Anda di halaman 1dari 33

1

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah
salah satu indikator derajat kesehatan negara demikian karena AKI dan AKB
menunjukkan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan. Data yang
ditunjukkan menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2020
menyatakan bahwa Angka kematian ibu (AKI) sangat tinggi, setiap harinya
terdapat 810 wanita meninggal dunia karena komplikasi kehamilan dan
persalinan dan sekitar 295 000 wanita meninggal dunia setelah persalinan atau
dalam masa nifas. Data yang disampaikan WHO di negara maju mengalami AKI
sebesar 11/100.000 kelahiran hidup dan Angka kematian ibu (AKI) di negara
berkembang sebesar 462/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian
Bayi pada tahun 2020 telah mencapai 21/1000 KH, namun dengan penurunan
juga tidak akan mencapai target SDGS pada tahun 2030 sebesar 21/1000 KH
(WHO, 2020).
AKI dan AKB merupakan salah satu indikator untuk melihat
keberhasilan upaya kesehatan ibu. Jumlah AKI di indonesia mencapai 4.627
jiwa pada tahun 2020. Angka tersebut meningkat 10,25% dibandingkan dengan
tahun 2019 hanya 4. 197 jiwa. Penyebab kematian ibu antara lain diakibatkan
oleh perdarahan, hipertensi dan gangguan sistem peredaran darah. Sedangkan
jumlah AKB pada tahun 2020 adalah kematian bayi berusia dibawah lima tahun
di indonesia mencapai 28.158 jiwa. Dibandingkan AKB tahun 2019 adalah 29.
322 kematian anak bawah lima tahun (balita). Sebanyak 20, 244 atau 69%
terjadi pada masa neonatal (0 hingga 28 hari). Dari seluruh kematian neonatal,
sebanyak 16, 156 atau 80% terjadi pada periode enam hari pertama kehidupan.
Berdasarkan profil kesehatan indonesia penyebab tertinggi kematian neonatal
adalah denngan berat badan lahir rendah (BBLR) (Kemenkes RI, 2020).
Peningkatan kesehatan ibu dan anak difokuskan pada upaya penurunan
angkat kematian ibu (AKI) melahirkan, angka kematian bayi (AKB) lahir, angka
kematian neonatal dan peningkatan cakupan vaksinasi. Dalam 30 tahun terakhir,
2

upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah memang sudah mampu


menurunkan AKI yang pada 2020 AKI di Indonesia sudah mencapai 230 per
100 ribu melahirkan. Namun jika dilihat tren penurunannya, masih sangat
lambat. Bahkan AKI saat ini juga masih jauh dari target millenium development
goals (MDGs) yaitu sebesar 102 per 100 ribu peristiwa melahirkan. Dengan
penurunan AKI yang hanya 1,8% per tahun, Indonesia juga diperkirakan tidak
akan mampu mencapai target sustainable development goals (SDGs) sebesar 70
kematian ibu per 100 ribu penduduk. Hal yang sama juga terjadi pada
penurunan AKB yang masih berlangsung lambat. Meskipun AKB pada 2020
telah mencapai 21 kematian per 100 ribu kelahiran, namun dengan tren
penurunan yang masih lambat diperkirakan juga tidak akan mencapai target
SDGs pada 2030 sebesar 12 kematian bayi per 100 ribu kelahiran. Upaya
pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB masih jauh dari harapan. Padahal
kebutuhan untuk menurunkan AKI dan AKB ini sudah sangat mendesak
mengingat Indonesia termasuk 10 negara dengan kematian setelah persalinan
(neonatal) tertinggi di dunia. Upaya penurunan AKI dan AKB menjadi semakin
berat akibat pandemi covid-19 yang berkepanjangan yang melanda Indonesia.
Setidaknya ada tiga penyebab potensi peningkatan AKI dan AKB akibat
pandemi covid-19; pertama, terjadinya penurunan layanan imunisasi dasar bagi
balita dan pemeriksaan kecukupan gizi dan balita. Hal ini disebabkan oleh
menurunnya penyelenggaraan posyandu di mana hampir 50% puskesmas tidak
mengadakan posyandu selama masa pandemi. Cukup banyak puskesmas yang
menutup layanan/operasional karena tenaga kesehatannya (nakes) terpapar
covid-19. Kedua, terjadinya penurunan pelayanan pemeriksaan kehamilan ritin
bagi ibu hamil akibat pandemi. Penurunan terjadi karena layanan puskesmas
ataupun RSUD yang tutup sementara akibat adanya nakes yang terpapar covid-
19, maupun kekhawatiran ibu hamil untuk datang memeriksakan kehamilan ke
faskes untuk tertular virus ini. Data Kemenkes misalnya menyebutkan 84%
Pelayanan Kesehatan Terdampak dalam 6 bulan awal pandemi. Di sisi lain
83,6% puskesmas mengalami penurunan kunjungan pasien. Ketiga, potensi
peningkatan AKB ini disebabkan adanya potensi peningkatan stunting akibat
3

pandemi covid-19 ini yang diperkirakan meningkat hingga 7 juta anak.


Tantangan untuk menekan atau menurunkan angka AKI dan AKB di Indonesia
dengan wilayah yang tersebar begitu luas dengan ribuan pulau yang dihuni dan
dataran yang bervariasi sangatlah berat. Dari mulai akses ke faskes yang sulit
pada penduduk di daerah pegunungan maupun pulau-pulau kecil, infrastruktur
yang masih minim di pedalaman, tenaga bidan dan dokter yang terbatas untuk
untuk memenuhi kebutuhan di semua wilayah dan jumlah penduduk yang besar
sampai dengan tradisi yang masih menghambat. Masih banyak masyarakat di
pedesaan yang lebih percaya kepada penolong kelahiran tradisional seperti
dukun beranak, paraji, kepercayaan untuk melahirkan di rumah atau bahkan di
hutan, termasuk kurangnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan jasa
pelayanan kesehatan. Di sisi lain banyak masyarakat yang juga karena keadaan
maupun tradisi juga melakukan nikah pada usia yang belia dan kemudian juga
melahirkan dalam usia muda yang berisiko (Kurniasih Mufidayati, 2021).
Indonesia terdiri dari beberapa Provinsi, salah satunya adalah Provinsi
Kepulauan Riau. AKI Provinsi Kepulauan Riau pada 5 (lima) tahun terakhir
yaitu dari tahun 2016 sampai dengan 2020 masih fluktuatif dan cenderung
mengalami penurunan dalam 3 (tiga) tahun terakhir. Pada tahun 2020 AKI
Provinsi Kepulauan Riau yaitu 92 per 100.000 KH. Kematian ibu bisa terjadi
karena banyak hal dikarenakan proses kehamilan itu sendiri meningkatkan risiko
kesakitan dan kematian. Kematian ibu di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2020
masih didominasi oleh penyebab langsung yaitu hipertensi dalam kehamilan
(sekitar 39%) dan pendarahan (sekitar 18%), meskipun sebab lain yang
merupakan penyebab tidak langsung juga cukup besar dan jenisnya beragam,
beberapa diantaranya seperti susp emboli air ketuban, gagal ginjal, dan lupus.
Sedangkan berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan dari fasilitas pelayanan
kesehatan diketahui bahwa AKB Provinsi Kepulauan Riau tahun 2020 adalah
5,5 per 1.000 KH. Angka ini sangat rendah jika dibandingkan dengan data AKB
hasil survei seperti data AKB Nasional berdasarkan hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2020 yaitu sebesar 24 per 1.000 KH. Pada
Tahun 2020, penyebab tertinggi kematian neonatal disebabkan oleh Berat Bayi
4

Lahir Rendah (BBLR) dengan persentase 38% sedangkan penyebab terendah


yaitu Sepsis dengan persentase 5% (Dinkes Provinsi Kepri, 2020.)
Upaya menurunkan AKI dan AKB di Provinsi Kepulauan Riau
dilakukan dengan adanya pembiayaan Jampersal, Rumah Tunggu Kelahiran
(RTK), pelaksanaan Kelas Ibu Hamil di Puskesmas, pelaksanaan Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang melibatkan
lintas sektor, membaiknya sistem rujukan di beberapa kabupaten/ kota, dan
pelaksanaan Audit Maternal Perinatal (AMP) yang rutin setiap tahunnya.
Penyebab kematian ibu dengan komplikasi kehamilan/persalinan seperti
pendarahan dan hipertensi dalam kehamilan tidak selalu dapat diramalkan
sebelumnya dan mungkin saja terjadi pada ibu hamil yang telah di identifikasi
normal (Dinkes Provinsi Kepri, 2020).
Kota tanjungpinang merupakan salah satu kota yang ada di provinsi
Kepulauan Riau memiliki penurunan AKI pada tahun 2020 sebesar 107,
47/100.000 KH dibandingkan tahun 2019 AKI berjumlah 130, 86/100.000 KH
dengan 4 kasus kematian ibu disebabkan oleh atonia uteri, meningitis dan
eklampsia. Terjadinya peningkatan AKB di kota tanjunpinang pada tahun 2019
yaitu 6,02/1.000 KH dibandingkan pada tahun 2018 yaitu 5,96/1.000 KH dengan
23 kasus kematian diantarnya 9 kasus kematian diantarnya 9 kasus BBLR, 2
kasus asfiksia, 2 kasus sepsis, 10 dengan sebab lain
(Dinkes Kota Tanjunpinang, 2020).
Bidan memiliki peran penting dalam pelaksanaan P4K, yaitu melakukan
pendataan ibu hamil untuk perencanaan persalinan yang aman, persiapan
menghadapi komplikasi dan tanda bahaya bagi ibu sehingga melahirkan bayi
yang sehat dan ibu selamat (Andanawarih, 2019). Selain berperan penting dalam
pelaksanaan P4K, bidan juga berperan penting dalam melakukan asuhan
kebidanan komprehensif. Asuhan kebidanan yang komprehensif dapat
mengoptimalkan deteksi resiko tinggi maternal dan neonatal dengan melibatkan
berbagai sektor untuk melaksanakan pendampingan pada ibu hamil dimulai
sejak ditemukan ibu hamil sampai ibu dalam masa nifas berakhir melalui
5

konseling, informasi, dan edukasi (KIE) serta kemampuan identifikasi resiko


pada ibu hamil (Yulita dan Juwita, 2019).
Suatu pelayanan kesehatan komprehensif harus dilakukan oleh bidan yang
kompeten untuk mendeteksi secara dini komplikasi yang mungkin saja terjadi.
Salah satu bidan yang sudah menerapkan asuhan-asuhan kebidanan
komprehensif adalah Puskesmas Tanjungpinang. pemeriksaan di Puskesmas
Tanjungpinang ini sudah sesuai dengan 10T. Persalinan sesuai dengan 60
langkah asuhan persalinan normal (APN). Dari buku register di Puskesmas
Tanjunpinang dimana pada tahun 2021 jumlah kunjungan ibu hamil sebanyak
666, sedangkan persalinan, nifas dan BBL pada tahun 2021 sebanyak 136.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik membuat laporan asuhan
kebidanan komprehensif di Puskesmas Tanjunpinang dengan judul “ Laporan
Asuhan Kebidanan komprehensif pada Ny. X umur X tahun dengan keluhan X
di Puskesmas Tanjungpinang tahun 2022.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. X Umur X
Tahun Dengan Keluhan X Di Puskesmas Tanjungpinang?
C. Tujuan
1. Mampu melaksanakan Asuhan kebidanan Komprehensif Kehamilan
Pada Ny. X Umur X Tahun Dengan Keluhan X Di Puskesmas
Tanjungpinang.
2. Mampu melaksanakan Asuhan kebidanan Komprehensif Persalinan Pada
Ny. X Umur X Tahun Dengan Keluhan X Di Puskesmas Tanjungpinang.
3. Mampu melaksanakan Asuhan kebidanan Komprehensif Nifas Pada Ny.
X Umur X Tahun Dengan Keluhan X Di Puskesmas Tanjungpinang.
4. Mampu melaksanakan Asuhan kebidanan Komprehensi Bayi Baru Lahir
Pada Ny. X Umur X Tahun Dengan Keluhan X Di Puskesmas
Tanjungpinang.
5. Mampu melakukan pendokumentasian kebidanan dengan bentuk SOAP.
6

D. Manfaat
1. Teoritis
a. Bagi penulis
Bahan bacaan asuhan kebidanan, persalinan nifas dan bayi
baru lahir dengan pendokumentasian SOAP serta dapat
menerapkan ilmu dan menambah pengetahuan.
b. Bagi institusi
Dapat menambah bahan bacaan di perpustakaan.
c. Bagi lahan
Dapat menambah wawasan klien mulai dari kehamilan,
persalinan, nifas, dan bayi baru lahir dan mendapatkan pelayanan
komprehensif.
2. Bagi praktis
a. Bagi penulis
Dapat menambah pengalaman serta pengetahuan tentang
pemberian asuhan kebidanan seara komprehensif.
b. Bagi puskesmas
Dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama
dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan pada ibu hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.
c. Bagi klien
Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan yang aman dan
nyaman serta berkualitas secara komprehensif.
7

BAB II
TINJAUN PUSTAKA

A. Asuhan Kebidanan Komprehensif


1. Definisi
Asuhan kebidanan komprehensif adalah mempelajari tentang
kehamilan, persalinan, nifas,bayi baru lahir dan kembalinya alat-alat
reproduksi ke keadaan normal serta hal-hal yang terkait (Bayu Fijri,
2021).
2. Tujuan
Salah satu upaya penurunan AKI. Upaya ini dilakukan dengan
menajamin agar ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang
berkualitas (Legawati, 2018).
B. Asuhan Kebidanan Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan merupakan proses alamiah. Dalam beberapa literatur
kehamilan memiliki bebrapa definisi yang pada dasarnya memiliki satu
benang merah yakni suatu proses dan rangkaian perubahan yang terjadi
pada organ dan jaringan wanita akibat dari adanya pembuahan
(fertilisasi) spermatozoa dab ovum hingga terjadi perkembangan janin di
dalam rahim (uterus). Keseluruhan proses dari pembuahan hingga
kelahiran memakan waktu rata-rata 266-270 hari, atau 40 minggu atau
sekitar sembilan bulan menurut kelender internasional (Bayu Fijri,
2021).
2. Tanda Kehamilan Trimester III
Tanda-tanda kehamilan dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Tanda-tanda dugaan : Amenorea, mual dan muntah, pusing,
sering buang air kecil, pigmentasi kulit terutama di daerah muka,
payudara menegang dan sedikit nyeri.
b. Tanda- tanda kemungkinan hamil :
8

Rahim membesar, pada pemeriksaan dalam dijumpai tanda hegar


(segmen bawah rahin teraba lunak), tanda chadwick (warna
kebiruan pada vagina dan vulva), tanda picasedc (pembesaran
uterus ke salah satu arah) dan braxton hicks (bila uterys
dirangsang maka akan mudah berkontraksi.
c. Tanda-tanda kehamilan pasti : terasa adanya gerakan janin dalam
rahim, teraba adanya bagian-bagian janin, terdengar adanya
denyut jantung janin dan terlihat adanya gambaran janin melalui
pemeriksaan USG ultrasonografi (Khairoh,dkk, 2019).
3. Perubahan Fisologis Dan Psikologis Ibu Hamil Trimester III
Kehamilan pada trimester ketiga sering disebut sebagai fase
penantian yang penuh dengan kewaspadaan. Pada periode ini, ibu hamil
mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga
dia menjadi tidak sabar dengan kehadiran bayinya tersebut. Ibu hamil
merasakan kembali ketidaknyamanan fisik karena merasa canggung atau
merasa dirinya tidak menarik lagi, sehingga dukungan dari pasangan
sangat dia butuhkan. Peningkatan hasrat seksual yang pada trimester
kedua menjadi menurun karena abdomen yang semakin membesar yang
rmenjadi halangan dalam berhubungan seks (Ramadani, 2013).
4. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III
Menurut Siwi Walyani, 2015 ada 7 tanda bahaya kehamilan, yaitu:
a. Perdarahan pervaginam
b. Sakit kepala yang hebat
c. Penglihatan kabur
d. Bengkak diwajah dan jari-jari tangan
e. Keluar cairan pervaginam
f. Gerakan janin tidak terasa
5. Ketidaknyamanan Kehamilan Trimester III
a. Edema, terjadi karena pembesaran uterus pada ibu hamil
mengakibatkkan tekanan pada vena pelvik sehingga
menimbulkan gangguan sirkulasi. Dapat diatasi dengan istirahat
9

berbaring sambil mengangkat kaki lebih tinggi dari posisi jantung


dan hindari duduk atau berdiri terlalu lama untuk mengurangi
pembengkakan di kaki.
b. Sering buang air keci (BAK), disebabkan karena uterus yang
membesar dan penurunan bagian bawah janin sehingga menekan
kandung kemih.
c. Gusi berdarah, disebabkan oleeh peningkatan hormon estrogen
yang bepengaruh terhadap peningkatan aliran darah ke rongga
mulut dan pergantian sel-sel pelapis epithel gusi lebih cepat.
d. Haemorroid, dapat terjadi karena adanya konstipasi. Hal ini
berhubungan dengan meningkatnya progesteron yang
menyebabkan peristaltik usus lambat dan juga oleh vena
haemarroid tertekan karena adanya pembesaran uterus.
e. Insomnia, dapat disebabkan oleh perubahan fisik, yaitu
pembesaran uterus dan juga dapat disebabkan oleh perubahan
psikologis, seperti perasan takut, gelisah, dan khawatir karena
menghadapi kelahiran.
f. Keputihan, pada ibu hamil merupakan hal yang wajar,
disebabkan karena peningkatan kadar hormon estrogen,
hyperplasia mukosa vagina.
g. Keringat bertambah, penyebabnya antara lain : perubahan
hormone pada kehamilan, penambahan berat badan dan
meningkatnya metabolism pada ibu hamil.
h. Sesak nafas, disebaban karena pembesaran uterus dan pergeseran
organ–organ abdomen. Pembesaran uterus membuat pergeseran
diafragma naik sekitar 4 cm.
i. Sakit punggung, dapat disebabkan karena pembesaran payudara
yang dapat berakibat pada ketegangan otot, keletihan, posisi
tubuh membungkuk, dan posisi tulang belakang hiperlordosis.
j. Varises , dapat terjadi oleh karena bawaan keluarga (turunan),
atau oleh karena peningkatan hormon estrogen sehinggajaringan
10

elastic menjadi rapuh. Varises juga terjadi oleh meningkatnya


jumlah darah pada vena bagian bawah (Tyastuti, dkk. 2016).

6. Asuhan Antenatal
a. Pengertian
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program
pelayanan kesehatan obsetric untuk optimalisasi iuran maternal
dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantaun rutin
selama kehamilan (prawirohardjo, 2016).
b. Tujuan
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,
mental, dan sosial pada ibu dan bayi.
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknyamanan atau
implikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedaan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan
dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma
seminal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI ekslusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
c. Kunjungan Ulang
1) Jadwal
Jadwal kunjungan minimal 6 kali yaitu 2 kali pada
Trimester I, 1 kali pada Trimester II dan 3 kali pada
Trimester III. Namun sebaiknya jadwal kunjungan ulang
adalah : sampai dengan 28 minggu(setiap 4 minggu),
11

antara 28—36 minggu(setiap 2 minggu) dan antara 36


minggu sampai kelahiran setiap minggu (Khairoh, 2017).

2) Riwayat kehamilan sekarang


Gerakan janin, keluhan-keluhan lazim dalam
kehamilan dan kekhawatiran-kekhawaturan lain (Khairoh,
2017).
3) Pemeriksaan fisik
Berat Badan, Tanda-tanda vital yaitu tekanan darah, nadi,
suhu dan pernafasan, pengukuran tinggi fundus uteri dan
palpasi leopold untuk mendeteksi kelainan letak setelah
36 minggu (Khairoh, 2017).
Leopold I : untuk menentukan umur kehamilan dan
bagian janin yang terdapat pada fundus.
Leopold II : untuk menentukan letak punggung janin dan
bagian-bagian kecil,
Leopold III : untuk menentukan presentasu janin atau
bgaian janin uang berada pada segmen bawah uterus atau
bagian terbawah janin dan apakah bagian tersebut sudah
masuk rongga panggul atau belum.
Leopold IV : untuk menentukan seberapa jauh bagian
terbawah janin sudah masuk PAP.
12

Sumber : Khairoh, 2017

d. Pemeriksaan laboraturiom
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk menemukan
kejanggalan supaya bisa diselesaikan. Wanita hamil diperiksa
untuk mengetahui protein urin dan glukosa urin, golongan darah,
faktor rhesus, hemoglobin (Hb), dan rubella (Yuliazawati, dkk.
2017).
7. Standar Asuhan Kehamilan Trimester III
Standar 1 : Identifikasi ibu hamil.Melakukan kunjungan rumah dan
berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk penyuluhan dan
motivasi untuk pemeriksaan dini dan teratur.
Standar 2 : Pemeriksaan dan pemantauan antenatal.Sedikitnya 4 kali
pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan meliputi: anamnesis dan
pemantauan ibu dan janin, mengenal kehamilan risiko tinggi, imunisasi,
nasehat dan penyuluhan, mencatat data yang tepat setiap kunjungan,
tindakan tepat untuk merujuk.
Standar 3 : Palpasi abdominal.
Standar 4 : Pengelolaan anemia pada kehamilan
Standar 5 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan.
Standar 6 : Persiapan persalinan.
Memberi saran pada ibu hamil, suami dan keluarga untuk
memastikan persiapan persalinan bersih dan aman, persiapan
transportasi, biaya. Bidan sebaiknya melakukan kunjungan rumah.
Dalam memberikan asuhan/pelayanan maka bidan harus memenuhi
standar minimal 7 T (timbang BB), ukur tekanan darah, ukur tinggi
13

fundus uteri, TT, tablet besiminimal 90 tablet selama hamil, tes PMS,
temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Siti Tyastuti, 2016).
C. Persalinan
1. Definisi
Asuhan kebidanan persalinan adalah asuhan yang diberikan
secara memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan
persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan asuhan sayang
ibu (Yulianti, 2019).
2. Tujuan Asuhan Persalinan
Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang
terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip
keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal
(Sulisdian, dkk. 2019).
3. Standar Asuhan Persalinan
Standar 9 : asuhan persalinan kala I yaitu untuk memberikan pertolongan
persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi.
Standar 10 : persalinan kala II aman
Standar 11 : penatalaksanaan aktif manajemen kala III yaitu untuk
membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selpaut ketuban secara
lengkap.
Standar 12 : penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi
mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-
tanda gawat janin (Maharani, 2017).
4. Tanda- tanda Persalinan
a. His semakin kuat dengan interval 2-3 menit.
b. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
c. Ibu merasa adanya tekanan pada rektum atau vagina.
d. Perineum menonjol.
e. Vulva vagina dan sfinger ani membuka.
14

f. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah (Yulianti, 2019).


5. Tahapan Persalinan
a. kala I
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus teratur dan
meningkat (frekuensi dan kekuatanya) hingga serviks membuka
lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri dari dua fase yaitu
fase laten dan fase aktif. Pada fase laten pembukaan sangat
lambat dari 0 sampai 3 cm mengambil waktu kurang lebih 8
jam(Rosyati, 2017).
Pada fase aktif pembukaan lebih cepat, fase ini dapat
dibagi dalam 3 fase lagi yaitu: fase percepatan dari pembukaan 3
cm sampai 4 cm (2 jam), fase kemajuan dari pembukaan 4 cm
sampai 9 (2 jam), fase kurangnya kecepatan dari pembukaan 9
cm sampai 10 cm selama 2 jam. Pada primigravida berlangsung
selama 12,5 jam, dan pada multigravida berlangsung selama 7
jam 20 menit (Rosyati, 2017).
b. Kala II
Periode persalinan yang dimulai dari pembukaan lengkap
(10 cm) sampai lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada
primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada kala ini his lebih
cepat dan kuat, kurang lebih 2-3 menit sekali. Dalam kondisi
normal kepala janin sudah masuk dalam rongga panggul
(Sulisdian, dkk. 2019).
c. Kala III
Tahap persalinan kala III ini dimulai dari lahirnya bayi sampai
dengan lahirnya plasenta (Yuni Fitriani, 2018).
d. Kala IV
Masa 1-2 jam setelah plasenta lahir. Dalam klinik, atas
pertimbangan-pertimbangan praktis masih diakui adanya kala IV
persalinan, meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masa
15

dimulainya masa nifas (puerperium), sering juga terjadinya


perdarahan pada masa ini (Yuni Fitriani, 2018).
6. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin
a. Oksigen (Kurniarum, 2016).
b. Cairan dan Nutrisi. Kecukupan nutrisi ibu besalin berhubungan
dengan kemajuan persalinan dimana ibu bersalin yang
memenuhi kebutuhan nutrisinya akan melalui proses persalinan
dengan baik dan mengalami kemajuan persalinan yang baik
(Hardianti dan Resmana, 2018).
c. Eliminasi, untuk membantu kemajuan persalinan
danmeningkatkan kenyamanan pasien (Kurniarum, 2016).
d. Personal Hygiene yang baik dapat membuat ibu merasa aman
dan mengurangi kelelahan, dan mencegah infeksi (Kurniarum,
2016).
e. Istirahat memberikan kesempatan pada ibu untuk mencoba relaks
tanpa adanya tekanan emosional dan fisik (Kurniarum, 2016).
f. Posisi dan Mobilisasi. Hasil penelitian Nikmah (2017)
menyatakan bahwa ibu inpartu yang lebih banyak bergerak dan
dibiarkan memilih posisi yang mereka pilih sendiri mengalami
persalinan lebih singkat dan kurang nyeri (Solihah, 2019).
g. Untuk mengurangi nyeri persalinan adalah mendampingi selama
proses persalinan, mengatur posisi ibu hingga nyaman, relaksasi
dan latihan pernafasan, istirahat, dan penjelasan tentang
kemajuan persalinan (Kurniarum, 2016).
h. Pemberian sugesti (Kurniarum, 2016).
i. Pengalihan perhatian (Kurniarum, 2016).
j. Membangun kepercayaan (Kurniarum, 2016).
7. Langkah-langkah Asuhan Persalinan Normal

Tabel 2
60 Langkah Asuhan Persalinan Normal
16

No. Langkah Langkah

Mengenali Gejala dan Tanda Kala II

1. Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan.

Menyiapkan Pertolongan Persalinan


Pastikan perlengkapan peralatan, bahan, dan obat-obatan esensial untuk menolong
2.
persalinan dan menatalaksana komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir
3. Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan.
Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan
4. air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tisu atau handuk pribadi yang
bersih dan kering.
Pakai sarung tangan Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) pada tangan yang akan digunakan
5.
untuk periksa dalam.
Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan
6. DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).

Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin


Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari anterior (depan) ke
7. posterior (belakang) dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air DTT.
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke
9. dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik, dan rendam
dalam klorin 0,5% selama 10 menit). Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
Periksa Denyut Jantung Janin (DJJ) Setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi) untuk
10. memastikan DJJ dalam batas normal (120- 160 ×/menit).

Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Meneran


Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Kemudian bantu ibu
11. menemukan posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.
Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin meneran atau
12. kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang
diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.
Lanjutan Tabel 1
Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau timbul kontraksi
13. yang kuat.
Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu
14. belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60 menit.
Persiapan Untuk Melahirkan Bayi
Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu, jika kepala bayi
15. telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Letakkan kain yang bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong.
17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Pertolongan untuk Melahirkan Bayi
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
19. perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, tangan yang
lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernafas cepat dan dangkal.
17

Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai jika hal itu
20. terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara spontan.
Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal. Anjurkan ibu
22. meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga
bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian digerakkan ke arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang.
Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang kepala dan bahu. Gunakan
23.
tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong,
24. tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kedua kaki dan
pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada
sisi yang lain agar bertemu dengan telunjuk.

Asuhan Bayi Baru Lahir


Lakukan penilaian (sepintas) :
25. a. Apakah bayi cukup bulan ?
b. Apakah bayi menangis kuat tanpa kesulitan ?
c. Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (kecuali kedua
26. tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/ kain yang
kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah ibu
Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil tunggal) dan
27.
bukan kehamilan ganda (gemelli).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit (intramuskular) di 1/3
29.
distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat dengan satu tangan pada
sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian jari telunjuk dan jari tengah tangan lain menjepit
30. tali pusat dan geser hingga 3 cm proksimal dari pusar bayi. Klem tali pusat pada titik
tersebut kemudian tahan klem ini pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan tengah tangan
lain untuk mendorong isi tali pusat ke arah ibu (sekitar 5 cm) dan klem tali pusat sekitar 2
cm distal dari klem pertama.
Lanjutan Tabel 1
31. Pemotongan dan pengikat tali pusat.
Letakkan bayi tengkurap didada ibu untuk kontak kulit ibu dan bayi. Luruskan bahu bayi
32. sehingga, dada bayi menempel didada ibunya, usahakan kepala bayi berada diantara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting susu atau areola mamae ibu.
Manajemen Aktif Kala III Persalinan (MAK III)

33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
Letakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah ibu (di atas simfisis) untuk mendeteksi
34. kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat.
Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain
mendorong ke uterus ke arah belakang-atas (dorso kranial) secara hati-hati (untuk
35. mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali
prosedur di atas
Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah dorsal ternyata diikuti
36. dengan pergeseran tali pusat ke arah distal maka lanjutkan dorongan ke arah kranial
hingga plasenta dapat dilahirkan.
18

Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang
37. dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak
38. tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
Menilai Pendarahan
Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah dilahirkan lengkap.
39.
Masukkan plasenta ke dalam kantong plastik atau tempat khusus.
Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila terjadi
40.
laserasi yang luas dan menimbulkan perdarahan.
Asuhan Pasca Persalinan

41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
42. bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir, keringkan tangan dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
43. Pastikan kandung kemih kosong.
44. Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.

45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.


Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
46.
Pantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernapas dengan baik (40-60 kali/menit).
47.
Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
48. (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
Lanjutan Tabel 1
Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan air DTT.
50. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah di ranjang atau di sekitar ibu berbaring. Bantu
ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
51. memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam keluar
53.
dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan dengan tisu
54. atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
55. Pakai sarung tangan bersih atau DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi.
Dalam 1 jam pertama, beri salep atau tetes mata profilaksis infeksi, vitamin K1 1 mg IM di
56. paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pernapasan bayi (40-60
kali/menit) dan temperatur tubuh (normal 36,5-37,5
°C) setiap 15 menit
Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan
57. bawah lateral. Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan
Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
58. selama 10 menit.
Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan tisu atau
59. handuk pribadi yang bersih dan kering.
19

Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV
60.
persalinan.
Sumber : Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, 2016

8. Patograf
Patograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif
persalinan. Tujuan utama penggunaan patograf adalah untuk mencapai
hasil obseravsi dan kemajuan persalinan dengan penilaian pembukaan
serviks melalui VT dan pengawasan dini adanya kemungkinan partus
lama (Yuni Fitriani, 2018).
D. Nifas
1. Pengertian Nifas
Asuhan yang diberikan selama masa nifas sesuai dengan
kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama
masa nifas (Sari, 2020).
2. Tujuan
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Dengan pemantauan pada
masa nifas dapat mencegah kematian ibu dan bayi (Walyani, 2015).
3. Tahapan nifas
a. Puerperium Dini
Pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan.
b. Puerperium Intermedial
Pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8
minggu.
c. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila
selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi (Rukiyah dan
Yulianti, 2018).
20

4. Perubahan Fisiologis Nifas


a. Perubahan sistem reproduksi
Perubahan pada dinding uterus adalah timbulnya
thrombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta
akan mengalami degenerasi dan kemudian terlepas. Tidak ada
pembentukan jaringan parut pada bekas tempat implantasi
plasenta (Walyani, 2016).
Tabel 4.
Perubahan Uterus pada Masa Nifas
Involusi Uteri Tinggi Berat Diameter Palpasi Serviks
Fundus Uterus Uterus
Uteri
Plasenta Lahir Setinggi 1000 12,5 cm Lembut/
Pusat gr Lembek
7 Hari ½ Pusat- 500 gr 7,5 cm 2 cm
(1 Minggu) Sympisis
14 Hari Tidak 350 gr 5 cm 1 cm
(Minggu) Teraba
6 Minggu Normal 60 gr 2,5 cm Menyempit
Sumber: (Retno Wulandari & Sri Handayani, 2011)

5. Kebutuhan Dasar Masa Nifas


a. Moblitasasi dini
1) Melancarkan pengeluaran lokea, mengurangi infeksi
puerperium, Memperlancar involusi alat kandungan,
Melancarkan fungsi alat gastro intestinsal dan alat
perkemihan dan Meningkatkan kelancaran peredarah
darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran
sisa metabolism (pengurus Pusat Ikatan Bidan
Indonesia, 2016).
b. Nutrisi
21

Ibu nifas perlu diet gizi yang baik dan lengkap, bisa
disebut juga dengan menu seimbang. Ibu nifas perlu tambahan
500 kalori tiap hari, dan kebutuhan cairan/ minum ± 3 liter/ hari
dan tambahan pil zat besi selama 40 hari postpartum, serta kapsul
vitamin A 200.000 unit (Pengurus Ikatan Bidan Indonesia, 2016).

c. Eliminasi
Ibu nifas hendaknya dapat berkemih spontan normal
terjadi pada 8 jam postpartum. Anjurkan ibu berkemih 6-8 jam
postpartum dan setiap 4 jam setelahnya. Karena kandung kemih
yang penuh dapat mengganggu kontraksi dan involusi uterus
(Pengurus Ikatan Bidan Indonesia, 2016).
d. Sexsual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau
dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri (Pengurus Ikatan
Bidan Indonesia, 2016).
e. Keluarga berencana
Bidan dapat membantu merencanakan keluarganya
dengan mengajarkan mereka cara mencegah kehamilan yang
tidak diinginkan (Pengurus Ikatan Bidan Indonesia, 2016).
f. Latihan
Bidan menjelaskan pada ibu pentingnya otot-otot perut
dan panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini
menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi
rasa sakit pada punggung 9 pengurus Ikatan Bidan Indonesia,
2016).
6. Kunjungan Nifas
Menurut buku KIA revisi tahun 2020, perawatan nifas mulai 6-42
jam hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan minimal 4 kali
kunjungan nifas yaitu :
22

a. Kunjungan I ( 6 jam sampai 2 hari setelah persalinan).


b. Kunjungan II ( 3 sampai 7 setelah persalinan).
c. Kunjungan III ( 8 sampai setelah persalinan).
d. Kunjungan IV ( 29 sampai 42 hari setelah persalinan).
(Kemenkes RI,2020).

7. Standar Asuhan Nifas


a. Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk
memastikan pernafasan spontan, mencegah asfiksia, menemukan
kelainan dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai
kebutuhan.Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi
dan mencegah hipoglikemia dan infeksi. Hasil: Bayi baru lahir
dengan kelainan atau kecacatan dapat segera menerima
perawatan yang tepat bayi baru lahir mendapatkan perawatan
yang tepat sehingga dapat bernafas dengan baik (Walyani, 2015).
b. Standar 14 : Penanganan Pada 2 Jam Pertama Setelah Persalinan
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap
terjadinya komplikasi paling sedikit selama 2 jam stelah
persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan.
Disamping itu,bidanmemberikan penjelasan tentang hal-hal yang
mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk
memulai pemberian ASI hasil: Komplikasi segera dideteksi
dandirujuk, Penurunan kejadian infeksi nifas dan neonatal, dan
Penurunan kematian akibat perdarahan postpartum primer.
Pemberian ASI dimulai dalam 2 jam pertama setelah persalinan
(Walyani, 2015).
c. Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas
23

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di


puskesmas dan rumah sakit atau melakukan kunjungan kerumah
pada hari ketiga, minggu ke 2 dan minggu ke 6 setelah
persalinan, untuk membantu proses penatalaksanaan tali pusat
yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan
komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum,
kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir,
pemberian ASI, imunisasi dan KB (Walyani, 2015).
8. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas
a. Tatalaksana atau rujuk ibu bila ditemukan masalah.
b. Lengakapi vaksinasis TT bila diperlukan.
c. Beritahu ibu untuk menghubungi bidan bila mengalami salah satu
tanda berikut : perdarahan berlebihan, vagina berbau, nyeri perut
hebat, kelelahan atau sesak, bengkak di ektermitas, sakit kepala
atau pandangan kabur, nyri payudara, pembengkakan payudara,
luka atau perdarahan puting.
d. Beritahu ibu tentang personal hygiene, pola istirahat, nutrisi.
e. Memberikan konseling KB (Pengurus Ikatan Bidan Indonesia,
2016).

E. Bayi baru lahir


1. Pengertian
Asuhan kebidanan bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan
pada bayi baru lahir agar dapat menyesuaikan diri dari kehidupan
intrauterine sehingga dapat bertahan dengan baik (Sembiring, 2019).
2. Tujuan
a. Mengatur dan mempertahankan suhu bayi pada tingkat yang
normal.
b. Mengetahui cara dan manfaat inisiasi menyusui dini
c. Memahami cara memotong, mengikat dan merawat tali pusat.
24

d. Memahami pentingnya pemberian vitamin K sekaligus cara


memberikannya.
e. Mengetahui cara memandikan bayi secara benar (Prawirohardjo,
2018).

3. Standar Asuhan Bayi Baru Lahir


Standar 13 : perawatan bayi baru lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan,
dan melakukan tindakan ata merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan
juga harus mencegah atau menangani hipotemia (sriyanti, 2016).
4. Kunjungan Neonatus
Kunjungan neonatus adalah pelayanan sesuai standar yang
diberikan tenaga kesehatan yang kompten kepada neonates, sedikitnya 3
(tiga) kali selama periode 0-28 hari setelah lahir, baik di fasilitas
kesehatan maupun kunjungan rumah menurut Zuraida, 2016 yaitu :
a. Kunjungan neonatal ke-1 (KN1), dilakukan pada kurun waktu 6-
48 jam setelah lahir.
b. Kunjungan neonatal ke-2 (KN2), dilakukan pada kurun waktu
hari 3-7 setelah lahir.
c. Kunjungan neonatal ke-3 (KN3), dilakukan pada kurun waktu
hari 8-28 setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun
kunjungan rumah (Zuraida, 2016).
5. Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir
a. Kebutuhan Asuh, kebutuhan dasar fisik seperti nutrisi, pakaian,
tempa tinggal.
b. Kebutuhan perawatan kesehatan dasar, hygiene dan sanitasi
lingkungan, beraktivitas, istirahat, rekreasi.
25

c. Kebutuhan Asih, kebutuhan terhadap emosi dan kasih sayang


seperti kasih sayang orang tua, rasa aman.
d. Kebutuhan Asah, kebutuhan akan stimulasi mental seperti
pendidikan dan pelatihan (Setiyani,dkk, 2016).
6. Asuhan Bayi Baru Lahir
a. Pastikan pernafasan bayi baru lahir, melakukan resusitasi
neonatus setelah bayi lahir yang tidak menangis.
b. Melakukan perawatan tali pusat, pemotongan jangan terlalu
pendek dan harus diawasi setiap hari.
c. Memberikan identifikasi bayi dengan memberi kartu bertuliskan
nama ibu, diikatkan di pergelangan tangan atau kaki.
d. Melakukan pemeriksaan fisik dan observasi tanda vital.
e. Meletakkan bayi dalam transisi ( jika keadaan umum baik), atau
dalam inkubator jika ada indikasi.
f. Menentukan tempat perawatan: rawat gabung, rawat khusus, atau
rawat intensif.
g. Melakukan prosedur rujukan bila perlu (Rahayu, 2017).

F. Pendokumentasian Soap
Alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah, apa
diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses
berfikir sistematis, maka di dokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu :
1. Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan
data klien melalui anamnesa tanda gejala subjektif yang diperoleh
dari pasien, suami atau keluarga (identitas umum, keluhan,
riwayat menarche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan,
riwayat KB, riwayat penyakit keluarag, riwayat psikologis dan
pola hidup).
2. Objektif
26

Menggambarkan hasil anamnesa dan fisik klien, hasil lab


dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung assassment. Tanda gejala objektif yang diperoleh dan
hasil pemeriksaan (tanda KU, TTV, fisik, khusus, kebidanan,
pemeriksaan dalan , laboratorium dan pemeriksaan penunjang).
Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, askultasi dan perkusi.

3. Assasment
Masalah atau diagnosa yang ditegakan berdasarkan data
atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada
informasi baru baik subjuektif maupun objektif dan sering
diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian
adalah suatu proses yang dinamik.
4. Planing
Menggambarkan pendokumentasian, perencanaan dan
evaluasi berdasarkan assasment SOAP untuk perencanaan,
implementasi dan evaluasi dimasukan dalam planning.
a. Perencanaan
Membuat rencana tindakan saat ini atau yang akan
datang. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi
pasien yang sebaik mungkin .

b. Implementasi
Pelaksaan rencana tindakan untuk menghilangkan
dan mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus
disetujui oleh klien kecuali bila tidak dilaksanakan
akan membahayakan keselamatan klien .
c. Evaluasi
27

Jika evaluasi tidak tercapai proses evaluasi dapat


menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan
alternatif sehingga mencapai tujuan. (Rukiyah,A. Y.,
dan Yulianti, L., 2014)

G. Kerangka Teori

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

ASUHAN PERSALINAN
ASUHANH.
KEHAMILAN
I. Asuhan persalinan normal 60
langkah APN dengan prinsip
Pemeriksaan J.kehamilan sayang ibu dan sayang bayi
dengan standarK. 10 T yaitu: BB meliputi:
& TB, LILA, TFU, Imunisasi TT,
L.
Tablet Fe, Presentasi & DJJ,  Kala I
Temu Wicara,M. Tes  Kala II
Laboratorium, Tatalaksana
N.6 kali selama  Kala III
Kasus, minimal
kehamilan, yaitu:  Kala IV
O.
 2 kali trimester
P. I
 1 kali trimester II
 3 kali trimester III

ASUHAN NIFAS DAN BAYI BARU LAHIR LAHIR

ASUHAN NIFAS ASUHAN BBL


Q.
Asuhan nifas terdiri dari 4 kali Asuhan neonatus terdiri dari 3
R.
kunjungan, yaitu: kali kunjungan, yaitu:
 Kunjungan I (6 jam-2 hari)
S.  KN 1 (Usia 6-48 jam)
 Kunjungan II (3-7 hari)
 Kunjungan III (8-28 hari)  KN 2 (Usia 3-7 hari)
 Kunjungan IV (29-42 hari)  KN 3 (Usia 8-28 hari)
28

T.
U.
V.

Bagan 1
Kerangka Teori
Sumber: Kemenkes RI, 2020
29

BAB III
PERSIAPAN PELAKSAAN TINJAUAN KASUS
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Tinjauan kasus ini direncanakan diPuskesmas Tanjungpinang.
2. Waktu
Waktu tinjauan kasus ini direncanakan pada bulan januari-april 2022.
B. Subyek Studi Kasus
Subyek yang digunakan dalam studi kasus dengan Laporan Kasus Asuhan
Kebidanan Komprehensif Pada Ny. X Umur X Tahun Dengan Keluhan X Di Puskesmas
Tanjungpinang Tahun 2022.
C. Definisi Operasional
Salah satu unsur yang membantu komunikasi antar penelitian adalah definisi
operasional, yaitu merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur.
Dengan membaca definisi operasional dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan
mengetahui pengukuran suatu variabel, sehingga peneliti dapat mengetahui baik
buruknya pengukuran tersebut (Zakariah, dkk. 2020).
30

Tabel 4
Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur


Asuhan Asuhan yang diberikan pada ibu hamil Format Wawancara,
Kebidanan sesuai dengan standar pelayanan pengkajian observasi
Kehamilan kebidanan 10 T dalam 2 kali kunjungan asuhan dan
pada Trimester III di Puskesmas kebidanan dokumentasi
Tanjungpinang. pada ibu
hamil.

Asuhan Asuhan yang diberikan pada ibu bersalin Format Wawancara,


Kebidanan berdasarkan 60 langkah APN yang pengkajian observasi
Persalinan dilakukan pada ibu bersalin kala I, kala II, asuhan dan
kala III, dan kala IV di Puskesmas kebidanan dokumentasi
Tanjungpinang. pada
persalinan,
partograf
Asuhan Asuhan yang diberikan pada ibu nifas Format Wawancara,
Kebidanan dilakukan dalam 2 kali kunjungan, yaitu pengkajian observasi
Masa Nifas capaian KF I pada hari ke-2 nifas dan asuhan dan
capaian KF II pada hari ke-7 nifas di kebidanan dokumentasi
rumah Ny.X. pada masa
nifas
Asuhan Asuhan kebidanan yang diberikan pada Format Wawancara,
Kebidanan bayi baru lahir sebanyak 2 kali kunjungan pengkajian observasi
Bayi Baru yaitu, capaian KN I pada hari ke-2 setelah asuhan dan
Lahir bayi lahir dan capaian KN II pada hari ke- kebidanan dokumentasi
7 setelah bayi lahir di rumah Ny.X. pada bayi
baru lahir

D. Teknik Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan laporan kasus ini digunakan berbagai teknik pengumpulan
data, antara lain data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Sugiarto (2017), data primer merupakan informasi yang diperoleh dari
sumber - sumber primer yaitu informasi dari narasumber.
a. Interview (wawancara)
Wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi
yang dilakukan oleh sedikitnya dua orang, atas dasar ketersediaan
dan dalam setting alamiah, dimana arah pembicaraan mengacu
31

kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan mengedepankan trust


sebagai landasan utama dalam proses memahami (Sidiq,2019).
b. Observasi didefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati,
dan mencermati, serta merekam perilaku secara sistematis untuk
suatu tujuan yang ingin dicapai (Sidiq, Choiri, 2019).
1) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui
mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan
cara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
Pemeriksaan akan dilakukan secara inspeksi yang
dilakukan pada Ny.X meliputi keadaan umum, kesadaran,
luka bekas operasi, pembesaran abdomen, striae
gravidarum, dan linea. Pemeriksaan palpasi dilakukan
hanya pada abdomen ibu dikarenakan untuk menentukan
letak janin atau janin sudah masuk pintu atas panggul
(PAP) atau belum dan menentukan punctum maximum
untuk mendengarkan detak jantung janin (DJJ).
Pemeriksaan perkusi yang dilakukan pada Ny.X, yaitu
dengan refleks patella dan auskultasi dengan
mendengarkan detak jantung janin (DJJ).
2) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ini digunakan unttuk mengetahui
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu hamil, bersalin,
nifas, serta bayi baru lahir. Pemeriksaan dilakukan dengan
cara pemeriksaan darah (Hb, tes HIV/AIDS, HbsAg) dan
pemeriksaan urine (protein urine dan glukosa urine). Cara
yang akan dilakukan penulis untuk cek Hb adalah dengan
menggunakan Hb sahli atau dengan cara sederhana,
glukosa urine dengan larutan benedict dan untuk protein
urine menggunakan asam asetat.
32

2. Data sekunder
Menurut Sugiarto (2017), data sekunder merupakan informasi yang diperoleh
tidak secara langsung dari narasumber melainkan dari pihak ketiga. Sumber data yang
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder ini merupakan
data yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-buku, literatur dan
bacaan yang berkaitan dan menunjang penelitian ini.
E. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah :
1. Alat dan bahan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah :
a. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan observasi yaitu Alat dan
bahan yang umum digunakan untuk melakukan observasi yaitu sebagai
berikut : Alat Pelindung Diri (APD) level 2 ketika pemeriksaan yaitu gown,
masker, face shield dan handscoon.
b. Pemeriksaan ANC : Bak instrument berisi sepasang sarung tangan, kom
tertutup berisi kapas DTT (6 buah), senter, metlin, leane/Doppler, reflek
hammer, jam tangan, bengkok, tensi meter, stetoskop, thermometer, LILA,
timbangan, pengukur tinggi badan, pemeriksaan penunjang (Hb sahli set,
protein urine set, dan reduksi urine set) serta format pengkajian.
c. Pemeriksaan INC : Alat untuk TTV (tensi meter, stetoskop,
d. thermometer), persiapan APD, partus set, hecting set, infuse set, handscoon
steril dan bersih, baskom berisi air DTT dan larutan klorin, nierbeken 2
buah, piring plasenta, lampu sorot, underpad, tabung oksigen, tiang infuse,
tempat sampah medis dan non medis serta format pengkajian.
e. Pemeriksaan PNC : Bak instrument berisi sarung tangan, kom tertutup berisi
kapas DTT (6 buah), senter, thermometer, stetoskop,tensimeter, jam tangan,
perlak atau alas, bengkok, baskom berisi air klorin dan air bersih serta format
pengkajian.
f. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir : Timbangan bayi, metlin, thermometer, kom
berisi kapas, spuit 3cc, obat-obatan, Vitamin K, Hb0, salap mata, serta
format pengkajian.
g. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan wawancara: format asuhan
33

kebidanan pada ibu hamil, bersalin, dan nifas serta bayi baru lahir.
1. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan studi dokumentasi :
catatan medik (kohort) dan buku KIA ibu.

Anda mungkin juga menyukai