Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di dunia
masih terbilang tinggi, menurut data World Health Organization (WHO), ada
sekitar 830 ibu di dunia meninggal setiap harinya akibat komplikasi
kehamilan dan persalinan. Penyebab utama dari kematian ibu antara lain
sumber daya yang rendah, perdarahan, hipertensi, infeksi, dan penyakit
penyerta lainnya yang diderita ibu sebelum masa kehamilan. Wanita yang
tinggal di negara berkembang memiliki resiko kematian 23 kali lebih besar
dibandingkan dengan wanita yang tinggal di negara maju sehubungan dengan
faktor yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan. (Worid Health
Statistics, 2018)
Selain angka kematian ibu, angka kematian anak di dunia juga masih
tinggi, Setiap harinya pada tahun 2016, 15.000 anak meninggal sebelum
mereka berumur $ tahun. Anak-anak menghadapi resiko kematian tertinggi
pada bulan pertama kelahiran, dengan 2,6 juta bayi meninggal pada tahun
2016 mayoritas kematian ini terjadi pada minggu pertama kelahiran. (World
Health Statistics, 2018)
Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, AKI di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup karena
target MGDs “Sustainable Develoment Goal's” tidak tercapai maka
pemerintah mengadakan program berkelanjutan yaitu Sustainable
Development Goal's (SDGs) dan di harapkan pada 2016 sampai dengan tahun
2030 AKI turun menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup. (Kemenkes RI,
2017)
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa
Barat tahun 2016 ternyata cukup tinggi, berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, terdapat 3702 bayi meninggal,
menurun 343 orang dibanding tahun 2015 yang tercatat 4.045 kematian bayi.
Range pelaporan kematian bayi periode 2009 s/d 2016 antara 3.982 - 5719
kematian bayi, dengan rata rata 4.560/tahun dan Angka Kematian Ibu tahun
2016 tercatat jumlah kematian ibu maternal yang terlaporkan sebanyak 799
orang (84,78/100.000 KH), dengan proporsi kematian pada Ibu Hamil 227
orang (20,09/100.000), pada Ibu Bersalin 202 orang (21,43/100.000 KH), dan
pada Ibu Nifas, 380 orang (40,32/100.000 KH), jika dilihat berdasarkan
kelompok umur presentasi kematian pada kelompok umur <20 tahun sebanyak
71 orang (8,89%), kelompok umur 20 - 34 tahun sebanyak 509 orang (63,706)
dan >35 tahun sebanyak 219 orang (27,41%). Dan jika dilihat Berdasarkan
Kabupaten/Kota proporsi kematian matemal pada ibu antara 18.06/100.000
KH — 169,09/100.000 KH, tertinggi terdapat di Kabupaten Indramayu dan
terendah di Kota Cirebon. (Dinkes Jabar, 2016)
Untuk indikator jumlah kematian ibu pada tahun 2019 berjumlah 23
orang mengalami penurunan dibandingkan tahun 2018 sebanyak 24 orang,
dan juga mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2017 sebesar 26
orang dan jika dibandingkan tahun 2016 jumlah kematian ibu berjumlah 34
orang. Penurunan jumlah kematian ibu secara signifikan ini merupakan
berjalannya program dan kegiatan secara berkesinambungan. Sedangkan
penyebab kematian ibu pada tahun 2018 adalah 6 orang ibu meninggal karena
perdarahan, 13 orang ibu meninggal karena Eklampsi / PEB, 4 orang ibu
meninggal karena karena sebab penyakit penyerta lainnya. Dari 23 orang
meninggal tersebut 19 orang meninggal terjadi di Rumah Sakit, 1 orang
meninggal di Puskesmas PONED, 2 orang meninggal saat dalam perjalanan
ke Rumah Sakit dan 1 orang meninggal dirumahnya setelah pulang dari
perawatan di Rumah Sakit.
Untuk jumlah kematian bayi pada tahun 2019 berjumlah 56 bayi
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2018 sebanyak 79 bayi dan
mengalami penurunan jika dibandingkan di tahun 2017 berjumlah 160 orang.
Selama lima tahun kebelakang kejadian kematian bayi terus mengalami
penurunan secara signifikan dari jumlah kematian bayi pada tahun 2013
berjumlah 234 bayi menjadi 56 bayi di tahun 2019. Keberhasilan program dan
kegiatan dan komitmen para pengambil kebijakan menjadi modal utama
dalam menjalankan kegiatan kegiatan untuk menurunkan jumlah kematian.
rata rata penyebab kematian bayi pada tahun 2019 adalah sebagai berikut 15
bayi meninggal karena sebab asfiksia, 10 bayi meninggal karena sebab BBLR,
9 bayi meninggal karena sebab sespsis, 6 bayi meninggal karena sebab
kelainan kongenital serta & bayi meninggal karena sebab pneumonia, 3 bayi
meninggal karena sebab penyakit diare, dan 4 bayi meninggal karena sebab
penyakit lainnya
Kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama
persalinan. Penyebab lainnya adalah pengawasan antenatal yang masih kurang
memadai sehingga penyulit kehamilan serta kehamilan dengan risiko tinggi
terlambat untuk diketahui. Banyak dijumpai ibu dengan jarak kehamilan yang
terlalu pendek, terlalu banyak anak, terlalu muda dan terlalu tua untuk hamil.
Salah satu upaya untuk menurunkan AKI dan AKB adalah dengan
meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan ibu. Intervensi strategis
yaitu empat pilar safe motherhood yang terdiri dari keluarga berencana,
pelayanan antenatal terfokus, persalinan yang bersih dan aman, serta
pelayanan obstetric esensian (Prawihardjo, 2013).
Penyebab kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak
langsung. Secara global 80 % kematian ibu tergolong pada kematian ibu
langsung. Penyebab langsung dimana-mana sama, yaitu perdarahan (25%),
biasanya perdarahan pasca persalinan), sepsis (1%), hipertensi dalam
kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%),
dan sebab-sebab lain (8%). Penyebab kematian ibu secara tidak langsung
misalnya anemia, malaria, hepatitis, tuberculosis, HIV/AIDS dan penyakit
kardiovaskuler (Prawirohardjo, 2013).
Gambaran di atas menunjukkan bahwa penyebab langsung maupun
tidak langsung kematian ibu tersebut dapat dicegah pada saat kehamilan yaitu
melakukan Ante Natal Care (ANC) secara rutin sesuai dengan standarisasi
minimal yaitu 4 kali selama kehamilan menurut WHO dengan tujuan dapat
mendeteksi secara dini kepada risiko kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi
baru lahir baik bagi ibu dan bayi. Selain itu, juga memberikan asuhan yang
efektif yang dapat membuat ibu merasa nyaman maka secara langsung
maupun tidak langsung angka kematian ibu dapat ditekan dan diturunkan
(Kemenkes, 2017).
Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28
hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap
56% kematian bayi. Untuk mencapai target penurunan AKB dari tahun 2016
sampai dengan 2030 yaitu sebesar 12 per 1000 kelahiran hidup maka
peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir (neonatal)
menjadi prioritas utama. (Kemenkes, 2017)
Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin
agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas,
seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan
bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi,
kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan pelayanan keluarga
berencana. (Kemenkes, 2017)
Dalam rangka upaya percepatan penurunan AKI maka pada tahun
2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Matemal and
Neonatal Survival (EMAS) yang diharapkan dapat menurunkan angka
kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Program ini dilaksanakan di provinsi
dan kabupaten dengan jumlah kematian ibu dan neonatal yang besar, yaitu
Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi
Selatan (Kemenkes, 2017)
Bidan Praktik Mandiri (BPM) NY. W merupakan salah satu tempat
pelayanan kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sukaresmi.
yang beralamat di jl Raya Cianjur-cipanas Kp. Pakuon desa simpang Pada
bulan Maret sampai dengan bulan April 2021 tercatat Antenatal care (ANC)
25, Intra Natal Care (INC) 14, Post Natal Care (PNC) 14, Bayi Baru Lahir
(BBL) 14. Tanggal 23 sampai tanggal 10 April terdapat 25 ibu hamil yang
memeriksakan kehamilan di BPM Ny.W sebanyak 10 Ibu hamil pada
trimester I, 7 ibu hamil pada trimester Il dan 8 ibu hamil pada trimester Ill.
Berdasarkan uraian tersebut, asuhan kebidanan yang komprehensif baik pada
masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas merupakan hal yang penting yang
dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas baik pada ibu maupun
bayinya. Bidan harus mampu melakukan asuhan sedini mungkin sebagai
wujud deteksi dini terhadap komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi.
Oleh sebab itu penulis melakukan laporan tugas akhir dengan judul
“ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN,
PERSALINAN, NIFAS DAN BAYI BARU LAHIR PADA NY.y
G4,P1A2, DI BPM NY. W DESA PAKUON KECAMATAN
SUKARESMI KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2021”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat disimpulkan masalah yaitu "
Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif Kehamilan, Persalinan, Nifas
dan Bayi Baru Lahir pada Ny.Y G4P1A2 di BPM Ny. W Desa Pakuon
Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur Tahun 2021?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif selama
masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan pendokumentasian
kebidanan pada Ny. Y di BPM Ny. W Tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian asuhan kebidanan masa kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir pada Ny.Y Tahun 2021.
b. Mampu melakukan analisa data asuhan kebidanan masa kehamilan,
persalinan, nifas dan asuhan pada bayi baru lahir pada Ny.Y Tahun
2021.
c. Mampu menyusun rencana asuhan, penatalaksanaan rencana asuhan
dan evaluasi penatalaksanaan asuhan kebidanan masa kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir pada Ny.Y Tahun 2021.
d. Mampu melakukan asuhan kebidanan dengan management varney
dan pendokumentasian dalam bentuk SOAP masa kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir pada Ny.Y Tahun 2021.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Mampu menambah pengetahuan serta pengalaman tentang asuhan
kebidanan pada ibu hamil, nifas, dan bayi baru lahir secara komprehensif
dengan mengimplementasikan ilmu yang didapat dari perkuliahan dan
ilmu yang didapatkan langsung dari lapangan.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Penulis
Dapat mempraktekkan teori yang didapat secara langsung di
lapangan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
b. Bagi Instansi Pendidikan
Pendidikan Studi kasus ini dapat memberikan informasi bagi
semua pembaca, memberikan pengetahuan bagi mahasiswa kebidanan
dan menunjang proses pembelajaran serta memberi manfaat bagi
pengembangan dan kemajuan studi kasus selanjutnya.
c. Instansi Kesehatan
Sebagai bahan acuan untuk tetap menjaga dan meningkatkan
mutu dan pelayanan kesehatan terutama asuhan kebidanan secara
komprehensif.
d. Bagi Klien
Klien mendapat pelayanan yang aman dan nyaman serta
kebutuhan klien terpenuhi selama dilakukan Asuhan Kebidanan
Komprehensif.

Anda mungkin juga menyukai