC).

c. Mampu melaksanakan Asuhan BBL pada bayi Ny. Mdi Praktik

Mandiri BidanDevi Andriani Kecamatan Banda Sakti Kota

Lhokseumawe sesuai dengan Standar Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL).

d. Mampu melaksanakan Asuhan nifas pada Ny. Mdi Praktik Mandiri

Bidan Devi Andriani, sesuai dengan Standar Post Natal Care (PNC).

e. Mampu melaksanakan pelayanan KB pada Ny.M di Praktik Mandiri

Bidan Devi Andriani Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe

sesuai dengan Standar Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

E. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Dapat digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan

secara langsung dalam memberikan Asuhan yang Komprehensif.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan


9

Sebagai metode bahan pembelajaran tambahan bagi mahasiswa,

penilaian pada mahasiswa dalam melaksanakan tugasnya dalam

menyusun laporan studi kasus, mendidik dan membimbing mahasiswa

agar terampil dalam memberikan asuhan kebidanan.

b. Bagi Lahan Praktik

Sebagai bahan masukan dan informasi dalam meningkatkan

mutu pelayanan kebidanan melalui pendekatan manajemen asuahan

kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL, dan KB secara

komprehensif.

c. Bagi Klien

Mendapat pelayanan asuhan secara komprehensifyang sesuai

dengan standar pelayanan kebidanan.

d. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman untuk peneliti dalam memberikan asuhan

secara langsung dan dapat lebih terampil dalam memberikan asuhan

kebidanan kepada masyarakat secara komprehensif.


10

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Teori Klinis

1. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal

akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan

menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester,

dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua

15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dantrimester ketiga 13 minggu

(minggu ke-28 hingga ke-40) (Yuli, 2017).

b. Fisiologis

Setelah ovum di buahi oleh spermatozoa maka korpus luteum akan di

pertahankan oleh korionik gonadotropin yang di hasilkan oleh

sinsisiotrofoblas di sekitar blastokis menjadi korpus luteum kehamilan.

Progesteron yang di hasilkan oleh korpus luteum sangat di perlukan

untuk menyiapkan proses implantasi di dinding uterus dan proses

kehamilan dalam trimester pertama sebelum nantinya fungsi ini di ambil

oleh plasenta pada trimester dua. Progesteron yang di hasilkan dari


11

korpus luteum juga meningkatkan suhu tubuh basal yang terjadi setelah

ovulasi akan tetap bertahan (Prawirohardjo ,2012)

c. Tanda-tanda kehamilan

MenurutWahyu (2017) tanda-tanda kehamilan adalah sebagai berikut:

1) Tanda pasti Kehamilan

a) Terdengar denyut jantungjanin (DJJ)

b) Terasa gerak janin

c) Pada pemeriksaan ultrasonografi ( USG) terlihat adanya kantong

kehamilan, ada gambaran embrio

2) Tanda tidak pasti kehamilan

a) Rahim membesar

b) Tanda Hegaryaitu pelunakan pada serviks

c) Terasa Chadwick yaitu warna kebiruan pada serviks, dan vulva.

d) Hasil piskacek yaitu pembesaran uterus ke salah satu arah sehingga

menonjol jelas ke arah pembesaran

e) Braxton Hicks yaitu bila uterus dirangsang (distimulasi dengan

diraba) akan mudah berkontraksi

f) Basal metabolism rate (BMR) meningkat

g) Ballottement positif yaitu jika dilakukan palpasi di perut ibu

dengan cara menggoyang-goyangkan di salah satu sisi maka akan

terasa “pantulan” di sisi yang lain

h) Tes urine kehamilan (tes HCG positif)

3) Dugaan hamil
12

a) Amenore tidak mengalami menstruasi sesuai siklus 9 terlambat

haid.

b) Nausea,anoreksia,emesis dan hipersalivasi

c) pusing

d) sering buang air kecil ( miksi)

e) obstipasi

f) hiper pigmentasi : closma lineanigra, striae

g) varises

h) payudara menegang

i) perubahan perasaan

j) berat badan bertambah

d. Perubahan Fisiologis Kehamilan

Menurut Yuli (2017),perubahan fisiologis pada ibu hamil yaitu :

1) Uterus: selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima

dan melindungi hasil konsepsi(janin, plasenta, amnion) sampai

persalinan.

2) Serviks uteri: satu bulan setelah konsepsiserviks akan menjadi

lebihlunak dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat

penambahanvaskularisasdan terjadinya oedema pada seluruh serviks,

kebersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada

kelenjar-kelenjarserviks.
13

3) Ovarium:proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan

pemantangan folikel baru juga, hanya satu korpus luteum yang dapat

di temukan ovarium.

4) Vagina dan vulva: selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan

hiperemia terlihat jelas pada kulit otot-otot di perenium dan vulva

sehingga pada Vagina akan terlihat berwarna keungguan di kenal

dengan chadwick.

5) Dinding perut: pada kulit dinding akan terjadi perubahan warna

menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai

daerah payudara dan paha.

6) Payudara (Mamae): pada awal kehamilan perempuan akan merasakan

payudaranya menjadi lebih lunak.

7) Perubahan metabolik: sebagian besar penambahan berat badan selama

kehamilan berasal uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume

darah, dan cairan ekstraseluler.

8) Sistem kardiovaskular: pada minggu ke-5 cardiac output akan

menngkat dan perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi

vaskular sistemik.

9) Traktusdigestivus: seiring dengan makin besarnya uterus, lambung

dan usus akan tergeser.

10)Traktus urinarius: pada bulan-bulan pertama kehamilan kandungan

kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga

menimbulkan sering berkemih .


14

11) Sistem endokrin: utama kehamilan normal kelenjar hipofiksis akan

membesar ± 135% akan tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai

arti penting dalam kehamilan.

12) Sistem muskuloskeletal:lordosis yang progesif akan menjadi bentuk

yang umum pada kehamilan.

e. Gejala dan Tanda Bahaya dalam Kehamilan

Adapun gejala dan tanda bahaya selama kehamilan

menurut Wahyu (2013), adalah:

1) Perdarahan

pada kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah 20 minggu,

umumnya disebabkan oleh keguguran. Sekitar 10-20% kehamilan

akan berakhir dengan keguguran yang pada umumnya (60-80%

disebabkan oleh kelainan kromosom yang ditemui pada spermatozoa

atau ovum.

2) Preeklamsia

Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan di atas 20

minggu disertai dengan peningkatan tekanan darah di atas normal.

Gejala dan tanda dari preeklamsia adalah sebagai berikut:

a) Hiperrepleksia (iritabilitas, susunan saraf pusat).

b) Sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang tidak

membaik dengan pengobatan umum.

c) Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, skotomata, silau

atau berkunang-kunang.
15

d) Nyeri epigastrik.

e) Oliguria (luaran kurang dari 500 ml/24 jam).

f) Tekanan darah sistolik, 20-30 mmHg dan diastolik 10-20 mmHg di

atas normal.

g) Proteinuria (di atas positif 3).

h) Oedema menyeluruh.

3) Nyeri hebat di daerah abdominopelvikum

Bila hal ini terjadi pada kehamilan trimester kedua atau ketiga dan

disertai dengan riwayat dan tanda-tanda di bawah ini, maka

diagnosisnya mengarah pada solusio plasenta, baik dari jenis yang

disertai pendarahan (reveealed) maupun tersembunyi (concealet),

yaitu sebagai berikut:

a) Trauma abdomen

b) Preeklamsia

c) Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan.

d) Bagian-bagian janin sulit diraba.

e) Uterus tegang dan nyeri.

f) Janin mati dalam rahim.

1. Antenatal Care (ANC)

MenurutWahyu (2013), asuhan antenatal adalah upaya preventif

program pelayanan kesehatan obstetrik untuk obtimalisasi luaran

maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin

selama kehamilan.
16

Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:

membangun saling percaya anatara klien dan petugas kesehatan,

mengupayakan mewujudkan kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang di

kandungnya, memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan

kehamilannya, mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan resiko

tinggi, memberikan pendidikan kesehatan yang di perlukan dalam

menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi, menghindarkan

gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan

keselamatan ibu hamil yang dikandungnya.

2. Asuhan kebidanantrimester

Menurut Irianti et al (2014), mengemukakan asuhan kehamilan tiap

trimester antara lain sebagai berikut :

1) Asuhan Trimester I (Pada usia kehamilan <12 minggu)

a) Menegakkan diagnosa kehamilan baik dengan metode sederhana

maupun dengan memperhatikan perubahan fisiologis yang terjadi,

serta kolaborasi untuk dilakukan USG untuk menengakkan

diagnosis pasti.

b) Penapisan kebiasaan ibu yang kurang baik, serta menyebabkan

gangguan pada janin dan kehamilan, seperti merokok atau minum-

minuman yang keras.

c) Melakukan penapisan penyakit penyerta dalam kehamilan

d) Pemeriksaan berat badan dan index masa tubuh (IMT)

e) Pemeriksaan tekanan darah


17

f) Deteksi infeksi menular seksual (HIV-AIDS), deteksi infeksi

bakteri uria

g) Pemenuhan kebutuhan asam folat 400 gram / hari (12 minggu ) Vit

D, Vit B untuk mengatasi mual dan anemia dalam kehamilan

h) Kebutuhan vitamin A sebesar 700 gram selama kehamilan

i) Menyiapkan psikologis ibu terhadap kehamilan yang terjadi

j) Mengurangi keluhan ketidaknyamanan yang terjadi pada awal

kehamilan

k) Pemberian informasi sesuai kebutuhan ini berdasarkan temuan

l) Deteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi pada trimester I

melakukan tindakan kolaborasi atau rujukan dengan tepat

m)Libatkan keluarga dalam setiap asuhan yang dilakukan

2) Asuhan trimester II (Pada usia kehamilan 13-26 minggu)

a) Pemantauan penambahan berat badan berdasarkan pada IMT ibu

b) Pemeriksaan tekanan darah

c) Pemeriksaan tinggi fundus pada usia kehamilan 24 minggu

d) Melakukan palpasi abdominal

e) Melakukan pemeriksaan denyut jantung janin

f) Pemeriksaan laboratorium urine untuk mendeteksi secara dini

kelainan tropoblas yang terjadi serta diabetes gastasional

g) Deteksi anemia akibat heamodilusi

h) Deteksi terhadap masalah psikologis, berikan dukungan kehamilan

i) Kebutuhan exercise ibu yaitu dengan senam hamil.


18

j) Deteksi pertumbuhan janin terhambat baik dengan pemeriksaan

palpasi dan pemeriksaan kolaborasi dengan USG

k) Pemberian vaksinasi TT untuk mencegah terjadinya tetanus pada

bayi

l) Mengurangi keluhan akibat ketidaknyamanan yang terjadi pada

trimester II

m)Memenuhi kebutuhan kalsium, asam folat ibu, multivitamin,

subplemen lain hanya diberikan jika terdeteksi pemunuhan yang

tidak adekuat pada ibu

n) Deteksi dini komplikasi yang terjadi pada trimester II dan

melakukan tindakan kolaborasi dan rujukan secara tepat

o) Melibatkan keluarga dalam setiap asuhan

3) Asuhan trimaster III (Pada usia kehamilan 27-42 minggu)

a) Pemantauan penambahan berat badan berdasarkan pada IMT ibu

b) Pemeriksaan tekanan darah

c) Pemeriksaan tinggi fundus dan penentuan berat badan janin

d) Penentuan letak janin dengan palpasi abdominal

e) Melakukan pemeriksaan denyut jantung janin

f) Deteksi terhadap masalah psikologis, berikan dukungan selama

kehamilan

g) Kebutuhan esercise ibu yaitu dengan senam hamil

h) Deteksi pertumbuhan janin terhambat baik dengan pemeriksaan

palpasi
19

i) Mengurangi keluhan akibat ketidaknyamanan yang terjadi pada

trimester III

j) Deteksi dini komplikasi yang terjadi pada trimester III dan

melakukan tindakan kolaborasi dan atau rujukan secara cepat

k) Melibatkan keluarga dalam setiap asuhan

l) Persiapan laktasi

m) Persiapan persalinan

n) Melakukan kolaborasi pemeriksaan USG jika ditemukan

kemungkinan kelainan letak janin, letak plasenta atau penurunan

kesejahteraan janin

o) Lakukan rujukan jika ditemukan tanda-tanda patologi pada

trimester III

4) Tujuan Pelayanan Antenatal Care (ANC)

Menurut Prawiroharjo (2012), beberapa tujuan Antenatal Care, yaitu:

a) Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas

kesehatan.

b) Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang

dikandungnya.

c) Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan

kehamilannya.

d) Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan resiko tinggi.

e) Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dan menjaga

kualitas kehamilan dan merawat bayi.


20

f) Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan

membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang

dikandungnya.

5) Kunjungan Asuhan Antenatal Care (ANC)

Pelayanan kesehatan ibu hamil juga harus memenuhi frekuensi

minimal di tiap trimester, yaitu satu kali pada trimester I (sebelum

minggu ke-16), satu kali pada trimester II (antara minggu ke 24-28),

dan dua kali pada trimester III (antara minggu 30-32 dan antara

minggu 36-38 (Kemenkes RI, 2013).

6) Standar pelayananAntenatal Care (ANC)

Menurut Yulianti (2014), standar asuhan antenatal ada“14 T”

antara lain:

a) Timbang dan ukur tinggi badan (T1)

Timbang BB dan pengukuran TB pertambahan BB yang normal

pada ibu hamil yaitu berdasarkan massa tubuh dimana metode ini

menentukan pertambahan optimal selama masa kehamilan.

b) Mengukur tekanan darah (T2)

Tekanan darah perlu di ukur untuk mengetahui perbandingan

nilai dasar selama kehamilan.

c) Mengukur tinggi fundus uteri (T3)

Apabilausia kehamilan di bawah 24 minggu pengukuran di

lakukan dengan jari, jika di atas 24 minggu memakai Mc Donald

yaitu dengan cara mengukur tinggi fundus memakai metlin.


21

d) Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (T4)

Pemberian imunisasi Tetanus Texoid (TT) pada kehamilan

umumnya diberikan 2 kali saja, iminisasi pertama diberikan padausia

16 minggu untuk yang kedua diberikan 4 minggu kemudian.

e) PemberianTablet Fe (T5)

Zat besi pada ibu hamil (Fe) adalah mencegah defisiensi zat besi

pada ibu hamil, bukan menaikkan kadar haemoglobin. Fe diberikan

1x1/hari setelah rasa mual hilang, diberikan sebanyak 90 tablet

selama masa kehamilan.

f) Tes PMS (T6)

Penyakit menular seksual adalah infeksi yang ditularkan melalui

hubungan seksual.

g) Pemeriksaan HB (T7)

Dianjurkan pada saat kehamilan diperiksa Haemoglobin untuk

memeriksa darah ibu, apakah ibu mengalami anemia atau tidak,

mengetahui golongan darah ibu, sehingga apabila ibu

membutuhkan donor pada saat persalinan ibu sudah

mempersiapkannya sesuai dengan golongan darah ibu.

h) Pemeriksaan VDRL (T8)

Pemeriksaaan Venereal Disease Research Laboratory (VDRL)

adalah untuk mendeteksi secara dini risiko penularan penyakit

IMS.
22

i) Perawatan payudara, senam payudara dan tekan payudara (T9)

Sangat penting dan sangat dianjurkan selama hamil dalam merawat

payudara, karena untuk melancarkan proses menyusui.

j) Pemeliharaan tingkat kebugaran/senam ibu hamil (T10)

Untuk melatih nafas saat menghadapi proses persalinan, dan

untuk menjaga kebugaran tubuh ibu selama hamil.

k) Temuwicara (T11)

Anamnesa meliputi biodata riwayat menstruasi, kesehatan,

kehamilan, persalinan, dan nifas, biopsikososial dan pengatahuan

klien.

l) Pemeriksaan proteinurineatasindikasi (T12)

Sebagai pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan protein

urine, karena untuk mendeteksi secara dini apakah ibu mengalami

hipertensi atau tidak.

m)Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T13)

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendeteksi secara dini

apakah ibu mengalami penyakit DM.

n) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok

(T14)

Untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan yodium, dan

mengurangi terjadinya kekerdilan pada bayinya kelak.


23

2. Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Menurut Johariyah dan Ningrum (2012) persalinan merupakan proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (setelah 37

minggu) tanpa disertai adanya penyulit atau tanpa bantuan (kekuatan

sendiri).

b. Fisiologi Persalinan

Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas

kontraksi secara terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode relaksasi,

dan mencapai puncaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur

menghilang pada periode postpartum (Prawirohardjo, 2014).

Menurut Manuaba (2012), gerakan – gerakan dari mekanisme

persalinan sebagai berikut :

1) Turunnya Kepala Janin

Turunnya kepala janin dikenal dalam dua bentuk :

a) Masuknya kepala (engagement)

Pada primigravida, hal ini sudah terjadi pada minggu ke-36.

Proses ini disebabkan oleh : kontraksi Braxton Hicks, ketegangan

pada dinding abdomen dan ligamentum rotundum. Pada

multigravida, proses ini terjadi karena his persalinan.

b) Majunya kepala janin (decent)

Terjadinya karena his persalinan dan dikuti dengan mekanisme

persalinan kepala. Sebagian besar kepala turun dan masuk pintu


24

atas panggul dalam keadaan sinklitismus, asinklitimus anterior

menurut Naegele dan ansiklitimus posterior menurut Litzman.

2) Fleksi Kepala Janin

Proses majunya kepala janin disebabkan oleh :

a) Tekanan air ketuban (yaitu, mencari tempat yang lemah)

b) Tekanan langsung bokong pada kepala janin

c) Kontraksi yang dominan pada fundus uteri

d) Mengecilnya volume uterus

e) Perubahan bentuk pada janin

f) Kekuatan mengejan.

3) Putaran Paksi Dalam

Putaran paksi dalam merupakan upaya kepala janin untuk

menyesuaikan diri dengan jalan lahir sehingga hipomoklion berada

dibawah simfisis, (pada letak belakang kepala, hipomoklionnya:

suboksipitalis).

4) Defleksi Kepala Janin

Dimulai dengan suboksipitalis berada dibawah simfisis yang

berfungsi sebagai hipomoklion, disertai dengan kekuatan his dan

mengejan, maka terdapat peluang proses defleksi, dan berturut-turut

lahir UUB, dahi, mata, hidung, mulut dan dagu.

5) Ekstensi Kepala

Setelah sebagian besar kepala janin keluar, kekuatan persalinan

selanjutnya akan menyebabkan ekstensi kepala, hingga seluruh kepala


25

lahir. Bersamaan dengan lahirnya seluruh kepala janin, bahu janin

masuk jalan lahir dalam posisi depan-belakang.

6) Putaran Paksi Luar

Dengan masuknya bahu ke jalan lahir dalam posisi depan-

belakang, kepala janin menyesuaikan diri, sehingga oksipitalis

kembali keposisinya, sederet dengan posisi tulang belakang; ini

disebut putaran paksi luar.

7) Ekspulsi (Persalinan Badan Janin)

Dengan masuknya bahu janin ke jalan lahir dengan posisi depan-

belakang, maka bahu depan bertindak sebagai hipomoklion. Bahu

belakang lahir terlebih dahulu, diikuti bahu depan, sehingga kedua

bahu anak lahir. Persalinan sisa badan janin tidak mengalami

kesulitan.

c. Tanda-tanda Persalinan

Menurut Johariyah dan Ningrum (2012), sebelum terjadi persalinan

sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki kala

pendahuluan (preparatory stage of labor), dengan tanda-tanda:

1) Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki

pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multigravida

tidak begitu kelihatan.

2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

3) Perasaan sering atau susah buang air kecil (polakisuria) karena

kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.


26

4) Perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi

lemah dari uterus, disebut “false labor pains”.

5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah

bisa bercampur darah (body show).

d. Perubahan dalam proses persalinan

Menurut Johariyah (2012), menjelaksan perubahan adaptasi fisiologis

pada organ reproduksi adalah: perubahan otot uterus, kontraksi uterus,

keadaan SAR dan SBR, perubahan bentuk rahim, perubahan sisten

kardiovaskuler, tekanan darah, Detak jantung, perubahan Metabolisme,

perubahan suhu tubuh, perubahan pernafasan, perubahan system renal,

perubanhan gastrointestinal, perubahan hematologis, perubahan

endokrin, perubahan system muskulosketal

Menurut Johariyah dan Ningrum (2012), tahapan persalinan antara

lain:

1) Kala I

a) Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung dari pembukaan

nol sampai pembukaan lengkap.

b) Kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus teratur dan

meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka

lengkap.

c) Kala I dibagi menjadi dua fase yaitu:

(1) Fase Laten

Di mulai dari pembukaan 0 – 3 cm (8 jam)


27

(2) Fase Aktif

(a) Fase akselerasi : 3 – 4 cm (2 jam)

(b) Fase dilatasi maksimal : 4 – 9 cm (2 jam)

(c) Fase deselerasi : 9 – 10 cm (2 jam)

2) Kala II

Lama kala II pada primigravida adalah dari 1,5 jam sampai dengan

2 jam, sedangkan pada multigravida adalah 0,5 jam sampai dengan 1

jam.

a) Kala `II dimulai dari pembukaan lengkap sampai dengan lahirnya

bayi.

b) Gejala dan tanda kala II persalinan.

(1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan

durasi 50 sampai 100 detik.

(2) Menjelang akhir kala 1 ketuban pecah yang ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak.

(3) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

(4) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan

pada vagina.

(5) Perineum menonjol.

(6) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

(7) Tanda pasti kala II: pembukaan serviks telah lengkap atau

terlihatnya bagian terendah janin di introitus vagina.


28

3) Kala III

a) Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya

plasenta dan selaput ketuban.

b) Pada kala III persalinan, miometrium berkontraksi mengikuti

penyusutan volume rongga uterus setelah kelahiran bayi.

Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat

perlekatan plasenta. Karena perlekatan plasenta menjadi semakin

kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta

akan terlipat, menebal dan akhirnya lepas dari dinding uterus.

Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke

dalamvagina.

c) Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah:

(1) Uterus menjadi bundar

(2) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen

bawah rahim

(3) Tali pusat bertambah panjang

(4) Terjadi perdarahan

4) Kala IV (Kala Observasi)

a) Adalah kala pengawasan selam 2 jam setelah bayi lahir, untuk

mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post

partum.

b) Kala 1V dimulai sejak ibu dinyatakan aman dan nyaman sampai 2

jam.
29

c) Kala 1V dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

perdarahan pasca persalinan sering terjadi pada 2 jam pertama.

e. Faktor yang mempengaruhi persalinan

Persalinan dipengaruhi oleh beberapa factor, yakni passanger

(janin dan plasenta), passage (keadaan janin seperti letak presentasi,

ukuran atau berat janin, dan ada atau tidak kelainan anatomik

mayor), psychologic (keadaan pisikis ibu saat melahirkan), physician

(tenaga pendamping saat ibu melahirkan seperti bidan, dokter, dll)

dan position (posisi ibu saat melahirkan). Selain faktor-faktor

tersebut, terdapat beberapa aspek yang ikut berkontribusi terhadap

persalinan. (jannah, 2014).

1) Passage

Passage atau jalan lahir dari bagian keras (tulang-tulang

panggul dan sendi-sendinya) dan bagian lunak (otot-otot jaringan,

dan ligament), tulang-tulang panggul meliputi 2 tulang pangkal

paha (oscascoxae), satu tulang kelangkang (oscasacrum), dan satu

tulang tungging (ossa coccygis).

Kontraksi uterus involunter, yang disebut kekuatan primer,

menandai permulaan persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha

volunter dimulai untuk mendorong, yang disebut kekuatan sekunder,

yang memperbesar kekuatan kontraksi involunter. (Jannah, 2014).

a) Kekuatan primer
30

Kontraksi involunter berasal dari titik pemicu tertentu

yang terdapat pada penebalan lapisan otot di segmen uterus

bagian atas. Dari titik pemicu, kontraksi dihantar ke uterus

bagian bawah dalam bentuk pemicu, kontraksi dihantar ke

uterus bagian bawah dalam bentuk gelombang, diselingi

periode istirahat singkat.

Kekuatan primer membuat serviks menipis (effacement)

dan berdilatasi dan janin turun. Penipisan serviks adalah

pemendekan dan penipisan serviks selama tahap pertama

persalinan. Serviks yang dalam kondisi normal memiliki panjang

2 sampai 3 cm dan tebal sekitar 1 cm, terangkat ke atas

karena terjadi pemendekan gabungan otot uterus selama

penipisan segmen bawah rahim pada tahap akhir persalinan.

b) Kekuatan Sekunder

Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul,

sifat kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong ke bawah

(kekuatan sekunder) dibantu dengan usaha volunteer yang

sama dengan yang dilakukan saat buang air besar (mengejan).

Usaha mendorong ke bawah (kekuatan sekunder) dibantu

dengan usaha volunter yang sama dengan usaha volunteer

yang sama dengan yang dilakukan saat buang air besar

(mengejan).(Askep II persalinan berbasis kopetensi, 2014).


31

2) Power

Power (His dan tenaga meneran)adalah kontraksi otot-otot rahim

pada persalinan. Pada bulan terakhir kehamilan sebelum

persalinan, kontraksi rahim telah terjadi, yang disebut his

pendahuluan atau his palsu, yang sebetulnya hanya merupakan

peningkatan kontraksi dan Braxton Hicks. His pendahuluan ini

tidak teratur dan menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan

lipat paha serta tidak menyebabkan nyeri yang menyebar dari

pinggang ke perut bagian bawah seperti his persalinan. Kontraksi

his pendahuluan berdurasi pendek dan tidak bertambah kuat atau

sering berkurang ketika ibu sedang berjalan, bertentangan dengan

his persalinan yang semakin kuat.

Perasaan nyeri bergantung juga pada ambang nyeri penderita

yang ditentukan oleh keadaan jiwanya. Kontraksi rahim bersifat

otonom sehingga tidak dipengaruhi oleh kemauan. Akan tetapi,

kontraksi rahim dapat dipengaruhi oleh rangsangan dari luar

seperti rangsangan jari tangan.

3) Passanger

Kepala janin merupakan bagian paling besar dan keras dari

pada bagian lain janin yang akan dilahirkan. Janin dapat

memepengaruhi jalannya persalinan dengan besarnya dan posisi

kepala.
32

4) Psikologis ibu

Keadaan psikologis ibu adalah keadaan emosi, jiwa,

pengalaman, adat istiadat dan dukungan dari orang –orang

tertentu yang dapat mempengaruhi proses persalinan.

5) Penolong

Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan

menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin.

f. Asuhan persalinan pada kala I, II, III, IV

Persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika usia kehamilan cukup

bulan (37-42 minggu), persalinan terjadi spontan, presentasi kepala,

berlangsung tidak lebih dari 18 jam, tidak ada komplikasi pada ibu

maupun janin ( Kemenkes RI, 2013).

1) Asuhan kala I

a) beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu

b) jika ibu tampak gelisah/ kesakitan biarkan ia berganti posisi sesuai

keinginan, tapi jika di tempat tidur sarankan miring kiri. Biarkan ia

berjalan atau beraktivitas ringan sesuai kesanggupannya. Anjurkan

suami atau keluarga memijat punggung atau membasuh muka ibu

dan ajari teknis bernafas.

c) jaga privasi ibu. Gunakan tirai penutup dan tidak menghadirkan

orang lain tanpa seizin ibu.

d) izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setelah

buang air kecil/ besar.


33

e) jaga kondisi ruangan sejuk. Untuk mencegah kehilangan panas

pada bayi baru lahir, suhu ruangan minimal 25 0C dan semua pintu

serta jendela harus tertutup

g) beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi

h) pantau parameter secara rutin dengan menggunakan partograf

i) pasang infus intravena untuk pasien yang kehamilannya lebih dari

5, hemoglobin ≤ 9/dlatau hemotrokit ≤ 27%, riwayat gangguan

perdarahan, letak sungsang, kehamilan ganda, hipertensi dan

persalinan lama.

j) isi dan letakkan partograf di samping tempat tidur atau di dekat

pasien

k) lakukan pemeriksaan kardiotokografi jika memungkinkan

l) persiapkan rujukan jika terjadi komplikasi

2). Menurut Yuli (2017) Asuhan kala II, III dan IV tergabung dalam 60

langkah asuhan persalinan normal ( APN) sebagai berikut :

1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala ll

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum atau

vaginanya.

c) Perenium menonjol.

d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.


34

2) Memastikan perlengkapan bahan,dan obat-obatan esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan

tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau celemek yang bersih.

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci

kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan

mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang

bersih.

5) Memakai satu sarung dengan DTT atau sterol untuk semua

pemeriksaan dalam.

6) Mengisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan DTT atau steril) dan meletakkan kembali

di partus set/wadah DTT atau steril tanpa mengontaminasi tabung

suntik.

7) Membersihkan vulva dan perenium, menyekanya dengan hati-hati

dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang

sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,

perenium, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan

ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam

wadah yang benar. Mengganti sarung tangan juka terkontaminasi

(meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar didalam

larutan dekontaminasi).
35

8) Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap.

Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah

lengkap, lakukan amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin

0,5 % dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalikserta

merendamnya didalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.

Mencuci kedua tangan (seperti diatas).

10) Memeriksa denyut jantung janin (djj) setelah kontraksi berakhir

untuk memastiakn bahwa djj dalam batas normal (100-180

kali/menit)

a) mengambil tindakan yang sesuai jika djj tidak normal.

b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, djj, dan

semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janinn

baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai

dengan keinginannya.

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta

janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasikan temuan-temuan.
36

b) Menjelaskan pada anggota keluarga bagaimana mereka dapat

mendukung dan member semangat pada ibu saat ibu mulai

meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengan

duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran :

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan

untuk meneran.

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk

meneran.

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan

pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu.

f) Menganjurkan asupan cairan per oral.

g) Menilai Denyut Jantung Janin setiap 5 menit.

h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu

primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multiipara merujuk

segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.


37

i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil

posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60

menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak

kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi.

j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5- 6 cm

letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong

ibu.

16) Membuka partus set.

17) Memakai sarung tangan dtt atau steril pada kedua tangan.

18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perenium dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,

letakkan tangan yang lain dikepala bayi, membiarkan kepala

keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran

perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan

kain atau kasa yang bersih. (langkah ini tidak harus dilakukan).

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai

jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses

kelahiran bayi :
38

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan

lewat bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di

dua tempat dan memotongnya.

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan dimasing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk

meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya

kearah bawah dan kearah luar hingga bahu anterior muncul

dibawah arcus pubis dan kemudian dengan lembut menarik

kearah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior.

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala

bayi yang berada dibagian bawah kearah perenium, membiarkan

bahu dan lengan posterior lahir ketangan tersebut mengendalikan

kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perenium, gunakan

lengan baguian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat di

lahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk

mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada

di atas (anterior) dari punggung kearah kaki bayi untuk

menyangganya saat punggung kaki lahir.


39

25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian

meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi

sedikit lebih rendah dari tubuh nya (bila tali pusat terlalu pendek,

letakkan bayi ditempat yang memungkinkan). Bila bayi

mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

26) Segera bungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin

secara intra muscular ( IM)

27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah

ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kearah

ibu).

28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat di antara 2 klem tersebut.

29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan pusat terbuka.Jika bayi mengalami

kesulitan bernafas, ambil tindakan yang sesuai.

30) Memberikan bayi pada ibunya dan menganjurkan pada ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian asi jika ibu

menghendakinya.

31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

32) Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan di suntik.


40

33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, menyuntikkan

oksitosin 10 unit i.m di gluteus atau 1/3atas paha kanan ibu

bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

34) Memindahkan klem pada tali pusat.

35) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat

diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk

melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang

tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan kearah abwah pada tali pusat dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus

dengan cara menekan uterus kea rah atas dan belakang (dorso

kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya

inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,

hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi

berikiut mulai.Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau

seseorang anggota keleuarga untuk melakukan rangsangan puting

susu.

37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu sambil menarik tali pusat

kearah bawah dan kemudian kearah atas, mengikuti kurva jalan

lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.


41

b) Jika plasenta tidak terlepas setelah melakukan penegangan

tali pusat selama 15 menit

c) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I ml.

d) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung

kemih dengan menggunakan teknik aseptic jika perlu.

e) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

f) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya.

g) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit

sejak kelahiran bayi.

38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta

dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga

selaput ketuban terpilih. Dengan lembut perlahan melahirkan

selaput ketuban tersebut.

Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan

desinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan

serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau

klem desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan

selaput yang tertinggal.

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, meletakkan telapak tangan difundus dan melakukan


42

masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus menjadi kersa).

40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa

plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan

plasenta di dalam kantung plastikatau tempat khusus.Jika uterus

tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik

mengambil tindakan yang sesuai.

41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perenium dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

42) Menilai ulang uterus dan memastikan berkontraksi dengan baik.

43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam

larutan klorin 0,5 %; membilas kedua tangan yang masih

bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi dan

mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

44) Menempatkan klem tali pusat didinfeksi tingkat tinggi atau steril

atau mengikatkan tali DTT dengan simpul mati sekeliling tali

pusat sekitar satu 1 cm dari pusat.

45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang bersebrangan

dengan simpul mati yang pertama.

46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya dalam larutan

klorin0,5 %.
43

47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya .

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam.

a) 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

b) Setiap 15 menit pada satu jam pertama pasca persalinan.

c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

d) jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan

perawatan yang sesuai untuk melaksanakan atonia uteri.

e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan

penjahitan dengan anestasia local dan menggunakan tehnik

yang sesuai.

50) Manganjarkan pada ibu/atau keluargabagaimana melakukan

masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

51) Mengevaluasi kehilangan darah.

52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih

setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan

setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.

a) Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2

jam pertama pasca persalinan.

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak

normal.
44

53) Menepatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5 % untuk

dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan

setelah dekontaminasi.

54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat

sampah yang sesuai.

55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat

tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah.

Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

56) Memastikan bhwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

Mengajurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan

makanan yang di inginkan.

57) Mendekontaminasikan daerah yang digunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5 % dan membilas dengan air bersih.

58) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 %,

membalikkan bagian dalam keluar dan merendamnya dalam

larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir

60) Melengkapi partograf

g. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Setelah bayi baru lahir hanya perlu dibersihkan secukupnya dan tidak

perlu membersihkan vernik atau mengeringkan tangan bayi karena bau

cairan amnion pada tangan bayi akan membantu bayi mencari puting ibu.

Dengan waktu yang diberikan, bayi akan mulai menendang dan bergerak
45

menuju puting. Bayi yang siap menyusu akan menunjukkan gejala

refleks menghisap seperti membuka mulut dan mulai mengulum puting.

Refleks menghisap yang pertama kali ini timbul 20-30 menit setelah lahir

dan menghisap cepat. Bayi dapat langsung menyusu dan mendapat

kolostrum yang kadarnya maksimal pada 12 jam pasca persalinan

(Prawirohardjo, 2012).

Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini

adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Menurut

Johariyah dan Ningrum (2012),

langkah-langkah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah:

1) Langkah I

a) Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran.

b) Kemudian letakkan bayi di atas perut bawah ibu.

c) Setelah itu keringkan bayi. Setelah kering, selimuti bayi dengan

kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem.

Keringkan tubuh bayi mulai muka, kepala, dan bagian tubuh

lainnya dengan halus tanpa membersihkan verniks.Verniks akan

membantu menghangatkan bayi.

d) Hindari pengeringan tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan

bayi juga membantu mencari puting ibunya yang berbau sama.

e) Lendir cukup dilap dengan kain bersih. Hindari isap lendir di dalam

mulut atau mulut bayi karena penghisap akan merusak selaput

lendir hidung bayi dan meningkatkan risiko infeksi pernafasan.


46

f) Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak

kaki, Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan

telapak kaki. Rangsangan ini dapat memulai pernafasan bayi.

g) Setelah satu menit mengeringkan dan menilai bayi, periksa kembali

uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil

tunggal) kemudian suntikkan secaraIntra Muskuler 10oksitosin

pada ibu. Biarkan bayi berada di atas handuk atau kain bersih di

perut ibu.

2) Langkah 2

a) Setelah 2 menit pasca persalinan, lakukan penjepitan tali pusat

dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut bayi. Dari titik

jepitan, tekan tali pusat dengan 2 jari, kemudian dorong isi tali

pusat ke arah ibu. Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm

dari tempat jepitan pertama pada sisi ibu. Pemotongan tali pusat

ditunda sampai tali pusat berhenti berdenyut agar nutrien dan

oksigen yang mengalir dari plasenta ibu lebih optimal.

b) Kemudian pegang tali pusat diantara klem tersebut. Satu tangan

menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang

lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut.

c) Ikat puntung tali pusat dengan jarak kira-kira satu cm dari dinding

perut bayi dengan tali yang steril.

d) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga

bayi menempel di dada ibu.


47

e) Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang

topi di kepala bayi.

f) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu

paling sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai

bayinya.

g) Hindari membasuh dan menyeka payudara ibu sebelum bayi

menyusu.

h) Selama kontak kulit ke kulit tersebut, lanjutkan dengan langkah

manajemen aktif kala III persalinan.

3) Langkah 3:biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan

mulai menyusui

a) Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu.

b) Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginteruksi

menyusu misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke

payudara lainnya.

c) Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi

selesai menyusu, tunda pula memandikan bayi 6-24 jam setelah

bayi lahir untuk mencegah terjadinya hipotermi.

d) Usahakan untuk tetap menempatkan ibu dan bayi di ruang bersalin

sehingga bayi selesai menyusu.

e) Segera setelah bayi baru lahir selesai menghisap, bayi akan

berhenti menelasan dan melepaskan puting. Bayi dan ibu akan

merasa mengantuk. Bayi kemudian dibungkus dengan kain bersih


48

dan kering lalu lakukan penombangan dan pengukuran bayi,

memberikan suntukan vitamin K, dan mengoleskan salep antibiotik

pada mata bayi.

(1) Jika bayi belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu

1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan

biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit

berikutnya.

(2) Jika bayi masih belum melakukan inisisasi menyusu dini

dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan

bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan bayi baru lahir dan

kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu.

f) Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga

kehangatannya.

g) Satu jam kemudian berikan bayi suntikkan hepatitis B pertama.

h) Lalu tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama.

3. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian Bayi Lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan 37

sampai 42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram (Dewi, 2012)

Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama

kelahiran. Bayi baru lahir adalah bayi baru lahir sampai usia 4 minggu,

lahirnya biasa dengan usia kehamilan 38-42 minggu (Marmi & Kukuh,

2012).
49

b. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir

Menurut Johariyah dan Ningrum (2012), beberapa perubahan

fisiologis bayi baru lahir antara lain:

1) Perubahan sistem pernafasan;

a) Perkembangan paru-paru;

b) Awal adanya nafas;

c) Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas;

d) Dari cairan menuju udara;

e) Fungsi sistem pernafasan dalam kaitannya dengan fungsi

kardiovaskuler.

2) Perubahan sistem sirkulasi

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk

mengambil oksigen dan mengadakan sikulasi melalui tubuh guna

mengantarkan oksigen ke jaringan.

3) Perubahan sistem termoregulasi

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga

akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan

lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang

hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang

bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air

ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi.


50

4) Perubahan sistem metabolisme

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah

tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan kln kadar

glukosa darahnya sendiri. Pada setiap baru lahir, glukosa darah akan

turun dalam waktu cepat 1 sampai 2 jam.

5) Perubahan sistem gastrointestinal

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan

menelan. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan

mencerna makanan selain susu masih terbatas.

6) Perubahan sistem kekebalan tubuh

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga

menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.

Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami

maupun yang didapat.

c. Tanda-tanda Bayi Lahir Normal

Menurut Dewi 2012 tanda-tanda bayi lahir normal adalah:

1) Berat bada 2.500-4000 gram

2) Panjang badan 45-50 cm

3) Lingkar kepala 33-35 cm

4) Lingkar dada 30,5-38 cm

5) Menangis kuat
51

6) bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180x/menit kemudian

menurun sampai 120-60x/menit

7) Pernapasan 30-60

8) Suhu tubuh 36,5-37,50C

9) Apgarscore 7-10

10) Kulit kemerahan

11) Rambut lanugotelah terlihat, rambut kepala biasanya telah terbentuk

dan diliputi verniks caseosa

12) Kuku telah agak panjang dan lemas

13) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

14) Reflek moro sudah baik

15) Genetalia labia mayora telah menutupi labia minora (pada

perempuan), testis sudah turun (pada anak laki-laki)

16) Eliminasi baik

d. Tanda-tanda Bayi Baru Lahir Abnormal

Menurut Maryanti (2011) tanda-tanda bayi lahir tidak normal yaitu :

1) Berat badan lahir rendah (BBLR)

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan

berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram.

2) Asfiksia neonatorum

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat

bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. keadaan


52

asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ

bayi seperti pengembangan paru-paru.

3) Respiratori distress syndrom

Respiratori distress syndrom adalah gangguan pernapasan yang

sering terjadi pada bayi prematur dengan tanda-tanda takipnue

(>60x/menit), retraksi dada,planosis pada udara kamar, yang menetap

atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang

spesifik.

4) Ikterus/hiperbilirubinnemia

Ikterus/hiperbilirubinnemiaadalah suatu keadaan pada BBL

dimana kadar bilirubbin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu

pertama ditandai dengan ikterus, dikenal ikterus neonatorum yang

bersifat patologis atau hyperbilirubinemia).

5) Perdarahan tali pusat

Perdarahan tali pusat adalah pendarahan yang terjadi pada tali

pusat bisa timbul sebagai luka dari trauma pengikat tali pusat yang

kurang baik.

6) Kejang

Kejang adalah suatu perubahan fisiologis pada otak secara

mendadak dan sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan

oleh aktifitas otak yang abnormal serta adanya pelepasan listrik

serebral yang sangat berlebihan.


53

7) Hypotermia

Hypotermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh berada

dibawah 35oC

8) Hypoglekemia pada bayi baru lahir

hypoglekemia adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukosa

darah kurang dari 45 mg/dL (2,6 mmcl/L)

9) Tetanus neonatorum

Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada

neonatus yang disebabkan oleh clostridium teori yaitu kuman yang

mengeluarkan toksin (racun) yang menyerang sistem pusat.

e. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir

Menurut Prawirohardjo (2012), perawatan bayi baru lahir, yaitu:

1) Pengikatan dan pemotongan tali pusat

Penanganan tali pusat di kamar bersalin harus dilakukan secara

asepsis untuk mencegah infeksi tali pusat dan tetanus. Cuci tangan

dengan sabun dan air bersih sebelum mengikat dan memotong tali

pusat, serta jangan menggunakan instrumen yang tumpul karena dapat

meningkatkan resiko terjadinya infeksi karena terjadi trauma yang

lebih banyak pada jaringan. Tali pusat diikat pada jarak 2-3 cm dari

kulit bayi dengan menggunakan klem yang terbuat dari plastik, atau

menggunakan tali yang bersih. Kemudian tali pusat dipotong pada  1

cm didistal tempat tali pusat diikat menggunakan instrumen yang

steril dan tajam.


54

2) Perawatan tali pusat

Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam

minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada

neonatus. Dalam perawatan tali pusat yang terpenting adalah menjaga

agar tali pusat tetap kering dan bersih. Cuci tangan dengan sabun dan

air bersih sebelum merawat tali pusat. Bersihkan dengan lembut

disekitar tali pusat dengan kapas basah, kemudian bungkus dengan

longgar tidak terlalu rapat dengan kasa steril. Popok/celana bayi diikat

di bawah tali pusat, tidak menutupi tali pusat untuk menghindari

kontak dengan feses dan urin.

3) Pemberian salep mata

Pemberian antibiotik profilaksis pada mata terbukti dapat

mencegah terjadinya konjungtifitis.Profilaksis mata yang sering

digunakan yaitu tetes mata silver nitra 1%, salep mata eritromicin dan

salep mata tetrasilin.

4) Pemberian Vit – K

Jenis Vit – K yang digunakan adalah vit –K1. Vit – K diberikan

intramuskuler atau oral. Dosis untuk semua bayi baru lahir

intramuskuler 1 mg dan dosis tunggal oral 3 x 2 mg diberikan pada

waktu bayi baru lahir umur 3 -7 hari dan pada saat bayi berumur 1 -2

bulan.

5) Pengukuran berat dan panjang bayi


55

Bayi baru lahir harus ditimbang berat lahirnya. Dua hal yang

harus selalu diketahui orang tua tentang bayi yang baru lahir adalah

jenis kelamin dan beratnya. Apabila diperlukan data mengenai

panjang bayi, maka dilakukan pengukuran panjang bayi dnegan

menggunakan stadiometer bayi dengan menjaga bayi dalam posisi

lurus dan ekstremitas dalam keadaan ekstensi.

6) Memandikan bayi

Saat mandi, bayi dalam keadaan telanjang dan basah sehingga

mudah kehilangan panas. Karena itu dilakukan upaya untuk

mengurangi terjadinya kehilangan panas. Bayi cukup diseka dengan

sabun dan air hangat untuk memastikan bayi tetap segar dan bersih.

Urutan memandikan bayi yang benar dimulai dari

membersihkan wajah. Mata dibersihkan dengan kapas yang telah

direndam air matang. Lubang hidung dibersihkan dengan perlahan dan

tidak terlalu dalam dengan cotton buds yang dicelupkan ke dalam air

bersih. Bagian luar telinga dibersihkan dengan menggunakan cotton

buds yang telah diberi baby oil.

Kemudian wajah bayi diusap dengan waslap yang telah

direndam air hangat. Setelah wajah dibersihkan, bukalah baju bayi

lalu bersihkan alat kelamin dan bokong bayi dengan kapas basah.

Usaplah seluruh permukaan dan lipatan tubuh bayi dengan waslap

yang direndam dalam air hanagt dan diberi sabun khusus bayi. Setelah

selesai bayi dimasukkan ke bak air hangat.


56

Untuk membersihkan punggung bayi, baliklah badan bayi

perlahan dengan tangan kanan ibu sedangkan tangan kiri tetap

menopang badan bayi dan memegang erat ketiaknya. Setelah selesai

maka lap menggunakan handuk kering dan bersih, berikan bedak,

minyak kayu putih dan pakaikan pakaian.

f. Asuhan Pada Kunjungan Neonatal

Menurut Kemenkes RI (2016), Pelayanan Kesehatan bayi baru lahir

oleh bidan/perawat/dokter dilaksanakan minimal 3 kali, yaitu:

a) Kunjungan Neonatal (KN 1) Waktu 6-8 jam setelah bayi lahir

(1) Mempertahankan suhu tubuh bayi, hindari memandikan bayi

hingga sedikitnya 6 jam jika tidak terjadi masalah medis

(2) Pemeriksaan fisik bayi head to toe

(3) Konseling : jaga kehangatan, pemberian ASI, perawatan tali pusat

dan tanda bahaya

(4) Gunakan tempat yang hangat dan bersih

(5) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeiksaan

(6) Memberikan Imunisasi HB-0

b) Kunjungan Neonatal ( KN 2) Hari Ke 3-7 setelah lahir

(1) Menjaga tali pusat dan keadaan bersih dan kering

(2) Menjaga kebersihan bayi

(3) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,

ikterus, diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI


57

(4) Memberikan ASI bayi minimal 10-15 kali dalam 24 jam, selama

2 minggu pasca persalinan

(5)Menjaga keamanan bayi

(6) Menjaga suhu tubuh bayi

(7) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI

ekslusif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi

baru lahir dirumah dengan mengunakan buku KIA.

c) Kunjungan Neonatal (KN 3) Hari ke 8-28 hari setelah lahir

(1) Pemeriksaan fisik

(2) Menjaga kebersihan bayi

(3) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,

ikterus, diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI

(4) Memberikan ASI bayi minimal 10-15 kali dalam 24 jam, selama

2 minggu pasca persalinan

(5) Menjaga keamanan bayi

(6) Menjaga suhu tubuh bayi

(7) Memberitahu ibu tentang imunisasi BCG

4. Nifas

a. Pengertian Nifas

Menurut Prawirohardjo (2012) juga mendefinisikan Masa nifas atau

puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan

6 minggu 42 hari setelah itu. Pelayanan pasca persalinan untuk

memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan,


58

deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin

terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan

kehamilan, imunisasi dan nutrisi bagi ibu.

Masa nifas adalah masa dimana dimulai setelah lahirnya plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu ( Nugroho et al, 2014)

b. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Menurut Astutik2015, perubahan fisiologis masa nifas antara lain

1) Perubahan Sistem Reproduksi Masa Nifas

(a) Uterus

Dalam masa nifas, uterus akan berangsur-angsur menjadi

kecil(involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

Hal yang menyebabkan bekas implantasi plasenta pada dinding

endometrium tidak meninggalkan bekas atau jaringan parut.

1). Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas

12 x 15 cm dengan permukaan kasar dimana pembuluh darah

besar bermuara.

2). Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose

disamping pembuluh darah tertutup kontraksi otot rahim.

3). Bekas implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke- dua

sebesar 6-8 cm, dan akhir purperium sebesar 2 cm

4). Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan yang

telah rusak bersama dengan lochea.


59

5). Luka bekas implantasi akan sembuh karena pertumbuhan

endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis

endometrium.

6). Kesembuhan sempurna pada saat akhir masa nifas.

(b).Lochea

Lochea adalah cairan / sekret yang berasal dari cavum uteri dan

vagina dalam masa nifas. Macam –macam lochea:

1). Lochea rubra ( cruenta ) : Berisi darah segar dan sisa selaput

ketuban, sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan mekonium,

selama 2 hari

2). Lochea sanguinolenta : Berwarna kuning berisi darah dan

lendir, hari 3 -7 nifas.

3). Lochea serosa : Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi,

pada hari ke 7-14 nifas.

4). Lochea alba : Cairan putih, keluar setelah 2 minggu masa

nifas.

(c). Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. setelah

persalinan, ostium uteri eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3

jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks akan menutup.

(d). vulva dan vagina

vulva dan vagina mengalami perubahan yaitu adanya

penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses


60

melahirkan bayi dan dalam beberapa hari sesudah proses tersebut.

Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak

hamil. Dan setelah 3 minggu rugae dalam vagina secara

berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi

lebih menonjol.

(e). Perineum

Perubahan yang terjadi pada perineum adalah Segera setelah

melahirkan perineum menjadi kendur karena sebelumnya

teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada masa

nifas hari ke 5, tonus otot perineum sudah kembali seperti

keadaan sebelum hamil, walaupun tetap lebih kendur dari pada

keadaan sebelumnya.

(f). Payudara

Perubahan pada payudara yaitu Penurunan kadar progesteron

secara tepat dengan peningkatan hormon prolaktin setalah

persalinan, serta kolostrum sudah ada saat persalinan produksi asi

terjadi pada ahri ke 2 atau ke 3 setelah pesalinan. Dan payudara

menjadi bersar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi.

2) Perubahan Sistem Perkemihan

Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem

perkemihan, antara lain

a) Sulit buang air kecil selama 24 jam pertama


61

b) Urin dalam jumlah yang banyak akan dihasilkan dalam waktu 12-

36 jam sesudah melahirkan.

c) Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami

penurunan yang mencolok.

3) Perubahan Pada Sistem Pencernaan

a) Nafsu makan berkurang

b) Gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong

c) Sulit Buang Air Besar (BAB)

4) Perubahan pada sistem kardiovaskuler

a) Volume darah kembali normal kepada keadaan tidak hamil

b) Jumlah sel darah merah hemoglobin kembali norml pada hari ke 5

c) Kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama

masa nifas

d) Tonus otot pada dinding vena mulai membaik, dan tekanan darah

menurun sampai kekadar sebelum hamil.

5) Perubahan Pada Sistem Endokrin

Kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang.

a) Hormon plasenta

Horrmon chorionik gonadotropin (hCG) menurun dengan

cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke -7 masa

nifas.

b) Hormon oksitosin
62

Oksitosin dikeluarkan dari hipolamus posterior, untuk

merangsang kontraksi otot uterus berkontraksi dan pada payudara

untuk mengeluarkan air susu.

c) Hormon Pituitari

Prolaktin dalam darah meningkat dengan cepat pada wanita

yang tidak menyusi menurun dalam waktu 2 minggu.

d) Hipotalamik pituitari ovarium

Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan

mempengaruhi lamanya mendapatkan mentruasi. Diantara wanita

laktasi sekitar 15% mentruasi setelah 12 minggu. Diantara wanita

yang tidak laktasi 40% mentruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12

minggu dan 90% setelah 24 minggu.

6). Perubahan Pada Sistem Integumen

Perubahan sistem integumen pada masa nifas diantaranya

adalah :

a) Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan

kekurangan hyperpigmentasi kulit.

b) perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena

kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.

7). Perubahan Tanda-Tanda Vital Pada Masa Nifas

a) Suhu badan

sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik

sedikit,antara 37,2 0C- 37,50C.Bila kenaikan mencapai 380C pada


63

hari ke-2 sampai hari-hari berikutnya, perlu diwaspadai adanya

infeksi atau sepsi masa nifas.

b) Denyut nadi

Setelah persalinan denyut nadi sekitar 60x/menit dan terjadi

pada minggu pertama masa nifas. Frekuensi yang normal yaitu 60-

80 x/menit. denyut nadi masa nifas ummnya stabil dibandingkan

suhu badan.

c) Tekanan darah

tekanan darah < 140 mmHg, bisa meningkat dari sebelum

persalinan sampai 1-3 hari masa nifas.

d) Respirasi

Respirasi/ pernapasan umumnya lambat atau normal, karena

ibu dalam keadaan pemulihan atau keadaan istiraht. pernapasan

yang normal setelah persalinan adalah 16-24 x/ menit atau rata-

ratanya 18 x/ menit.

8). Perubahan Pada Sistem Hematologi

Bila dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobinnya (Hb) akan

tampak sedikit menurun dari angka normalnya sekitar 11-12 gr%

karena selama hamil, darah ibu relatif lebih encer, karena cairan

darah ibu banyak, sementara sel darahnya berkurang.


64

c. Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas

Menurut Astutiet al. (2015) tanda-tanda bahaya masa nifas antara lain:

1) Perdarahan hebat atau perdarahan secara tiba-tiba.

2) Mengeluarkan gumpalan darah .

3) Pusing

4) Lemas yang berlebihan

5) Suhu tubuh ibu > 380c

6) Nyeri perut hebat atau lochea berbau .

7) Kejang-kejang

d. Penatalaksanaan Masa Nifas

Menurut Astutik (2015),penatalaksaan masa nifas yaitu, sebagai berikut :

1) Kunjungan I : 6-8 jam setelah persalinan

Asuhan yang diberikan :

a) Mencengah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila

perdarahan berlanjut.

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencengah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d) Pemberian ASI awal.

e) Mengajarkan ibu cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi

baru lahir.

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.


65

g) Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan

bayi untuk 2 jam pertama setelah melahirkan atau sampai keadaan

ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

2) Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan

Asuhan yang diberikan :

a) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal :

uterusberkontraksi,fundus di bawah umbilikus, tidak ada

perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam,infeksi, atau perdarahan abnormal.

c) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit.

d) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari.

3) Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan

Asuhan yang diberikan :

a) Sama seperti 6 hari setelah persalinan.

4) Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan

Asuhan yang diberikan :

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami atau

bayinya.
66

b) Memberikan konseling KB secara dini.

c) Menganjurkan ibu membawa bayinya ke posyandu atau puskesmas

untuk penimbangan dan imunisasi.

5. Keluarga Berencana (KB)

a) Pengertian KB

Keluarga berencana adalah Upaya peningkatan kepedulian dan peran

serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan

kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan

keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera

( Yuhedi dan kurniawati 2013)

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak

anak yang diinginkan agar dapat mencapai hal terebut, maka dibuatlah

beberapa cara untuk alternative untuk mencegah ataupun menunda

kehamilan. Cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencagahan

kehamilan dan keluarga (Sulistyawati, 2012).

Seorang ibu yang baru melahirkan bayi biasanya lebih mudah untuk

diajak menggunakan kontrasepsi, sehingga waktu setelah melahirkan

adalah waktu yang paling tepat untuk mengajak seorang ibu

menggunakan kontrasepsi. Tujuan pelayanan KB Pasca Persalinan adalah

untuk mengatur jarak kehamilan/kelahiran, dan menghindari kehamilan


67

yang tidak diinginkan, sehingga setiap keluarga dapat merencanakan

kehamilan yang aman dan sehat. Pelayanan KB pasca persalinan dimulai

dengan pemberian informasi dan konseling yang sudah dimulai sejak

masa kehamilan. Tenaga kesehatan sebagai pemberi pelayanan

memegang peranan penting dalam memberikan informasi dan konseling

KB pasca persalinan kepada calon peserta KB (Kemenkes RI, 2013).

KB Pasca Persalinan dilaksanakan pada periode menyusui.

Rekomendasi Hasil Kajian Health Technology Assesment (HTA)

Indonesia, tentang KB pada Periode Menyusui dalam Kemenkes RI

(2013,) adalah sebagai berikut:

(1)Wanita pada periode menyusui direkomendasikan untuk

menggunakan kontrasepsi KB sebelum terjadi ovulasi pertama kali

sekitar 155 ± 45 hari.

(2)Bahwa Pemberian ASI Eksklusif menunda terjadinya ovulasi.

(3)Metode kontrasepsi progestin tidak mengganggu volume dan

kandungan nutrisi Air Susu Ibu.

(4)Kontrasepsi pil progestin (progestin-only minipills) dapat mulai

diberikan dalam 6 minggu pertama pasca persalinan. Namun, bagi

wanita yang mengalami keterbatasan akses terhadap pelayanan

kesehatan, minipil dapat segera digunakan dalam beberapa hari

(setelah 3 hari) pasca persalinan.

(5)Kontrasepsi suntikan progestin/Depo Medroxy ProgesteronAcetat

(DMPA) pada minggu pertama (7 hari) atau minggu keenam (42 hari)
68

pasca persalinan terbukti tidak menimbulkan efek negatif terhadap

menyusui maupun perkembangan bayi.

(6)Penggunaan DMPA jangka panjang (> 2 tahun) terbukti menurunkan

densitas mineral tulang sebesar 5-10% pertahun. Namun, WHO

merekomendasikan tidak adanya pembatasan lama penggunaan

DMPA bagi wanita usia 18 - 45 tahun.

(7)Tidak terdapat hubungan antara durasi penggunaan DMPA dengan

peningkatan risiko kanker payudara.

(8)Kontrasepsi implan merupakan pilihan bagi wanita menyusui dan

aman digunakan selama masa laktasi, minimal 4 minggu pasca

persalinan.

(9)Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) pasca plasenta aman dan

efektif, tetapi tingkat ekspulsinya lebih tinggi dibandingkan ekspulsi

≥ 4 minggu pasca persalinan. Ekspulsi dapat diturunkan dengan cara

melakukan insersi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dalam 10

menit setelah ekspulsi plasenta.

(10) Jika 48 jam pasca persalinan telah lewat, insersi Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) ditunda sampai 4 minggu atau

lebih pasca persalinan.

(11) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 4 minggu pasca persalinan

aman dengan menggunakan AKDR copper T, sedangkan jenis non

copper memerlukan penundaan sampai 6 minggu pasca persalinan.


69

(12) Penggunaan kontrasepsi kombinasi oral dalam 6 bulan pasca

persalinan dapat menurunkan volume ASI pada wanita menyusui.

(13) Pada negara-negara dengan keterbatasan akses terhadap kontrasepsi,

MAL dapat direkomendasikan untuk digunakan.

(14) Metode AmenoreLaktasi (MAL) efektif mencegah kehamilan pada

wanita menyusui pasca persalinan yang memenuhi kriteria sebagai

berikut: amenorea, pemberian ASI eksklusif, proteksi terbatas pada

6 bulan pertama. MAL dapat dipertimbangkan penggunaannya pada

daerah dengan keterbatasan akses terhadap kontrasepsi.

a. Macam- macam dan jenis KB Pasca Persalinan

Menurut Kemenkes (2013).KB Pasca Persalinan terdapat beberapa

pilihan metode kontrasepsi yang dapat digunakan setelah persalinan

karena tidak menganggu proses menyusui. Berikut penjelasan mengenai

pilihan metode tersebut.

1. Metode Amenorea Laktasi

Mal dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :

a. Ibu menyusui secara penuh (full breast feeding) dan sering: lebih

efektif bila pemberian ≥ 8 kali sehari

1) Ibu belum haid

2) Umur bayi kurang dari 6 bulan

Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar efektivitas

MAL optimal:
70

(a)Ibu harus menyusui secara penuh atau hamper penuh (bayi

hanya sesekali diberi 1-2 teguk air/minuman pada upacara

adat/agama)

(b) Pendarahan sebelum 56 hari pascasalin dapat diabaikan

(belum dianggap haid)

(c)Bayi menghisap payudara secara langsung

(d)Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi

lahir

(e)Kolostrum diberikan kepada bayi

(f) Pola menyusui on demand (menyusui setiap saat bayi

membutuhkan) dan dari kedua payudara

(g)Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari

(h) Hindari jarak antara menyusui lebih dari 4 jam

2. Kontrasepsi Mantap

Kontrasepai mantap (sterilisasi) digunakan untuk yang tidak ingin

mempunyai anak lagi.

3. Alat Kontrasepsidalam Rahim (AKDR)

AKDR merupakan pilihan kontrasepsi pascasalin yang aman dan

efektif untuk ibu yang ingin menjarangkan atau membatasi

kehamilan . AKDR dapat dipasang segera setelah bersalin ataupun

dalam jangka waktu tertentu. Angka ekspulsi pada pemasangan

pemasangan AKDR segera pascasalin lebih tinggi dibandingkan


71

tekhnik pemasangan msa interval (lebih dari 4 minggu setelah

persalinan), angka ekspulsi dapat diminimalisasi bila:

a. Pemasangan dilakukan dalam waktu 10 menit setelah setelah

melahirkan plasenta

b. AKDR ditempatkan cukup tinggi pada fundus uteri

c. Pemasangan dilakukan oleh tenaga terlatih khusus

Keuntungan pemasangan AKDR segera setelah lahir (pasca

plasenta) antara lain :

1) Biaya lebih efektif dan terjangkau

2)Lebih sedikit keluhan perdarahan dibandingkan dengan

pemasangan setelah beberapa hari/minggu.

3)tidak perlu mengkhawatirkan kemungkinan untuk hamil selama

menyusui dan AKDR pun tidak mengganggu produksi air susu

dan ibu yang menyusui.

4) Mengurangi angka ketitak patuhan pasien.

namun demikian ,terdapat beberapa resiko dan hal-hal yang

harus diwaspadai saat pemasangannya:

a) Dapat terjadi robekan dinding rahim

b) Ada kemungkinan kegagalan pemasangan

c) Kemungkinan mangalami terjadi infeksi setelah

melahirkan hingga beberapa hari kemudian .


72

d) Kemudian terjadi infeksi setelah pemasangan AKDR

(pasien harus kembali jika ada demam, bau amis/anyir dari

cairan vagina dan sakit perut terus menerus).

4.Implan

a. Implant berisi progestin, dan tidak mengganggu produksi ASI

b. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascasalin,

pemasangan implan dapat dilakukan setiap saat kontrasepsi lain

bila menyusui penuh (full brestfeeding).

c. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid,

pemasangan dapat dilakukan kapan saja tetapi menggunakan

kotrasepsi lain atau jangan melakukan hubungan seksual selama 7

hari.

d. Masa pakai dapat mencapai 3 tahun (3keto desogestrel) hingga 5

tahun (levonogestrel). Imformasi lebih lanjut.

5.Suntikan Progestin

a. Suntikan progestin tidak mengganggu produksi ASI

b. Jika ibu tidak menyusui, suntikan dapat segera dimulai

c. Jika ibu menyusui, suntikan daapat dimulai setelah 6 minggu

pascasalin

d. Jika ibu menggunakan MAL, suntikan dapat ditunda sampai 6

bulan
73

e. Jika ibu tidak menyusui, dan sudah lebih dari 6 minggu pascasalin,

atau sudah dapat haid, suntikan dapat dimulai setelah yakin tidak

ada kehamilan

f. Injeksi diberikan setiap 2 bulan (depo noretisteron enantat) atau 3

bulan (medroxiprogesteron asetat), imformasi lebih lanjut

6. Minipil

a. Minipil berisi progestin dan tidak mengganggu produksi ASI

b). Pemakaian setiap hari,satu strip untuk 1 bulan.

7. Kondom

a. Pilihan kontrasepsi untuk pria

b. Sebagai kontrasepsi sementara.

B. Standar Asuhan dan Pelayanan Kebidanan

1. Standar Asuhan Kebidanan

Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan

keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan

wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat

kebidanan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa da atau masalah

kebidanan, perencenaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan

kebidanan.

a. Standar I : Pengkajian

1) Pernyataan Standar
74

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

2) Kriteria Pengkajian

a) Data tepat, akurat dan lengkap.

b) Data Subjektif (hasil anamnesa: biodata, keluhan utama, riwayat

obstetrik, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya).

c) Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan

pemeriksaan penunjang).

b. Standar II : Perumusan diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

1) Pernyataan Standar

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterprestasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

2) Kriteria Perumusan diagnosa dan atau Masalah:

a) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan;

b) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien;

c) Dapat diselesaikan dengan asihan kebidanan secara mandiri,

kolaborasi dan rujukan.

c. Standar III : Perencanaan

1) Pernyataan Standar

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan

masalah yang ditegakkan.

2) Kriteria Perencanaan
75

a) Rencana tindakan disusun sesuai prioritas masalah dan kondisi

klien: tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara

komprehensif.

b) Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga.

c) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya

klien/keluarga.

d) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien

berdasrkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang

diberikan bermanfaat untuk klien.

e) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,

sumber daya serta fasilitas yang ada.

d. Standar IV : Implementasi

1) Pernyataan Standar

Bidan melaksankaan rencana asuhan kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence base

kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif,preventif, kuratif

dan rehabilitatif.

2) Kriteria

a) Memperlihatkan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-

sosial-spiritual-kultural.
76

b) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien

dan atau keluarganya (informed consent).

c) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence base.

d) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan.

e) Menjaga privasi klien/pasien.

f) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.

g) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.

h) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan

sesuai.

i) Melakukan tindakan sesuai standar.

k) Mencatat tindakan yang telah ditentukan.

e. Standar V : Evaluasi

1) Pernyataan Standar

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan

berkesinambungan untuk melihat efektifitas dari asuhan yang sudah

diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.

2) Kriteria Evaluasi

(a)Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan

sesuai kondisi klien.


77

(b)Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada

klien/keluarga.

(c)Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

(d)Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.

f. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

1) Pernyataan Standar

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat,

singkat dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan

dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.

2) Kriteria

a) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada

formulir yang tersedia (Rekam Medis/KMS/Status pasien/Buku

KIA).

b) Ditulis dalam bentuk perkembangan SOAP.

c) S adalah subjektif, mencatat hasil anamnesa.

d) O adalah objektif, mencatat hasil pemeriksaan.

e) A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.

P adalah pelaksanaan, mencatat seluruh pelaksanaan dan

pentalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif: penyuluhan,

dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.


78

C. Kewenangan Bidan

Berdasarkan Peraturan menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

1464/Menkes/per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan Praktik Bidan,

kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:

1. Kewenangan normal

Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh

bidan.Kewenangan ini meliputi:

a. Pelayanan kesehatan ibu

1) Ruang lingkup

a) Pelayanan konseling

b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

c) Pelayanan ibu nifas normal

d) Pelayanan ibu menyusui

e) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

2) Kewenangan

a) Episiotomi;

b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;

c) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;

d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil;

e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;


79

f) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air

susu ibu (ASI) eksklusif.

g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan post

partum.

h) Penyuluhan dan konseling;

i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil;

j) Pemberian surat keterangan kematian;

k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin

b. Pelayanan kesehatan anak

1) Ruang lingkup

a) Pelayanan bayi baru lahir

b) Pelayanan bayi

c) Pelayanan anak balita

d) Pelayanan anak pra sekolah

2) Kewenangan

a) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,

pencegahan hipotermi, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), injeksi

vitamin K1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28

hari), dan perawatan tali pusat.

b) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk.

c) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.

d) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.


80

e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra

sekolah.

f) Pemberian konseling dan penyuluhan.

g) Pemberian surat keterangan kelahiran dan surat keterangan

kematian.

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan KB, dengan

kewenangan:

1) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi

perempuan dan KB

2) Memberikan alat kontrasepsi oral

3) Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi

bidan yang menjalankan program pemerintah mendapatkan

kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan yang

meliputi:

a) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim

dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit.

b) Asuhan antenatal terintergrasi dengan intervensi khusus penyakit

kronis tertentu.

c) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang

ditetapkan.

d) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang

kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja di bidang
81

kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan

penyehatan lingkungan.

e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, angka balita, anak pra

sekolah dan anak sekolah.

f) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas.

g) Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan

terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian

kondom dan penyakit lainnya.

h) Pencegahan penyalah gunaan narkotika, psikotropika dan zat

adiktif lainnya melalui informasi dan edukasi.

i) Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program pemerintah

D. Teori Manajemen Asuhan Kebidanan

Menurut Varney 2007 dalam buku Asih dan Risnemi (2016),

Manajemen kebidanan adalah Proses pemecahan masalah dengan

pengorganisasian, pemikiran dan tindakan-tindakan yang logis dan

menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan

Manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah menurut Varney, yaitu

sebagai berikut :

1. Langkah I : Pengumpulan data dasar

Pada langkah pertama ini, dilakukan pengkajian dengan pengumpulan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara

lengkap, yaitu:
82

f) Identitas pasien

g) Riwayat kesehatan

h) Pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan

i) Meninjau data laboratorium

2. Langkah II : Identifikasi Diagnosa dan Masalah

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi

yang benat atas data-data yang telah dikumpulkan.Data dasar yang sudah

dikumpulkan di interprestasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis

dan masalah yang spesifik.

3. Langkah III : Identifikasi Diagnosis dan masalah Potensial

Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah potensial atau

diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan di harapkan dapat

bersiap-siap bila diagnosis/masalah potensial ini benar-benar terjadi.

4. Langkah IV : Identifikasi Kebutuhan Segera

Pada langkah ini, bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan

segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain

berdasarkan kondisi klien. Setelah itu mengidentifikasi perlunya

tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/ untuk dikonsultasikan atau

ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan

kondisi klien. Data baru dikumpulkan dan dievaluasi kemungkinan bisa


83

terjadi kegawatdaruratan dimana bidan harus bertindak segera untuk

kepentingan kesehatan keselamatan jiwa ibu dan anak.

5. Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh ( Intervensi )

Pada langkah ini melakukan perencanaan menyeluruh yang

merupakan kelanjutan dari manajemen terhadap diagnosis atau masalah

yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang

menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari

kondisi pasien atau masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka

pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut.

6. Langkah VI : Pelaksanaan Rencana Asuhan ( Implementasi )

Pada langkah ini dilakukan rencana asuhan yang menyeluruh

secara efisien dan aman. Pada saat bidan berkoloborasi dengan dokter

untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka bertanggung

jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan yeng menyingkat waktu

tersebut.

7. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ketujuh, ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan

yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan sesuai dengan

kebutuhan sebagimana yang telah teridentifikasi di dalam maslahndan

diagnosis. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan dengan Metode

SOAP.
84

BAB III
STUDI KASUS

A. Jenis Laporan Kasus

Jenis laporan kasus akan direncanakan Continuity of care dalam

bentukkegiatan studi kasus yaitu suatu pendekatan memusatkan perhatian

pada suatu kasus secara intensif dan rinci, dengan metode penulisan data

adalah deskriptif yang merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan

tujuan untuk memperoleh gambaran tentang asuhan kebidanan komprehensif

pada kehamilan, persalinan, BBL, nifas dan KB. Laporan kasus ini bertujuan

untuk melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. M di Praktik

Mandiri Bidan Devi Andriani Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.

B. Lokasi dan Waktu

1. Lokasi

Lokasi kegiatan pelaksanaan Asuhan Kebidanan akan dilakukan di

PMBDevi Andriani Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.

2. Waktu

Telah dilakukan kegiatan asuhan kebidanan pada Ny. M pada

tanggal 20 April 2021.

C. Subjek Laporan Kasus

Subjek laporan kasus adalah Ny. M, umur 24 tahun, pendidikan SMA

kebidanan, dengan GIP0A0 , Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 5Agustus

2020, Taksiran Tanggal Persalinan (TTP) : 17 April 2021, Usia kehamilan Ny.
85

M 36 minggu. Ny. M tidak memiliki komplikasi dan penyakit kronis pada

kehamilan yang lalu, dengan keadaan ibu dan janin baik.

D. Instrumen Laporan Kasus

Instrumen yang digunakan dalam studi kasus ini adalah pengkajian

datapada Ny. M dengan penggunaan format manajemen asuhan kebidanan

ANC, INC, BBL, Nifas, dan KB.

E. Rencana Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Jenis data yang

dikumpulkan terdiri dari data:

1. Data Primer : data yang diperoleh secara langsung dari responden 2.

2. Data Sekunder : data pendukung data primer, berupa pencatatan dan

pelaporan yang diperoleh dari instansi terkait seperti

Dinas Kesehatan Kecamatan banda Sakti kota

Lhokseumawe, Bidan Praktek Mandiri (BPM).

F. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam kasus ini sesuai dengan daftar

tilik untuk menilai kegiatan yang dilakukan pada klien, yaitu :

1. Untuk pemeriksaan ANC digunakan :

Tempat tidur, senter, timbangan, tensimeter, stetoskop, pita ukur,

jam tangan, meteran, monoral / dopler, reflek hamer, kapas dtt, kom air

dtt, bengkok, sarung tangan, wastafel, dan kain lap larutan klorin. Untuk

pemeriksaan HB digunakan : standar hemoglobin, lanset steril, kapas


86

akohol dan kapas kering, HCL 0,2 %, aquades, sarung tangan. untuk

pemeriksaan proteinurine digunakan : tabung reaksi, penjepit tabung, rak

tabung, spuit 3 cc, lampu spiritus, korek api, wastafel, sabun, waslap,

sarung tangan, larutan klorin 0,5%, masker, celemek, asamasetat, dan

urine ibu 3 cc. Untuk pemeriksaan glukosa urine digunakan : tabung

reaksi, penjepit tabung, rak tabung, lampu spiritus, korek api, wastafel,

sabun, waslap, sarung tangan, larutan klorin 0,5%, masker, celemek,

benedik, dan urine ibu 3 cc.

2. Alat Persalinan Normal (APN) :

a. Shaaf 1,1 partus set, 2 pasang handsconesteril, 1 gunting tali pusat, 1

gunting episiotomy, 2 buah arteri klem, 1 buah ½ koher, kasa steril,

benang tali pusat, monoral, kom obat berisi 6 amp oxytosin 1%, 3 amp

lidokain 1%, 3 amp ergometrin,spuit 3 cc/ 5 cc, jarum dan

catgutchromic, kom air DTT, betadine, klorin sprey, 2 buah bengkok,

lampu sorot, bak berisi kasa DTT, kateter DTT, handscone DTT, pita

ukur, salap tetes mata.

b. Shaaf II, heating set, sepasang handscone, 1 nalpuder, nalhatting,

gunting benang, pinset anatomis dan sirugis, kasa, 1 buah duk,

penghisap lendir, tempat plasenta, tempat klorin 0,5 % untuk

handscone bekas pakai, tempat ampul bekas atau tong sampah tajam,

tempat spuit bekas, tensimeter, steteskop, thermometer.

c. Shaaff III,cairan RL 3 buah, abocat no 16-18 2 buah, celemek 2 buah,

infus set 2 buah, waslap 2 buah, sarung tangan steril 2 buah, plastik
87

merah (sampah basah), plastik kuning (sampah kering), plastik putih

(sampah kotor), handuk 1 buah, duk 2 buah, kain bedong 2 buah, baju,

popok, topi bayi, kaca mata, masker, resusitasi.

3. Alat Bayi Baru Lahir :

Handscound, thermometer, bengkok, balon resusitasi dan sungkup,

lampu sorot, penghisap lendir, pita ukur, timbangan.

4. Nifas :

Termometer, tensimeter, stetoscop,perawatan heating

perenium,sarung tangan,kom berisi kapas DTT dan air DTT,bengkok dan

larutan klorin 0,5%.

5. Keluarga berencana :

Tensimeter, timbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, alat

kontrasepsi siap pakai seperti kb suntik, pil, dan kondom.


88

BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus

1. Ante Natal Care (ANC)

Nama responden dalam asuhan kebidanan komprehensif ini

adalah Ny. M. Ny. M melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak

empat kali di Bidan Praktek Mandiri Devi Andriani, S,SiT, MKM

Pusong Baru Kota Lhokseumawe.

Pada pemeriksaan tanggal 16 febuari 2021 usia kehamilan

36 minggu. Imunisasi TT sudah lengkap. Berdasarkan teori, bila kehamilan

normal, jumlah kunjungan empat kali, satu kali trimester I, satu kali

trimester II dan dua kali trimester III.

Data objektif didapatkan yaitu DJJ 155x/i, leopold I tinggi

fundus uteri 31 cmm, leopold II punggung janin berada di sebelah kanan

perut ibu (PUKA), leopold III presentasi kepala, sudah masuk PAP (Pintu

Atas Panggul). Pemerikasaan laboratorium yaitu protein urinr negatif (-),

Glukosa urine negatif (-) dan kadar haemoglobin 12 gr %.


89

2. Intra Natal Care (INC)

Ny. M datang ke BPM pukul 14.30 WIB kala I fase aktif

(pembukaan 6 cm) DJJ 155x/i, kontraksi/his empat kali dalam sepuluh

menit lamanya 45 detik, tanda-tanda vital TD : 120/80, RR: 20x/i,

Pols: 80x/i Porsio teraba tipis, bagian terbawah utuh.

Pada pukul 17.30 ibu merasakan Seperti BAB, pembukaan

lengkap 10cm, berdasarkan pemerikasaan ibu sudah memasuki

persalinan kala II, ibu di pinpim meneran kepala bayi sudah nampak

di vulva, persiapan persalinan, persiapan Apd lakukan sesuai dengan

60 langkah APN bayi lahir dengan BB: 2800 gram PB: 48 cm Jenis

kelamin laki-laki dan lingkar kepala 33cm. Proses persalinan pada Ny.

M normal kala I berlangsung selama 3 jam.

Pada persalinan bidan telah melakukan 60 langkah APN

dengan persalinan normal bayi lahir spontan jam 18.05 WIB bayi

menangis kuat. Melakukan IMD letakkan bayi di atas perut ibu asuhan

sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi. Asuhan kala II yang

telah di berikan pada Ny. M meliputi telah melibatkan ibu dan

keluarga sebagai pengambil keputusan, menghadirkan pendamping

persalinan, menjaga privasi ibu sentuhan jika di perlukan menghindari

informasi yang tidak perlu memberitahu ibu dan keluarga tentang

keadaanya, anjurkan ibu untuk meneran setelah pembukaan lengkap,

dan beristirahat.
90

Kala II pasa Ny. M berlangsung selama 30 menit dari

pembukaan lengkap pada pukul 18.05 WIB dan bayi lahir spontan

belakang kepala pukul 18.05 WIB. bayi segera menangis, warna kulit

kemerahan, gerakan aktif, pernapasan 40x/i, berat badan 2800 gram,

panjang badan, 48 cm, jenis kelamin laki-laki.

Setelah bayi lahir dilakukan MAK III yaitu pemberian

suntikan pitogin dosis 1, posisi perenggangan tali pusat terkendali dan

plasenta lahir 10 menit setelah bayi lahir, Kala III di mulai setelah

lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput

ketuban kala III berlangsung tidak lebih dari 30 menit, biasanya

plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan

dengan menahan fundu uteri.

Setelah plasenta lahir dilakukan pemantauan pendarahan

dan pada Ny. M terdapat pendarahan dari jalan lahir dengan robekan

derajat 1. Bidan melakukan 3 jahitan dikarenakan robekan yang terjadi

terlalu besar.

Pada kala IV dilakukan pemantauan vital sign, kontraksi

uterus dan ukuran atau tinggi fundus, pendarahan, kandung kemih

kosong, selama 2 jam untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya

pendarahan, penulis juga memantau keberhasilan IMD dan selama

pemantauan kala IV, vital sign dalam batas normal, kontraksi

uterus/baik, dan pendarahan tidak terjadi dan bayi sudah menyusu.

Asuhan yang di berikan pada kala IV adalah memantau keadaan


91

umum dan tanda-tanda vital ibu dan bayi, melakukan evaluasi

perdarahan ibu, memantau tinngi fundus uteri ibu, mrenganjurkan ibu

untuk istirahat dan pemenuhan cairan dan nutrisi pasca persalinan.

Pada proses asuhan persalinan normal di Bidan Praktek Mandiri

Devi Andriani, S,SiT, MKM Pusong Baru Kota Lhokseumawe.

terdapat kesenjangan antara tafsiran tanggal persalinan (TTP :

17 april 2021) sedangkan persalinan terjadi pada tanggal

20n april .

Bayi baru Lahir

Bayi Ny. M lahir pada tanggal 20 April 2021, pukul 18.05 WIB,

bayi segera menangis, APGAR score 9, langsung dikeringkan, potong

dan ikat tali pusat dan langsung dilakukan IMD.

Asuhan bayi baru lahir yaitu jagalah bayi agar bayi tetap

kering dan hangat, dengan menganti handuk atau kain yang basah dan

bedong bayi dengan selimut dan memastikan bahwa kepala telah

terlindungi dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh, dan

lakukan kontak dini antara ibu dan bayi.

Setelah IMD berhasil selama satu jam dilakukan

pengukuran antroprometri yaitu lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 31

cm dan lingkar lengan atas 11cm. Dengan BB: 3200 gram dan PB: 48

cm. Lalu suntikan hepatitis B pada bayi setelah 2 jam kelahiran untuk

mencegah terjadinya infeksi hepatitis B posisi penyuntikan dilakukan

pada 1/3 paha bagian luar.


92

Pada proses bayi baru lahir terdapat kesenjangan antara

teori dengan praktik dimana pada teori TBJ 2945 gram sedangkan

bayi lahir dengan 2800 gram.

4. Asuhan Masa Nifas

Pada masa nifas dilakukan kunjungan pada Ny. M

sebanyak 4 kali, yaitu kunjungan pertama 2 jam post partum,

kunjungan kedua pada 6 hari post partum, kunjungan ketiga 2 minggu,

kunjungan keempat pada 6 minggu post partum. semua berjalan

lancar.

Kunjungan pertama, 2 jam post partum dan 6 jam post

partum pada Ny. S tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi

uterus baik, konsitensi uterus keras, kandung kemih kosong,

mengeluarkan lochea berwarna rubra, semua hasil pemantauan tidak

ada kelainan ataupun tanda-tanda infeksi pada luka jahitan perineum

dan tidak terjadi perdarahan.

Kunjungan kedua pada minggu ke 1 keadaan ibu baik,

hubungan ibu dengan bayi pun baik, pengeluaran ASI kurang lancar

ibu menyusui bayinya akan tetapi juga diberikan susu formula, tidak

ada masalah dalam proses Eliminasi (BAK atau BAB), TFU pertengan

antara pusat dan simfisis, pengeluara pervaginam (lochea) sanguleuita

berwarna merah kuning, bau khas konsitensi cair, ibu memakan

makanan yang bergizi, tidak ada pantangan dan ibu baristirahat yang

cukup.
93

Kunjungan ketiga pada 2 minggu post partum pada Ny. M

adalah keadaan ibu baik, pengeluaran lochea sanguilenta, berwarna

merah atau kecoklatan, ibu memakan makanan bergizi tidak ada

pantangan selama masa nifas dan ibu istirahat yang cukup, tanda-

tanda vital TD: 120/80 RR: 20x/i Pols: 80x/i.

Ny. M memberi bayinya asi dan juga susu. kunjungan

tempat pada 6 minggu post partum adalah Ny. M dalam keadaan baik

tidak ada tidak ada kendala dalam masa nifas, pengeluaran lochea

tidak ada lagi, ibu memakan makanan yang bergizi, tidak ada

pantangan selama masa nifas, dan ibu istirahat yang cukup,

menganjurkan ibu ber KB ibu ingin ber KB Pil Andalan. Bayi sehat

dan tidak di temukan bahaya lainnya.

Setelah dilakukan asuhan pada Ny. M dari 2 jam Post

Partum sampai dengan 6 minggu post partum ibu dalam keadaan

normal atau fisiologis, tidak terdapat tanda tanda bahaya pada ibu

seperti demam, bengkak pada mamae, lecet pada puting susu serta

infeksi pada perenum, ibu tidak terdapat tanda dan gejala bahaya pada

ibu semua berjalan dengan normal.

5. Keluarga Berencana (KB)

KB pasca persalinan terdapat beberapa pilihan metode

kontra sepsi yang dapat di gunakan setelah persalinan tidak

menggangu proses menyusui, kontrasepsi yang aman bagi ibu yang


94

menyusui yaitu, pil andalan (laktasi), suntik 3 bulan, impant, KB IUD,

setelah konseling dan menjelaskan semua alat kontrasepsi.

Ternyata setelah di kaji Ny. M tetap memilih alat

kontrasepsi Pil Andalan dengan alasan ibu lebih nyaman karena tidak

mengganggu proses menyusui.

B. Pembahasan

1. Ante Natal Care (ANC)

Asuhan yang diberikan pada ibu Selama melakukan kunjungan

ANC antara lain yaitu memeriksa tanda-tanda vital, memeriksakan tinggi

fundus, penentuan letak janin dengan palpasi abdominal, melakukan

pemeriksaan DJJ, memberitahu tanda-tanda persalinan dan tanda bahaya

kehamilan trimester III. Pada asuhan ibu dianjurkan untuk makan

makanan yang bergizi dan minum air putih yang banyak supaya

menghilangkan dan mengurangi rasa nyeri pada pinggang ibu.

Menurut Pendapat Riskesdas (2013), Pelayanan kehamilan sangat

penting dilakukan oleh semua ibu hamil untuk mengetahui pertumbuhan

janin dan kesehatan ibu. Keadaan ibu dan janin dalam keadaan baik.

Dalam melaksanakan pelayanan antenatal care,

2. Intra Natal Care (INC)

Proses persalinan Ny. M berjalan baik tidak mengalami penyulit,

lama kala 1 yang dihitung dari mulai ibu merasakan mules sampai

pembukaan lengkap pada jam 18.05 WIB. Pada proses asuhan


95

persalinan normal ter Bidan Praktek Mandiri Devi Andriani, S,SiT,

MKM Pusong Baru Kota Lhokseumawe.

dapat kesenjangan hari pada tafsiran tanggal persalinan (TTP), hal ini

bisa disebabkan oleh ibu yang tidak terlalu ingat dalam

menginformasikan tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT) sehingga

penulis menetapkan TTP sesuai informasi yang diberikan, sebagaimana

pendapat Meliono (2012), yang menyatakan bahwa salah satu faktor

yang mempengaruhi pengetahuan seseorang itu adalah informasi.

1. Bayi Baru Lahir

Proses persalinan berlangsung baik dan bayi Ny. M lahir dalam

keadaan sehat dengan jenis kelamin laki-laki, berat badan 2800 gram,

panjang badan 48 cm. bayi tidak menunjukkan adanya tanda-tanda

kelainan apapun. perencanaan tindakan yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan bayi seperti perawatan tali pusat pada bayi agar tidak terjadi

perdarahan pada tali pusat bayi, pemberian salep mata, dan suntikan

hepatitis B.

2. Asuhan Masa Nifas

Pada masa nifas dilakukan pemeriksaan sebanyak 4 kali, yaitu

pada 6 jam post partum, 6 hari post partum, 2 minggu post partum, dan 6

minggu post partum. Masa nifas Ny. M berlangsung normal. Asuhan

yang diberikan pada ibu adalah menganjurkan ibu mengkonsumsi

makanan berprotein, menganjurkan istirahat, menganjurkan

mengkonsumsi tablet FE dan vitamin agar menambah tekanan darah,


96

mengajarkan ibu caraperawatan payudara, dan teknik cara menyusui

yang baik, memberitahukan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas.

Pada minggu ke 2 keadaan ibu baik, hubungan ibu dengan bayi

pun baik, Asi mulai banyak, tidak ada masalah dalam proses Eliminasi

(BAK dan BAB), TFU 3 jari diatas simfisis, pengeluaran pervaginam

(lochea) Alba.Pada Minggu ke 6 keadaan ibu dan Bayi semakin baik,

TFU Sudah tidak teraba, konseling KB telah diberikan.

3. Keluarga Berencana (KB)

Dari hasil pengkajian pasien didapatkan hasil bahwa ibu

menggunakan kontrasepsi KB suntik tiga bulan. Dimana ibu mengatakan

memilih kontrasepsi tersebut karena menguntungkan bagi ibu.

Sejalan dengan pendapat Dewi & Sunarsih (2011), metode sangat

efektif dan aman, dan dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia

reproduksi. Kembalinya kesuburan rata-rata 4 bulan, serta cocok untuk

masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.


97

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan manajemen kebidanan yang

berkesinambungan pada masa kehamilan, persalinan, BBL, nifas dan

KB pada Ny. M dengan P1 AO usia kehamilan 41> tiga hari minggu di

maka penulis menyimpu Bidan Praktek Mandiri Devi Andriani, S,SiT,

MKM.

lkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Penerapan asuhan kebidanan ante natal care pada Ny. M sesuai standar

Ante Natal Care (ANC).

2. Penerapan asuhan kebidanan intra natal care pada Ny. M sesuai standar

Asuhan Persalinan Normal (APN).

3. Penerapan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada Ny. M sesuai standar

Bayi Baru Lahir (BBL).

4. Penerapan asuhan kebidanan post natal carepada Ny. M sesuai standar

Post Natal Care (PNC).

5. Penerapan asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny. M sesuai

standar Keluarga Berencana (KB).

6. Pendokumentasian
98

B. Saran

1. Bagi Pendidikan

Sebagai metode penilain pada mahasiswa dalam melaksanakan

tugasnya untuk menyusun studi kasus, mendidik dan membimbing

mahasiswa agar lebih terampil dalam memberikan asuahan kebidanan.

2. Bagi Mahasiswa

Sebagai bahan masukan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan

kebidanan melalui pendekatan manajemen asuahn kebidanan pada ibu

hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB secara komprehensif.

3. Bagi Klien

a. ANC yang teratur dapat membantu medeteksi setiap hal sehingga

memudahkan dalam proses persalinan.

b. Segera periksa keterangan kesehatan apabila mengalami gangguan

dalam kehamilan, persalinan, BBL, nifas, KB.


99

Anda mungkin juga menyukai