BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah
salah satu indikator derajat kesehatan negara demikian karena AKI dan AKB
menunjukkan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan. Data yang
ditunjukkan menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2020
menyatakan bahwa Angka kematian ibu (AKI) sangat tinggi, setiap harinya
terdapat 810 wanita meninggal dunia karena komplikasi kehamilan dan
persalinan dan sekitar 295 000 wanita meninggal dunia setelah persalinan atau
dalam masa nifas. Data yang disampaikan WHO di negara maju mengalami AKI
sebesar 11/100.000 kelahiran hidup dan Angka kematian ibu (AKI) di negara
berkembang sebesar 462/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian
Bayi pada tahun 2020 telah mencapai 21/1000 KH, namun dengan penurunan
juga tidak akan mencapai target SDGS pada tahun 2030 sebesar 21/1000 KH
(WHO, 2020).
AKI dan AKB merupakan salah satu indikator untuk melihat
keberhasilan upaya kesehatan ibu. Jumlah AKI di indonesia mencapai 4.627
jiwa pada tahun 2020. Angka tersebut meningkat 10,25% dibandingkan dengan
tahun 2019 hanya 4. 197 jiwa. Penyebab kematian ibu antara lain diakibatkan
oleh perdarahan, hipertensi dan gangguan sistem peredaran darah. Sedangkan
jumlah AKB pada tahun 2020 adalah kematian bayi berusia dibawah lima tahun
di indonesia mencapai 28.158 jiwa. Dibandingkan AKB tahun 2019 adalah 29.
322 kematian anak bawah lima tahun (balita). Sebanyak 20, 244 atau 69%
terjadi pada masa neonatal (0 hingga 28 hari). Dari seluruh kematian neonatal,
sebanyak 16, 156 atau 80% terjadi pada periode enam hari pertama kehidupan.
Berdasarkan profil kesehatan indonesia penyebab tertinggi kematian neonatal
adalah denngan berat badan lahir rendah (BBLR) (Kemenkes RI, 2020).
Peningkatan kesehatan ibu dan anak difokuskan pada upaya penurunan
angkat kematian ibu (AKI) melahirkan, angka kematian bayi (AKB) lahir, angka
kematian neonatal dan peningkatan cakupan vaksinasi. Dalam 30 tahun terakhir,
2
D. Manfaat
1. Teoritis
a. Bagi penulis
Bahan bacaan asuhan kebidanan, persalinan nifas dan bayi
baru lahir dengan pendokumentasian SOAP serta dapat
menerapkan ilmu dan menambah pengetahuan.
b. Bagi institusi
Dapat menambah bahan bacaan di perpustakaan.
c. Bagi lahan
Dapat menambah wawasan klien mulai dari kehamilan,
persalinan, nifas, dan bayi baru lahir dan mendapatkan pelayanan
komprehensif.
2. Bagi praktis
a. Bagi penulis
Dapat menambah pengalaman serta pengetahuan tentang
pemberian asuhan kebidanan seara komprehensif.
b. Bagi puskesmas
Dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama
dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan pada ibu hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.
c. Bagi klien
Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan yang aman dan
nyaman serta berkualitas secara komprehensif.
7
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
6. Asuhan Antenatal
a. Pengertian
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program
pelayanan kesehatan obsetric untuk optimalisasi iuran maternal
dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantaun rutin
selama kehamilan (prawirohardjo, 2016).
b. Tujuan
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,
mental, dan sosial pada ibu dan bayi.
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknyamanan atau
implikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedaan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan
dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma
seminal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI ekslusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
c. Kunjungan Ulang
1) Jadwal
Jadwal kunjungan minimal 6 kali yaitu 2 kali pada
Trimester I, 1 kali pada Trimester II dan 3 kali pada
Trimester III. Namun sebaiknya jadwal kunjungan ulang
adalah : sampai dengan 28 minggu(setiap 4 minggu),
11
d. Pemeriksaan laboraturiom
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk menemukan
kejanggalan supaya bisa diselesaikan. Wanita hamil diperiksa
untuk mengetahui protein urin dan glukosa urin, golongan darah,
faktor rhesus, hemoglobin (Hb), dan rubella (Yuliazawati, dkk.
2017).
7. Standar Asuhan Kehamilan Trimester III
Standar 1 : Identifikasi ibu hamil.Melakukan kunjungan rumah dan
berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk penyuluhan dan
motivasi untuk pemeriksaan dini dan teratur.
Standar 2 : Pemeriksaan dan pemantauan antenatal.Sedikitnya 4 kali
pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan meliputi: anamnesis dan
pemantauan ibu dan janin, mengenal kehamilan risiko tinggi, imunisasi,
nasehat dan penyuluhan, mencatat data yang tepat setiap kunjungan,
tindakan tepat untuk merujuk.
Standar 3 : Palpasi abdominal.
Standar 4 : Pengelolaan anemia pada kehamilan
Standar 5 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan.
Standar 6 : Persiapan persalinan.
Memberi saran pada ibu hamil, suami dan keluarga untuk
memastikan persiapan persalinan bersih dan aman, persiapan
transportasi, biaya. Bidan sebaiknya melakukan kunjungan rumah.
Dalam memberikan asuhan/pelayanan maka bidan harus memenuhi
standar minimal 7 T (timbang BB), ukur tekanan darah, ukur tinggi
13
fundus uteri, TT, tablet besiminimal 90 tablet selama hamil, tes PMS,
temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Siti Tyastuti, 2016).
C. Persalinan
1. Definisi
Asuhan kebidanan persalinan adalah asuhan yang diberikan
secara memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan
persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan asuhan sayang
ibu (Yulianti, 2019).
2. Tujuan Asuhan Persalinan
Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang
terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip
keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal
(Sulisdian, dkk. 2019).
3. Standar Asuhan Persalinan
Standar 9 : asuhan persalinan kala I yaitu untuk memberikan pertolongan
persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi.
Standar 10 : persalinan kala II aman
Standar 11 : penatalaksanaan aktif manajemen kala III yaitu untuk
membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selpaut ketuban secara
lengkap.
Standar 12 : penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi
mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-
tanda gawat janin (Maharani, 2017).
4. Tanda- tanda Persalinan
a. His semakin kuat dengan interval 2-3 menit.
b. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
c. Ibu merasa adanya tekanan pada rektum atau vagina.
d. Perineum menonjol.
e. Vulva vagina dan sfinger ani membuka.
14
Tabel 2
60 Langkah Asuhan Persalinan Normal
16
Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai jika hal itu
20. terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara spontan.
Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal. Anjurkan ibu
22. meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga
bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian digerakkan ke arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang.
Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang kepala dan bahu. Gunakan
23.
tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong,
24. tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kedua kaki dan
pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada
sisi yang lain agar bertemu dengan telunjuk.
33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
Letakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah ibu (di atas simfisis) untuk mendeteksi
34. kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat.
Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain
mendorong ke uterus ke arah belakang-atas (dorso kranial) secara hati-hati (untuk
35. mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali
prosedur di atas
Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah dorsal ternyata diikuti
36. dengan pergeseran tali pusat ke arah distal maka lanjutkan dorongan ke arah kranial
hingga plasenta dapat dilahirkan.
18
Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang
37. dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak
38. tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
Menilai Pendarahan
Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah dilahirkan lengkap.
39.
Masukkan plasenta ke dalam kantong plastik atau tempat khusus.
Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila terjadi
40.
laserasi yang luas dan menimbulkan perdarahan.
Asuhan Pasca Persalinan
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
42. bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir, keringkan tangan dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
43. Pastikan kandung kemih kosong.
44. Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV
60.
persalinan.
Sumber : Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, 2016
8. Patograf
Patograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif
persalinan. Tujuan utama penggunaan patograf adalah untuk mencapai
hasil obseravsi dan kemajuan persalinan dengan penilaian pembukaan
serviks melalui VT dan pengawasan dini adanya kemungkinan partus
lama (Yuni Fitriani, 2018).
D. Nifas
1. Pengertian Nifas
Asuhan yang diberikan selama masa nifas sesuai dengan
kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama
masa nifas (Sari, 2020).
2. Tujuan
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Dengan pemantauan pada
masa nifas dapat mencegah kematian ibu dan bayi (Walyani, 2015).
3. Tahapan nifas
a. Puerperium Dini
Pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan.
b. Puerperium Intermedial
Pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8
minggu.
c. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila
selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi (Rukiyah dan
Yulianti, 2018).
20
Ibu nifas perlu diet gizi yang baik dan lengkap, bisa
disebut juga dengan menu seimbang. Ibu nifas perlu tambahan
500 kalori tiap hari, dan kebutuhan cairan/ minum ± 3 liter/ hari
dan tambahan pil zat besi selama 40 hari postpartum, serta kapsul
vitamin A 200.000 unit (Pengurus Ikatan Bidan Indonesia, 2016).
c. Eliminasi
Ibu nifas hendaknya dapat berkemih spontan normal
terjadi pada 8 jam postpartum. Anjurkan ibu berkemih 6-8 jam
postpartum dan setiap 4 jam setelahnya. Karena kandung kemih
yang penuh dapat mengganggu kontraksi dan involusi uterus
(Pengurus Ikatan Bidan Indonesia, 2016).
d. Sexsual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau
dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri (Pengurus Ikatan
Bidan Indonesia, 2016).
e. Keluarga berencana
Bidan dapat membantu merencanakan keluarganya
dengan mengajarkan mereka cara mencegah kehamilan yang
tidak diinginkan (Pengurus Ikatan Bidan Indonesia, 2016).
f. Latihan
Bidan menjelaskan pada ibu pentingnya otot-otot perut
dan panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini
menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi
rasa sakit pada punggung 9 pengurus Ikatan Bidan Indonesia,
2016).
6. Kunjungan Nifas
Menurut buku KIA revisi tahun 2020, perawatan nifas mulai 6-42
jam hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan minimal 4 kali
kunjungan nifas yaitu :
22
F. Pendokumentasian Soap
Alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah, apa
diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses
berfikir sistematis, maka di dokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu :
1. Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan
data klien melalui anamnesa tanda gejala subjektif yang diperoleh
dari pasien, suami atau keluarga (identitas umum, keluhan,
riwayat menarche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan,
riwayat KB, riwayat penyakit keluarag, riwayat psikologis dan
pola hidup).
2. Objektif
26
3. Assasment
Masalah atau diagnosa yang ditegakan berdasarkan data
atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada
informasi baru baik subjuektif maupun objektif dan sering
diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian
adalah suatu proses yang dinamik.
4. Planing
Menggambarkan pendokumentasian, perencanaan dan
evaluasi berdasarkan assasment SOAP untuk perencanaan,
implementasi dan evaluasi dimasukan dalam planning.
a. Perencanaan
Membuat rencana tindakan saat ini atau yang akan
datang. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi
pasien yang sebaik mungkin .
b. Implementasi
Pelaksaan rencana tindakan untuk menghilangkan
dan mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus
disetujui oleh klien kecuali bila tidak dilaksanakan
akan membahayakan keselamatan klien .
c. Evaluasi
27
G. Kerangka Teori
ASUHAN PERSALINAN
ASUHANH.
KEHAMILAN
I. Asuhan persalinan normal 60
langkah APN dengan prinsip
Pemeriksaan J.kehamilan sayang ibu dan sayang bayi
dengan standarK. 10 T yaitu: BB meliputi:
& TB, LILA, TFU, Imunisasi TT,
L.
Tablet Fe, Presentasi & DJJ, Kala I
Temu Wicara,M. Tes Kala II
Laboratorium, Tatalaksana
N.6 kali selama Kala III
Kasus, minimal
kehamilan, yaitu: Kala IV
O.
2 kali trimester
P. I
1 kali trimester II
3 kali trimester III
T.
U.
V.
Bagan 1
Kerangka Teori
Sumber: Kemenkes RI, 2020
29
BAB III
PERSIAPAN PELAKSAAN TINJAUAN KASUS
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Tinjauan kasus ini direncanakan diPuskesmas Tanjungpinang.
2. Waktu
Waktu tinjauan kasus ini direncanakan pada bulan januari-april 2022.
B. Subyek Studi Kasus
Subyek yang digunakan dalam studi kasus dengan Laporan Kasus Asuhan
Kebidanan Komprehensif Pada Ny. X Umur X Tahun Dengan Keluhan X Di Puskesmas
Tanjungpinang Tahun 2022.
C. Definisi Operasional
Salah satu unsur yang membantu komunikasi antar penelitian adalah definisi
operasional, yaitu merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur.
Dengan membaca definisi operasional dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan
mengetahui pengukuran suatu variabel, sehingga peneliti dapat mengetahui baik
buruknya pengukuran tersebut (Zakariah, dkk. 2020).
30
Tabel 4
Definisi Operasional
2. Data sekunder
Menurut Sugiarto (2017), data sekunder merupakan informasi yang diperoleh
tidak secara langsung dari narasumber melainkan dari pihak ketiga. Sumber data yang
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder ini merupakan
data yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-buku, literatur dan
bacaan yang berkaitan dan menunjang penelitian ini.
E. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah :
1. Alat dan bahan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah :
a. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan observasi yaitu Alat dan
bahan yang umum digunakan untuk melakukan observasi yaitu sebagai
berikut : Alat Pelindung Diri (APD) level 2 ketika pemeriksaan yaitu gown,
masker, face shield dan handscoon.
b. Pemeriksaan ANC : Bak instrument berisi sepasang sarung tangan, kom
tertutup berisi kapas DTT (6 buah), senter, metlin, leane/Doppler, reflek
hammer, jam tangan, bengkok, tensi meter, stetoskop, thermometer, LILA,
timbangan, pengukur tinggi badan, pemeriksaan penunjang (Hb sahli set,
protein urine set, dan reduksi urine set) serta format pengkajian.
c. Pemeriksaan INC : Alat untuk TTV (tensi meter, stetoskop,
d. thermometer), persiapan APD, partus set, hecting set, infuse set, handscoon
steril dan bersih, baskom berisi air DTT dan larutan klorin, nierbeken 2
buah, piring plasenta, lampu sorot, underpad, tabung oksigen, tiang infuse,
tempat sampah medis dan non medis serta format pengkajian.
e. Pemeriksaan PNC : Bak instrument berisi sarung tangan, kom tertutup berisi
kapas DTT (6 buah), senter, thermometer, stetoskop,tensimeter, jam tangan,
perlak atau alas, bengkok, baskom berisi air klorin dan air bersih serta format
pengkajian.
f. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir : Timbangan bayi, metlin, thermometer, kom
berisi kapas, spuit 3cc, obat-obatan, Vitamin K, Hb0, salap mata, serta
format pengkajian.
g. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan wawancara: format asuhan
33
kebidanan pada ibu hamil, bersalin, dan nifas serta bayi baru lahir.
1. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan studi dokumentasi :
catatan medik (kohort) dan buku KIA ibu.