PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut data dari World Health Organization (WHO), diperkirakan pada
tahun 2015, sekitar 303.000 wanita meninggal selama dan setelah kehamilan dan
persalinan. 99% dari semua kematian ibu terjadi di negara berkembang. Antara
tahun 1990 dan 2015, kematian ibu di seluruh dunia menurun sekitar 44%. Antara
tahun 2016 dan 2030, sebagai bagian dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,
targetnya adalah untuk mengurangi rasio kematian ibu global hingga kurang dari 70
per 100.000 kelahiran hidup. Di sub-Sahara Afrika, sejumlah negara mengurangi
separuh tingkat kematian ibu mereka sejak tahun 1990. Di wilayah lain, termasuk
Asia dan Afrika Utara, bahkan kemajuan yang lebih besar telah terjadi. Antara
tahun 1990 dan 2015, rasio kematian ibu global (jumlah kematian ibu per 100 000
kelahiran hidup) menurun hanya 2,3% per tahun antara tahun 1990 dan 2015.
Namun, peningkatan angka percepatan penurunan kematian ibu diamati sejak tahun
2000 dan seterusnya. Di beberapa negara, penurunan tahunan kematian ibu antara
tahun 2000–2010 di atas 5,5%. Angka kematian ibu di negara berkembang pada
tahun 2015 adalah 239 per 100.000 kelahiran hidup dibandingkan 12 per 100.000
kelahiran hidup di negara maju (WHO, 2018).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
salah satu indikator pembangunan kesehatan dalam RPJMN 2015-2019 dan SDGs.
Menurut data SDKI, Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan pada
periode tahun 1994- 2012 yaitu pada tahun 1994 sebesar 390 per 100.000 kelahiran
hidup, tahun 1997 sebesar 334 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2002 sebesar
307 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran
hidup namun pada tahun 2012 , Angka Kematian Ibu meningkat kembali menjadi
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk AKB dapat dikatakan penurunan
on the track (terus menurun) dan pada SDKI (Survey Data Kesehata Indonesia)
2012 menunjukan angka 32/1.000 KH (SDKI 2012). Dan pada tahun 2015,
berdasarkan data SUPAS (Survey Penduduk Antar Sensus) 2015 baik AKI maupun
AKB menunjukan penurunan (AKI 305/ 100.000 KH; AKB 22,23/ 1000 KH)
(Direktorat Kesehatan Keluarga, 2016).
1
2
Jumlah kasus kematian Bayi turun dari 33.278 di tahun 2015 menjadi
32.007 pada tahun 2016, dan di tahun 2017 di semester I sebanyak 10.294 kasus.
Demikian pula dengan angka kematian Ibu turun dari 4.999 tahun 2015 menjadi
4912 di tahun 2016 dan di tahun 2017 (semester I) sebanyak 1712 kasus
(Kemenkes RI, 2017).
Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat
dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan pelayanan k1 dan k4 telah
memenuhi target Rencana Stategis (Renstra ) pada tahun 2016 yaitu 74 %. Dimana
K1 100% dan K4 85,3% (Kemenkes RI, 2016).
Persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menunjukkan
kecenderungan peningkatan. Pada tahun 2016 indikator kinerja direktorat kesehatan
masyarakat tahun dengan target pada tahun 2016 77% dengan capaian target
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2016 yaitu 100,4% dari relasi
77,3% (Kemenkes RI, 2016).
Cakupan masa nifas (KF3) di Indonesia menunjukkan kecenderungan
peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2016 yaitu dengan presentasi
84%. Akan tetapi, pada tahun 2016 terapat penurunan cakupan KF3 pada tahun
2016 yaitu lebih rendah dibandingkan tahun 2015. Penurunan tersebut disebabkan
karena beberapa factor salah satunya adalah penetapan sasaran kabupaten/kota
terlalu tinggi, serta kondisi geografi yang sulit di beberapa wilayah dan kurangnya
kesadaran serta pengetahuan ibu dan keluarga tentang pentingnya pemeriksaan
pada saat nifas (Kemenkes RI, 2016).
Persentase peserta KB aktif terhadap pasangan usia subur di Indonesia pada
tahun 2016 sebesar 74,8%. Tiga provinsi yang memiliki persentase tertinggi yaitu
Maluku Utara sebesar 87,03%, Kepulauan Bangka Belitung sebesar 83,92%, dan
Sulawesi Utara sebesar 83,84%. Sedangkan capaian terendah terdapat di Provinsi
Nusa Tenggara Timur sebesar 63,24%, Sumatera Barat sebesar 63,73%, dan DKI
Jakarta sebesar 67,46%. Cakupan presentase tempat pelayanan KB di Indonesia
tahun 2016 yaitu yang tertinggi pada Praktek Bidan Mandiri 53,43%, faskes KB
pemerintah 16,6%, praktek dokter 12,99%, jejaring lainnya 12,5%, faskes KB
swasta 5,77% (Kemenkes RI, 2016). Pada tahun 2015 jumlah penurunan AKI di
DIY sangat signifikan yaitu sebesar 29 kasus. Penurunan kematian juga terjadi pada
3
AKN, AKB, dan AK Balita. Dari hasil SDKI menunjukkan bahwa AKB DIY
menduduki peringkat lima besar terbaik secara nasional besama dengan Kalimantan
Timur, DKI Jakarta, Riau, dan Sulawesi Tengah. Meskipun begitu, DIY belum
mampu memenuhi target MDGs (Millenium Development Goals) karena AKB
tahun 2012 masih berada di angka 24 per 1000 kelahiran hidup (Dinkes DIY,
2016).
Jumlah kematian ibu di Kabupaten Kulon Progo dalam kurun waktu 6 tahun
terakhir terlihat fluktuatif yaitu mengalami penurunan pada tahun 2012 yaitu 3
kasus, namun di tahun 2013 kembali mengalami peningkatan sebanyak 7 kasus,
tahun 2014 sebanyak 5 kasus dan turun lagi pada tahun 2015 sebanyak 2 kasus
kematian ibu yaitu di wilayah kerja Puskesmas Lendah II dan wilayah kerja
Puskesmas Pengasih II. Angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Kulon Progo
dari tahun 2011 sampai tahun 2015 cenderung fluktuatif, pada tahun 2013
mengalami kenaikan sebanyak 18,23 / 1000 kelahiran hidup dan turun kembali
Pada tahun 2014 menjadi 11,50 / 1000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2015
sebesar 9,7 / 1000 kelahiran hidup (Dinkes Kulon Progo, 2016).
Dalam keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang rencana strategis kementrian kesehatan tahun
2015-2019 disebutkan dalam Bab I bahwa program Indonesia sehat dilaksanakan
dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat yang dilakukan dengan strategi
pengurus utama kesehatan dalam pembangunan, penguatan prommotif preventif
dan pemberdayaan masyarakat. Mengoptimalisasikan system rujukan dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of
care dan intervensi berbasis risiko kesehatan. Dalam pilar juga disebutkan bahwa
jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit
serta kendali mutu dan kendali biaya. Dalam Rencana Strategis Kementrian
Kesehatan 2015-2019 salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat dengan target salah satu indikatornya,
yaitu AKI (Angka Kematian Ibu) pada tahun 2019 turun menjadi 306/100.000
kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).
Pada Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Ijin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan bahwa kewenangan bidan dalam pelayanan
4
kebidanan meliputi hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir sedangkan pada
Permenkes Nomor 631/Menkes/ Per/III/2011 sebagaimana telah diubah dengan
Permenkes Nomor 2562/Menkes/ Per/XII/2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan
Persalinan bahwa pelayanan jaminan persalinan dilaksanakan secara berjenjang
pada pelayanan tingkat lanjut dan tingkat dasar. Pelayanan tingkat lanjut meliputi
pemeriksaan kehamilan dengan risti, persalinan risti, komplikasi dan KB pasca
persalinan dan pada pelayanan tingkat dasar meliputi pemeriksaan kehamilan,
pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan KB pasca salin, serta
pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan
(Sariyati, Endang Wahyati Y. dan C. Tjahjono Kuntjoro, 2016).
Bidan mempunyai peran yang sangat penting dalam pengembangan
kesehatan ibu hamil yaitu dengan memberika penyuluhan kepada ibu hamil untuk
melakukan ANC (Antenatal Care) sebanyak 12 sampai 13 kali selama masa
kehamilan. Untuk daerah terpencil cukup 4 kali sebagai kasus yang tercatat. Bidan
juga mempunya peran dan tugas untuk memotivasi dan memberikan dukungan
kepada wanita yang akan bersalin yang akan berpengaruh dalam pemilihan tempat
bersalin. Peran dan tugas bidan dalam nifas yaitu untuk mengetauhi ibu dan
bayinya untuk melakukan asuhan dan memberikan pendidikan kesehatan yang
diperlukan. Peran bidan kepada Bayi Baru Lahir yaitu dengan memerikan
penatalaksanaan sesuai dengan kebutuhan bayi serta imunisasi yang akan
dijadwalkan sesuai dengan umur bayi. Dalam KB (Keluarga Berencana) bidan
memiliki peran untuk melakukan penyuluhan tentang keluarga berencana untuk
mengatur jarak kehamilan maupun menghentikan kehamilan. (Nadzifah K, 2014)
Upaya yang telah dilakukan pemerintah Indonesia untuk menurunkan AKI
(Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi) adalah salah satu
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program
tersebut menitikberatkan kepedulian dan peran keluarga dan masyarakat dalam
melakukan upaya deteksi dini, menghindari resiko kesehatan pada ibu hamil, serta
menyediakan akses pelayanan kegawatdaruratan bstetri dan neonatal dasar di
tingkat puskesmas (PONED) dan pelayanan kegawatdaruratan obstetric dan
neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK) (Budijanto, D, Dkk, 2016).
5
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kulon Progo pada tahun 2016
bahwa cakupan kunjungan K1 di Kabupaten Kulon Progo untuk ANC (Antenatal
Care) sebanyak 11.573 (94,1%) dari target nasinal 100% dan K4 sebanyak (10.435
(84,8%) dari target nasional 94% yang membuktikan bahwa masyarakat setempat
sudah mulai sadar akan pentingnya ANC (Antenatal Care). Persalinan oleh nakes
sebanyak 10.581(91,3%) dari target nasional 95%. Kunjungan nifas sebesar 10,581
(90,1%) dari target nasional 95% sedangkan untuk kunjungan neonatus yang sudah
mendapatkan KN 1 sebesar 10,709 (95,8%) dan KN lengkap sebanyak 10,635
(95,1%) kb baru 86,311 (89,5%) sedangkan peserta kb aktif sebanyak 96,385
(98,5%). Namun, menurut Dinas Kesehatan Ponorogo pada tahun 2016 salah satu
penyebab rendahnya kunjungan ibu hamil, nifas dan Bayi Baru Lahir (BBL)
dikarenakan ada yang pindah tempat tinggal, keinginan ibu yang malas untuk
melakukan kunjungan dan juga ibu berpindah tempat periksa atau pindah bidan.
Dari data diatas menunjukkan bahwa masyarakat di Kabupaten Kulon Progo sudah
mulai sadar akan pentingnya kunjungan ibu hamil, persalinan di nakes nifas, Bayi
Baru Lahir BBL) dan KB (Dinkes Kulon Progo, 2016)
Kebudayaan dan masyarakat merupakan dua sisi yang tidak dapat
dipisahkan, karena kebudayaan berhubungan dengan budi atau akal.
Kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, keilmuan, sosial, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain untuk
keperluan masyarakat. Selain itu, tidak ditemukan sejumlah pengetahuan dan
perilaku budaya yang dinilai tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan
menurut ilmu kedokteran atau bahkan memberikan dampak kesehatan yang kurang
menguntungkan bagi ibu dan anaknya. Faktor-faktor sosial budaya khususnya
mitos-mitos yang masih berlaku disuatu daerah tertentu merupakan salah satu
penyebab komplikasi ibu hamil, bersalin dan nifas. Masyarakat banyak yang masih
mempercayai bahwa mitos-mitos yang berlaku didaerahnya merupakan tinggalan
nenek moyang yang masih memiliki peran yang berarti untuk kelancaran proses
kehamilan dan persalinannya. Salah satu contoh pengaruh sosial budaya yang
masih melekat adalah enggannya ibu hamil untuk memeriksakan kesehatan ke
Puskesmas atau sarana kesehatan lainnya, kurangnya gizi pada akibat berbagai
pantangan dalam makan. Sehingga karena budaya yang masih tetap mereka
6
pegang akibatnya banyak atau tingginya angka kematian ibu. Mitos-mitos tentang
kehamilan yang masih banyak beredar dimasyarakat diantaranya ibu hamil harus
membawa benda-benda tajam (gunting, peniti, dll) yang diselipkan
dibajunya agar tidak diganggu oleh makhluk halus, tidak boleh minum es
karena bayinya akan besar, tidak boleh makan-makanan yang amis-amis misalnya
makan udang karena persalinannya akan lama dan tidak boleh makan buah-
buahan seperti nanas, durian, mentimun, mitos ini sangat dpercaya oleh sebagian
masyarakat karena akan menyebabkan keputihan. Bahkan mereka percaya bahwa
nanas bisa menyebabkan keguguran. Faktanya mengkonsumsi nanas dan mentimun
justru disarankan karena kaya akan vitamin C dan serat yang penting untuk
menjaga kesehatan tubuh dan melancarkan proses pembuangan sisa-sisa
pencernaan. Pengetahuan ibu hamil tentang mitos-mitos yang ada di daerahnya
akan mempengaruhi sikap dan perilaku ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilannya. Menurut Notoatmojo (2010), pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting terbentuknya tindakan seseorang karena dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku dengan didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku dengan tidak didasari oleh pengetahuan.
(Komalasari, dkk, 2013).
Continuity of care atau asuhan berkelanjutan asuhan yang diperlukan dalam
menangani permasalahan di komunitas sehingga bidan dapat secara terus-menerus
melakukan perawatan dan memberikan asuhan sesuai kebutuhan klien dan
berkelanjutan. Dalam hal ini, artinya tidak dapat melimpahkan wewenang kepada
bidan atau petugas lain dalam memberikan asuhan didalam komunitas sehingga
perawatan dan pelayanan yang diberikan lebih berkualitas (Aticeh, Gita Nirmala
Sari, Willa Follona, 2014).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan asuhan Continuity of
Care pada ibu mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan juga
keluarga berencana di Puskesmas Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi
DIY.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus
yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Kehamilan, Persalinan, Nifas,
7
Bayi Baru Lahir (BBL), dan KB Pada Ny.S Umur 21 Tahun G1P0A0 Di
Puskesmas Nanggulan”.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu secara komprehensif mulai dari
hamil, bersalin, bifas, Bayi Baru Lahir (BBL) dan KB Di Puskesmas
Nanggulan.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi data subyektif pada kasus Asuhan Kebidanan
Komprehensif Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir (BBL), dan
KB Di Puskesmas Nanggulan.
b. Mengidentifikasi data objektif pada kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif
Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir (BBL), dan KB Di
Puskesmas Nanggulan
c. Menentukan masalah pada kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif
Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir (BBL), dan KB Di
Puskesmas Nanggulan.
d. Mengidentifkasi penatalaksanaan pada kasus Asuhan Kebidanan
Komprehensif Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir (BBL), dan
KB Di Puskesmas Nanggulan
D. Manfaat
1. Bagi isntitusi UNISA
Hasil studi kasus ini dapa dijadikan sebagai tambahan ilmu bagi pembaca
laporan studi kasus di perpustakaan yang telah penulis buat.
2. Bagi isntitusi Puskesmas
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan penanganan
kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi
Baru Lahir (BBL), dan KB Di Puskesmas Nanggulan.
3. Subyek penelitian masyarakat
Meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan penanganan segera dari
tenaga kesehatan.
E. Ruang lingkup
8
2. Asri Nur Fitri Hidayati tahun 2016 yang berjudul “Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada Ny.Y G4P3A0 Di Bidan Praktik Madiri Bidan Hj.Imas R
Yusfar Amd.Keb Bandung” dengan menggunakan design penelitian
observasional deskriptif dengan studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini
adalah Ny.Y umur 38 tahun dengan hamil, bersalin nifas, bayi baru lahir, KB.
Instrument yang digunakan format asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin,
nifas bayi baru lahir dan KB menurut Varney dengan teknik pengambilan data
menggunkan data primer dan sekunder.
Persamaan dari studi kasus diatas dengan studi kasus peneliti adalah sama-sama
menggunakan satu responden dari mulai ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir, dan keluarga berencana.
Perbedaan dari studi kasus diatas dengan studi kasus peneliti adalah studi kasus
diatas dengan responden dengan kehamilan keempat, jumlah persalinan tiga dan
tidak pernah abortus sedangkan studi kasus peneliti dengan respnden kehamilan
pertama, belum pernah bersalin dan tidak pernah abrtus.
3. Desi Marwita tahun 2017 yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny.D Masa
Hamil Sampai Dengan Keluarga Berencana Di Bidan Praktek Mandiri Hj.
Rukni Lubis Jalan Luku 1 No 289 Kec. Medan Johor Kota Madya Medan”
dengan menggunakan design penelitian observasional deskriptif dengan desain
studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah Ny. D umur 40 tahun dengan
hamil, bersalin nifas, bayi baru lahir, KB. Instrument yang digunakan format
asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas bayi baru lahir dan KB
menurut Varney dengan teknik pengambilan data menggunakan data primer
dan sekunder.
Persamaan dari studi kasus diatas dengan studi kasus peneliti adalah sama-sama
menggunakan satu responden dari mulai ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir, dan keluarga berencana.
Perbedaan dari studi kasus diatas dengan studi kasus peneliti adalah studi kasus
diatas dengan responden dengan kehamilan kelima, jumlah persalinan 3 dan
abortus satu kali serta dengan respnden ibu hamil 39 Minggu sedangkan studi
kasus peneliti dengan respnden kehamilan pertama, belum pernah bersalin dan
tidak pernah abrtus dengan umur kehamilan responden 38 minggu.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kasus
1. Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga kelahiran bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 280 harai (40 minggu atau 9 bulan 7 hari). Masa
awal kehamilan disebut trimester perta,a yang dimulai dari konsepsi
sampai minggu ke 12 kehamilan. Pada masa ini terjadi perubahan produksi
dan pengaruh hormonal serta perubahan anatomi dan fisiologi (Bayu
Irianti dkk, 2015).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3
triwulan pertama dimulai sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke-4
sampai ke-6, triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (Ratna Dewi
Pudiastuti, 2012).
Bagi seorang istri dari pasangan suami yang sah, hamil adalah suatu
wasiat dan tugas mulia dari Allah SWT. Anak yang ada didalam
kandungan nantinya akan menjadi pelanjut “nama keluarga”. Karena
itulah, kehadiran seorang anak, sekalipun masih didalam kandungan,
menjadi dambaan setiap keliarga dimuka bumi ini. Bahkan, bagi seorang
isteri yang sedang mengandung, Allah SWT memberinya anugerahm
yakni berupa pahala tanpa henti selama maa hamil yang panjang itu
(Panduan Dakwah Rumah Sakit Muhammadiyah, 2013).
Dalam Q.s. Al-Ahqaaf, Allah SWT berfirman :
f) Payudara
Pada terjadi hipervaskularisasi pembuluh darah akibat
peningkatan hormone estrogen dan progesterone. Selain itu, juga
terjadi peningkatan hormone somatomamotropin untuk produksi
ASI sehingga menjadi lebih besar.
g) System Pernapasan
Peningkatan vaskularisasi pada hidug yang merupakan
respon terhadap peningkatan kadar estrogen, juga terjadi pada
traktus pernapasan atas. Oleh karena kapiler membesar,
terbentuklah edema dan hipereremia dihidung, faring, laring,
trakea, dan bronkus.
Bagian toraks dan diagfragma dengan semakin membesarnya
uterus, maka akan mengalami desakan pada diafragma sehingga
naik 4 cm, terjadi pelebaran sudut toraks dari 68 menjadi 103
derajat, peningkatan progesterone menyababkan peningkatan
pusat saraf untuk konsumsi oksigen.
h) System Neurologi dan Muskuloskeletal
Penurunan kalsium dan alkalosis terjadi akibbat perubahan
pada system pernapasan, tekanan uterus pada saraf, keletihan, dan
sirkulasi yang buruk pada tungkai sehingga mengalamai kram
terutama pada kaki.
Perubahan titik pusat gaya berat akibat uterus yang
bertambah besar dan berat membuat wanita mengalami sikap
yang dapat menekan saraf ulnar, median, dan skiatik, terjadi
hiperventilasi dan menyebabkan kesemutan.
Terjadi hipertensi postural yang berhubungan dengan
perubahan hemodinamis, hipoglikemi, penumpukan darah
dibagian tungkai sehingga mengurangi arah balik vena dan
mengurangi curah jantung.
2) Perubahan Psikologi Ibu Hamil
15
(b) Protein
Jumlah protei yang diperlukan oleh ibu hamil
adalah 85 gr perhari. Sumber protein bisa diperoleh dari
tumbuh-tumbuhan atau hewani. Kekuranan protein
menyebabkna kelahiran premature, anemia dan edema.
(c) Kalsium
Kebutuhan kalsium pada ibu hamil adalah 1,5 kg
per hari. Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan janin.
Sumber kalsium dapat diperoleh dari susu, keju yoghurt
dam kalsium karbonat.
(d) Zat besi
Diperlukan dengan jumlah 3 mg perhari terutama
setalah trimester II. Kekurangan zat besi dapat
menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
(e) Asam folat
Jumlah yang dibutuhkan adalah 400 mikrogram
perhari. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan
anemia megaloblastik pada ibu hamil.
(f) Air
Ibu dianjurkan untuk minum 6-8 gelas (1500-2000
ml) air, susu dan jus tiap 24 jam. Sebaiknya membatasi
minuman yang mengandung kafein seperti the, cokelat,
kopi dan minuman yang mengandung pemanis buatan
(sakarin) karena bahan ini mempunyai reaksi silang
terhadap plasenta
(3) Personal hygiene
Sebaiknya gunakan pancurang atau gayung pada saat
mandi, tidak diajurkan berendam dalam bathtub dan
melakukan vaginal douche. Selain mandi, mengganti celana
dalam secara rutin minimal sehari dua kali sangat dianjurkan.
(4) Pakaian
18
3. Nifas
a. Pengertian
Masa nifas (peuperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaa sebelum hamil.
Masa nifas atau puerperium dimuali sejak 2 jam setelaah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Vivian Nanny Lia Dewi &
Tri Sunarsih, 2011).
Masa Nifas (Puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
masa nigas berlagsung selama 6 minggu atau 4 hari (Ambarwati, 2010).
Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai
sampai pulihnya kembali alat0alat kandungan seperti sebelum hamil.
Lamanya nifas ini yaitu kira-kira 608 minggu (Abidin, 2011).
Dalam buku Panduan Dakwah Rumah Sakit Muhammadiyah, 2013,
Ulama Madzhab Hanafi dan Hambali berpendapat bahwa nifas hanya
berlangsung selama 40 hari. Apabila setelah masa itu darah tetap keluar,
maka darah itu bukan lagi darah nifas, melainkan darah istihadah (darah
karena penyakit). Masa nifas yang erlangsug selama 0 hari ini didasarkan
pada beberapa hadits Rasulullah SAW, dan diantaranya adalah yang
diriwayatkan Ummu Salamah : “Bahwa perempuang yag sedang nifas
pada masa Rasulullah SAW harus duduk (tidak beribadah) selama 40 hari
0 malam” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad bin
Hanbal).
45
يض قُ ْل ه َُو أَذ ِ ط َّه ْرنَ فَأْتُوه َُّن َويَ ْسأَلُونَكَ َع ِن ْال َم ِح َ َ سا َء فِي ًۖفَإِذَا تَ ِى فَا ْعت َِزلُوا الن
يض َو ََل ت َ ْق َرب ْ
ِ ط ِه ِرينَ ال َم ِح ْ
َ َب ينَ َوي ُِحبُّ ال ُمتِ ط ُه ْرنَ ُۖي ُِحبُّ الت َّ َّوا ْ َوه َُّن َحتَّى ي
َّ ْث أَ َم َر ُك ُم
َّ َّللاُ ِإ َّن
ََّللا ُ ط ِه ِرينَ ِم ْن َحي َ َ َّللاَ ي ُِحبُّ الت َّ َّوا ِبينَ َوي ُِحبُّ ْال ُمت
َّ ِإ َّن
5) Istirahat
Anjurkan ibu untuk :
a) Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan
b) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur
c) Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan
d) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu
untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan mala 7-8 jam.
Kurang istirahat dapat berakibat pada mengurangi jumlah ASI,
memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkna perdarahan
dan depresi.
6) Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomy sudah
sembuh maka coitus dapat dilakkan pada 3-4 minggu postpartum.
7) Latihan atau senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama
melahirkan setiap hari sampai hari ke sepuluh terdiri dri sederetan
gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan
ibu.
8) Keluarga Berencana
Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah dua
tahun. Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama menyusui
ekslusif atau penuh enam bulan dan ibu belum mendapatkan haid
(metode amenorhe laktasi). Jelaskan kepada ibu berbagai macam
metode kontrasepsi yang diperbolehkan selama neyusui yaitu cara
penggunaan, efek samping, kelebihan dan kekurangan, indikasi dan
kontraindikasi serta efektivitas.
9) Pemberian Asi/Laktasi
Hal-hal yang perlu diberitahukan kepada pasien :
a) Menyusui bayi segera setelah lahir minuma 30 menit
b) Ajarkan cara menyusui yang benar
c) Memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain
d) Menyusui tanpa jadwal, sesuka bayi (on demand)
53
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin
anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah
dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Q.s. al-
Baqarah : 233).
5. Keluarga Berencana
a. Pengertian
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan
dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel
sperma yang mengakibatkan kehamilan. Tujuan kontrasepsi adalah
menghindari adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat pertemuan pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel
sperma tersebut. Kontrasepsi yang cocok untuk ibu pada masa nifas antara
lain, Metode Amenore Laktasi (MAL), pil progestin (mini pil), suntikan
progestin, kontasepsi implant, dan alat kontrasepsi dalam rahim (Vivian
Nanny Lia Dwi & Tri Unarsi, 2011).
Sebagaimana firman Allah dalam Q.s Annisa Ayat 9 yang berbunyi :
َ َّخ ا ف ُ وا ع َ ل َ ي ْ ِه ْم ف َ ل ْ ي َ ت َّق ُ وا َّللا ِ ً خ ل ْ ف ِ ِه ْم ذ ُ ِر ي َّ ة
َ ض عَافًا َ َو ل ْ ي َ ْخ
َ ش ا ل َّ ِذ ي َن ل َ ْو ت َ َر ك ُ وا ِم ْن
َو ل ْ ي َ ق ُ و ل ُ وا ق َ ْو ًل سَ دِ ي د ًا
ً
Artinya : Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah,
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar (Q.s An-Nisa : 9).
b. Jenis-jenis kontrasepsi non-hormonal
Menurut Sarwono Prawihardjo, 2014, berikut ini jenis-jenis kontrasepsi
non-hormonal :
1) Kontasepsi tanpa menggunaka alat/obat
a) Sanggama Terputus (Koitus Interruptus)
Sanggama terputus adalah penarikan penis dari vagina
sebelum terjadinya ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan,
59
Sehingga tindaka yang sifatnya Trial and error tidak akan terjadi, apalagi
dalam penatalaksanaan dinyatakan bahwa tindakan yang diberikan harus
berdasarkan evidence.
d. Data P : Penatalaksanaan
Pada catatan penatalaksanaan (P) sangat menggambarkan pelayanan
asuhan kebidanan yang komprehensif dan berkesinambungan, karena harus
mencatat seluruh tindakan bidan yang telah dilakukan dari mulai tindakan
antisipasi yaitu tindakan untuk menghindari masalah atau diagnose yang
mengancam/potensial/ yang akan terjadi pada klien bila bidan tidak
memberikan tindakan tertentu/asuhan yang tepat, seperti kemungkinan syok,
perdaraha, kejang, atau masalah potensial lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa bidan harus selalu siap siaga menghadapi segala kemungkinan yag
akan terjadi pada klien/pasiennya. Begitupun cekatan dalam memberikan
tindakan yang segera dalam mengatasi masalah atau keadaan emergensi.
Melalui catatan ini bidan akan menunjukkan kemampuannya dalam
penanganan kasus yang emergensi.
D. Kerangka Alur Pikir
Asuhan komprehensif yang diambil adalah ibu hamil Ny. S G1P0A0AH0
dengan HPHT 11 Januari 2018, HPL 18 Oktber 2018 dengan Umur Kehamilan
kunjungan hamil dilakukan sebanyak 3 kali dan 1 kali kunjungan saat ibu nifas 6
hari Saat kunjungan pertama 17 minggu lebih 3 hari yaitu pada tanggal 12 Mei
2018 dengan keadaan umum ibu baik dan tidak ada keluhan. Kunjungan kedua
pada tanggal 30 Juni 2018 dengan umur kehamilan 24 minggu lebih 3 hari dengan
keadaan umum ibu baik dan tidak ada keluhan. Kunjungan yang ketiga dilakukan
pada hari rabu, 01 Agustus 2018 dengan umur kehamilan 28 minggu lebih 6 hari.
dengan keadaan umum ibu baik dan ibu mengatakan ibu batuk tetapi sudah
melakukan pemeriksaan ke puskesmas Nanggulan. Kunjungan terakhir dilakukan
pada hari selasa, 09 Oktober 2018 saat ibu nifas hari ke-6 dengan persalinan SC
(Seksio Cesarea) dalam umur kehamilan 38 minggu dengan komplikasi sungsang
sementara ibu sudah sering merasakan kontraksi. Keadaan ibu saat kunjungan
keadaan umum ibu baik tidak ada keluhan, bayi dalam keadaan baik tidak ada
masalah. Ibu telah memutuskan untuk menggunakan KB Implant.
69
70
Fisiologis Patologis
Bersalin
Fisiologis Patologis
Pemantauan Rujuk
kemajuan persalinan
kala IIV dengan
partograf
Bayi Baru Nifas
Lahir
BAB III
METODE LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
A. Rancangan Laporan
Metode penelitian yang digunakan dalam asuhan komprehensif pada ibu
hamil, bersalin dan nifas ini adalah metode penelitian Studi Penelaahan Kasus
(Case Study). Studi kasus dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan
melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal disini dapat berarti
satu orang, sekelompok penduduk yang terkena masalah, atau sekelompok
masyarakat di suatu daerah. Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam
dianalisis baik dari segi yang berhubungan dengan keadaan kasus ini sendiri,
faktor-faktor yang mempengaruhi, kejadian-kejadian kasus yang muncul
sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu
perlakuan atau pemaparan tertentu. Meskipun didalam studi kasus iniyang diteliti
hanya bentuk unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam, meliputi berbagai
aspek yang cukup luas, serta penggunaan berbagai teknik secara integratif.
(Notoatmojo, 2018)
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Asuhan kebidanan komprehensif ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggulan Kulon Progo Yogyakarta
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif ini dilakukan pada bulan Mei
2018 sampai bulan Mei 2019.
B. Subjek
Ibu hamil primigravida trimester II di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggulan
Kulon Progo Yogyakarta
C. Jenis Data
1. Data Primer
a. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh
perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari
72
b. Kunjungan saat persalinan, kondisi yang terjadi pada ibu bersalin baik
persalinan fisiologis maupun dengan tindakan didokumentasikan dalam
SOAP perkembangan.
c. Kunjungan masa nifas memperhatikan masa nifa dan keadaan bayi selama
kunjungan.
d. Kunjungan masa neonatus dan menyusui dapat memperhatikan
permasalahan yang muncul selama proses menyusui dan masalah pada
kesehatan bayi.
e. Kunjungan keluarga berencana melakukan pendampingan sampai
pengambilan keputusan metode kontrasepsi apa yang akan dipilih pasangan
suami-istri.
3. Tahap Akhir (Menyusun Laporan)
Setelah melakukan pengambilan data, penulis melakukan analisis data,
menyimpulkan dan menampilkan data pada BAB IV dan BAB V dalam laporan
asuhan kebidanan. Kemudian melakukan bimbingan guna menyempurnakan
laporan asuhan kebidanan.
G. Etika dan Studi Kasus
Meliputi informed concent (lembar persetujuan), kerahasiaan responden dan
keamanan responden
75
DAFTAR PUSTAKA
Amru Sofian, 2011. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : obstetric opertif, obstetric sosial.
Jakarta : EGC.
Ari Sulistiyawati & Esti Nuhraheny, 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta :
Penerbit Salemba medika.
Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. A G2P1A0 Gravida 39 Minggu Di BPM Hj.W
Desa Cilampeni Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung http://repository.stikes-
aisyiyahbandung.ac.id/file.php?file=mahasiswa&id=493&cd=0b2173ff6ad6a6fb09c9
5f6d5001df6&name=Laporan%20Kompre%20Annisa%20D.pdf Diakses minggu 14
Oktober 18 jam 09.30 WIB.
Asuhan Kebidanan Pada Ny. D Masa Hamil Sampai Dengan Keluarga Berencana Di Bidan
Praktek Mandiri Hj. Rukni Lubis Jalan Luku 1 No 289 Kec. Medan Johor Kota Madya
Medan http://poltekkes.aplikasi-akademik.com/xmlui/handle/123456789/295 Diakses
minggu 14 Oktober 18 jam 10.00 WIB.
Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. Y G₄P₃A₀ Di Bidan Praktik Mandiri Bidan Hj.
Imas R Yusfar Am. Keb Bandung Tahun 2016. http://repository.stikes-
aisyiyahbandung.ac.id/file.php?file=mahasiswa&id=489&cd=0b2173ff6ad6a6fb09c9
5f6d50001df6&name=Laporan%20Kompre%20Asri%20NF.pdf Diakses minggu 14
Oktober 18 jam 8. 13 WIB.
Asuhan Kebidanan Kmprehensif Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir, Nifas, dan
Keluarga Berencana (KB) Di BPM Ny. Retno.
http://repository.ump.ac.id/1809/2/Khomsatun%20Nadzifah%20BAB%20I.pdf
Diakses rabu, 02 Januari 2019 jam 06.15 WIB
Asuhan Kmprehensif mulai dari masa Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir, dan
Perencanaan Keluarga Berencana (KB) pada Ny. K 31 Tahun di Puskesmas 1
Kembaran Kabupaten Banyumas.
http://repository.ump.ac.id/4271/2/Weni%20Rizkiyana%20BAB%20I.pdf Diakses
rabu, 02 Januari 2019 jam 06.15 WIB
Asuhan kebidanan ini diberikan pada ibu hamil normal trimester III (36-40
minggu), Persalinan, Nifas, Neonatal, dan keluarga berencana secara contunity
of care. http://eprints.umpo.ac.id/4200/2/2%20BAB%201.pdf Dakses jum’at 0
Januari 2019 jam 17.35
76
Aticeh, Gita Nirmala Sari, Willa Follona, 2014. Konsep Kebidanan. Jakarta : Penerbit
Salemba Medika.
Bayu Irianti, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Berbasis Bukti. Jakarta : Penerbit Sagung Seto.
Dinkes DIY, 2016. Profil Kesehatan DIY tahun 2016.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2015/1
4_DIY_2015.pdf . Diakses pada 19 September 2018. Jam 12.00 WIB
Dinkes Kulon Progo, 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016.
http://dinkes.kulonprogokab.go.id/index.php?pilih=hal&id=64 . Diakses pada 19
September 2018. Jam 13.01 WIB.
Direktorat kesehatan keluarga, 2016. Laporan Tahunan Direktorat Kesehata Keluarha
tahun 2016.
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Laptah%20TA%202016%20Dit%20Kesga
.pdf diakses pada 19 September 2018. Jam 10.00 WIB.
Elisabeth Siwi Walyani & Th. Endang Puwoastuti, 2015. Asuhan Kebidanan Masa NIfas
dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Elisabeth Siwi Walyani, 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.Yogyakarta : Pustaka
Baru Press.
Hanna Umi, Kusbandiyah Jiarti, Marjati, Yulifah Rita, 2011. Asuhan Kebidanan pada
Kehamilan Fisiologis. Jakarta : Salemba Medika.
Ina Yuniati, 2010. Catatan Dan Dokumentasi Pelayanan Kebidanan. Jakarta : Sagung
Seto.
Kemenkes RI, 2017. INILAH CAPAIAN KINERJA KEMENKES RI TAHUN 2015-
2017. http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=17081700004 diakses pada 19
September 2018. Jam 09.57 WIB.
Kemenkes RI, 2016. Laporan Kinerja Ditjen Kesehatan Masyarakat Tahun 2016.
http://depkes.go.id/resources/download/LAKIP2017/5%20LKj%20Es%201%202016/3
.%20Laporan%20Kinerja%20Tahun%202016%20Ditjen%20Kesmas.pdf Dikases
pada 19 September 2018. Jam 11.05 WIB.
Kemenkes RI, 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2016.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-2016.pdf . Diakses pada 19 September 2018.
Jam. 11.31 WIB.
Kemenkes, 2014. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014
Tentang Pelayanan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah
melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi serta kesehatan seksual.
77
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/PMK%20No.%2097%20ttg%20Pelayan
an%20Kesehatan%20Kehamilan.pdf. Diaskes tanggal 18 september 2018 : 11.01
WIB.
Kemenkes RI, 2015. Rencana Stategis Kementrian Kesehatan 2015-2019.
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-publik/Renstra-2015.pdf . Diakses
pada 19 September 2018. Jam 12.27 WIB.
Notoatmojo Soekidjo, 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Panduan Dakwah Rumah Sakit Muhammadiyah, 2013. Buku Pendamping Panduan
Dakwah Rumah Sakit Muhammadiyah/’Aisyiyah. Yogyakarta : Majelis Tabligh dan
Majelis Pelayanan Kesehatan Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Ratna Dewi Pudiastuti, 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal dan Patologi.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Rohani, Reni Saswita, dan Marisah, 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan.
Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
Rukiyah, Y.A & Yulianti, L. 2010. Asuhan Kebidanan Bayi dan Anak. Jakarta : Trans Info
Media. http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl-dhonarachm-
888-1-fullteks.pdf . diakses pada tanggal 18 september 2018 : 13.50 WIB.
Sariyati, Endang Wahyati Y. dan C. Tjahjono Kuntjoro, 2016. Peran bidan dalam
pelaksanaan permenkes nomor 631/menkes/ per/iii/2011 sebagaimana telah diubah
dengan permenkes nomor 2562/menkes/per/xii/2011 tentang petunjuk teknis jaminan
persalinan. SOEPRA Jurnal Hukum Kesehatan, Vol. 2 | No. 2 | Th. 2016.
journal.unika.ac.id/index.php/shk/article/download/824/568. Diakses pada 10 Oktober
2018. Jam 13 : 06 WIB.
Sarwono Prawihardjo, 2014. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo.
Setyo Retno Wulandari & Sri Handayani, 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas.
Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Sulistyaningsih.2012. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif Kualitatif. Yogyakarta:
GrahaIlmu.
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Mitos Seputar Kehamilan Di Desa
Pegirikan Tahun 2013. https://docplayer.info/42166247-tingkat-pengetahuan-
ibu-hamil-tentang-mitos-seputar-kehamilan-di-desa-pegirikan-tahun-
2013.html Diakses Jum’at, 04 Januari 2018 Jam 18.07
Vivian Nanny Lia Dewi & Tri Sunarsih, 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta
: Penerbit Salemba Medika.
78