Anda di halaman 1dari 249

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa untuk mencapai
target SDG’S penurunan angka kematian ibu antara 1990 dan 2016 seharusnya
5,5% per tahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA, dan Bank Dunia tahun
2016 menunjukkan angka kematian ibu hingga saat ini penurunannya masih
kurang dari satu persen per tahun pada 2005, sebanyak 536.000 perempuan
meninggal dunia akibat masalah persalinan, lebih rendah dari jumlah kematian ibu
tahun 1990 yang sebanyak 576.000 (WHO,2015).
Sekitar 25-50% kematian wanita usia subur di negara miskin disebabkan
oleh masalah kehamilan dan persalinan, dan nifas. Pada tahun 2015, WHO
memperkirakan di seluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu hamil
meninggal saat hamil atau bersalin (Kemenkes RI,2015).
Angka Kematian Bayi (AKB) di seluruh dunia yaitu 32/1000 kelahiran
hidup dimana di negera berkembang yaitu 35/1000 kelahiran hidup di negara
maju 5/1000 kelahiran hidup.
Pada tahun 2030 mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah,
dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal
setidaknya hingga 12/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita 25/1000
kelahiran hidup (SDGs, 2015).
Kematian maternal merupakan masalah kesehatan global yang menjadi
indikator penting dalam keberhasilan program kesehatan ibu sekaligus salah satu
indikator dalam menggambarkan derajat kesehatan masyarakat.World Health
Organization (WHO) memperkirakan setiap harinya 800 perempuan meninggal
akibat komplikasi kehamilan dan proses melahirkan. Laporan WHO tahun 2014
menunjukan AKI di dunia sebesar 289.000 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa dan
Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka Kematian Ibu di Negara maju sebesar 16 per
100.000 KH, sedangkan di Negara berkembang mencapai angka 230 per 100.000

1
2

KH, artinya Negara berkembang menyumbang (99% kematian maternal di dunia).


(SDGs, 2015-2030).
Hasil Survey Penduduk Antar Sensus atau SUPAS 2016, AKI menunjukan
kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dimana penurunan AKI di Indonesia
terjadi sejak 2007 sampai 2012, yaitu dari 390 menjadi 228 per 100.000 Kelahiran
Hidup, namun demikian 2016 menunjukan peningkatan AKI menjadi 359
Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup ( Profil Kesehatan Indonesia, 2016)
Upaya pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB dengan
menggunakan pembangunan berkelanjutan SDGs (Sustainable Development
Goals) adalah sebuah kesepakatan pembangunan baru pengganti MDGs, masa
berlaku 2015-2030, jika MDGs hanya memiliki 8 tujuan dan 18 target, SDGs
memiliki 17 tujuan dan 169 sasaran pembangunan. Target sustainable
development goals salah satunya adalah pada tahun 2030 mengurangi angka
kematian ibu hingga dibawah 70 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun
2030 mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah dengan seluruh
negara berusaha menurunkan angka kematian neonatal setidaknya 12 per 1.000
kelahiran hidup (Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2015-2019).
Berdasarkan laporan dari profil kab/kota AKI maternal yang dilaporkan di
Sumatera Utara tahun 2015 hanya 93/100.000 kelahiran hidup, namun ini belum
bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi.Dalam laporan profil
Kab/Kota Sumatera Utara juga terlihat jumlah kematian ibu kota Medan pada
tahun 2017 adalah 194jiwa. Jumlah tersebut mengalami penurunan dari tahun
2016 yakni 240 jiwa. Begitu juga dengan angka kematian bayi di Tahun 2017 ada
1.062 jiwa turun dari 1.080 jiwa turun dari Tahun 2016 ( Dinkes Provsu, 2017)
Angka kematian anak dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Hasil
survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan
AKN sebesar 15/ 1000 kelahiran hidup, AKB 24/ 1000 kelahiran hidup, dan
AKBA 32/ 1000 kelahiran hidup. Capaian KN1 Indonesia pada tahun 2017
sebesar 92,62% lebih tinggi dari tahun 2016 yaitu sebesar 91,14%. Capaian ini
sudah memenuhi target Renstra tahun 2017 yang sebesar 81%. Sejumlah 23
3

provinsi (67,6%) yang telah memenuhi targer tersebut. (Profil Kesehatan RI,
2017)
Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan
antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi
waktu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu),
minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal
2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu-lahir). Standar waktu
pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil
dan atau janin, berupa deteksi dini faktor resiko, pencegahan dan penanganan dini
komplikasi kehamilan (Kemenkes RI, 2016).
Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat
dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 asalah jumlah ibu
hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga
kesehatan dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada
kurun waktu satu tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang
telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat
kali sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trimester dibandingkan jumlah sasaran
ibu hamil disuatu wilayah kerja pada kurun waktu satu tuhan. Indikator tersebut
memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat
kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.
Selama tahun 2006 sampai tahun 2017 cakupan pelayanan kesehatan ibu
hamil cenderung meningkat. Jika dibandingkan dengan target Rencana Strategis
(Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2017 yang sebesar 76%, capaian tahun
2017 telah mencapai target tahun tersebut walaupun masih terdapat 11 provinsi
yang belum mencapai target. (Profil Kesehatan RI, 2017)
Cakupan komplikasi kebidanan dan cakupan neonatus dengan komplikasi
yang ditangani pada tahun 2017, penanganan komplikasi kebidanan sebanyak
18,313 orang dari 24,174 perkiraan ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani
sebesar 75,7%. Cakupan ini jauh meningkat dari tahun 2015 besarnya cakupan
64,1%. Sedangkan cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani sebesar
6,523 orang dari 14,561 orang perkiraan neonatal komplikasi (44,8%). Cakupan
4

ini jauh meningkat dari tahun 2015, besarnya cakupan 43,1%. (Dinkes ProvSu,
2017)
Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menunjukkan
bahwa terdapat 83,67% ibu hamil yang menjalani persalinan dengan ditolong oleh
tenaga kesehatan dan dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia.
Secara nasional, indikator tersebut telah memenuhi target Renstra 79%. Namun
demikian masih terdapat 17 provinsi (50%) yang belum memenuhi target tersebut.
Kesenjangan yang cukup jauh antara provinsi tertinggi dan terendah yaitu
114,42% (DKI Jakarta) – 30,65% (Maluku) dengan standar deviasi sebesar 16%.
(Profil Kesehatan RI, 2017)
Cakupan kunjungan nifas (KF3) di Indonesia menunjukkan
kecenderungan peningkatan dari tahun 2008 sebesar 17,9% menjadi 87,36% pada
tahun 2017. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa provinsi DKI Jakarta
memiliki capaian tertinggi yang diikuti oleh Kalimantan Utara dan Jambi.
Sedangkan Provinsi dengan cakupan nifas terendah yaitu Papua, Papua Barat, dan
Nusa Tenggara Timur. Dari 34 Provinsi yang melaporkan data kunjungan nifas,
hampir 60% Provinsi di Indonesia telah mencapai KF3 80%. (Profil Kesehatan RI
2017)
Berdasarkan data diatas maka penulis ingin melaporkan asuhan kepada ibu
hamil TM III yang fisiologis, persalinan fisiologis, nifas fisiologis, bayi baru lahir
fisiologis.

1.2 Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan


Ruang lingkup asuhan diberikan pada ibu hamil trimester III yang fisiologis,
ibu bersalin fisiologis, masa nifas fisiologis, bayi baru lahir fisiologis. Maka pada
penyusunan proposal latihan tugas akhir ini mahasiswa memberikan asuhan
kebidanan secara continuity care.
5

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara continuity care pada ibu hamil,
bersalin, nifas, bayi baru lahir dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Untuk melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III fisiologis.

b. Untuk melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin fisiologis.

c. Untuk melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis.

d. Untuk melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis.

e. Untuk mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu


hamil trimester ke III fisiologis, bersalin fisiologis, nifas fisiologis, bayi baru
lahir fisiologis.

1.4 Sasaran, Tempat, dan Waktu Asuhan Kebidanan


1.4.1 Sasaran
Sasaran subjek asuhan kebidanan ditujukan pada ibu dan bayi dengan
memperhatikan continuity care sejak hamil, bersalin, nifas, dan neonatus.

1.4.2 Tempat
Lokasi yang dipilih adalah klinik Jannnah di Jalan Makmur Pasar 7 Medan
Tembung.
1.4.3 Waktu
Waktu yang diperlukan mulai dari praktek, penyusunan proposal sampai
sidang LTA adalah terhitung mulai tanggal 16 Januari 2019 sampai dengan
tanggal 30 April 2019.
6

1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Peneliti
Untuk meningkatkan pengalaman, wawasan dan pengetahuan mahasiswi
dalam memberikan asuhan kebidanan secara berkesinambungan (continuity care)
pada ibu hamil terkhusus ibu hamil trimester III.

1.5.2 Bagi Klinik


Sebagai bahan masukan/informasi mengenai pengetahuan tentang asuhan
kebidanan secara berkesinambungan (continuity care) pada ibu hamil, terkhusus
ibu hamil trimester III.

1.5.3 Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan kajian meningkatkan ilmu pengetahuan bagi peserta didik.
7

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Menurut
Federasi Obstreti Ginekologi Internasional, kehamilan didefenisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi (Sarwono, 2012).
Kehamilan di defenisikan sebagai fertilitas atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan di lanjutkan dengan nidasi. Kehamilan normal
berlangsung dalam waktu 40 mingguatau 10 bulan, kehamilan terbagi menjadi 3
trimester, dimana trimester satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua
15 minggu (minggu ke-13-minggu ke-27), dan trimester ke tiga 13 minggu
(minggu ke-28-minggu ke-40). (Walyani,2015).
Kehamilan adalah proses dimana sperma menembus ovum sehingga
terjadinya konsepsi dan fertilisasi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan), dihitung dari hari pertama haid terakhir.
(Jenni Mandang, Sandra Gerce Jelly Tombokan, Naomy Marie Tando, 2016).
Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Setiap wanita
yang memiliki organ reproduksi sehat, jika telah mengalami menstruasi dan
melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya
sehat, sangat besar kemungkinannya terjadi kehamilan. Apabila kehamilan
direncanakan, akan memberi rasa bahagia dan penuh harapan, tetapi di sisi lain
diperlukan kemampuan bagi kehamilan, baik perubahan yang bersifat fisiologis
maupun psikologis. (Dra. Gusti Ayu Mandriwati, M.Kes, dkk, 2017)
Tanda dan Gejala Tidak Pasti Hamil
1) Amenorea (berhentinya menstruasi).
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf
dan oulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Lamanya amenorea dapat

7
8

dikonfirmasi dengan memastikan hari pertama haid terakhir (HPHT), dan


digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan dan taksiran persalinan.
2) Mual (nausea) dan muntah (emesis).
Pengaruh estrogen dan progesterone terjadi pengeluaran asam lambung yang
berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi
hari yang disebut morning sickness
3) Ngidam (mengiginkan makanan tertentu)
Ngidam sering terjadi pada bulan0bulan pertama kehamilan dan akan
menghilang dengan main tuanya kehamilan.
4) Syncope (pingsan)
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan
iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan biasanya
hilang setelah 16 minggu.
5) Kelelahan
Sering terjadi pada trisemester pertama, akibat dari penurunan kecepatan basal
metabolisme pada kehamilan, yang akan meningkat seiring pertambahan usia
kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi.
6) Payudara tegang
Estrogen meningkatkan perkembangan system duktus pada payudara,
sedangkan progesterone menstimulasi perkembangan system alveolar
payudara.
7) Sering miksi
Frekuensi miksi akan sering terjadi pada triwulan pertama akibat desakan
uterus terhadap kandung kemih. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini
akan berkurang karna uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada
akhir triwulan, gejala bias timbul karna janin mulai masukk ke rongga panggul
dan menekan kembali kandung kemih.
8) Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltik usus (tonus otot
menurun) sehingga kesulitan untuk BAB.
9

9) Pigmentasi kulit
Terjadi pada usia > 12 minggu akibat pengaruh hormone kortikosteroid
plasentanya yang meransang melanofor dan kulit. Dijumpai sekitar pipi, leher,
dinding perut, payudara dan sekitar paha atas.
10) Varises atau penampakan pembuluh darah vena
Pengaruh estrogen dn progesterone menyebabkan pelebaran pembuluh darah
terutama bagi wanita yang mempunyai bakat.
Varises dapat terjadi di sekitar genetalia ekterna, kaki, betis dan payudara.
Penampakan pembuluh darah ini akan hilang setelah persalinan.
(Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis, 2014)
Tanda dan Gejala Kemungkinan Hamil
1) Pembesaran perut
2) Tanda Hegar adalah pelunakan dan dapat di tekannya isthmus uteri
3) Tanda goodel adalah pelunakan serviks
4) Tanda Chadwicks perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan
mukosa vagina termasuk juga portio dan serviks.
5) Tanda Piscaseck adalah pembesaran uterus yang tidak simetris.
6) Kontraksi Braxton-Hicks meruapakan peregangan sel-sel otot uterus,
akibat meningkatnya actomysin di dalam otot uterus.
7) Teraba ballottement
8) Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif
(Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis, 2014)

Tanda dan Gejala Pasti Hamil


1) Gerakan janin dalam rahim
2) Denyut jantung janin dapat di dengar pada usia 12 minggu dengan
menggunakan dopler atau pun stetoskop Laennec DJJ baru terdengar pada
kehamilan 18-20 minggu.
3) Bagian-bagian janin yaitu bagian yang terbesar janin (kepala dan bokong)
serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada
10

usia kehamilan lebih tua (trisemester terakhir). Bagian janin ini dapat
dilihat lebih sempurna lagi menggunakan USG.
4) Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rotgen maupun USG
(Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis, 2014)

2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kehamilan


a. Faktor Fisik
1) Status Kesehatan
Kondisi kesehatan sangat penting dalam kehamilan, baik kondisi sebelum
atau selama kehamilan. Kehamilan dapat lebih berbahaya lagi jika wanita tersebut
sedang sakit.
Serangan penyakit sebelum dan selama kehamilan yang dapat
membahayakan janin terbagi atas 2 kategori utama yaitu penyakit umum seperti
diabetes, anemia berat, penyakit ginjal kronikdan penyakit menular antara lain
rubella dan sifilis.
Jika seorang wanita hamil memiliki status kesehatan yang tidak baik atau
sedang menderita suatu penyakit maka ia perlu mendapat pertolongan medis
untuk merencakan apasaja yang diperlukan dan memutuskan apakah ia sebaiknya
melahirkan di RS atau tidak. Dan jika seorang wanita yang sedang hamil pernah
sebelumnya menderita suatu penyakit seperti hepatitis, infeksi kandung kemih,
penyakit ginjal, TBC dan lain-lain, maka bidan perlu mengkaji kembali kondisi
wanita tersebut untuk mengetahui apakah ia masih menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit tersebut. Hal ini sangat penting karna beberapa
penyakit yang dibawa ibu dapat berdampak pada bayi yang di kandungnya seperti
sipilis atau campak jerman yang dapat menyebabkan cacat bawaan.

2) Status Gizi
Selama masa kehamilan ibu merupakan sumber nutrisi bagi yang
dikandungnya. Apabila ibu hamil memiliki status gizi kurang selama
kehamilannya maka ia berisiko memiliki bayi dengan kondisi kesehatan yang
buruk. Dan ibu hamil dengan status gizi baik akan melahirkan bayi yang sehat.
11

Ibu hamil dengan status gizi kurang memiliki kategori resiko tinggi
keguguran, kematian bayi dalam kandungan, kematian bayi bru lahir,cacat dan
berat lahir rendah. Selain itu umumnya pada ibu dengan status gizi kurang dari
dua komplikasi yang cukup berat selama kehamilan yaitu: Anemia (kekurangan
sel darah merah) dan Preeklamsi/eklamsia.
Untuk menilai status gizi pada ibu hamil umumnya dilakukan pada awal
asuhan prenatal, diikuti tindak lanjut yang kontinu selama masa kehamilan.
Pengkajian yang dilakukan untuk menilai status gizi ibu dapat dilakukan melalui
wawancara meliputi kebiasan atau pola makan, asupan makan yang dikonsumsi,
masalah yang berkaitan dengan makan yang dikonsumsi termasuk adanya
pantangan terhadap makan tertentu atau mengidam makan tertentu (pika).

3) Gaya Hidup
Seperti perokok, mengkonsumsi obat-obatan, alkohol adalah sangat
berhaya bagi ibu dan bayinya. Semua benda tersebut dapat terserap dalam darah
ibu kemudian terserap dalam darah bayi melalui sistem sirkulasi plasenta selama
kehamilan. Jika ibuhamil merokok selama kehamilan maka ia sudah terpapar tiga
zat yang dapat membahayakan janinnya yaitu:karbon monoksida, sianida dan
nikotin. Karbon monoksida yang bercampur dengan hemaglobin dalam darah
dapat mengakibatkan jumlah oksigen yang tersedia bagi bayi berkurang.
Sianida adalah zat beracun, dan jika bercampur dengan makan bisa
mengurangi jumlah gizi bagi janin. Untuk melepaskan sianida, membutuhkan
banyak vit B12. Nikotin adalah mengurangi gerakan pernapasan fetus dan juga
menyebabkan kontraksi pembuluh arteri pada plasenta dan tali pusat sehingga
mengurangi jumlah oksigen yang sampai ke janin. Kekurangan oksigen dan
nutrisi inilah yang menyebabkan cacat, apnea (lumpuhnya pernafasan), BBLR
sampai kematian pada bayi. Wanita perokok juga dapat mengalami komplikasi
kehamilan seperti perdarahan pervaginam, keguguran, tertanamnya plasenta pada
tempat yang tidak normal, pecah ketuban dini persalinan prematur.
Disamping itu, rokok bukan hanya berbahaya bagi ibu hamil yang
merokok aktif. Ibu hamil yang merupakan perokok pasif juga dapat
12

membahayakan kehamilannya. Sehingga dianjurkan pada ibu hamil menjauhi


ruangan atau lingkungan yang dipenuhi asap rokok.
Bila seorang wanita merupakan peminum berat terutama saat hamil (5-
6 gelas sehari), maka besar kemungkinan akan mengalami yang disebut sindrom
alkohol pada janin (FAS). Dimana bayi lahir dengan mental terbelakang dan
kelainan bentuk tubuh (terutama pada kepala, wajah, tangan dan kaki, jantung dan
susunan saraf pusat). Bayi semacam ini bisa mengalami kesulitan pernafasan,
kontrol suhu tubuh buruk, daya tahan tubuh melawan infeksi rendah dan
kurangnya nafsu makan. Wanita hamil yang mengkomsumsi alkohol juga tidak
dapat makan dengan baik sehingga dapat berisiko mengalami keguguran, lahir
prematur atau lahir mati. Sampai saat ini memang tidak ada batas aman alkohol
bagi kandungan, jadi dianjurkan bagi ibu hamil sebaiknya menghindari alkohol
selama kehamilan. Bila tidak dapat memungkinkan cakupan 2 atau 3 gelas
seminggu dan diimbangi dengan makan yang sehat.
Jika wanita hamil pernah atau masih menggunakan obat-obatan bius setiap
opium, heroin, kokain, jenis obat tidur atau penenang dan berbagai obat-obat yang
dijual bebas tanpa melalui resep dokter dengan dosis yang berlebihan dapat
membahayakan kehamilannya. Bayi yang dilahirkan wanita pengguna obat-obatan
dapat menunjukan gejala kecanduan obat bius dan sangat menderita setelah
kelahiran atau bayi dapat lahir mati atau cacat. Obat-obatan yang dibeli bebas
tanpa rekomendasi dari dokter atau petugas kesehatan lainnya seperti aspirin yang
dipakai untuk penyembuhan terhadap janin. Efek samping obat-obatan pada ibu
hamil tergantung pada faktor genetik, keturunan dan lingkungan. Paling sering
ditemukan adalah terjadinya cacat bada janin akibat konsumsi obat-obatan
tersebut.

4) Terpapar zat kimia berbahaya


Diketahui bahwa beberapa zat cukup berbahaya pada wanita hamil. Zat
tersebut sering baerkaitan pada kerusakan janin. Golongan zat tersebut antara lain
zat fisik miasalnya radiasi, vibrasi, pana dan kebisingan. Zat kimia seperti toluene
(bahan perekat) dan timah. Untuk itu ibu hamil perlu melindungi dirinya dan
13

bayinya dari zat berbahaya denagan menghindari lingkungan kerja yang terpapar
polusi atau pun tidak menggunakan bahan kimiawi berbahaya dirumah.

5) Hamil diluar nikah dan kehamilan yang tidak diharapkan


Dibeberapa golongan masyakat orang-orang yang tidak menghargai ibu-
ibu yang tidak bersuami atau hamil diluar nikah. Sehingga mempengaruhi
kejiwaan ibu tersebut selama kehamilan dan menyebabkan ibu tidak
mengharapkan kehadiran bayinya dan menolak kehamilannya.
Pada kehamilan yang tidak diharapkan dengan berbagai alasan dapat
menimbulkan berbagai masalah klinis yang dapat memberatkan kehamilan.
Misalnya ‘’morning sickness’’ berlebihan yang dapat menjadi hiperemesis
gravidarum yang memerlukan perawatan khusus sehingga melahirkan bayi
BBLR. Selain itu usaha untuk mengugurkan kandungan akan membahayakan diri
dan dapat membahayakan infeksi, cacat yang akhirnya justru akan menjadi beban
keluarga.
Sebagai seorang bidan harus percaya bahwa ibu dan anak berhak
mendapat perhatian dan dihormati siapapun juga. Bahkan mereka yang termasuk
dalam kondisi seperti ini harus lebih banyak memerlukan hak-hak tersebut.
Seorang bidan tidak berhak menyalahkan atau menghakimi kondisi tersebut atau
membuat wanita tersebut mersa bersala atau dan malu. Sebaiknya bidan dapat
memberikan dukungan, motivasi dan perhatian atas kehamilannya sehingga
keselamatan ibu dan bayinya dapat terjamin. (Sari, 2015)

b. Faktor Lingkungan
Banyak alasan mengapa ibu mengalami kesulitan untuk menjadi sehat
terutama ibu hamil, beberapa alasan antara lain karena kemiskinan, kurangnya
pelayanan midik, kurang pendidikan dan pengetahuan, termaksud pengaruh sosial
budaya berupa kepercayaan yang merungikan atau membahayakan. Seorang bidan
biasanya mancoba bekerja memberikan asuhan pada ibu hamil secara pribadi
untuk menyelesaikan masalah-masalahnya. Namun seringkali masalah-masalah
tersebut merupakan masalah yang terdapat pada masyarakat yang tidak mudah
14

dikerjakan. Sehingga bidan perlu melibatkan keluarga dan masyarakat agar


memperhatikan kebutuhan dan kesehatan ibu hamil. (Sari, 2015)

c. Kebiasaan Adat Istiadat


Bidan harus dapat mengkaji apakah ibu hamil menganut atau mempunyai
kepercayaan atau adat kebiasaan tabu setempat yang berpengaruh terhadap
kehamilan. Kemudian menilai dan menilai apakah hal tersebut bermanfaat, netral
(tidak berpengaruh pada keamanan kesehatan), tidak jelas (efek tidak dketahui/
tidak dipahami) atau membahayakan. Terutama bila faktor budaya tersebut dapat
menghambat pemberian asuhan yang optimal bagi ibu hamil. Bidan harus mampu
mencari jalan untuk menolongnya atau meyakinkan ibu untuk merubah
kebiasaannya dengan memberikan penjelasan yang benar. Tentu saja hal ini
memerlukan dukungan berbagai pihak yang berperan dalam keluarga dan
masyarakat (Sari, 2015).

d. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas berhubungan dengan tempat ibu mendapatkan pelayanan
kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya sampai ibu dapat melahirkan
dengan aman. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai dengan jarak, yang
mudah tersangkau akan memberikan kemudahan bagi ibu hamil untuk sering
memeriksakan kehamilannya dan untuk mendapatkan penanganan dalam keadaan
darurat. Bidan dapat memberikan informasi atau petunjuk kepda ibu dan keluarga
tentang pemanfaatan sarana kesehatan seperti rumah bersalin, polindes, PKM,
dan fasilitas kesehatan lainnya yang sangat penting dan aman kehamilan dan
persalinan (Sari, 2015).

e. Sosial Ekonomi
Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi kehamilan ibu karena
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ibu selama kehamilan
antara lain, makanan sehat, bahan persiapan kelahiran, obat-obatan, tenaga
kesehatan dan transportasi/sarana angkutan. Masalah keuangan sering timbul
kehidupan dalam kehidupan keluarga. Memang Bidan dalam hal ini tidak
15

bertanggung jawab atas pemecahan masalah keluarga tetapi hendaknya


menunjukkan impatinya secara mencoba memberikan pemahaman akan manfaat
financial yang tersedia untuk kepentingan ibu dan bayi. Sehingga Bidan harus
dapat memperoleh informasi mengenai kondisi ekonomi klien apakah ibu dan
keluarga tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya selama
kehamilannya (Sari, 2015).

2.1.3. Perubahan Fisiologis Kehamilan


1.Perubahan pada Sistem Reproduksi
a. Uterus
- Ukuran
Untuk akomodasi pertumbuhan janin, rahim membesar akibat hipertrofi dan
hiperplasi otot polos rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopik.
Endometrium menjadi desidua, ukuran pada kehamilan cukup bulan 30x25x20 cm
dengan kapasitas lebih dari 4000 cc.
- Berat
Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gr menjadi 1000 gr pada akhir
kehamilan (40 pekan).
- Bentuk dan konsistensi
Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk rahim seperti buah alpukat, pada
kehamilan 4 bulan berbentuk bulat, dan akhir kehamilan seperti bujur telur.
Rahim yang tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam, pada kehamilan 2 bulan
sebesar telur bebek, dan kehamilan 3 bulan sebesar telur angsa. Pada minggu
pertama, isthmus rahim mengadakan hipertrofi dan bertambah panjang, sehingga
bila diraba terasa lebih lunak, disebut Tanda Hegar. Pada kehamilan 5 bulan,
rahim teraba seperti berisi cairan ketuban, dinding rahim terasa tipis, karena itu
bagian-bagian janin dapat diraba melalui dinding perut dan dinding rahim.
- Posisi rahim dan kehamilan.
Pada permulaan kehamilan, dalam letak antefleksi atau retrofleksi. Pada 4 bulan
kehamilan, rahim tetap berada dalam rongga pelvis. Setelah itu, mulai memasuki
16

rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai batas hati. Rahim yang
hamil biasanya mobil, lebih mengisi rongga abdomen kanan atau kiri.
- Vaskularisasi
Uterina dan ovarika bertambah dalam diameter, panjang, dan anak-anak
cabangnya.
- Serviks uteri.
Serviks bertambah vaskularisasinya dan bertambah lunak disebut Tanda Goodell.
Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan mukus. Karena
pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi livid dan ini
disebut Tanda Chadwick.

b. Indung Telur (Ovarium)


Ovulasi terhenti, masih terdapat corpus luteum graviditas sampai terbentuknya uri
yang mengambil ahli pengeluaran estrogen dan progesteron.

c. Vagina dan Vulva


Karena pengaruh estrogen terjadi perubahan pada vagina dan vulva. Akibat
hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih merah atau kebiruan.

d. Dinding perut (Abdominal Wall)


Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya serabut
elastisdibawah kulit, sehingga timbul striae gravidarum. Kulit perut pada linea
alba bertambah pigmentasinya dan disebut linea nigra.

2. Perubahan pada Organ dan Sistem Lainnya


a. Sistem Sirkulasi Darah
- Volume Darah.
Volume darah total dan volume plasma darah naik pesat sejak trimester I. Volume
darah akan bertambah banyak, kira-kira 25 %, dengan puncaknya pada kehamilan
32 minggu, diikuti curah jantung yang meningkat sebanyak kurang lebih 30%.
Akibat hemodilusi yang mulai jelas kelihatan pada kehamilan 4 bulan, ibu yang
17

menderita penyakit jantung dapat jatuh dalam keadaan dekompensasi kordis.


Kenaikan plasma darah dapat mencapai 40% saat mendekati cukup bulan.
- Protein Darah.
Jumlah protein albumin dan gamaglobin menurun dalam triwulan I dan meningkat
secara bertahap pada akhir kehamilan. Beta-globin dan fibrinogen terus
meningkat.
- Hitung jenis dan Hemoglobin.
Hematokrit cenderung menurun karena kenaikan relatif volume plasma darah.
Jumlah eritrosit cenderung meningkat untuk memenuhi kebutuhan transpor O2
yang sangat diperlukan selama kehamilan. Konsentrasi Hb terlihat menurun,
walaupun sebenarnya lebih besar dibandingkan Hb pada orang yang tidak hamil.
Anemia fisiologis ini disebabkan oleh volume plasma meningkat. Dalam
kehamilan, leukosit meningkat sampai 10.000 cc, begitu pula dengan produksi
trombosit.
- Nadi dan Tekanan Darah.
Tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama trimester II, dan
kemudian akan naik seperti pada pra hamil. Tekanan vena dalam batas-batas
normal pada ekstremitas atas dan bawah, cenderung naik setelah akhir trimester I.
Nadi biasanya naik, nilai rata-ratanya 84/menit.
- Jantung.
Pompa jantung mulai naik kira-kira 30% setelah kehamilan 3 bulan dan menurun
lagi pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Elektrokardiogram kadang kala
memperlihatkan deviasi aksi ke kiri

b. Sistem Pernapasan
Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan pendek nafas. Hal ini
disebabkan oleh usus yang tertekan ke arah diafragma akibat pembesaran rahim.
Seorang wanita hamil selalu bernafas lebih dalam. Yang lebih menonjol adalah
pernapasan dada (thoracicbreathing).
18

c. Saluran Pencernaan (Traktus Digestivus)


Banyak wanita yang mengalami perubahan dalam pengecapan segera
setelah konsepsi. Keadaaan ini mungkin di pengaruhi hormone salifa, dan juga
pada indra penciuman. Salifa menjadi lebih asam pada masa kehamilan. Gejala
muntah (emesis gravidarum)sering terjadi, biasanya pada pagi hari disebut sakit
pagi (morning sickness). Walaupun adda beberapa yang mengatakan adanya
peningkatan produksi salifa, namun ada juga yang mengatakan bahwa keadaan ini
hanya satu persepsi yang di sebabkan oleh penurunanan kemampuan menelan
selama periode mual muntah ( Rismalinda 2016).

d. Saluran Urinaria
Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Dalam keadaan normal
aktifitas ginjal meningkat ketika berbaring dan menurun ketika berdiri. Keadaan
ini semakin menguat pada saat kehamilan, karena itu wanita hamil sering merasa
ingin berkemih ketika kita mencoba untuk berbaring atau tidur. Pada akhir
kehamilan peningkatan aktivitas ginjal yang lebih besar terjadi pada saat wanita
hamil yang tidur miring. Tidur miring mengurangi tekanan dari rahim pada vena
yang membawa darah dari tungkai sehingga terjadi perbaikan aliran darah yang
selanjutnya akan meningkatkan aktivitas ginjal dan curah jantung.

e. Tulang dan Gigi


Persendian panggul akan terasa lebih longgar, karena ligamen-ligamen
melunak (softening). Apabila pemberian makanan tidak dapat memenuhi
kebutuhan kalsium janin, kalsium maternal pada tulang-tulang panjang akan
berkurang untuk memenuhi kebutuhan ini. Bila konsumsi kalsium cukup, gigi
tidak akan kekurangan kalsium. Apa yang disebut dengan gingivitis kehamilan
adalah gangguan yang disebabkan oleh faktor lain, misalnya hygiene yang buruk
disekitar mulut.

3. Perubahan Hormon
Ketika terjadi kehamilan pada diri seorang perempuan, maka tubuh
bereaksi dengan membentuk perubahan-perubahan dan segera memproduksi
19

hormon-hormon kehamilan guna mendukung kelangsungan kehamilan. Hormon-


hormon kehamilan ini bertujuan guna mendukung kehamilan yang berlangsung
khususnya agarjanin dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan sehat. Ada
baiknya para ibu hamil mengetahui mengenai hormon yang diproduksi selama
kehamilan berikut fungsi dan efek yang dihasilkan olehnya, agar tidak terjadi
salah pengertian atau malah menjadikannya mitos kehamilan terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi selama kehamilan. Berikut ini adalah beberapa hormon
yang diproduksi selama kehamilan, berikut fungsi dan dampak yang dihasilkan,
yaitu:

a. Hormon Kehamilan HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)


Hormon kehamilan ini hanya ditemukan pada tubuh seorang wanita hamil
yang dibuat oleh embrio segera setelah pembuahan dan karena pertumbuhan
jaringan plasenta. Hormon kehamilan yang dihasilkan oleh villi choriales ini
berdampak pada meningkatnya produksi progesteron oleh indung telur sehingga
menekan menstruasi dan menjaga kehamilan. Produksi HCG akan meningkat
hingga sekitar hari ke 70 dan akan menurun selama sisa kehamilan. Hormon
kehamilan HCG mungkin mempunyai fungsi tambahan, sebagai contoh
diperkirakan HCG mempengaruhi toleransi imunitas pada kehamilan. Hormon ini
merupakan indikator yang dideteksi oleh alat test kehamilan yang melalui air seni.
Jika, alat test kehamilan mendeteksi adanya peningkatan kadar hormon HCG
dalam urine, maka alat test kehamilan akan mengindikasikan sebagai terjadinya
kehamilan atau hasil test positif.
Dampak : Kadar HCG yang tinggi dalam darah menyebabkan mual-muntah
(morning sickness).

b. Hormon Kehamilan HPL (Human Placental Lactogen)


Adalah hormon yang dihasilkan oleh plasenta, merupakan hormon protein
yang merangsang pertumbuhan dan menyebabkan perubahan dalam metabolisme
karbohidrat dan lemak. Hormon kehamilan ini  berperan penting dalam produksi
ASI. Kadar HPL yang rendah mengindikasikan plasenta yang tidak berfungsi
dengan baik.
20

Dampak : Memberikan perubahan terhadap payudara. Perubahan ini berupa


pembesaran pada payudara,  serta membuat rasa ngilu dan sakit pada puting jika
disentuh.

c. Hormon Kehamilan Relaxin


Hormon kehamilan yang dihasilkan oleh korpus luteum dan plasenta.
Melembutkan leher rahim dan merelaksasikan sendi panggul
Dampak : Menimbulkan relaksasi pada ligamen dan sendi

d. Hormon Kehamilan Estrogen


Dihasilkan oleh ovarium dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium
rahim, perubahan-perubahan histologi pada vagina. Memperngaruhi pertumbuhan
saluran kelenjar mammaesewaktu menyusui, mengontrol pelepasan LH dan FSH,
mensensitifkan otot-otot uterus, mengendorkan serviks, vagina, vulva, serta
menimbulkan kontraksi pada rahim. Estrogen juga memperkuat dinding rahim
untuk mengatasi kontraksi saar persalinan. Hormon ini juga melembutkan
jaringan tubuh, sehingga jaringan ikat dan sendi tubuh menjadi lemah sehingga
tidak dapat menyangga tubuh dengan kuat. Berperan penting dalam menjaga
kesehatan sistem genital, organ reproduksi dan payudara.
Dampak : Dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh sehingga terjadi
penimbunan cairan yang menyebabkan pembengkakan. Selain itu dengan
peningkatan hormon ini ibu hamil sering merasa sakit punggung. Dapat juga
menyebabkan varises.

e. Hormon Kehamilan Progesteron


Hormon ini berfungsi untuk membangun lapisan di dinding rahim untuk
menyangga plasenta di dalam rahim. Juga dapat berfungsi untuk mencegah
gerakan kontraksi atau pengerutan otot-otot rahim, sehingga persalinan dini bisa
dihindari. Hormon ini juga membantu menyiapkan payudara untuk menyusui.
Dampak : Hormon ini dapat mengembangkan pembuluh darah sehingga
menurunkan tekanan darah, itu penyebab mengapa anda sering pusing saat hamil.
Hormon ini juga membuat sistem pencernaan jadi lambat, perut menjadi kembung
21

atau sembelit. Hormon ini juga mempengaruhi perasaan dan suasana hati ibu,
meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan pernafasan, mual, dan menurunnya
gairah berhubungan intim selama hamil.

f. Hormon Kehamilan MSH (Melanocyte Stimulating Hormone)


Hormon kehamilan ini merangsang terjadinya pigmentasi pada kulit
Dampak : Menggelapkan warna puting susu dan daerah sekitarnya. Pigmentasi
kecoklatan pada wajah, pada bagian dalam dan garis dari pusar ke baeah (linea
nigra).

2.1.4. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin


Jika siklus menstruasi rata rata 28 hari, maka masa pembuhan terjadi
sekitar hari ke 14 dan bukan merupakan hari pertama kehamilan. Kalau waktu ini
menunjukan bahwa kehamilan,yang sebenarnya berlangsung sekitar 266 hari sejak
pembuhaan, terjadi selama 40 minggu atau 280 hari.
Berlangsung setelah minggu ke-8 sampai dengan bayi lahir. Berikut ini
adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh ibu dan janin dalam kandungan,
yaitu:
a. Minggu ke-4
Kini bayi berbentuk embrio.Embrio memproduksi hormone kehamilan
(Chorionic Gona-dotropin-HCG) sehingga apabila melakukan test kehamilan,
hasilnya positif.janin mulai membentuk struktur manusia. Saat ini telah
terjadi pembentukan otak dan tulang belakang serta jantung dan aorta (urat
besar yang membawah darah ke jantung ).
b. Minggu ke-8
Panjang kira-kira 14-22 mm. banyak perubahan yang terjadi pada bayi, ujung
hidung dan kelopak mata mulai berkembang, begitu pula teliga. Bronchi,
saluran yang menghubungkan paru-paru dengan tenggorokan, mulai
bercabang. Lengan semakin membesar dan ia memiliki siku. Bayi sudah
mulai terbentuk diantaranya pembentukan lubang hidung,bibir, mulut serta
lidah dan matanya juga sudah mulai juga sudah mulai kelihatan di bawah
22

membrane kulit yang tipis. Anggota tangan serta kaki juga terbentuk
walaupun belum sempurna.
c. Minggu ke-12
Bentuk wajah bayi lengkap, ada dagu dan hidung kecil. Jari-jari tangan dan
kaki yang mungil terpisah penuh. Usus bayi telah berada di dalam rongga
perut. Akibat meningkatnya volume darah ibu, detak jantung janin bisa jadi
meningkat. Panjangnya sekitar 63 mm dan beratnya 14 gram. Mulai proses
penyempurnaan seluruh organ tubuh. Bayi membesar beberapa millimeter
setiap hari. Jari kaki dan tngan mulai terbentuk termasuk telinga dan kelopak
mata.
d. Minggu ke-16
Kini panjangnya mencapai 12 cm, berat kira-kira 100 gram. Reflex gerak
bisa dirasakan ibu, meski masih amat sederhana yang biasanya terasa
sebagai kedutan. Rambut halus di ats bibir atas dan alis mata juga tampak
melengkapi lanugo yang memenuhi seluruh tubuhnya. Bahkan, jari-jemari
kaki dan tangannya dilengkapi dengan sebentuk kuku. Tungkai kaki yang di
awal pembentuknya muncul belakangan, kini lebih panjang dari lengan.
Pada usia janin memproduksi alfafetoprotein,yaitu protein yang hanya di
jumpai pada darah ibu hamil. Bila kadar protein ini berlebih bisa
merupahkan pertanda ada masalah serius pada janin, seperti spina bifida.
Sebaliknya, kadar alfafetroprotein yang rendah bersignifikasi dengan
sindrom down. Jumlah alfafetoprotein ini sendiri dapat di ukur dengan
pemeriksaan air ketuban / amniosentesis dengan menyuntikan jarum khusus
lewat dinding perut ibu.

e. Minggu Ke-20
Panjang janin mencapai kisaran 14-16 cm berat sekitar 260 gram. Kulit yang
menutupi tubuh janin mulai bisa di bedakan menjadi dua lapisan, yakni
lapisan epidermis yang terletak di permukaan dan lapisan dermis yang
merupahkan lapisan dalam. Epidermis selanjutnya akan memebentuk pola-
pola tertentu pada ujung jari , telapak tangan maupun telapak kaki.
Sedangkan lapisan dermis mengendung pembuluh-pembuluh darah kecil,
23

saraf dan sejumlah besar lemak. Seiring perkembangannya yang pesat,


kebutuhan darah janin pun meningkat tajam. Agar anemia tak mengancam
kehamilan, ibu harus mencukupi kebutuhannya akan asupan zat besi, baik
lewat konsumsi makanan bergizi seimbang maupun suplemen yang di
anjurkan dokter.
f. Minggu ke-24
Janin makin terlihat berisi dengan berat yang di perkirakan mencapai 600
gram, panjang sekitar 21 cm di atas simfisis pubis /tulan kemaluan kelopak-
kelopak matanya kian sempurna di lengkapi bulu mata. Pendengarannya
berfungsi penuh, terbukti janin mulai beraksi dengan menggerakan tubuhnya
secara lembut jika mendengar irama musik yang di sukainya. Begitu pula ia
akan menunjukan respon khas saat mendengar suara-suara bising atau
teriakan yang tak di sukainya.
g. Minggu ke-28
Puncak rahim berada kira-kira 8 cm diatas pusar. Gerakan janin makin kuat
dengan internitas yang makin sering, sementara denyut jantung nya pun kian
mudah di dengar, tubuhnya masih terlihat kurus meski mencapai berat
sekitar 110 gram dengan kisar panjang 35-38 cm. Kendati dibanding
minggu-minggu sebelumnya lebih berisi dengan bertambah jumlah lemak di
bawah kulitnya yang telihat kemerahan. Jumlah jaringan otak di usia
kehamilan ini meningkat begitu juga rambut kepalanya terus betambah
makin panjang,alis dan kelopak matanya terbentuk, sementara selaput yang
semula menutupi matanya sudah hilang.
h. Minggu ke-32
Pada usia ini berat bayi berkisar 1800-2000 gram, panjang tubuh bayi 42
cm. kunjungan rutin di perketat /lebih insentif dari sebulan sekali menjadi
dua minggu sekali.
i. Minggu ke 36
Berat bayi harusnya mencapai 2500 gram, panjang 46 cm. Pemeriksaaan
rutin di perketat jadi seminggu sekali.
24

j. Minggu ke-40
Panjangnya mencapai 45-55 cm, berat sekitar 3300 gram, betul-betul cukup
bulan dan siap dilahirkan, jika laki-laki testisnya sudah turun ke skrotum.
Pada wanita, labia mayora (bibir kemaluan bagian luar) sudah berkembang
baik menutupi labia minora (bibir kemaluan bagian dalam). (Rismalinda
2016)

Tabel 2.1Perubahan TFU dalam Kehamilan

No Usia kehamilan Tinggi Fundus Uteri (Leopold)


(minggu)
1 12 3 jari di atas simpisis
2 16 Pertengahan pusat dan simpisis
3 20 3 jari di bawah pusat
4 24 Setinggi pusat
5 28 3 jari di atas pusat
6 32 Pertengahan pusat dan Processus Xypoideus (px)
7 36 3 jari di bawah px
8 40 Pertengahan pusat px

Sumber : Walyani, 2015

2.1.5. Perubahan Psikologis Kehamilan


Perubahan psikologis selama hamil kebanyakan wanita mengalami perubahan
psikologis di antaranya adalah :
1. Perubahan Psikologis Pada Kehamilan Trimester I
Segera setelah terjadi peningkatan hormone esterogen dan progesterone dalam
tubuh, maka akan muncul berbagai macam ketidaknyaman secara fisiolosgis pada
ibu misalnya mual muntah, keltihan, dan pembesaran payudara. Hal ini akan
memicu perubahan psikologi seperti berikut ini :
1. Ibu untuk membenci kehamilannya, merasakan kekecewaan, penolakan,
kecemasan dan kesedihan.
25

2. Mencari tahu secara aktif apakah memang benar-benar hamil dengan


memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan sering kali memberitahukan
orang lain apa yang dirahasiakannya.
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuian terhadap
kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Sebagian wanita merasa sedih tentang
kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih 80% wanita mengalami kekecewaan,
penolakan, kecemasan,depresi, dan kesedihan. Beberapa wanita yang telah
merencanakan kehamilan atau berusaha keras untuk hamil, merasa senang
sekaligus tidak percaya bahawa dirinya telah hamil dan mencari tanda bukti
kehamilan pada setiap jengkal tubuhnya.
Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi. Ada beberapa
wanita mengalami peningkatan hasrat seksual, tetapi secara umum merupakan
waktu tejadinya penurunan libido. Libido secara unium sangat dipengaruhi oleh
keletihan, nausea, depresi, payudara membesar dan nyeri, kecemasan,
kekawatiran, dan masalah lain yang merupakan hal normal, terjadi pada trimester
I.
Trimester I adalah saat yang spesial karena seorang ibu akan menyadari
dengan kondisi psikologisnya. Pada trimester I seorang ibu akan selalu mencari
tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahawa dirinya memang hamil. Segala
perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama
( Rukiyah, 2015) .
a. Stress yang terjadi pada kehamilan Trimester Pertama
Ada dua tipe stress yaitu yang negatif dan positif, kedua sterss ini dapat
mempengaruhi reaksi individu. Ada pula yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.
Stress Intrinsik berhubungan dengan tujuan pribadi dari individu, yang
mana individu berusaha untuk membuat sempurna mungkin baik dalam
kehidupan pribadinya maupun dalam kehidupan sosialnya secara profesional.
Stress Ekstrinsik timbul karena faktor eksternal seperti rasa sakit,
kehilangan, kesendirian dan masa reproduksi.
26

Stres selama masa reproduksi dapat dihubungakan dengan 3 aspek utama yaitu
stres di dalam individu, stress yang disebabkan oleh pihak lain, dan stress yang
disebabkan penyesuaian terhadap tekanan sosial. (Burnard, 2015)

b. Respon Psikologi Kehamilan Trimester Pertama


Reaksi psikologis dan emosi timbul pada beberapa wanita misalnya,
kecemasan, kegusaran, ketakutan, perasaan panik terhadap kehamilan dan segala
akibatnya. Dalam pikiran mereka kehamilan merupakan ancaman, kegawatan,
ketakutan, bahanya bagi dirinya. Sikap mereka tidak hanya menolak kehamilan
tapi berusaha menggugurkan dan kadang-kadang mencoba bunuh diri.
Fokus utama hanya pada dirinya dan bukan pada janinnya seperti mual
dan letih yang telah terjadi pada dirinya, walaupun kepastian tentang janin belum
menentu dan tidak nyata; berat badan ibu belum bertambah; sebenarnya berat
badan pertambahan sebagai penentu janin tumbuh kembang; mereka lebih sering
mengatakan “ Saya hamil “ daripada “ Saya akan mempunyai anak“; perubahan
fisik dan meningkatnya derajat hormonal dapat menyebabkan emosi menjadi labil;
mood berubah dengan cepat dari gembira menjadi mudah tersinggung; ibu yang
optimis menjadi ingin tidur, menunda pekerjaan; keadaan perubahan itu
membingungkan pasangan yang ingin ikut mempertahankan kestabilan hubungan;
peran perawat membantu menerangkan pada pasangan bahwa perubahan mood
merupakan hal yang normal dan jangan menjadi masalah yang tidak terselesaikan.
(Burnard, 2015)

2. Perubahan Psikologis pada Kehamilan Trimester II


Kehamilan trimester ke II merupahkan periode kesehatan yang baik.
Perubahan psikologi yang terjdi pda trimester II adalah sebagai berikut :
a) Tanda tanda kehamilan secara fisik
Kehamilan trimester ke dua terjadi perubahan fisik yang jelas,
sehingga di rasakan keberadaan janin. Tanda-tanda tersebut
diantaranya uterus yang membesar dengan cepat di rasakan jika di
palpasi di daerah abdomen, naiknya berat badan, serta payudara yang
mulai memebsar, janin dapat terlihat jika dilakukan USG, sehingga
27

dapat diperlihatkan di gambar/ video janin di dalam kandungan kepada


keluarga pada tahap ini, sudah terasa pergerakan dari janin. Hal
tersebut membuat calon ibu menerima bahwa janin merupahkan bagian
terpisah dari dirinya.
b) Janin sebagai focus utama
Pada tahap ini, janin merupahkan focus utama dari ibu, ibu mulai
memperhatikan kesehatan janin. Ibu menjadi tertarik dengan informasi
tentang diet dan perkembangan fetal. Pada trimester II muncul
quickeningpada diri ibu , sehingga terjadilah reduksi waktu dan ruang,
baik secara geogreafik maupun social.Calon ibu telah lebih
mengalihkan perhatiannya kepada janin. Selain itu, calon ibu juga
lebih mendekatkan hubungan dengan ibu kandungannya atau wanita
yang pernah atau sedang hamil.
c) Narsisme atau introvert
Pada tahap ini, beberapa wanita menjadi lebih narsis atau introvet
terhadap dirinya sendiri, sadar akan kemampuannya untuk melindungi
atau menyediakan kebutuhan bagi janin. Ibu lebih selektif akan
makananan dan baju yang di pakai. Beberapa wanita juga akan
kehilangan ketertarikan terhadap pekerjaan yang berlebihan karna
takut akan terjadi sesuatu yang dapat membahyakan nyawa janin.
Mereka juga sering mendengarkan cerita waktu mereka sewaktu bayi, ,
atupun menghabiskan waktu untuk membaca buku tenteng bayi dan
perkembangannya. Ataupun mengkhayalkan tentang kehidupan setelah
janin lahir, dan mulai memikirkan tentang panggilan kesayangan
setelah janin lahir nanti.
d) Citra tubuh
pada trimester II perubahahan bentuk tubuh menjadi begitu cepat dan
terlihat jelas. Perubahan yang terjdai mulai dari pembesaran abdomen,
penebalan pinggang, dan pembesaran payudara. Hal tersebut semakin
memastikan status kehamilan. Pada awal kehamilan, citra tubuh
terlihat posesif.
28

e) Perubahan seksual
Ketertarikan dan perubahan seksual selama masa kehamilan bersifat
individual dan sulit di tebak. Bersifat individual karna ada pasangan
yang puas dan ada pasangan yang tidak. Perasaan tersebut tergantung
dari factor-faktor emosi, interaksi, budaya, masalah disfungsi seksual,
perubahan fisik pada wanita, bahkan tahayul atau mitos tentang seks
selama kehamilan. Aktifitas seksual tetap aman di lakukan jika tidak
ada komplikasi pada masa kehamilan.

3. Perubahan Psikologi pada Trimester III


Pada trimester III, calon ibu akan semakin peka terhadap perasaannya. Tingkat
kecemasan ibu juga akan semakin meningkat. Calon ibu akan lebih sering
mengelus-ngelus perutnya untuk berbicara kepada janin, senang berbicara
kepada janin, terutama ketika janin berubah posisi. Banyak calon ibu yang
berkhayal atau bermimpi apabila hal-hal negatif akan terjadi kepada bayinya
saat melahirkan nanti. Khayalan-khayalan tersebut seperti kelalaian
meletakkan bayi, tidak dapat melahirkan nanti, atau bahkan janin akan keluar
alam bentuk kecacatan. Calon ibu menjadi sangat merasa bergantung kepada
pasangannya. Pada minggu terakhir kehamilan menjelang persalinan ibu
membutuhkan lebih banyak perhatian dari pasangannya. Dan pada fase ini
calon ibu mulai sibuk mempersiapkan diri melahirkan dan mengasuh anaknya
setelah di lahirkan. Mempersiapkan kebutuhan bayi, seperti baju, nama, dan
tempat tidur. Bernegosiasi dengan pasangannya tentang pembagian tugas
selama masa-mas menjelang melahirkan sampai nanti setelah bayi lahir.
Ada beberapa hal perubahan psikologis yang dialami pada trimester III yaitu :
a) rasa tidak nyaman muncul kembali
b) ibu tidak sabar menunggu bayi lahir
c) ibu khawatir bayi akan lahir sewaktu-waktu dan dalam keadaan
tidak normal
d) ibu semakin ingin menyudahi kehamilannya
e) merasa sedih karena mungkin terpisah dari bayinya
29

f) merasa kehilangan perhatian dari pasangannya


g) bermimpi dan mengkhayal tentang bayinya
h) aktif mempersiapkan kelahiran bayinya
i) libido menurun karna kondisi ibu hamil

2.1.6. Kebutuhan-kebutuhan Ibu Hamil


Berikut adalah kebutuhan-kebutuhan ibu hamil yang diperlukan ibuhamil
(Rismalinda 2016):
a. Oksigen
Kebutuhan oksigen berhubungan dengan perubahan sistem pernapasan
pada masa kehamilan. Seorang ibu hamil sering mengeluh tentang rasa sesak dan
pendek nafas. Hal ini disebabkan karena diafragma tertekan akibat membesarnya
rahim. Kebutuhan oksigen meningkat 20 %. Ibu hamil sebaiknya tidak berada di
tempat-tempat yang terlalu ramai dan penuh sesak, karena akan mengurangi
masukan oksigen.
Kebutuhan oksigen selama kehamilan meningkat sebagai respon tubuh
terhadap akselerasi metabolisme rate perlu untuk menambah rasa jaringan pada
payudara, pada konsepsi dan masa uterus.

b. Personal Hygiene
Sebaiknya ibu hamil mandi, gosok gigi dan ganti pakaian minimal 2x
sehari, kebersihan badan mengurangi infeksi, karena badan yang kotor banyak
mengandung kuman-kuman mulai dari menggosok gigi secara teratur, Mandi
yang dapat merangsang sirkulasi menyegarkan dan menghilangkan kotoran,
perawatan rambut, keramas satu minggu sekali 2-3 kali. Payudara,pemeliharaan
payudara sangatlah penting putting susus harus di bersihkan, putting susu yang
masuk kedalam di usahakan supaya keluar setiap kali pemijatan saat mandi.
Perawatan vagina dan vulva ada beberapa hal yang harus di perhatikan seperti
celana dalam harus kering, sesudah BAB dan BAK di lap dengan lap khusus. Dan
perawatan kuku, untuk menghindari masuknya infeksi.
30

c. Pakaian
Pakaian ibu hamil harus nyaman, mudah menyerap keringat, mudah di
cuci, tanpa sabuk atau pita yang menekan bagian pita yang menekan di bagian
perut atau pergelangan tangan, pakaian juga tidak baik jika terlalu ke leher,
stoking tungkai yang sering di gunakan oleh sebagian wanita tidak dianjurkan
karna dapat menghambat sirkulasi darah. Pakaian wanita hamil harus ringan dan
menarik karena wanita hamil tubuhnya akan betamabah besar. Sepatu harus
terasa pas, enak dan aman, sepatu bertumit tinggi dan berujung lancip tidak baik
bagi kaki, khususnya pada saat kehamilan ketrika stabilitas tubuh terganggu dan
cedera kaki yang sering terjadi. Kaos kaki ketat tidak boleh di gunakan.
d. Eliminasi
Ibu hamil akan sering ke kamar mandi terutama saat malam hingga
mengganggu tidur, sebaiknya intake cairan sebelum tidur dikurangi, gunakan
pembalut untuk mencegah pakaian dalam yang basah dan lembab hingga
memudahkan masuk kuman, setiap habis BAB dan BAK cebok dengan baik
e. Seksual
Bila dalam anamnesis ada abortus sebelum kehamilan yang sekarang,
sebaiknya koitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu.
Pada waktu itu plasenta sudah terbentuk, serta kemungkinan abortus
menjadi lebih kecil. Pada umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilan
jika dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah masuk
kedalam rongga panggul, koitus sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan
perasaan sakit dan perdarahan.
Sebagian perempuan takut melakukan hubungan seksual saat hamil.
Beberapa merasa gairah seksualnya menurun karena tubuh mereka melakukan
banyak penyesuaian terhadap bentuk kehidupan baru yang berkembang di dalam
rahim mereka. Sementara di saat yang sama, gairah yang timbul ternyata
meningkat. Ini bukan kelainan seksual. Memang ada masanya ketika ibu hamil
mengalami peningkatan gairah seksual.
Trimester pertama: Minat menurun pada trimester (3 bulan) pertama,
biasanya gairah seks menurun. Jangankan kepingin, bangun tidur saja sudah
31

didera  morning sickness, muntah, lemas, malas, segala hal yang bertolak
belakang dengan semangat dan libido. Fluktuasi hormon, kelelahan, dan rasa mual
dapat menghisap semua keinginan untuk melakukan hubungan seks.
Trimester kedua: Minat meningkat (kembali) Memasuki trimester kedua,
umumnya libido timbul kembali. Tubuh sudah dapat menerima dan terbiasa
dengan kondisi kehamilan sehingga ibu hamil dapat menikmati aktivitas dengan
lebih leluasa daripada di trimester pertama. Kehamilan juga belum terlalu besar
dan memberatkan seperti pada trimester ketiga. Mual, muntah, dan segala rasa
tidak enak biasanya sudah jauh berkurang dan tubuh terasa lebih nyaman.
Demikian pula untuk urusan ranjang. Ini akibat meningkatnya pengaliran darah ke
organ-organ seksual dan payudara.
Trimester ketiga: Minat menurun lagi libido dapat turun kembali ketika
kehamilan memasuki trimester ketiga. Rasa nyaman sudah jauh berkurang. Pegal
di punggung dan pinggul, tubuh bertambah berat dengan cepat, nafas lebih sesak
(karena besarnya janin mendesak dada dan lambung), dan kembali merasa mual,
itulah beberapa penyebab menurunnya minat seksual. Tapi jika Anda termasuk
yang tidak mengalami penurunan libido di trimester ketiga, itu adalah hal yang
normal, apalagi jika Anda termasuk yang menikmati masa kehamilan. Anda juga
termasuk beruntung karena tidak perlu tersiksa oleh kaki yang membengkak, sakit
kepala, atau keharusan beristirahat total.
d. Mobilisasi
Mobilitas merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak bebas
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mem
pertahankan kesehatan, misalnya :
a) Hindari mengangkat beban yang berat
b) Gunakan kasur yang keras untuk tidur
c) Gunakan bantal waktu tidur untuk meluruskan punggung
d) Hindari tidur terlentang terlalu lama karena dapat menyebabkan sirkulasi
darah menjadi terhambat
e) Boleh mengerjakan pekerjaan sehari-hari selama tidak memberikan gangguan
32

f) Aktivitas dibatasi bila didapatkan penyulit seperti partus prematurus


imminens, ketuban pecah, menderita kelainan jantung
e. Istirahat atau tidur
Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahat atau tidur yang cukup. Kurang
isirahat atau tidur, ibu akan terlihat pucat, lesu dan kurang gairah. Usahakan tidur
malam kurang lebih 8 jam dan tidur siang kurang lebih 1 jam. Umumnya ibu
mengeluh susah tidur karena rongga dadanya terdesak perut yang membesar atau
posisi tidurnya tidak nyaman. Tidur yang cukup dapat membuat ibu menjadi
relaks, bugar dan sehat. Solusinya hamil tua, tidurlah dengan mengganjal kaki
(dari tumit hingga betis) menggunakan bantal. Bagian punggung hingga pinggang
juga perlu diganjal bantal. Letak bantal bisa disesuaikan, jangan tidur miring ke
kiri, bantal diletakkan sedemikian rupa hingga ibu nyaman tidur dengan posisi
miring ke kiri. Begitu juga bila ibu ingin tidur posisi ke kanan.
f. Exercise atau senam hamil
Senam hamil merupakan kebutuhan aktifitas fisik, pada kegiatan ini terjadi
peningkatan metabolisme yang pada dasarnya dengan peningkatan metabolisme
diperlukan peningkatan penyediaan oksigen sehingga senam hamil akan
meningkatkan kebutuhan oksigen. Penanggulangan aspek fisik dari persalinan dan
pemeliharaan kehamilan yang bertujuan melindungi ibu dan anak adalah dengan
jalan memberikan bimbingan pada ibu hamil dalam persiapan persalinan yang
fisiologis melalui penerangan, berdiskusi, dan memberikan latihan fisik kepada
wanita hamil. “Senam adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan seorang
ibu hamil baik fisik maupun mental pada persalinan yang aman, spontan dan
lancar sesuai waktu yang diharapkan”.
Pada prinsipnya senam hamil adalah exercise therapy atau terapi latihan
yang merupakan bagian dari ilmu fisioterapi yang dilaksanakan dibagian obstetrik
pada ibu hamil oleh seorang fisioterapis. Senam yang dilakukan oleh ibu hamil
pada setiap trimester. Senam hamil penting bagi seorang ibu yang sedang
mempersiapkan diri untuk persalinan terutama untuk ibu dengan usia kandungan
lebih dari 20 minggu.
33

Tujuan Senam Hamil :


a) Menguasai tehnik pernafasan
b) Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut
c) Melatih sikap tubuh selama hamil
d) Melatih relaksasi sempurna dengan latihan kontraksi dan relaksasi
e) Ibu dapat melahirkan tanpa penyulit  sehingga ibu dan bayi sehat setelah
persalinan
Manfaat Senam Hamil :
a) Memperkuat dan mempertahankan kelenturan otot-otot dinding perut dan
dasar panggul yang penting dalam proses persalinan
b) Melonggarkan persendian-persendian yang berhubungan dengan proses
persalinan.
c) Membentuk sikap tubuh prima, sehingga dapat membantu mengatasi keluhan-
keluhan, letak janindan mengurangi sesak nafas.
d) Memperoleh cara kontraksi dan relaksasi yang sempurna
e) Menguasai teknik-teknik pernafsan dalam persalinan.
f) Dapat mengatur diri dalam ketenangan.

Kebutuhan Gizi Ibu Hamil


1) Kalori
Berdasarkan angka kecukupan gizi oleh WKNP & G (Widia Karya
Nasional Pangan dan Gizi) tahun 1993, tambahan energi per hari untuk wanita
hamil kurang lebih 285 kalori. Makanan ibu hamil harus seimbang yaitu :
Protein : 15-20 % dari total kalori
Lemak : 10-30 % dari total kalori
Karbohidrat : 55-75 % dari total kalori
2) Protein
Pembentukan jaringan baru dari janin dan untuk tubuh ibu di butuhkan
protein sebesar 910 gram dalam 6 bulan terakhir kehamilan di butuhkan tambahan
12 gram protein sehari untu ibu hamil.
34

3) Lemak
Pada kehamilan normal terjadi kenaikan serum kolesterol dan trigliserida
masing-masing 25-40% dan 20-40%. Asam lemak archidonic mungkin berguna
untuk perkembangan psikomotor dan penglihatan anak.
4) Vitamin dan Mineral
Asam folat dan zat besi dibutuhkan untuk mengimbangi peningkatan
volume darah yaitu dalam produksi heme dan hemoglobin. Selain itu asam folat
juga dipergunakan untuk pembentukan sumsum tulang belakang, dikatakan bahwa
defisiensi asam folat dapat mengakibatkan terjadinya spina bifida. Bahan
makanan tinggi asam folat : sayuran, kacang-kacangan, lauk hasil fermentasi
misalnya tempe. Bahan makanan sumber zat besi : daging, hati, kacang-kacangan,
dan beberapa sayuran hijau. Pada awal kehamilan pemberian vitamin A harus
hati-hati, tidak boleh terlalu sedikit atau terlalu banyak, untuk menghindari efek
teratogen (keracunan).
Kebutuhan vitamin pada umumnya meningkat selama hamil. Vitamin
diperlukan untuk membantu metabolisme karbohidrat dan protein. Salah satu
vitamin yang perlu diperhatikan selama hamil adalah folic acid (folacin).
Vitamin A : Vitamin A adalah penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi serta
meningkatkan daya tahan terhadap infeksi juga diperlukan untuk pemeliharaan
jaringan mata.
Vitamin B1(aneurin) : Penting untuk pembakaran hidrat arang, guna
menghasilkan tenaga serta urat saraf. Terdapat pada telur, ginjal, otak ikan, beras
tumbuk, kacang-kacangan, beras merah, daun singkong, daun kacang panjang dll
Vitamin B2 (Riboflavin) : Penting untuk pernafasan antar sel, pemeliharaan
jaringan saraf, jaringan pelepas, kulit dan kornea mata. Kekurangan vitamin B2
menyebabkan kornea akan tampak pembuluh-pembuluh halus, luka pada bibir dan
sudut mulut (seilosis). Sumber vitamin B2 adalah bermacam-macam buah, sayur,
biji kacang, dll.
Vitamin B12: Penting untuk pematangan eritrosit. Kekurangan vitamin
B12 jarang terjadi karena terdapat pada sel-sel hewan.
35

Folic Acid : Folic acid atau folacin adalah vitamin yang berfungsi sebagai
coenzym dalam sintesa DNA. Folic acid memelihara pertumbuhan janin dan
mencegah terjadinya anemia makrositik megaloblastik selama hamil. Kebutuhan
folacin selama hamil antara 400 – 800 gram/hari. Sumber folacin adalah makanan
segar misalnya : sayuran yang bewarna hijau tua, telur, jeruk, pisang, kacang dan
roti. Folic acid sangat sensitif terhadap panas tinggi sehingga apabila makanan
dimasak terlalu lama akan merusak folic acid. Pola makanan masyarakat di negara
berkembang pada umumnya kurang mencukupi kebutuhan ibu hamil, berkaitan
dengan hal tersebut, perlu ditambahkan 400-800 mg folic acid bagi ibu hamil.
Suplemen multivitamin dan mineral
Suplemen yang dapat diberikan adalah vitamin B6, C, D, E, folic acid dan
panthothenic acid. Khusus mengenai zat besi, banyak sekali ibu hamil yang
mengalami kekurangan zat besi. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa lebih dari
70% ibu hamil menderita kekurangan zat besi. Zat besi yang dibutuhkan adalah
sebanyak 1 – 2 x 100 mg/hari, sampai melahirkan. Pemberian suplemen kalsium
(khusus calsium phospor) dan magnesium pada saat perut kosong akan
menurunkan absorbsi suplemen zat besi. Hal ini disebabkan karena kalsium dan
magnesium akan menurunkan kadar keasaman lambung. Pemberian kalsium tidak
lebih dari 250 mg/hari.
Suplemen vitamin dalam keadaan normal, tidak dibutuhkan oleh ibu
hamil. Kecuali dalam keadaan tertentu, misalnya ibu hamil sedang sakit, masih
remaja (kurang dari 20 tahun), kurang gizi, dll. Selain itu pemberian vitamin
dengan dosis yang berlebihan, akan menimbulkan efek samping. Contohnya :
a. Vitamin A (Penimbunan besi pada kulit, rambut rontok, sakit kepala,
pengliharan kabur, charrhae dan kerusakan hepar, ginjal dan tulang)
b. Vitamin D (Kerusakan ginjal yang bersifat irreversible, hypercalcemia pada
ibu hamil dan neonatal
5) Cairan
Cairan yang diminum tidak dibatasi tetapi pada orang dewasa dianjurkan
untuk minum 2 liter per hari. Keperluan cairan ibu hamil tak berbeda dengan ibu
tidak hamil, yaitu sesuai dengan kebutuhan, walaupun dianjurkan tidak boleh
36

sampai kekurangan demi toleransi terhadap peningkatan kebutuhan vitamin,


antara lain yang larut dalam air.
Prinsip makanan pada ibu hamil sama dengan makanan wanita dewasa,
hanya jumlah dan mutu ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan.
Bahan makanan yang digunakan harus meliputi 6 kelompok yaitu :
a. Makanan yang mengandung protein hewani dan nabati
b. Susu dan olahannya
c. Roti dan biji-bijian
d. Buah dan sayur yang kaya akan vitamin C
e. Sayuran berwarna hijau tua
f. Buah dan sayur lain
Jika 6 bahan makanan ini digunakan, maka seluruh zat gizi yang
dibutuhkan oleh ibu hamil akan terpenuhi, kecuali zat besi dan asam folat. Itulah
sebabnya mengapa suplementasi kedua zat ini tetap diperlukan meskipun status
gizi wanita yang hamil itu terposisi pada jalur hijau KMS (Kartu Menuju Sehat
ibu hamil).
Syarat makanan ibu hamil :
a. Susunan menu seimbang
b. Tidak berbumbu pedas/merangsang, berlemak
c. Hindari alkohol
d. Kurangi makanan yang asin terutama pada trimester III
e. Cairan 8-10 gelas
f. Porsi kecil dan sering
g. Mudah dicerna
h. Tidak mengandung gas

2.1.7. Asuhan Kehamilan


Asuhan kehamilan yang dilakukan yakni melakukan dokumentasi asuhan
kehamilan secara sistematis, yaitu melakukan anamnesis, melakukan pemeriksaan
fisik dengan prinsip head to toe, melakukan pemeriksaan vital sign, memeriksa
Leopold, mendengarkan denyut jantung janin (DJJ), pemeriksaan laboratorium
37

sebagai pemeriksaan penunjang, melakukan konseling, memberikan pendidikan


kesehatan tentang senam hamil, dan pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
(Kusmiyati, 2016).
Asuhan ibu hamil berbeda setiap kali kunjungan. Pada trimester I asuhan
yang diberikan kepada ibu hamil adalah pemeriksaan kehamilan meliputi
pemberian TT, tablet tambah darah, vitamin dan mineral, serta pemberian nasehat
dan penyuluhan terarah seperti perawatan diri, gizi, perawatan payudara, pola
istirahat, senam hamil, tanda-tanda kehamilan, keluhan yang dirasakan. Pada
trimester II, asuhan yang diberikan sama dengan asuhan yang diberikan pada
trimester I ditambah dengan penyuluhan tentang keuntungan pemberian ASI,
persiapan diri untuk memberikan ASI Eksklusif, persiapan persalinan, dan KB.
Pada trimester III asuhan yang diberikan sama dengan asuhan trimester II
ditambah dengan penyuluhan mengenai persiapan menghadapi persalinan,
perawatan bayi baru lahir (BBL), persiapan keluarga dalam menghadapi
persalinan (Pinem, 2015).
1) Kunjungan Ibu Hamil
Kunjungan pertama ibu adalah kesempatan bagi dokter untuk mengenali
faktor resiko ibu dan janin. Bila dijumpai kelainan, baik pada pemeriksaan fisik
maupun laboratorium, perlu diberi penatalaksanaan khusus.
Ibu diberitahu tentang kehamilannya, perencanaan tempat bersalin, juga
perawatan bayi dan menyusui. Informasi yang dapat diberikan seperti:
a) Kegiatan fisik dapat dilakukan dalam batas normal
b) Kebersihan pribadi khususnya daerah genetalia harus lebih dijaga karena
selama kehamilan terjadi peningkatan secret vagina
c) Pemilihan makanan sebaiknya yang bergizi dan tinggi serat
d) Pemakaian obat harus dikonsultasikan dahulu dengan dokter atau tenaga
medis lainnya
Wanita perokok atau peminum beralkohol harus menghentikan
kebiasaannya. Suami pun perlu diberi pengertian tentang keadaan istrinya yang
sedang hamil.
38

Kunjungan Ibu hamil harus dilakukan minimal 4 kali kunjungan :


a. Kunjungan Ke 1 pada Trimester 1
b. Kunjungan Ke 2 pada Trimester II
c. Kunjungan Ke 3 pada Trimester III
d. Kunjungan Ke 4 pada Trimester III
2) Pemberian Imunisasi TT ( Tetanus Toxoid )
Jadwal pemberian imunisasi yang dianjurkan selama dan setelah
kehamilan :
Bila sebagian besar ibu pada masa reproduksi belum pernah mendapatkan
imunisasi Tetanus Toksoid(TT). Pada masa anak atau belum kehamilan
direkomendasikan untuk melakukan imunisasi pada kunjungan pertama
kehamilan(TT1),dan dosis kedua(TT2),paling sedikit 4 minggu setelah pemberian
TT1. Imunisasi TT3 paling sedikit 6 bulan setelah TT2. Bila ibu hamil memiliki
catatan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid sebelumnya pada masa awal anak
atau pada usia sekolah,ibu mendapatkan dosis booster selama kehamilan.
3) Anamnesis
Pada wanita dengan haid terlambat dan diduga hamil, ditanyakan hari
pertama haid terakhirnya (HPHT). Taksiran partus dapat ditentukan bila HPHT
diketahui dan siklus teratur ±28 hari dengan menggunakan rumus Naegele. Bila
ibu lupa HPHT, tanyakan hal lain seperti gerakan janin. Untuk primigravida
gerakan janin terasa pada kehamilan 18 minggu sedangkan multigravida 16
minggu. Nausea biasanya hilang pada kehamilan 12-14 minggu. Tanyakan
riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sebelumnya serta berat bayi yang pernah
dilahirkan. Demikian pula riwayat penyakit yang pernah diderita seperti penyakit
jantung, paru, ginjal, diabetes mellitus, dll. Selain itu ditanyakan riwayat
menstruasi, kesehatan, keluarga, sosial, obstetrik, kontrasepsi, dan faktor resiko
yang mungkin ada pada ibu.
4) Pemeriksaan Umum
Pada ibu hamil yang pertama kali dilakukan penilaian keadaan umum,
status gizi, dan tanda vital. Pada mata nilai ada tidaknya konjungtiva pucat, sklera
ikteri, oedema kelopak mata dan kloasma gravidarum. Periksa gigi untuk melihat
39

adanya infeksi pokal. Periksa pula jantung, paru, mammae, abdomen, anggota
gerak secara lengkap.
5) Pemeriksaan Obstetri
Terdiri dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Sebelum
pemeriksaan kosongkan kandung kemih. Kemudian ibu diminta terbaring
telentang dan periksaan dilakukan sisi kanan ibu.
6) Pemeriksaan Luar
Lihat apakah uterus berkontraksi atau tidak. Bila berkontraksi, harus
ditunggu sampai dinding perut lemas agar dapat diperiksa dengan teliti. Agar
tidak terjadi kontraksi dinding perut akibat perbedaan suhu dengan tangan
pemeriksa, sebelum palpasi kedua tangan periksa dikosongkan dahulu.
Cara pemeriksaan umum digunakan adalah cara leopold yang dibagi dalam 4
tahap. Pada pemeriksaan leopold I,II dan III pemeriksa menghadap muka ibu,
sedangkan leopold IV kearah kaki ibu.
Leopold I :
a. Pemeriksa menghadap ke arah muka ibu hamil
b. Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus
c. Konsistensi uterus variasi menurut knebel
d. Menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan di fundus dan
tangan lain di atas simpisis
Leopold II :
a. Menentukan batas samping rahim kanan kiri
b. Menentukan letak punggung janin
c. Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin
d. Menentukan letak punggung dengan satu tangan menekan di fundus
Leopold III :
a. Menentukan bagian terbawah janin
b. Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau masih goyang
c. Menentukan letak punggung dengan pinggir tangan kiri diletakkan tegak di
tengah perut
40

Leopold IV :
a. Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil
b. Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah
masuk pintu atas panggul
7) Pemeriksaan Dalam
Siapkan ibu dalam posisi litotomi lalu bersikan daerah vulva dan perineum
dengan larutan antiseptik. Inspeksi vulva dan vagina apakah terdapat luka, varises,
radang, atau tumor. Selanjutnya lakukan pemeriksaan inspekulo. Lihat ukuran dan
warna porsio, dinding, dan secret vagina. Lakukan pemeriksaan colok vagina
dengan memasukkan telunjuk dan jari tengah. Raba adanya tumor atau
pembesaran kelenjar di liang vagina. Periksa adanya massa di adneksa dan
prametrium. Perhatikan letak, bentuk, dan ukuran uterus serta periksa konsistensi,
arah, panjang porsio, dan pembukaan serviks. Pemeriksaan dalam ini harus
dilakukan dengan cara palpasi bimanual.
Ukuran uterus wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam. Pada
kehamilan 8 minggu sebesar telur bebek, 12 minggu sebesar telur angsa, dan 16
minggu sebesar kepala bayi atau tinju orang dewasa.
Turunnya kepala pada rongga panggul ditentukan berdasarkan bidang hodge I-IV.
(Risamalida , 2016)
Bidang hodge I : Bidang horizontal yang melaui PAP dan tepi atas
symphisis
Bidang hodge II : Sejajar dengan PAP hodge I melalalui tepi bawah
symphisis
Bidang hodge III : Sejajar dengan PAP bidang hodge I, II melalui spina
ishiadika
Bidang hodge IV : Sejajar dengan PAP bidang hodge I, II, III melaui ujung
coxigeus
8) Pemeriksaan Panggul
Lakukan penilaian akomodasi panggul bila kehamilan 20 minggu karena
jaringan dalam rongga panggul lebih lunak sehingga tidak menimbulkan rasa
sakit. Masukan telunjuk dan jari tengah ke dalam liang vagina. Arahkan ujung
41

kedua jari ke promontorium, coba untuk merabanya. Bila teraba, tentukan panjang
konjugata diagonalis. Dengan ujung jari menelusuri linea innominata kiri dan
kanan sejauh mungkin, tentukan bagian yang teraba. Raba lengkung sakrum dan
tentukan apakah spina ischiadika kiri dan kanan menonjol ke dalam. Raba dinding
pelviks, apakah lurus atau konvergen ke bawah dan tentukan panjang distansia
interspinarum. Arahkan bagian palmar jari-jari tangan ke dalam simpisis dan
tentukan besar sudut yang ditentukan antara pubis os pubis kiri dan kanan.
a. Ukuran-Ukuran panggul
Alat pengukur ukuran panggul
a) Pita meter
b) Jangka panjang: martin, oseander, collin, dan baudeloque
c) Pelvimetri klinis dengan periksa dalam
d) Pelvimetri rontgenologis dibuat oleh ahli radiologi yang hasilnya
diinterpretasikan serta dikalkulasikan oleh ahli kebidanan
Ukuran-Ukuran panggul dalam
a) Konjugata vera : dengan periksa dalam diperoleh konjugata
diagonalis 1,5-11 cm
b) Konjugata transversa : 12-13 cm
c) Konjugata obliqua : 13 cm
d) Konjugata obtetrica : jarak antara bagian tengah simpisis ke
promontorium. (Sarwono, 2014 )
9) Pemeriksaan Laboratorium (Hb dan Urine) pada Ibu Hamil
a. Pemeriksaan Hemoglobin
Hemoglobin merupakan protein yang kaya akan zat besi. Ia memiliki
afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk
oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen
dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan. (Rukiyah,2015)
Saat ini pengukuran kadar hemoglobin dalam darah sudah menggunakan
mesin otomatis. Selain mengukur hemoglobin, mesin ini juga dapat mengukur
beberapa komponen darah yang lain. Mesin pengukur akan memecah hemoglobin
menjadi sebuah larutan. Hemoglobin dalam larutan ini kemudian dipisahkan dari
42

zat lain dengan menggunakan zat kimia yang bernama sianida. Selanjutnya
dengan penyinaran khusus, kadar hemoglobin diukur berdasarkan nilai sinar yang
berhasil diserap oleh hemoglobin. Kadar hemoglobin menggunakan satuan
gram/dl. Yang artinya banyaknya gram hemoglobin dalam 100 mililiter darah.
Prinsip. Hemoglobin darah diubah menjadi asam hematin dengan
pertolongan larutan HCl, lalu kadar dari asam hematin ini diukur dengan
membandingkan warna yang terjadi dengan warna standar memakai mata biasa.
Tujuan. Menetapkan kadar hemoglobin dalam darah
Alat yang digunakan :
1. Hemoglobinometer  (hemometer) Sahli yang terdiri dari :
a) Gelas berwarna sebagai warna standar
b) Tabung hemometer dengan pembagian skala putih 2 sampai dengan 22
c) Pengaduk
d) Pipet Sahli yang merupakan kapiler dan mempunyai volume 20/ml
e) Pipet Pasteur
f) Tissue / kain kasa / kapas
2. Reagen
a) Larutan HCl 0,1 N
b) Aquades
Cara Pemeriksaan
a) Tabung hemometer diisi dengan larutan HCl 0,1 N sampai tanda 2
b) Hisaplah darah kapiler/vena dengan pipet Sahli sampai tepat pada tanda 20ml.
Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung luar pipet dengan kertas
tissue secara hati-hati jangan sampai darah dari dalam pipet berkurang
c) Masukkan darah sebanyak 20ml ini ke dalam tabung yang berisi larutan HCl
tadi tanpa menimbulkan gelembung udara
d) Bilas pipet sebelum diangkat dengan jalan menghisap dan mengeluarkan HCl
dari dalam pipet secara berulang-ulang 3 kali
e) Tunggu 5 menit untuk pembentukan asam hematin
43

f) Asam hematin yang terjadi diencerkan dengan aquades setetes demi setetes
sambil diaduk dengan batang pengaduk dari gelas samapi didapat warna yang
sama dengan warna standar
g) Minikus dari larutan dibaca
h) Minikus adalah permukaan terendah dari larutan
Nilai kadar Hb pada ibu hamil :
Normal : > 11 gr/dl
Anemia ringan : 9-10 gr/dl
Anemia sedang : 7-8 gr/dl
Anemia berat : <7 gr/dl
b. Pemeriksaan Urine
Air seni alias air kencing atau urin adalah cairan sisa yang dilepaskan oleh
ginjal, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui proses urinasi (berkemih).
Ekskresi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah
yang disaring ginjal dan untuk menjaga kestabilan cairan tubuh. Urin disaring di
dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang
keluar tubuh melalui uretra. Komposisi urin terdiri dari air dengan bahan terlarut
berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan
dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial (jaringan pen
yokong). (Rukiyah,2015)
1. Pengambilan Sampel Air Seni
Ada beberapa cara pengambilan sampel urin, yakni: Urin sewaktu
Untuk berbagai pemeriksaan digunakan urin sewaktu, yakni urin dikeluarkan pada
waktu yang tidak ditentukan secara khusus. Pemeriksaan ini baik untuk
pemeriksaan rutin tanpa keluhan khusus.
a) Urin pagi
Maksudnya, urin yang pertama-tama dikeluarkan di pagi hari setelah bangun
tidur. Urin ini lebih pekat daripada urin yang dikeluarkan di siang hari.
Pemeriksaan urin pagi baik untuk sedimen, berat jenis, protein, juga tes
kehamilan. Sebaliknya, urin pagi tidak baik untuk pemeriksaan penyaring karena
adanya glukosuria.
44

b) Urin postprandial
Maksudnya, urin yang pertama kali dikeluarkan 1,5–3 jam sehabis makan. Sampel
ini berguna untuk pemeriksaan glukosuria.
c) Urin 24 jam
Sampel ini digunakan untuk mengetahui keandalan angka analisis. Untuk
mengumpulkan urin 24 jam diperlukan botol besar, bervolume 1,5 liter atau lebih
yang ditutup dengan baik. Botol harus bersih dan memerlukan zat pengawet.
Apa yang berkaitan dengan warna urin?
Kuning. Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin, urochrom. Zat warna ab
normal: bilirubin. Pengaruh obat-obatan:  santonin,  riboflavin  atau  pengaruh
permen. Indikasi penyakit: tidak ada (normal).
Hijau. Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan (indoxilsulfat). Pengaruh
obat-obat: methyleneblue, evan’s blue. Indikasi penyakit: obstruksi (penyumbatan
usus kecil).
Merah. Zat warna normal dalam jumlah besar: uroerythrin. Zat warna abnormal:
hemoglobin, porfirin, porfobilin. Pengaruh obat-obat: santonin, amidopyrin,
congored, atau juga zat warna makanan. Indikasi penyakit: glomerulonevitis
nefitit akut (penyakit ginjal), kanker kandung kencing.
Cokelat. Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin. Zat warna abnormal:
bilirubin, hematin, porfobilin. Indikasi penyakit: hepatitis.
Cokelat tua atau hitam. Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan. Zat
warna abnormal: darah tua, alkapton, melamin. Pengaruh obat-obat: derivat fenol,
argyrol. Indikasi penyakit: sindroma nefrotika (penyakit ginjal).
Serupa susu.Zat warna normal dalam jumlah besar: fosfat, urat. Zat warna
abnormal: pus, getah prostat, chylus, zat-zat lemak, bakteri-bakteri, protein yang
membeku. Indikasi penyakit: infeksi saluran kencing, kebocoran kelenjar limfa.
(Rukiyah, 2015)
2.Pemeriksaan Protein dalam urin
Prinsip:terjadi endapan protein jika direaksikan dengan asam (asam sulfosalisilat)
Tujuan :menentukan adanya protein dalam urin secara semi kuantitatif
45

Alat yang diperlukan


a) Tabung reaksi dan rak
b) Pipet
c) Spritus
Reagen
a) Asam sulfosalisilat 20 %
Cara Pemeriksaan
1. Tabung reaksi diisi dengan 2 ml urin.
2. Kemudian dipanaskan diatas lampu spiritus sampai mendidih berjarak 2-3 cm
dari api dan dipegang dengan posisi tangan dimiringkan untuk mencegah
terpeciknya urin apabila mendidih.
3. Setelah mendidih. Teteskan kedalamnya 3 tetes asam cuka
4. Kemudian panaskan kembali urin yang telah dicampur tadi
5. Amatilah sejenak. Bila terlihat gumpalan berarti hasilnya positif berarti
keracunan kehamilan, bila tidak ada gumpalan berarti hasilnya negatif berarti
hasilnya baik
Standar Kadar Kekeruhan Protein Urine: (Sarwono, 2014)
(-) : Urin Jernih, Tidak ada keruhan atau Normal
(+) : Ada Keruh
(++) : Keruh mudah terlihat dan ada endapan
(+++) : Lebih Keruh dan endapan yang lebih jelas
(++++) : Sangat keruh dan di sertai endapan yang Menggumpal
Dalam persiapan operasionalnya dikenal standar yang disebut dengan “7 T” pada
pemeriksaan selama kehamilan yaitu :
1. Timbang BB dan TB
Kekurangan dan kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan yang dapat
menyebabkan kelinan yang tidak diinginkan ibu hamil tersebut. Kekurangan
makanan dapat menyebabkan anemia, abortus, partusprematus, inersia uteri dan
sebagainya. Sedangkan makan secara berlebihan karena adanya salah persepsi
bahwa ibu hamil makan untuk dua orang dapat pula mengakibatkan komplikasi
antara lain preklamsi, bayi telalu besar dan sebagainya. Kenaikan berat badan ibu
46

hamil rata rata 6,5-16 kg ( anjuran kenaikan BB disesuaikan dengan Indeks Masa
Tubuh). Bila BB naik dari semestinya anjurkan untuk mengurangi karbohidrat,
lemak jangan dikurangi sayur dan buah buahan. Bila BB tetap saja atau menurun,
semua makanan dianjurkan terutama mengandung protein dan zat besi.
2. Ukur Tekanan Darah
Tekanan darah harus diperiksa secara tepat dan benar. Banyak faktor yang
mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Posisi ibu saat dilakukan pemeriksaan
sebaiknya posisi tidur (setegah duduk/semi fowler), jangan mengukur tekanan
darah langsung saat ibu datang tapi persilahkan ibu untuk istirahat sebentar
sebelum dilakukan pemeriksaan, karena aktivitas ibu akan menimbulkan kenaikan
tekanan darahsehingga hasilnya menjadi tidak akurat.
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
TFU dapat digunakan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
janin. Mengukur TFU bisa menggunakan jari pada kehamilan ˂ 22 minggu dan
menggunakan pita cm pada kehamilan ≥ 22 minggu.
4. Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap
Imunisasi TT yang diberikan pada ibu hamil sangat bermanfaat untuk
mencegah terjadinya Tetanus Neonatorum.
5. Pemberian Tablet Zat Besi
Minimum 90 tablet selama kehamilan, dimulai dengan memberikan 1
tablet zat besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet zat
besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 micogram.
Minimal masing-masing 90 tablet zat besi. Tablet zat besi sebaiknya tidak
diminum bersama teh atau kopi karena akan mengganggu penyerapan. Anjurkan
ibu mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C bersamaan dengan
mengkonsumsi tablet zat besi karena vitamin C dapat membantu penyerapan
tablet zat besi sehingga tablet zat besi yang dikonsumsi dapat terserap sempurna
oleh tubuh.
6. Tes terhadap Penyakit Menular
Wanita termasuk yang sedang hamil merupakan kelompok resiko tinggi
terhadap PMS. PMS dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas terhadap ibu
47

maupun janin yang dikandung. Pada asuhan kehamilan dilakukan anamnesa


kehamilan resiko terhadap PMS meliputi penapisan, konseling, dan terapi PMS.
7. Temu Wicara dalam Rangka Persiapan Rujukan
Dalam temu wicara untuk persiapan rujukan ini melibatkan ibu, suami,
keluarga dan masyarakat.

2.2 Persalinan
2.2.1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yaitu janin, plasenta
dan membrane yang telah dapat hidup di luar kandungan. Dengan bantuan atau
tanpa bantuan ( Sarwono, 2014).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus keluar uterus kedunia luar. Persalinan mencakup proses fisiologis
yang mumungkinkan serangkaian perubahan besar pada ibu untuk dapat
melahirkan janinnya melaui jalan lahir. ( Nurul Jannah, 2017)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan ( 37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pad ibu
maupun janin. ( Nurul Jannah, 2017)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi dengan
proses kelahiran bayi pada letak belakang kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri
berlangsung tanpa bantuan alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam (Nurul Jannah, 2017).
Persalinan normal adalah proses persalinan bersih dan aman serta
mencegah terjadinya komplikasi hal ini merupahkan pergeseran paradigma dari
menunggu terjadinya dan menangani kompikasi menjadi proaktif dalam persiapan
persalinan dan pencegahan komplikasi. Hal ini baru terbukti mampu mengurangi
kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir ( Midwifery Update, 2016).
48

2.2.2. Sebab Sebab Mulainya Persalinan


a. Teori Penurunan Hormon
Penurunan kadar hormon estrogen dan estrogen yang terjadi kira-kira 1-2
minggu sebelum partus dimulai. Progesteron bekerja sebagai penenang bagi otot-
otot uterus dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul
his bila kadar progesteron turun
b. Teori Plasenta Menjadi Tua
Villi korialis mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar estrogen
dan progesteron menurun yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini
akan menimbulkan kontraksi rahim
c. Teori Distensi Rahim
Keadaan uterus yang terus menerus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang
dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta menjadi degenerasi.
d. Teori Iritasi Mekanik
Tekanan pada ganglio servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak
dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, kontraksi uterus akan timbul
e. Induksi Partus
Partus dapat ditimbulkan dengan jalan
1) Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis        
2) servikalisdengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser
3) Amniotomi: pemecahan ketuban
4) Oksitosin drips: pemberian oksitosin menurut tetesan infus
f. Teori Oksitosin
Pada akhir kehamilan kadar oksitosin meningkat di jaringan desidua dan
miometrium karena  menurunnya  hormone  progesterone  yang akan merangsang
pelepasan prostaglandin yang akan menyebabkan kontraksi. Kadar oksitosin ibu
sangat rendah dan tidak banyak berubah sebelum persalinan, produksi oksitosin
oleh hipofisis ibu secara draktis meningkat pada kala I.
49

2.2.3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


1. Passage (jalan lahir)
Adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat
melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal.
Rongga-rongga panggul yang normal adalah: pintu atas panggul hampir
berbentuk bundar, sacrum melebar dan melengkung, promontorium tidak
menonjol kedepan, kedua spina ischiadika tidak menonjol kedalam, sudut arcus
pubis cukup luas (90-100), ukuran conjugatavera (ukuran muka belakang pintu
atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11 cm, ukuran
diameter transversa (ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm, diameter
oblique (ukuran serong pintu atas panggul) 12-14 cm, pintu bawah panggul
ukuran muka melintang 10-10,5 cm.
Bentuk panggul dibagi menjadi 4, yaitu:
a. Panggul gynecoid : paling ideal : 45 %
b. Panggul android : paling pria : 15 %
c. Panggul anthropoid : agak lonjong seperti telu : 35 %
d. Panggul platipeloid : picak, menyempit kearah muka belakang : 5%
Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat menyebabkan
hambatan persalinan apabila: panggul sempit seluruhnya, panggul sempit
sebagian, panggul miring, panggul seperti corong, atau tumor dalam panggul.
Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam jaringan, untuk
dapat melalui bayi dengan mudah jaringan otot-otot halus harus lemas dan mudah
meregang, apabila terdapat kekakuan pada jaringan,maka otot-otot ini akan mudah
ruptur.
Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya disebabkan oleh serviks yang
kaku (pada primi tua primer atau sekunder dan serviks yang cacat atau skiatrik),
serviks konglumer (OUI terbuka, namun OUE tidak terbuka), edema serviks
terjepit diantara kepala dan jalan lahir dan timbul edema), terdapat vaginal
septum, dan tumor pada vagina.
50

Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat
melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal
2. Passanger (janin)
Passanger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan passenger
utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala, karena kepala janin
mempunyai ukuran yang paling besar, 90% bayi dilahirkan dengan letak kepala.
Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan
besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan
1) Tulang tengkorak (Cranium)
a) Bagian muka dan tulang-tulang dasar tengkorak
b) Bagian tengkorak: Os. Frontalis, Os. Sagitalis, Os. Temporalis, Os.
Occipitalis
c) Sutura: sutura Frontalis, Sutura Sagitalis. Sutura Koronaria, Sutura
Lamboidea
d) Ubun-ubun (Fontanel): Fontanel Mayor/bregmatika, Fontanel Minor
a. Fontanel/ubun-ubun. Rongga tulang tengkorak, merupakan
pertemuan beberapa sutura. Fontanel mayor/ fontanel anterior/
ubun-ubun besar. Merupakan pertemuan antara sutura sagitalis,
sutura frontalis, sutura koronaria, berbentuk segiempat panjang.
Fontanel ini menutup pada usia bayi 18 bulan
b. Fontanel minor/fontanela posterior/ubun-ubun kecil. Berbentuk
segi tiga dengan puncak segitiga runcing searah muka janin dan
dasar segitiga searah dengan punggung janin merupakan
pertemuan antara sutura sagitalis dengan sutura lamboidea.
Fontanel ini menutup pada usia 6-8 minggu .
2) Ukuran-ukuran kepala
a. Diameter
a) Diameter occipito frontalis 12 cm
b) Diameter mento occipitalis 13,5 cm
c) Diameter sub occipito bregmatika 9,5 cm
51

d) Diameter biparietalis 9,25 cm


e) Diameter bitemporalis 8 cm
b. Ukuran Cirkumferensial (Keliling)
a) Circumferensial fronto occipitalis 34 cm
b) Circumferensial mento occipitalis 35 cm
c) Circumferensia sub occipito bregmatika 32 cm

3. Kekuatan (Power)
a) Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari
his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu
b) Power merupakan tebaga primer atau kekuatan yang utama yang
dihasilkan oleh adanya kontraksi otot-otot rahim pada persalinan
c) Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebalnya otot-otot rahim
yang terjadi diluar kesadaran (involuter) dan dibawah pengendalian
syaraf simpatik
d) Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang bersifat menetap
setelah adanya kontraksi
e) His yang normal adalah timbulnya mula-mula perlahan tetapi teratur,
makin lama bertambah kuat sampai kepada puncak yang paling kuat
kemudian berangsur-angsur menurun menjadi lemah
f) His tersebut makin lama makin cepat dan teratur jaraknya sesuai dengan
proses persalinan sampai anak dilahirkan
g) His yang normal mempunyai sifat: kontraksi otot rahim mulai dari salah
satu tanduk rahim, kontraksi bersifat simetris, foundal dominan yaitu
menjalar keseluruh otot rahim, kekuatan seperti memeras isi rahim, otot
rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga
terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim, bersifat
involuter yaitu tidak dapat diatur oleh parturient
h) Tenaga meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga sekunder yang
berperan dalam persalinan, tenaga ini dilakukan pada saat kala II dan
untuk membantu mendorong bayi keluar, tenaga ini berasal dari otot
52

perut dan diafragma. Meneran memberikan kekuatan yang sangat


membantu dalam mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul
i) Persalinan akan berjalan normal, jika his dan tenaga meneran ibu baik
Dalam melakukan observasi pada ibu-ibu bersalin hal-hal yang harus
diperhatikan dari his:
1) Frekuensi His
Jumlah his dalam waku tertentu biasanya permenit atau persepuluh menit
2) Intensitas His
Kekuatan his diukur dalam mmHg. Intensitas dan frekuensi kontraksi
uterusbervariasi selama persalinan, semakin meningkat waktu pesalinan semakin
maju. Telah diketahui bahwa aktifitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut
berjalan-jalan sewaktu persalian masih dini.
3) Durasi atau Lama his
Lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik, misalnya selama 40 detik
4) Datangnya His
Apakah datangnya sering, teratur atau tidak
5) Interval
6) Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap 2 sampai
3 menit
7) Aktivitas His
Frekuensi x Amplitudo diukur dengan unit Montevideo
Pembagian his:
a. His Pendahuluan
b. His Pembukaan (Kala I)
c. His Pengeluaran (His mengedan) (Kala II)
d. His Pelepasan uri (Kala III)
e. His Pengiring (Kala IV)
f. His Palsu
8) Kelainan his dan tenaga meneran dapat disebabkan karena hypotonic/atonia
uteri dan hypertonic/tetania uteri
53

Kelainan kekuatan his dan meneran, dapat disebabkan oleh:


1) Kelainan kontraksi rahim
a. Inersia uteri primer dan sekunder
His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal yang terbagi
menjadi:
a) Inersia uteri primer: apabila sejak semula kekuatannya sudahlemah
b) Inersia sekunder: his pernah cukup kuat tapi kemudian lemah.
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan,
bagianterendah dapat kaput dan mungkin ketuban telah pecah. His yang
lemah dapatmenimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin sehingga
memerlukankonsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit, puskesmas
atau ke dokter spesialis
2)   Tetania uteri dapat mengakibatkan partus presipitatus,
asfiksiaintrauterin  sampai kematian janin dalam rahim. Tetania uteri ialah his
yang terlalu kuat dan sering, sehingga tidak terdapat kesempatan reaksi otot
rahim.
3)    Inkoordinasi kontraksi otot rahim yang disebabkan karena usia terlalu tua,
pimpinan persalinan salah, induksi persalinan salah, induksi persalinan rasa
takut dan cemas. Keadaan Inkoordinasi otot rahim dapat menyebabkan
sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan  pembukaan atau
pengeluaran janin dari dalam rahim
d)   Kelainan tenaga meneran, seperti mengalami kelelahan dan salah dalam
pimpinan meneran pada kala I

4. Psikis (Psikologi Ibu)


Keadaan psikologi adalah keadaan emosi, jiwa, pengalaman, adat istiadat,
dan dukungan dari orang orang tertentu yang dapat mempengaruhi proses
persalinan. Banyak wanita normal dapat merasakan kegairahan dan kegembiraan
saat merasa kesakitan awal menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif ini
berupa kelegaan hati, seolah olah pada saat itulah benar benar terjadi realitas
”kewanitaan sejati”, yaitu munculnya perasaan bangga mampu melahirkan atau
54

memproduksi anaknya. Khususnya perasaan lega itu berlangsung bila


kehamilannya mengalami perpanjangan waktu. Mereka seolah mendapat
kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “ keadaan yang
belum pasti “ sekarang menjadi hal yang nyata.
Kondisi psikologis ibu melibatkan emosi dan persiapan intelegtual,
pengalaman tentang bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dan dukungan dari orang
terdekat pada kehidupan ibu. Psikologis ibu dapat mempengaruhi persalinan
apabila ibu mengalami kecemasan, stres, bahkan depresi. Hal ini akan
mempengaruhi kontraksi yang dapat memperlambat proses persalinan. Disamping
itu, ibu tidak siap secara mental juga akan sulit diajak kerja sama dalam proses
persalinannya. Untuk itu sangat penting bagi bidan dalam mempersiapkan mental
ibu menghadapi proses persalinan.

5. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan dimana Bidan
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
janin. Proses tergantung dari kemampuan atau keterampilan dan kesiapan
penolong dalam menghadapi proses persalinan.
Yang perlu diingat oleh bidan adalah persalinan merupakan proses alamiah. Oleh
sebab itu, bidan tidak boleh melakukan intervensi yang tidak perlu bahkan
merugikan. Setiap tindakan yang akan diambil harus lebih mementingkan manfaat
daripada kerugiannya.

2.2.4.  Perubahan Fisiologi Persalinan


a. Perubahan Fisiologi Kala I
1. Sistem Reproduksi
Kala I dimulai dari munculnya kontraksi persalinan yang ditandai dengan
perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan pembukaan serviks
lengkap.
Pada kala I terjadi berbagai perubahan pada sistem reproduksi wanita,
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Segmen Atas Rahim (SAR) atau SBR
55

Saat SAR berkontraksi, ia akan menjadi tebal dan mendorong janin keluar,
sedangkan SBR serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi menjadi
saluranyangtipis dan teregang yang akan dilalui oleh bayi.
b. Uterus
Kontraksi uterus bertanggung jawab terhadap penipisan dan pembukaan
serviks,serta pengeluaran bayi dalam persalinan, kontraksi uterus saat
persalinan sangatunik karena kontraksi ini merupakan kontraksi otot yang
menimbulkan rasa yangsangat sakit.
c. Perubahan pada servik
a) Pendataran, adalah pemendekan dari kanalis servikalis, yang
semulaberupa  saluran yang panjangnya beberapa milimeter sampai 3
cm.
b) Pembukaan, dibagi menadi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif. Fase
laten yang  dimulai pada pembukaan serviks mencapai 3 cm. Pada fase
ini kontraksi uterus meningkat. Frekuensi, durasi, dan intensitasnya
setiap 10-20 menit, lama 15- 20 detik dengan intensitas cukup menjadi
5-7 menit, lama 30 – 40 detik dan dengan intensitas yang kuat. Fase
aktif, fase yang dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir
sampai pembukaan serviks mencapai 10 cm. Pada fase ini
kontraksi  uterus menjadi efektif ditandai dengan meningkatnya
frekuensi, durasi dan kekuatan kontraksi. Di akhir fase aktif, kontraksi
berlangsung antara 2-3 menit sekali selama 60 detik, dengan kekuatan
lebih dari 40 mmHg.
Fase aktif dibagimenjadi 3 fase yaitu :
1. Fase akselerasi, dari pembukaan 3 menjadi 4 cm
2. Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 menjadi 9 cm
3. Fase deselerasi, dilatasi serviks dari 9 cm menuju pembukaan lengkap (10
cm).
c. Perubahan pada vagina dan dasar panggul, setelah ketuban pecah, segala
perubahan terutama pada dasar panggul ditimbulkan oleh bagian depan
56

janin. Oleh bagian depan yang maju itu, dasar panggul teregang menjadi
saluran dengan dinding dinding yang tipis.
2. Sistem Kardiovaskuler
a. TD meningkat selama kontraksi uterus, sistol meningkat 10-20mmHg dan
diastol meningkat 5-10mmHg. Antara kontraksi, tekanan darah kembali
normal seperti sebelum persalinan.
b. Detak jantung berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak
jantung secara dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak
jantung meningkat dibandingkan sebelum persalinan.
c. Jantung pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan
masuk ke dalam sistem vaskular ibu. Hal ini menyebabkan peningkatan
curah jantung sebesar10-15 %.
d. Hematologi, hemoglobin akan meningkat 1,2 mg/100 ml selama persalinan
dan kembali seperti sebelum persalinan pada hari pertama post partum.
Asalkan tidak ada kehilangan darah yang abnormal: waktu koagulasi darah
akan berkurang dan terjadi peningkatan plasma; gula darah akan
berkurang.
3. Sistem Pencernaan
Metabolisme karbohidrat aerob maupun anaerob akan meningkat secara
terus menerus, motilitas lambung dan penyerapan makanan padat secara substansi
berkurang sangat banyak selama persalinan, rasa mual dan mual muntah biasa
terjadi sampai berakhirnya kala I persalinan, persalinan mempengaruhi sistem
saluran cerna wanita, bibir dan mulut menjadi kering akibat wanita bernafas
melalui mulut, dehidrasi, dan sebagai respon emosi terhadap persalinan.
4. Suhu Tubuh
Suhu tubuh selama persalinan akan meningkat, hal ini terjadi karena
terjadinya peningkatan metabolisme. Peningkatan suhu tubuh tidak boleh
melebihi 37,5°C.
5.  Sistem Pernafasan
Peningkatan laju pernafasan selama persalinan adalah normal, hal ini
mencerminkan adanya kenaikan metabolisme.
57

6.  Sistem Perkemihan
Protein uria yang sedikit (+1) dianggap normal dalam persalinan. Pada
trimester ke 2, kandung kemihmenjadi organ abdomen. Selama persalinan, wanita
dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat berbagai alasan:
odema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi, dan
rasa malu. Poliuria sering terjadi selama kehamilan, mungkin disebabkan oleh
peningkatan curah jantung, peningkatan filtrasi dalam glomerulus, dan
peningkatan aliran plasma darah.
7.  Perubahan Endokrin
Sistem endokrin akan diaktifkan selama persalinan dimana terjadi
penurunan kadar progesteron dan kadar estrogen, prostaglandin dan oksitosin.
8.  Perubahan Integumen
Adaptasi integumen khususnya distensibilitasi yang besar pada introitus
vagina yang terbuka.
9.  Perubahan Muskuluskeletal
Sistem muskuluskeletal mengalami stres saat persalinan, keletihan, protein
uria (+1), dan kemungkinan pengangkatan suhu menyertai peningkatan aktifitas
otot yang menyolok.
10. Perubahan Psikologi pada Ibu Bersalin pada Kala I
Oleh karena rasa nyeri dalam persalinan sudah menjadi pokok
pembicaraan di antara wanita sejak zaman dahulu, banyak calon ibu menghadapi
kehamilan dan kelahiran anaknya dengan perasaan takut dan cemas, ketakutan
dapat berpengaruh pada his dan pembukaan.(Rohani, 2014)

b.Perubahan Fisiologi Kala II


Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II dikenal juga sebagai kala
pengeluaran.
Tanda dan gejala bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah
58

1.  Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi


2.   Perineum menonjol
3. Ibu kemungkinan merasa ingin BAB karena meningkatnya tekanan
pada  rectum atau vaginanya
4. Vulva, vagina, dan sfingter ani membuka
5. Jumlah pengeluaran lendir dan darah dan air ketuban meningkat
Diagnosis kala II persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan
dalam yang menunjukkan pembukaan serviks telah lengkap, atau terlihatnya
bagian kepala bayi di introitus vagina. Pada kala II, his menjadi lebih kuat dan
lebih cepat, kira kira 2-3 menit sekali. Karena biasanya dalam kala ini kepala janin
sudah masuk diruang panggul, maka saat his tekanan pada otot otot dasar panggul
yang secara refleks menimbulkan rasa ingin mengedan. Ibu bersalin juga
merasakan tekanan pada rectum yang menimbulkan perasaan ingin defekasi.
Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka.labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin dapat di
vulva pada saat his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi kepala janin tidak
masuk lagi diluar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan yang maximal
kepala janin akan dilahirkan menyusul bahu, dan seluruh badan bayi.

d. Perubahan Fisiologi Kala III


Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongg uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat
perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka
plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah
lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
Terbagi dalam 2 tahap pada kelahiran plasenta, yaitu terlepasnya plasenta
dari implantasinya pada dinding uterus dan pengeluaran plasenta dari dalam
kavum uteri. Setelah bayi lahir, uterus masih mengadakan kontraksi yang
mengakibatkan penciutan permukaan permukaan uteri tempat implantasi plasenta.
Oleh karena tempat implantasi, plasenta semkin kecil, sedangkan ukuran plasenta
tidak berubah, maka plasenta akan menekuk, menebal, kemudian dilepaskan pada
59

dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau
bagian aatas vagina.
Tanda tanda lepasnya plasenta :
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum
miometrium mulai      berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh (diskoit)
dan tinggi fundus biasanya turun  hingga dibawah pusat. Setelah uterus
berkontraksi dan plasenta terdorong kebawah, uterus  menjadi bulat dan
fundus berada diatas pusat (sering kali mengarah kesisi kanan).
b) Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur
melalui vulva  dan vagina (tanda ahfeld)
c) Semburan darah tiba tiba. Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan
membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu gaya
gravitasi. Semburan darah yang tiba-tiba menandakan bahwa darah yang
terkumpul diantara tempat melekatnya plasenta dan permukaan maternal
plasenta (darah retroplasenter), keluar melalui tepi plasenta yang  terlepas.

Manajemen aktif kala III


Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi
uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah
pendarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika
dibandingkan dengan penatalaksaan fisiologi. Sebagian besar kasus kesakitan dan
kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dimana
sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang seharusnya
dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala tiga.

Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala tiga:


a. Persalinan kala tiga yang lebih singkat
b. Mengurangi jumlah kehilangan darah
c. Mengurangi kejadian retensio plasenta
Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama:
a. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
60

c. Masase fundus uteri

d.Perubahan Fisiologi Kala IV


1. Uterus
Setelah kelahiran plasenta, uterus secara normal ditemukan berada pada
garis tengah abdomen kira-kira 2/3-3/4 antara simpisis pubis dan umbilikus.
Uterus yang ditemukan di atas umbilikus merupakan indikasi penggumpalan
darah di uterus, yang perlu di tekan dan dikeluarkan. Uterus yang di temukan
diatas umbilikus dan pada satu sisi,biasanya sisi kanan,mengindikasikan kandung
kemih yang penuh. Pada keadaan tersebut kandung kemih harus dikosongkan.
Kandung kemih yang penuh menggantikan uterus dari posisinya dan mencegah
uterus berkontraksi seperti seharusnya, dan menyebabkan perdarahan yang lebih
banyak.
Uterus harus keras terhadap sentuhan. Uterus yang lembut dan boggy
adalah hipotonik dan tidak berkontraksi sebagaimana dan seharusnya oleh sebab
itu,perdarahan lebih banyak terjadi.Atonia uteri merupakan penyebab utama
perdarahan post partum. Uterus yang kokoh merupakan indikasi dari hemostatis
uterin yang efektif, yang merupakan efek dari kontraksi uterus. Ketika
berkontraksi serat otot pada miometrium berperan sebagai ligatur terhadap
pembuluh darah terbuka pada tempat plasenta dan perdarahan dikontrol secara
alami. Secara normal,trombus tidak terbentuk dalam pembuluh darah pada
miometrium tetapi terbentuk dalam pembuluh darah distal di desidua.
2. Serviks, vagina dan perineum
Ketiga bagian ini diperiksa terutama untuk mengetahui adanya laserasi
atau lecet.Inspeksi serviks merupakan prosedur yang tidak nyaman bagi
ibu,tindakan ini hanya dilakukan jika diindikasikan. Segera setelah melahirkan
plasenta, serviks patulous, tebal, dan terkulai. Jika terdapat bibir anterior
sebelumnya selama persalinan akan jelas pada inspeksi servikal karena lebih
edema daripada bagian serviks lainnya.
3. Plasenta, Membran, dan Korda Umbilikus
61

Inspeksi dan evaluasi plasenta, membran, dan korda umbilikus


memerlukan kemampuan bidan untuk mengidentifikasi tipe yang berbeda dari
penyisipan plasenta dan korda.Inspeksi dilakukan untuk mendiagnosis normalitas
plasenta, penyisipan plasenta, untuk memantau abnormalitas, untuk memastikan
apakah plasenta dan membran telah lahir dengan sempurna. Oleh sebab itu,
seorang bidan harus mengetahui parameter normal agar mampu mengenali
penyimpangan dari keadaan yang normal. Penyebab dari penyimpangan tidak
selalu diketahui dan arti penyimpangan dari yang normal mungkin bukan pada
penyebabnya tetapi pada potensi masalah yang ada. Semua ini merupakan data
dasr yang penting untuk pemeriksaan plasenta dan membran.
Plasenta normal beratnya kurang lebih 500 gram, kira-kira seperenam dari
berat bayi yang baru lahir. Plasenta bervariasi dalam bentuk, biasanya diskoid
(datar atau melingkar) dengan rata-rata diameter 15-20cm dan ketebalan rata-rata
1,5-3cm. Permukaan maternal dari plasenta meupakan sisi plasenta yang
menempel pada dinding uterin. Umumnya berwarna merah gelap ( umumnya di
sebabkan oleh hemoglobin fetus ), ditutupi oleh lapisan tipis ke abu-abuan desidua
basalis, lembut dan rapuh ika robek. Terdapat banyak variasi dari kotiledon
jaringan fibrosa dan berjalin dengan pembuluh darah yang berjumlah besar.
Permukaan plasenta vetus adalah sisi yang berbeda di depan vetus yang
tertutupi membran vetus yang mengkilap yang memanjang dari luar plasenta
sampai kantong membran yang berlapis dua sehingga vetus tertutupi. Lapisan luar
atau korion dan lapisan dalam atau amnion dapat berpisah untuk penyisipan tali
umbilikus. Sulit untuk memisahkan korion dari permukaan plasenta vetus. Korion
lebih mudah robek, lebih buram, lebih tebal dari lapisan dalam, amnion berkilau
transparan. Permukaan plasenta vetus tidak beraturan karena percabangan
pembuluh darah plasenta dari tali umbilikus. Berwarna ke abu-abuan, meskipun
dapat terlihat melalui membran kecuali terdapat infark.
Perubahan degeneratif pada plasenta secara normal diaamati sebagai
infark. Infark ini keras, regular,area keputih-putihan yang dapat di temukan pada
permukaan plasenta maternal atau plasenta fetus yang bervariasi dalam ukuran
dari beberapa millimeter sampai beberapa centimeter. Seringnya sedikit
62

pengapuran juga dikeramati pada permukaan plasenta maternal. Infark ini teras
seperti berpasir ketika di sentuh dan normalnya dapat di sebar di seluruh
permukaan plasenta maternal dalam ukuran yang sedang. Perkembangan
perubahan degeneratif yang beralasan ini (pembentukan infark dan sedikit
pengapuran) adalah bagian normal dari proses penuaan plasenta

2.2.5. Perubahan psikologis Persalinan


a) Banyak wanita normal merasakan kegairahan dan kegembiraan di saat
merasakan kasakitan pertama menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif
ini berupa kelegaan hati, seolah- olah pada saat itu terjadi suatu realistas
kewanitaan sejati yaitu munculnya rasa bangga melahirkan atau memproduksi
anaknya. Mereka seolah- olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang
semula dianggap sebagai suatu keadaan yang belum pasti ini benar- benar
akan terjadi atau terealisasi secara konkrit.
b) Seorang wanita dalam proses kelahiran bayinya merasa tidak sabar mengikuti
irama naluria, dan mau mengatur sendiri, biasanya mereka menolak nasehat-
nasehat dari luar. Sikap-sikap yang berlebihan ini pada hakekatnya
merupakan ekspresi dari mekanisme melawan kekuatan. Selanjutnya, jika
proses kesakitan pertama menjelang kelahiran ini disertai banyak ketegangan
batin dan rasa cemas atau kekuatan yang berlebihan, atau disertai
kecenderungan yang sangat kuat lebih aktif dan mau mengatur sendiri proses
kelahiran bayinya maka proses kelahiran bayi dapat menyimpang dari normal
dan spontan, serta prosesnya akan terganggu dan merupakan kelahiran yang
abnormal. Sebaliknya, jika wanita yang bersangkutan sangat pasif atau
menyerah, keras kepala, dantidak bersedia memberikan partisipasi sama
sekali, maka sikap ini dapat memperlambat proses pembukaan dan
pendataran serviks, juga mengakibatkan his sangat lemah bahkan berhenti
secara total dan proses kelahiran menjadi sangat terhambat dan harus di akhiri
dengan pembedahan sesar.
c) Wanita mungkin menjadi takut dan khawatir jika ia berada pada lingkungan
yang baru/ asing, diberi obat, lingkungan RS yang tidak menyenangkan, tidak
mempunyai otonomi sendiri, kehilangan identitas dan kurang perhaian.
63

Beberapa wanita menganggap persalinan lebih tidak realistis sehingga mereka


merasa gagal dan kecewa.
d) Pada ibu multigravida sering khawatir/ cemas terhadap anak-anaknya yang di
tinggal di rumah. Dalam hal ini bidan dapat berbuat banyak untuk
menghilangkan kecemasan ini. Suami atau pasangan dapat memberikan
perhatian dan tempat mereka untuk berbagi. Banyak hal yang mempengaruhi
pasangan dalam memberikan perhatian diantaranya status social atau gender.
Beberapa wanita menjadi kuatdan mampu melalui proses persalinan dengan
dukungan dari pasangan. Perhatian pasangan merupakan hal paling dasar
yang menjadi kebutuhan seorang wanita dalam proses persalinan ini.
Pendekatan dan motivasi pada pasangan dapat dilakukan oleh bidan sejak
ANC yang dilakukan untuk membangun kekuatan mengungkapkan perhatian
yang menjadi kebutuhan seorang wanita dalam menghadapi persalinan. Ini
akan sangat berpengaruh terhadap apa yang mereka lakukan pada bayi
mereka.

2.2.6. Bidang Hodge, Station,Ukuran dan Jenis Panggul


a. Bidang Hodge
a. Bidang hodge I :  dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
symphisis  danpromontorium
b. Bidang hodge II : sejajar dengan hodge I setinggi pinggir bawah
symphisis
c. Bidang hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan
dan kiri
d. Bidang hodge IV : sejajar hodge I,II dan III setinggi os cocigis

b. Stasion bagian presentasi atau derajat penurunan


a) Stasion 0 : sejajar spina ischiadicha
b) Stasion 1 : 1 cm diatas spina ischiadica dan seterusnya sampai
Stasion 5
c) Stasion -1 : -1 cm di bawah spina ischiadica sampai Stasion -5
64

c. Ukuran-ukuran panggul
1. Ukuran luar panggul
a. Distansia spinarum: jarak antara kedua spina illiaka anterior superio
kanan dan kiri: 24-26 cm
b. Distansia cristarum: jarak antara kedua crista illiaka kanan dan kiri:
28-30 cm
c. Kunjugata externa (Boudeloque): jarak dari pinggir atas sympisis ke
prosesus spinosus lumbal 5: 18-20 cm
d. Lingkar panggul: jarak dari pinggir atas pubis ke crista illiaka melalui
spina illiaka ke prosesus spinosus lumbal 5 kanan dan kiri: 80-90 cm
2. Ukuran dalam panggul
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh
promontorium, linea innominata, dan pinggir atas sympisis pubis
a. Konjugata vera: dengan periksa dalam diperoleh konjugata diagonalis
10,5-11 cm
b. Konjugata transversa 12-13 cm
c. Konjugata oblique 13 cm
d. Konjugata obstetrica adalah jarak bagian tengah sympisis ke
promontorium
d. Jenis panggul
Berdasarkan pada ciri-ciri bentuk pintu atas panggul, ada 4 bentuk pokok
jenis panggul
a. Ginekoid (tipe wanita klasik)
b. Android (mirip panggul pria)
c. Antropoid (mirip panggul kera)
d. Platipeloid (panggul pipih)
e. Pintu panggul
a. Pintu atas panggul (PAP)disebut Inlet dibatasi oleh promontorium,
lineainominata dan pinggir atas symphisis
65

b. Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut


midlet
c. Pintu bawah panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut
outlet
d. Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet dan
outlet

2.2.7. Batasan Persalinan
a. Kala I
Persalinan kala I (satu) dimulai dari pembukaan 1cm sampai 10cm (lengkap).
Fase-fase persalinan kala I

Kala I fase laten :
a. Pembukaan serviks kurang dari 3 cm
b. Serviks membuka perlahan selama fase ini
c. Fase laten biasanya berlangsung tidak lebih dari 7- 8 jam
Kala I fase aktif :
a) Periode akselerasi berlangsung 2 jam pembukaan 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat
menjadi 9 cm
c) Periode deselerasi berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan
menjadi 10 cm atau lengkap
b. Kala II
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan lengkap sampai lahirnya seluruh
tubuh janin.
Tanda  dan gejala persalina kala II, didapatkan hal-hal berikut ini:
a. Ibu ingin meneran
b. Perineum menonjol
c. Vulva dan anus  membuka
d. Meningkatnya pengeluaran  darah dan lendir
e.  Kepala telah turun di dasar panggul
66

Diagnosis pasti persalinan kala II adalah bila saat dilakukan pemeriksaan


dalam didapatkan:
a.   Pembukaan serviks lengkap
b.   Kepala bayi terlihat pada introitus vagina

c. Kala III
Persalinan kala III (tiga) dimulai setelah bayi lahir sampai plasenta lahir.
Normalnya pelepasan plasenta berkisar ± 15-30 menit setelah bayi lahir.Pada
persalinan kala III myometrium akan berkontraksi mengikuti berkurangnya
ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Pengurangan ukuran
uterus ini menyebabkan pula berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta.
Karena tempat perlekatan menjadi kecil sedangkan ukuran plasenta tidak berubah,
maka plasenta akan terlepas dari dinding uteri setelah plasenta terpisah, ia akan tur
un ke segmen bawah  rahim.
Tanda-tanda  pelepasan  plasenta
     a.   Bentuk uterus globuler
    b.  Tali  pusat  bertambah panjang  (tanda afeld)
    c.   Semburan darah tiba-tiba.
Cara pelepasan plasenta ada 2 :
a. Secara Schultze
Pelepasan dimulai pada bagian tengah, dari satu titik dan merosot ke
vagian melalui lubang dalam kantong amnion, permukaan fetal plasenta muncul
pada vulva dengan selaput ketuban yang mengikuti di belakang seperti payung
terbalik saat terkelupas dari dinding uterus. Permukaaan maternal plasenta tidak
terlihat dan bekuan darah berada dalam kantong yang terbalik. Kontraksi dan
retreksi otot uterus yang menimbulkan pemisahan plasenta juga menekan
pembuluh darah dengan kuat dan mengontrol perdarahan ( Nurul Jannah, 2017).
b. Secara Duncan
Pelepasan dimulai dari pinggir plasenta. Plasenta turun melalui bagian
samping dan masuk ke vulva dengan pembatas lateral terlebih dahulu seperti
kancing yang memasuki lubang baju, sehingga bagian plasenta tidak berad dalam
kantong. Walaupun demikian, bagian selaput ketuban berpotensi tertinggal
67

dengan metode ini karena selaput ketuban tersebut tidak terkelupas semua
selengkap metode schultze. Metode ini berkaitan dengan plasenta letak rendah
dalam uterus. Proses pelepasan berlangsung lebih lama dan darah yang hilang
sangat banyak karna hanya ada sedikit serat oblik di bagian bawah segmen
( Nurul Jannah, 2017 ).

d. Kala IV
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 1 jam setelah itu
Pemantauan pada kala  IV  :
a.   Kelengkapan plasenta dan  selaput ketuban
b.   Perkiraan pengeluaran darah
c.   Laserasi atau luka  episiotomi pada perineum dengan  perdarahan aktif
d.   Keadan umum dan tanda-tanda vital ibu

2.2.8. Bishopscore
1. Pengertian
a. Suatu cara untuk menilai kematangan serviks dan responsnya terhadap
suatu persalinan
b. Merupakan suatu klasifikasi objektif untuk memilih pasien yang
memenuhi syarat untuk persalinan pervaginam atau perabdominam.
2. Lima kondisi yang dinilai dari serviks
a. Pembukaan (Dilatation)
b. Pendataran (Effacement)
c. Penurunan kepala janin (Station)
d. Konsistensi (consistency)
e. Posisi Ostium Uteri (Position)
3. Keberhasilan induksi persalinan
a. Skor Bishop 0-4:Angka keberhasilan induksi persalinan 50-60%
b. Skor Bishop 5-9 :Angka keberhasilan induksi persalinan 80-90%
c. Skor Bishop >9 :Angka keberhasilan induksi persalinan mendekati 100%
68

Tabel 2.2Bishop Skor


SKOR 0 1 2 3
Pembukaan 0 1-2 3-4 5-6
Serviks (cm)
Pendataran 0-30% 40-50% 60-70% 80%
Serviks %
Station -3 -2 -1 atau 0 +1 atau +2

Konsistensi Kaku Sedang lunak Amat lunak


Serviks
Posisi ostium Posterior Tengah anterior Anterior
Serviks

Bila skor total 6 atau lebih, maka keberhasilan induksi persalinan tinggi,
sedangkan bila kurang dari 6, keberhasilannya rendah.
Pemeriksaan Penilaian serviks
a) Tingkat pendataran serviks biasanya dinyatakan dalam istilah panjang
kanalis serviks dibandingkan dengan serviks yang tidak mengalami pendataran
b) Posisi serviks ditentukan dalam hubungan ps servikalis terhadap kepala janin
dan digolongkan menjadi posterior, posisi tengah dan anterior.
c) Bersamaan dengan posisi, konsistensi serviks ditentukan menjadi lunak, kaku
atau diantara keduanya.

2.2.9. Mekanisme Persalinan


Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah :
1. Penurunan Kepala atau Desensus
a. Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul
biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan
b. Multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan
69

c. Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis


melintang atau serong dengan fleksi yang ringan
Penurunan kepala ini juga disebabkan karena
a. Tekanan cairan intra uterine
b. Kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen
c. Tekanan langsung oleh fundus pada bokong
d. Melurusnya badan anak
Gerakan gerakan penurunan kepala janin
a) Asinklitismus anterior
Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan
lebih rendah dari os parietal belakang.
b) Sinklitismus
Bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara
simpisis dan promontorium
c) Asinklitismus posterior
Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah
dari os parietal depan.
d) Fleksi
Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga
ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan karena
adanya tahanan dari dinding seviks, dinding pelvis dan lantai pelvis.
Disebabkan karena adanya tahanan dari dinding seviks, dinding pelvis dan
lantai pelvis diameter suboccipito frontalis (11 cm) menjadi diameter
suboccipito bregmatika (9,5 cm) .
e) Rotasi dalam (Putaran Paksi Dalam)
Adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian
terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis. Rotasi
penting untuk menyelesaikan persalinan, karena rotasi dalam merupakan suatu
usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya
bidang tengah dan pintu bawah panggul
f) Ekstensi
70

Sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas
sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melewatinya.
Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul tidak
melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat
menembusnya.
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat
pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas
perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan
gerakan ekstensi.
g) Putaran Paksi Luar
Restitusi yaitu kepala bayi memutar kembali ke arah punggung anak untuk
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam
h) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi
hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir,
selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.

2.2.10. Asuhan Persalinan
1) Pemeriksaan dan Tindakan Kala I
Persalinan kala I (satu) dimulai dari pembukaan 1cm sampai 10cm (lengkap)
a. Pemeriksaan kala I fase laten
Fase laten ini paling lama, untuk menentukan pembukaan serviks dan kemajuan
persalinan
Pemeriksaan:
a) Pembukaan 1- 3 cm
b) Kontraksi uterus setiap 15- 30 menit, durasi 15-30 detik
Tindakan:
1. Motivasi agar si ibu dan suami nya turut dalam proses perawatan
2. Bantu memberi rasa nyaman, atur posisi dan ajak ibu jalan- jalan
3. Beritahu ibu dan suami nya tentang kemajuan persalinan
4. Berikan ibu cairan
71

5. Suruh buang air kecil tiap 1- 2 jam

b. Pemeriksaan kala I fase aktif akselerasi


Pemeriksaan:
a) Pembukaan serviks 4- 5 cm
b) Kontraksi uterus 15- 30 menit, durasi 30-60 detik, kekutan sedang
Tindakan :
1. Menganjurkan mempertahankan pernafasan efektif
2. Pastikan Keadan sekitar kondusif
3. Beritahu kepada ibu dan suaminya tentang kemajuan persalinan
4. Berikan kenyamanan dengan menggosok punggung, sacrum yang tertekan,
berikan bantal untuk menyokong dan perubahan posisi.
5. Beritahu suami nya untuk membantu masase
6. Berikan cairan kepada ibu.
7. Buang air kecil setiap 1-2 jam
c. Pemeriksaan Kala I dilatasi maksimal
Pemeriksaan:
a) Pembukaan laten 6 - 9 cm
b) Uterus berkontraksi 3-5 menit lamanya 45-60 detik, kontraksi kuat
Tindakan:
1. Suruh ibu istirahat di antara kontraksi
2. Pada waktu ibu bangun, pada permulaan kontrasi ajari ibu agar bernafas
3. Laporkan kepada ibu dan suami nya tentang kemajuan persalinan
4. Menjaga privasi pasien
d. Pemeriksaan Kala I aktif Deselarasi
Pemeriksaan:
a) Pembukaan 9 - 10 cm
b) Kontraksi uterus 1-2 menit durasi 45- 60 detik kontraksi kuat
Tindakan:
1. Monitor vital sign dan DJJ
72

2. Periksa DJJ sebelum, sewaktu, dan setelah kontraksi harus 120- 160
x/menit
3. Monitor kontraksi uterus dengan cara mempalpasi, catat kontraksi, durasi,
dan kekuatan
4. Periksa pembukaan serviks dan eplasme
5. Periksa presentase fetus dan posisi fetus secara manual Leopold
2)   Pemeriksaan dan Tindakan Kala II
Pemeriksaan:
1. Pembukaan lengkap
2. Kepala fetus turun melalui jalan lahir
3. Kontraksi uterus 2-3 menit, durasi 60-70 detik, kontraksi kuat
4. Darah keluar bertambah banyak
5. Ibu merasa ingin mengedan, sebab itu periksa ibu harus kuat mengedan
Tindakan:
1. Periksa tiap 5 menit
2. Tanda-tanda vital
3. Periksa DJJ sebelum, sewaktu, setelah kontraksi, 120-160 x/ menit teratur
4. Monitor kontrasi uterus
5. Beritahu ibu dan suami nya tentang kemajuan persalinan
6. Pertahankan privasi pasien
7. Tetap berikan cairan
8. Bantu si ibu untuk mengubah posisi untuk memberi rasa nyaman seperti
posisi litotomi, semi fowler dan knechesst
9. Monitor tanda –tanda persalinan seperti ibu merasa seperti mau BAB.
10. Monitor tanda- tanda bersalin, perineum menonjol atau kepala fetus sudah
mulai keluar.
11. Persiapkan kelahiran
c)   Pemeriksaan dan Tindakan Kala III
Pemeriksaan:
1. Kontraksi uterus sampai plasenta keluar
2. Pelepasan plasenta dan keluarnya plasenta
73

3. Keluarnya plasenta 5- 30 menit sesudah bayi lahir


4. Schultze Mekanisme
Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari plasenta dan terjadi hematoma
retroplasentair yang selanjutnya mengangkat plasenta dari dasarnya.
Plasenta dengan hematoma diatasnya sekarang jatuh kebawah dan menarik
lepas selaput janin. Bagian plasenta yang tampak pada vulva adalah
permukaan foetal sedangkan hematoma sekarang berada dalam kantong
yang berputar balik. Pada pelepasan secara schultze tidak ada perdarahan
sebelum plasenta lahir atau sekurang-kurangnya terlepas seluruhnya. Baru
seluruh plasenta lahir darah sekonyong-konyong mengalir. Pelepasan
secara schultze paling sering kita jumpai
5. Duncan Mekanisme
Pelepasan dimulai dari pinggir plasenta. Darah mengalir antara selaput
janin dan dinding rahim, jadi perdarahan sudah ada sejak sebagian dari
plasenta lepas dan terus berlangsung sampai plasenta lepas secara
keseluruhan. Pelepasan secara ducan sering terjadi pada plasenta letak
rendah (Yevi marliadiani, 2015)
Tindakan:

1. Pemeriksaan TTV
2. Pemeriksaan kontraksi
3. Menjelaskan kepada orang tua tentang pengeluaran plasenta
4. Setelah keluar plasenta fundus tetap keras dan terletak 2 jari dibawah
umbilicus
5. Periksa plasenta, kotiledon lengkap dan membran atau selaput amnion
harus membalik.
6. Periksa ibu apakah menggigil dan berikan selimut
7. Lakukan bounding attachment
d)   Pemeriksaan dan Tindakan Kala IV
Masa dari 1- 2 jam setelah partus
Pemeriksaan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Pengeluaran darah pervaginam/lochea
74

3. Pantau kondisi uterus, serta tinggi fundus uterus


4. Pantau tanda-tanda bahaya nifas seperti keluhan ssakit kepala, nyeri
yang berlebihan.
5. Pemantauan pemberian ASI
Tindakan:
a. Memeriksa TD, nadi, keadaan kandung kemih tiap 15 menit selama 1
jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan. Memeriksa suhu tubuh ibu pada jam pertama setiap 15
menit dan jam kedua setiap 30 menit.
b. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam:
a) -3 kali dalam 15 menit pertamam pasca persalinan
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan
yang sesuai untuk menataksana atonia uteri
e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan lakukan
penjahitan dengan anestesi lokal dan gunakan teknik yang sesuai
c. Mengajarkan pada ibu dan keluarga melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi .
d. Memantau ibu dengan terus menanyakan kepadanya, apa yang di
rasakannya sekarang.

2.3 Nifas
2.3.1 Pengertian Nifas
Masa nifas (puerpurium) dimaknai sebgai periode pemulihan segera
setelah lahirnya bayi dan plasenta serta mencerminkan keadaaan fisiologi ibu,
terutama system reproduksi kembali mendekati keadaan sebelum hamil. Periode
ini berlangsung enam minggu atau berakhir saat kembalinya kesuburan (Reni
Haryani 2015)
Masa nifas (puerperium) di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti ke keadaan sebelu hamil. Masas nifas
75

atau puerperium di mulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu (42 hari) setelah itu . dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah
melahirkan anak ini di sebut puerpurium yaitu kata puer yang artinya bayi dan
parous melahirkan. Jadi puerperim adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. (Reni
Haryani 2015)
Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Sarwono, 2014)
Pengertian Masa Nifas (Puerperium) ialah masa sesudah persalinan yang di
perlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lama nya 6 minggu .
Masa nifas (puerperium) adalah setelah kala IV sampai dengan enam
minggu berikutnya ( pulihnya alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil). Akan tetapi seluruh otot genitalia baru pulih kembali seperti
sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. Masa ini merupahkan periode kritis
baik bagi ibu maupun bayinya maka perlu di perrhatikan (Buku Acuan Midwifery
Update, 2016 ).

2.3.2 Tujuan Masa Nifas


Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk :
1) Memastikan ibu dapat beristirahat dengan baik, istirahat yang cukup dapat
mengembalikan stamina ibu setelah menjalani persalinan sehingga ibu siap
menjalankan kewajibannya memberikan ASI dan merawat bayinya.
2) Mengurangi resiko komplikasi masa nifas dengan melaksanakan observasi
menegakan diagnosis, dan memberikan asuhan secara komprehensif sesuai
kondisi ibu.
3) Mendampingi ibu memahami tentang kebutuhan nutrisi ibu nifas dan
menyusui, kebanyakan, kebutuhan personal hygine untuk mengurangi resiko
infeksi, perawatan bayi sehari-hari, manfaat ASI, posisi menyusui serta
manfaaat KB.
4) Mendampingi ibu, memberikan support bahwa ibu mampu melaksanakan
tugasnya dan merawat bayinya . dengan demikian, saat ibu pulang dari rumah
76

sakit ibu telah siap telah beradaptasi dengan peran barunya. ( Yevi Marliandi
2015 )

2.3.3 Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas


Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas ini, antara lain sebagai:
1) Mengamati dan memantau perubahan yang terjadi secara dini serta mampu
membedakan antara perubahan normal dan abnormal.
2) Sebagai promoter hubungan antara ibu, bayi, dan keluarga.
3) Memotifasi ibu untuk menyusui bayinya secara dini dengan tetap
mempertahankan kenyamanan ibu.
4) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai rencana secara efektif. Aman,
professional, mendeteksi secara dini kompikasi, dan melakukan rujukan
bila perlu.
5) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya nifas, manjaga asupan gizi ibu
nifas dan selama menyusui , serta memperhatikan kebersihan diri.
6) Melakukan komunikasi secara efektif dengan ibu dan keluaraga dalam
upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi dalam pelayanan
kebidanan masa nifas dan menyusui.
7) Mampu memadukan interaksi budaya social dahulu dan sekarang dalam
perawatan asuhan masa nifas. . ( Yelvi Merliandani, 2015 )

2.3.4 Tahapan Masa Nifas


Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerperium dini, puerperium
intermedial, dan remote puerperium.
1) Perpurium dini
Bebrapa jam setelah persalinan, ibu di anjurkan segera bergerak dan turun dari
tempat tidur. Hal ini bermanfaat mengurangi komplikasi kandung kemih dan
konstipasi, menurunkan frekuensi thrombosis dan emboli paru pada masa
nifas.
77

2) Purperium intermedial
Suatu masa yakni kepulihan mennyeluruh dari organ-organ reproduksi internal
maupun eksternal selama kurang 6-8 minggu.
3) Remote puerpurium
4) Waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama bila ibu hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi. Rentang waktu remote puerpurium setiap ibu akan berbeda,
bergantung pada berat ringannya komplikasi yang dia alami selama hamil dan
persalinanan. Waktu sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-
minggu, bulanan, bahkan tahunan. ( Yelvi Merliandani, 2015 )

2.3.5.Kebijakan Program Nasional Masa NIfas


Guna meminimalkan terjadinya komplikasi masa nifas, sekaligus upaya
menurunkan angka kematian ibu pada masa nifas pemerintah membuat suatu
kebijakan yaitu minimal empat kali selama masa nifas ada interaksi anatara ibu
nifas dengan tenaga kesehatan. Tujuan dari program masa nifas adalah sebagai
berikut.
1) Menilai kondisi ibu dan bayi
2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan menggangu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya .
78

Tabel 2.3Kunjungan Masa Nifas


Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam 1) Mencegah perdarahan masa nifas karna atonia
setelah uteri
persalinan 2) Mendeteksi dan perawatan penyebab lain
perdarahan serta melakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut
3) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga
tentang cara mencegah perdarahan yang di
sebabkan oleh atonia uteri.
4) Konseling tentang pemberian ASI awal.
5) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara
ibu dan bayi baru lahir ( bounding attachment )
6) Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan
hipotermia.
7) Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan,
maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk
dua jam pertama setelah kelahiran.
2 6 Hari 1) Memastikan proses involusi uterus berjalan
setelah dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik,
persalinan tinggi fundus uteri ( TFU ) di bawah umbilicus
tidak ada perubahan abnormal.
2) Menilai adanya demam, tanda-tanda infeksi, atau
perdarahan abnoemal
3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
dan cukup cairan
5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar
serta tidak ada tanda-tanda adanya penyulitnya.
6) Memberikan konseling tentang perawatan bayi
baru lahir.
79

3 2 minggu Kunjungan ke dua minggu sama dengan kunjungan


setelah enam hari.
persalinan
4 6 minggu 1) Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu
setelah selama masa nifas.
persalinan 2) Memberikan konseling KB secara dini.
Sumber : Yelvi Merliandi 2015

2.3.6 Anatomi dan Fisiologi Payudara


Bagian-bagian Payudara terdiri dari:
1. Pabrik ASI (alveoli)
1) Berbentuk seperti buah anggur.
2) Didindingnya terdiri dari sel-sel yang memproduksi ASI jika dirangsang
oleh hormon prolaktin.
2. Saluran ASI (duktus lactiferous)
Berfungsi untuk menyalurkan ASI dari pabrik kegudang.
3. Gudang ASI (sinus lactiferous)
Tempat penyimpanan ASI yang terletak dibawah kalang payudara (areola).
4. Otot polos (myoepithel)
1) Otot yang mengelilingi pabrik ASI.
2) Jika dirangsang oleh hormon oksitosin maka otot yang melingkari pabrik
ASI akn mengerut dan menyemprotkan ASI didalamnya.
3) Selanjutnya, ASI akan mengalir kesaluran payudara dan berakhir di
gudang ASI.

2.3.7 Fisiologi Laktasi


Selama masa kehamilan, hormon estrogen dan progesterone menginduksi
perkembangan alveoli dan duktus lactiferous didalam payudara serta merangsang
produksi kolostrum.Produksi ASI tidak berlangsung sampai masa sesudah
kelahiran bayi ketika kadar hormon estrogen menurun.Penurunan kadar estrogen
80

ini memungkinkan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI.Produksi prolaktin


yang berkesinambungan disebabkan oleh menyusunya bayi pada payudara ibu.
Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro endokrin.Rangasangan
sentuhan pada payudara (bayi mengisap) akan merangsang produksi oksitosin
yang menyebabkan kontraksi sel-sel myoepithel. Proses ini disebut sebagai
“reflekks prolaktin” atau milk production reflex yang membuat ASI tersedia bagi
bayinya.Dalam hari-hari dini,laktasi reflex ini tidak dipengaruhi oleh keadaan
emosi ibu.Nantinya, refleks ini dapat dihambat oleh keadaan emosi ibu bila ia
merasa takut,lelah,malu, merasa tidak pasti,atau bila merasakan nyeri.
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus
ke sinus lactiferous. Hisapan merangsang produksi oksitoksin oleh kelenjar hypofi
sis posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel
khusus (sel-sel myoepithel) yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus
laktiverous.Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli
melalui duktus lactiferous menuju sinus lakferous,tempat ASI akan disimpan.Pada
saat bayi mengisap,ASI didalam sinus tertekankeluar, kemulut bayi.Gerakan ASI
dari sinus ini dinamakan let down reflex atau “pelepasan”.Pada akhirnya,let down
dapat dipacu tanpa rangsangan hisapan.Pelepasan dapat terjadi bila ibu mendengar
bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya.
Hal hal yang dapat meningkatkan oksitoksin, antara lain:
1. Ibu dalam keadaan tenang
2. Mencium dan mendengarkan celotehan bayi atau tangisannya
3. Melihat dan memikirkan bayinya dengan perasaan kasih sayang
4. Ayah mengendong bayi dan diberikan kepada ibu saat akan menyusui dan 
menyendawakannya
5. Ayah mengantikan popok dan memandikannya
6. Ayah bermain menggendong, mendendangkan nyanyian,dan membantu pekerj
aan  rumah tangga
7. Ayah memijat bayi
81

Hal-hal yang dapat mengurangi produksi oksitoksin, antara lain:


1. Ibu merasa takut jika menyusui akan merusak bentuk payudara
2. Ibu bekerja
3. Ibu merasa khawatir produksi ASInya tidak cukup
4. Ibu mersa kesakitan,terutama saat menyusui
5. Ibu merasa sedih, cemas,kesal, dan binggung
6. Ibu merasa malu untuk menyusui
7. Suami atau keluarga kurang mendukung dan mengerti ASI
Pelepasan penting sekali bagi pemberian ASI yang baik. Tanpa
pelepasan,bayi dapat menghisap terus menerus,tetapi hanya memperoleh sebagian
dari ASI yang tersedia dan tersimpan di dalam payudara. Bila pelepasan gagal
terjadi berulang kalidan payudara berulang kali tidak dikosongkan pada waktu
pemberian ASI. Refleks ini akan berhenti berfungsi dan laktasi akan berhenti.
Cairan pertama yang diperoleh bayi dari ibunya sesudah dilahirkan adalah
kolostrummengandung campuran yang kaya akan protein mineral dan antibody,
dari pada ASI yang telah “matur”.ASI mulai ada kira-kira pada hari ke 3 atau ke 4
setelah kelahiran bayi dan kolostrum berubah menjadi ASI yang matur kira-kira
15 harisesudah bayi lahir. Bila ibu menyusui sesudah lahir dan bayi diperbolehkan
sering menyusui maka proses produksi ASI akan meningkat.
a. Komposisi GIZI dalam ASI
1) Protein
Dibandingkan dengan komposisi proterin susu mamalia lain, protein ASI
paling rendah berkisar 1,3 g/ml pada bualan pertama dengan rata-rata 1,15
g/100 ml dihitung berdasarkan total nitrogen x 6,25. ASI mengandung whey
protein dan casein.
Casein adalah protein yang sukar dicerna whey protein adalah protein yang
membantu menyebabkan isi percernaan bayi menjadi lebih lembut atau mudah
dicerna oleh usus bayi. Rasio whey-casein yang tinggi pada ASI membantu
pencernaan bayi dengan pembentukan hasil akhir pencernaan bayi yang lebih
lembut dan mengurangi waktu pengosongan gasterbayi. Rasio casein:whey
pada ASI adalah 60:40, sedangkan pada susu sapi dan susu formula adalah
82

20:80 dan 18:8. Disini, tampak bahwa casein dalam ASI hanya separuh dari
susu sapi. Meskipun kedua susu tersebut sama- sama mengandung whey
protein yang baik intuk pencernaan, namun whey ASI terdiri dari
alphalactalbumin yang membantu sintesa laktosa, sedangkan pada susu sapi
terdiri dari beta-lactoglobulin. Disamping alpha-lactalbumin, ASI juga
mengandung 4 unsur penting lainnya,yaitu serum
albumin,laktoferin,immunoglobindan lisozim.
2) Lemak ASI terdiri dari trigliserid (98-99 %) yang dengan ezim lipase akan
terurai menjadi trigliserol dan asam lemak. Enzim lipase tidak hanya terdapat
pada system pencernaan bayi,tapi juga lemak dalam ASI. Lemak ASI lebih
mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. Salah satu keunggulan
lemak ASI adalah kandungan asam lemak esensial,docosabexaenoid (DHA)
arachnoid acid (AA) yang berperan penting dalam pembentukan otak sejak
trimester pertama kehamilan sampai 1 tahun usia anak. Yang merupakan
asam lemak esensial sebenarnya adalah kelompok Omega -3 yang dapat
diubah menjadi DHA dan Omega-6 yang dapat diubah menjadi AA.
Kelebihan ASI dapat terjadi karena ASI selain mengandung N-3 dan N-6, juga
mengandung DHA dan AA. Konsentrasi lemak meningkat dari 2.0g/100ml
paada kolostrum menjadi sekitar 4-4.5g/100ml pada 14 hari persalinan. Kadar
lemak juga bervariasi pada saat baru mulai menyusui (fore milk) menjadi 2-3
kali lebih tinggi pada akhir menyusui (hind milk). Dibandingkan dengan
lemak yang bervariasi konsentrasinya, asam lemak lebih stabil. Dalam ASI,
asam lemak terdiri dari 42% asam lemak jenuh dan 57% asam lemak tak
jenuh, termasuk DHA dan AA yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan
otak bayi dan anak kecil.
3) Vitamin
a. Vitamin yang larut dalam lemak
Vitamin A adalah salah satu vitamin yang penting yang tinggi kadarnya dalam
kolostrum dan menurun pada ASI biasa.ASI adalah sumber vitamin A yang
baik.Dan konsentrasi sekitar 200 IU/dl.Vitamin yang larut dalam lemak
lainnya adalah vitamin D, E, dan K. Konsentrasi vitamin D dan K sedikit
83

dalam ASI.Untuk negara tropis yang dapat cukup sinar matahari, vitamin D
tidak jadi masalah. Vitamin K akan terbentuk oleh bakteri didalam usus bayi
beberapa waktu kemudian.
b. Vitamin yang larut dalam air
Vitamin C, asam nicotinic, B12, B1 (tiamin), B2, (riboflavim), B6(piridoksin),
sangat dipengaruhi oleh makanan ibu, namun untuk ibu dengan status gizi
normal, tidak perlu diberi suplemen.
4) Zat Besi
Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0.5-1.0 mg/Liter), namun bayi
yang menyusui jarang terkena anemia. Bayi lahir dengan cadangan zat besi
dan dan zat besi dari ASI diserap dengan baik (>70%)dibanding dengan
penyerapan 30% dari susu sapidan 10 % dari susu formula.

Tabel 2.4Perbandingan komposisi gizi dan kolostrum, ASI, dan susu sapi.
Zat gizi per 100 ml Satuan Kolostrum ASI (>30 hari) Susu Sapi
Energy Kkal 58 70 65
Protein Gr 2.3 1.1 3.3
Casein Mg 0.5 0.4 0.8
Alpha-Lactalbumin Mg 140 187 -
Lactoferin Mg 330 167 -
Secretory IgA Mg 364 162 -
Lemak G 2.9 2.9 3.8
Lactosa G 5.3 5.3 4.7
Kalsium Mg 28 28 120
Vitamin A mg retinol 151 151 40
Sumber : Ari Sulystyawaty, 2016
5) Zat Anti Infeksi
ASI mengandung anti infeksi terhadap berbagai macam infeksi seperti
penyakit saluran pernafasan atas, diare, dan penyakit saluran pencernaan.  ASI
sering disebut  juga ”darah  putih”  yang
mengandung enzim, immunoglobulin dan leukosit.Leukosit terdiri atas fagosit
84

90% dan limfosit 10%, yang meskipun sedikit dapat memberikan efek
protektif dan signifikan terhadap bayi.Immunoglobulin merupakan protein
yang dihasilkan oleh sel plasma sebagai respon terhadap adanya immunogen
atau antigen (zat yang menstimulasi tubuh untuk memproduksi antibody). Ada
5 macam immunoglobulin: IgA, IgM, IgE,IgD, dan IgG. Dari kelimanya,
secretory IgA (sIgA) disekresi oleh makrofag (disintesa dan disimpan
dipayudara), yang berperan dalam fungsi antibody ASI melalui alur limfosit
(lymphocyte pathway). Antibody IgA yang terbentuk dalm payudara ibu
(melalui ASI) setelah etelah ibu terekspos terhadap antigen disaluran
pencernaan dan saluran pernafasan disebut BALT (bronchus associated
immunocompetent lymphoid tissue) dan GALT (gut associated
immunocompetent lymphoid tissue). Bayi baru mempunyai cadangan IgA
sedikit dan karena itulah ia sangat memerlukan tambahan proteksi SIgA dalam
ASI terhadap penyakit infeksi.
6) Laktoferin
Laktoferin banyak dalam ASI (1-6 mg/ml) tapi tidak dapat dalam susu sapi.
Laktoferin bekerjasam dengan IgA untuk menyerap zat besi dari pencernaan
sehingga menyebabkan terhindarnya suplay zat besi yang dibutuhkan
organism patogenik, seperti Eschericia coli (E.Coli) dan Candida
Albikans.Oleh karena itu, pemberian suplemen zat besi kepada bayi menyusui
harus lebih dipertimbangkan.
7) Faktor bifidus
Factor bifidus dalam ASI meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dalm usus
bayi (Lactobasilus Bifidus) yang melawan pertumbuhan bakteri pathogen
(seperti ShIgela, Salmonella dan E.Coli), yang ditandai dengan PH rendah (5-
6), bersifat asam dari tinja bayi.
8) Lisozim
Lisozim termasuk whey pritein yang bersifat baktriosidal, antiimplamasi, dan
mempunyai kekuatan berapa ribu kali lebih tinggi daripada susu sapi. Lisozim
dapat melawan serangan E.coli dan salmonella,serta lebih unuik dibandingkan
antibody lain karena jika yang lain menurun maka kadar lisozim akan
85

meningkat di ASI setelah bayi berumur 8 bulan. Saat bayi sedang diberikan
makanan pendamping ASI (MP-ASI). Oleh karena itu, kemungkinan terkena
infeksi semakin tinggi.
9) Taurin
Adalah asam amino dalam ASI yang terbanyak kedua dan tidak terdapat
dalam susu sapi. Berfungsi sebagai neurottransmiter dan berperan penting
dalam matur ASI otak bayi. Karena itu, susu formula bayi kebanyakan
berusah menambah taurin di dalam formulanya.

B. ASI Eksklusif
Pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal
dan tidak diberikan makan lain,walaupun air putih, sampai bayi berumur 6
bulan.Alasan ASI diberikan sampai usia bayi 6 bulan tidak 4 bulan yakni: pertama
komposisi ASI cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila di
berikan tepat dan benar sampai umur bayi 6 bulan, kedua: bayi saat umur 6 bulan
system pencernaanya mulai matur, jaringan khusu bayi sehingga kemungkinan
kuman/protein dapat langsung masuk sistem peredaran darah yang menyimpilkan
alergi, pori-pori tersebut tertutup saat bayi berumur 6 bulan.
1) ASI adalah mukzijat
Air susu ibu (ASI) dikatakan sebuah mukzijat dikarenakan ASI sudah
diciptakan Tuhan untuk kedekatan antara ibu dan bayi, tidak ada makan di
dunia ini sebaik ASI. ASI mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,
psikologis, social maupun spiritual, mengandung hormon, nutrisi, unsur
kekebalan, anti alergi, inflamasi, nutrsi hampir 200 unsur zat makan .
2) Pengelompokan ASI
a. ASI stadium I
Pada ASI stadium I terdapat kolostrum yakni cairan pertama yang diekresi
oleh kelenjar payudara dari hari ke 1 sampai hari ke 4 setelah persalinan,
kolostrum berwarna kuning keemasan mengandung tingginya komposisi
lemak dan sel-sel hidup, kolostrum sebagai pencahar sehingga mekonium
cepat terkuras dan bayi siap merima ASI, kandungan anti bodi tinngi,
86

kandungan Ha lebih rendah di banding ASI matur, mineral lebih tinggi


dari ASI matur.
b. ASI stadium II
Pada stadium II merupakan ASI peralihan yang di produksi pada hari ke 4
sampai hari ke 10, komposisi protein lebih rendah, sedangkan lemak dan
Ha tinggi, volume ASI semakin meningkat, pada masa ini pengeluaran
ASI mulai stabil begitu juga kondisi fisik ibu, keluhan nyeri payudara
berkurang, perlu peningkatan kandungan protein dan kalsium pada makan
ibu.
c. ASI stadium III
Pada ASI stadium III ASI sudah matur pada hari ke 10 dan seterusnya,
nutrisi berubah sesuai kebutuhan bayi sampai 6 bulan, setelah 6 bulan bayi
dikenalkan dengan makanan lain, telur lebih aman diberikan pada
bayiberumur setelah 1 tahun sampai sistem pencernaan terhadap alergi
telah siap.

C.  Hal-Hal yang Mempengaruhi Produksi ASI


Seringkali alasan pekerjaan membuat seorang ibu merasa kesulitan untuk
memberikan ASI secara Eksklusif. Banyak diantaranya disebabkan karena
ketidaktahuan dan kurangnya minat untuk menyusui bayinya. Sebenarnya ada
beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja, antara lain :
a) Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja
b) Keluarkan ASI dengan cara diperas, kemudian simpan untuk persediaan di
rumah selama ibu bekerja
c) Pada saat ibu di rumah, sesering mungkin bayi disusui, dang anti jadwal
menyusuinya sehingga banyak menyusu di malam hari
d) Tingkatkan keterampilan mengeluarkan ASI dan mengubah jadwal
menyusui sebaiknya telah dipraktikkan sebulan sebelum ibu mulai kembali
bekerja setelah cuti
e) Minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup selama bekerja dan
menyusui bayinya
87

D. Pengeluaran ASI
Keluarkan ASI sebanyak mungkin dan tamping di dalam cangkir atu gelas
yang bersih. Meskipun langkah ini kelihatannya sederhana, namun tidak ada
salahnya jika bidan memberikan bimbingan tehnik memerah ASI yang tepat.
E. Masalah Dalam Menyusui
1) Pada masa antenatal
Putting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu
menjadi masalah. Secara umum, ibu tetap masih dapat menyusui bayinya dan
upaya selama antenatal umumnya kurang berfaedah, seperti memanipulasi putting
dengan perasat Hoffman, menarik-narik putting atau penggunaan breaste shield
dan breast shell yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah
hisapan langsung bayi yang kuat dalam hal, sebaiknya ibu tidak melakukan apa-
apa, tunggu sampai bayin lahir. Segera setelah bayi lahir, ibu dapat melakukan:
a) Skin to skin contact dan barkan bayi mengiap sedini mungkin
b) Biarkan bayi ”mencari” putting susu, kemudian mengisapnya. Bila perlu,
coba berbagai posisi untuk mendapatkan keadaan putting yang
paling menguntungkan. Rangsangan putting biar dapat ”keluar” sebelum b
ayi ”mengambilnya”
c) Apabila putting tidak benar-banar muncul,dapat”ditarik”dengan pompa
puting susu (nipple puller) atau paling sederhana dengan modifikasi spuit
10 ml bagian ujung dekat jarum dipotong dan kemudian pendorong
dimasukkan dari arah potongan tersebut. Cara penggunaan pompa putting
putting susu, modifikasi ini adalah dengan menempelkan ujung pompa
(spuit modifikasi) pada payudara sehingga putting berada didalam
pompa,kemuduan ditarik perlahan sehingga ada tahanan dan
dipertahankan selama 30 detik sampai 1 menit. Bila terasa,tarikan
dikendorkan prosedur ini diulang terus sehingga beberapa kali dalam
sehari
d) Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui dengan
sedikit penekanan pada aerola mammae dengan jari hingga terbentuk “dot”
ketika memasukan putting susu ke dalam mulut bayi
88

e) Bila terlalu penuh ASI dapatdiperas terlebih dahulu dan diberikan


dengan sendok atau cangkir, atau teteskan langsung ke mulut bayi. Bila pe
rlu, lakukan hingga 1-2 minggu.
2) Pada masa setelah persalinan dini
a. Putting susu lecet
Pada keadaan ini, seorang ibu sering menghentikan proses menyusui
karena putingnya sakit. Dalam hal ini, yang perlu dilakukan ibu adalah mengecek
bagaimana pelekatan ibu dan bayi, serta mengecek apakah terdapat infeksi
kandida (di mulut bayi).
Jika gejala berikut ditemui maka berikan nistati. Biasanya, kulit akan merah,
berkilat, kadang gatal, kadang terasa sakit yang menetap, dan kulit kering bersisik
(flaky).
Saat putting susu dalam keadaan lecet dan kadang retak- retak atau luka,ibu
dapat melakukan beberapa cara antara lain:
a) Terus memberikan ASI pada bagian luka yang tidak terlalu sakit
b) Mengoles putting susu dengan ASI akhir( hind milk), jangan sekali-sekali
memberikan obat lain, seperti cream, salep, dll
c) Mengistirahatkan putting susu yang sakit untuk sementara waktu,kurang
lebih 1x24 jam dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu
sekitar2x24 jam
d) Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan
dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena akan nyeri.
Kemudian berikan ASI pada bayi dengan mengunakan sendok atau pipet
e) Cuci payudara sekali saja dalam satu hari dan tidak dibenarkan
menggunakan sabun.

b. Payudara Bengkak
Sebelumnya kita perlu membedakan antara payudara penuh karena berisi
ASI dengan payudara bengkak pada payudara penuh, gejala yang dirasakan pasien
adalah rasa berat karena payudara, panas dan keras sedangkan pada payudara
bengkak akan terlihat payudar udem, pasien merasa sakit, putting susu kencang,
89

kulit mengkilat walaupun tidak merah, ASI tidak akan keluar bila diperiksa atau
diisap, dan badan demam setelah 24 jam. Hal ini dapat terjadi karena beberapa
hal, antara lain produksi meningkat, terlambat menyusukan dini. Pelekatan kurang
baik, sering mengeluarkan ASI, atau karena pembatasan menyusui. Untuk
mencegah supaya hal ini tidak terjadi seperti menyisui dini, pelekatan yang baik,
dan menyusui on demand. Bayi harus sering di susui. Apabila terlalu tegang atau
bayi tidak dapat menyusui, sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu agar ketegangan
menurun.
Untuk merangsang reflex oksitosin, dapat dilakukan langkah-langkah berikut ini:
a) Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit
b) Ibu harus rileks
c) Dekatkan ibu pada bayi agar ibu memandangnya
d) Pijat leher dan punggung belakang (sejajar dengan
payudara)menggunakan ibu jaridengan teknik gerakan memutar searah
jarum  jam selama 3 menit
e) Belai dengan lembut ke-2 payudara menggunakan minyak pelumas
f) Lakukan stimulasi dengan ke-2 putting. Caranya pegang dengan 2jari pada
arah yang berlawanan, kemudian putar putting dengan  lembut searah
jarum jam
g) Selanjutnya kompres dengan air hangat dan ingin untuk
mengurangi oedema
h) Pakai BH sesuai ukuran dan bentuk payudara dengan baik
i) Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgestik parasetamol

c. Abses Payudara (mastitis)


Mastitis adalah peradangan pada payudara. Ada 2 jenis mastitis, yaitu non-
invektif mastitis (hanya karena pembendungan ASI/milk statis) dan invektive
mastitis (telah terinfeksi bakteri). Lecet pada putting dan trauma pada kulit juga
dapat mengundang infeksi bakteri. Gejala yang ditemukan adalah payudara
menjadi merah, bengkak, kadang disertai rasa nyeri dan panas, serta suhu tubuh
meningkat. Dibagian dalam terasa ada massa padat (lump) dan dibagian luarnya
90

kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas1-3 minggu setelah
persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran ASI yang berlanjut.
Keadaan tersebut dapat disebabkan beberapa hal, antara lain:
a) Kurangnya ASI yang dikeluarkan atau diisap
b) Pengisapan yang tidak efektif
c) Kebiasaan menaikkan payudara dengan jari atau karena tekanan baju
d) Pengeluaran ASI yang kurang baik pada payudara yang besar,terutama
pada bagian bawah payudara yang menggantung
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan,antara lain:
a) Kompres hangat/panas dan lakukan pemijtan
b) Rangsang oksitosin dengan pemijatan punggung dan kompres
c) Pemberian antibiotik flucloxacillin atau erythromycin selama 7-10 hari
d) Bila perlu, istirahat total dan konsumsi obat untuk menghilangkan rasa
nyeri
e) Kalau sudah terjadi abses, sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh
disusukan karena mungkin akan memerlukan tindakan bedah
3) Pada masa setelah persalinan lanjut
a. Sindrom ASI kurang
Pada kenyataannya, ASI sering tidak benar-benar kurang. Tanda-tanda
yangmungkin sajaASI dengan benar-benar kurang, antara lain:
a) Bayi tidak puas setiap kali menyusui, menyusu dengan waktu yang sangat
lama, atau terkadang lebih cepat menyusu. Dikira produksi ASI kurang.
Padahal karena telah pandai menyusu
b) Bayi sering menangis atau menolak jika disusui
c) Tinja bayi keras, kering, atau berwarna hijau
d) Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan yang jarang) atau
ASI tidak “datang” setelah bayi lahir
Walaupun ada tanda-tanda tersebut, tapi tetap perlu diperkirakan apakah ada
tanda-tanda dipercaya. Tanda bahwa ASI benar-benar kurang, antara lain :
a) Berat badan bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per bulan
b) Berat badan setelah lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali
91

c) Ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam. Cairan urin pekat, bau,
dan berwarna kuning
Cara mengatasinya disesuaikan dengan penyebab, terutama dicari berdasarkan
faktor penyebab berikut ini:
a) Faktor tehnik menyusui
Keadaan ini yang paling sering dijumpai, antara lain karena masalah frekuensi,
perlekatan, penggunaan dot atau botol, dan lain-lain
b) Faktor psikologis
Ini juga sering terjadi. Biasanya ini erat kaitannya dengan perlekatan antara ibu
dan bayi atau karena ibu tidak dapat berkonsentrasi pada perannya sebagai ibu,
misalnya pada ibu yang berkarir sukses
c) Faktor fisik ibu.
Hal ini jarang dijumpai, misalnya karena penggunaan alat kontrasepsi, hamil,
merokok,kurang gizi, dan lain-lain
d) Faktor kondisi bayi
Hal ini sangat jarang dijumpai, misalnya penyakit, abnormalitas bayi.
Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI meningkat dan bayi
dapat terus memberikan isapan efektifnya.Pada keadaan tertentu, ketika produksi
ASI memeng sangat tidak memadai, perlu upaya yang lebih, misalnya relaktasi
dan bila perludapat dilakukan pemberian ASI suplementer, yaitu dengan
menggunakan pipa nasogastrik atau pipa halus lainnya yang ditempelkan pada
putting untuk diisap bayi dan ujung lainnya dihubungkan dengan ASI atau susu
formula.

f. Tanda-Tanda Bayi Cukup ASI


1)  Mekanisme pengisapan pada bayi
Ada beberapa refleks mengindikasikan bahwa bayi dapat menelan ASI
dengan cukup yang harus di perhatikan bidan yakni: reflex menangkap (rooting ):
sentuhan pada bibir, bayi membuka mulut dan menangkap puting susu, reflex
mengisap: putting dalam mulut bayi: langit-langit/palatum molle tersentuh, bayi
92

mengisap. Areola masuk lidah menekan sinus laktiferus ASI terperas keluar;
reflex meneran.
2) Tanda- tanda bayi telah berada pada posisi yang baik pada payudara
Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu; mulut dan dagunya
berdekatan dengan payudara; aerola tidak akan bisa terlihat dengan jelas; anda
dapat melihat bayi melakukan hisapan yang lambat dan dalam dan, menelan
ASInya; bayi terlihat tenang dan senang; ibu tidak merasakan adanya nyeri pada
puting susu .
Mekanisme mengisap dotdan aerola sangat berbeda, dan ini membuat bayi
mengalami bingung putting. Tidak benar bahwa kurang mengeluarkan tenaga
mekanisme mengisap pada bayi.
Menyusu: Lidah bayi ” memerah “ sinus laktiferus otot pipi, lidah, langit- langit
rahang bawah semua aktif .
Dot : terutama otot bibir dan pipih keluarnya susu tergantung kemiringan botol
dan besarnya lubang dot, tidak memerlukan isapan yang kuat tetapi perlu menjaga
agar tidak tersedak.

g. Teknik Menyusui
1) langkah-langkah perlekatan yang benar
a) Cuci tangan sebelum menyusui dan mendampingi ibu
b) Ibu duduk atau berbaring dengan santai (bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak menggantung dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi)
c) Mempersilahkan dan membantu ibu membuka pakaian bagian atas
d) Sebelum menyusui bersihkan putting sampai areola dengan kapas di
basahi air hangat (DTT) lalu ASI di keluarkan sedikit, kemudian di
oleskan pada putting dan sekitar areola payudara (cara ini mempunyai
manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan putting susu)
e) Jelaskan pada ibu teknik memegang bayinya.
1) Kepala dan badan bayi berad pada stu garis
93

2) Perut bayi menempel pada perut ibu dengan meletakan satu tangan
bayi ke belakang badan ibu dan satu yang di depan.
3) Muka bayi menghadap payudara, sedangkan hidungnya kea rah putting
susu)
4) Ibu harus memegang bayinya berdekatan dengan ibu.
5) Untuk BBL, ibu harus menopang badan bayi bagian belakang di
samping kepala dan bahu.
f) mengajari ibu menopang payudara dengan ibu jari di ats dan jari yang lain
menopang di bawah serta jangan menekan putting susu dan areolanya.
g) Mengajari ibu merangsang membuka mulut bayi, menyentuh sudut mulut
bayi dengan putting susu.
h) Setekah bayi membuka mulut (anjurkan ibu untuk mendekatkan dengan
cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian memasukan putting susu
serta sebagian besar areola ke mulut bayi).
i) Setelah bayi mengisap, menganjurkan ibu untuk tidak memegang atau
menyangga payudara lagi.
j) Menganjurkan ibu memperhatikan bayi selama menyusui
k) Mengajari ibu cara melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di
masukan ke dalam mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi di tekan
kebawah.
l) Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk mengoleskan sedikit ASI
pada putting susu dan areola. Biarkan kering dengan sendirinya.
a) Berbaring miring
Posisi ini apabila ibu dan bayi meras letih, jika baru pulih dari
pembedahan sesar, ini mungkin satu-satunya posisi yang biasa di coba
pada hari pertama. Ibu dan bayi berbaring miring dan saling berhadapan.
b) Duduk
Untuk posisi menyusui dengan duduk, ibu dapat memilih beberapa posisi
tangan dan bayi yang paling nyaman.
94

c) Posisi madona atu mengendong


Bayi berbaring menghadap ibu, leher dan punggung ats bayi di letakan
pada lengan lateral payudara. Posisi ini telah menjadi kegemaran
kebanyakn ibu-ibu.
d) Posisi football hold
Bayi berbaring atau punggung melingkar antara lengan dan samping dada
ibu. Lengan bawah tangan ibu menyangga bayi, dan ia menggunakan
tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika di perlukan.
2) Proses pelekatan bayi dengan ibu
Untuk mendapatkan pelekatan yang maksimal, penting untuk memberikan
topangan/sandaran pada punggung ibu dalam posisinya tegak lurus terhadap
pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan bersila diatas tempat tidur,
dilantai atau dikursi.
Dengan posisi berbaring miring atau duduk (punggung dan kaki ditopang),
akan membantu bentuk payudaranya dan memberikan ruang untuk menggerakkan
bayinya keposisi yang baik. Badan bayi harus dihadapkan dengan badan ibu dan
mulutnya berada dihadapan puting susu ibu. Leher bayi harus sedikit
ditengadahkan.
Bayi sebaiknya ditopang pada bahunya sehingga posisi kepala agak
tengadah dapat dipertahankan. Kepala dapat ditopang dengan jari-jari tangan yang
terentang atau pada lekukan siku ibunya. Mungkin akan membantu dengan
membungkus bayi sehingga tangannya berada disisi badan. Bila mulut bayi
disentuhkan dengan lembut keputing susu ibunya maka ia akan membuka
mulutnya lebar-lebar (reflex rooting). Pada saat mulut bayi terbuka gerakkan
dengan cepat kearah payudara ibu.
Sasarannya adalah memposisikan bibir bawah paling sedikit 1,5 cm dari
pangkal putting susu. Bayi harus mengulum sebagian besar dari areola didalam
mulutnya, bukan hanya ujung putting susunya saja. Hal ini akan memungkinkan
bayi menarik sebagian dari jaringan payudara masuk kedalam mulutnya dengan
lidah dan rahang bawah. Bila diposisikan dengan benar, bayi akan membentuk
suatu pentil, jaringan putting susu, dan payudara, serta sinus lactiferous
95

sekarangakan berada dalam rongga mulut bayi. Putting susu akan masuk sampai
sejauh langit-langit lunak (velum platinum) dan bersentuhan dengan langit-langit
tersebut. Sentuhan ini akan merangsang reflex penghisapan. Rahang bawah akan
menutup pada jaringa payudara, penghisapan akan terjadi, dan putting susu
ditangkap dengan baik dalam rongga mulut, sementara lidah memberikan
penekanan yang berulang-ulang secara teratur sehingga ASI akan keluar dari
duktus lactiferous.
Tanda-tanda pelekatan yang benar antara lain:
a) Tampak areola masuk sebanyak mungkin. Areola bagian atas lebih banyak
terlihat
b) Mulut terbuka lebar
c) Bibir atas dan bawah terputar keluar
d) Dagu bayi menempel pada payudara
e) Gudang ASI termasuk dalam jaringan yang masuk
f) Jaringan payudara meregang sehingga membentuk dot tang panjang
g) Putting susu sekitar 1/3 – 1/4 dot saja
h) Bayi menyusu pada payudara, bukan putting susu
i) Lidah bayi terjulur melewati gusi bawah (dibawah gudang ASI),
melingkari dot jaringan payudara
Tanda – tanda pelekatan yang salah antara lain :
a) Tampak bagian besar kalang payudara/areola mamae berada diluar
b) Hanya putting susu atau disertai sedikit areola yang masuk mulut bayi
c) Seluruh atau sebagian besar gudang ASI berada diluar mulut bayi
d) Lidah tidak melewati gusi
e) Hanya putting susu yang menjadi dot
f) Bayi menyusu pada putting
g) Bibir mencucu atau monyong ( Yelfi merliandini, 2015)
96

2.3.8 Fisiologi Masa Nifas


a. Perubahan Sistem Reproduksi
1. Pengerutan Rahim ( Involusi )
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil.
Dengan involusio uterus ini,lapisan luar yang mengelilingi situs plasenta akan
menjadi neurotic (layu/mati).
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk
meraba dimana TFUnya (Tinggi Fundus Uteri) :
a. Pada saat bayi lahir, TFU setinggi pusat dengan berat 1000 gram
b. Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat dengan berat 750
gram
c. Pada 1 minggu postpartum,TFU teraba pertengahan pusat sympisis dengan
berat 500 gram
d. Pada 2 minggu postpartum,TFU teraba diatas sympisis dengan berat 350
gram
e. Pada 6 minggu postpartum Fundus Uteri mengecil (tak teraba) dengan
berat 50 gram
f. Pada 8 minggu postpartum Fundus uteri kembali normal dengan berat 30
gram
( Sumber : Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ari Sulistyawati,2016)
Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan antara lain :
1)  Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam
otot uteri. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebarnya dari
sebelum hamil. Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri hingga
tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah relik sebagai bukti kehamilan.
2) Atrofi Jaringan
Atrofi Jaringanyang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah
besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi
estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-
97

otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan
meninggalkan lapisan basal yang akan berregenerasi menjadi endometrium yang
baru.
3)  Efek Oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir. Hal tersebut diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra
uterine yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hypofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,mengompresi pembuluh darah, dan
membantu proses homeostasis. Kontraksi dan retraksi otot uteri akan mengurangi
suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat
implantasi plasenta dan mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan palsenta
memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.
Selama 1-2 jam pertama postpartum intensitas kontraksi uterus dapat
berkurang dan menjadi teratur. Oleh karena itu, penting sekali untuk menjaga dan
mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan oksitosin biasanya
diberikan secara Intra Vena atau Intra Muscular segera setelah bayi lahir.
Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitosin
karena isapan bayi pada payudara.
2. Lochea
Lochea adalah ekskesi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung
darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotic dari dalam uterus.Lochea
mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih
cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea berbau amis
atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang
berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan
warna dan volume karena adanya proses involusi. Lochea dibedakan menjadi 4
jenis berdsarkan warna dan waktu keluarnya :
a. Lochea rubra/merah
Lochea ini keluar pada hari 1 sampai hari ke 4 masa postpartum. Cairan yang
keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan dari sisa-sisa plasenta,
dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium.
98

b. Lochea Sanguinolenta
Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir,serta berlangsung dari hari
ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.
c. Lochea Serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan
robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke 7 sampai hari ke 14.
d. Lochea Alba/putih
Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan
serabut jaringan yang mati. Lochea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu
postpartum.
 Lochea yang menetap pada awal periode postpartum menunjukkan adanya
tanda-tandaperdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa
atau selaput plasenta. Lochea alba atau serosa yang berlanjut dapat menandakan
adanya endometritis,terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan
demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut
dengan “Lochea Purulenta”. Pengeluaran lochea yang tidak lancar disebut dengan
“Lochea Statis”.

3. Perubahan pada Serviks


Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak menganga
seperti corong,segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri
yang dapat mengadakan kontraksi sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara corpus dan serviks berbentuk semacam cincin.
Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh
darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan
kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak
akan pernah kembali lagi kekeadaan seperti sebelum hamil.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan
menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk ke
dalam rongga rahim setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu
ke-6 postpartum serviks sudah menutup kembali.
99

3. Vulva dan Vagina


Vulva dan vagina mengalami penekanan,serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu,
vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina
secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih
menonjol.
Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka pada vagina
umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara perpriman (sembuh dengan
sendirinya), kecuali apabila terdapat infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan
sellulitis yang dapat menjalar sampai terjadi sepsis.
4. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada postnatal  hari  ke5, perineu
m sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur
daripada keadaan sebelum hamil.

b. Perubahan System pencernaan


Biasanya,ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan
yang menyebabkan koklon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada
waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya
aktivitas tubuh.
Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi
serat, peningkatan asupan cairan,dan ambulasi awal.Bila ini tidak berhasil, dalam
2-3 hari dapat diberikan obat laksansia.
Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dari
sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta
penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan.
100

c. Perubahan Sistem Perkemihan


Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk
buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini
adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian
ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan berlangsung.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post partum.
Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan
yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan
kembali normal dalam 6 mimggu.
Dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan hyperemia, kadang-
kadang odem trigonum yang menimbulkan alostaksi dari uretra sehingga menjadi
retensio urine. Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang sensitif dan
kapasitas bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urine residual
(normal ± 15 cc). Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada kandung kemih
sewaktu persalinan dapat menyebabkan infeksi.

d. Perubahan Sistem Muskuloskeletal


Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-pembuluh
darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu
persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak
jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum
rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh ”kandungannya
turun” setelah melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat
genetalia menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang
berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen
masih agak lunak da kendor untuk sementara waktu. Untuk memulihkan kembali
101

jaringan-jaringan penunjang alat genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar
panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post
partum, sudah dapat fisioterapi.

e. Perubahan Sistem Endokrin


1. Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG (Human
Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam
3 jam hingga hari ke 7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mammae pada
hari ke-3 post partum.
2. Hormon Pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak
menyusui, prolactin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan
meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah
hingga ovulasi terjadi.
3. Hypotalamik pituitary ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh
faktor menyusui. Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena
rendahnya kadar estrogen
4. Kadar Estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna
sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi
kelenjar mammae dalam menghasilkan ASI.

f. Perubahan Tanda Vital


1. Suhu Badan
Dalam 1 hari (24 jam) suhu badan akan naik sedikit (37.5 0 – 380 C) sebagai
akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila
keadaan normal, suhu badan mejadi biasa. Biasanya, pada hari ke-3 suhu badan
naik lagi karena adanya pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak dan
berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan
102

adanya infeksi pada endometrium (mastitis, tractus genitalis, atau system


lainnya).
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per menit.
Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi
yang melebihi 100 kali per menit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan
adanya kemungkinan infeksi.
3. Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan
lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi
pada saat post partum dapat menandakan terjadinya pre eklampsia post partum.
4. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi,
bila suhu nadi tidak normal maka pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali
bila ada gangguan khusus pada saluran pencernaan.

g. Perubahan Sistem Kardiovaskuler


Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk menampung
aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah
uteri. Penarikan kembali menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat sehingga
mengurangi volume plasma kembali pada proposi normal. Aliran ini terjadi dalam
2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu membantu
mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada
jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma masa
persalinan. Pada persalinan,vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml,
sedangkan pada pesalinan dengan SC, pengeluaran dua kali lipatnya. Perubahan
terdiri dari volume darah dan kadar Hmt (haemotokrit).
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu
relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan
akan menimbulkan decompensatio cordis pada pasien dengna vitum cardio.
Keadaan ini dapoat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya
103

haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Umumnya,


ini terjadi pada 3-5 hari post partum.

h.  Perubahan Sistem Hematologi


Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma,
serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada hari pertama post
partum,kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun,tetapi darah akan
mengental sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang
meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses
persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari post partum. Jumlah sel darah
tersebut masih dapat naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi
patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan yang lama.
Jumlah Hb, Hmt dan erytrosit sangat bervariasi pada saat awal-awal masa
post partum sebagai akibat dari volume darah, plasenta dan tingkat volume darah
yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan
hidrasi wanita tersebut. Selama kelahiran dan post partum, terjadi kehilangan
darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada
kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan Hmt dan Hb pada hari ke-3 sampai
hari ke-7 post partum, yang akan kembali normal dalam 4-5 minggu post partum.

i. Perubahan komponen darah


Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah, misalnya jumlah sel
darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah merah dan Hb akan
berfluktuasi, namun dalam 1 minggu pasca persalinan biasanya semuanya akan
kembali pada keadaan semula. Curah jantung atau jumlah darah yang dipompa
oleh jantung akan tetap tinggi pada awal masa nifas dalam 2 minggu akan kembali
pada keadaan normal.

2.3.9Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas


Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang
juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ia mengalami
stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi
104

terhadap bayinya, berada dibawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran


yang diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk
bayinya, dan merasa tanggung jawab yang luar biasa sekarang untuk menjadi
seorang “ibu”.
Reva rubin membagi periode ini menjadi 3 bagian,antara lain :
a.  Periode “Taking In”
Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya
pasif dantergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnyaIa
mungkin akan mengulang-ulang menceritakan pengalamannya waktu melahirkan.
Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan
akibat kurang istirahat. Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat
pemulihan dan penyembuhan luka,serta persiapan proses laktasi aktif
Dalam memberikan asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi kebutuhan
psikologis ibu. Pada tahap ini, bidan dapat menjadi pendengar yang baik ketika
ibu menceritakan pengalamannya.Berikan juga dukungan mental atau apresiasi
atas hasil perjuangan ibu sehingga dapat berhasil melahirkan anaknya. Bidan
harus dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu sehingga ibu dapat
dengan leluasa dan terbuka mengemukakan permasalahan yang dihadapi pada
bidan. Dalam hal ini, sering terjadi kesalahan dalam pelaksanaan perawatan yang
dilakukan oleh pasien terhadap dirinya dan bayinya hanya karena kurangnya
jalinan komunikasi yang baik antara pasien dan bidan.
b. Periode “Taking Hold”
1) Periode ini berlangsung pada hari ke 2 sampai ke-4 post partum.
2) Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orangtua yang sukses dan
   meningkatkan tanggung jawab terhadap bayinya.
3) Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK, serta
kekuatan danketahanan tubuhnya
4) Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan keperawatan bayi,
misalnya
     menggendong, memandikan, memasang popok, dsb.
5) Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam
melakukan hal-hal tersebut.
105

6) Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang
terjadi.
7) Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan
bimbingan cara perawatan bayi, namun masih selalu diperhatikan teknik
bimbingannya,  jangan sampai menyinggung perasaan atau membuat
perasaan ibu tidak nyaman karena ia sangat sensitif.
       Hindari kata : “Jangan begitu” atau “ kalau kayak gitu salah” pada ibu
karena hal itu akaan sangat menyakiti perasaannya dan akibatnya ibu akan putus
asa untuk mengikuti bimbingan yang bidan berikan.
c.Periode “Letting Go”
1). Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Periode ini pun
sangatberpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh
keluarga.
2). Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus
beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung padanya.
Hal ini  menyebabkan kurangnyahak ibu, kebebasan dan hubungan sosial.
3). Depresi postpartum umumnya terjadi pada periode ini.
d.Post Partum Blues
Fenomena pasca partum awal atau baby blues merupakan sekuel umum
kelahiran bayi biasanya terjadi 70% wanita. Penyebabnya ada beberapa hal,antara
lain lingkungan tempat melahirkan yang kurang mendukung, perubahan hormon
yang cepat dan keraguan terhadap hal peran yang baru. Pada dasarnya, tidak
satupun dari ketiga hal tersebut termasuk penyebab yang konsistensi. Faktor
penyebab biasanya merupakan kombinasi dari berbagai faktor, termasuk adanya
gangguan tidur yang tidak dapat dihindari oleh ibu selama masa-masa awal
menjadi seorang ibu.
Postpartum blues biasanya dimulai pada beberapa hari setelah kelahiran
dan berakhir setelah 10-14 hari. Karakteristik post partum blues meliputi
menangis, merasa letih karena melahirkan, gelisah, perubahan alam perasaan,
menarik diri, serta reaksi negatif terhadap bayi dan keluarga. Karena pengalaman
melahirkan, digambarkan sebagai pengalaman “puncak”, ibu baru mungkin
106

merasa perawatan dirinya tidak kuat atau ia tidak mendapatkan perawatan yang
tepat,jika bayangan melahirkan tidak sesuai dengan apa yang ia alami. Ia mungkin
juga merasa diabaikan jika perhatian keluarganya tiba-tiba terfokus pada bayi
yang baru saja dilahirkannya.
Kunci untuk mendukung wanita yang melalui periode ini adalah diberikan
perhatian dan dukungan yang baik baginya,serta yakinkan padanya bahwa ia
adalah orang yang berarti bagi keluarga dan suami. Hal yang terpenting berikan
kesempatan untuk beristirahat yang cukup. Selain itu, dukungan positif atas
keberhasilannya menjadi orangtua dari bayi yang baru lahir dapat membantu
kepercayaan diri terhadap kemampuannya.
e.Kesedihan dan Duka Cita
Proses berduka sangat bervariasi, tergantung dari apa yang hilang serta
persepsi dan keterlibatan individu terhadap apapun yang hilang. “Kehilangan”
dapat memiliki makna, mulai dari pembantalan kegiatan (piknik, perjalanan, atau
pesta) sampai kematian orang yang dicintai. Seberapa berat kehilangan tergantung
pada persepsi individu yang menderita kehilangan. Contohnya, kematian dapat
menimbulkan respon yang ringan sampai berat, tergantung pada hubungan dan
keterlibatan individu dengan orang yang meninggal.
Kehilangan maternitas termasuk hal yang dialami oleh wanita yang
mengalami infertilitas (wanita yang tidak mampu hamil atau yang wanita tidak
mampu mempertahankan kehamilannya),yang mendapatkan bayinya hidup, tapi
kemudian kehilangan harapan (prematuritas atau kecacatan kongenital), dan
kehilangan yang dibahas sebagai penyebab post partum blues (kehilangan
keintiman internal dengan bayinya dan hilangnya perhatian).
Dalam hal ini “berduka” dibagi menjadi 3 tahap,antara lain :
1. Tahap syok
Merupakan awal tahap kehilangan. Tanda gejalanya meliputi penyangkalan,
ketidakpercayaan, marah, jengkel, ketakutan, kecemasan, dan
bersalah, kekosongan, kesendirian, kesedihan, isolasi, mati rasa, menangis, intr
oversi (memikirkan dirinya sendiri), tidak rasional, bermusuhan, kebencian,
107

kegentiran, kewaspadaan akut, kurang inisiatif, mengasingkan diri, berkhianat,


frustasi dan kurang konsentrasi.
2. Tahap penderitaan ( fase realitas)
Dalam tahap ini, ia merasa selalu terkenang dengan orang yang dicintai
sehingga kadang akan muncul perasaan marah, merasa bersalah dan takut.
3. Tahap Resolusi ( fase menentukan hubungan yang bermakna )
Selama periode ini,orang yang berduka menerima kehilangan, penyesuaian
telah komplit, dan individu, kembali kepada fungsinya secara penuh.

2.3.10 Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas


a). Kebutuhan Gizi ibu menyusui
Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi akan sangat
mempengaruhi produksi ASI. Ibu menyusui harus mendapatkan tambahan zat
makanan sebesar 800 kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk
aktifitas ibu sendiri.
Pemberian ASI sangat penting karena ASI adalah makan utama bayi
dengan ASI, bayi akan tumbuh sempurna sebagai manusia yang sehat, bersifat
lemah lembut, dan mempunyai IQ yang tinggi. Hal ini disebabkan karena ASI
mengandung asam dekosa heksanoid (DHA). Bayi yang diberi secara bermkna
akan mempunyai IQ yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang hanya
diberi susu bubuk.
Selama menyusui, ibu dengan status gizi bayi rata-rata memreproduksi
ASI sekitar 800 cc yang mengandung sekitar 600 kkal, sedangkan pada ibu yang
status gizi kurang biasanya memproduksi kurang dari itu. Walaupun demikian,
status gizi tidak berpengaruh besar terhadap mutu ASI, kecuali, volumenya.
b)Energi
Penambahan kalori sepanjang tiga bulan pertama pasca partum mencapai
500 kkal. Rekomendasi ini berdasarkan pada asumsi bahwa pada tiap 1 cc ASI
berkemampuan memasok 67-77 kkal. Efisiensi konversi energi yang terkandung
dalam makanan menjadi energi susu sebesar rata–rata 80% dengan kisaran 76-94
% sehingga dapat diperkirakan besaran energi yang diperlukan untuk
108

menghasilkan100 cc susu sekitar 85 kkal. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc


yang berarti mengandung 600 kkal. Sementara itu, kalori yang dihabiskan untuk
menghasilkan hasil sebanyak itu adalah 750 kkal. Jika laktasi berlangsung selama
lebih dari 3 bulan, selama itu pula berat badan ibu akan menurun yang berarti,
jumlah kalori tambahan harus ditingkatkan.
Sesungguhnya, tambahan kalori tambahan hanya sebesar 700 kkal,
sementara sisanya (sekitar 200 kkal)diambil dari cadangan indogen, yaitu
timbunan lemak selama hamil. Mengingat efisiensi konversi energi hanya 80-90
% maka energi dalam makanan yang dianjurkan (500 kkal hanya akan menjadi
energi ASI sebesar 400-450 kkal.
Untuk menghasilkan 850 cc ASI, dibutuhkan energi 650-807 kkal (rata-
rata 750 kkal energi) jika kedalam diet tetap ditambahkan 500 kkal yang
terkonversi hanya 400-450 kkal, berarti setiap hari harus dimobilisasi energi
indogen sebesar 300-350 kkal yang setara dengan 33-38 gr lemak. Dengan
demikian, simpanan lemak selama hamil sebanyak 4 kg atau setara 36.000 kkal
akan habis setelah 105-121 hari atau sekitar 3-4 bulan. Penghitungan sekaligus
menguatkan pendapat bahwa dengan memberikan ASI berat badan ibu akan
kembali normal dengan cepat dan menepis isu bahwa menyusui bayi akan
membuat badan itu menjadi tambun.

c). Protein
Selam menyusui, ibu membutuhkan tambahan protein diatas normal
sebesar 20 gr/hari. Dasar ketentuan ini adalah tiap 1 cc ASI mengandung 1,2 gr
protein. Dengan demikian, 830 cc ASI mangandung 10 gr protein. Efisiensi
konveksi protein makanan menjadi protein susu hanya 70 % (dengan variasi
perorangan). Peningkatan kebutuhan ini ditunjukan bukan hanya untuk
transformasi menjadi protein susu, tetapi juga untuk sintesis hormon yang
memproduksi (prolactin), serta yang mengeluarkan ASI (oksitoksin).
Selain ke-2 nutrisi tersebut, ibu mempunyai juga dianjurkan untuk
mendapatkan tambahan asupan dari nutrisi lain.
109

Tabel 2.5Perbandingan Tambahan Nutrisi Ibu Menyusui pada Wanita Asia


dan Amerika
NO NUTRISI WANITA ASIA WANITA AMERIKA
1 Kalsium 0,5-1 Gram 400 mg
2 Zat besi 20 mg 30-60 mg
3 Vitamin C 100 mg 40 mg
4 Vitamin B1 1,3 mg 0,5 mg
5 Vitamin B-2 1,3 mg O,5 mg
6 Vitamin B-12 2,6 mikrogram 1 mikrogram
7 Vitamin D 10 mikrogram 5 mokrtogram
Sumber : Ari Sulystyawaty, 2016
Selain nutrisi tersebut,ibu menyusui juga dianjurkan makan makanan yang
mengandung asam lemak omega 3 yang banyak terdapat dalam ikan kakap,
tongkol, dan lemuru. Asam ini akan diubah menjadi DHA yang akan dikeluarkan
melalui ASI. Kalsium terdapat dalam susu, keju, teri, dan kacang-kacangan. Zat
besi banyak terdapat pada makanan laut. Vitamin C banyak terdapat pada buah-
buahan yang memiliki rasa yang kecut, seperti jeruk, manga, sirsak, apel, tomat,
dll. Vitamin B-1 dan B-2 terdapat pada padi, kacang-kacang, hati, telur, ikan dan
sebagainya. Adanya beberapa sayuran yang menurut pengalaman masyarakat
dapat memperbanyak pengeluaran ASI, misalnya sayur daun turi (daun katuk) dan
kacang-kacangan.
Selain nutrisiyang tidak kalah penting untuk ibu menyusui adalah cairan
(air minum). Kebutuhan minimal adalah 3 liter minimal, terutama setelah selesai
menyusui bayinya. Selama menyusui, ibu sebaiknya tidak minum kopi karena
kopi akan meningkatkan kerja ginjal sehingga ibu akan buang air kecil lebih
sering. Pada hal ibu sedang membutuhkan lebih banyak cairan. Selain itu, ibu juga
harus menghindari asap rokok karena nikotin yang terhisap akan dikelurkan lagi
melalui ASI sehingga bayi dapat keracunan nikotin.
Dengan penjelasan tersebut, akhirnya dapat dirumuskan beberapa anjuran
yang berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui, antara lain :
1. Mengkonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kalori
110

2. Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral, dan vitamin


3. Minum sedikitnya 3 liter setiap har,terutama setelah menyusui
4. Mengkonsumsi tablet zat besi selama masa nifas.
5. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin
A kepada bayinya melalui ASI

d. Ambulasi dini (Early ambulation)


Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan.Menurut
penelitian, ambulasi dini tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak
menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka
episiotomi, dan tidak memperbesar kemungkinan terjadinya prolaps uteri atau
retrofleksi. Ambulasi dini tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia,
jantung, paru-paru, demam, dan keadaan lain yang masih membutuhkan istrahat.
Adapun keuntungan dari ambulasi dini, antara lain:
1. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
2. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik
3. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu
mengenai cara merawat bayinya
4. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (lebih ekonomis)
Ambulasi awal dilakukan dengan melakukan gerakan dan jalan-jalan ringan
sambil bidan melakukan observasi perkembangan pasien dari jam demi jam
sampai hitungan hari. Kegiatan ini dilakukan secara meningkat secara berangsur-
angsur frekuensi dan intensitas aktivitasnya sampai pasien dapat melakukannya
sendiri tanpa pendampingan sehingga tujuan memandirikan pasien dapat
terpenuhi.
e. Eliminasi: Buang Air Kecil dan Besar
Dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah harus dapat buang air
kecil. Semakin lama urin tertahan dalam kandung kemih dapat mengakibatkan
kesulitan pada organ perkemihan misalnya infeksi. Biasanya, pasien menahan air
kencing karena takut akan merasakan sakit pada luka jalan lahir.
111

Bidan hari dapat meyakinkan pada pasien bahwa kencing sesegera


mungkin setelah melahirkan akan mengurangi komplikasi post partum. Berikan
dukungan mental pada pasien bahwa ia pasti mampu menahan sakit pada luka
jalan lahir akibat terkena air kencing karena ia pun sudah berhasil berjuang untuk
melahirkan bayinya dalam 24 jam petama, pasien juga sudah harus dapat buang
air besar karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan semakin sulit
baginya untuk bung air besar secara lancar. Feses yang tertahan dalam usus
semakin lama akan mengeras karena cairan yang terkandung dalam feses akan
selalu terserap oleh usus. Bidan harus dapat meyakinkan pasien untuk tidak takut
buang air besar karena buang air besar tidak akan menambah parah luka jalan
lahir. Untuk meningkatkan volume feses, anjurkan pasien makan tinggi serat dan
banyak minum air putih.
e. Kebersihan Diri
Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil, biasanya ibu post
partum masih belum cukup kooperatif untuk membersuhkan dirinya. Bidan harus
bijaksana dalam memberikan motifasi ini tanpa mengurangi keaktifan ibu untuk
melakukan personal hygiene secara mandiri pada tahap awal, bidan dapat
melibatkan keluarga dalam perawatan kebersihan ibu.
Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri ibu post
partum, antara lain:
1. Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk menjegah infeksi dan alergi kulit
pada bayi. Kulit ibu yang kotor karena keringat atau debu dapat
menyebabkan kulit bayi mengalami alergi melalui sentuhan kulit ibu
dengan bayi.
2. Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu
mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan
kebelakang, baru kemudian membersihkan daerah anus.
3. Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau minimal 2x dalam
sehari. Kadang hal ini terlewat untuk disampaikan kepada pasien. Masih
adanya luka terbuka didalam rahim dan vagina sebagai satu-satunya port
112

de entre kuman penyebab infeksi rahim maka ibu harus senantiasa


menjaga suasana keasaman dan kebersihan vagina dengan baik.
4. Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ia selesai membersihkan
daerah kemaluannya.
5. Jika mempunyai luka episiotomi, hindari untuk menyentuh daerah luka.
Ini yang kadang kurang diperhatikan oleh pasien dan tenaga kesehatan.
Karena rasa ingin tahunya, tidak jarang pasien berusaha menyentuh luka
bekas jahitan diperineum tanpa memperhatikan efek yang dapat
ditimbulkan dari tindakannya ini. Apalagi pasien kurang memperhatikan
kebersihan tangannya sehingga tidak jarang terjadi infeksi sekunder.
f. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istrahat yang berkualitas untuk
memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan
kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk
energi menyusui bayinya nanti.
Kurang istrahat pada ibu post partum akan mengakibatkan beberapa kerugian,
misalnya:
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
3. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga bahwa untuk
kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga,harus dilakukan secara
perlahan-lahan dan bertahap.Selain itu,pasien juga perlu diingatkan untuk selalu
tidur siang atau beristirahat selagi bayinya tidur. Kebutuhan istrahat bagi ibu
menyusui minimal 8 jam sehari, yang dapat dipenuhi melalui istirahat malam dan
siang.
g.Seksual
Secara fisik,aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan 1-2 jarinya kedalam vagina tanpa rasa
nyeri.Banyak budaya dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan
113

seksual sampai masa waktu tertentu,misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu


setelah kelahiran.Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
h. Latihan/Senam nifas
Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal, sebaiknya latihan
masa nifas dilakukan seawal mungkin dengan catatan ibu menjalani persalinan
dengan normal dan tidak ada penyulit post partum.
Sebelum memulai bimbingan secara nifas, sebaiknya bidan mendiskusikan
terlebih dahulu dengan pasien mengenai pentingnya otot perut dan panggul untuk
kembali normal. Dengan kembalinya kekuatan otot perut dan panggul akan
mengurangi keluhan sakit punggung yang biasanya dialami oleh ibu nifas. Latihan
tertentu beberapa menit setiap hari akan sangat membantu untuk mengencangkan
otot bagian perut.

2.3.11 Program Tindak Lanjut Asuhan Nifas di Rumah


a. Jadwal Kunjungan Rumah
Jadwal kunjungan rumah bagi ibu post partum mengacu pada kebijakan
teknis pemerintah, yaitu 6 hari, 2 minggu, dan 6 minggu post partum. Dari
pemenuhan target pertemuan antara bidan dengan pasien sangat bervariasi, dapat
dilakukan dengan mengunjungi rumah pasien atau pasien yang datang ke bidan
atau RS ketika mengontrolkan kesehatan bayi dan dirinya.
Kualitas pertemuan yang lebih baik adalah jika tenaga kesehatan yang
mengunjungi rumah pasien karena hasil dari evaluasi akan lebih lengkap dan
valid. Bidan akan mengetahui dengan jelas bagaimana kemampuan ibu dalam
melakukan perawatan bayinya sehari-hari dan kendala yang ia alami dengan
kondisinya di rumah. Selain itu, informasi yang bidan sampaikan kepada keluarga
pasien juga akan lebih mengena karena bidan akan dapat lebih mudah
menyesuaikan isi informasi dengan kondisi rumah dan lingkungannya, termasuk
peluang adat yang berlaku dalam masyarakat itu.
114

b. Asuhan Lanjutan Masa Nifas di Rumah


1. Enam hari post partum
Biasanya pada periode 6 hari post partum,pasien lah yang datang ke
fasilitas palayanan kesehatan untuk memeriksakan kesehatan dirinya sekaligus
bayinya. Walaupun kenyataannya kunjungan pada 6 hari post partum jarang
dilakukan, namun tidak ada salahnya jika bidan coba menetapkan beberapa hal
yang perlu bidan kaji pada pasien.
Pada kunjungan pertama ini,yang perlu bidan kaji antara lain :
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal,uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam,infeksiatau perdarahan abnormal
c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
infeksi
e) Bagaimana peningkatan adaptasi pasien sebagai ibu dalam melaksanakan
perannya di rumah
f) Bagaimana perawatan diri dan bayi sehari-hari,siapa yang membantu, sejauh
mana ia membantu.

2. Dua minggu post partum


Dalam kunjungan ini, bidan perlu mengevaluasi ibu dan bayi.
Pengkajian terhadap ibu meliputi :
1) Persepsinya tentang persalinan dan kelahiran, kemampuan kopingnya yang
sekarang,dan bagaimana ia merespon terhadap bayi barunya.
2) Kondisi payudara meliputi kongesti, apakah ibu menyusui atau tidak,
tindakan kenyamanan apa yang ia gunakan untukmengurangiketidak-
nyamanan. Selain itu, apakah ibu mengalami nyeri payudara (lecet,
pembengkakan payudara, merah, panas,dan lain-lain)
3) Asupan makanannya
4) Nyeri, kram abdomen, fungsi bowel
5) Adanya kesulitan atau ketidaknyamanan dengan urininisasi
115

6) Jumlah, warna, dan bau perdarahan lochea


7) Nyeri, pembengkakakan perineum, dan jika ada jahitan, lihat kerapatan
jahitan.
8) Adanya nyeri, edema, dan kemerahan pada ekstremitas bawah
9) Apakah ibu mendapatkan istirahat yang cukup, baik pada siang maupun
malam hari
10) Tanyakan kepada ibu siapa yang membantunya mengurus rumah selama masa
nifas. Tanyakan Tingkat aktivitas saat ini,dalam hal perawatan bayi baru
lahir,rumah tangga.Bagaimana keluarga menyesuaikan diri dengan adanya
bayi baru di rumah
11) Tingkat kepercayaan diri ibu saat ini dalam kemampuannya merawat bayi
12) Respon ibu terhadap bayi
13) Bagaimana kedudukan bayi dalam keluarga
14) Sumber-sumber di rumah (fasilitas MCK,bagaimana suplai
air,jendela,gorden, suplai perawatan bayi, dll)
Pengkajian terhadap bayi :
1. Bagaimana dengan suplai ASI-nya,apakah ada kesulitan dalam menyusui
2. Pola berkemih dan buang air besar,termasuk frekuensinya
3. Warna kulit bayi,ikterus atau sianosis
4. Keadaan tali pusat,tanda-tanda infeksi
5. Keadaan genital
6. Bagaimana bayi bereaksi terhadap lingkungan sekitarnya,termasuk apakah
bayi dapattidur dengan nyenyak,tidur pulas dan tampak puas setelah
menyusu,sering menangis,sangat tajam perhatiannya saat terjaga dan lain-lain.
Selain pengkajian dari anamnesa, bidan juga perlu melakukan pemeriksaan
fisik singkat pada ibu dan bayi yang meliputi :
Pada ibu :
1. Tekanan darah
2. Suhu tubuh
3. Keadaan payudara
4. Pengkajian abdomen
116

5. Pemeriksaan perineum, termasuk pengkajian lochea


Pada bayi :
1) Vital sign
2) Pemeriksaan tanda-tanda dehidrasi : turgor kulit, cekungan fontanel
( ubunubun besar )
3) Auskultasi jantung dan paru-paru
4) Pemeriksaan tali pusat
5) Observasi responsivitas/perhatian
6) Pengkajian kesejahteraan fisik dan kekuatan pernapasan

3. Enam minggu post partum


Pengkajian ( melalui anamnesa ) seperti pada kunjungan 2 minggu post partum di
tambah :
1. Permulaan hubungan seksual, jumlah waktu, penggunaan kontrasepsi,
dispareuni, kenikmatan, dan kepuasan wanita terhadap pasangannya
2. Metode KB yang diinginkan, riwayat KB yang lalu
3. Hubungi Bidan, Dokter dan RS jika terjadi masalah adanya gejala demam,
kedinginan, pilek, dan sebagainya
4. Keadaan payudara
5. Fungsi perkemihan
6. Latihan pengencangan otot perut
7. Fungsi pencernaan, konstipasi dan bagaimana penanganannya
8. Resolusi lochea, apakah haid sudah mulai lagi
10.Kram atau nyeri tungkai

c. Penyuluhan Masa Nifas


Disetiap kali pertemuan atau kunjungan ibu nifas, bidan harus selalu
memasukkan kegiatan penyuluhan dalam perencanaan asuhan dengan pokok-
pokok bahasan sebagai berikut :
1. Gizi
2. Suplemen zat besi dan vitamin A
3. Kebersihan diri dan bayi
117

4. Istirahat dan tidur


5. Pemberian ASI
6. Latihan/senam nifas
7. Hubungan seksual
8. KB
9. Tanda-tanda bahaya

2.3.12 Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Masa Nifas


1. Perdarahan pervaginam postpartum
Definisi perdarahan pervaginam 500ml atau lebih, sesudah anak lahir atau
setelah kala III. Perdarahan ini bisa terjadi segera begitu ibu melahirkan.
Terutama di dua jam pertama kalau terjadi perdarahan, maka tinggi rahim akan
bertambah naik,tekanan darah menurun dan denyut nadi ibu menjadi cepat.
a). Klasifikasi klinis
Perdarahan pasca persalinan primer yakni perdarahan yang terjadi dalam 24
jam pertama, penyebab : atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan
robekan jalan lahir. Perdarahan pasca persalinan sekunder, yakni perdarahan
yang terjadi setelah 24 jam pertama, penyebab: robekan jalan lahir daan sisa
plasenta atau membrane
b). Etiologi dan faktor predisposisi
Penyebab perdarahan pasca salin ada beberapa sebab antara lain :
2. Atonia uteri ( > 75% ), atau uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir ) Robekan (Laserasi,
luka ) jalan lahir atau robekan yang terjadi pada jalan lahir bisa disebabkan
oleh robekan spontan atau memang sengaja di lakukan episiotomi, robekan
jalan lahir dapat terjadi di tempat: robekan serviks, perlukaan vagina, robekan
perineum
3. Retensio plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan di dalam rahim baik
sebagian atau seluruhnya )
4. Inversio uterus (uterus keluar dari rahim)
5. Gangguan pembekuan darah (koagulopati)
118

Penanganan Umum :
1). Hentikan perdarahan
2). Cegah / atasi syok
3). Ganti darah yang hilang: diberi infus cairan (larutan garam fisiologis,
plasma Ekspander, Dextran-L, dan sebagainya) tranfusi darah, kalau perlu
oksigen
6. Infeksi masa nifas
Infeksi nifas merupakan maksudnya bakteri pada traktus genetalia, terjadi sesudah
melahirkan, kenaikan suhu sampai 38oC atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari
pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.
a) Etiologi
Organisme pada bekas implantasi plasenta atau laserasi akibat persalinan
adalah: Kuman anaerob: kokus gram positif (peptostreptococcus,
bakteririodes, dan clostridium ) kuman aerob: gram positif dan E.coli.
b) Faktor Predisposisi
1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh
2. Partus lama dengan ketuban pecah lama
3. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah
4. Teknik aseptik yang tidak baik dan benar
5. Pemeriksaan vagina selama persalinan
6. Manipulasi intra uterus
7. Trauma / luka terbuka
8. Hematom dan hemoragik ( darah hilang lebih dari 100ml )
9. Perawatan perineum yang tidak tepat
10. Infeksi vagina (serviks atau penyakit menular seksual yang tidak
ditangani)
Macam-macam infeksi masa nifas
a. Infeksi perineum, vulva, vagina, dan serviks
Nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang-kadang perih bila kencing .
Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu 38 0C dan
nadi dibawah 100x/i. Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah
119

radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampaai 39-400C , disertai
menggigil.
b. Endometritis
Tanda-tanda dan gejala: takikardi, suhu 380C - 400C, menggigil nyeri tekan
uterus, subinvolusi, distensi abdomen, lochea sedikit dan tidak berbau, atau
banyak, berbau busuk, mengandung darah, dan seropurulen, jumlah sel darah
putih meningkat.
Penanganan endometritis: rujuk ke rumah sakit, konsultasi dokter, diberikan
obat antimikroba, spektrum luas atau terapi antibiotic tripel, biasanya secara
IV, pulangkan jika dalam 24 jam tidak terjadi panas
c. Septicemia dan piemia
Pada septikcemia, penderita sudah sakit dan lemah. Sampai 3 hari postpartum
suhu meningkat dengan cepat, biasanya di sertai menggigil. Suhu 39-40 oC,
keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 - 160 x/i atau lebih).
Penderita meninggal dalam 6 – 7 hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-
gejala menjadi piemia.
Pada piemia, penderita tidak lama setelah postpartum sudah merasa sakit,
perut nyeri, dan suhu agak meningkat. Tetapi gejala-gejala infeksi umum
dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan
embolus memasuki peredaran darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia
adalah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil,
kemudian diikuti oleh turunnya suhu.
d. Peritonitis
Pada peritonitis umumnya terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan
kecil, perut kembung dan ada defense musculaire. Penanganan yang dapat
dilakukan adalah nasogastrik suction, berikan infuse (NaCl atau RL),
antibiotik sehingga bebas panas selama 24 jam (ampisilin 2gr per IV,
kemudian 1 gr setiap 6 jam, ditambah gentamisimin 5 mg IV setiap 8 jam).
Laparatomi dilakukan untuk membersihkan perut ( peritoneal lavige ).

e. Selulitis pelvic
120

Selulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas.
Bila suhu tinggi menetap lebih dari 1 minggu disertai dengan rasa nyeri
dikiri/kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai
terhadap kemungkinan selulitis pelvika. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba
tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan
erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-
tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses.
f. Salpingitis dan Ooforitis
Gejala salpangitis dan ooforitis tidak dapat dipisahkan dari pelvio peritonitis.
Penyebaran melalui permukaan endometrium. Kadang-kadang jaringan infeksi
menjalar ke tuba fallopi dan ovarium disini terjadi salpingitis dan/abfritis yang
sungkar dipisahkan dari pelvio peritonitis.
g. Tromboflebitis
Perluasan infeksi nifas yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan
cabang-cabangnya.
Tromboflebitis, dikelompokkan sbb :
Pelvio Tromboflebitis
1. Nyeri pada perut bawah atau samping,pada hari ke 2-3 masa nifas dengan
atau tanpa panas.
2. Tampak sakit berat,menggigil berulang kali,suhu badan naik turun secara
tajam dapat berlangsung selama 1-3 bulan
3. Terdapat leukositosis
4. Pada pemeriksaan dalam hampir tidak ditemukan apa-apa karena yang paling
banyak  terkena ialah vena ovarika yang sukar pada pemeriksaan dalam.
Tromboflebitis Femoralis
1. Keadaan umum baik sub febris selama 7-10 hari, kemudian mendadak
naik pada hari ke 10-20, yang disertai menggigil dan nyeri.
2. Pada salah satu kaki (biasanya kaki kiri ),tanda-tanda seperti kaki sedikit
fleksi rotasi keluar serta sulit bergerak, lebih panas dibandingkan dengan
kaki yang lain. Nyeri hebat pada lipatan paha (daerah paha). Edema
kadang-kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri.
121

Penanganan :
1. Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan kompres pada kaki,
setelah mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut elastik atau memakai kaus
kaki panjang selama mungkin.
2. Kondisi ibu jelek,sebaiknya jangan menyusui
3. Antibiotik dan analgetik
c) Pencegahan Infeksi Nifas
Masa kehamilan: mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi,
pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu, koitus
pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati.
Selama persalinan: hindari partus telalu lama dan ketuban pecah lama,
menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, perlukan jalan lahir di
jahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas, mencegah terjadinya perdarahan
banyak, semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan masker
“yang menderita infeksi pernafasan tidak boleh masuk kamar bersalin, alat-alat
dan kain-kain yang dipakai harus suci hama, hindari pemeriksaan dalam berulang-
ulang.
Selama nifas: luka dirawat dengan baik, jangan sampai kena infeksi, alat-
alat dan pakaian serta kain yang digunakan harus steril: penderita dengan infeksi
nifas sebaiknya tidak bercampur dengan ibu sehat. Pengunjung-pengunjung dari
luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin.
Komplikasi lain yang harus di waspadai
1. Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur
2. Pembengkakan di wajah atau ekstremitas
3. Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih
4. Payudara yang berubah menjadi merah, panas atau terasa sakit
5. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
6. Rasa sakit, merah, lunak, dan atau pembengkakan dikaki
7. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan diri sendiri
2. 4 Bayi Baru Lahir
2.4.1 Pengertian Bayi Baru Lahir
122

Neonatus dapat di defenisikan sebagai bayi ( infant) dalam empat minggu


pertama kehidupan.(Williamson Amanda, 2015). Bayi “ cukup bulan” adalah bayi
yang dilahirkan setelah usia kehamilan genap mencapai 37 minggu dan sebelum
usia kehamilan genap mencapai 41 minggu.
Neonatus adalah neonatus yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat dan lahir 2500 gram sampai 4000 gram. ( Maryanti Dwi, dkk,
2015).
Tabel 2.6SKOR APGAR

TANDA 0 1 2
Appearance Biru, pucat Badan pucat, Semuanya merah
tungkai biru muda
Pulse Tidak teraba <100 >100
Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat
Aktiviti Lemas, lumpuh Gerakan Aktif/fleksi
sedikit/fleksi tungkai baik/
tungkai reaksi melawan
Respiratory Tidak ada Lambat, tidak Baik, menangis
teratur kuat
Sumber : Maryanti Dwi, dkk, 2016

2.4.2 Fisiologi Bayi Baru Lahir


a) Perubahan system respirasi
1. Perkembangan Sistem Pulmoner
Paru-paru berasal dari jaringan endoderm yang muncul dari laring yang
bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini terus
berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun sampai jumlah bronkiolus
dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan
adanya bukti gerakan napas sepanjang trimester 2 dan 3. Pernapasan janin dalam
rahim berguna untuk mengisi cairan dalam alveolus, supaya alveolus tidak kolaps
atau mengempis. Alveolus janin berisi cairan amnion, namun setelah proses
kelahiran maka akan berganti menjadi berisi udara. Ketidak matangan paru-paru
terutama akan mengurangi peluang kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24
123

minggu, yang  disebabkan  oleh  keterbatasan 


permukaan alveolus, ketidakmatangan system kapiler paru-paru dan tidak
mencukupinya jumlah surfaktan.
Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya
akan meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-34 minggu kehamilan.
Fungsi surfaktan ini mengurangi tekanan permukaan paru-paru dan membantu
untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan.
Tanpa surfaktan, alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernapasan,
yang menyebabkan sulit bernafas.

a) Awal adanya pernafasan


Empat faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi:
1. Penurunan Pa O2 dan kenaikan Pa CO2 merangsang kemoreseptor yang terletak
di sinus karotis. Kemoreseptor tersebut adalah saraf glossofaringeal yang
menerima signal informasi dari carotid bodies adjacent ke sinus karotis.
Karotis bodies menstimulasi penurunan pH darah atau PO2 dalam darah.
Reseptor ini distimulasi oleh meningkatnya PCO2 dalam darah
2. Tekanan terhadap rongga dada ( toraksi ) sewaktu melewati jalan lahir
3. Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permukaan gerakan
pernafasan
4. Refleks deflasi Hering Breur
Refleks ini dibagi menjadi:
a). Reflex inflasi: Untuk menghambat overekspansi paru-paru saat pernafasan
kuat. Reseptor refleks ini terletak pada jaringan otot polos di sekeliling
bronkiolus dan distimulasi oleh  ekspansi paru-paru.
b).  Refleks deflasi: Untuk menghambat pusat ekspirasi dan menstimulasi pusat in
spirasi saat paru-paru mengalami deflasi. 
Reseptor refleks ini terletak di dinding alveolar. Refleks ini berfungsi secara
normal hanya ketika ekshalasi maksimal, ketika pusat inspirasi dan ekspirasi
aktif.

Mekanisme terjadinya pernafasan untuk pertama kali:


124

Terdapat 2 proses mekanisme terjadinya pernafasan untuk pertama kali, berdasark
an pada penyebab rangsangan, yaitu:
1.  Rangsangan Mekanis
Rangsangan mekanis terjadi saat bayi melewati vagina yang
menyebabkan terjadinya penekanan pada rongga thoraks janin. Penekanan pada
rongga thoraks ini dapat menimbulkan tekanan negatif intra thoraks sehingga
memberi kesempatan untuk masuknya udara ke dalam alveoli sebanyak kurang
lebih 40cc menggantikan cairan amnion yang berada di dalamnya. Secara
bersamaan pula terjadinya pengeluaran cairan amnion dalam alveolus sekitar 1/3
dari jumlah total cairan amnion dalm alveolus yang 80-100 ml.
Masuknya udara sejumlah 40cc menyebabkan terjadi permulaan penuruna
n tekananpermukaan alveolus yang sebelumnya berisi cairan kini berisi udara.
Selanjutnya penurunan tekanan ini merangsang peningkatan volume pembuluh
darah paru untuk proses pertukaran oksigen dan karbondioksida secara difusi,
dimana pada masa janin proses ini tidak terjadi.
Proses difusi ini merangsang peningkatan sirkulasi limfa yang bertugas
menyerap kembali sisa cairan amnion yang berada dalam alveolus untuk diganti
dengan udara. Sehingga ketika cairan amnion  dalam alveolus seluruhnya telah
hilang dan berganti udara maka peningkatan oksigen menjadi adekuat serta
merangsang paru untuk berkembang.
Pada bayi yang dilahir dengan SC, pengeluaran cairan paru-paru tidak terjadi,
melainkan dengan jalan reabsorbsi oleh pembuluh darah dan limfa.
2.  Mekanisme rangsangan kimiawi (rangsangan terhadap kemoreseptor), termal
(rangsangan dingin di daerah muka), mekanikal (sentuhan), sensori.
Rangsangan ini menyebabkan terjadinya pergerakan pernafasan pertama
kali sehingga udara dapat memasuki alveoli sejumlah kurang lebih 40 cc. Untuk
terjadinya mekanisme di atas harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran
darah ke paru-paru. Peningkatan kebutuhan energi memerlukan penggunaan lebih
banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini dapat menyebabkan stress
pada bayi. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami
vasokonstriksi. Pengerutan pembuluh darah ini berarti tidak ada pembuluh darah
125

yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga
menyebabkan penurunan oksigenasi yang akan memperburuk hipoksia.
Pernafasan pertama pada neonatus terjadi normal dalam waktu 30 detik
setelah kelahiran. Pernafasan pada neonatus adalah pernafasan diafragmatik dan
abdominal serta biasanya masih tidak teratur frekuensi dan dalam pernafasan.
Kompresi dan dekompresi kepala bayi selama proses kelahiran diyakini
merangsang pusat pernafasan di dalam otak yang pada gilirannya
mempertahankan rangsangan tersebut terhadap upaya bernafas. Rangsangan taktil
dianggap kecil (sedikit) arti pentingnya dalam hal ini. Akan tetapi rasa sakit yang
disebabkan oleh ekstensi tungkai yang masih fleksi, sendi-sendi dan tulang
punggung bisa dianggap menjadi penyebab timbulnya respon awal napas dari
neonatus.
b) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Perubahan system kardiovaskuler terjadi akibat perubahan tekanan pada
seluruh system pembuluh darah tubuh. Terdapat hukum yang menyatakan bahwa
darah akan mengalir pada daerah - daerah yang mempunyai resistensi yang kecil.
Jadi perubahan- perubahan resistensi tersebut langsung berpengaruh pada aliran
darah. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara
mengurangi atau meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Hal ini terutama penting jika mengingat bahwa sebagian besar kematian dini bayi
baru lahir berkaitan dengan oksigen (asfiksia).
Perubahan sistem kardiovaskuler yang terjadi yaitu:
a. Penutupan Foramen Ovale
Penutupan foramen ovale terjadi bermula pada proses pemotongan tali
pusat yangmana berarti neonatus kini lepas ketergantungan dari plasenta, hal ini
menyebabkan terjadinya penurunan sirkulasi darah neonatus. Pemotongan tali
pusat ini merangsang timbulnya pernafasan pertama kali dan menyebabkan
parunya berkembang. Saat paru berkembang terjadi penurunan tekanan atrium
kanan karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini
menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua
kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru
126

untuk menjalani proses oksigenasi ulang. Pada siklus peredaran darah janin atrium
kanan menerima darah dari vena kava inferior dan superior, sebagian darah masuk
ke atrium kiri melalui foramen ovale dan 1/3 darah menuju ventrikel kanan.
Sementara atrium kiri hanya menerima darah dari atrium kanan saja, karena vena
pulmonalis yaitu vena yang menghubungkan antara paru dan atrium kiri belum
bekerja secara fungsional, ini artinya tekanan pada atrium kiri lebih rendah dari
pada atrium kanan.
Ketika darah yang mengandung oksigen sedikit mengalir ke paru, maka
setelah mendarahi paru maka darah yang kaya oksigen akan memasuki vena
pulmonalis menuju atrium kiri. Akibatnya atrium kiri sekarang mempunyai
tekanan lebih besar dari atrium kanan. Perubahan tekanan ini yang mendorong
penutupan foramen ovale. Foramen ovale yang menutup akan menjadi fosa ovalis.

b.  Penutupan Duktus Arteriosus Botali


Duktus arteriosus botali merupakan pembuluh darah yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta, sedangkan arteri pulmonalis
menghubungkan ventrikel kanan dengan paru. Pada masa janin darah yang
mengalir menuju atrium kanan akan dialirkan melalui arteri pulmonalis menuju ke
paru, fungsinya untuk memberikan nutrisi dan pemeliharaan organ paru bukan
untuk proses pernapasan. Sebagian darah masuk ke paru, kelebihannya akan
dialirkan ke aorta melalui duktus arteriosus botali.
Setelah neonatus bernapas untuk pertama kali, oksigen yang masuk
menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru. Selanjutnya
terjadi perubahan tekanan pada atrium kanan, karena foramen ovale telah
menutup, dimana darah yang berada pada atrium kanan yang bersumber dari vena
kava inferior dan superior akan dialirkan melalui arteri fulmonalis menuju paru
pada saat janin sudah lahir berfungsi untuk proses pernafasan bukan untuk
memberi nutrisi pada paru seperti pada masa janin. Sehingga darah yang menuju
keduktus arteriosus botali akan berkurang dan secara fungsional terjadi penutupan
duktus arteriosus botali. Duktus arteriosus botali yang menutup akan berubah
menjadi ligamentum arteriosus dalam 10-15 jam dan menutup permanen dalam 2-
3 minggu.
127

c.  Vena dan arteri umbilikalis


Duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara
fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem.
Setelah duktus venosus menutup akan menjadi ligamentum venosum, vena dan
arteri umbilikalis akan mejadi ligamentum teres dan ligamentum medial
umbilikalis. Denyut jantung neonatus berkisar 140 x / menit dan volume darah
berkisar 80-110 ml/kg.

c)  Perubahan Sistem Termogenik


1. Saat neonatus meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, neonatus
tersebut kemudianmasuk kedalam lingkungan kamar bersalin yang jauh lebih
dingin. Hilangnya panas tubuh neonatus melalui kontak dengan udara yang
dingin disekitar disebut konveksi. Suhu dingin  ini menyebabkan air ketuban
menguab lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi.
2. Mekanisme pertahanan diri neonatus ketika terpapar dingin adalah dengan tan
pa mekanisme  menggigil (non shivering termogenesis) melainkan
menggunakan lemak coklat suhu normal pada neonatus adalah 36,5-37,00c.
Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 36,00c.
3. Pusat pengatur suhu tubuh pada neonatus belum berfungsi dengan sempurna.
4. Neonatus mempunyai area permukaan besar terhadap masa dibanding dewasa
(0,066m2/kg untuk 3kg bayi dibanding 0,025m2/kg untuk 70kg dewasa).
Tubuh neonatus terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
5. Jumlah otot yang terlalu sedikit
6. Neonatus belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaian nya agar ia tidak
kedinginan.
a) Penggunaan lemak coklat  sebagai usaha mengghasilkan suhu tanpa menggigil
dapat meningkatkan panas tubuh hingga 100%. Jumlah lemak coklat dalam tu
buh neonatus kurang  lebih 25% berat badan neonatus. Pada neonatus, lemak c
oklat diyakini banyak terdapat pada bagian midskapula, leher posterior, di seki
tar otot leher dan memanjang dibawah klavikula sampai aksila dan sekitar
trakea,
128

esophagus,interskapula dan arteri mamaria, aorta abdominal, ginjal dan kelenj
ar adrenal. Penggunaan lemak coklat yaitu glikogen dalam sel lemak coklat
menghasilkan  glukosa untuk sejumlah mitokondria, yang digunakan untuk
menghasilkan energi terutama untuk produksi panas.
b) Jaringan lemak coklat kaya vaskularisasi sehingga memberi 2 manfaat yaitu:
c) Membawa nutrient seluler dan sampah metabolis pada tempat nya dan
menyebarkan panas yang dihasilkan dalam jaringan lemak coklat untuk
istirahat tubuh. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh neonatus dan
cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya
stres dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak
coklat bayi jika neonatus kedinginan, dia akan mulai
mengalami  hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.
d) Neonatus yang mengalami hiportermi, pada saat lahir yang mengakibatkan
hipoksia akan  menggunakan cadangan glikogen dalam jam jam pertama kelah
iran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama
kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan
pada jam pertama, maka otak dalam keadaan beresiko.

Mekanisme Kehilangan Panas


BBL dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:
1. Evaporasi
Kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh
oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini merupakan jalan utama bayi kehilangan
panas. Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak segera
dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan
dan diselimuti.
2. Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi
129

melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda


tersebut.
3. Konveksi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang
lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin
akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada
aliran udara dingin dari kipas angin, hembusan udara dingin melalui
ventilasi/pendingin ruangan.
4. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-
benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat
kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi
panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut:
a) Ruang bersalin yang hangat, suhu ruangan minimal 25°C. Tutup semua pintu
dan jendela.
b) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks. Keringkan bayi mulai dari 
muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. S
egera ganti handuk basah dengan  handuk atau  kain yang kering.
c) Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu. Luruskan dan usahakan ke
dua bahu bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada
di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara
ibu.Inisiasi Menyusui Dini
d) Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas. Selimuti
tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan pasang topi di kepala
bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif luas dan bayi akan
dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.

e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
130

Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi
selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya
(terutama jika tidak
berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebihdulu selimuti bayi
dengan kain  atau selimut bersih dan kering. Berat bayi dapat dinilai dari
selisih berat bayi pada saat berpakaian atau diselimuti dikurangi
dengan berat pakaian atau selimut.
Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari
enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil. Memandikan bayi dalam
beberapa jam pertama  setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang
sangat membahayakan kesehatan BBL.
f). Rawat Gabung
Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam. Idealnya BBL
ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya. Ini adalah cara yang
paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera
menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
g). Resusitasi dalam lingkungan yang hangat
Apabila bayi baru lahir memerlukan resusitasi harus dilakukan dalam
lingkungan yang  hangat.
h). Transportasi hangat
 Bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap hangat selama dalam
perjalanan.
i).  Pelatihan untuk petugas kesehatan dan konseling untuk keluarga
Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga tentang hipotermia
meliputi tanda-tanda dan bahayanya.
d). Perubahan Sistem Urinarius
1.    Neonatus harus miksi dalam waktu 24 jam setelah lahir, dengan jumlah urine
sekitar 20-30 ml/ hari dan meningkat menjadi 100-200 ml/ hari pada waktu
akhir minggu pertama. Urinenya encer, berwarna kekuning-kuningan dan
tidak berbau. Warna coklat akibat lendir bebas membrane mukosa dan udara
131

acid dapat terjadi dan hilang setelah banyak minum. Garam urine acid dapat
menyebabkan noda merah jambu namun ini bukan suatu masalah.
2.    Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur belum sebanyak
orang dewasa dan ada ketidak seimbangan antara dua permukaan glumelurus
dan volume tubulus proksimal serta renal bood flow pada neonatus bila
dibandingkan dengan orang dewasa.

e). Perubahan Sistem Gastrointestinal


Kapasitas lambung neonatus sangat bervariasi dan tergantung pada ukuran
bayi,sekitar 30-90 ml. Pengosongan dimulai dalam beberapa menit pada saat
pemberian makanan dan selesai antara 2-4 jam setelah pemberian makanan dan
pengosongan ini dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain waktu dan volume
makanan, jenis dan suhu makanan serta stress fisik. Neonatas memiliki enzim
lipase dan amilase dalam jumlah sedikit sehingga neonatus kehilangan untuk
mencerna karbohidrat dan lemak. Pada waktu lahir, usus dalam keadaan steril
hanya dalam beberapa jam terdengar bunyi isi perut dalam 1 jam pertama
kelahiran. Mekonium yang ada dalam usus besar sejak 16 minggu kehamilan,
diangkat dalam 24 jam pertama kehidupan dan benar-benar dibuang dalam waktu
48-72 jam. Feses pertama berwarna hijau kehitaman, keras, dan mengandung
empedu. Pada hari 3-5 feses berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Begitu
bayi diberi makanan, kotoran berwarna kuning. Kotoran bayi yang meminum susu
botol lebih pucat warnanya, lunak dan berbau agak tajam. Bayi BAB 4 - 6 kali
sehari.
Refleks gumoh dan refleks batuk yang matang sudah terbentuk dengan
baik pada saat lahir. Kemampuan neonatus cukup bulan untuk menelan dan
mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esopagus
bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan gumoh
neonatus.
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu.
Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang
neonatus harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada
setiap neonatus glukosa darah akan turun dalam waktu cepat ( 1-2 jam ). Untuk
132

mengkoreksi penurunan kadar glukosa dapat dilakukan dengan penggunaan ASI,


menggunakan cadangan glikogen dan melalui pembuatan glukosa dari sumber lain
terutama lemak, neonatus yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah
yang cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi).
Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Bayi
sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama dihati, selama
bulan - bulan terakhir dalam rahim.

f. Perubahan Sistem Hepar


Segera setelah lahir hati menunjukkan perubahan biokimia dan morfologis
berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Enzim
hepar belum aktif benar, seperti enzim dehidrogenase dan transferase glukoronil
sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus neonatorum
fisiologis. Daya detoksifikasi hepar pada neonatus juga belum sempurna.
g. Perubahan Sistem Imunitas
a) Sistem imunitas neonatus masih belum matang, sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang
matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat. Kekebalan
alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau
meminimalkan infeksi. Bentuk kekebalan alami pada neonatus adalah
perlindungan kulit oleh membran mukosa, fungsi saringan saluran napas,
pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus dan perlindungan kimia oleh
lingkungan asam lambung.
b) Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang
membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada neonatus sel-
sel darah ini masih belum matang, artinya neonatus tersebut belum mampu
melokalisasi dan memerangi infeksi secara efesien. Kekebalan yang didapat
akan muncul kemudian. Neonatus dengan kekebalan pasif mengandung banyak
virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibody keseluruhan terhadap antigen asing
masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupan anak. Salah satu tugas
utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan
tubuh.
133

c) ASI dan terutama kolostrum memberikan kekebalan pasif kepada bayi dalam
bentuk:
1. Laktoferin
Merupakan protein yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap zat besi.
Bersamaan dengan salah satu imunoglobulin yaitu Ig A, laktoferin mengambil zat
besi yang diperlukan untuk perkembangan E. Colli, stafilokokus dan ragi.
Kandungan zat besi yang rendah pada kolostrum dan ASI akan mencegah
perkembangan kuman patogen.
2. Lisosom
Bersama IgA mempunyai fungsi antibakteri dan juga menghambat pertumbuhan
berbagai macam virus.
3. Faktor antitrypsin
Enzim tripsin barada di dalam saluran usus dan fungsinya adalah memecah
protein. Adanya faktor tripsin dalam kolostrum ASI akan menghambat kerja
tripsin, sehingga akan menyebabkan immunoglobulin pelindung tidak akan
dipecah oleh tripsin.
4. Faktor Bifidus
Lactobacili ada di dalam usus bayi dan laktobacili ini
menghasilkan asam mencegah pertumbuhan kuman patogen.Untuk pertumbuhann
ya, lactobacilli membutuhkan gula yang mengandung nitrogen, yaitu faktor
bifidus dan faktor ini terdapat dalam ASI.
h. Perubahan-Perubahan Sistem Reproduksi
Pada neonatus perempuan labia mayora dan labia minora mengaburkan
vestibulum dan menutupi klitoris. Pada neonatus laki-laki preputium biasanya
tidak sepenuhnya tertarik masuk dan testis sudah turun. Pada bayi laki-laki dan
perempuan penarikan estrogen maternal menghasilkan kongesti lokal di dada dan
yang kadang-kadang diikuti oleh sekresi susu pada hari ke 4 atau ke 5. Untuk
alasan yang sama gejala haid dapat berkembang pada bayi perempuan.
i. Perubahan Sistem Skletal
Tubuh neonatus kelihatan sedikit tidak proposional, tangan sedikit lebih
panjang dari kaki, punggung neonatus kelihatan lurus dan dapat ditekuk dengan
134

mudah, neonatus dapat mengangkat dan memutar kepala ketika menelungkup.


Fontanel posterior tertutup dalam waktu 6-8 minggu. Fontanel anterior tetap
terbuka hingga usia 18 bulan.
j. Perubahan Sistem Neuromuskular
1. Dibandingkan dengan sistem tubuh lain, sistem saraf neonatus baik secara
anatomi maupun fisiologi. Ini menyebabkan kegiatan refleks spina dan batang
otak dengan kontrol minimal oleh lapisan luar serebrum pada bulan- bulan awal
walaupun interaksi sosial terjadi lebih awal. Setelah neonatus lahir, pertumbuhan
otak memerlukan persediaan oksigen dan glukosa yang tetap dan memadai. Otak
yang masih muda rentan terhadap hipoksia, kesetimbangan biokimia, infeksi dan
perdarahan.
Ketidakstabilan suhu dan gerak otot yang tidak terkoordinasi
menggambarkan keadaan perkembangan otak yang tidak lengkap dan mielinisasi
saraf tidak lengkap. Neonatus dilengkapi dengan rangkaian aktifitas refleks yang
luas pada usia yang berbeda- beda memberikan indikasi kenormalan dan
perpaduan system neurologi dan skeletomuskuler.
2. Beberapa aktifitas refleks yang terdapat pada neonatus antara lain:
a. Refleks morro/peluk
Dikenal juga sebagai refleks keju, yang merupakan respon terhadap perasaan
akan jatuh, kedua lengan dalam kondisi abduksi sementara jari terbuka lebar
yang diikuti abduksi.
b. Rooting refleks
Usap-usap pipi; bayi akan menengok dengan mulut membuka kearah usapan
tersebut
c. Refleks menghisap dan menelan Menstimulasi palatum harus menyebabkan
menelan. Menetap seumur hidup
d. Refleks batuk dan bersin
e. Refleks genggam (palmar grasp)
Usap telapak tangan bayi, bayi akan mulai memegangdan
menggenggam(berlangsung 3-6 bulan). Tidak ada gerakan ini mengesankan
penyakit cerebral. Hilang pada bulan ketiga
135

f. Refleks melangkah dan berjalan


Saat bayi diposisikan berdiri tegak dan kakinya menyentuh permukaan yang
keras dan data, bayi akan membuat gerakan melangkah.
g. Refleks otot leher
Dengan bayi dalam posisi terlentang rileks, tengokkan kepalanya sehinggga
rahang berada diatas salah satu bahu. Lengan dan tungkai disisi yang menjadi
arah tengokkan kepala harus ekstensi, dan lengan dan tungkai yang lain harus
fleksi. Tes kedua sisi, refleks ini hilang pada bulan ketiga dank e empat dan
benar – benar hilang pada bulan ke enam, memungkinkan bayi untuk berguling
h. Babingsky refleks
Yaitu, ibu jari kaki dalam kondisi fleksi dan jari kaki lainnya melebar ketika
berespons terhadap usapan di bagian plantar kaki.

2.4.3 Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir


a). Kepala
1) Bentuk dan kesimetrisan.
2) Proporsi terhadap tubuh dan wajah.
3) Lingkar kepala (diukur dititik diatas telinga). Lingkar ini akan berubah
jika molase hilang.Lingkar kepala normal adalah 32-38 cm pada rata-
rata bayi cukup bulan.
Lingkar kepala melebihi abdomen sampai usia kehamilan 32-36
minggu, kemudian akan menjadi lebih kecil. Kepala yang berukuran
sangat besar dapat mengindikasikan hidrosefalus.
4) Sutura sagitalis, Lamboidea, dan Koronalis. Penutupan garis sutura
Premature disebut sinososis kranial: sutura tidak menyatu jika sisi yang
lain tertekan.
Area-area lunak pada tulang parietal dan sepanjang sutura sagitalis Disebut
kraniotabes dan terlihat pada bayi prematur dan mereka yang
mengalamikompresi uterus. Kraniotabes biasanya tidak bermakna, tetapi
harus diselidiki jika menetap. Area-area lunak pada oksiput signifikan
136

dan,jika ada, osteogenesis imperfekta, sindrom down, kretinisme, dan


kondisi lain harus disingkirkan.
5) Fontanela anterior berbentuk wajik memiliki ukuran 20 ± 10 mm, tetapi
ada banyak variasi dan ukuran fontanel tidak signifikan.Fontanela
menutup pada usia9-16 bulan.Fontanela posterior,yang berbentuk
segitiga,dapat menutup saat bayi lahir padasekitar usia 4 bulan. Ukuran
rata-ratanya adalah 1x1 cm. Fontanela harus datar: penonjolan
mengindikasikan peningkatan tekanan intracranial dan
depresimengindikasikan dehidrasi
6) Terdapat Molase (tumpang tindih tulang oksipital dan tulang frontal oleh
parietal).
7) Terdapat Cefalohematoma.Didapat selama persalinan dan kelahiran,
perdarahan superiosteum ini terbatas pada satu tulang,biasanya tulang
parietal dan tidak menindih sutura. Cefalohematoma ini berlangsung
sekitar 8 minggu.
b).  Rambut
1) Tekstur arah pertumbuhan
Distribusi rambut dibawah lipatan leher mengesankan sindrom-sindrom
yangberhubungan dengan leher pendek dan/atau webbed neck
2)  Lesi kulit kepala aplasia kutis kongenita merupakan suatu kelainan kulit kepala
3) Warna perhatikan keserasian dengan ras erambut merah pada bayi kulit hitam
misalnya, dapat menunjukkan albinisme. Perhatikan keseragaman
sejumputrambut putih tepat diatas kening misalnya dapat dihubungkan dengan
ketulian danreterdasi mental.

c).  Wajah
Wajah terlihat simetris. Bayi normal memiliki dua mata. Kantus bagian
dalam dan bagian luar (kedua tepi mata) harus sejajar. Fisura palpebra dan jarak
antara kantus bagian dalam dikedua mata harus sama dengan panjang satu fisura
palpebra (Tappero dan Honeyfield. 2015). Mata harus bersih, iris mata abu-abu
tua atau biru, dan sklera berwarna putih. Mata dapat mengalami memar dan
137

edema (membengkak) yang disebabkan oleh trauma jalan lahir, dan hemoragi
konjungtiva ( perdarahan ) dapat terlihat.
Hidung terletak secara vertikal di garis pertengahan wajah dan lubang
hidung harus paten. Warna bibir dan membran harus kemerahan. Praktisi asuhan k
esehatan perlumemeriksa keutuhan palatum mole dan palatum durum di dalam
mulut bayi. Refleks menghisap dan muntah biasanya diobservasi selama palpasi p
alatum mole dan palatumdurum. Praktisi asuahan kesehatan dapat memeriksa
palatum dengan memasukkan satu jari yang bersih secara perlahan kedalam mulut
bayi dan memeriksa bahwa langit-langit mulut bayi utuh.
d).  Mata
Mata paling mudah diperiksa dengan mengangkat bayi dan perlahan
menggerakkan nya kedepan dan kebelakang. Pada saat ini, bayi akan secara
spontan merefleks membuka matanya.
1) Letak dan kesimetrisan mata yang terpisah jauh dapat dihubungkan
dengan sindrom kogenital
2) Ukuran. Ukuran yang normal adalah 2,5cm mata berukuran besar disebut
hipertelorisme sedangkan mata yang ukuran kecil disebut hipotelorisme.
Keduanya dihubungkan dengan sindrom kogenital. Perhatikan kesesuaian
kedua bola mata dihubungkan dengan kantungnya dan perhatikan
kedalamannya.
3) Posisi. Lipatan keatas atau kebawah dapat mengidentifikasikan sindrom
kogenital
4) Ukuran dan kejernihan kornea.
5) Warna iris. Fikmentasi penuh terjadi pada usia10-12 bulan celah ventral
dapat dihubungkan dengan defek pada lensa dan retina. Bintik-bintik
berwarna emas dapat terlihat pada perifer iris.
Sklera : Pada kondisi normal jernih, tetapi bisa berwarna kuning  disertai ikterik
hemoragi akibat trauma lahir, atau berwarna biru disertai osteogenesis inperfekta
Konjungtiva : Pedarahan kecil sering terjadi. Peradangan bisa munculakibat
profilaksis eritromisin
Pupil : Sama dan reaktif setelah usia 2-3 minggu, pupil berukuran 1,8 - 5,4
138

Retina : Harus jernih pada pemeriksaan oftal moskopik

Kelopak Mata : Perhatikan edema atau ptosis ( jatuh )


e).  Telinga
1) Simetris dan sejajar. Insersi normal adalah jika telinga berada pada 1 garis
imajiner melalui kantus dalam dan luar mata. Telinga letak rendah dapat
mengidentifikasikan sindrom kogenital sering kali disertai defek ginjal.
2) Lipatan kulit atau lubang berlebih.
3) Bentuk. Pembentukan kartilago mengindakasikan maturitas.Pendengaran.
Bayi melihat kearah bisikan terlihat terkejut sebagai respon terhadap suara
keras. Khusus nya pada kasus kelainan kepala dan leher, riwayat tuli pada
keluarga, berat lahir sangat rendah, asfiksia berat, infeksi janin dan
sindrom lain yang terkait dengan tuli
4) Otoskopi dilakukan dengan menarik daun telinga kebawah, verniks
kaseosa terlihat didalam saluran luar atau cairan amnion terlihat
dibelakang membrane timpani berwarna abu-abu kusam.
f).  Hidung
1.  Posisi dan bentuk. Posisi menyimpang dari garis tengah atau tulang
hidungyang mendatar atau bengkok yang dapat mengidakasikan sindrom
kogenital
2.  Lubang hidung. Dikaji untuk melihat bentuk, kesimetrisan, dan kepatenan,
satulubang hidung tersumbat pada satu waktu dan pernapasan terlihat melalui
lubanghidung yang terbuka sehingga menyingkirkan kemungkinan atresia
koanal-benyumbatan nares posterior yang menyebabkan gawat nafas berat
pada bayilubang hidung yang besar, menonjol atau ketiadaan lobang hidung
dapat terjadi pada kelainancongenital. Setiap rabas atau pengembangan harus
diperhatikan
g). Mulut
1) Ukuran dan bentuk. Mulut seperti burung terlihat pada sindrom alcohol;
mulut kecil, mikrostomia, terlihat pada sindrom down; dan mulut yang
lebar makrostomia, terlihat pada gangguan metabolik.
139

2) Bibir. Harus terbentuk penuh. Filtrum yang memanjang (alur dari hidung
hingga bibir atas) dapat mengindakasikan sindrom congenital.
3) Lidah. Makroglosia dihubungkan dengan hipotiroidisme. Perhatikan ukuran,
proporsi, warna, lapisan pelindung, gerakan,tonus danpanjang frenulum
4) Gusi. Gigi yang tumbuh sebelum waktunya jarang ditemui pada mulut bayi
baru lahir normal dan akan tanggal sebelum gigi susu muncul; gigi juga
dapat muncul pada beberapa sindrom congenital.
5) Dagu. proporsinya harus tepat. Mikrognatia mengesankan sindrom pierre-
robin.
6) Palatum : Melengkung utuh
7) Refleks : Refleks menghisap terlihat sejak usia kehamilan 32 minggu
hingga 3–4 bulan. Refleks rooting terlihat sejak usia kehamilan 34 minggu
hingga 3-4 bulan
8) Membran mukosa : Perhatikan kelembapan pengeluaran saliva yang
berlebihan mengindikasikan fistula atau atresia esophagus, sariawan di
identifikasikan dengan adanysa bercak putih dan abu- abu.
h). Leher
1) Bentuk, nodus limfoideus, keberadaan massa
2) Gerakan. Rentang pergerakan harus memungkinkan bayi memutar dagu
ketiap-tiapbahu. Tortikolis kongenital (kepala menutupi menekuk salah satu 
bahu sementaradagu mengarah ke bahu lain) ditemukan jika hematoma pada
ototsternokleidomastoideus akibat cedera lahir.
3) Tiroid. Biasanya ditemukan digaris tengah tanpa modul.
4) Klavikula. Fraktur klaviluka tetjadi pada 1,7-2,9% bayi cukup bulan
walaupunbanyak fraktur tidak terdeteksi sampai kalus terbentuk diatas
fraktur pada 2-3 minggu

i). Kulit
Kulit normalnya bersih, lembut, dan elastik. Verniks kaseosa dapt ditemukan
tetapi jumlahnya berkurang saat bayi mencapai usia cukup bulan. Lanugo,
rambut halus yang menutupi tubuh, juga dapat ditemukan, tetapi semakin
140

berkurang menjelang cukup bulan. Warna kulit harus sesuai dengan etnisitas
(NICE, 2015). Akan tetapi, semua bayi seharusnya berwarna merah jambu.
Bagian yang baik untuk memeriksa hal ini adalah bibir, yang seharusnya
berwarna merah jambu. Bayi dapat mengalami akrosianosis, yaitu tangan dan
kaki terlihat agak sianosis. Hal ini normal dan biasanya kembali normal dalam
24 jam. Sianosis (kebiruan) selain akrosianosis, atau ikterusdalam beberapa
jam pertama kehidupan bayi selalu memerlukan perujukan untuk mendapat
bantuan dan pemeriksaan medis.
j).  Dada
Dada harus simetris kanan dan kiri, dan payudara serta jaringan payudara harus
sudah terbentuk pada bayi cukup bulan. Klavikula diamati dan dipalpasi untuk
mendeteksi adanya fraktur yang dapat terjadi selama pelahiran. Pernapasan
normal bersifat simetris per menit Suhu tubuh harus di ukur di aksila ( di
bawah lengan ) menggunakan thermometer digital. Suhu tubuh normal
diruangan normal ( 200C) adalah sekitar 37oC ( NICE, 2015).
Lingkar dada pada putting susu. Rentang normalnya adalah 30-36 cm, 1-2 cm
lebih kecil daripada lingkar kepala ( rentang normal 30-36 cm ).
1.   Perkembangan areola. Letak putting susu. Letak putting yang berjauhan
terlihat  pada sindrom turner. Putting susu yang berjumlah banyak terlihat
dengan atau tampa areola pada 1,2- 1,6 % bayi berpigmen gelapdan dalam
jumlah lebih kecil pada bayi berpigmen lebih terang. Pada bayi keturunan
Kaukasia biasanya berhubungan dengan kelainanginjal.Kesimetrisan
pengembangan. Dada yang tidak mengembang simetris  menandakan hernia
difragmatik pneumothoraks, atau kerusakan nervus prenikus.
2. Pernapasan. Biasanya pernapasan abdomen pada BBL; Frekuensi normalnya
adalah 30–60 x/ menit. Dihitung selama 1 menit penuh. Frekuensi napas lebih
dari 60 x/ menit  mengindikasikan penyakit. Pernapasan periodik (pernapasan
Cheyne Stokes–apnoe selama 15 detik tanpa disertai bradikardia). Dapat
ditemui pada BBl. Bayi yang menunjukkan apnoe lebih dari 15 detik disertai
bradikardia, memiliki syndrome kematian bayi mendadak (SIDS). Perhatikan
pernapasan seesaw atau pernapasan paradoksikal.
141

Tanda gawat napas meliputi mendengkur, napas cuping hidung, retraksi otot –
otot interkosta dan sternum, serta penggunaan otot-otot aksesori. Suara napas
normal terdengar jelas dan sam merata, terdengar keras karena dinding dada
bayi tipis, dan hampir brhonkovesikular diseluruh bidang dada. Rales sulit di
interpretasi pada periode ini, tapi akan tetap beberapa jam setelah lahir.
3.  Bunyi Jantung. Nada terdengar lebih tinggi dari pada nada yang terdengar pada
orang dewasa. Sinus aritmia (varian teratur yang menyertai pernafasan) adalah
temuan normal. Bunyi jantung ketiga terdengar normal dan biasanya terdengar
paling keras di apeks. Bunyi jantung kedua dapat terdengar terpisah dan ini
normal pada bayi. Kedua komponen  S2 harus terdengar pada jam ke-6 hingga
ke-12 setelah bayi lahir. Denyut jantung rata- rata adalah 110-160 x/i. Pada
bayi cukup bulan yang sehat, memiliki rentang 90-180 x/I bergantung pada
aktivitas bayi. Pada bayi premature, denyut jantung rata-rata adalah 140-150x/i
pada saat istirahat. Denyut jantung menetap>160x/i dapat mengindikasikan
iritabilitas system saraf pusat,gagal jantung,kongestif,demam,anemia,atau
masalah lain.Sebagian besar denyut premature bersifat sementara dan benigna.
4.  Perkusi. Dikaji dengan menggunakan 1 jari, paru bayi baru lahir pada kondisi
normal hiperresonan diseluruh bidang paru. Suara redup dapat
mengindikasikan ada efusi atau konsolidasi.

k). Ekstremitas Atas


a) Panjang. Proporsional (harus mencapai paha atas) dan sama di kedua sisi
b) Gerakan lengan dan jari-jari
c) Jumlah dan panjang jari. Refleks menggenggam ada. Perhatikan adanya
sindaktili(Penyatuan jari) atau polidaktili (jari lebih). Kuku jari harus
memiliki bentuk normal   dan memanjang melebihi bantalan kuku. Kuku-
kuku jari pada bayi prematurdapat   rudimentel, sementara pada bayi
postmatur kuku-kuku jari melewati ujung jari
d) Dermatoglifik jari dan telapak tangan. Lipatan simian, suatu lipatan
tunggal dari atasibu jari sampai dibawah kelingking, dapat dihubungkan
dengan ibu jari gempal pendek dan kelingking dan terjadin disertai
142

kelainan kromosom, seperti trisomi 21.Pola jari normal adalah


melingkar,melengkung dan melekuk-lekuk. Lekukan yang paling sering
ditemukan. Apabila ada lebih dari 4 lengkukan, jari dinyatakan abnormal.
Jika   ibu  jari ditemukan cerebral dan dapat mengindakasikan kelainan
serebral.
e) Penanda usia kehamilan. Jendela segi empat (square window) dilakukan
dengan memperkirakan sudut antara telapak tangan dan lengan bawah
ketika pergelangantangan di deflesikan didepan. Tanda scarf dilakukan
dengan menarik satu tangan kearah bahu disisi berlawanan, layaknya syal
yang membungkus leher. Tanda inimemperlihatkan hubungan siku
dengan garis tengah. Tes tiga, tes recoil lengan,dilakukan dengan
memfleksikan  lengan  bawah  pada  siklus  lama  2-5
detik,denganmeluruskanlengan ini sepenuhnya dan melihat berapa lama
yang dibutuhkan bayi untuk sampai di posisi fleksi. Dua tes terakhir
menjadi tidak valid jika ada cedera lahir yang mengubah kekuatan
motorik atau integritas batang tubuh atas atau kedualengan.
l.  Pungung
Tulang belakang harus datar dan kolumna vertebralis (tulang punggung) lurus.
Kulit punggung bayi harus bersih tanpa cekungan di bagian sakralis atau
berkas rambut. Mongolian blue spots adalah temuan normal pada bebarapa
kelompok etnis. Panjang lengan dan kesimetrisan lipatan dapat diperiksa saat
bayi berada dalam posisi tengkurap.
Bayi harus ditimbang tanpa pakaian menggunakan skala digital yang
dikalibrasi secara teratur dan diletakkan di atas permukaan yang kuat yang
kuat ( Hall dan Elliman, 2015). Berat badan rata-rata bayi aterm adalah sekitar
3,5 kg.
m.  Genetalia
Bayi harus memiliki lubang uretra dan saluran keluar urine yang normal.
Sembilan puluh delapan persen bayi aterm akan menngeluarkan urine dalam
30 jam pertama setelah lahir Kapatenan anus dikonfirmasi ddengan keluarnya
143

mekonium, yang normal terjadi 12-24 jam pertama setelah lahir ( Kanneh dan
Davies, 2014)
Genetalia Wanita
1). Labia mayor, harus menutupi labia minor dan klitoris cukup bulan. Penuh pada
labia ( biasanya unilateral, jarang bilateral). Dapat mengindikasikan hernia
inguinalis.Hernia yang demikian membesar jika tekanan intra abdominal
meningkat, misalnya pada saat bayi menangis.Hormon kehamilan ibu dapat
menyebabkan penonjolan genetalia wanita.Maskunilisasi menyebabkan
penyatuan lipatan labiaskrotum posterior.
2). Klitoris, normal memiliki panjang 1 cm atau lebih pendek. Klitoris yang
sempurna dicapai pada minggu ke 27. Pada bayi imatur atau bayi kurang gizi
klitoris ini dapat terlihat hipertropi karena struktur sekitarnya tidak sempurna
akibat keterbatasan simpanan lemak.
3). Vagina harus paten.Imperporasihimen dapat menyebabkan hidrometrocolpus
dan massa di abdomen bawah. Rabas yang mengandung darah dari vagina
disebabkan oleh estrogen ibu. Ruang sebesar ujung jari (sekurang- kurangnya
0,34 cm) harus ada  diantara vagina dan rectum; ukuran yang lebih kecil
dapat mengindikasikan ketidak jelasan kelamin ( ambiguitas ).
4). Selaput hymen. Hampir semua wanita memiliki selaput dara ( hymen) yang
tidak berfungsi. Pada 13 % wanita, selaput ini memanjang 1–15 mm melebihi
batas pinggir hymen. Selaput ini lenyap dalam beberapa minggu pertama
kehidupan.

Genetalia Pria
1). Perhatikan ukuran dan rugae pada skrotum. Skrotum dapat membesar karena
trauma pada kelahiran dengan presentasi bokong atau akibat ada hodrokel
sementara. Penurunan testis harus dikonfirmasi. Setidaknya ada 1 testis pada
palpasi saluran atau pada skrotum si bayiyang lahir cukup bulan. Ketidak
simetrisan menunjukkan adanya hidrokel atau hernia testis.
144

2). Di bawah penis harus ada garis fusi linea mediana


3). Penis harus meregang hingga mencapai panjang minimal
2cm.Kordee( lekukan) adalah temuan yang abnormal.
4). Perhatikan posisi muara uretra. Hipospadia adalah muara uretra ventral.
Sedangkan evispadia merupakan muara uretra dorsal. Keduanya merupakan
kontraindikasi untuk melakukan sirkumsisi. Kasus-kasus erat diselidiki
dengan menganalisis kromosom seks.
5). Pigmentasi dapat mencerminkan pajanan hormone adrenalin selam masa
hamil.
n.   Ekstremitas Bawah
1. Rentan pergerakan dan gerakan panggul.
2. Panjang tungkai. Tanda Galeazzi adalah panjang kaki yang tidak sama,
menandakan dislokasi tungkai yang lebih pendek
3. Lokasi lutut simetris
4. Kesimtetrisan lipatan gluteus.
Ketidak simetrisan menandakan displasia panggul congenital.
5. Kelurusan kaki. Garis imajiner dari pusat tumit sampai kedua atau berada
diantara jari kaki ke dua dan ketiga. Garis yang lebih lateral
mengindikasikan aduktusmetatarsus, secara sponatn dalam beberapa
tahun pertama kehidupan atau perlu digips dan di latih gerak. Jika kaki ini
menyimpang kearah garis tengah, terjadi clubfoot atau talipes equinovarus
sehingga perlu digips, di belat atau diperbaiki melalui upaya bedah.
6.  Jumlah jari kaki; Bentuk dan pembentukan kuku-kuku jari.
7. Lipatan pada tumit kaki selama kehamilan, pembentukan lipatan dimulai
dari jari-jari  kaki hingga tumit. Lipatan yang dalam, tidak ada lipatan,
atau lipatan vartikel dapat  merupakan kelainan yang signifikan.
Bayi harus memiliki posisi fleksi. Ekstremitas harus memiliki panjang
yang sama dan tungkai dalam kondisi fleksi dan abduksi, lengan dalam kondisi
fleksi dan abduksi, mendekati tengah tubuh. Lima jari tangan dan kaki yang
terpisah harus dihitung pada setiap tangan dan kaki secara berturut- turut. Kuku
pada bayi cukup bulan harus sudah terbentuk dan harus ada garislipatan ditelepak
145

tangan dan telapak kaki. Saat bayimenggerakkan ekstremitasnya, pergerakan


harus simetris dengan tonus otot yang baik. Kaki bayi harus lurus, dalam posisi
netral dengan rentang pergerakan sendi yang baik.

2.4.4 Asuhan Segera Bayi baru Lahir


Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi
baru lahir selama 1 jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar BBL akan
menunjukkan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan
(Sarwono Prawirohardjo, 2014).

2.4.5 Komponen Asuhan Bayi Baru Lahir


 Pencegahan infeksi
 Penilaian segera setelah lahir
 Pencegahan kehilangan panas
 Asuhan tali pusat
 Inisiasi Menyusui Dini
 Manajemen laktasi
 Pencegahan infeksi mata
 Pemberian vitamin K1
 Pemberian imunisasi
 Pemeriksaan BBL
1). Asuhan BBL meliputi :
a. Membersihkan jalan nafas
1. Sambil menilai pernapasan secara cepat, letakkan bayi dengan
handuk diatas perut ibu.
2. Bersihkan darah / lendir dari wajah bayi dengan kain bersih dan
kering / kasa.
3. Periksa ulang pernapasan
4. Bayi akan segera menangis dalam waktu 30 detik perrtama setelah
lahir.
146

b. Jika tidak dapat menangis spontan dilakukan :


1. Letakkan bayi pada posisi terlentang ditempat yang keras dan hangat
2. Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi
ekstensi
3. Bersihkan hidung dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang
dibungkus kain kasa steril
4. Tepuk telapak kaki bayi 2 – 3 kali / gosok kulit dengan kain kering
dan kasar
c. Penghisapan lendir
1. Gunakan alat penghisap lendir mulut ( delee) / alat lain yang steril,
sediakan juga tabung oksigen dan selangnya.
2. Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
3. Memantau, mencatat usaha napas yang pertama
4. Warna kulit, adanya cairan/ mekonium dalam hidung/ mulut harus
diperhatikan
d. Perawatan tali pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat dengan cara :
1. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam klorin
0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya
2. Bilas tangan dengan air matang/DTT
3. Keringkan tangan (bersarung tangan).
4. Letakkan bayi yang terbungkus di atas permukaan yang bersih dan hangat
5. Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat dengan menggunakan benang
tali pusat. Lakukan simpul kunci/jepitkan
6. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung
tali pusat dan lakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian TP
pada sisi yang berlawanan.
7. Lepaskan klem penjepit dan letakkan didalam larutan klorin 0,5 %
8. Selimuti bayi kain bersih dan kering pastikan bahwa bagian kepala bayi
tertutup
147

e. Mempertahan suhu tubuh dengan cara :


1. Keringkan bayi secara seksama
2. Selimuti bayi dengan selimut/kain bersih, kering dan hangat
3. Tutup bagian kepala bayi
4. Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
5. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat
f. Pencegahan infeksi
1. Memberikan obat tetes mata /salep
2. Diberika 1 jam pertama bayi lahir yaitu : eritromisyn 0,5 % /
tetrasiklin 1%
3. Yang biasa dipakai adalah larutan perak nitrat/ neosporing dan
langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah bayi lahirBBL
sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu diperhatikan hal-hal
dalam perawatannya.
4. Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi
5. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
6. Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di DTT,
jika menggunakan bola karet penghisap, pastikan dalam keadaan
bersih.
7. Pastikan semua pakaian, handuk, selimuti serta kain yang digunakan
untuk bayi dalam keadaan bersih.
8. Pastikan timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan
benda-benda lainya akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan
bersih (dekontaminasi setelah digunakan).
g. Perencanaan asuhan bayi 2-6 hari
1. Pemberian nutrisi
a) ASI sesering mungkin sesuai keinginan ibu ( jika payudara penuh)
atau sesuai kebutuhan bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4
jam )
b) Berikan ASI saja (ASI eksklusif) sampai bayi berumur 6 bulan.
148

c) Selanjutnya pemberian ASI diberikan hingga anak berusia 2 tahun,


dengan penambahan makanan lunak atau padat yang disebut
MPASI (Makanan  pendamping ASI ).
Tabel 2.7Komposisi ASI, Susu Sapi dan Susu Formula

Komposisi/100 ml ASI matur Susu formula


Kalori 75 67
Protein 1.2 1,5
Lactalbumin (%) 80 60
Kasein (%) 20 40
Air (ml) 87,1 90
Lemak (gr) 4,5 3,8
Karbohidrat 7,1 6,9

2. BAB
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama
dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam. Feses transisi
(kecil-kecil berwarna coklat sampai hijau karena adanya mekonium) dikeluarkan
sejak hari ketiga sampai keenam. Adalah normal bagi bayi untuk defekasi setelah
diberi makan atau defekasi 1x setiap 3 atau 4 hari, tinja dari bayi yang disusui
lebih lunak berwarna kuning emas dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit bayi.
Tinja dari bayi yang minum susu botol berbentuk, namun tetap lunak, berwarna
kuning pucat dan memiliki bau yang khas. Tinja ini cenderung mengiritasi kulit
bayi, Jumlah tinja berkurang pada minggu kedua dari 5 atau 6x defekasi setiap
hari (1 x defekasi setiap kali diberi makan ) menjadi 1 atau 2 x sehari. Pada
minggu kedua kehidupan, bayi mulai memiliki pola defekasi. Dengan tambahan
makanan padat tinja bayi akan menyerupai tinja orang dewasa, Dalam 3 hari
pertama BAB, tinja masih dalam bentuk mekonium dan normalnya bayi BAB
paling tidak 1x/hari. Untuk membersihkannya gunakan air bersih hangat dan
sabun.
149

3. BAK
Fungsi ginjal yang mirip dengan fungsi yang dimiliki pada orang dewasa
belum terbentuk pada tahun kedua yang dimiliki oleh bayi, Sejumlah kecil urine
terdapat dikandung kemih bayi saat lahir tapi BBL mungkin tidak mengeluarkan
urine selama 12-34 jam. Berkemih 6-10 x dengan warna urine pucat menunjukkan
masukan cairan yang cukup. Bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15-16
ml/kg/hari, Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering, maka setelah
BAK harus diganti popoknya.
4. Istirahat
Dalam 2 minggu pertama setelah bayi lahir, bayi normalnya sering tidur.
Neonatus sampai usia 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari. Pada umumnya
bayi mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan selimut dan ruangan yang
hangat pastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin.
Tabel 2.8Pola Tidur pada Bayi
POLA TIDUR BAYI USIA LAMA TIDUR
1 minggu 16,5 jam
1 tahun 14 jam
2 tahun 13 jam
5 tahun 11 jam
9 tahun 10 jam
5. Kebersihan kulit
a) Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan secara teratur
b) Mandi seluruh tubuh setiap hari tidak harus dilakukan
c) Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memengang bayi
6. Kebutuhan akan keamanan
a) Jangan sesekali meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu
b) Hindari pemberian apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa
tersedak
c) Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur bayi.
7. Tanda-tanda bahaya
150

a) Pernapasan sulit atau > 60x permenit


b) Terlalu hangat (>380c) atau terlalu dingin (<360c )
c) Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama ),biru, pucat, atau memar
d) Hisapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, mengantuk
berlebihan
e) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah
f) Tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah, bengkak, bau
busuk, keluar cairan, pernapasan sulit.
g) Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja lembek/encer,
sering berwarna hijau tua, ada lender atau darah.
h) Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang,tidak bisa tenang, menangis
terus-menerus
8. Penyuluhan pada orang tua BBL sebelum pulang
a) Menjaga kehangatan
Jaga kehangatan bayi dengan metode kanguru. Bayi belum mampu
mengatur tepat suhu badan nya dan membutuhkan pengaturan diluar untuk
membuat bayi tetap hangat. Menjaga kehangatan bayi baru lahir merupakan satu
hal yang sangat penting, dengan cara membungkus atau membendung bayi rapat-
rapat dan kepalanya ditutup agar membantunya merasa aman dan hangat. Hal ini
membuat bayi tidur lebih nyenyak dan lama jika mereka dibungkus. Bayi yang
mengalami kehilangan panas (Hipotermia) 1.Beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau
meninggal. Jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti, Mungkin akan
mengalami hipotermia, meskipun berada dalam ruangan hangat.
Tujuan menjaga kehangatan:
1. Untuk mengurangi kehilangan panas tubuh.
2. Membuat bayi merasa aman dan hangat diatara nya dengan cara membungkus
bayi yaitu:
Cara membungkus bayi dengan aman dalam selimut persegi.
Pertama-tama, lipat salah satu ujung selimut hingga ketengah,bungkus kepala bayi
terlebih dahulu lalu lipat ujung yang bersebrabgan dengan yang dilipat
151

sebelumnya kekaki bayi. Kemudian tutup kedua ujung lain ketubuh bayi satu per
satu.
2. Membuat bayi tidur lebih nyenyak ( mueser,2014)
a. Perawatan tali pusat
Tidak membubuhkan apapun dan hendaknya tali pusat dibiarkan membuka
agar tetap kering. Ketika bayi masih berada dalam kandungan ibu, ia mendapat
makanan dan udara melalui pembuluh darah yang mengalir didalam tali pusat.
Bengitu bayi lahir, dokter atau bidan akan menjepit tali pusatnya memotong kira-
kira 3 cm dari pusat bayi (Depkes RI, Asuhan persalinan normal). Agar bagian
tali pusat yang menempel pada perut bayi tidak terinfeksi maka harus selalu
dibersihkan juga agar tetap kering dan bersih. Sisa-sisa tali pusat ini akan terlepas
dalam waktu 7-10 hari, kadang-kadang sampai 3 minggu baru terlepas setelah
terlepas tali pusat ini meninggalkan bercak yang kasar, yangmemerlukan waktu
beberapa hari lagi (kadang-kadang beberapa minggu) untuk mongering dan
sembuh.
Penyembuhan yang berlangsung lambat akan menyebabkan kasar ini
bertambah tebal dengan jaringan yang disebut dengan jaringan granulasi yaitu
jaringan baru yang tumbuh, jika ada luka, maksudnya untuk menggatingkan
jaringan lama yang rusak. Jaringan granulasi yang berlebih akan lebih menonjol
dari kulit sekitarnya.
Bercak ini harus dirawat dengan teliti dan dijaga kebersihannya, sehingga
kuman-kuman tidak dapat menginfeksi luka ini. Jangan bubuhkan apapun pada
luka ini, yang perlu dilakukan adalah menjaga agar bekas ini tetap kering.
Usahakan jika bayi mengompol,urine yang membasahi popok tidak
mengenai luka ini, pastikan popok bayi tidak bergesekan dan mengiritasi pusar.
Jika perlu, tepuk popok kebawah untuk menghindari sentuhan dengan pusar.
Apabila melihat atau dua tetes darah keluar dari ujung tali pusar atau sekitarnya
terasa panas, memerah atau tampak luka, agak bengkak, bernanah. Ini
menunjukkan tanda-tanda infeksi dan konsultasikan dokter atau bidan. Menjelang
kesembuhannya, tali pusat akan berubah warna menjadi hitam bagian ini akan
lepas dengan sendirinya antara 1-4 minggu. Beberapa professional menyarankan
152

mengusap nya dengan alcohol dengan kain atau bola kapas yang diberi alcohol
steril, sedangkan yang lain cenderung menyarankan membiarkannya begitu saja,
membersihkan sekelilingnya saja dan proses alamia akan mengambil alih
penyembuhannya.
Cara perawatan tali pusat adalah sebagai berikut (pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal,2014:106)
1) Hindari pembungkusan tali pusat.
2) Jangan mengoleskan saleb apapun atau zat lain ketempat tali pusat.
3) Lipat popok dibawah tali pusat.
4) Jika punting tali pusat kotor,cuci secara hati-hati dengan air matang dan
sabun. Keringkan secara seksama dengan kain bersih.
5) Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan perawatan jika pusat
menjadi merah atau mengeluarkan darah atau nanah
6) Jika pusat menjadi merah atau mengeluarkan nanah, segera rujuk bayi
kefasilitas yang mampu untuk memberikan asuhan bayi baru lahir secara
lengkap
b. Perawatan mata
Mata selalu dibersihkan secara teratur oleh air mata yang terus menerus
dibentuk dan dialirkan keseluruh bola mata, maka dalam kondisi normal mata
tidak perlu perawatan khusus. Jadi tidak perlu meneteskan obat mata apapun jika
mata bayi selalu sehat. Yang perlu dilakukan adalah membersihkan kotoran
disudut mata setiap bangun tidur, terutama pagi hari.
Cara merawatnya adalah dengan menggunakan kapas bersih atau cutton
buds yang sudah dicelupkan kedalam air bersih. Kemudian mersihkan pelan-pelan
pelupuk mata dan ujung luar mata.
c. Perawatan Telinga
Telinga bayi tidak memerlukan perawatan khusus, yang perlu dilakukan adalah:
1) Jagalah agar air tidak masuk keliang telinga terutama pada saat mandi.
2) Bersihkan daun telinga dengan menggunakan cutton buds/kapas yang
dicelupkan kedalam air bersih.
3) Bersihkan liang telinga dengan memakai cutton buds.
153

4) Lakukan hal ini pada waktu mandi (Suryabudhi, 1997:96 )


5) Perlu dicurigai apabila bayi rewel, dengan menarik-narik atau meraba bagian
samping muka, kemudian adanya sakit pada telinga ( infeksi telinga ) hal ini
sering terjadi pada bayi dan anak jika demikian sebaiknya cepat menghubungi
bidan atau tenaga medis lainnya (Mueser,2014 )
d. Perawatan hidung
Bayi hanya bisa bernafas melalui hidung, sehingga bila hidung tersumbat
oleh kotoran, ia akan mengalami kesukaran bernafas. Hidung dapat dibersihkan
dari kotoran-kotoran dengan cara:
1. Gunakan cutton buds/ujung handuk yang agak basah sehingga kotoran menjadi
lunak.
2. Setelah lunak kotoran dikorek dengan kapas bersih yang digulung kecil atau
dengancutton buds
e. Perawatan Mulut
Perawatan mulut bayi tidak memerlukan perawatan khusus, yang perlu dilakukan
adalah dengan membersihkan gusih apabila mulut bayi terlihat kotor. Caranya
adalah paling tidak 2 kali sehari gosoklah gusih bayi dengan lembut menggunakan
kain yangbersih dan basah .
g). Memandikan
Tunda untuk memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam setelah lahir.
Memandikan bayi pada beberapa jam pertama dapat mengarah pada kondisi
hipotermia dan sangat membahayakan keselamatan bayinya (Depkes RI,2014).
pada bulan-bulan pertama, bayi biasanya dimandikan pada jam 09.30-10.00,
untuk memandikannya pakailah air yang cukup hangat karna suhu tubuh bayi
terpengaruh dan muda berubah.
Saat melakukan persiapan untuk memandikan bayi, ikuti rekomendasi-
rekomendari berikut:
1). Tunggu sedikitnya enam jam setelah lahir, sebelum memandikan bayi. Waktu
tunggumenjadi lebih lama jika bayi mengalami asfiksia dan hipotermia.
2). Sebelum memandikan bayi, pastikan bahwa temperature tubuh bayitelah
stabil(temperatur aksila antara 36,5◦C-37,5◦C). Jika temperatur tubuh bayi di
154

bawah36,5◦C,selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian


kepalanya dan tempatkan bayi bersama ibunya ditempat tidur atau lakukan
kontak kulit langsung Ibu-bayi kemudian selimuti keduanya. Tunda waktu
untuk memandikan bayi hingga temperature tubuh bayi tetap stabil paling
sedikit setelah satu jam dilakukan observasi.
3).  Jangan memandikan bayi yang mengalami masalah pernafasan.
4).  Sebelum memandikan bayi, pastikan ruangan tersebut hangat dan tidak
ada hembusanangin.
Siapkan handuk bersih dan kering untukmengeringkan bayi dan
beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti
bayi setelahdimandikan.
5). Mandikan bayi secara cepat dengan air yang bersih dan hangat
6). Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering
7). Ganti handuk yang basah dan segera selimuti kembali bayi dengan kain
atau selimut bersih atau selimut bersihdan kering secara longgar. Pastikan
bagian kepala bayi ditutupi dengan baik (bayi di baringkan dalam
dekapan ibunya dan diselimuti dengan baik).
8). Tempatkan bayi ditempat tidur yang sama dengan ibunya dan anjurkan ibunya
untuk menyusukan bayinya.
h). Menyusui bayi
Secara alamiah menyusui bayi adalah cara yang terbaik dalam memenuhi
kebutuhan gizi bayi, hal ini menimbulkan hubungan yang sangat penting untuk
pertumbuhan psikologis bayi yang sehat.
a. Pemberian ASI memiliki beberapa keuntungan :
1) Merangsang produksi air susu ibu (ASI)
2) Memperkuat refleks menghisap (refleks menghisap awal pada bayi, paling
kuat beberapa jam pertama setelah lahir). Memulai pemberian ASI secara
dini akan memberikan pengaruh yang positif bagi kesehatan bayi.
3) Mempromosikan hubungan emosional antara ibu dan bayinya
4) Memberi kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolostrum
5) Merangsang kontraksi uterus
155

b. Pedoman umum untuk ibu saat menyusui:


1) Mulai menyusui segera setelah lahir, dalam 30 menit pertama
2) Jangan berikan makanan dan minuman lain kepada bayi ( misalnya air,
yumadu, larutan air gula atau pengganti susu ibu) kecuali ada indikasi
yang jelas ( atas alasan-alasan medis )
3) Berikan ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupanya.
4) Berikan ASI pada bayi sesuai kebutuhannya, baik siang maupun malam
selama bayi menginginkanya.
c. Posisi yang tepat untuk menyusui
Posisi yang tepat untuk bayi , sangat penting dalam menjamin
keberhasilan pemberian ASI dan mencegah lecet atau retak pada puting susu.
periksa, bahwa ibu telah meletakan bayinya pada posisi yang tepat dan bayi
melakukan kontak dengan ibunya secara benar. Berikan bantuan dan dukungan
jika ibu memerlukannya terutama jika ibu baru pertama kali menyusukan atau ibu
berusia sangat muda.
1) Beritahukan kepeda ibu untuk memeluk tubuh bayi secara lurus agar muka
bayi menghadap kepayudara ibu dengan hidung bayi didepan putting susu
ibu. Posisi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap keperut
ibu ibu harus menopang seleruh tubuh bayi, tidak hanya leher dan bahunya
2) Beritahukan kepada ibu untuk menekatkan bayinya kepayudara jika bayi
tampat siap untuk menghisap putting susu. Tanda-tanda siap menyusu
adalah bila bayi membuka mulut, mencari, menoleh dan bergerak mencari
sesuatu.
3) Tunjukan pada ibu bagaimana menempelkan mulut bayi pada puting susu.
4) Beritahukan pada ibu untuk:
a. Menyentuh bibir bayi dengan puting susunya
b. Menunggu hingga mulut terbuka lebar
c. Mendekatkan bayi cepat kepayudaranya sehingga bibir bawah bayi
tepat dibawah  puting susu ibu.
156

Nilai positif menyentuhkan mulut bayi pada puting payudara dan cara
menghisapnya :
a. Dagu menyentuh payudara ibu
b. Mulut terbuka lebar
c. Mulut bayi menutupi seluas areola tidak hanya putting susu saja
d. Bibir bayi bagian bawah melengkung keluar
e. Bayi menghisap dengan perlahan dan kuat, serta kadang-kadang berhenti
f. Tidak terdengar suara apapun kecuali suara bayi menelan
i). Tanda-tanda bahaya
Berikan pertolongan pertama sesuai kemampuan ibu dan sesuai kebutuhan
sampai bayi memperoleh perawatan medis lanjutan. Bahwa bayi ke RS atau klinik
terdekat untuk perawatan tindakan segera.
j).   Imunisasi
Perawatan harian / rutin, pencegahan infeksi dan kecelakaan.

2.4.6 Pertumbuhan dan perkembangan Neonatus, Bayi dan Anak Balita


1. Pengertian
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel diseluruh
bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, seperti tinggi badan, berat
badan dan lingkar kepala.
Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang
dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar terdiri dari kemampuan
gerak kasar dan halus, pendengaran, penglihatan, komunikasi, bicara, emosi-
social, kemandirian, intelegensia, dan perkembangan moral.
2. Tahapan Pencapaian Pertumbuhan dan Perkembangan
Tahapan perkembangan yang harus dilalui dan diselesaikan oleh seorang
anak, meliputi tahapan perkembangan masa pralahir (prenatal) dan masa postnatal
yang terdiri darimasa neonates, masa bayi, masa anak usia 1-2 tahun, masa anak
prasekolah, masa anak sekolah dan masa remaja
157

Masa Prenatal
Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus. Pada
fase embrio pertumbuhan dimulai sejak8 minggu pertama . fase embrio diawali
dengan terjadinya proses defensiasi ovum menjadi satu organisme dan
terbentuknya manusia. Pada masa ini belum tampak adanya gerakan yang
menonjol, tetapi denyut jantung janin sudah terdeteksi sejak usia empat minggu.
Fase fetus terjadi antar minggu ke-12 sampai minggu ke-40. Terjadi peningkatan
fungsi organ serta bertambahnyanukuran panjang dan berat badan, terutama
jaringan subcutan dan otot.
Masa Postnatal
Masa postnatal dibagi menjadi enam periode. Enam periode pertumbuhan
dan perkembangan masa postnatal tersebut, adalah mas neonates (0-28 hari), masa
bayi ( 28 hari- 1 tahun), masa anak (1-2 tahun), maa prasekolah ( 3-5 tahun), masa
sekolah (6-12 tahun) dan masa remaja (13-18 tahun).
Masa Neonatus
Masa neonates merupakan masa terjadinya kehidupan baru diluar uterus.
Terjadi proses adaptasi semua system organ tubuh, diawali dengan aktivitas
pernafasan pertama, penyesuaian denyut jantung janin, pergerakan bayi,
pengeluaran meconium dan defekasi. Perubahan fungsi organ lain, sepeti ginjal,
hati, dan system kekebalan tubuh belum sempurna.
Perkembangan motoric kasar diawali dengan gerakan seimbang tubuh dan
mengangkat kepala. Perkembangan motorik halus ditandai dengan kemampuan
mengikuti garis tengah bila ada orang yang memberikan respon terhadap gerakan
jari dan tangan. Perkembangan bahasa ditujukan dengan bayi tersenyum dan
mulai menatap orang untuk mengenali seseorang.
Masa Bayi
Pertumbuhan dan perkembangan masa bayi dikelompokkan menjadi tiga
tahap, yaitu umur 1-4 bulan, umur 4-8 bulan dan umur 8-12 bulan.
158

BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

I. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS
Nama : Ny. S Nama suami : Tn.D
Umur : 29Tahun Umur : 35Tahun
Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia Suku/Kebangsaan :Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama :Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : wiraswasta
Alamat rumah : Jl. Makmur Alamat rumah : Jl. Makmur
Telepon : 081269344561 Telepon :-

B. ANAMNESA (DATA SUBJEKTIF)


Tanggal: 06-02-2019 Pukul: 14.45 WIB
1. Kunjungan ini : Memeriksakan kehamilan
2. Keluhan-keluhan : sering BAK,susah tidur dan sakit pada pinggang.
3. Riwayat menstruasi :
 Haid pertama : Umur 13 tahun Teratur/tidakteratur : Teratur
 Siklus : 28 hari Lamanya : 4 hari
 Banyaknya : 2 x ganti doek (± 50 cc)
 Sifat darah : encer dan merah
 Disminorea : tidak Ada
159

4. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu: G4P1A2


158
No Tgl Usia Jenis Tempat Komplikasi Penolong Bayi Nifas

Lahir Kehamilan Persalinan Persalinan

Umur Ibu Bayi PB/BB Keadaan Keadan Laktasi


Jenis

1 37minggu Normal Klinik - - 50/3200 Baik Baik Baik


9 tahun
2 - 12 minggu - Rumah Abortus - dokter - - -
sakit
3 - 10 minggu - Rumah Abortus - dokter - - -
sakit
H A M I L I N i

5. Riwayat kehamilan ini:


 Hari I haid terakhir : 16- 05- 2018
 Tafsiran persalinan : 23- 02- 2019
 Keluhan-keluhan pada Trimester I : Mual-muntah dan pusing
Trimester II : Tidak ada
Trimester III :Sering BAK, cemas susah tidur dan
nyeri pinggang
 Pergerakan anak pertama kali :usia kehamilan 16 minggu
 Bila bergerak sudah terasa, pergerakan anak 24 jam terakhir :
< 10 x 10 x -20 x > 20 x
 Bila lebih dari 20 x dalam 24 jam, dengan frekuensi :
<15’ >15’
 Keluhan yang dirasakan (bila ada jelaskan):
 Rasa lelah :Tidak ada
 Mual dan muntah yang lama : Tidak ada
 Nyeri perut : Tidak ada
 Panas, menggigil : Tidak ada
 Sakit kepala berat/terus menerus: : Tidak ada
 Penglihatan kabur : Tidak ada
160

 Rasa nyeri/panas waktu BAK : Tidak ada


 Rasa gatal pada vulva, vagina dan sekitarnya : Tidak ada
 Pengeluaran cairan pervaginam : Tidak ada
 Nyeri,kemerahan, tegang pada tungkai : Tidak ada
 Odema : Tidak ada
 Diet/makan
Makanansehari-hari : Nasi, ikan, daging, sayur, buah-buahan.
Perubahan makanan yang di alami (termasuk ngidam, nafsu makanan dan
lain-lain) : Tidak ada
 Pola eliminasi BAK : 7-8 x sehari
BAB : 1x sehari
 Aktifitas sehari-hari
Pola istrahat dan tidur
siang : 1-2jam
malam : 7-8jam
Seksualitas : 1 x seminggu
Pekerjaan : IRT
 ImunisasiTT1 : tidak ada diberikan
 Imunisasi TT 2 : tidak ada diberikan
 Kontrasepsi yang pernah di gunakan : Tidak ada
6. Riwayat penyakit sistemik yang pernah di derita :
Jantung : Tidak ada riwayat
Ginjal : Tidak ada riwayat
Asma/TBC paru : Tidak ada riwayat
Hepatitis : Tidak ada riwayat
DM : Tidak ada riwayat
Hipertensi : Tidak ada riwayat
Epilepsi : Tidak ada riwayat
Lain-lain : Tidak ada riwayat
161

7. Riwayat penyakit keluarga


Jantung : Tidak ada riwayat penyakit keluarga
Hipertensi : Tidak ada riwayat penyakit keluarga
DM : Tidak ada riwayat penyakit keluarga
8. Riwayat sosial
Perkawinan : Sah
 Kehamilan ini :  Di rencanakan  Tidak di rencanakan
 Di terima  Tidak di terima
 Perasaan tentang kehamilan ini: Bahagia
 Status perkawinan : Sah
 Kawin I : Umur istri : 19 tahun
Umur Suami : 20 tahun
Lamanya : 5tahun Jumlah anak :1
 Kawin II : Umur istri : 28 tahun
Umur Suami : 33 tahun
Lamanya : 2 tahun Jumlah anak :1

C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)


1. Status emosional : stabil
2. Tanda vital
TD : 13070 mmHg Lila : 27 cm
HR : 75 x/menit TB : 160 cm
RR : 23x/menit BB sebelum hamil : 55 kg
T : 36,1°C
BB : 68kg
3. Muka : Odema :Ada  Tidak ada
Mata
Konjungtiva : Tidak anemis
Sklera mata : Tidak ikterus
Hidung : Tidak ada pembengkakan polip,tidak ada tanda
infeksi dan tidak ada kelainan
162

Mulut Dan Gigi : Tidak ada karang gigi,tidak ada caries dentis ,tidak
ada infeksi dan tidak ada kelainan
Telinga : Tidak ada serumen pada telinga,tidak ada infeksi dan
tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan mandel
5. Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembengkakan kalenjar getah bening
6. Dada : Simetris
Mammae : Asimetris
Benjolan :  Ada  Tidak ada
Areola : Hiperpigmentasi
Puting susu : Menonjol
Pinggang (periksa kelak cotro-vertebrata-angel lenderness) : Tidak dilakukan
1. Extremitas :
Oedema tangan dan jari :  Ada  Tidak
Oedema tibia, kaki :  Ada  Tidak
Betis merah/lembek/keras :  Ada  Tidak
Varises tungkai :  Ada  Tidak
Refleks patellaKanan :  Positif  Negatif
Kiri :  Positif Negatif
2. Abdomen
a. Bekas luka : Ada  Tidak
Pembesaran perut : Sesuai dengan usia kehamilan
Bentuk perut : Asimetris
Oedema :  Ada  Tidak
Acites :  Ada  Tidak
Striae : Lipid dan Albikan
Linea : Nigra dan Alba
b. Pemeriksaan kebidanan
Palpasi uterus : Dilakukan leopold I-IV
163

- Leopold I : Pada fundus teraba bagian bulat, lunak dan tidak


melenting
- Leopold II : Pada perut bagian kiri ibu teraba bagian
panjang, keras, datar dan memapan dan pada
perut bagian kanan ibu teraba bagian-bagian
terkecil janin
- Leopold III : Pada bagian terbawah perut ibu teraba bagian
bulat, keras dan melenting
- Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP,kedua tangan tidak
menyatu(divergen ).
Tinggi fundus uteri : 32 cm
Letak : Membujur
Punggung : Punggung kiri
TBBJ : TFU - 11 x 155
: 32–11 x 155
: 3,255 gram
Kontraksi : Ada Tidak
Frekuensi : Tidak ada
Kekuatan : Tidak ada
Palpasi supra pubik kandung kemih : Kosong
Auskultasi : Dilakukan
DJJ : Positif (+) terdengar
Tempat : Dikuadran kiri2 jari dibawah pusat
Frekuensi :140x/menit
Teratur/tidak : Teratur
3. Pemeriksaan Panggul Luar :
-Distansia Spinarum : 26 Cm
- Distansia Kristarum : 30 Cm
-Konjugata Eksterna : 20 Cm
-Lingkar Panggul : 90-100 Cm
4. Genitalia
164

Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan

D. UJI DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium (jika ada indikasi albumin)
Keton : Tidak dilakukan
Haemoglobin : Tidak dilakukan Golongan darah : Tidak dilakukan
Haemotokrit : Tidak dilakukan Rhesus : Tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA


Identifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan
Diagnosa : Ny. S, umur 29 tahun,G 4P1A2usia kehamilan 40-41 minggu,
punggung kiri, presentase kepala, bagian terbawah janin sudah
masuk PAP (divergen), janin hidup , janin tunggal.
Data Subjektif : - Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke empat, ibu pernah
mengatakan pernah mengalami abortus 2 kali, dikarenakan
kecapean.
-HPHT : 16 - 05 - 2018
- ibu mengatakan adanya gerakkan janin yang aktif
- ibu mengatakan tidak terjadi pergeluaran darah pervaginam
Data Objektif : - TTP : 23 - 02–2019
- Keadaan Umum : Baik
- Keadaan Emosinal : Stabil
- Vital Sign : TD :130/70mmHg HR :75x/menit
RR : 23 x/menit T : 36,1oC
- Konjungtiva tidak anemis
- Tidak terjagi oedema pada bagian wajah dan ekstremitas
- Leopold I : Pada fundus teraba bagian bulat,keras dan tidak melenting.
- Leopold II : Disebelah kiri perut ibu teraba bagian panjang, keras dan
memapan.
- Leopold III : Pada perut bagian bawah ibu teraba bulat, keras dan
melenting.
- Leopold IV : sudah masuk PAP (divergen).
165

- DJJ : Positif (+) terdengar suara DJJ padabagian kuadran kiri 2 jari
di bawah pusat
- Frekuensi : 140 x/menit teratur
Masalah : - Tidak ada
Kebutuhan : - informasikan kepada ibu membatasi minum di malam hari dan
agar istirahat ibu tidak terganggu
- istirahat yang cukup dan menghindari pekerjaan yang berat
Dasar : - Ibu mengatakan sering BAK pada malam hari
- Ibu mengatakan nyeri di pinggang

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. PERENCANAAN
1.Berikan informasi tentang keadaan umum ibu dan janin
2.Berikan konseling tentang masalah ketidaknyaman pada ibu Trimester III
- Sering BAK terutama pada malam hari
- Susah tidur
- Nyeri di pinggang
3.Beri penkes tentang : - Kebutuhan istirahat pada ibu hamil
- Gizi ibu hamil Trimester III
- Personal hygiene
- Tanda bahaya kehamilan TM III
- Tanda bahaya persalinan
4. Menganjurkan ibu untuk minum tablet Fe
5.Beritahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang.
166

VI. PELAKSANAAN
1. Menginformasikan kepada ibu bahwa kondisi saat ini dalam keadaan baik
Keadaan umum ibu baik :
TD : 130/70 mmHg
HR : 75 x/menit
RR : 23 x/menit
T : 36,1oC
Keadaan umum janin baik :
- Leopold I : Pada fundus teraba bagian bulat,lunak dan tidak
melenting.
- Leopold II : Disebelah kiri perut ibu teraba bagian panjang, keras dan
memapan.
-Leopold III : Pada perut bagian bawah ibu teraba bulat, keras dan
melenting.
- Leopold IV : sudah masuk PAP (divergen).
- DJJ : 140 x/menit teratur
- Pergerakan janin : 10-20 x/hari
2. Ibu sering BAK merupakan hal yang normal pada TM III akibat penurunan
bagian terbawah janin yang menekan kandung kemih dan cara mengatasinya
yaitu dengan membatasi minum di malam hari dan sebelum tidur agar
istirahat ibu tidak terganggu dan cara mengatasi nyeri pinggang yaitu istirahat
yang cukup, menghindari pekerjaan yang berat dan melelahkan serta
perjalanan jauh dan duduk terlalu lama, menganjurkan ibu melakukan
gerakan ringan seperti jalan di pagi hari
3. Memberi penyuluhan kesehatan tentang :
a. Kebutuhan istirahat ibu hamil
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, banyak istirahat siang ±1-2
jam dan malam 7-8 jam.
167

b. Gizi ibu hamil


Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung protein hewani dan nabati yang diperoleh dari ikan,telur
tempe,tahu,sayurdan lain-lain, serta menghindari makanan siap saji yang
dapat meningkatkan berat badan ibu hamil.
c. Personal hygiene dan perawatan payudara
Menganjurkan ibu mandi 2x sehari dan mengganti pakaian dalam minimal
2x sehari jika lembab atau basah serta menganjurkan ibu untuk perawatan
payudara seperti:
 Hindari pemakaian pakaian dalam dengan ukuran yang terlalu ketat
dan yang tidak menyerap keringat .
 Gunakan bra yang menyangga payudara.
 Hindari membersihkan puting dengan menggunakan sabun mandi
karena akan menyebabkan iritasi. Bersihkan puting susu dengan
minyak kelapa ataupun baby oil lalu bilas dengan air hangat.
 Jika ditemukan cairan berwarna kekuningan dari payudara, berarti
produksi asi sudah di mulai.
d. Tanda bahaya kehamilan
 Sakit kepala yang hebat
 Gangguan penglihatan
 Nyeri abdomen yang hebat
 Bayi kurang bergerak seperti biasa
 Bengkak pada muka dan ekstremitas
 Anemia berat
 KPD(Ketuban Pecah Dini )
 Kejang
 Demam tinggi
 Perdarahan pervaginam
 Kelainan letak janin,letak lintang atau sungsang
 Berat badan tidak sesuai dengan kenaikan berat badan ibu hamil
 Kehamilan postmature/kehamilan lebih dari 42 minggu
e. Tanda-tanda persalinan
168

 Mules perut yang menjalar ke pinggang lebih sering, kuat dan teratur
 Keluar lendir dan bercampur darah dari alat kemaluan
 Ketuban pecah
4. Menganjurkan ibu untuk minum tablet Fe 1x sehari dengan air putih
5. Menganjurkan ibu melakukan kunjungan ulang 1 minggu kemudian atau bila
ada keluhan

VII. EVALUASI
1. Ibu sudah mengetahui bahwa keadaan ibu dan janin saat ini baik-baik saja.
2. Penyebab ibu sering BAK dan nyeri pinggang, dan susah tidur telah
dijelaskan kepada ibu dan telah dilakukan feed back (tanya jawab) ternyata
ibu bisa menjawab pertanyaan dan dapat menyimpulkan kembali apa yang
menyebabkan ibu sering BAK dan nyeri pinggang, dan susah tidur.Hal ini
menunjukkan bahwa ibu sudah mengerti tentang apa yang menyebabkan ibu
sering BAK dan nyeri pinggang.
3. Penkes telah diberikan kepada ibu dan dan telah dilakukan feed back(tanya
jawab), ternyata ibu bisa menjawab pertanyaan dan dapat menyimpulkan
kembali tentang penkes yang diberikan selama kehamilan. Hal ini
menunjukkan bahwa ibu sudah mengerti tentang penkes yang diberikan.
4. Tablet Fe telah diberikan pada ibu dan setelah dijelaskan cara meminum
tabletFe tersebut dan ibu mengatakan sesampai ibu dirumah ibu akan
meminum tablet Fe.
5. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagiatau bila ada keluhan
169

DOKUMENTASI KEBIDANAN

Subjektif :
Nama : Ny. S Nama suami : Tn.D
Umur : 29 Tahun Umur : 35 Tahun
Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : wiraswasta
Alamat rumah : Jl. Makmur Alamat rumah : Jl. Makmur
Telepon : 081269344561 Telepon :-
Objektif :
- Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke empat, ibu juga mengatakan
pernah abortus 2 kali di karenakan kecapean.
- HPHT : 16- 05-2018
- Ibu datang pada tanggal : 06 - 02-2019
- Tafsiran Tanggal Persalinan : 23- 02- 2019
- Vital sign :
TD : 130/70 mmHg RR : 23 x/menit
HR : 75 x/menit T : 36,5°C
Leopold I : Pada fundus teraba bagian bulat,lunak dan tidak melenting.
Leopold II : Disebelah kiri perut ibu teraba bagian panjang, keras dan
memapan.
Leopold III : Pada perut bagian bawah ibu teraba bulat, keras dan
melenting.
Leopold IV : sudah masuk PAP (divergen).
DJJ : Positif(+) terdengar suara padabagian kuadran kanan 2 jari
dibawah pusat.
170

: Frekuensi 140 x/menit teratur


Assesment: Ny.S, Umur 29 tahun,G4P1A2Usia kehamilan 40-41 minggu,
punggung kiri,presentase kepala, bagian terbawah janin sudah masuk
PAP (divergen), janin hidup,janin tunggal.
Perencanaan:
1. Berikan informasi tentang keadaan umum ibu dan janin.
1. Berikan konseling tentang sering BAK.
2. Beri penkes tentang : - Istirahat
- Gizi ibu hamil trimester III
- Personal hygiene
- Tanda-tanda persalinan
3. Menganjurkan ibu untuk minum tablet Fe 1 x sekali pada malam hari
dengan air putih
4. Anjurkan Ibu untuk melakukan kunjungan ulang atau bila ada
keluhan.
171

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

I. INTERPRETASI DATA
Nama : Ny.S Nama Suami : Tn.D
Umur : 29 Tahun Umur : 35 Tahun
Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia Suku/Kebangsaan : jawa /Indonesia
Agama : Islam Agama : islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat Rumah : Jl. Makmur Alamat Rumah : Jl.Makmur
Telp : 081269344561 Telp :-

A. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)


Tanggal : 06-02-2019 Pukul:23.35 wib
1. Alasan utama masuk kamar bersalin: Adanya mules pada perut yang menjalar
ke pinggang dan keluar lendir campur darah
2. Perasaan (Sejak terakhir datang ke klinik) :
Sakit perut yang menjalar ke pinggang
3. Tanda-tanda bersalin.
Kontaksi : Teratur sejak tanggal : 06-02 2019pukul:23.35 wib
Frekuensi 2x/10 menit
Lamanya : 20 detik
Lokasi ketidaknyamanan : perut menjalar ke pinggang
4. Pengeluaran Pervaginam
Darah lendir Ada  Tidak
Air ketuban  Ada Tidak Jumlah : Tidak ada
Warna : Tidak ada
Darah  Ada  Tidak Jumlah :±10 cc
Warna :Merah
172

5. Masalah-masalahkhusus :
(tanyakan hal-hal yang berhubungan dengan faktor resiko/predisposisi resiko
tinggi yang dialami) : Tidak ada
6. Riwayat kehamilan sekarang
HPHT : 16 - 05- 2018
TTP :23 - 02- 2018
Haid bulan sebelumnya :05 - 07- 2017 Lamanya :7 hari
Siklus : 28 Hari
ANC : Teratur Frekuensi :4x di klinik Jannah
Keluhan lain : Tidak Ada
Riwayat imunisasi TT 1 : tidak diberikan
TT 2 :tidak diberikan
7. Riwayat kehamilan, persalinan yang lalu: G4P1 A2
No Tgl Usia Jenis Tempat Komplikasi Penolong Bayi Nifas
Lahir Kehamilan Persalinan Persalinan
Umur Ibu Bayi PB/BB Keadaan Keadan Laktasi
Jenis
1 9 tahun 37 minggu Normal klinik - - bidan 50/3200 baik baik baik

12 minggu - Rumah Abortus - dokter - - - -


2 sakit

3 10 minggu - Rumah Abortus - Dokter - - - -


sakit

4 I N P A R T U

8. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir :10-20 kali / 24 jam


9. Makan dan minum terakhir, pukul : 12.00Wib
a.jenis makanan : nasi,ikan,sayur
173

b. jenis minuman : air putih,teh manis


10. Buang air besar terakhir, pukul : 17.00 Wib
11. Buang air kecil terakhir, pukul : 22. 56 Wib
 Tidur : Siang ±1-2 jam, malam ±7-8jam
 Psikologi : Baik
 Keluhan lain (bila ada) : Tidak ada

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Baik
Keadaan emosional : Stabil
2. Tanda Vital
Suhu tubuh : 36,5oC
Denyut nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 23x/menit
Tekanan darah :110/70mmHg
3. Tinggi Badan : 160cm
Berat badan : 68kg
4. Kepala : Bersih, tidak ada ketombe
Rambut : Tidak ada rambut bercabang
5. Muka : Tidak ada odema, tidak ada cloasma gravidarum
Konjungtiva : Merah muda (Tidak anemia)
Sklera : Putih (Tidak ikterik)
Hidung : Bersih, tidak ada pembengkakan polip
Mulut : Bersih dan tidak ada caries, tidak ada stomatitis
Telinga : Bersih, tidak ada serumen
6. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan kelenjar
limfe
7. Axila : Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening
8. Dada : Simetris
174

9. Payudara :
a. Pembesaran :Asimetris
b. Puting susu : Menonjol
c. Benjolan : Tidak ada
d. Pengeluaran : Tidak ada
e. Rasa nyeri : Tidak ada
f. Lain-lain : Tidak ada
10. Jantung : Tidak ada kelainan
11. Paru : Tidak ada kelainan
12. Abdomen
- Pembesaran : Asimetris
- Benjolan : Tidak ada
- Bekas luka operasi : Tidak ada
- Konsisitensi : Keras
- Kandung kemih : Kosong
13. Pemeriksaan kebidanan
a. Palpasi uterus
- Leopold I : Pada fundus teraba bagian bulat, lunak dan
tidak melenting,
- Leopold II : Pada perut bagian kiri ibu teraba bagian
panjang, keras, datar dan memapan dan pada
perut bagian kanan ibu teraba bagian-bagian
terkecil janin
- Leopold III : Pada bagian terbawah perut ibu teraba bagian
bulat, keras dan melenting
- Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP,kedua tangan tidak
menyatu(divergen ).
DJJ : DJJ positif (+),145x/i di bagian kuadran kiri3
jari di bawah pusat
175

Fetus : Letak : Membujur


: Presentasi : Kepala
: Penurunan : 3/5
: Pergerakan : Ada
Taksiran berat janin :32cm- 11 x 155 = 3. 410gram
b. Auskultasi
DJJ :145x/menit
Frekuensi :Teratur
 Tidak
Punetan Maximum : Kuadran kiri3 jari dibawah pusat
c. Ano Genital (inspeksi)
Perineum : Lunak
Vulva Vagina : Warna : Merah kebiruan
Luka : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Pengeluaran Pervaginam : Tidak diukur
Warna : putih kemerahan
Kelenjar Bartolin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus : berlubang (+)
d. Pemeriksaan dalam
Atas indikasi : Inpartu
Dinding Vagina : Menipis
Portio : Terbuka
Pembukaan serviks : 7 cm
Posisi portio : Antefleksi
Konsistensi : Lunak
Ketuban : pecah
Presentasi fetus : Kepala
Penurunan bagian terendah : Hodge II-III
176

C. UJI DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Laboratorium (Jika Ada Indikasi Albumin)
Keton : Tidak dilakukan pemeriksaan
Haemoglobin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Hamotorikt : Tidak dilakukan pemeriksaan
Golongan darah : Tidak dilakukan pemeriksaan

II.INTERPRESTASI DATA
Identifikasi diagnosa masalah dan kebutuhan
Diagnosa : G4P1A2usia kehamilan40-41 minggu, punggungkiri, presentasi
kepala, bagian terbawah janin sudah masuk PAP, janin hidup,
janin tunggal,intrauteri, Ibu inpartu kalaI fase aktif.
Data Subjektif: - Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama,belum pernah
melahirkan danbelum pernah abortus
- Ibu mengatakan HPHT : `16 - 05– 2018
- Ibu mengatakan adannya keluar lendir bercampur darah
pervaginam
Data Objektif : TTP : 23 - 02- 2019
Leopold I : Pada fundus teraba bagian lunak, bulat, tidak
tidak melenting
Leopold II : Di bagian kiri perut ibu teraba bagian keras,
panjang, datar, dan memapan sedangkan di
bagian kanan ibu teraba bagian-bagian
terkecil
Leopold III : Pada bagian terbawah perut ibu teraba bagian
bulat, keras, dan melenting
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP, kedua tangan
tidak menyatu ( divergen ).
DJJ : Terdengar di kuadran kanan 3 jari di bawah
pusatdengan frekuensi 145 x/ menit
177

Kontraksi : Baik frekuensi 3x dalam 10 menit durasi 45


detik
Pembukaan : 7cm
Penurunan kepala : 3/5
Masalah :Tidak ada
Kebutuhan : - Informasikan penyebab nyeri pinggang
- Support mental
- Tehnik relaksasi dan posisi mengedan yang baik
Dasar : - Ibu mengatakan tentang kondisinya saat ini
- Ibu mengatakan cemas
- Ibu mengatakan nyeri pada pinggang

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Tidak Ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA


Tidak Ada

V. PERENCANAAN
1. Pantau keadaan ibu dan janin
2. Informasikan keadaan ibu dan janin pada ibu dan keluarga
3. Informasikan penyebab rasa nyeri di pinggang
4. Anjurkan suami untuk mendampingi ibu selama proses persalinan dan beri
ibu makan dan minum
5. Beri ibu posisi aman dan nyaman sesuai keinginan
6. Siapkan partus set
7. Pantau kemajuan persalinan
8. Catat hasil pemeriksaan partograf
178

VI. PELAKSANAAN
1. Memantau keadaan umum ibu dan janin
Vital Sign: T : 36,50C
HR : 80x/menit
RR : 18x/menit
TD : 110/70 mmHg
Pukul 23.30 - VT : 1 cm
- Penurunan : 3/5
- DJJ : 146x/menit
- Kontraksi : 2x dalam 10 menit
- Durasi : 30 detik

Pukul 00. 00
- DJJ : 147x/menit
- Kontraksi : 2x dalam 10 menit
- Durasi : 30 detik

Pukul 00. 30 - VT :3 cm
- Penurunan : 3/5
- DJJ : 147x/menit
- Kontraksi : 2x dalam 10 menit
- Durasi : 30 detik

Pukul 01. 00
- DJJ : 145x/menit
- Kontraksi : 2x dalam 10 menit
- Durasi : 30 detik
179

Pukul01.30 wib - VT : 7 cm
- Penurunan : 3/5
- DJJ : 145 x/menit
- Kontraksi : 3x dalam 10 menit
- Durasi : 35 detik
- ketuban : pecah

Pukul02.00 wib
- DJJ : 146x/menit
- Kontraksi : 3x dalam 10 menit
- Durasi : 38 detik

Pukul02.30 wib
- DJJ : 145 x/menit
- Kontraksi : 3x dalam 10 menit
- Durasi : 40 detik

Pukul 03.00 wib


- DJJ : 146x/menit
- Kontraksi : 4x dalam 10 menit
- Durasi : 43 detik

Pukul03.15 wib - VT : 10 cm
- Penurunan : 0/5
- DJJ : 145 x/menit
- Kontraksi : 4x dalam 10 menit
- Durasi : 45 detik
180

2. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu dan janin dalam
keadaan baik
3. Menjelaskan kepada ibu bahwa rasa nyeri yang dirasakan ibu merupakan
hal yang normal pada ibuyang akan melakukan proses persalinan. Semakin
sering ibu merasakan sakit berarti kontraksi semakin bagus dan
mempercepat proses persalinan
4. Menganjurkan suami untuk mendampingi ibu selama proses persalinan
dan memberi dukungn ataupun support agar ibu semangat dalam
menghadapi proses persalinan
5. Memberi keleluasaan pada ibu untuk memilih posisi yang aman dan
nyaman tetapi sebaiknya ibu tidak tidur terlentang karena konsistensi
uterus dapat menekan vena cava inferior sehingga ibu sesak dan peredaran
darah ke janin berkurang, sebaiknya ibu miring kiri untuk mempercepat
penurunan bagian terbawah janin.
6. Mempersiapan alat persalinan
7. Memantau kemajuan persalinan 4 jam kemudian
- His semakin sering, kuat dan teratur
- Pembukaan
- Penurunan 3/5
- Ketuban sudah pecah
8. Mencatat kedalam partograf

VII. EVALUASI
1) Keadaan umum ibu baik dan janin baik
Vital sign : T : 37,5oC RR : 24x/menit
HR : 80x/menit TD : 110/80 mmHg
Keadaan umum janin : DJJ : 145 x/menit
2) Ibu kooperatif tentang informasi yang di berikan
3) Ibu kooperatif tentang informasi penyebab rasa nyeri yang dirasakan dan ibu
menerima keadaan yang dirasakan
181

4) Suami bersedia mendampingi ibu selama persalinan berlangsung dan suami


terus memberi motivasi kepada ibu supaya ibu tidak takut pada saat
menghadapi persalinan dan lebih semangat
5) Ibu telah memilih posisi aman dan nyaman dan ibu langsung memperagakan
salah satu posisi yang dijelaskan dan ibu memilih posisi miring
6) Alat-alat pertolongan persalinan telah di siapkan
7) Ibu memasuki kala II persalinan
8) Hasil pemeriksaan telah di catat dalam partograf
182

DATA PERKEMBANGAN KALA II

Tanggal : 07-02-2019
Data Subjektif :
- Ibu mengatakan mules semakinsering
- Ibu mengatakan seperti ingin BAB
Data Objetif :
- Terlihat adanya dorongan meneran terlihat dari wajah ibu
- Terlihat adanya tekanan pada anus
- Perenium terlihat menonjol
- Vulva terlihat membuka

II. INTERPRETASI DATA


Diagnosa : Ny S, Umur 29 tahun,ibu inpartu kala II
Dasar :
Data Subjektif : - Ibu mengatakan mules semakin sering
- Ibu mengatakan seperti ingin BAB
Data Objetif : - Terlihat adanya tekanan pada anus
- Perenium terlihat menonjol
- Vulva terlihat membuka
Masalah : - Tidak ada
Kebutuhan : - Support mental
- Tehnik meneran yang baik
- Pertolongan persalinan yang aman
Dasar : - ibu inpartus kala II

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Tidak Ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA


Tidak Ada
183

V. PERENCANAAN
1) Menyiapkan alat dan menyiapkan diri
2) Beri support mental kepada ibu
3) Gunakan handscoen kemudian lalukan vulva hygien dan pantau selaput
ketuban
4) Beritahu ibu dan keluarga bahwa ibu sebentar lagi akan melahirkan
5) Ajarkan ibu tehnik meneran yang baik dan benar
6) Bidan siap-siap untuk menolong
7) Tolong kepala,bahu, badan
8) Penanganan bayi baru lahir

VI. PELAKSANAAN
1) Bidan menyiapkan alat dan memakai alat perlindungan diri.
2) Melakukan vulva hygiene dan memantau selaput ketuban
3) Memberitahu ibu dan keluarga bahwa sebentar lagi ibu akan melahirkan
4) Mengajarkan ibu tehnik meneran yang efektif
5) Beritahu suaminya untuk memberi makan dan minum pada ibu jika tidak
ada his
6) Bidan siap-siap menolong
7) Penanganan bayi baru lahir

VII. EVALUASI
1. Alat pertolongan persalinan dan perlindungan diri telah disiapkan, sebelum
menolong persalinan
2. Vulva hygiene dan periksa dalam telah di lakukan dan DJJ telah di dengarkan
3. Keluarga telah diberitahu bahwa sebentar lagi ibu akan melahirkan
4. Memimpin ibu untuk meneran sudah dilakukan
5. Bidan sudah meletakkan handuk diatas perut ibu, bidan telah meletakkan
under pet di bawah bokong ibu, bidan membuka bak instrumen dan bidan
telah memakai handscoen.
184

6. Pertolongan persalinan telah dilakukan dengan aman sesuai standar (asuhan


persalinan normal).
7. Penanganan bayi baru lahir telah dilakukan dengan baik sesuai standart
asuhan persalinan normal.
- BBL : Normal Pukul : 03.40WIB
- BB : 2700 gram
- PB : 48 cm
- Jenis Kelamin : laki-laki
- Penanganan awal :
a.Warna kulit : seluruh tubuh kemerah-merahan
b.Tonus otot : Aktif
c.Tangisan : Menangis kuat
- Anus : Berlubang (+)
185

DATA PERKEMBANGAN KALA III

Tanggal : 07-02 - 2019


1. PENGKAJIAN
Data Subjektif : - Ibu mengatakan perutnya terasa mules
- Ibu mengatakan merasa lelah
Data Objektif : - Uterus teraba bulat dan keras
- TFU setinggi pusat
- Lahirkan plasenta dengan tehnik peregangan tali pusat
terkendali
- Plasenta belum lepas
- Bayi lahir pukul : 03.40 wib

II. INTERPRETASI DATA


Identifikasi diagnosa masalah dan kebutuhan
Diagnosa :Ny S, Umur 29 tahun, Ibu Inpartu kala III
Dasar : - Uterus teraba bulat dan keras
- TFU setinggi pusat
- Plasenta belum lepas
Masalah :Tidak ada
Kebutuhan : - Support mental dan istirahatkan ibu
Dasar : - ibu inpartu kala III.

I. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

II. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA


Tidak ada
186

III. PERENCANAAN
1. Lakukan manajemen aktif kala III
2. Pantau tanda-tanda pelepasan plasenta
3. Lahirkan plasenta dengan teknik PTT
4. Lakukan penilaian kelengkapan plasenta, selaput ketuban
5. Robekan pada perineum
6. Lakukan pasca tindakan 17 ( 4, eval,bersih,aman, parto )

VI. PELAKSANAAN
1. Melakukan manajemen aktif kala III
2. Memantau tanda-tanda pelepasan plasenta seperti adanya semburan darah tiba-
tiba, tali pusat bertambah panjang, dan perubahan bentuk serta ukuran uterus
3. Melahirkan plasenta dengan tehnik PTT
4. Menilaikelengkapan plasenta dan selaput ketuban, plasenta lahir spontan dan
lengkap,Pukul: 04.15 WIB
5. Melakukan paskah tindakan 17 ( 4, eval, bersih, aman, parto)

I. EVALUASI
1. Manajemen aktif kala III telah di lakukan
2. Tanda-tanda pelepasan plasentasudah di pantau
3. Plasenta di lahirkan dengan tehnik PTT
4. Plasenta lahir lengkap
5. Pasca tindakan 17 telah di lakukan
- Perdarahan normal
- Keadaan umum ibu baik
- Vital sign: T : 37oC RR : 24x/menit
HR : 74 x/menit TD : 120/80 mmHg
- Sterilisasi alat-alat partus set sudah di lakukan dengan desinfektan tingkat
tinggi
187

DATA PERKEMBANGAN KALA IV

Tanggal : 07-02-2019
I. PENGKAJIAN DATA
Data Subjektif : -Ibu mengatakan perutnya terasa mules
- Ibu mengatakan nyeri pada kemaluannya
Data Objektif : -Uterus teraba keras
- TFU 2 jari di bawah pusat
- Keadaan umum ibu baik
Vital sign : T : 370C
HR : 78 x/i
RR : 24 x/i
TD : 120/70 mmHg
II. INTERPRESTASI DATA
Identifikasi diagnose, masalah dan kebutuhan
Diagnose :Ny. S Umur 29 tahun Ibu dalam kala IV
Dasar : - Ibu mengatakan ia merasa lelah
- Uterus teraba keras
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : personal hygine dan Istirahatkan ibu dan Asi eksklusif
Dasar :
- Pantau kala IV,selama 2 jam

I. IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

II. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA


Tidak ada
188

III. PERENCANAAN
1. Pantau keadaan umum ibu dan vital sign
2. Informasikan keadaan umum ibu
3. Observasi kontraksi uterus dan perdarahan
4. Beri makan dan minum
5. Beri rasa aman dan nyaman
6. Beri penkes tentang : -Personal hygine
- Istirahat
- ASI eksklusif
7. Catat hasil pemeriksaan pada partograf

IV. PELAKSANAAN
Memantau keadaan umum ibu dan vital sign :
T : 37 oC
HR :78 x/menit
RR : 24 x/menit
TD :120/70 mmHg
1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu dalam keadaan baik
2. Mengobservasi kontraksi uterus dan perdarahan
- Pada fundus ibu teraba keras ( kontraksi uterus baik )
- Perdarahan normal
3. Memberikan ibu makan dan minum untuk menambah nutrisi dalam
menghadapi masa nifas
4. Memberikan rasa aman dan nyaman dengan mengatur posisi ibu senyaman
mungkin
5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang :
a. Personal hygiene
Membersihkan daerah genitalia dan memfasilitasi ibu untuk menjaga
kebersihan tubuh dan pastikan ibu sudah mengenakan pakaian bersih untuk
meningkatkan kenyamanan ibu
189

b. Istirahat
Istirahat selama proses persalinan kala IV adalah memberi kesempatan pada
ibu untuk mencoba rileks tanpa adanya tekanan emosional dan fisik
c. Asi esklusif
Menjelaskan pada ibu pemberian ASI 0-6 bulan tanpa pemberian makanan
tambahan
6. Mencatat hasil pemeriksaan kedalam partograf

V. EVALUASI
1. Vital sign sudah di pantau T : 37 oC
HR : 78 x/menit
RR : 24 x/menit
TD : 120/70 mmHg
2. Keadaan ibu baik
3. Kontraksi uterus baik
4. Ibu mengatakan sudah makan dan minum
5. Ibu mengatakan sudah merasa aman dan nyaman
6. Ibu mengatakan sudah mendapat informasi tentang : a. Personal higiene
b. Istirahat
c. ASI esklusif
7. Mencatat hasil pemeriksaan kedalam partograf.
190

DOKUMENTASI KEBIDANAN

Kala I
Subjektif
- Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke empat
- Ibu mengatakan nyeri pada perut yang menjalar kepinggang
- Ibu mengatakan keluar lendir dari kemaluannya.
Objektif
- Adanya bloody show
- Pada VT pembukaan 7 cm dan penurunan kepala 3/5
- Leopold I : Pada fundus teraba bagian lunak, bulat dan tidak melenting,
- Leopold II : Di sebelah kiri perut ibu teraba bagian keras, panjang, datar
dan memapan, sedangkan di bagian kanan ibu teraba bagian
terkecil janin
- Leopold III : Pada bagian terbawah perut ibu teraba bagian bulat, keras dan
melenting
- Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP, kedua tangan tidak menyatu
(Divergen).
Assessment :
G4P1 A2, usia kehamilan 40-41 minggu, punggung kiri, presentase kepala
janin hidup, dan tunggal, intrauteri, bagian terbawah janin sudah masuk PAP,
ibu inpartu kala 1 fase aktif.
Perencanaan :
1. Pantau keadaan umum ibu dan janin
2. Informasikan keadaan ibu dan janin pada keluarga
3. Informasikan penyebab rasa nyeri
4. Anjurkan suami untuk mendampingi ibu selama proses persalinan dan beri
ibu makan dan minum
5. Beri ibu posisi aman dan nyaman sesuai keinginan
6. Siapkan alat pertolongan persalinan
7. Pantau kemajuan persalinan
191

8. Catat hasil pemeriksaan pada partograf


Kala II
Subjektif :
- Ibu mengatakan mules semakin sering
- Ibu mengatakan seperti Ingin BAB
Objektif:
- Terlihat adanya dorongan meneran pada wajah ibu
- Terlihat adanya tekanan pada anus
- Perineum terlihat menonjol
- Vulva terlihat membuka
- DJJ terdengar145 x/menit
- Vital sign : T : 37 °C RR : 24 x/menit
HR : 78x/menit TD : 120/80 mmHg
Assessment :
Ny S ,umur 29 tahun, ibu inpartu kala II

Perencanaan :
1. Menyiapkan alat dan menyiapkan diri
2. Gunakan handscoen kemudian lalukan vulva hygien dan pantau selaput
ketuban
3. Beritahu ibu dan keluarga bahwa ibu sebentar lagi akan melahirkan
4. Ajarkan ibu tehnik meneran yang baik dan benar
5. Bidan siap-siap untuk menolong
6. Tolong kepala,bahu, badan
7. Penanganan bayi baru lahir
192

Kala III
Subjektif :
- Ibu mengatakan perut terasa mules
- Ibu mengatakan ia merasa lelah
Objektif :
- Uterus teraba bulat dan keras
- TFU setinggi pusat
- Kandung kemih kosong
- Lahirkan plasenta dengan tehnik PTT
- Plasenta masih belum lepas
- TTV baik : T : 370 C
HR : 74 x/menit
RR : 24 x/menit
TD : 120/80 mmHg

Assessment :Ny S, umur 29 tahun, Ibu inpartu kala III

Perencanaan :
1. Lakukan manajemen aktif kala III
2. Pantau tanda-tanda pelepasan plasenta
3. Lahirkan plasenta dengan teknik PTT
4. Lakukan penilaian kelengkapan plasenta, selaput ketubandan melihat robekan
5. Lakukan pasca tindakan 17 (4, eval,bersih, aman, parto)
193

Kala IV
Subjektif :
- Ibu mengatakan perutnya terasa mules
- Ibu mengatakan ia merasa lelah
Objektif :
- Uterus teraba bulat dan keras
- TFU 2 Jari Dibawah pusat
- Keadaan umum Ibu Baik : T : 37°C
HR : 78 x/menit
RR : 24 x/menit
TD : 120/70 mmHg
- Perdarahaan
 Jam : 03.55 wib
Jumlah perdarahan : ± 30 cc
 Jam : 04.10 wib
Jumlah perdarahan : ± 15 cc
 Jam : 04.25 wib
Jumlah perdarahan : ± 15 cc
 Jam : 04.40 wib
Jumlah perdarahan : ± 15 cc
 Jam : 05.10 wib
Jumlah perdarahan : ± 15 cc
 Jam : 05.40 wib
Jumlah perdarahan : ± 10 cc

Assessment :Ny S, umur 29 tahun, Ibu Inpartu kala IV


194

Perencanaan:
1. Ibu mengatakan lelah setelah menghadapi persalinan
2. Pantau keadaan umum ibu dan vital sign
3. Informasikan keadaan umum ibu
4. Observasi kontraksi uterus dan perdarahan
5. Beri makan dan minum
6. Beri rasa aman dan nyaman
7. Catat hasil pemeriksaan
8. Beri penkes tentang : -Personal hygine
- Istirahat
- ASI eksklusif
195

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

I. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS/BIODATA
Nama : Ny.S Nama Suami : Tn.D
Umur :29Tahun Umur : 35Tahun
Suku/Kebangsaan :Jawa/Indonesia Suku/Kebangsaan : Batak/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : wiraswasta
Alamat Rumah : Jl. Makmur Alamat Rumah : Jl. Makmur
Telp : 081269344561 Telp :-

B. ANAMNESA ( DATA SUBYEKTIF)


Tanggal Pengkajian : 08 Mei 2018
1. Alasan Masuk : postpartum
2. Riwayat Menstruasi : Teratur
 Tanggal Persalinan : 07-02-2019
 Tempat Persalinan : Klinik Pratama JannahDitolong oleh :Ayu Putri Zebua
 Jenis Persalinan : Normal  Spontan
 Letak : Membujur
 Lama Persalinan : 7 jam 30 menit
Catatan Waktu
Kala I :4Jam 45 menit
Kala II : 30 menit
Kala III : 15menit
Kala IV : 2 jam
196

Ketuban Pecah : Spontan Amniotomi

 Komplikasi/kelainan dalam persalinan


Partus lama : Tidakada
 Plasenta :  Spontan  Manual Plasenta
 Lengkap
Perineum Sisa Plasenta
 Utuh
 Robekan tidak ada
 Episiotomi
 Anastesi Lidocaine
 Jahitan dengan satu-satu
 Perdarahan : Kala I : 50 cc Kala III : 100 cc
Kala II : 100 cc Kala IV : 100 cc
 Tindakan lain :
Infus cairan
Transfusi golongan darah
BAYI
 Lahir : 07-02- 2019
 Jenis kelamin : laki-laki
 Berat badan : 2700 gram PB : 48cm
 Nilai APGAR : Menit I :8
Menit II : 10
 Cacat bawaan : Tidak ada
 Masa gestasi : 40-41 minggu

 Komplikasi :Kala I : Tidak ada komplikasi


Kala II : Tidak ada komplikasi
197

 Air ketuban banyaknya :tidak diukur Warna : putih keruh

3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :G4P1A2

Tgl
Komplikasi Bayi Nifas
Lahir Usia Jenis Tempat
No Penolong
Kehamilan Persalinan Persalinan
PB/BB
Umur Ibu Bayi Keadaan Keadaan Laktasi
Jenis

9 tahun
1. 37 minggu l normal Klinik - - Bidan 50/3200 Baik Baik Baik

Rumah
12 minggu Abortus - Dokter - - - -
sakit
2

3.
Rumah
10 minggu Abortus - Dokter - - - -
sakit

4 P O S T P A R T U M

4. Riwayat kesehatan
 Riwayat penyakit yang pernah/sedang diderita: Tidak ada penyakit
 Perilaku kesehatan : Baik
 Penggunaan alkohol : Tidakada
 Merokok : Tidakada
 Ganti pakaian dalam : 2 x dalam sehari
5. Riwayat sosial dan ekonomi
 Status perkawinan : Sah
 Jumlah perkawinan : 2 kali
 Lama perkawinan : kawin 1 : 5 tahun
Kawin 2 : 2 tahun
 Anggota keluarga yang tinggal serumah : 4orang
198

 Status rumah : Pribadi


6. Riwayat kesehatan keluarga : Baik
7. Riwayat psikososial : Baik
8. Riwayat post partum : Baik

C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Baik
b. Keadaan emosional : Stabil
c. Tanda vital: T :37 oC
HR : 75 x
/menit
RR : 24x/menit
TD : 120/70 mmHg
d. Muka : Odema : Ada Tidak ada
Mata : Konjungtiva : Merah muda (Tidak Anemis )
Sklera mata : Putih (Tidak Ikteris )
Hidung : Tidak ada pembengkakan polip, hidung bersih
Mulut : Bersih, terdapat cariers, tidak adaepulis
Telinga : Tidak ada serumen pada telinga
e. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dantidak
ada pembengkakan kelenjar limfe
f. Aksila : Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening
g. Dada : Simetris
h. Payudara
a) Pengeluaran : Asi Colostrum
b) Bentuk : Simestris
c) Puting susu : Menonjol
d) Areola : Hiperpigmentasi
e) Benjolan : Tidak ada
i. Uterus
a) TFU : 2 jari di bawah pusat
b) Kontraksi uterus : Baik
199

c) Konsistensi uterus : Keras


d) Posisi : Antefleksi

j.Pengeluaran pervagina
a) Perdarahan : Tidak ada
b) Lochea : Rubra
c) Warna : Merah segar
d) Jumlah : tidak diukur
e) Bau : Amis
k.Perineum : terdapat luka perineum
i.Kandung kemih : Penuh
Kosong
m.Extremitas
a) Odema : Tidak ada
b) Kemerahan : Tidak ada
c) Refleks patella : Positif (+) kanan dan kiri
d) Mobilisasi : Baik

J. UJI DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium (jikaada indikasi)
- Albumin : Tidak di lakukan pemeriksaan
- Keton : Tidak di lakukan pemeriksaan
- Hb : Tidak di lakukan pemeriksaan
- Golongan darah : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Hematokrit : Tidak di lakukan pemeriksaan
- Rhesus : Tidak di lakukan pemeriksaan
200

II. INTERPRETASI DATA


Identifikasi diangnosa masalah dan kebutuhan
Diagnosa :Ibu post partum hari pertama
Dasar : -Ibu partus spontan tanggal : 07-02 2019 Pukul: 03.40 Wib
- Kontraksi uterus baik
- TFU 2 jari dibawah pusat
- Lochea rubra berwarna merah segar
- Kandung kemih kosong
- Perdarahan normal
Masalah : - Tidak ada
Kebutuhan : - Istirahat
- perawatan perineum
Dasar : - Ibu post partum hari pertama
- Terdapat luka perineum

III. IDENTIFIKASI DIANGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. PERENCANAAN
1. Pantau keadaan umum ibu
2. Informasikan keadaan umum ibu
3. Lakukan perawatan payudara
4. Anjurkan ibu untuk perawatan luka jahitan perineum
201

5. Anjurkan ibu untuk personal hygiene dan vulva hygiene


6. Anjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi
7. Lakukan rooming in
8. Berikan tabletzat besi, antibiotik dan anti nyeri

9. Berikan penkes tentang: a. Perawatan bayi


b. Manfaat asi eksklusif
c. Tehnik menyusui yang benar
d. Tanda-tanda bahaya dan infeksi pada ibu nifas

Vl. PELAKSANAAN
1. Memantau keadaan umum ibu dan vital sign
T : 37,5oC RR : 22 x/ menit
HR :80x/ menit TD : 120/80mmHg
2. Menginformasikan keadaan ibu saat ini pada ibu dan keluarga, bahwa
keadaan ibu baik
3. Menganjurkanibu untuk melakukan perawatan payudara dengan cara
membersihkan puting susu dengan kapas yang di basahi baby oil serta
mengurut, mengetuk, menyisir payudara sebanyak 18 kali,lalu mengompres
payudara kiri dan kanan dengan waslap yang dibasahi air hangat lalu air
dingin sekitar 2 menit kemudian payudara di dinginkan.
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan luka jahitan perineum
dengan cara menjaga luka agar tidak lembab, kemudian membersihkan
daerah luka perineum dengan air sabun dengan cara membersihkan dari
depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah anus, mengganti
pembalut setiap kali darah sudah penuh atau minimal 2 kali dalam sehari.
5. Menganjurkan ibu untuk personal hygiene dan vulva hygiene
 Mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari
 Menjaga kesehatan mulut dan gigi
 Menjaga kebersihan perineum
202

6. Menganjurkan ibu untuk memobilisasi miring kiri dan miring kanan setelah
6-8 jam
7. Melakukan rooming in dimana ibu harus dirawat gabung dalam satu ruangan
sehingga ibu dapat menyusui bayinya setiap saat selama on demond ibu
dapat mengontrol bayinya
8. Memberikan tablet zat besi, vitamin, dan antibiotic (Sangobion 1 x 1 hari ,
amoxilin 1 x1, asam mefenamat 1x1 selama 5 hari)
9. Memberikan penkes tentang :
a. Perawatan bayi
 Membungkus bayi dengan kain kering dan hangat, mengganti popok
bayi jika BAB dan BAK di bersihkan
 Membersihkan tali pusat, basahkan kapas atau menyeka di setiap
pergantian popok, bersihkan perhatian khusus pada area dasar pada
tali pusat, usap dengan lembut untuk mengeluarkan kotoran yang
mungkin bertumpuk di sana. Pastikan tersedianya udara untuk
mencapai tali pusat.
 Memandikan bayi dengan suhu ruangan yang tidak terlalu dingin
dan panas, menyiapkan peralatan mandi dan pakaian bayi, penuhi
bak untuk menampung air sebanyak air setinggi 7 cm dan air mandi
yang hangat. Masukkan bayi ke dalam bak mandi i mulai dari
kakinya dan dan letakkan salah satu tangan anda untuk menopang
leher dan kepala bayi, gunakan sabun dengan jumlah yang sedikit
agar kulit bayi tidak kering, gunakan spons mandi dari atas ke
bawah dari depan ke belakang, diikuti area mata, dan wajah tanpa
menggunakan sabun, serta area genetalia, bilas tubuh bayi dengan
air kemudian keringkan tubuhnya, setelah mandi oleskan lotion
khusus bayi dan pakaikan popok serta pakaian bayi.
b. Manfaat asi eksklusif
Membungkus bayi dengan kain kering dan menyusui bayinya secara
on demond karena ASI sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi, ASI eksklusif di berikan pada bayi usia 0-6 bulan
203

tanpa pemberian makanan tambahan, juga asi sebagai nutrisi,


meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan jalinan kasih sayang,
dan melindungi bayi dari serangan alergi.

c. Teknik menyusui yang benar


- Dudukdengan posisi enak dan santai
- Bersihkan putting susu dan sekitarnya dengan kapas
- Tanganibu menyangga payudara dengan ibu jari berada diatas
aerola sedangkan ke empat jari lainnya berada dibawah payudara
- susuilah mulut bayi dengan areola mammae
- Susuilah bayi dengan sesering mungkin
- Setelah bayi menyusui bayi harus di sendawakan
d. Tanda-tanda bahaya infeksi
- Vital sign tidak teratur
- Lochea yang keluar berbau busuk dan his tidak lancar
- Nyeri pada kelamin

VII. EVALUASI
1. Keadaan umum ibu baik
T : 37,5oC RR : 24x/menit
HR : 80x/menit TD : 120/80mmHg
2. Menginformasikan keadaan Ibu saat ini kepada keluarga bahwa ibu dalam
keadaan baik dan tidak terjadi tanda-tanda infeksi
3. Perawatan payudara telah dilakukan
4. Perawatan luka jahitan perineum telah dilakukan
5. Personal hygiene dan vulva hygiene telah dilakukan
6. Mobilisasi telah dilakukan
7. Rooming in telah dilakukan
204

8. Vitamin, tablet zat besi dan antibiotik (Sangobion 1 x 1 hari, ammoxilin


1x1, asam mefenamat 1x1 selama 5 hari)sudah di berikan
9. Ibu kooperatif dengan penkes yang diberikan

DOKUMENTASI KEBIDANAN

Subjektif :
Nama : Ny.S Nama Suami : Tn.D
Umur : 29 Tahun Umur : 35 Tahun
Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia Suku/Kebangsaan : jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat Rumah : Jl.Makmur Alamat Rumah :jl.Makmur
Telp : 081269344561 Telp :-
- Ibu mengatakan merasa lelah setelah mengalami proses persalinan
- Ibu khwatir tentang kondisinya
- Ibu merasa lelah
- Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan perinuem
Objektif :
- Tanggal persalinan :07-02- 2019
- Bayi lahir spontan
- Kolostrum (+)
- TFU 2 jari dibawah pusat
- Kontraksi uterus baik
- Vital sign :T : 37,5 oC RR : 24x/menit
HR : 80 x/menit TD : 120/80 mmHg
Assessment: Ny D, umur 29 tahun,Ibu post partum hari pertama
205

Perencanaan :
1. Informasikankeadaan umum ibu dan vital sign
2. Informasikan keadaanibu saat ini pada ibu dan keluarga
3.Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara
4. Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan luka jahitan perineum
5. Anjurkan ibu untuk personal hygiene dan vulva hygiene
6. Anjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi
7. Anjurkan ibu untuk rooming in
8. Beri tabletzat besidan antibiotik
9. Berikan penkes tentang:
a. Perawatan bayi
b. Manfaat ASI eksklusif
c. Tehnik menyusui yang benar
d. Tanda-tanda bahaya dan infeksi pada ibu nifas
206

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU


LAHIR/NEONATUS

I. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS BIODATA
Nama bayi : A/d Ny.S
Umur bayi :1 hari
Tanggal/jam/lahir : 07-02-2019/ 03.40WIB / Spontan
Jenis kelamin : Laki-Laki
Berat badan : 2700 gram
Panjang badan : 48 cm
Nama :Ny. S Nama Suami : Tn.D
Umur :29Tahun Umur : 35 Tahun
Suku/Kebangsaan :Jawa/Indonesia Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia
Agama :Islam Agama : Islam
Pendidikan :SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan :IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat Rumah :Jl.Makmur Alamat Rumah : Jl.Makmur
Telp :081269344561 Telp :-

B. ANAMNESA (DATA SUBJEKTIF)


Pada tanggal : 07-02- 2019 Pukul : 10.00WIB
1. Riwayat penyakit kehamilan
- Perdarahan : Tidak ada
- Pre eklamsia : Tidak ada
207

- Penyakit kelamin : Tidak ada


- Lain-lain : Tidak ada
2. Kebiasaan waktu hamil
- Makanan : Nasi, sayur, ikan
- Minuman : Air putih
- Obat-obatan/ jamu : Tidak ada
- Merokok : Tidak ada
- Lain-lain : Tidak ada
3. Riwayat persalinan sekarang
a) Jenis persalinan : Normal
b) Ditolong oleh : Ayu Putri Zebua
c) Lama persalinan : 7Jam30
- Kala I : 4 jam 45 menit
- Kala II : 30 menit
- Kala III : 15 menit
- Kala IV : 2 jam
d) Ketuban pecah : Spontan
e) Komplikasi persalinan
- Ibu : Tidak ada
- Bayi : Tidak ada
f) Keadaan bayi baru lahir
 Nilai Apgar
208
209

Tanda 0 1 2 Jlh nilai

Menit Frekuensi ( ) Tidak ( ) < 100 () >100 8


jantung ada
Ke 1 ( ) Lambat tidak ( ) Menangis
Usaha ( ) Tidak
210

bernafas ada teratur kuat


Tonos
( ) Lumpuh (  ) Extremitas () Gerakan aktif
Otot fleksi sedikit
( )Tidak
Refleks bereaksi ( ) Gerakan sedikit
() Menangis
Warna ( ) Tidak ()Tumbuh
ada kemerahan tangan
dan kaki ( ) Kemerahan

Menit Frekunsi ( ) Tidak ( ) < 100 ( ) >100 10


Jantung ada
Ke 5 ( ) Lambat tidak () Menangis
Usaha ( ) Tidak teratur kuat
bernafas ada
( ) Extremitas fleksi ( ) Gerakan
Tonos Otot
( ) Lumpuh sedikit aktif
Refleks
( )Tidak ( ) Gerakan sedikit () Menangis
Warna bereaksi
( ) Tumbuh ( )
( ) Tidak kemerahan tangan
Kemerahan
ada dan kaki

Sedikit Telapak Kaik Kanan Bayi Sedikit Telapak Kaki Kiri Bayi
211

Sedikit Jempol Tangan Kanan Ibu Sedikit Jempol Tangan Kiri Ibu

a. Eliminasi
- Miksi : Sudah  Belum
Warna : Jernih
Tanggal : 07-02-2019
Pukul :06.00WIB
- Mekoneum :  Sudah  Belum
Warna : Hijau kehitaman
Tanggal : 07-02-2019
Pukul : 06.00WIB
RESUSITASI
Pengisapan lender: Tidak Ada Rangsangan: Tidak di lakukan
Ambu : Tidak di lakukan Lamanya :-
Massage jantung : Tidak di lakukan Lamanya :-
Inkhubasi endotraheal : Tidak di lakukan
Oksigen : Tidakdi berikan
Therapy : Tidak di berikan keterangan :-

C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBJEKTIF)


1. Keadaan umum : Baik
- Suhu : 37 oC Axilla/rectal Pukul : 08.05WIB
- Pernapasan : 40x/menit Teratur/Tidak Pukul : 08.10 WIB
- HR : 130x/menit Teratur/Tidak Pukul :08.15 WIB
212

- Berat badan sekarang : 2700 gram


2. Pemeriksaan fisik secara sistematis :
a. Kepala
 Sutura :
- Sutura frontalis
- Sutura sagitalis
- Sutura koronalis
- Sutura lambuidea
- Sutura sukuamos
 Molase : 0 = Tulang kepala terpisah
Ubun-ubun: Datar
 Distansia
- Occipito – frontalis : 12 cm
- Mento – occipito : 13,5 cm
- Suboccipito – bregmatika : 9,5 cm
- Biparietalis : 9,25 cm
- Bitemporalis : 8 cm
- Submento – bregmatika : 32 cm
 Circunferensia
- Fronto – occipito : 34 cm
- Mento – occipito : 35 cm
- Suboccupito – bregmatika : 32 cm
 Lingkar kepala : 35 cm
b. Muka : Merah
c. Mata : Sejajar dengan telinga,tidak ada tanda-tanda
infeksi, tidak ada strabismus
d. Hidung : Bersih, polip tidak ada pembengkakan, dan
bernafas melalui hidung
e. Mulut : Tidak ada labioskizis dan platoskizis
f. Telinga : Simetris, sejajar dengan mata
213

g. Leher : Tidakada pembengkakan dan benjolan, tidak ada


pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
h. Dada : Dalam batas normal
 Lingkar dada : 34 cm
 Bentuk : Simetris
 Puting susu : Sudah terbentuk dengan baik dan simetris
 Bunyi nafas : Normal dan reguler
 Bunyi jantung :Normal dan reguler
i. Abdomen : Dalam batas normal
 Pembengkakan : Tidak ada
Tali pusat : Tidak ada infeksi
j. Punggung : Tidak ada spina bifida
k. Ekstremitas : Tidak ada kelainan
 Atas
- Lengan :Simetris,tidak ada fraktur, gerakan aktif
- Jari - jari :Tidak ada kelainan seperti polidaktili dan
sindaktili
- Lila : 14 cm
 Bawah
- Tungkai kaki : Simetris, tidak ada fraktur, gerakan aktif
- Jari - jari : Tidak ada kelainan seperti polidaktili dan
sindaktili
l. Genetalia : Testis berada dalam skrotum
m. Anus : (+) Berlubang
n. Kulit
 Warna : Merah
 Verniks : Ada dan tidak di bersihkan
 Lanugo : Ada
o. Refleks
 Reflek moro : Positif (+)
214

 Reflek rooting : Positif (+)


 Reflek sucking : Positif (+)
 Reflek walking : Positif (+)
 Reflek tonicneek : Positif (+)

II. INTERPRETASI DATA


Indentifikasi diagnosa masalah dan kebutuhan
Diagnosa: Bayi baru lahir, usia1 hari
Dasar : - Bayi lahir spontan tanggal : 07-02- 2018 Pukul:03.40WIB
- Jenis kelamin : laki-laki
- BB : 2700 gram
- PB : 48 cm
- Apgar score : 8/10
- Antropometri :- Lingkar kepala : 35 cm
- Lingkar dada : 34 cm
- Lila : 14 cm
- BB sekarang : 2700 gram
- Reflek normal : - Reflek moro : Positif (+)
- Reflek rooting : Positif (+)
- Reflek sucking : Positif (+)
- Reflek walking : Positif (+)
- Reflek tonicneek : Positif (+)
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : - Pemberian ASI
- Kontak kulit ibu dan bayi segera mungkin
-Jaga kesehatan bayi
Dasar : - Bayi membutuhkan ASI untuk pertumbuhan dan
perlindungan tubuh
- Bayi membutuhkan perlindungan dari ibunya
- Bayi membutuhkan kehangatan dari ibunya
215

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. PERENCANAAN
1. Pantau keadaan umum bayi dan vital saign
2. Pertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat
3. Informasikan keadaan bayi pada ibu dan keluarga
4. Lakukan perawatan tali pusat

5. Beri penkes pada ibu dan keluarga tentang :


a. Perawatan pada bayi baru lahir
b. Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir
c. ASI eksklusif
6. Lakukan rooming in

I. PELAKSANAAN
1. Memantau keadaan umum bayi : HR : 140 x/i
RR : 42 x/i
T : 36,70C
2. Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat dan normal, dan tidak
terjadi hipotermi
3. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga bahwa bayi dalam keadaan baik
4. Melakukan perawatan tali pusat dengan cara membungkus tali pusat dengan
kassa steril dan tidak lembab untuk mencegah terjadinya infeksi
5. Melakukan rooming in untuk menjalin hubungan bathin antara ibu dan bayi
dengan menempatkan ibu dan bayi dalam satu ruangan
6. Memberikan penkes pada ibu dan keluarga tentang :
a. Perawatan rutin pada bayi: - Perawatan tali pusat
216

- Memandikan bayi
- Ganti popok bayi
b. Tanda-tanda bahaya bayi : - Bayi sulit bernafas
- Bayi susah minum (daya hisap kurang)
- Badan bayi panas
c. ASI eksklusif : ASI di berikan pada bayi mulai umur 0-6
bulantanpa pemberian makanan tambahan
untuk pertumbuhan danperkembangan bayi.

VII. EVALUASI
1. Keadaan umum bayi baik : HR : 140 x/i
RR : 42 x/i
T : 36,70C
2. Bayi telah di bedong dengan baik
3. Ibu dan keluarga telah mengetahui bahwa bayi dalam keadaan baik
4. Perawatan tali pusat telah di lakukan dengan membungkus tali pusat dengan
kassa steril
5. Pemberian penkes telah di lakukan
6. Rooming in telah di lakukan
217

DOKUMENTASI KEBIDANAN

Subjektif:
Nama bayi : A/d Ny.S
Umur bayi : 1 hari
Tanggal/jam/lahir : 07-02-2019 / 03.40 WIB / Spontan
Jenis kelamin : laki-laki
Berat badan : 2700 gram
Panjang badan : 48 cm
Nama : Ny. S Nama Suami : Tn.D
Umur : 29 Tahun Umur : 35 Tahun
Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat Rumah : Jl.Makmur Alamat Rumah : Jl.Makmur
Telp : 081269344561 Telp :-
Objektif :
- Bayi lahir normal, tanggal : 03-02-2019 Pukul : 03.40 WIB
218

- Keadaan umum bayi baik : HR : 145x/menit


RR : 45x/ menit
T : 37 o
C
- Antropometri : Lingkar kepala : 35 cm
Lingkar dada : 34 cm
Lila : 14 cm
BB : 2700 gram
- Reflek normal
- Tali pusat terawat dengan kassa steril

Assessment : Bayi baru lahir spontan, tanggal : 07-02-2019 Pukul : 03.40 WIB
Perencanaan :
1. Pantau keadaan umum bayi
2. Timbang BB bayi
3. Lakukan perawatan tali pusat
4. Beri konseling tentang :
a. ASI eksklusif
b. Cara memandikan bayi
5. Anjurkan ibu untuk menyusui bayi
219

BAB IV
IDENTIFIKASI DAN PEMBAHASAN MASALAH

4.1 Antenatal Care


Klien dengan identitas Ny.Smengatakan hamil anak ke empat dan usia
klien saat ini 28 tahun dengan usia kehamilan 40-41 minggu. Kehamilan ini
merupakan kehamilan yang direncanakan.
Selama kehamilan ini Ny.S Sudah melakukan pemeriksaan kehamilannya
sebanyak 4 kali sebab Ny.S tidak ingin terjadi masalah dengan kehamilan ini serta
menghindari terjadinya masalah pada persalinan nanti. Pada trimester I Ny.S
melakukan pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC) sebanyak I kali,
pada trimester II 1 kali, pada trimester III sebanyak 2 kali. Frekuensi pemeriksaan
ini telah memenuhi standar sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa WHO
menganjurkan minimal ibu hamil melakukan 4 kali kunjungan Antenatal Care
(ANC) selama kehamilan yaitu dengan frekuensi pemeriksaan ANC pada
trimester I minimal 1 kali, trimester II minimal 1 kali,trimester III minimal 2 kali.
Ny.S tidak mengalami keluhan yang patologis dalam kehamilan ini, seperti
mual muntah yang berlebihan, nyeri perut yang berlebihan dan lain sebagainya.
Keluhan yang dialami Ny.S hanyalah keluhan yang fisiologis seperti mengeluh
220

nyeri pinggang, sering buang air kecil, kram pada betis, konstipasi, nyeri ulu hati.
Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa keluhan yang di alami
Ny.Smerupakan salah satu ketidaknyamanan pada ibu hamil. Ini terjadi karena ibu
membawa beban yang berlebih seiring peningkatan berat badan janin dalam
rahim. Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau mengatasi
keluhan yaitu sebaiknya menyempatkan waktu untuk berolahraga atau senam
hamil, dan di wajibkan mengonsumsi susu dan makanan yang kaya kalsium.
Sering buang air kecil juga merupakan salah satu ketidak nyamanan pada
trimester III, ini terjadi karena bagian terbawah janin menekan kandung kemih,
akibatnya kapasitas kandung kemih jadi terbatas sehingga ibu sering BAK.
Dorongan untuk bolak balik ke kamar mandi inilah yang mau akan mengganggu
istirahat ibu termasuk waktu tidurnya. Penanganan yang dapat di lakukan untuk
mengurangi atau mengatasi yaitu sarankan tidak minum saat 2-3 jam sebelum
tidur, dan kosongkan kandung kemih sebelum tidur, namun agar kebutuhan air
pada ibu hamil tetap terpenuhi sebaiknya minumlah lebih banyak disiang hari.
Kram pada otot betis umum nya dirasakan saat kehamilan lanjut, penyebab nya
tidak jelas dan bisa di karenakan iskemin transier setempat, kebutuhan akan
kalsium (kadarnya rendah dalam tubuh) atau perubahan sirkulasi darah, tekanan
saraf pada kaki. Penanganan yang dapat di lakukan untuk mengurangi atau
mengatasi yaitu jangan sembarang obat tanpa seijin dokter, perbanyak makan
makanan yang mengandung kalsium, menaikkan kaki ke atas, pengobatan
simtomatik dengan kompres hangat. Konstipasi terjadi pada bulan bulan terakhir
dan di sebabkan progesteron dan usus yang terdesah oleh rahim yang membesar
atau bisa juga di karenakan efek dari terapi tablet zat besi. Penatalaksanaan khusus
yaitu dengan diet atau kadang kadang dapat di berikan pencahar ringan (dengan
resep dokter). Asuhan yang dapat di berikan yaitu menganjurkan ibu makan
makanan tinggi serat seperti buah dan sayuran, hindari makanan yang berminyak,
dan anjurkan olahraga tanpa di paksa. Nyeri ulu hati di rasakan pada bulan bulan
terakhir, disebabkan karna adanya progesterone serta tekanan dari uterus, untuk
penatalaksanaan khusus biasanya dengan diet dan kadang kadang pemberian
antacid. Asuhan yang dapat di lakukan dengan memberi nasehat tentang gizi,
221

makan sedikit sedikit, minum susu, hindari makanan yang pedas, makanan yang
berminyak, dan tinggikan bagian kepala di tempat tidur ( rukiyah,2015 )
Dari hasil anamnesa Ny.Smengaku dapat merasakan gerakan janin.
Gerakan ini dirasakan pertama kali pada usia kehamilan 16 minggu dengan
pergerakan janin yang dirasakan ±10-20 kali dalam 24 jam. Sesuai dengan
kepustakaan menurut (Jenni Mandang, 2016) bahwa salah satu tanda pasti hamil
adalah terdapat gerakan janin.
Berat badan Ny.S sebelum hamil 58 kg, sejak Ny.Shamil berat badan nya
menjadi 68 kg sehingga berat badan Ny.S mengalami kenaikkan 10 kg. Kenaikan
berat badan Ny.D dikatakan normal seperti diungkapkan oleh (Jenni Mandang,
2016)bahwa kenaikan berat badan normal selama kehamilan adalah 10 kg – 12 kg.
Secara keseluruhan tidak ada kelainan maupun komplikasi yang terjadi pada
Ny.Shal ini dikarenakan Ny.S mau bekerjasama dan mau mengikuti anjuran yang
diberikan oleh bidan. Ny.Sjuga mengerti akan pentingnya kesehatan dirinya dan
kehamilannya serta pentingnya persiapan persalinan nanti.
Asuhan yang diberikan pada ibu antara lain: menganjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan yang tinggi protein, hewani dan nabati yang diperoleh
dari sayur, ikan, telur, tempe dan lain-lain. Menganjurkan ibu untuk istirahat yag
cukup, menghindari pekerjaan yang berat dan melelahkan serta perjalanan jauh
dan duduk terlalu lama, menganjurkan ibu gerakan ringan seperti jalan dipagi hari.
Menganjurkan ibu perawatan payudara sampai persiapan laktasi. Menganjurkan
ibu mandi 2x sehari dan mengganti pakaian dalam jika basah agar tidak lembab.
Menjelaskan tanda-tanda persalinan pada ibu seperti mules pada pinggang yang
menjalar ke perut lebih sering kuat dan teratur, keluar lendir bercampur darah dari
alat kemaluan, dan ketuban pecah. Memberikan tablet Fe dan menganjurkan ibu
untuk melakukan kunjungan ulang lagi.
Dari pengkajian data objektif secara keseluruhan, hasil pemeriksaan fisik
tidak di temukan komplikasi selama kehamilan. Keadaan ibu dan janin dalam
keadaan baik.

4.2 Intranatal Care


222

Pada tanggal 07Februari 2019 Ny.S Smemasuki masa persalinan dengan


berdasarkan usia kehamilan 40-41 minggu. Tidak ada kesenjangan antara teori
dengan kenyataan dimana menurut teori persalinan normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu).
(Saifuddin, 2016).

Pemantauan persalinan kala I pada Ny.S didokumentasikan langsung


kedalam partograf sebab ketika Ny. S datang pembukaan serviks telah mencapai
fase aktif yaitu 7 cm, maka dari itu pada catatan data Ny.S tidak terdapat
dokumentasi fase laten. Pemantauan dengan partograf ini bertujuan untuk
mengobservasi keadaan ibu dan bayi serta memantau kemajuan persalinan apakah
persalinan berjalan dengan normal atau tidak. Lama persalinan pada Ny.S mulai
dari kala I sampai kala IV berlangsung selama 7 Jam30 menit.
Pada kala I juga dilakukan gerakkan asuhan sayang ibu, ibu diberikan
dukungan dan kenyamanan posisi. Ibu memilih posisi berbaring miring kekiri, hal
ini dilakukan setelah ibu mendapat informasi bahwa berbaring miring kekiri dapat
membantu janin mendapatkan suplai oksigen yang cukup, sebaliknya jika ibu
berbaring terlentang, maka bobot tubuh ibu akan menekan pembuluh darah yang
membawa oksigen kejanin, sehingga suplai oksigen bayi dapat berkurang dan
dapat menyebabkan gawat janin. Selain pilihan posisi, ibu juga diberikan asupan
nutrisi dan cairan, ibu diberikan segelas teh manis hangat, hal ini dapat membantu
karena selama proses persalinan berlangsung ibu akan mudah mengalami
dehidrasi. (Depkes RI, 2016).
223

Persalinan kala II Ny.S berlangsung 30 menit. Pada teori lamanya waktu


persalinan kala II secara fisiologis pada primigravida berlangsung selama 2 jam
dan pada multigravida berlangsung selama ½ jam - 1 jam. (Saifuddin,2016).
Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan kenyataan untuk lamanya
waktu kala II. Selama proses persalinan, di terapkan prinsip pencegahan infeksi
dengan menggunakan alat-alat yang steril atau yang sudah di desinfeksi tingkat
tinggi. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pada ibu, bayi dan
penolong, untuk itu tindakan pencegahan infeksi harus bisa diterapkan dalam
setiap aspekasuhan. (Depkes RI, 2016).Persalinan kala III berlangsung 15 menit
dan menurut teori kala III pada primigravida 30 menit dan pada multigravida 15
menit. (Saifuddin,2016). Pada proses kala III berjalan dengan baik, hal ini karena
dilakukan manajemen aktif kala III sesuai dengan standar. Sehingga plasenta
dapat lahir spontan, kotiledon lengkap, selaput utuh serta perdarahan pasca
persalinan dapat terhindaridengan baik.
Pada kala IV dilakukan observasi pada Ny.S selama 2 jam. Ibu dan bayi
dalam keadaan baik. Perdarahan yang terjadi pada Ny.S berlangsung normal
yaitu ±350 cc,dan kala IV 100 cc. Menurut teori dianggap perdarahan normal jika
jumlah darah kurang dari500 cc.(Saifuddin, 2016)
Pada keseluruhan proses persalinan pada Ny.Sberjalan dengan normal dan
baik, hal ini terjadi karena adanya observasi dan tindakan serta asuhan yang tepat
dari awal persalinan hingga bayi dapat lahir, kelancaran persalinan ini juga berkat
adanya kerjasama yang baik dari ibu, ibu dapat mengontrol emosinya serta dapat
meneran dengan baik. Ibu juga mau mengikuti anjuran yangdiberikan bidan.

4.3 Post Partum


Pada masa nifas Ny.S dilakukan pemeriksaan sebanyak 1 kali,masa nifas
Ny.S berlangsung normal ibu tidak mengalami perdarahan ibu sudah dapat
berkemih dengan lancar, mobilisasi ibu baik, ASI Ny.S belum keluar.
Keadaan ibu baik hubungan ibu dan bayi pun baik ibu masih mengonsumsi
tablet Fe, tidak ada masalah dalam proses eliminasi (BAK dan BAB) .pengeluaran
pervaginam lochea rubra,hal ini sesuai dengan ilmu kebidanan varney pada hari
224

ke 1 sampai hari ke 3 yang keluar adalah lochea rubra. asuhan yang diberikan
kepada ibu mengajurkan ibu mengonsumsi makanan berprotein,mengajarkan ibu
cara personal hygine, vulva hygine dan menjaga luka jahitan ibu agar tetap bersih
dan kering,perawatan payudara dan mengajari ibu cara teknik menyusui yang baik
memberitahu tanda-tanda bahaya pada masa nifas, serta menganjurkan ibu untuk
ber-KB implan atu IUD.

4.4 Bayi Baru Lahir


Pada kasus Ny.S bayi lahir spontan, menangis kuat, tidak ada cacat
bawaan, warna kulit kemerahan. Jenis kelamin laki-laki, berat badan 2700 gram,
panjang badan 48 cm, Apgar skor 8/10, ekstermitas kanan (+) kiri (+),
pergerakkan aktif, anus (+), ditandai dengan keluarnya mekonium dan bayi sudah
buang air kecil dan buang air besar dengan normal. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan yang menerangkan bahwa bayi yang sehat akan menangis kuat,
bernafas, menggerakkan tangan dan kakinya dan kulit bewarna kemerahan. (jenni
mandang 2016).
Bayi Ny.S telah diberikan vitamin K dan imunisasi Hepatitis B, keadaan
ini sesuai dengan jadwal pemberian imunisasi yang di anjurkan.
Ketika bayi lahir, pengikatan tali pusat dilakukan dengan menggunakan
penjepit umbilikal dalam keadaan steril dan dibungkus dengan kassa kering steril.
Dengan melakukan perawatan tali pusat yang baik dan benar maka tetanus
neonaturum dapat terhindar
Setelah bayi lahir, bayi tidak langsung dimandikan. Hal ini sesuai dengan
teori kepustakaan untuk tidak memandikan bayi minimal 6 jam setelah lahir untuk
mencegah hipotermi. (Depkes RI, 2016). Bayi Ny. S hanya dibersihkan dan
segera diselimuti serta ditutupi bagian kepalanya dengan kain bersih, kering, dan
hangat agar bayi terhindar dari hipotermi atau kehilangan panas.
Bayi sudah menyusui setelah1 jam setelah persalinan berat badan bayi
2700 gram merupakan berat badan bayi normal. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
berat bayi normal adalah 2500-4000 gram. (Sarwono 2014).
225

Proses persalinan berlangsung normal dan bayi Ny.S lahir dalam keadaan
sehat dengan jenis kelamin laki-laki, berat 2700 gram dan panjang 48 cm. Bayi
tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kelainan apapun seperti tali pusat
berdarah, sulit menyusui, kedinginan, kepanasan, sulit bernafas, bayi terus
menerus tidur, warna kulit normal, tangis yang normal.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Pada proses persalinan dari Ny.’’S’’ dari kala I sampai kala IV tidak
terjadi kesenjangan dimana lama kala 1 5 jam 15 menit dan lama kala II
30 menit sedangkan lama kala III berlangsung 15 menit dan dan
226

pemantauan kala IV berlansung selam 2 jam, lama persalinan berlangsung


selama 6 jam, sesuai dengan teori dimana multi grafida 6-7 jam oleh
(Rustam 2016) berlangsung selama .Bayi lahir pukul 03.40 wib. Jenis
kelamin laki-laki ,berat badan 2700 gram,panjang badan 48 cm bayi
dalam keadaan sehat,plasenta lahir lengkap pukul.03.55 wib
2. Pada masa nifas tidak terjadi perdarahan dan infeksi yang ditandai dengan
tidak ada keluarnya lochea yang berlebihan dan tidak berbau,pada
payudara tidak ada kelainan dan tidak ada tanda bahaya infeksi atau pun
bendungan ASI,masa involusi dan penurunan fundus uteri pada Ny.”S”
berlangsung dengan baik dan tidak ada kesenjangan antara teori yang
didapat dengan kenyataan dilahan praktikum.
3. Dengan diterapkan asuhan pada kebidanan ibu hamil,bersalindan nifas
dan Bayi Baru Lahir diharapkan asuhan yang diberikan dapat bermanfaat
dan terlaksana dengan baik dan tepat sehingga kelainan maupun
komplikasi dapat terdeteksi sedini mungkin dan petugas kesehatan
khususnya bidan dapat segera memberikan tindakan dengan baik dan
tepat.

5.2 Saran
1. Bagi BPM 223
Dapat lebih meningkatkan pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas,
dan bayi baru lahir,sehingga menjadi klinik yang lebih baik.
2. Bagi mahasiswa
Agar mahasisiwa mampu belajar lebih tentang teori-teori dalam kebidanan
yang lebih di dapat selama pendidikan dan dapat mengamalkan ilmu-ilmu
227

yang telah didapat dengan sebaik-baiknya,serta dapat bermanfaat bagi


mahasiswa tingkat selanjutnya.
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pendidikan bagi mahasiswa dan dapat mengikuti
perkembangan modern saat melakukan asuhan kebidanan pada ante natal
care, intra natal care, post partum, dan bayi baru lahir, sehingga dapat
menghasilkan generasi bidan profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Profil Kesehatan Indonesia. 2016


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015
Profil Kesehatan Indonesia. 2015
Rismalinda, SST,M.Kes .2015.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan Jakarta:
Tim 2015
Ai Yeyeh Rukiah dan Lia Yulianti. 2014.Asuhan Kebidanan Kehamilan.
Jakarta:TIM
Th. Endang Purwoasturi, SPd,APP.2014.Konsep Kebidanan yogyakata. Pustaka
Baru Pres
Kusmiyanti.2016.Konsep Kebidanan yogyakata. Pustaka Baru Pres
Sari . 2015.Buku Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : Selemba Medika
Vivian Nanny Lia Dewi. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Jakarta:
Salemba Medika
228

Heryani, Reni. 2015. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dan Menyusui. Jakarta. Trans
Info Media
Nurrul Jannah S.SiT. 2017.Askeb II Persalinan Berbasis Kompetensi. Jakarta
Penerbit : Buku Kedokteran EGC.
Yelfi Merliandani. 2015.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Dan
Menyusui. Jaksrta: Selemba Medika
Walhyani. 2015.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Selemba
Medika
Jenni Mandang DKK. 2016. Asuhan Kehamilan. Jakarta: TIM
Dra. Gusti Ayu Mandriwati 2017. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan fisiologis.
Jakarta: Selemba Medika.
Midwifery Update 2017. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalianan
Yuliantilia.2014.AsuhanNeonatus, Bayidan AnakBalita.Jakarta: Trans Info Media.
Maryanti Dwi DKK .2015.Buku Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal.Jakarta: Selemba Medika

.
229

AKADEMI KEBIDANAN DARMO MEDAN


(PROGRAM DIPLOMA – III)
Jln.Tali Air No.23 Kel. Mangga Lingk. III
Kec. Medan Tuntungan
Kode Pos 20141 – Telp. (061) 8360589

Nama Mahasiswa : Ayu Putri Zebua


NIM : 2016.001
Judul LTA : Laporan Asuhan Kebidanan Pada Ny.S Dari Masa Kehamilan,
Persalinan, Nifas Sampai Dengan Bayi Baru Lahir Di Klinik
JANNAH
Dosen Pembimbing : Kristiova Masnita Saragih, SST, M.Kes
230

Materi Yang
NO Hari/Tanggal/Waktu Perbaikan Keterangan Paraf
Dikonsulkan
1. 19 Juli 2018 Bab I dan II  Harus yang terbaru. MDGs ganti ACC Perbaikan
dengan SDGs

2. 20 juli 2018 Bab I dan II  Tambahkan profil kesehatan ACC Perbaikan


 Tambahkan manajemen aktif
kala III

3. 21 juli 2018 ANC  Data subjektif dan objektif di Perbaikan


pisahkan
 Bedakan antara penkes dan
informasi

4. 23 juli 2018 ANC  Pengetikan harus rata kiri Perbaikan


Rata kanan
 Perbaikan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi

5. 24 juli 2018 ANC  Cara pengetikan dan spasi Perbaikan


 Perbaiki Manajemen Asuhan
Kebidanan

6. 25 juli 2018 ANC  Perbaikan Diagnosa dan Perbaikan


interpretasi data
 Perbaikan perencanaan dalam
manajemen asuhan kebidanan

7. 26 juli 2018 ANC  Perbaikan pelaksanaan dalam ACC Perbaikan


manajemen asuhan kebidanan
231

 Perbaikan evaluasi dalam


asuhan kebidanan
8. 30 juli 2018 INC  Perbaiki diagnosa Perbaikan
 Perbedaan penurunan kepala di
palpasi dan pemeriksaan dalam

9. 01 agustus 2018 INC  Perbaikan Diagnosa Perbaikan


 Perbaikan interpretasi data

10. 02 agustus 2018 INC  Perbaikan kala I, II, III dan IV Perbaikan
 Perbaikan dokumentasi
kebidanan

11. 03 agustus 2018 INC  Perbaikan tentang penurunan Perbaikan


kepala bidang Hodge
 Perbaikan Tentang Data
Subjektif dan Data Objektif

12. 06 agustus 2018 INC  Perbaikan tentang Spasi Perbaikan


 Perbaikan Interpretasi data pada ACC
Masalah

13. 07 agustus 2018 PNC Perbaikan


 perbedaan antara laserasi
jalan lahir dan episiotomy
 Pisahkan data subjektif dan
objektif
14. 08 agustus 2018 PNC  Menghitung lama persalinan Perbaikan
 Perbaikan tentang spasi
232

15. 09 agustus 2018 PNC  Perbaki dokumentasi kebidanan Perbaikan


 Penulisan kata jam pada asuhan
kebidanan dihapuskan
 Refleks pada bayi

16. 10 agustus 2018 PNC  Perbaikan perencanaan, Perbaikan


Pelaksanaan dan evaluasi
 Perbaikan dokumentasi
kebidanan

17. 11 agustus 2018 PNC  Perbaikan tentang pendarahan Perbaikan


 Perbaikan tentang Perawatan ACC
Perineum
 Perbaikan perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dalam
Manajemen Asuhan Kebidanan

18. 13 agustus 2018 BBL  Perbaikan refleks pada bayi Perbaikan


 Perbaikan perencanaan,
Pelaksanaan dan evaluasi

19. 14 agustus 2018 BBL  Perbaikan tentang Sutura Perbaikan


 Perbaikan tentang menghitung
lama persalinan
20. 15 agutus 2018 BBL
 Perbaiki APGAR score Perbaikan
 Perbaikan Dokumentasi
Kebidanan
233

21. 16 agustus 2018 BBL  Perbaikan tentang perawatan Perbaikan


talipusat
 Perbaikan tentang penkes
pemberian asi

22. 18 agustus 2018 BBL  Perbaikan tentang perencanaan Perbaikan


 Perbaikan tentang pelaksanaan ACC
 Perbaikan tentang evaluasi
 Perbaikan tentang dokumentasi
kebidanan

23. 18 agustus 2018 Bab IV  Perbaikan bab IV Perbaikan ACC

24. 20 agustus 2018 Bab V  Perbaikan bab V Perbaikan ACC

25. 20 agustus 2018 Daftar Pustaka  Penambahan daftar pustaka Perbikan


ACC
234
235

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny.SDARI MASA KEHAMILAN,


PERSALINAN, NIFAS, SAMPAI DENGAN BAYI BARU LAHIR
DI KLINIK BERSALIN JANNAH

LAPORAN TUGAS AKHIR


236

AYU PUTRI ZEBUA


NIM : 2016.001

AKADEMI KEBIDANAN DARMO


MEDAN
2019
237

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny.SDARI MASA KEHAMILAN,


PERSALINAN, NIFAS, SAMPAI DENGAN BAYI BARU LAHIR
DI KLINIK BERSALIN JANNAH

LAPORAN TUGAS AKHIR

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya


KebidananPada Program Studi DIII Kebidanan
Akademi Kebidanan Darmo Medan
238

AYU PUTRI ZEBUA


NIM : 2016.001

AKADEMI KEBIDANAN DARMO


MEDAN
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny.SDARI MASA KEHAMILAN,


PERSALINAN, NIFAS, SAMPAI DENGAN BAYI BARU LAHIR DI KLINIK
BERSALIN JANNAH

AYU PUTRI ZEBUA


2016.001

Medan,25 April 2019

Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing
239

(KRISTIOVA MASNITA SARAGIH, SST, M.Kes)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny.SDARI MASA KEHAMILAN,


PERSALINAN, NIFAS, SAMPAI DENGAN BAYI BARU LAHIR DI KLINIK
BERSALIN JANNAH

AYU PUTRI ZEBUA


2016.001

Menyetujui

Penguji I

(Helena Fransysca Pardosi, SST, M.Kes)

Penguji II Penguji III


240

(Dwi Ris Hasanah,SST,M.K.M) (Kristiova Masnita Saragih, SST, M.Kes)

Diketahui

Direktris Akademi Kebidanan Darmo Medan

(Kristiova Masnita Saragih, SST, M.Kes)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan
rahmatNya sehingga dapat terselesaikan nya Laporan Tugas Akhir yang berjudul
“Laporan Asuhan Kebidanan Pada Ny.S Masa Kehamilan,persalinan,nifas dan
bayi baru lahir di klinik “JANNAH”sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi DIII Kebidanan di
Akademi Kebidanan Darmo Medan.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Dr. Aminuddin Lubis, AFM, selaku Ketua Yayasan Akademi Kebidanan
Darmo Medan.
2. Kristiova Masnita Saragih, SST, M.Kes, selaku Direktris Akademi Kebidanan
Darmo Medan.
3. Eka Susanti Lubis, SST, selaku Koordinator Tingkat III Akademi Kebidanan
Darmo Medan.
4. Helena Fransysca Pardosi,SST, M.Kes, selaku dosen penguji I yang telah
memberikan masukan. Kritik, dan saran untuk menyempurnakan laporan tugas
akhir (LTA)
241

5. Dwi Ris Hasanah, SST, M.K.M, selaku dosen penguji II yang telah
memberikan masukan,kritik dan saran untuk menyempurnakan Laporan Tugas
Akhir(LTA).
6. Kristiova Masnita Saragih, SST, M.Kes, selaku dosen penguji III dan
sekaligus pembimbing penulis dalam mSSenyusun Laporan Tugas Akhir ini
yang telah memberikan masukan kepada penulis.
7. Seluruh Dosen di Akademi Kebidanan Darmo Medan yang secara bersama-
sama memberikan ilmu petunjuk dan nasehat selama penulis mengikuti masa
pendidikan di Akademi Kebidanan Darmo Medan.
8. Siti Aziz Am,Keb selaku pembimbing klinik yang telah memberikan
kesempatan untuk melakukan penyusunan Laporan Tugas Akhir di Klinik
JANNAH sehingga laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan.
i penulis yang tidak pernah jenuh dalam
9. Teristimewa kepada kedua orang tua
memberikan doa dan dukungan baik secara moril maupun secara materil
dengan penuh rasa kasih sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan tugas akhir ini dengan baik.
10. Kepada abang-abang saya Tremartatias zebua dan Fortumeny zebua dan kakak
saya Lista juniwati lase dan Novel ziliwu, Anugrah Zebua dan kakak saya
Damara Waruwu dan kepada seluruh keluarga besar saya karena Doa dan
dukungannya saya dapatmenyelesaikan Laporan Tugas Akhir (LTA).
11. Kepada sahabat dan sebagai saudara saya,Charisda Gulo, Ayu Marbun,
Elfride Marpaung dan Ira Simanjorang danjuga kepada kakak angkat saya Sri
Zuni Zendrato,Am.Keb dan Adek sayang saya Sepri Harefa dan Nizky Duha,
serta adek saya Sinar Zega, Nita Giawa, luang untuk membantu penulis dalam
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir.
12. Kepada teman-teman TK III seperjuangan stambuk 2016 yang selama 3 tahun
terakhir kita melewati banyak pengalaman dalam menimba ilmu bersama-
sama di Akademi Kebidanan Darmo Medan .

Semoga Tuhan memberikan berkat dan karuniaNya kepada semua pihak


yang telah disebutkan diatas dan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
242

Akhir kata penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi kita
semua dan penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, April 2019

(Ayu Putri Zebua)

ii
243

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL........................................................................................... vi
DAFTAR SINGKATAN................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan....................................... 4
1.3 Tujuan..................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum............................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................... 5
1.4 Sasaran, Tempat, dan Waktu Asuhan Kebidanan................... 5
1.4.1 Sasaran.......................................................................... 5
1.4.2 Tempat........................................................................... 5
1.4.3 Waktu............................................................................ 5
1.5 Manfaat................................................................................... 6
1.5.1 Bagi Penelitian.............................................................. 6
244

1.5.2 Bagi Klinik.................................................................... 6


1.5.3 Bagi Institusi pendidikan............................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 7


2.1 Kehamilan............................................................................... 7
2.1.1 Pengertian Kehamilan ................................................ 7
2.1.2 Faktor Faktor yang memengaruhi kehamilan............. 10
2.1.3 Perubahan Fisiologis Kehamilan ............................... 15
2.1.4 Pertumbuhan Dan Perkembangan Janin..................... 21
2.1.5 Perubahan Psikologis Kehamilan............................... 24
2.1.6 Kebutuhan Kebutuhan Ibu Hamil .............................. 29
2.1.7 Asuhan Kehamilan .................................................... 36
2.2 Persalinan................................................................................ 47
2.2.1 Pengertian Persalinan ................................................. 47
2.2.2 Sebab-Sebab Mulanya Persalinan .............................. 48
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan.......... 49
2.2.4 Perubahan Fisiologi Persalinan................................... 54
2.2.5 Perubahan Psikologis Persalinan ................................ 62
2.2.6 Bidang Hodge, Station, Ukuran dan Jenis Panggul.... 63
2.2.7 Batasan Persalinan..................................................... 65
2.2.8 Bishop Score .............................................................. 67
2.2.9 Mekanisme persalinan................................................. 68
2.2.10 Asuhan Persalinan ...................................................... 70
2.3 Masa Nifas .............................................................................. 74
2.3.1 Pengertian Nifas ......................................................... 74
2.3.2 Tujuan Masa Nifas ..................................................... 75
2.3.3 Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas 76
2.3.4 Tahapan Masa Nifas................................................... 76
2.3.5 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas................... 77
2.3.6 Anatomi Dan Fisiologi Payudara................................ 79
2.3.7 Fisiologi Laktasi.......................................................... 79
245

2.3.8 Fisiologi Masa Nifas .................................................. 96


2.3.9 Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas...................... 103
2.3.10 Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas......................107
2.3.11 Program Tindak Lanjut Asuhan Nifas di Rumah....... 113
2.3.12 Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Masa Nifas..........117
2.4 Bayi Baru Lahir...................................................................... 122
2.4.1 Pengertian Bayi Baru lahi........................................... 122
2.4.2 Fisiologi Bayi Baru Lahir........................................... 122
2.4.3 Pengkajian Fisik Bayi Bru Lahir................................. 135
2.4.4 Asuhan Segera Bayi Baru Lahir................................. 145
2.4.5 Komponen Auhan Bayi Baru Lahir................................... 145
2.4.6 Pertumbuhan Dan Perkembangan Neonatus, Bayi Dan
Anak Balita................................................................ 156

BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................... 158


3.1 Manajement Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil .................. 158
3.2 Manajement Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin .............. 171
3.3 Manajement Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas ................... 195
3.4 Manajement Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir......... 206

BAB IV IDENTIFIKASI DAN PEMBAHASAN MASALAH............... 213


4.1 Pembahasan Masalah........................................................... 213
4.1 Antenatal Care ........................................................... 213
4.2 Intranatal Care ............................................................ 219
4.3 Post Partum ................................................................ 221
4.4 Bayi Baru Lahir........................................................... 221

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 223


5.1 Kesimpulan .......................................................................... 223
5.2 Saran..................................................................................... 224

DAFTAR PUSTAKA
246

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perubahan TFU Dalam Kehamilan ............................................... 24


Tabel 2.2 Bishop Score.................................................................................. 68
Tabel 2.3 Kunjungan Masa Nifas................................................................... 78
Tabel 2.4 Perbandingan Komposisi Gizi dan Kolostrum, ASI, dan Susu
Sapi................................................................................................ 83
Tabel 2.5 Perbandingan Tambahan Nutrisi Ibu Menyusui pada Wanita Asia
dan Amerika................................................................................... 109
Tabel 2.6 Skor APGAR.................................................................................122
Tabel 2.7 Komposisi ASI, Susu Sapi, dan Susu Formula.............................. 148
Tabel 2.8 Pola Tidur pada Bayi..................................................................... 149
247

DAFTAR SINGKATAN

A (Abortus)
AIDS (Aqcuired Immune Deficiency Syndrome)
AKB (Angka Kematian Bayi)
AKI (Angka Kematian Ibu)
AMKeb (Ahli Madya Kebidanan)
ANC (Ante Natal Care)
ASEAN (Assosiation of Southeast Asian Nation)
ASI (Air Susu Ibu)
BAB (Buang Air Besar)
BAK (Buang Air Kecil)
BBL (Bayi Baru Lahir)
BBLR (Bayi Baru Lahir Rendah)
BOK (Bantuan Operasional Kesehatan)
BMP (Bidan Praktek Mandiri)
DJJ (Denyut Jantung Janin)
DMPA (Depo Medroksiprogesteron Asetat)
HBV (Hepatitis B Virus)
HIV (Human Immunodeficiency Virus)
HR (Hearth Rate)
248

IMD (Inisiasi Menyusui Dini)


IMS (Infeksi Menular Seksual)
K1 (Kunjungan 1)
K2 (Kunjungan 2)
K3 (Kunjungan 3)
K4 (Kunjungan 4)
KH (Kelahiran Hidup)
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
KIE (Konseling Informasi Edukasi)
LILA (Lingkar Lengan Atas)
LTA (Laporan Tugas Akhir)
MAL (Metode Amenorea Laktasi)
MDG’s (Millenium Develoment Goals)
MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang)
P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi)
PMS (Penyakit Menular Seksual)
PUS ( Pasangan Usia Subur)
RB (Rumah Bersalin)
RR (Respiratory Rate)
SAR (Segmen Atas Rahim)
SBR (Segmen Bawah Rahim)
SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia)
SOAP (Subjektif Objektif Assesment Planing)
TB (Tinggi Badan)
TD (Tekanan Darah)
TBBJ (Tafsiran Berat Badan Janin)
TFU (Tinggi Fundus Uteri)
TM III (Trimester III)
TT (Tetanus Toxoid)
249

USG (Ultrasonoghrapy)
WHO (World Health Organisation)

Anda mungkin juga menyukai