PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dari kehamilan ,persalinan, nifas, pelayanan bayi baru lahir serta pelayanan keluarga
pribadi setiap individu (Ningsih 2017). Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu
Berdasarkan pengamatan WHO (World Health Organization), AKI di dunia pada tahun
2017 diperkirakan 295.000 wanita meninggal selama dan setelah kehamilan dan
persalinan. Mayoritas besar dari kematian ini (94%) terjadi di rangkaian sumber daya
rendah, dan sebagian besar bisa dicegah. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) dunia
pada tahun 2018 diperkirakan 2,5 juta (WHO, 2018). SDG’s (Sustainable Development
Goals) target SDG’s pada tahun 2030 terjadi penurunan AKI yang kurang dari 70 per
100.000 KH sedangkan AKB yang kurang dari 12 per 1.000 KH (Kemenkes RI, 2019).
Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, jumlah kematian ibu (AKI)
tahun 2015 berkisar 305 per 100.000 KH, sedangkan angka kematian bayi (AKB) tahun
2016 berkisar 185/hari dengan AKN 15/1000 KH, tiga-perempat kematian neonatal
terjadi pada minggu pertama. Dan 40% meninggal dalam 24 jam pertama. Adapun
penyebab dari kematian ibu adalah perdarahan, infeksi masa nifas, hipertensi partus lama
atau macet dan aborsi yang tidak aman, sedangkan penyebab kematian bayi adalah
prematur, komplikasi terkait persalinan (asfiksia), infeksi dan cacat lahir (Kementrian
mengalami peningkatan yang relatif cepat dari tahun 2010 (Badan Pusat Statistik, 2014).
Laju penduduk yang cepat menimbulkan beberapa masalah seperti rendahnya taraf
kesejahteraan hidup. Salah satu fokus Indonesia yang berhubungan taraf kesejahteraan
hidup adalah kematian ibu dan bayi. Menurut World Health Organization (WHO), pada
tahun 2013 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia 210 per 100.000 kelahiran hidup, AKI di
negara berkembang 230 per 100.000 kelahiran hidup dan AKI di negara maju 16 per
100.000 kelahiran hidup. AKI di Asia Timur 33 per 100.000 kelahiran hidup, Asia
Selatan 190 per 100.000 kelahiran hidup, Asia Tenggara 140 per 100.000 kelahiran hidup
dan Asia Barat 74 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014). Menurut data SDKI,
Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan pada periode tahun 1994-2012 yaitu
pada tahun 1994 sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 1997 sebesar 334 per
100.000 kelahiran hidup, tahun 2002 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, tahun
2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Namun pada tahun 2012, Angka
Kematian Ibu (AKI) meningkat kembali menjadi sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup, sedangkan angka kematian bayi (AKB) dapat dikatakan penurunan on the track
(terus menurun) dan pada tahun 2012 menunjukan angka 32 per 1.000 kelahiran hidup
(SDKI, 2012). Pada tahun 2015, berdasarkan data SUPAS 2015 baik AKI maupun AKB
menunjukan penurunan yaitu AKI 305 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 23 per 1000
kelahiran hidup. Pada tahun 2013 tercatat terjadi kematian ibu (AKI) di Jakarta Timur
sebanyak 50 per 100.000 kelahiran. Angka ini sudah jauh melampau target MDGs untuk
capaian 2015 yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup ataupun target rencana
Berdasarkan laporan dari profil dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2018
terdapat jumlah AKB di Provinsi Jawa Barat 2018 sebanyak 3730. Ratio kematian bayi
tahun 2016 yaitu 4,4/1000 KH, pada tahun 2016 yaitu 4,01/1000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian neonatal diakibatkan oleh BBLR sejumlah 1298 34,79%. Adapun
AKI sebanyak 799 kasus yaitu 84,78/100.000 kelahiran hidup, dengan penyebab
kematian pada ibu yaitu perdarahan sebanyak 184 kasus, terjadinya perdarahan yang
diakibatkan oleh atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan laserasi jalan yang
mengakibatkan kematian ibu nomor dua di Jawa barat sebelum Hipertensi sebanyak 208
kasus.
Menurut data dinas kesehatan Kabupaten Indramayu jumlah pada tahun 2018.
yaitu tercatat jumlah angka kematian ibu sebanyak 52 kasus per 100.000 kelahiran hidup,
sebanyak 10 kasus (19,2%), Sedangakan untuk AKB terdapat 200 kasus per 100.000
penyebab utamanya yaitu berat badan lahir rendah dan asfiksia.4 Dilihat dari data angka
kematian ibu perdarahan menjadi penyebab setiap tahunnya dan menduduki peringkat
kedua di Provinsi Jawa barat dan Kabupaten Indramayu. Penyebab terjadinya perdarahan
salah satunya adalah retensio plasenta. Kejadian retensio plasenta masih tinggi dalam
komplikasi persalinan ,dilaporkan bahwa 15 – 20% kematian ibu karena retensio plasenta
dan insedennya adalah 0,8 – 1,2% untuk setiap kelahiran. Insiden dari plasenta akreta,
inkreta, dan perkreta juga meningkat selama beberapa dekade terakhir. Retensio plasenta
dapat 4 menyebabkan perdarahan dan penyebab kematian ibu. 4 Terjadinya retensio
plasenta disebabkan oleh multifaktor yaitu faktor maternal, faktor uterus dan faktor
kehamilanlan
sebanyak 40 kematian ibu. Kematian bayi tahun 2020 yaitu sebanyak 208 kematian bayi.
Jumlah kematian ibu diwilayah kerja Puskesmas Patrol tahun 2020 yaitu sebanyak 2
kematian ibu, dan jumlah kematian bayi sebanyak 5 bayi yang lahir mati.
ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2030 mengurangi angka kematian
ibu hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup, dan pada 2030 mengakhiri kematian
bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka
Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian
Balita 25 per 1.000 kelahiran hidup. (Depkes RI, 2015). Penyebab terbesar kematian ibu
masih tetap sama yaitu perdarahan, sedangkan partus lama merupakan kematian ibu
terendah. Sementara itu penyebab lain-lain juga berperan cukup besar dalam
kematian ibu secara tidak langsung, seperti kondisi penyakit kanker, jantung, ginjal,
tuberculosis atau penyakit lain yang diderita ibu (Info DATIN Kemenkes RI, 2014).
Sedangkan penyebab kematian bayi baru lahir yang utama disebabkan oleh asfiksia
(27%) (SKRT, 2007) dan yang merupakan penyebab kedua kematian bayi baru lahir
kematian dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui : 1) peningkatan pelayanan
antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai; 2)
pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil, pelayanan
pasca persalinan dan kelahiran; serta 3) pelayanan emergensi obstetrik dan neonatal dasar
(PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat 3 dijangkau secara tepat waktu oleh
Bidan merupakan ujung tombak untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi,
adalah untuk dapat memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dimulai masa
merupakan asuhan kebidanan yang diberikan oleh bidan yang menyeluruh meliputi masa
kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir untuk mencegah kematian ibu dan bayi
yang komprehensif pada Ny. S G1P0A0 di Praktek Mandiri Bidan Mila wilayah kerja
puskesmas Patrol Desa Sukahaji Kecamatan patrol kabupaten Indramayu, selama masa
kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir agar dapat tercapai kesejahteraan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum Dilaksanakannya asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. S
G1P0A0 di Praktek Mandiri Bidan Mila Desa Sukahaji Kecamatan patrol kabupaten
Indramayu.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara lengkap pada ibu hamil
b. Dapat menganalisa masalah dan diagnosa kebidanan pada ibu hamil trimester III,
c. Dapat menegakkan diagnosa potensial pada ibu hamil trimester III, bersalin, bayi baru
d. Dapat melakukan tindak segera pada ibu hamil trimester III, bersalin, bayi baru lahir
dan nifas;
e. Dapat merencanakan tindakan asuhan pada ibu hamil trimester III, bersalin, bayi baru
f. Dapat melaksanakan rencanakan tindakan asuhan pada ibu hamil trimester III, bersalin,
g. Dapat melaksanakan evaluasi pada ibu hamil trimester III, bersalin, bayi baru lahir dan
nifas;
h. Dapat melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP pada ibu hamil trimester
dilakukan di ruang bersalin Praktek Mandiri Bidan Mila Desa Sukahaji Kecamatan patrol
kabupaten Indramayu.