Anda di halaman 1dari 135

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari

derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang

meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan

atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama

kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa

memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Angka

kematian ibu merupakan salah satu target dalam tujuan pembangunan

millenium MDGs 5 yakni menurunkan angka kematian maternal sebesar ¾ dari

angka kematian maternal pada tahun 1999, sebanyak 450 per 100.000 menjadi

102 per 100.000 Kelahiran Hidup pada tahun 2015. Penurunan angka kematian

ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup masih terlalu lamban untuk mencapai

target Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development

Goals/MDGs).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa untuk

mencapai target MDGs penurunan angka kematian ibu antara 1990 dan 2015

seharusnya 5,5 persen pertahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan

Bank Dunia tahun 2015 menunjukkan angka kematian ibu hingga saat ini

penurunannya masih kurang dari satu persen per tahun. Pada 2005, sebanyak

536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah persalinan, lebih rendah

dari jumlah kematian ibu tahun 1990 yang sebanyak 576.000 (WHO, 2015).
2

Kematian ibu atau kematian maternal saat ini masih merupakan masalah

kesehatan yang sangat penting. AKI merupakan indikator kesehatan suatu

negara. Saat ini Indonesia memili ki AKI yang masih tinggi bila dibandingkan

dengan AKI di negara ASEAN lainnya. Berdasarkan penelitian WHO diseluruh

dunia, terdapat kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi pada kehamilan

dan persalinan mengalami penurunan 43% sejak tahun 1990 yang mana sebesar

532.000 dan 303.000 pada tahun 2015. Sedangkan angka kematian bayi di dunia

pun mengalami penurunan dari tahun 1990 sebesar 64,8 per 1000 kelahiran

hidup dan 30,5 kematian per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2016)

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan dalam RPJMN 2015-

2019 dan SDGs. Menurut data SDKI, Angka Kematian Ibu sudah mengalami

penurunan pada periode tahun 1994- 2012 yaitu pada tahun 1994 sebesar 390

per 100.000 kelahiran hidup, tahun 1997 sebesar 334 per 100.000 kelahiran

hidup, tahun 2002 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2007 sebesar

228 per 100.000 kelahiran hidup namun pada tahun 2012 , Angka Kematian Ibu

meningkat kembali menjadi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk

AKB dapat dikatakan penurunan on the track (terus menurun) dan pada SDKI

2012 menunjukan angka 32/1.000 KH (SDKI 2012). Dan pada tahun 2015,

berdasarkan data SUPAS 2015 baik AKI maupun AKB menunjukan penurunan

(AKI 305/ 100.000 KH; AKB 22,23/ 1000 KH) (Kesga kemkes, 2016).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014 Angka

Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Beberapa negara memiliki
3

AKI cukup tinggi seperti Afrika Sub-Saharan 179.000 jiwa, Asia Selatan

69.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-

negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 190 per 100.000 kelahiran hidup,

Vietnam 49 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 26 per 100.000 kelahiran

hidup, Brunei 27 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 29 per 100.000

kelahiran hidup (WHO, 2014).

Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di

Indonesia sampai saat ini masih cukup tinggi. Secara global 80% kematian ibu

tergolong penyebab kematian ibu langsung yaitu perdarahan (25%) biasanya

perdarahan pasca persalinan, sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%),

partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%) dan sebab lain (7%).

Menteri Kesehatan RI, Nila Djuwita F. Moeloek, tentang Kinerja

Kemenkes RI selama tahun 2015-2017. Keterangan tersebut disampaikan pada

acara jumpa pers tentang Penjelasan Nota Keuangan dan Rencana Anggaran

dan Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2018 di Kantor Pusat

Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta (16/8) yaitu jumlah kasus kematian Bayi

turun dari 33.278 di tahun 2015 menjadi 32.007 pada tahun 2016, dan di tahun

2017 di semester I sebanyak 10.294 kasus. Demikian pula dengan angka

kematian Ibu turun dari 4.999 tahun 2015 menjadi 4912 di tahun 2016 dan di

tahun 2017 (semester I) sebanyak 1712 kasus.

Proses persalinan dibayangkan sebagai periode kritis dalam proses

kehamilan sampai melahirkan. Persalinan sering kali lebih dianggap sebagai


4

akhir dari proses panjang yang berlarut-larut dibandingkan sebagai awal peran

yang baru (Reeder, 2011). Jutaan perempuan di dunia merasakan bahwa

melahirkan itu sakit sehingga diyakini bahwa proses melahirkan itu sakit dan

nyeri. Untuk beberapa hal, persalinan yang nyaman dan tanpa rasa sakit

merupakan suatu keberuntungan bagi wanita.

Situasi dan kondisi psikologis yang labil memegang peranan penting

dalam memunculkan nyeri persalinan yang lebih berat. Salah satu mekanisme

pertahanan jiwa terhadap stress adalah konversi, yaitu memunculkan gangguan

secara psikis menjadi gangguan fisik (Andarmoyo, 2013). Cunningham (2006)

menekankan bahwa intensitas nyeri selama persalinan terutama berkaitan

dengan ketegangan emosi. Nyeri persalinan terbukti berkurang sampai

sepertiganya apabila wanita yang bersangkutan telah termotivasi dan

dipersiapkan menjalani persalinan. Nyeri persalinan merupakan akibat interaksi

berbagai faktor fisiologik dan psikologik yang kompleks dan subyektif pada

wanita dalam menginterpretasikan stimulus persalinan. Nyeri persalinan

umumnya terasa hebat dan hanya 2-4% ibu saja yang mengalami nyeri ringan

pada persalinan. Bonica dalam penelitiannya menemukan bahwa 15%

persalinan disertai nyeri persalinan ringan, 35% disertai nyeri persalinan

sedang, 30% disertai nyeri persalinan berat dan 20% persalinan disertai nyeri

yang sangat berat (Batbual, 2010)

Alternatif alami yang bisa dilakukan ibu hamil untuk membuat jiwa

menjadi lebih tenang dengan energi positif dan membantu meringankan rasa

sakit dan cemas pada saat kontraksi serta mempercepat proses persalinan adalah
5

dengan teknik rileksasi dan hypnobirthing (Karwanto dan Supriati., 2010).

Metode ini dipatenkan dan dipopulerkan oleh Marie F. Mongan pada tahun

2007. Seperti metode hypnosis yang lainnya, metode ini digunakan untuk

mengendalikan pikiran ibu dan memasukan sugesti positif dalam pikiran ibu,

sehingga dapat memberikan perasaan rileks pada ibu, peningkatan rasa

kesejahteraan pada ibu dapat mendorong proses fisiologis persalinan.

Marie F. Mongan mengaplikasikan teknik-teknik pernafasan dan

filosofi spiritual yang dipadukan dengan hypnosis untuk membantu proses

persalinan bayi secara normal dengan baik dan sempurna (Andriana, 2010).

Dampak positif pada ibu yang melaksanakan terapi Hypnobirthing saat

persalinan dapat memperlancar proses persalinan (kala I dan II lebih lancar)

hasil penelitian yang dilakukan Mahmuda (2013), bahwa kelompok yang

dilakukan hypnobirthing rata-rata lama persalinannya adalah 2.47 jam, hal ini

menunjukkan bahwah ibu hamil yang dilakukan Hypnobirthing persalinannya

semakin cepat dari pada ibu hamil yang tidak dilakukan Hypnobirthing.

Asuhan komprehensif merupakan asuhan yang diberikan secara

fleksibel, kreatif, suportif, membimbing dan memonitoring yang dilakukan

secara berkesinambungan. Tujuan utama asuhan komprehensif untuk

mengurangi morbiditas dan mortalitas (angka kesakitan dan kematian) dalam

upaya menyelamatkan ibu dan bayi yang berfokus kepada upaya promotif dan

preventif (Yulifah, 2013 h. 56)


6

Bidan memiliki peran penting untuk menurunkan angka kematian ibu

dan bayi dan yang paling utama bidan harus mampu mengurangi asumsi atau

bahkan menghilangkan asumsi bersalin itu sakit, menakutkan/berdarah – darah.

Dan bidan mampu memberikan asuhan secara komprehensif kepada ibu dan

bayi.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis menyusun laporan

Asuhan kebidanan yang telah dilakukan secara komprehensif kepada Ny. P di

Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat pada tahun 2018

sebagai tempat penerapan teori yang sudah di dapat selama pembelajaran di

institusi pendidikan dengan praktik di lahan juga untuk memenuhi salah satu

tugas mata kuliah PKK II sebagai syarat kelulusan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. P dari ibu hamil

trimester III, bersalin, bayi baru lahir, dan nifas secara komprehensif di

Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat tahun 2018

melalui pendokumentasian asuhan kebidanan dengan metode SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, dan

nifas terhadap Ny. P di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan

Jakarta Barat tahun 2018


7

b. Menganalisa masalah dan menentukan diagnosa kebidanan pada ibu

hamil, bersalin, bayi baru lahir, dan nifas terhadap Ny. P di Puskesmas

Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat tahun 2018.

c. Melakukan tindakan segera pada ibu hamil, bersalian, bayi baru lahir,

dan nifas terhadap Ny. P di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan

Jakarta Barat tahun 2018.

d. Merencanakan tindakan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, dan

nifas terhadap Ny. P di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan

Jakarta Barat tahun 2018.

e. Melaksanakan rencana pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, dan

nifas terhadap Ny. P di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan

Jakarta Barat tahun 2018

f. Melaksanakan evaluasi pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, dan

nifas terhadap Ny. P di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan

Jakarta Barat tahun 2018.

g. Melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP pada Ny. P di

Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat tahun 2018.


8

C. Waktu dan Tempat

Pengambilan kasus dilakukan di ruang KIA dan Ruang Bersalin

Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat yang beralamatkan Jl.

Wijaya Kusuma, dengan menerapkan asuhan kebidanan yang dimulai tanggal:

1. 10 Oktober 2018 : Pemeriksaan Kehamilan Pertama

2. 16 Oktober 2018 : Pemeriksaan Kehamilan Kedua

3. 22 Oktober 2018 : Pemeriksaan Kehamilan Ketiga

4. 28 Oktober 2018 : Pemeriksaan Kehamilan Keempat

5. 04 November 2018 : Pertolongan Persalinan

6. 04 November 2018 : Kunjungan Nifas 6 Jam

7. 10 November 2018 : Kunjungan Nifas 6 Hari

8. 18 November 2018 : Kunjungan Nifas 14 hari


9

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Asuhan Kehamilan

1. Kehamilan

Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak

hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga di mulainya persalinan sejati

yang menandai awal periode antepartum. Sebaliknya, periode prenatal

adalah kurun waktu terhitung sejak hari pertama haid terakhir hingga

kelahiran bayi yang menandai awal periode pascanatal (Varney, 2007

h.492)

Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahan (konsepsi).

Pembuahan sering disebut fertilisasi. Fertilisasi adalah penyatuan

sperma laki – laki dengan ovum perempuan (Hutahaean, Serri. 2013,

h.27).

Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa

dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung

dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut

kalender internasional (prawihardjo, 2014).

Pembuahan/fertilisasi merupakan suatu peristiwa penyatuan antara

sel sperma dan sel telur di tuba fallopi, umumnya terjadi di ampula tuba,

pada hari ke sebelas sampai empat belas dalam siklus menstruasi (Siwi

Walyani, 2015 h.46)


10

Menurut Sunarsih dan Dewi (2011) Kahamilan merupakan saat

yang sangat menakjubkan dalam kehidupan seorang wanita. Hal itu juga

merupakan saat yang menyenangkan ketika sebuah kehidupan baru

yang misterius bertumbuh dan berkembang didalam rahim. Sekali

kehamilan terjadi, berbagai macam efek terjadi dalam tubuh wanita,

baik efek karena perubahan hormon, bentuk tubuh, maupun kondisi

emosional wanita yang mengalami kehamilan.

2. Perubahan Selama kehamilan Trimester 3

Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana trimester satu

berlangsung dalam 12 minggu, trimester dua berlangsung 15 minggu

(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester tiga berlangsung 13 minggu

(minggu ke-28 hingga ke-40). (Prawirohardjo, 2014).

Kehamilan Trimester III sering kali disebut periode menunggu dan

waspada karena ibu sudah merasa tidak sabar menunggu kelahiran

bayinya dan mulai khawatir dengan diri dan bayinya pada saat

melahirkan. Pada saat itu juga merupakan saat persiapan aktif untuk

menunggu kelahiran bayi dan menjadi orang tua (Sofie R. 2008).

a. Minggu ke-28
Pada akhir minggu ke-28, panjang ubun-ubun-bokong adalah sekitar

25 cm dan berat janin sekitar 1.100 g. Endapan lemak subkutis

meningkat sehingga janin memperoleh bentuk

membulat/menggemut. Produksi kelenjar lemak kulit juga


11

menghasilkan lapisan vernix caseosa yang melapisi kulit janin.

Sejak usia 28 minggu lengkap, telah terbentuk koordinasi antara

sistem saraf pusat, pernapasan, dan kardiovaskular, meskipun masih

sangat minimal. Surfaktan (surfuctant) terbentuk di dalam paru-

paru. Mata mulai membuka dan menutup. Ukuran janin 2/3 ukuran

pada saat lahir. Janin yang lahir pada masa ini dapat bertahan hidup,

namun diperlukan tunjangan hidup berupa perawatan intensif yang

sangat baik untuk mencapai hasil optimal.

b. Minggu ke-32

Simpanan lemak coklat berkembang dibawah kulit untuk persiapan

pemisahan bayi setelah lahir. Bayi sudah tumbuh 38-43 cm dan

panjang ubun-ubun bokong sekitar 28 cm dan berat sekitar 1.800 gr.

Mulai menyimpan zat besi, kalsium, dan fostor.

c. Minggu ke-36

Pada ahkir minggu ke-36 gestasi, janin memiliki panjang ubun-

ubun bokong rata-rata yaitu 32 cm dan berat sekitar 2.500 g. Seluruh

uterus terisi oleh bayi sehingga ia tidak bisa bergerak atau berputar

banyak. Pertumbuhan kepala maksimal, lingkar kepala menjadi

lingkar terbesar dari pada seluruh bagian tubuh, pada bayi laki-laki,

testis mulai turun ketempatnya didalam skrotum antibodi ibu

ditransfer kebayi. Hal ini akan memberikan kekebalan untuk enam

bulan pertama sampai sistem kekebalan bayi berkerja sendiri.

Ketidaknyamanan pada hamil trimester III:


12

No. Ketidaknyamanan Cara mengatasi

1. Sering buang air kecil a. Ibu hamil disarankan untuk tidak

minum 2 – 3 jam sebelum tidur

b. Kosongkan kandung kemih

sebelum tidur

c. Agar kebutuhan air pada hamil

tetap terpenuhi sebaiknya minum

air putih lebih banyak di waktu

siang hari.

2. Pegal – pegal d. Sempatkan untuk berolahraga

e. Senam hamil

f. Mengkonsumsi susu dan

makanan kaya kalsium

g. Jangan berdiri/ jongkok/ duduk

terlalu lama

h. Anjurkan istirahat tiap 30 menit

3. Hemorid a. Hindari konstipasi

b. Makan – makanan yang berserat

dan banyak minum

c. Gunakan kompres es atau air

hangat

d. Bila mungkin gunakan jari untuk

memasukkan kembali hemoroid


13

ke dalam anus dengan pelan –

pelan

e. Bersihkan anus dengan hati – hati

sesudah defekasi

f. Usahakan BAB dengan teratur

g. Ajarkan ibu dengan posisi knee

chest 15 menit/hari

h. Senam kegel untuk menguatkan

perineum dan mencegah

hemoroid

4. Kram dan nyeri pada kaki a. Lemaskan bagian yang kram

dengan cara mengurut

b. Pada saat bangun tidur, jari kaki

ditegakkan sejajar dengan tumit

untuk mencegah kram mendadak.

c. Meningkatkan asupan kalsium

d. Meningkatkan asupan minum air

putih

e. Melakukan senam ringan

f. Istirahat cukup

5. Gangguan pernapasan a. Latihan nafas melalui senam

hamil

b. Makan tidak terlalu banyak


14

c. Konsultasi dengan dokter apabila

ada kelainan asma, dan lain – lain

6. Oedema a. Meningkatkan periode istirahat

dan berbaring dengan posisi

miring kiri

b. Meninggikan kaki bila duduk

c. Meningkatkan asupan protein

d. Menganjurkan untuk minum air

putih 6 – 8 gelas perhari

membantu diuresis natural

e. Cukup berolahraga

7. Perubahan libido a. Informasikan pada pasangan

bahwa masalah ini normal dan

dipengaruhi oleh hormon

esterogen dan atau kondisi

psikologis

b. Menjelaskan pada ibu dan suami

untuk mengurangi frekuensi

hubungan seksual selama masa

kritis

c. Menjelaskan pada keluarga perlu

Sumber: (Hutahean. Serri, 2013, h. pendekatan dengan memberikan

150) kasih sayang pada ibu


15

3. Tanda-tanda Bahaya Pada Kehamilan

a. Perdarahan pervaginam

b. Nyeri kepala yang hebat

c. Gangguan penglihatan

d. Pembengkakan pada wajah, tangan, dan kaki

e. Nyeri abdomen

f. Janin tidak bergerak seperti biasanya (Saifuddin, 2010)

Kehamilan Trimester III adalah kehamilan pada usia 29-42

minggu atau 7-10 bulan. Pada umumnya 80-90% kehamilan

berlangsung normal dan hanya 10-12% kehamilan yang disertai

dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis

(Prawirohardjo, 2011).

Berikut adalah tanda-tanda bahaya kehamilan trimester III:

1) Perdarahan Antepartum

Perdarahan antepartum dapat berasal dari kelainan plasenta yaitu

plasenta previa dan solusio plasenta. Plasenta previa adalah

keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal,

yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian

atau seluruh permukaan jalan lahir. Solusio plasenta adalah

suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas

dari perlekatannya sebelum janin lahir. Pada Kehamilan usia

lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan


16

kadang-kadang tidak selalu disertai dengan rasa nyeri (Asrinah,

2010).

2) Sakit Kepala yang Berat

Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali

merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.

Sakit kepala yang serius adalah sakit kepala yang hebat yang

menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Kadang-kadang

dengan sakit kepala yang hebat tersebut ibu mungkin merasa

penglihatannya kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat

dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsi (Alickha,

2012).

3) Pengelihatan kabur

Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang

mengancam jiwa ibu adalah perubahan visual mendadak,

misalnya pandangan kabur atau berbayang. Perubahan

penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat.

Assesmen yang mungkin adalah gejala dari preeklampsia

(Alickha, 2012).

4) Bengkak di Wajah dan Jari-jari Tangan

Pada saat kehamilan, hampir seluruh ibu hamil mengalami

bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore

hari dan hilang setelah beristirahat dengan meninggikan kaki.

Bengkak bisa menunjukan adanya masalah serius jika muncul


17

pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan

disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat pertanda

anemia, gagal jantung atau pre-eklampsia (Alickha, 2012).

5) Keluar cairan pervaginam

Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester III.

Ibu harus dapat membedakan antara urine dengan air ketuban.

Jika keluarnya cairan ibu tidak terasa, berbau amis dan berwarna

putih keruh,berarti yang keluar adalah air ketuban. Jika

kehamilan belum cukup bulan,hati-hati akan adanya persalinan

preterm (< 37 minggu) dan komplikasi infeksi intrapartum

(Alickha, 2012).

6) Gerakan janin tidak terasa

Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan

ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya

lebih awal. Jika bayi tidur gerakan bayi akan melemah. Gerakan

bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring untuk

beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Bayi

harus bergerak 3x dalam 1 jam atau minimal 10x dalam 24

jam.Jika kurang dari itu,maka waspada akan adanya gangguan

janin dalam rahim, misalnya asfiksia janin sampai kematian

janin (Alickha, 2012).

7) Nyeri perut yang hebat


18

Sebelumnya harus dibedakan nyeri yang dirasakan adalah bukan

his seperti pada persalian. Pada kehamilan lanjut, jika ibu

merasakan nyeri yang hebat, tidak berhenti setelah beristirahat,

disertai tanda-tanda syok yang membuat keadaan umum ibu

makin lama makin memburuk dan disertai perdarahan yang

tidak sesuai dengan beratnya syok, maka kita harus waspada

akan kemungkinan terjadinya solusio placenta(Alickha, 2012).

Nyeri perut yang hebat bisa berarti apendiksitis, kehamilan

etopik, aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan preterm,

gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi

placenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya

(Asrinah,2009).

4. Evidence Based

Dengan IMT akan diketahui apakah berat badan seseorang

dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Untuk mengetahui nilai IMT ini,

dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat Badan (Kg)

IMT = -------------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang

membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan


19

bahwa batas ambang normal untuk laki-laki adalah: 20,1–25,0; dan untuk

perempuan adalah : 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat

defesiensi kalori ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO

menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan

perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas

laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas

pada perempuan untuk kategorigemuk tingkat berat. Untuk kepentingan

Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalam klinis dan

hasil penelitian dibeberapa negara berkembang. Pada akhirnya diambil

kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:

Kategori IMT

Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0

Kurus Kekurangan berat badan tingkat


17,0 – 18,4
ringan

Normal 18,5 – 25,0

Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0


Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
20

Jika seseorang termasuk kategori :

a. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan

kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis

(KEK) berat.

b. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan

kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan.

5. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

Antenatal Care adalah suatu program yang terencana berupa

observasi, edukasi dan penangan medik pada ibu hamil, untuk

memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan

memuaskan.

a. Tujuan Asuhan Antenatal (Sari, 2015)

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan

ibu dan tumbuh kembang bayi

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan

social ibu dan bayi

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan dan pembedahan

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal

mungkin
21

5) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh berkembang secara normal

b. Evidence Based dalam Praktik Kebamilan

Menurut WHO evidence based yang menjadi dasar standar

pelayanan dalam praktik kehamilan adalah (WHO, 2016)

1) Kontak ANC : Dilakukan minimal delapan kali kontak yang

bertujuan untuk mengurangi angka kematian perinatal dan

meningkatkan asuhan kepada ibu. Kontak 1 : sampai usia

kehamilan 12 minggu, kontak 2 : 20 minggu, kontak 3 : 26

minggu, kontak 4 : 30 minggu, kontak 5 : 34 minggu, kontak

6 : 36 minggu, kontak 7 : 38 minggu, kontak 8 : 40 minggu.

2) Memberikan konseling kepada ibu hamil mengenai makanan

yang bergizi dan dianjurkan bagi ibu hamil tetap beraktivitas

selama kehamilannya agar tetap sehat dan dapat mencegah

kenaikan berat badan yang berlebihan selama kehamilan.

Kebanyakan berat badan kehamilan normal terjadi setelah 20

minggu kehamilan dan definisi "normal" tergantung pada

variasi regional, tetapi harus mempertimbangkan indeks

massa tubuh pra-hamil (IMT).

Menurut Institute of Medicine klasifikasi wanita yang

berat badannya di awal kehamilan (yaitu IMT <18,5 kg/m2)

harus bertujuan untuk mendapatkan 12,5-18 kg, wanita yang


22

berat badan normal pada awal kehamilan (yaitu IMT 18,5-

24,9 kg/m2) harus bertujuan untuk mendapatkan 11,5-16 kg,

wanita gemuk (yaitu IMT 25-29,9 kg/m2) harus bertujuan

untuk mendapatkan 7-11,5 kg, dan wanita gemuk (yaitu IMT

> 30 kg/m2) harus bertujuan untuk memperoleh 5-9 kg.

3) Diperlukannya pemeriksaan darah lengkap untuk

mendiagnosis anemia selama kehamilan.

4) Dilakukan pemeriksaan provider-initiated testing and

conselling (PITC) untuk HIV harus dianggap sebagai hal

yang penting dalam memberikan pelayanan ANC.

5) Pemberian imunisasi tetanus toxoid direkomendasikan untuk

ibu hamil sebagai pencegahan kematian neonatal dari

tetanus.

6) Pemberian suplemen mikronutrien direkomendasikan untuk

wanita hamil dalam mencegah anemia pada ibu, infeksi nifas,

berat badan lahir rendah, dan kelahiran prematur. Zat Besi

oral harian diberikan pada dosis 30 mg sampai 60 mg dan

asam folat 400 µg (0,4 mg) sebanyak 1 tablet perhari.

7) Melakukan penghitungan gerakan janin untuk memonitor

kesehatan janin, dengan menggunakan metode Cardiff

dengan “count to ten” dalam 12 jam.


23

c. Standar Pelayanan Antenatal

Menurut Depkes RI (2010) tujuan pelayanan antenatal terpadu

adalah pelayanan antenatal komprehenshif dan berkualitas yang

diberikan kepada semua ibu hamil. Ibu hamil berhak memperoleh

pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani

kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat dan melahirkan

bayi yang sehat. Pelayanan antenatal mencakup banyak hal namun

dalam penerapan operasional dikenal standar minimal “10T”

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016

yaitu :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2) Ukur tekanan darah

3) Nilai status gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA)

4) Ukur tinggi puncak rahim (fundus uteri)

5) Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)

6) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) bila diperlukan

7) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama

kehamilan

8) Tes laboratorium: tes kehamilan, pemeriksaan hemoglobin

darah (Hb), pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah

dilakukan sebelumnya), pemeriksaan protein urin (bila ada


24

indikasi); yang pemberian pelayanannya disesuaikan dengan

trimester kehamilan.

9) Tatalaksana/penanganan kasus sesuai kewenangan

10) Temu wicara (konseling)

6. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil

Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan sedini mungkin, segera

setelah seorang wanita merasa dirinya hamil. Pemeriksaan antenatal

selain kuantitas (jumlah kunjungan), perlu diperhatikan pula kualitas

pemeriksaannya. Kebijakan program pelayanan antenatal yang

ditetapkan oleh Depkes (2007), yaitu tentang frekuensi kunjungan

sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan,

dengan ketentuan waktu sebagai berikut:

a. Minimal 1 (satu) kali kunjungan selama trimester pertama (< 14

minggu) = K1.

b. Minimal 1 (satu) kali pada trimester kedua (antara minggu ke 14-28)

= K2.

c. Minimal 2 (dua) kali pada trimester ketiga (antara minggu ke 28-36

dan sesudah minggu ke 36) = K3 dan K4. Apabila terdapat kelainan

atau penyulit kehamilan seperti mual, muntah, keracunan kehamilan,

perdarahan, kelainan letak dan lain-lain, frekuensi pemeriksaan

disesuaikan dengan kebutuhan.


25

Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk

menjamin terhadap perlindungan ibu hamil dan janin, berupa deteksi

dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi

kehamilan (Kemenkes RI, 2013).

B. Keseimbangan Tubuh dan Pikiran Selama Hamil

Keseimbangan antara tubuh dan pikiran di butuhkan untuk

mencapai kondisi sehat secara psikologis. Ketika kesehatan psikologis

tercapai, secara otomatis tubuh kita akan menjadi lebih sehat. Namun, kaum

Ibu perlu berusaha lebih keras untuk mencapai keseimbangan ini karena,

saat hamil perubahan hormon yang terjadi biasanya mempengaruhi kondisi

jiwa dan pikiran Ibu. Dan demi janin yang ada dalam kandungan, Ibu harus

senantiasa memelihara keseimbangan ini. Depresi dan ketidakseimbangan

pikiran dapat dirasakan oleh bayi dalam kandungan dan dapat berpengaruh

pada perkembangannya.

Saat hamil, kondisi hormon cenderung menciptakan ketidakstabilan

tubuh dan pikiran sehingga Ibu menjadi lebih mudah panik, mudah

tersinggung, jauh lebih sensitif, mudah terpengaruh, cepat marah, menjadi

tidak rasional, dan sebagainya. Rasa takut dan panik berdampak negatif

pada Ibu sejak masa kehamilan sampai persalinan. Sebaliknya, rasa tenang

dan nyaman memberikan pengaruh yang positif. Pengaruh positif ini tidak

hanya dirasakan Ibu dan bayi dalam kandungannya, tetapi juga oleh

lingkungan sekitarnya terutama keluarga. Rasa tenang akan membuat Ibu


26

tidak begitu merasa sakit saat bersalin karena tubuh dan pikiran yang tenang

mendorong kesehatan aura dan memancarkan aura yang positif.

Itulah sebabnya keseimbangan tubuh dan pikiran harus selalu

terpelihara, khususnya pada Ibu hamil. Karena tubuh dan pikiran kita akan

mencapai kondisi yang sangat sehat dan optimal ketika keduanya

bekerjasama secara seimbang dan selaras.

C. Hypnobirthing

Metode HypnoBirthing awalnya dikembangkan oleh Marie F

Mongan M.Ed sejak tahun 1959 berdasarkan teori Dr Grantley Dick-

Read (seorang ahli kebidanan Inggris yang hidup di tahun 1959), yang juga

dikenal sebagai bapak kelahiran alami. Tahun 2002 Hypno-

birthing dikembangkan di Indonesia oleh Lanny Kuswandi.

Hypno-birthing merupakan salah satu teknik otohipnosis (self-

hypnosis), yaitu upaya alami menanamkan niat positif/sugesti ke

jiwa/pikiran bawah sadar dalam menjalani masa kehamilan dan persiapan

persalinan. Dengan demikian setiap ibu hamil dapat menikmati indahnya

masa kehamilan dan lancarnya proses persalinan. Metode Hypno-

birthing didasarkan pada keyakinan bahwa setiap perempuan memiliki

potensi untuk dapat menjalani proses melahirkan secara alami, tenang dan

nyaman (tanpa rasa sakit).

Program ini mengajarkan ibu hamil untuk menyatu dengan gerak

dan ritme tubuh yang alami saat menjalani proses melahirkan, membiarkan
27

tubuh dan pikiran untuk bekerja, dan meyakini bahwa tubuh mampu

berfungsi sebagaimana seharusnya, sehingga rasa sakit menghilang. Hypno-

birthing juga ampuh dalam menetralisir dan memprogram ulang rekaman

negatif yang ada dalam pikiran bawah sadar dengan program positif.

Dengan demikian, rekaman yang “terpatri” dalam pikiran bawah sadar

bahwa persalinan itu menakutkan dan menyakitkan, bisa terhapus. Berganti

dengan keyakinan bahwa persalinan berlangsung mudah, lancar dan tanpa

rasa sakit (nyaman).

1. Manfaat hypnobirthing

a. Selama Kehamilan

Merupakan formula dasar yang alami dari pain

management (teknik mengatasi rasa tidak nyaman selama hamil

dan rasa sakit saat melahirkan) tanpa efek samping terhadap janin.

Mengurangi rasa mual, muntah dan pusing di trimester pertama.

Dapat membantu janin terlepas dari kondisi lilitan tali pusat bahkan

bisa memperbaiki janin yang letaknya sungsang menjadi normal

(letak belakang kepala).

Membuat kondisi ibu hamil menjadi tenang dan damai selama

kehamilannya. Ketenangan dan rasa damai ibu hamil akan

dirasakan janin. Hasilnya janin pun mempunyai nilai kedamaian

dalam dirinya (Spiritual Quotient). Ingat hukum Pak Tani, apabila

menanam jagung, akan mendapatkan panen jagung. Menormalkan


28

dan menstabilkan tekanan darah dan denyut jantung Mengurangi

berbagai keluhan yang lazim dirasakan ibu hamil selama masa

kehamilannya

b. Menjelang Persalinan

Melatih relaksasi untuk mengeliminir kecemasan serta

ketakutan menjelang persalinan yang dapat menyebabkan

ketegangan, rasa nyeri dan sakit saat persalinan. Membuat ibu

hamil mampu mengontrol sensasi rasa sakit pada saat kontraksi

rahim.

Meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk mengurangi

bahkan menghilangkan rasa nyeri pada saat kontraksi dan pada saat

persalinan (endorphin/ endogenic morphin adalah neuropeptide

yang dihasilkan tubuh pada saat relaks/tenang).

c. Saat persalinan

Memperlancar proses persalinan (kala 1 dan kala 2 lebih

lancar) Mengurangi risiko terjadinya komplikasi dalam persalinan

dan resiko terjadinya perdarahan. Hal ini karena kondisi yang

tenang dapat membuat keseimbangan hormonal di dalam tubuh.

Membantu menjaga suplai O2 pada bayi selama proses persalinan.

d. Setelah Persalinan

Meningkatkan ikatan batin antara bayi dengan ibunda dan

ayahandanya. Mempercepat pemulihan dalam masa nifas


29

Mencegah depresi paska persalinan (baby blues). Memperlancar

produksi ASI.

Hypnobirthing bertujuan agar ibu dapat melahirkan dengan

nyaman, cepat, dan lancar dan menghilangkan rasa sakit saat

melahirkan tanpa bantuan obat bius apapun. Metode ini juga lebih

menekankan kelahiran dengan cara positif, lembut, aman, dan

mudah (Kuswandi, Aprillia, 2010).

Menurut Mongan dalam “Expecting Baby, But Not The

Pain”, hypnobirthing tidak menjamin semua wanita bebas dari

nyeri persalinan, tapi wanita yang melakukan metode ini akan

merasakan persalinan yang tenang, nyaman dan damai. Dengan ibu

bersalin siap menghadapi persalinan, maka persalinan yang tenang

dan nyaman akan meminimalkan nyeri persalinan.

Rasa nyeri saat melahirkan bisa disebabkan oleh

ketakutan. Namun, rasa nyeri itu kini dapat dikurangi atau

bahkan dihilangkan sama sekali. Lewat sebuah proses latihan

relaksasi dan metode hypnobirthing, Lanny Kuswandi

memperkenalkan cara melahirkan tanpa rasa sakit.

Menurut Dr. Tb. Erwin Kusuma, Sp. KJ, rasa cemas pada

banyak orang dewasa sekarang adalah akibat dari rekaman

getaran kehidupan mereka sejak dalam kandungan. Padahal,

bayi di dalam kandungan perlu mendapat ketenangan dan

kedamaian dari ibunya. Getaran seperti itulah yang akan

terekam sampai usia dewasa.


30

Dalam bukunya, Super Baby, Dr. Sarah Brewer

mengungkapkan bahwa kecemasan dan stres yang berlebihan

pada saat hamil sama berbahaya dengan ibu hamil yang

perokok. Keadaan itu bisa berakibat bayi lahir prematur,

kesulitan belajar, anak menjadi hiperaktif, atau bahkan

mengalami autisme. Menurut Dr. Sarah, stres yang berlebihan

pada ibu hamil akan mengakibatkan kadar pregnanolone

dalam tubuh tidak mencukupi.

Untuk mengatasi kecemasan itu Lanny Kuswandi

mengembangkan teknik relaksasi dan hypnobirthing yang

disadapnya dari berbagai pusat latihan di Amerika Serikat.

Menurut Lanny, persalinan yang normal selayaknya

berlangsung lancar.

Pada beberapa penelitian di negara Barat membuktikan,

ibu hamil yang mengikuti latihan mengalami lebih sedikit

komplikasi dibandingkan dengan yang tidak terbiasa

melakukan relaksasi secara teratur. Adanya rasa nyeri yang

berlebihan lebih disebabkan adanya rekaman di alam bawah

sadarnya.

“Bayangkan saja, semua orang selalu mengatakan bahwa

melahirkan itu sakit sekali,” ujar wanita lulusan pendidikan

kebidanan RS St. Carolus Jakarta ini. Katanya lagi, kontraksi

otot pada saat persalinan adalah sebagai upaya membantu

terbukanya jalan lahir. Karena kontraksi itu, leher rahim akan

menjadi lunak, menipis, dan mendatar, kemudian menarik


31

leher rahim. Saat itulah kepala janin menekan mulut rahim

sehingga membuka.

Seperti kombinasi kata yang telah dipatenkan oleh

penemunya, marie F. Mogan, Hypnobirthing terdiri dari kata hypno

(dari hypnosis) dan birthing yang berarti melahirkan. Jika

terjemahkan secara langsung, Hypnobirthing berarti peroses

melahirkan dengan hipnosis. Namun, itu bukan berarti sang ibu

jadi tak sadarkan diri, sebaliknnya ia sepenuhnya sadar dan

menikmati peroses persalinnan si buah hati. Oleh sebab itu,

Hypnobirthing lebih mengacu pada hipnoterapi, yakni latihan

penanaman sugesti pada alam bawah sadar oleh ibu, untuk

mendukung alam sadar yang mengendalikan tindakan sang ibu

dalam menjalani proses persalinan.

Seperti yang kita ketahui bersama, kita ataupun dokter tidak

bisa mengatur kapan suatu persalinan terjadi atau bagaimana

prosesnya. Untuk itu, Hypnobirthing dapat membantu ibu merasa

lebih tenang menghadapi persalinan. Penanaman konsep dan

paham pada alam bawah sadar ibu akan sangat membantu

kelancaran proses persalinan.

Ibu yang memang tidak mampu melakukan apapun secara

sadar (kecuali tahap mengejan yang memang harus dilakukan

dengan sadar), dapat membiarkan alam bawah sadar bekerja untuk

menenangkan dan membantunya menjalani persalinan.


32

Memang harus diakui bahwa banyak masyarakat yang masih

sulit menerima Hypnobirthing karena metode ini dianggap berbau

mistik atau berkaitan dengan ilmu tertentu yang tidak pantas

dipelajari. Pendapat ini salah besar karena, hipnosis bukan sebuah

ilmu melainkan kenyataan ilmiah yang terjadi pada pikiran

manusia. Manusia sekadar mencoba menggapai bagian pikiran

yang dalam dan sulit diubah lewat metode hipnosis yang telah

terbukti secara ilmiah.

Hypnobirthing dipakai sebagai alat yang membantu seorang

wanita hamil menjadi nyaman saat hamil dan melahirkan dengan

cara merubah cara berpikir akan sebuah kehamilan dan

permasalahannya sehingga Ibu akan siap menjalankan

kehamilannya dan siap menghadapi persalinan dan bermacam

masalah nya.

Proses hypnobirthing sesungguhnya hanya membuat Ibu

benar-benar nyaman dan merasa aman sesuai dengan apa yang

diharapkannya dan sekali lagi proses hypnobirthing ini akan

bermanfaat dan dapat dirasakan perubahannya bila ada sesuatu

yang diharapkan, percaya dan benar-benar dilaksanakan. Ibu akan

berpikir positif senantiasa dan mampu membuang segala aspek

negatif baik didalam pikiran dan tingkah laku sehari-hari.

Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, metode

relaksasi dengan Hypnobirthing memberikan banyak sekali


33

keuntungan. Tidak hanya bagi Ibu hamil, tetapi efek positifnya

juga terasa oleh janin, suami dan keluarganya, orang-orang di

lingkungan sekitar Ibu hamil, dan oleh bidan atau dokter. Hal itu

sudah membuktikan bahwa Hypnobirthing mempunyai peran yang

sangat besar dalam membantu memberikan kesiapan mental dan

keyakinan untuk melahirkan secara alami dengan rasa sakit yang

minimal, memberikan kenyamanan pada Ibu hamil selama

menghadapi kehamilannya, mengatasi stres dalam kehamilan,

mengurangi rasa mual dan muntah, dan memperlancar proses

laktasi pasca persalinan.

2. Keuntungan Metode Hybnobirthing

a. Keuntungan yang didapat oleh Ibu hamil :

1) Kondisi tenang selama hamil, akan direkam oleh janin

dan membentuk kepribadian serta kecerdasan sejak di

dalam rahim

2) Mengurangi rasa mual, muntah, dan pusing

3) Menciptakan keadaan yang seimbang sehingga

pertumbuhan fisik dan jiwa bayi lebih sehat

4) Mengurangi rasa sakit dengan kadar yang sangat besar

hingga kadang tak terasa seperti sakit melahirkan

5) Mengurangi kemungkinan adanya komplikasi kehamilan

yang dipengaruhi faktor stress dan depresi


34

6) Proses persalinan akan berjalan nyaman, lancar dan

relatif lebih cepat.

7) Mengurangi kemungkinan diambilnya tindakan

episiotomi.

8) Ibu akan lebih merasakan ikatan batin dan emosi

terhadap janin.

9) Ibu akan merasakan ketenangan dan kenyamanan saat

proses melahirkan.

10) Ibu akan lebih dapat mengontrol emosi dan perasaan.

11) Mencegah kelelahan yang berlebih saat proses

persalinan.

12) Bayi yang lahir tidak akan kekurangan oksigen sehingga

menjadi lebih sehat

13) Meningkatkan produksi ASI.

b. Keuntungan yang didapat janin :

1) Getaran tenang dan damai akan dirasakan oleh janin dan

merupakan dasar dari perkembangan jiwa (Spiritual

Quotient).

2) Pertumbuhan janin lebih sehat karena keadaan tenang

akan memberikan hormon - hormon yang seimbang ke

janin melalui plasenta.


35

c. Keuntungan yang didapat suami :

1) Lebih tenang dalam mendampingi proses persalinan.

2) Emosi istri akan menjadi lebih stabil dalam kehidupan

sehari-harinya.

3) Aura positif dan tenang yang dimiliki oleh istri akan

mempengaruhi aura orang-orang di sekitarnya juga.

d. Keuntungan yang didapat dokter atau bidan :

1) Kemungkinan timbulnya komplikasi dan masalah saat

proses persalinan dan kelahiran, sangat kecil.

2) Tidak perlu untuk menggunakan obat bius untuk Ibu

yang hendak melahirkan.

3) Lebih mudah menangani Ibu hamil karena tidak panik

dan tetap tenang.

3. Pain Relief

Rasa sakit yang dirasakan ibu selama persalinan sangat

bervariasi tingkatannya tergantung dari keadaan jaringan saraf

tubuh ibu dalam menerima rangsangan sakit atau nyeri.

Untuk itu juga diperlukan dukungan yang baik selama

persalinan agar dapat menenangkan dan mengurangi rasa

sakit tersebut. Pendekatan pengurangan rasa sakit dapat

dilakukan dengan pendekatan nonfarmakologi dan farmakologi.


36

Metode mengurangi rasa nyeri yang dilakukan secara terus

menerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat

sederhana, biaya rendah, resiko rendah, membantu kemajuan

persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang

ibu.

Ada beberapa teknik dukungan untuk mengurangi rasa sakit

yaitu: dengan kehadiran seseorang pendamping yang terus

menerus, sentuhan yang nyaman, dan dorongan dari orang yang

memberikan support, perubahan posisi dan pergerakan, sentuhan

dan massase, conterpreassure untuk mengurangi tegangan pada

ligamen, pijatan ganda pada pinggul, penekanan pada lutut,

kompres hangat dan dingin, berendam, pengeluaran suara,

visualisasi dan pemusatan perhatian, berdoa, dan musik yang

lembut dan menyenangkan ibu (Kurniati, 2010).

4. Teknik Pernapasan

Rasa nyeri pada persalinan dalam hal ini adalah nyeri

kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan peningkatan aktifitas

sistem saraf simpatis, perubahan tekanan darah, denyut jantung,

pernafasan dan apa-bilah tidak segera diatasi maka akan

meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stres. Nyeri

persalinan dapat mempengaruhi kontraksi uterus melalui sekresi


37

kadar katekolamin dan kortisol yang meningkat dan akibatnya

mempengaruhi durasi persalinan.

Teknik relaksasi bernafas merupakan teknik pereda nyeri

yang banyak mem-berikan masukan terbesar karena teknik

relaksasi dalam persalinan dapat mencegah kesalahan yang

berlebihan pasca persalinan. Adapun relaksasi bernapas selama

proses persalinan dapat mempertahankan komponen sistem saraf

simpatis dalam keadaan homeostasis sehingga tidak terjadi

peningkatan suplai darah, mengurangi kecemasan dan ketakutan

agar ibu dapat beradaptasi dengan nyeri selama proses persalinan.

(Prasetyo, 2010). Gunakan pernafasan lambat (tingkat pertama

dari pernafasan terpola) sewaktu Anda mencapai satu titik pada

persalinan saat kontraksi cukup kuat sehingga anda tidak dapat

lagi berjalan atau berbicara tanpa berhenti sejenak. Gunakan

pernafasan lambat selama hal itu membantu , biasanya sampai

Anda kekala satu persalinan.


38

D. Persalinan & Bayi Baru Lahir (BBL) usia 1 Jam

1. Persalinan

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang

normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa social yang

ibu dan keluarga nantikan selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai

peran ibu adalah melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah

memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi

disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan

pada ibu bersalin (saifudin, 2006 dalam buku asuhan kebidanan II

persalinan).

Definisi persalinan menurut WHO adalah persalinan yang dimulai

secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap

demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan

dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga

42 minggu lengkap.

a. Tanda-tanda Persalinan

1) Terjaadinya HIS persalinan

HIS adalah kontraksi Rahim yang dapat diraba menimbulkan

rasa nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan

serviks kontraksi Rahim yang dimulai pada 2 face maker yang

letaknya di dekat cornu uteri. His yang menimbulkan

pembukaan serviks dengan kecepatan tertentu disebut his


39

efektif. Pengaruh his dapat menimbulkan desakan di daerah

uterus meningkat. Terjadi penurunan janin, terjadi penebalan

pada dinding korpus uteri, terjadi peregangan dan penipisan

pada istmus uteri, serta terjadinya pembukaan pada kanalis

servikalis.

His persalinan memiliki sifat sebagai berikut :

a) Pinggang terasa sakit dan mulai menjalar ke depan

b) Teratur dengan interval yang makin pendek dan

kekuatan makin besar

c) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks

d) Penambahan aktivitas (seperti berjala) maka his tersebut

semakin meningkat

2) Keluarnya lendir bercampur darah (show)

Lendir ini berasal dari pembukaan kanalis servikakis,

sedangkan pengeluaran darahnya disebabkan oleh robeknya

pembuluh darah waktu serviks membuka

3) Terkadang disertai ketuban pecah

Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya

selaput ketuban menjelang persalinan. Jika ketuban sudah

pecah maka ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam

24 jam. Namun apabila persalinan tidak tercapai, maka

persalinan harus diakhiri dengan tindakan tertentu misalnya

ekstrasi vacuum atau section secarea.


40

b. Faktor yang mempengaruhi persalinan

1) Passage

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang

padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina)

janin harus dapat menyesuaikan diri dengan jalan lahir tersebut.

2) Power (HIS dan daya mengejan ibu)

Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar.

a. His

Beberapa sifat kontraksi uterus dijabarkan sebagai berikut

b. Amplitude

Cepat mencapai kekuatan dan diikuti relaksasi yang tidak

lengkap. Sehingga kekuatannya tidak mencapai nol,

setelah kontaksi otot Rahim mengalami retraksi (tidak

kembali kepanjang semula)

c. Frekuensi

Yang dimaksud dalam perhitungan his adalah jumlah

terjadinya his dalam 10 menit.

d. Durasi

Lamanya his yang dihitung sejak mulainya his sampai

dengan berakhirnya his, diukur dengan detik

e. Interval

Tegangan jarak waktu antara kedua his


41

f. Kekuatan mengejan

Setelah serviks terbuka lengkap kekuatan yang sangat

penting pada ekspulsi janin adalah yang dihasilkan oleh

peningkatan tekanan intra-abdomen yang diciptakan oleh

kontraksi otot-otot abdomen.sifat kekuatan yang

dihasilkan mirip seperti yang terjadi pada saat buang air

besar, tetapi biasanya intensitasnya jauh lebih besar.

Tekanan mengejan ini hanya dapat berhasil, kalua

pembukaan sudah lengkap dan paling efektif dilakukan

sewaktu kontraksi uterus. Disamping itu kekuatan-

kekuatan tahanan mungkin ditimbulkan oleh otot-otot

dasar panggul dan aksi ligament.

3) Passanger

Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor

janin, yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin,

bagian terbawah, dan posisi janin.

a) Sikap (Habitus)

Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan

sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin

umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang

punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang

di dada.
42

b) Letak (Situs):

Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu

misalnya Letak Lintang dimana sumbu janin tegak lurus

pada sumbu ibu. Letak membujur dimana sumbu janin

sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau letak

sungsang.

c) Presentasi:

Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian

bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada

pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi

bokong, presentasi bahu dan lain-lain.

c. Tahapan persalinan (Kala I, II,III,IV)

1) Kala I / Kala Pembukaan

Kala I dimulai dari saat persalinan mulai (pembukaan nol)

sampai pembukaan lengklap (Kemeskes, 2013).

Berdasarkan kemajuan pembukaan maka Kala I dibagi

menjadi:

a) Fase laten berlangsung selama 8 jam, serviks

membuka sampai 3 cm

b) Fase aktif berlangsung selama 7 jam, serviks membuka

dari 4 cm sampai 10 cm. kontraksi lebih kuat dan

sering, dibagi dalam 3 fase :


43

a. Fase Accelerasi (fase percepatan), dalam waktu

2 jam pembukaan 3 menjadi 4 cm

b. Fase Dilatasi Maksimal dalam waktu 2 jam

pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm

menjadi 9 cm

c. Fase Deselerasi (kurangnya kecepatan)

pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu

2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap

Tabel 2.4 Pemantauan pada persalinan kala I

Parameter Frekuensi pada Frekuensi pada


fase laten fase aktif

Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Suhu Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit

DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Pembukaan Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*

Penurunan Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*

Keterangan : *dinilai pada setiap pemeriksaan dalam. Sumber : Saifuddin (2010)


44

d. Kala II

Kala II Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai

bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida

dan 1 jam pada multigravida (Saifuddin, 2010). Pada Kala ini

his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira 2-3

menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ke ruang

panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar

panggul yang secara reflek menimbulkan rasa mengedan.

Karena tekanan pada rectum, ibu merasa ingin buang air

besar dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala

janin mulai terlihat, vulva membuka dan perenium meregang

(Jannah, 2015). Dengan his mengedan yang terpimpin, akan

lahirlah kepala dan seluruh badan janin. Proses tersebut

terjadi tanpa adanya komplikasi dan dengan asuhan yang

telah diberikan ibu merasakan proses persalinannya sangat

cepat (Winkjosastro, 2007).

Implementasi Saat Persalinan

1) Segera setelah kontraksi dimulai, ambil nafas yang

banyak, dan hembuskan nafas dengan kuat. Ini dapat

digunakan sebagai pernafasan "pengatur" atau sinyal

pada pasangan. Lepaskan semua ketegangan sewaktu


45

Anda mengeluarkan nafas, dan kendurkan semua otot

dari kepala sampai ujung kaki.

2) Pusatkan perhatian

Dengan perlahan hirup nafas melalui hidung (atau mulut

jika hidung Anda tersumbat) dan keluarkan melalui

mulut, dengan membiarkan semua udara mengalir

keluar. Berhenti sejenak sampai udara seolah-olah ingin

masuk kembali. Bernafaslah enam sampai sepuluh

tarikan per menit (kira-kira separuh dari kecepatan

pernafasan normal).

3) Tarik nafas dengan cepat, tetapi keluarkan nafas dengan

bersuara (dapat didengar oleh mereka yang dekat dengan

Anda), dengan mulut sedikit terbuka dan rileks. Bunyi

yang terdengar sewaktu mengeluarkan nafas adalah

seperti desah lega. Pada saat persalinan, Anda boleh

berteriak atau bergumam waktu mengeluarkan nafas.

4) Jaga bahu dalam posisi kebawah dan rileks. Relakskan

dada dan perut sehingga keduanya mengembung waktu

Anda menarik nafas dan kembali normal waktu Anda

mengeluarkan nafas.

5) Saat kontraksi berakhir, beri sinyal pada pasangan

bahwa kontraksi sudah berlalu atau ambil nafas yang

dalam dan rileks, diakhiri dengan desahan.


46

6) Rilekskan seluruh tubuh, ganti posisi, minum, dst.

e. Kala III

Kala III merupakan dimulai dari keluarnya janin sampai

lahirnya plasenta (Kurniati, 2010). Dimulai segera setelah

bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Proses ini berlangsung

tidak lebih dari 30 menit. Batasan kala III, masa setelah

lahirnya bayi dan berlangsungnya proses pengeluaran

plasenta.

Pada kala III persalinan, terlihat adanya tanda-tanda

pelepasan plasenta seperti adanya semburan darah secara

tiba-tiba, tali pusat tampak memanjang, dan uterus globuler.

Tindakan yang dilakukan adalah manajemen aktif kala III

yaitu: melakukan suntik oksitosin 10 IU secara IM,

melakukan peregangan tali pusat terkendali dan memassase

fundus segera setelah plasenta lahir atau selama 15 detik.

(Saifuddin, 2010).

Tujuan Menejemen Aktif Kala III

Manajemen Aktif Kala Tiga bertujuan untuk

menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif dan efisien

sehingga dapat memperpendek waktu kala Tiga persalinan

dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan


47

penatalaksanaan fisiologis. Hati – hati : a. Dugaan kehamilan

ganda b. Riwayat retensi plasenta c. Inversi Uteri ( Yanti,

2010, hal .199 )

Tujuan manajemen aktif kala Tiga adalah untuk

menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga

dapat mempersingkat waktu keluarnya plasenta, mencegah

perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga

persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan

fisiologis (Sondakh, 2013, hal .136)

f. Kala IV

Dimulainya dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama

post partum. Komplikasi yang dapat timbul pada kala IV

adalah sub involusi dikarenakan oleh uterus tidak

berkontraksi, perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri,

laserasi jalan lahir, sisa plasenta. (Sondakh, 2013)

Retensio plasenta adalah bila plasenta tidak lepas atau keluar

lebih dari 30 menit setelah persalinan (Maryunani, 2013).

Faktor predisposisi terjadinya retensio plasenta adalah

plasenta previa, bekas seksio sesarea, pernah kuret berulang

dan paritas (Saifuddin, A.B., 2009).


48

g. Patograf

Patograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu

persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Jika

digunakan dengn tepat dan konsisten maka patograf akan

membantu penolong persalinan untuk :

1) Mencatat kemajuan persalinan

2) Mencatat kondisi ibu dan janinnya

3) Mencatat asuhan yang telah diberikan selama asuhan

persalinan dan kelahiran

4) Menggunakan informasi yang tercatat untuk membuat

keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu

Mecatat temuan pada patograf

Parameter Frekuensi pada kala I aktif

Tekanan darah Tiap 4 jam

Suhu Tiap 4 jam

Nadi Tiap 30 menit

Denyut Jantung Janin Tiap 30 menit

Kontraksi Tiap 30 menit


49

Pembukaan seviks Tiap 4 jam

Penurunan kepala Tiap 4 jam

Warna cairan amnion Tiap 4 jam

Untuk menggunakan partograf petugas kesehatan harus mencatat

kondisi ibu dan janin sebagai berikut:

1) Denyut jantung janin dicatat setiap 30 menit pada fase aktif

2) Air ketuban : catat warna air ketuban setiap melakukan periksa dalam:

U : Selaput utuh

J : Selaput ketuban pecah, air ketuban berwarna jernih

M : Air ketuban bercampur dengan mekonium

D : Air ketuban bercampur dengan darah

K : Selaput ketuban sudah pecah tetapi air ketuban tidak mengalir lagi

(kering)

3) Perubahan bentuk kepala janin (Moulage)

(a) : Sutura terpisah

(b) : Sutura (pertemuan dua tulang tengkorak)

(c) : Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki

(d) : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki

4) Pembukaan mulut Rahim dinilai setiap 4 jam sekali dan diberi tanda “X”

5) Penurunan: mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba

diatas simpisis, catat dengan tanda “O”


50

6) Waktu

7) Jam

8) Kontraksi: catat setiap 30 menit, lakukan palpasi untuk menghitung

banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap kontraksi dalam

detik

9) Oksitosin jika menggunakan oksitosin

10) Obat-obatan yang digunakan

11) Nadi, catatlah setiap 30-60 menit serta tandai dengan titik besar (•)

12) Tekanan Darah, catat setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah (↕)

13) Suhu badan, catat setiap 4 jam

14) Protein, aseton, volume urin, catatlah setiap kali ibu berkemih

2. Bayi Baru Lahir usia 1 Jam

a. Bayi Baru Lahir Normal

Adalah bayi baru lahir dengan berat badan 2400-4000 gram saat

kelahiran, dengan masa kehmailan 37-42 minggu. Umur 0-7 hari

disebut neonatal dini, sedangkan umur 8-28 hari disebut neonatal

lanjut (Prawirohardjo, 2008).

1) Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir

Melakukan pemeriksaan fisik dengan prinsip yaitu pemeriksaan

dilakukan dalan keadaan bayi tenang (tidak menangis),

pemeriksaan taidak harus berurutan, dahulukan menilai


51

pernapasan dan tarikan dinding dada bawah, denyut jantung

serta perut (Kemenkes, 2013).

2.6 Tabel Pemeriksaan Fisik (Kemenkes, 2013)

Pemeriksaan fisik yang dilakukan Keadaan normal

Lihat postur, tonus danaktivitas Posisi tungkai dan lengan fleksi.

Bayi sehat akan bergerak aktif.

Lihat kulit berwarna merah muda, Wajah, bibir dan selaput lendir,
tanpa adanya kemerahan atau dada harus
bisul.

Hitung pernapasan dan lihat  Frekuensi napas normal 40-60


tarikan dinding dada bahwa ketika kali permenit
bayi sedang tidak menangis.  Tidak ada tarikan dinding dada
bawah yang dalam
Hitung denyut jantung dengan Frekuensi denyut jantung normal
meletakkan stetoskop di dada kiri 120-160 kali permenit
setinggi apeks kordis.

Lakukan pengukuran suhu ketiak Suhu normal adalah 36,5-37,5


dengan thermometer

Lihat dan raba bagian kepala Bentuk kepala terkadang asimetris


karena penyesuaian pada saat
proses persalinan, umumnya
hilang dalam 48 jam. Ubun-ubun
besar rata atau tidak membonjol,
dapat sedikit membobjol saat bayi
menangis.
52

Lihat mata Tidak ada kotoran/secret

Lihat bagian dalam mulut  Bibir, gusi, langit-langit utuh


dan tidak ada bagian yang
- Masukkan satu jari yang
terbelah
menggunakan sarung tangan
 Nilai kekuatan isap bayi. Bayi
ke dalam mulut, raba langit-
akan mengisap kuat jari
langit
pemeriksa
Lihat dan raba perut  Perut bayi datar, teraba lemas
 Tidak ada perdarahan,
Lihat tali pusat
pembengkakan, nanah, bau
yang tidak enak pada tali pusat,
atau kemerahan sekitar tali
pusat.
Lihat punggung dan raba tulang Kulit terlihat utuh, tidak terdapat
belakang lubang dan benjolan pada tulang
belakang

Lihat ekstremitas  Hitung jumlah jari tangan dan


kaki, lihat apakah kaki
posisinya baik atau bengkok ke
dalam atau keluar, lihat
gerakan ekstremitas
Lihat lubang anus  Terlihat lubang anus dan
periksa apakah mekonium
- Hindari memasukkan alat atau
sudah keluar
jari dalam memeriksa anus
 Biasanya mekonium keluar
- Tanyakan pada ibu apakah
dalam 24 jam setelah lahir
bayi sudah buang air besar
Lihat dan raba alat kelamin keluar.  Bayi perempuan kadang
terlihat cairan vagina berwarna
putih atau kemerahan
53

- Tanyakan pada ibu apakah  Bayi laki-laki terdapat lubang


bayi sudah buang air kecil uretra pada ujung penis.
Pastikan bayi sudah buang air kecil
dalam 24 jam setelah lahir

Timbang bayi  Berat lahir 2,5-4 kg


 Dalam minggu pertama, berat
- Timbang bayi dengan
bayi mungkin turun terdahulu
menggunakan selimut, hasil
baru kemudian naik kembali.
dikurangi selimut
Penurunan berat badan
maksimal 10%
Mengukur panjang dan lingkar  Panjang lahir normal 48-52 cm
kepala bayi  Lingkar kepala normal 33-37
cm.
Menilai cara menyusui, minta ibu  Kepala dan ba dan dalam garis
untuk menyusui bayinya lurus, wajah bayi menghadap
payuidara, ibu mendekatkan
bayi ke tubuhnya
 Bibir bawah melengkung
keluar, sebagian besaraerola
berada didalam mulut bayi
 Menghisap dalam dan pelan
kadang disertai berhenti sesaat
54

2) Refleks

Refleks adalah gerakan naluriah untuk melindungi bayi (IBI,

2016).

a) Refleks Glabella

Ketuk daerah pangkal hidung secara pelan dengan

menggunakan jari tekunjuk. Bayi akan mengedipkan mata

pada 4 smapi 5 ketukan pertama.

b) Refleks hisap

Tekanan pada mulut bayi pada langit bagian dalam gusi

atas timbul isapan yang kuat dan cepat. Dilihat pada waktu

bayi tidur.

c) Refleks mencari (rooting)

Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.

d) Refleks genggam

Dengan meletakkan jari telunjuk pada palmar, tekanan

dengan gentle, normalnya bayi akan menggenggam

dengan kuat.

e) Refleks babinsky

Gores telapak kaki, dimulai dari tumit, gores sisi lateral

telapak kaki kearah atas kemudian gerakkan jari sepanjang

telapak kai. Bayi aka merespon berupa semua jari kaki

hyperekstensi dengan ibu jari dorsifleksi.


55

f) Refleks moro

Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala

tiba-tiba digerakkan atau dikejutkan dengan cara bertepuk

tangan.

b. Asuhan segera pada Bayi Baru Lahir normal

Jika bayi menangis atau bernapas saat kahir, fasilitas IMD dan

selanjutnya rawat gabung bayi dengan ibu.

1) Setelah pengeringan, mengganti handuk basah dengan handuk

kering. Tempatkan bayi dalam kontak kulit ke kulit pada perut

ibu dan tutup dengan selimut hangat, bersih, handuk kering/

kain.

2) Klem, potong, dan ikat tali pusat dengan dua iktan. Untuk

menjaga tali pusat bersih dan kering, seharusnya tidak mencapai

perineum. Periksakan perdarahan dari tali pusat setiap 15 menit.

Jika ada perdarahan, ikat ulang kembali tali pusat lebih erat.

Studi menunjukan bahwa tali pusat harus dibiarkan bersih dan

kering.

3) Periksa pernapasan dan warna kulit.

4) Pastikan bahwa ruangan hangat untuk mencegah hipotermia,

tapi menghindari kebakaran dalam asap. Tarulah bayinya di

kontak kulit ke kulit dengan ibunya, mulai menyusui dan dorong

ibu untuk menyusui sesering mungkin, selimuti bayi dan ibu.


56

5) Mempertahankan suhu.

6) Memeriksa bayi dari kepala sampai kaki mencari setiap

penyimpangan atau kelainan, menghindari mengekspos bayi

terlalu banyak karena hal ini menyebabkan kehilangan panas.

Pastikan untuk memeriksa anus dan daerah genetalia.

7) Melakukan antropometri. Hal ini harus cepat untuk menghindari

mengekspos baru lahir dan mencegah hipotermi.

8) Berikan vitamin K 1 mg IM di 1/3 paha kiri bagian anterolateral

dan beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis

(tetrasiklin 1% atau antibiotika lain).

9) Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan

imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral bayi.

10) Berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama

ayah, ibu, waktu lahir, jenis kelamin, dan tanda lahir jika ada.

11) Membungkus bayi dengan pakaian hangat, pastikan kepala bayi

tertutup.

12) Mematikan bahwa bayi disusui dalam satu jam setelah

melahirkan dan setiap dua jam setelahnya. Ini akan mencegah

hipoglikemia.

13) Jangan memberi apapun kepada bayi kecuali ASI.

14) Memeriksa bahwa bayi BAB mekonium dalam 24 jam

postpartum dan urin dalam 48 jam pertama


57

15) Catat semua temuan akurat pada catatan ibu dan bayi yang

relevan termasuk buku KIA (IBI, 2016).

c. Inisiasi Menyusu Dini

Menurut Roesli (2008), Inisiasi Menyusu Dini (early initiation)

adalah proses menyusu sendiri, minimal satu jam pertama pada

bayi baru lahir. setelah lahir, bayi harus segera didekatkan kepada

ibu dengan cara ditengkurapkan di dada tau di perut ibu dengan

kontak bayi dan kulit ibu, dan bayi akan menunjukkan kemampuan

yang menakjubkan.

Dalam usia beberapa menit, bayi dapat merangkak kearah

payudara dan menemukan putting susu ibunya serta kemudian

menyusu sendiri. Cara bayi menyusu sendiri tersebut dinamakan

merangkak mencari payudara.

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh

payudara yang dinamakan the gift of life. Kolostrum berupa cairan

dengan viscositas kental bewarna kuning-kuninga, lebih kuning

dibandingkan dengan susu matur. Kolostrum merupakan sel darah

putih dan antibodi yang mengandung imunoglobin A (IgA) yang

membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah

kuman memasuki bayi.

Kolostrum mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan mengandung

semua unsure yang diperlukan oleh bayi serta zat anti infeksi.
58

Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi,

karbohiidrat, dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan

gizi pada bayi pada hari-haripertama setelah kelahirannya serta

membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi pertama

berwana hitam kehijauan (IBI, 2016). Menurut Roesli (2008)

menyatakan hasil penelitian menyatakan hubungan saat kontak

ibu-bayi pertama kali terhadap menyusui. Bayi yang diberikan

kesempatan menyusui dini dengan meletakkan bayi dengan kulit

ke kulit setidaknya satu jam hasilnya dua kali lebih lama disusui.

d. Evidence Based

Protokol evidence based yang baru telah diperbaharui oleh WHO

dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam

pertama menyatakan bahwa :

1) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya

segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam.

2) Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dini

dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu

serta memberi bantuan jika diperlukan.

3) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan

kepada bayi baru lahir hingga IMD selesai dilakukan,


59

prosedur tersebut, seperti : menimbang, pemberian vitamin

K, salf mata, dan lain-lain. (Tim Ed. 3 (revisi), 2008)

4) Regulasi suhu bayi baru lahir dengan kontak kulit ke kulit.

Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu

badannya, dan dapat membutuhkan pengaturan dari luar untuk

membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus

hangat.

Suhu bayi yang belum dapat mengatur sendiri ini dapat

mengalmi stress dengan adanya perubahan lingkungan dari

dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi.

Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit

pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa

mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi

untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.

Kontak kulit bayi dengan ibu dengan perawatan metode

kangguru dapat mempertahankan suhu bayi dan mencegah

bayi kedinginan/hiportemi (Sarwono Prawirohardjo, 2008).

Cegah kehilangan panas (hipotermi) pada bayi baru lahir

dengan upaya antara lain :

a) Segera setelah lahir, keringkan permukaan tubuh

b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering,

dan hangat

c) Tutupi kepala bayi


60

d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI

e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru

lahir

f) Tempatkan bayi di lingkungan hangat

5) Perawatan bayi baru lahir dengan menunda mandi sampai 24

jam setelah lahir, jika hal ini tidak memungkinkan karena

alasan budaya, mandi harus ditunda selama sedikitnya enam

jam.

6) Ibu dan bayi tidak harus dipisahkan dan harus tinggal di

ruangan yang sama dalam 24 jam sehari.

7) Memotong tali pusat

5. Bayi

Bayi adalah anak yang berusia 0-12 bulan (Kemenkes, 2016).

a. Asuhan Bayi

Menurut (Dewi, 2010),ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

asuhan pada bayi, yaitu sebagai berikut.

1) Air Susu Ibu (ASI)

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik

bagi bayi, ASI diketahui mengandung zat gizi yang paling

sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, baik

kualitas maupun kuantitasnya.


61

Berikan ASI sesering mungkin sesuai dengan

keinginan ibu (jika payudara sudah penuh) atau sesuai

kebutuhan bayi, yaitu setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap

4 jam), bergantian antara payudara kiri dan kanan.

Berikan ASI saja (ASI eksklusif) sampai bayi berusia 6

bulan.

Selanjutnya pemberian ASI diberikan hingga anak

berusia 2 tahun, dengan penambahan makanan lunak atau

padat yang disebut Makanan Pendamping ASI (MPASI).

Banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari ASI. Tidak

saja dalam keuntungan pertumbuhan dan perkembangan

bayi, tetapi juga hubungan kasih sayang antara ibu dan

bayi yang akan memberikan dukungan sangat besar

terhadap terjadinya proses pembentukan emosi positif

pada anak, dan berbagai keuntungan bagi ibu.

2) Defekasi (BAB)

Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi

selama minggu pertama dan jumlah paling banyak adalah

antara hari ketiga dan keenam. Feses transisi (kecil-kecil

berwarna cokelat sampai hijau karena adanya mekonium)

dikeluarkan sejak hari ketiga sampai keenam.

Bayi baru lahir yang diberi makan lebih awal akan

lebih cepat mengeluarkan feses daripada mereka yang


62

diberi makan kemudian. Feses dari bayi yang menyusu

dengan ASI akan berbeda dengan bayi yang menyusu

dengan susu botol. Feses dari bayi ASI lebih lunak,

berwarna kuning emas, dan tidak menyebabkan iritasi

pada kulit bayi.

Bayi yang berdefekasi segera setelah makan merupakan

suatu kondisi yang normal atau defekasi sebanyak 1 kali

setiap 3 atau 4 hari. Walaupun demikian, konsistensi feses

tetap lunak dan tidak berbentuk. Dalam 3 hari pertama

feses bayi masih bercampur dengan mekonium dan

frekuensi defekasi sebanyak 1 kali dalam sehari. Untuk

membersihkannya gunakan air bersih hangat dan sabun.

3) Berkemih (BAK)

Fungsi ginjal bayi masih belum sempurna selama dua

tahun pertama kehidupannya. Biasanya terdapat urine

dalam jumlah yang kecil pada kandung kemih bayi saat

lahir, tetapi ada kemungkinan urine tersebut tidak

dikeluarkan selama 12-24 jam. Berkemih sering terjadi

setelah periode ini dengan frekuensi 6-10 kali sehari

dengan warna urine yang pucat. Kondisi ini menunjukkan

masukan cairan yang cukup. Umumnya bayi cukup bulan

akan mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari. Untuk


63

menjaga bayi tetap bersih, hangat, dan kering, maka

setelah BAK harus diganti popoknya.

4) Tidur

Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya

sering tidur. Bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata

tidur selama 16 jam sehari. Pada umumnya bayi terbangun

sampai malam hari pada usia 3 bulan. Sebaiknya ibu

selalu menyediakan selimut dan ruangan yang hangat,

serta memastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu

dingin. Jumlah waktu tidur bayi akan berkurang seiring

dengan bertambahnya usia bayi.

5) Kebersihan Kulit

Kebersihan kulit bayi perlu benar-benar dijaga. Walaupun

mandi dengan membasahi seluruh tubuh tidak harus

dilakukan setiap hari, tetapi bagian-bagian seperti muka,

bokong, dan tali pusat perlu dibersihkan secara teratur.

Sebaiknya orang tua maupun orang lain yang ingin

memegang bayi diharuskan untuk mencuci tangan

terlebih dahulu.

6) Keamanan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga

keamanan bayi adalah dengan tetap menjaganya, jangan


64

sekalipun meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu.

Selain itu juga perlu dihindari untuk memberikan apapun

ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa tersedak dan

jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat

tidur bayi.

6. Penyuluhan pada ibu dan keluarga sebelum bayi pulang

a. Cara Merawat Tali Pusat

Merawat tali pusat yang benar (Kemenkes, 2013):

1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali

pusat.

2) Jangan membungkus punting tali pusat atau mengoleskan cairan

atau bahan apapun ke puntung tali pusat.

3) Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan

apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena

menyebabkan tali pusat basah atau lembab.

4) Sebelum meninggalkan bayi, lipat popok di bawah punting tali

pusat.

5) Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa

tali pusat mengering dan terlepas sendiri.

6) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air

DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan

menggunakan kain bersih.


65

7) Memperhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat kemerahan pada

kulit sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat

tanda infeksi, nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas

kesehatan.

b. Pemberian ASI Eksklusif

UNICEF dan WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif

sampai bayi berusia enam bulan, diatas usia enam bulan bayi harus

diberikan makanan tambahan baik yang bersifat semi padat maupun

padat (Kemenkes, 2014). Pemberian ASI eksklusif sangat berperan

dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian anak,

dikarenakan ASI merupakan makanan terbaik yang mangndung

nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh bayi pada usia 0-6 bulan. Selain

itu, ASI juga mengandung enzim, hormon, kandungan imunologik

dan anti infeksi (Munir, 2006).

c. Jaga kehangatan bayi

Berikan bayi kepada ibunya secvepat mungkin. Kontak anatara ibu

dengan kulit bayi sangat penting dalam rangka menghangatkan

serta mempertahankan panas tubuh bayi. Gantilah handuk/kain jika

basah dengan kain yang kering, dan bungkus bayi tersebut dengan

selimut, serta jangan lupa untuk memastikan kepala bayi telah

terlindungi dengan baik untuk mencegah kehilangan panas. Apabila

suhu kurang dari 36,5 oC segera hangatkan bayi dengan teknik


66

metode kanguru. Perawatan metode kanguru adalah perawatan

untuk bayi premature dengan melakukan kontak langsung antara

kulit bayi dengan kulit ibu (Dewi, 2010).

d. Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan

untuk melindungi diri melawan penyakit tertentu dengan cara

memasukkan suatu zat ke dalam tubuh melalui penyuntikkan atau

secara oral.

e. Kunjungan bayi Baru Lahir

Terdapat minimal tiga kali kunjungan ulang bayi baru lahir

(Kemenkes, 2013):

a) Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1)

b) Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2)

c) Pada usia 8-28 hari(kunjungan neonatal 3)

E. Nifas

Masa Nifas adalah disebut juga dengan istilah puerperium adalah

masa sesudah melahirkan yang berlangsung kurang lebih 6 minggu (Siti

Saleha, 2009). Masa Nifas disebut juga postpartum adalah masa atau

waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta lepas keluar dari rahim sampai 6

minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organyang


67

berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti

perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan (Suherni,

2009)

1. Tahapan masa nifas

Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut ;

a. Peurperium dini

Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan

serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.

b. Peuperium intermediate

Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang

lamanya sekitar 6 minggu.

c. Peurperium romate

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama

apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

2. Adaptasi Perubahan Fisik Masa Nifas

a. Alat genitalia

Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur

pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil atau sering disebut

involusi,selain itu juga perubahan-perubahan penting lain,yakni

hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi karena laktogenik hormone

dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar mammae.


68

b. Involusi Uteri

Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami

kontraksi dan retraksi akan menjadi keras sehingga dapat menutup

pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi

plasenta. Otot rahim terdiri dari 3 lapis otot yang membentuk

anyaman sehingga pembuluh darah tertutup sempurna dengan

demikian terhindar dari perdarahan post partum.

Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses

proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga pada akhir

kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gr.

Proses Involusi Uteri

Involusi TFU Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jbpst 1000 gram

1 minggu Pertengahan pusat 500 gram

2 minggu Tak teraba 350 gram

6 minggu Tidak teraba 50 gram

8 minggu Normal kembali 30 ram

c. Pengeluaran Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan

vagina dalam masa nifas.


69

1) Lochea Rubra

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,

verniks kaseosa, lanugo, meconium. Berlangsung selama 3 hari

pasca persalinan.

2) Lochea Sanguinolenta

Berwarna merah kecokelatan berisi darah dan lender.

Berlangsung selama hari ke 4-7 pasca persalinan.

3) Lochea Serosa

Berwarna kuning, cairan sudah tidak berdarah lagi. Berlangsung

selama hari ke 7-14 pasca persalinan.

4) Lochea Alba

Cairan putih, setelah 2 minggu pasca persalinan.

d. Serviks

Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti corong

berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak kadang-kadang

terdapat perlukaan-perlukaan kecil, setelah bayi lahir, tangan masih

bisa masuk kedalam rongga rahim setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-

3 jari dan setelah 7 hari hanya bisa dilalui oleh 1 jari.

e. Ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang

selama kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur


70

ciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum

menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak

jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah

melahirkan karena ligamenta, fasia, jaringan alat penunjang genetalia

menjadi menjadi agak kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-

jaringan penunjang alat genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut

dan dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan

tertentu. Pada 2 hari post partum sudah dapat diberikan fisioterapi.

Keuntungan lain adalah dicegahnya pula statis darah yang dapat

mengakibatkan thrombosis masa nifas.

3. Adaptasi Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas

a. Fase taking in

Terjadi pada hari 1-2 post partum, perhatian ibu terhadap kebutuhan

dirinya, pasif dan tergantung. Ibu tidak menginginkan kontak

dengan bayinya bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam fase ini

yang diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya,bukan cara

merawat bayinya.

b. Fase taking hold

Fase ini berlangsung sampai kira-kira 10 hari. Ibu berusaha mandiri

dan berinisiatif, perhatian terhadap dirinya mengatasi tubuhnya,

misalnya kelancaran miksi dan defikasi, melakukan aktifitas duduk,

jalan, belajar tentang perawatan diri dan bayinya, timbul kurang

percaya diri sehingga mudah mengatakan tidak mampu melakukan


71

perawatan. Pada saat ini sangat dibutuhkan sistem pendukung karena

pada fase ini sering dengan terjadinya post partum blues.

c. Fase letting go

Dimulai pada minggu ke 5-6 pasca kelahiran. Tubuh ibu telah

sembuh, secara fisik ibu mampu menerima tanggung jawab normal

dan tidak lagi menerima peran sakit. Kegiatan seksualnya telah

dilakukan kembali.

4. Tanda Bahaya Nifas

a. Demam > 37,5

b. Perdarahan aktif dari jalan lahir

Dalam hal ini perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba

banyak, perdarahan yang lebih dari perdarahan haid biasa atau bila

memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam setengah jam dan

pembekuan darah yang banyak

c. Muntah

d. Rasa sakit saat buat air kecil/berkemih

e. Pusing atau sakit kepala yang terus menerus atau masalah

penglihatan

f. Lochea berbau, yakni pengeluaran vaginayang berbau menusuk

g. Sulit dalam menyusui atau payudara yang berubah menjadi merah,

panas dan terasa sakit

h. Sakit perut yang hebat / rasa sakit dibagian bawah abdomen atau

punggung dan nyeri ulu hati


72

i. Merasa sangat letih atau nafas terengah-engahMerasa sangat sedih

atau tidak mampu mengasuh diri sendiri atau bayinya sendiri

j. Pembengkakan pada wajah, tangan dan kaki

5. Asuhan Masa Nifas

Tujuan:

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

b. Mendeteksi masalah secara komprohensif (deteksi dini, mencegah

terjadinya komplikasi yang mungkin timbul)

c. Merujuk bila terjadi komplikasi ibu maupun bayinya.

d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri

sendiri, nutrisi, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi

pada bayi, perawatan tali pusat dan perawatan sehari-hari

6. Kebutuhan dasar ibu nifas

a. Mobilisasi Dini

1) Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi peuperium

2) Memperlancar involusi alat kandungan.

3) Melancarkan fungsi alat gastro intensial dan alat perkemihan

4) Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga

mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolism.


73

b. Nutrisi

Ibu nifas perlu diet gizi yang baik dan lengkap, bisa disebut juga

dengan menu seimbang. Tujuannya:

1) Membantu memulihkan kondisi fisik

2) Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi

3) Mencegah konstipasi

4) Memulai proses pemberian ASI eksklusif

Ibu nifas perlu tambahan 500 kalori tiap hari, dan kebutuhan

cairan/minum ±300 liter/hari dan tambahan pil zat besi selama

40 hari postpartum, serta kapsul vitamin A 200.000 unit.

c. Ambulasi

Kenyataannya ibu yang baru melahirkan enggan banyak bergerak,

karena merasa lebih letih dan sakit. Pada persalinan normal ambulasi

dapat dilakukan 2 jam postpartum. Untuk pasien post SC yaitu 24-36

jam postpartum. Tujuan ambulasi yaitu;

1) Melancarkan pengeluaran lochea

2) Faal usus dan kandung kemih lebih baik

3) Memungkinkan untuk mengajar ibu memelihara anaknya

4) Mempercepat involusi dan melancarkan peredaran darah.

d. Eliminasi

Ibu nifas hendaknya dapat berkemih spontan normal terjadi pada 8

jam postpartum. Anjurkan ibu untuk berkemih 6-8 jam postpartum

dan setiap 4 jam setelahnya, karena kandung kemih yang penuh dapat
74

mengganggu kontraksi dan involusi uterus. Bila ibu mengalami sulit

berkemih sebaiknya dilakukan toilet training untuk BAB, jika ibu

tidak biasa BAB lebih dari 3 hari maka perlu diberi laksan/pencahar.

BAB tertunda 2-3 hari postpartum dianggap fisiologis.

e. Istirahat

Ibu perlu istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

Ibu dapat beristirahat atau tidur siang selagi bayi tidur, pentingnya

dukungan dari keluarga/suami. Bila istirahat kurang akan

mempengaruhi:

a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

b. Memperlambat involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi

dan diri sendiri.

f. Kebersihan Diri / Personal Hygiene

Ibu nifas perlu menjaga kebersihan dirinya karena:

1) Mengurangi/mencegah infeksi

2) Meningkatkan perasaan nyaman dan kesejahteraan

Bila ibu cukup kuat berjalan, bantu ibu untuk mandi untuk

membersihkan tubuh, putting susu dan perineum, mengganti

pembalut minimal 2x atau setiap kali habis BAK.

g. Seksual/ Senggama

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
75

dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu

tidak merasa nyeri, aman untuk memulai melakukan hubungan

seksual kapan saja ibu siap. Banyak budaya yang mempunyai tradisi

menunda hubungan seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya 40

hari atau enam minggu setelah persalinan, keputusan bergantung pada

pasangan yang bersangkutan.

h. ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman

tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan (Kemenkes, 2013).

a) Posisi bayi yang benar:

1) Kepala, leher, dan tubuh bayi dalam satu garis lurus

2) Badan bayi menghadap ke dada ibu

3) Badan bayi melekat ke ibu

Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, tidak hanya leher

dan bahu saja (Kemenkes, 2013).

b) Tanda bayi melekat dengan baik:

1) Dagu bayi menempel pada payudara ibu

2) Mulut bayi terbuka lebar

3) Bibir bawah membuka lebar, lidah terlihat di dalamnya

4) Areola juga masuk ke mulut bayi, tidak hanya puting susu.

5) Areola bagian atas tampak lebih banyak/lebar (Kemenkes,

2013).

6) Tanda bayi menghisap dengan efektif:


76

7) Menghisap secara mendalam dan teratur

8) Kadang diselingi istirahat

9) Hanya terdengar suara menelan

10) Tidak terdengar suara mengecap (Kemenkes, 2013)

c) Setelah selesai:

1) Bayi melepas payudara secara spontan

2) Bayi tampak tenang dan mengantuk

3) Bayi tampak tidak berminat lagi pada ASI (Kemenkes, 2013).

4) Tanda-tanda bahwa bayi mendapat cukup ASI

Untuk mencegah malnutrisi seorang ibu harus mengetahui

tanda kecukupan ASI, terutama pada bulan pertama. Setelah bulan

pertama tanda kecukupan ASI lebih tergambar melalui perubahan

berat badan bayi. Tanda bahwa bayi ,mendapat cukup ASI adalah:

a) Produksi ASI akan berlimpah pada hari ke-2 sampai ke-4 setelah

melahirkan, Nampak dengan payudara bertambah besar, berat, lebih

hangat dan seringkali menetes dengan spontan.

b) Bayi menyusu 8-12 kali sehari, dengan pelekatan yang benar pada

setiap payudara dan menghisap secara teratur selama minimal 10

menit pada setiap payudara.

c) Bayi akan tampak puas setelah menyusu dan seringkali tertidur pada

payudara kedua.
77

d) Frekuensi buang air kecil (BAK) bayi >6 kali sehari. Urin bewarna

jernih, tidak kekuningan. Butiran halus kemerahan yang mungkin

beberapa Kristal padfa urin) merupakan salah satu tanda ASI

kurang.

e) Frekuensi buang air besar (BAB) >4 kali sehari denga volume paling

tidak 1 sendok makan, tidak hanya berupa noda membekas pada

popok bayi, pada usia 4 hari-4 minggi. Seing ditemukan bayi BAB

setiap kali menyusu, dan hal ini merupakan hal yang normal. Feses

bewarna kuning dengan butiran-butiran.

f) Puting payudara akan terasa sedikit sakit pada hari pertama

menyusui. Apabila disertai dengan lecet, hal ini merupakan tanda

bahwa bayi tidak melekat dengan baik saat menyusu. Apabila tidak

segera tidak diitangani dengan membetulkan posisi dan pelekatan

bayi ,akan hal ini akan menurunkan produksi ASI.

g) Berat badan bayi tidak turun lebih dari 10% disbanding berat lahir.

h) Berat badaN bayi kembali seperti berat lahir pada usia 10 sampai 14

hari setelah lahir (IDAI, 2013).

.
78

BAB III

PERKEMBANGAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

I. Kunjungan Pertama

Tanggal 10 Oktober 2018 jam 08.00 WIB

Identitas

Nama klien : Ny. P Nama Suami :Tn. A

Umur : 28 tahun Umur : 37 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jalan Bidara RT/RW 005/002 No 30A

No telp/HP : 0813-82868282

DATA SUBJEKTIF

Pada tanggal 10 Oktober 2018 pukul 08.00 WIB. Ibu datang untuk melakukan

kunjungan ulang dan tidak ada keluhan apapun hari ini.

Riwayat Haid

HPHT 25 Januari 2018, Lamanya menstruasi selama 7 hari, teratur dengan

konsistensi cair, banyaknya darah haid perhari adalah 3 – 4 kali ganti

pembalut dalam sehari. Siklus haid 28 hari. Tafsiran persalinan pada tanggal

(25+7) (01+9) (2018)

TP = 01 - 11 - 2018
79

Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu

Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan Ketiga.

JK BB Keadaan Lama
Tahun UK Persalinan Penolong Komplikasi Tempat
/PB sekarang menyusui

Cukup 3200 PKC


2010 Lk Spontan Bidan Sehat Tidak ada Tidak ASI
bulan gr Grogol

RS.

Cukup 2800 Budi


2014 Lk Spontan Dokter Sehat Induksi Tidak ASI
bulan gr Kemuli

aan

Hamil

ini

Riwayat Keluarga Berencana

Ibu pernah menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan

Riwayat Penyakit yang lalu dan Sedang Diderita

Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, hepar

seperti TBC dan hepatitis, diabetes mellitus, dan penyakit jantung.

Riwayat Kesehatan Keluarga

Tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti : hipertensi, penyakit hepar

seperti TBC
80

dan hepatitis, asma, diabetes mellitus dan jantung.

Kondisi Psikososial

Ini merupakan perkawinan yang pertama untuk Ny. P dan Tn. A. Lama

perkawinan nya sudah hampir sekitar 9 tahun. Ibu mengatakan ini merupakan

kehamilan anak ketiga dan merupakan kehamilan yang sangat ditunggu dan

direncanakan. Ibu mengatakan baik anak laki-laki maupun perempuan sama

saja yang terpenting adalah pada saat proses persalinan dapat berjalan dengan

lancar serta bayi dan ibu sehat. Keluarga mendukung dan merasa senang

terhadap kehamilan ibu. Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami

dan istri. Ibu memiliki kebiasan dari anak pertama sampai anak ke-2

diberikan susu tambahan selain ASI yaitu susu formula. Menurut nya, ASI

ibu hanya keluar sedikit dan tidak cukup di berikan ke bayi nya.

Perilaku Kesehatan

Ibu tidak pernah mengkonsumsi jamu selama hamil dan tidak pernah

menggunakan alkohol atau obat obatan sejenisnya dan tidak merokok.

Riwayat dan Kebiasaan sehari – hari

1. Pola Makan

Ibu mengatakan bahwa ibu makan 2-3x sehari dengan nasi, sayur, lauk-pauk,

buah. Ibu tidak ada memantang makanan dan tidak ada alergi terhadap

makanan apapun. Kebutuhan minum ibu juga terpenuhi, ibu minum sekitar

8- 10 gelas besar perhari.


81

2. Personal Hygiene

Ibu mengetahui cara menjaga kebersihan dirinya, ibu mandi 2x sehari. Sering

mengganti pakaian dalam jika ibu merasa tidak nyaman. Ibu mengganti

pakaian 3-4 kali sehari yaitu setelah mandi dan menggantinya jika sudah

merasa tidak nyaman (lembab). Ibu membersihkan payudaranya setiap ibu

mandi.

3. Eliminasi

Ibu mengatakan buang air kecil kurang lebih 5-6x/hari. Tidak merasakan

nyeri dan panas saat berkemih. Warna urin kuning jernih.Ibu mengatakan

buang air besar 1x/hari. Tidak merasa nyeri dan tidak keluar darah saat buang

air besar. Feses berwarna kecoklatan dan konsistensinya padat lunak.

4. Pola Aktivitas Sehari-Hari

Ibu mengatakan tidur malam sekitar pukul 21.30 WIB, dan bangun pukul 05.00

WIB. Ibu terkadang tidur siang pukul 12.00 wib sampai 13.00 wib jika sedang tidak

melakukan pekerjaan rumah. Setiap harinya ibu melakukan pekerjaan rumah tangga

seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, dan menonton televisi serta jalan-

jalan santai sekitar rumah.

Riwayat Kehamilan Ini Trimester I, II Dan III

Selama kehamilan ibu tidak banyak mengalami keluhan. Namun pada saat

kehamilan Trimester I ibu mengatakan mual dan pusing. Namun tidak sampai

mengganggu aktifitas ibu. Gejala yang ibu alami pada trimester I merupakan

gejala yang fisiologis pada trimester 1 atau awal kehamilan. Pada trimester II
82

Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Pada trimester III mengatakan kencang-

kencang dengan durasi sebentar lalu hilang dan sakit pinggang.

Trimester II

Kunjungan pertama kali pada trimester II saat usia kehamilan 14 minggu di

Puskesmas Grogol Petamburan. Pemeriksaan dilakukan oleh Bidan Indah.

terapi yang diberikan B6 30 tablet 3x1, dan B12 30 tablet 3x1. Ibu disarankan

oleh Bidan Indah untuk cek lab di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan.

Trimester III

Kunjungan pertama kali pada trimester III pada tanggal 10-10-2018 saat usia

kehamilan 37 – 38 minggu (TP) 34 – 35 minggu (USG), pemeriksaan

dilakukan oleh Penulis dan di dampingi oleh Bidan Suna di Poli KIA

Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan. Ibu mengatakan tidak ada

keluhan, terapi yang diberikan asam folat, kalk, dan vitamin C. Ibu diberitahu

oleh Bidan Suna untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya di RB Puskesmas

Kecamatan Grogol Petamburan karena usia kehamilan ibu sudah memasuki

trimester III

P4K

Ibu mengatakan hanya ingin bersalin di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan dan di tolong oleh Bidan. Ibu mengatakan pembiayaan

persalinan menggunakan BPJS. Untuk pendonor darah yang sesuai adalah


83

saudara/keluarga. Jika nantinya ibu terjadi indikasi maka ibu bersedia di

rujuk, ibu dan keluarga memilih RS Budi Kemuliaan alternatif RS rujukan.

Imunisasi TT

Ibu telah melakukan imunisasi TT1 dan kedua saat di sekolah dasar. TT3 pada

kehamilan pertama dan imunisasi TT4 pada kehamilan yang kedua, TT5 pada

kehamilan ini.

DATA OBJEKTIF

Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan Umum : Keadaan Umum baik, kesadaran composmentis,

keadaan emosional stabil. TTV: TD 90/60 mmHg, N 82x/mnt, RR 21x/mnt,

S 36,90C. TB 162 cm, BB: 70,65 kg, BB sebelum hamil : 50 kg, Lila : 26 cm.

IMT 70.65 : (1.62)2= 26.9.

Hasil pemeriksaan fisik : Wajah tidak ada oedema, kelopak mata tidak ada

oedema, konjungtiva tidak anemis, dan sklera tidak ikterik. gigi tidak ada

karies dan ibu tidak pernah mengeluh sakit gigi. Posisi tulang belakang

lordosis gravidarum dan tidak ada rasa nyeri pada pinggang. Abdomen tidak

ada bekas luka operasi, pembesaran abdomen sesuai usia kehamilan, tidak

ada benjolan/pembesaran pada liver. Ekstremitas atas dan bawah tidak ada

oedema, tidak ada kekakuan sendi, tidak terdapat kemerahan dan reflex

patella positif.
84

Pemeriksaan Obstetrik

Inspeksi

Pembesaran sesuai usia kehamilan, tidak ada bekas luka operasi, linea nigra.

Palpasi

TFU : 26 cm.

Leopold I : Teraba satu bagian janin bulat, lunak dan tidak

melenting (bokong)

Leopold II : Di sebelah kanan perut ibu teraba bagian janin keras,

memanjang seperti papan (punggung). Di sebelah kiri teraba bagian – bagian

kecil janin (ekstremitas)

Leopold III : Teraba satu bagian janin bulat, keras, melenting

(kepala)

Leopold IV : Kepala belum masuk PAP

Auskultasi

Punctum maksimum pada satu tempat disebelah kanan dibawah pusat.

Djj : 139 kali/menit. Teratur.

TBJ : (TFU-12) x 155 = (26 – 12) x 155 = 2170 gram

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 07 Mei 2018;

- Darah : Hb 12,5 gram%, Golongan darah: AB +.

- Urine : reduksi (NR) dan protein (NR)

- HbsAg (NR), HIV/AIDS (NR)


85

- Gula Darah : 104

ANALISA

Diagnosa ibu : G3P2A0 Hamil 37 minggu

Diagnosa janin : Janin tunggal, hidup, presentasi kepala

PENATALAKSANAAN

1. Melakukan informed consent kepada ibu bahwa ibu akan menjadi pasien

yang akan dipantau dan diberikan asuhan kebidanan sejak kehamilan

sampai masa nifas 40 hari. Ibu bersedia dan menyetujui jika menjadi

pasien yang akan di berikan asuhan selama hamil sampai 40 hari pasca

melahirkan.

2. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan janin untuk saat ini

dalam keadaan baik dan usia kehamilan sudah 37 minggu (HPHT), 34 –

35 minggu (USG). Dan menjelaskan pada ibu ketidaksesuaian HPHT

dengan USG bisa di pengaruhi oleh pengingatan ibu mengenai HPHT

yang sebenarnya. Ibu mengerti atas pemberitahuan nya dan merasa bahwa

Haid Terajhirnya benar di tanggal 25 Januari 2018.

3. Menanyakan pada ibu mengenai adakah keluhan pada saat kehamilan. Ibu

tidak ada keluhan dan saat pemeriksaan kehamilan ibu rutin

memeriksakan kehamilannya dari usia kehamilan 14 minggu di

Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan.


86

4. Mengingatkan ibu mengenai pemantapan kontrasepsi setelah melahirkan.

Ibu akan berunding terlebih dahulu oleh suaminya mengenai KB apa yang

akan di gunakan.

5. Mengingatkan kembali pada ibu mengenai tanda bahaya kehamilan. Ibu

ingat dan mampu menyebutkan tanda bahaya kehamilan seperti

perdarahan pervaginam, kontraksi sebelum waktunya, badan panas tinggi,

pembengkakan di ekstremitas dan muka.

6. Menanyakan pada ibu mengenai pengasuhan bayi. Ibu dan suami yang

akan mengasuh dan merawat bayi nya dari mulai memandikan, memberi

makan sampai dengan pembiayaan hidup bayi nya.

7. Memberitahukan pada ibu mengenai Inisiasi Menyusui Dini segera

setelah melahirkan. Ibu mengerti dan bersedia melakukan IMD segera

setelah lahir sampai dengan 1 jam.

8. Mengingatkan ibu untuk sudah mempersiapkan apa saja yang di perlukan

saat persalinan. Ibu sudah menyiapkan dari mulai baju bayi – baju ibu.

9. Menjelaskan pada ibu terapi obat yang akan di berikan yaitu tablet SF

60mg 1x1/hari untuk penambah darah. Kalk 500mg 1x1/hari untuk

tulang dan gigi janin serta vitamin C 60mg 1x1. Ibu dapat menjelaskan

kembali mengenai terapi obat yang di berikan dan bersedia untuk

meminumnya secara rutin.

10. Memberitahu ibu bahwa akan diadakan kunjungan rumah untuk

melakukan pemeriksaan 1 minggu yang akan datang. Ibu bersedia untuk

dilakukan pemeriksaan di rumah.


87

II. Kunjungan Kedua

Tanggal 16 Oktober 2018 jam 10.30 WIB

Kunjungan Rumah Klien

SUBJEKTIF (S)

Ibu mengatakan belum mulas, belum keluar lendir darah dan air – air. Ibu

mengatakan ingin melahirkan dengan normal dan tidak di induksi atau

mendapatkan penyulit saat bersalin. Ibu trauma dengan persalinan sebelumnya

yang di induksi karena pembukaan tidak bertambah.

OBJEKTIF (O)

Pemeriksaan Umum : Keadaan Umum baik, kesadaran composmentis, keadaan

emosional stabil. TTV: TD 110/80 mmHg, N 80x/menit, RR 20x/menit, S 36,50C.

TB 162 cm, BB: 71 kg

Hasil pemeriksaan fisik

Kepala tidak ada benjolan, wajah tidak ada oedema, kelopak mata tidak ada

oedema, konjungtiva tidak anemis, dan sklera tidak ikterik. Lidah dan geraham

bersih tidak ada candidiasis, gigi tidak ada karies dan ibu tidak pernah mengeluh

sakit gigi. Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan tidak pula terdapat

pembesaran kelenjar getah bening. Pembesaran payudara normal, simetris dan

bersih, puting susu menonjol, tidak terdapat benjolan/tumor, belum terdapat

pengeluaran kolostrum dan tidak terdapat rasa nyeri. Posisi tulang belakang
88

lordosis gravidarum dan tidak ada rasa nyeri pada pinggang. Abdomen tidak ada

bekas luka operasi, pembesaran abdomen sesuai usia kehamilan, tidak ada

benjolan/pembesaran pada liver. Ekstremitas atas dan bawah tidak ada oedema,

tidak ada kekakuan sendi, tidak terdapat kemerahan dan reflex patella positif.

Pemeriksaan Obstetrik

Inspeksi

Pembesaran sesuai usia kehamilan, tidak ada bekas luka operasi, linea nigra.

Palpasi

TFU : 26 cm.

Leopold I : Teraba satu bagian janin bulat, lunak dan tidak melenting

(bokong)

Leopold II : Di sebelah kanan perut ibu teraba bagian janin keras,

memanjang seperti papan (punggung). Di sebelah kiri teraba bagian – bagian kecil

janin (ekstremitas)

Leopold III : Teraba satu bagian janin bulat, keras, melenting (kepala)

Leopold IV : Kepala belum masuk PAP

Auskultasi

Punctum maksimum pada satu tempat disebelah kanan dibawah pusat.

Djj : 134 kali/menit. Teratur.

TBJ : (TFU-12) x 155 = (26 – 12) x 155 = 2170 gram


89

ANALISA (A)

Diagnosa ibu : G3P2A0 Hamil 37 minggu 4 hari

Diagnosa janin : Janin, tunggal hidup, presentasi kepala

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa saat ini keadaan ibu dan

janin dalam keadaan baik. Ibu mengerti dan merasa senang dengan hasil

pemeriksaan.

2. Mengingatkan ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet Fe 60mg 1x1/hari untuk

penambah darah. Kalk 500mg 1x1/hari untuk tulang dan gigi janin serta

vitamin C 60mg 1x1. Ibu masih melanjutkan terapi obat yang diberikan

sebelumnya.

3. Menanyakan pada ibu hasil rundingan ibu dan suami mengenai KB setelah

melahirkan. Ibu dan suami telah berunding dan hasilnya adalah KB Suntik 3

bulan sama seperti sebelum hamil.

4. Memberitahukan ibu mengenai efektifitas, penggunaan dan efek samping KB

suntik 3 bulan. Ibu mengerti dan ibu sudah cocok dengan KB Suntik 3 bulan

karena KB sebelum hamil adalah KB suntik 3 bulan.

5. Mengajarkan dan membimbing ibu untuk menanamkan sugesti positif pada

ibu. Agar masa kehamilan dan persalinan berjalan dengan lancar, aman dan

rileks. Ibu mampu menyerap sugesti dengan baik.

6. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan seperti sakit kepala hebat,

mual muntah yang berlebihan, tangan serta wajah yang bengkak, keluar darah
90

segar dari jalan lahir, dan keluar air-air. Ibu mengerti dan dapat menyebutkan

kembali tentang tanda bahaya kehamilan.

7. Menganjurkan ibu agar segera ke puskesmas atau rumah sakit apabila

merasakan atau terjadi hal seperti di atas. Ibu mengerti dan sampai saat ini tidak

ada tanda bahaya kehamilan.

8. Memberitahu ibu tanda awal persalinan seperti keluar air-air dari jalan lahir,

keluar lender darah dari jalan lahir, mules yang semakin sering dan teratur. Ibu

mengerti mengenai tanda awal persalinan dan ibu mampu menyebutkan

kembali tanda awal persalinan.

9. Memberitahu tetap memperhatikan gerakan janin dan periksakan jika gerakan

janin kurang dari biasanya. Ibu mengerti dan bersedia ke pelayanan kesehatan

jika terjadi perubahan pada gerakan janin.

10. Memberitahu ibu tentang ASI eksklusif yaitu selama 6 bulan bayi hanya diberi

ASI tanpa penambah makanan lain serta memberitahu ibu manfaat ASI untuk

bayi karena dalam kandungan ASI mengandung zat antibodi yang mudah

dicerna oleh bayi. Ibu merencanakan ASI eksklusif.

11. Memberitahu ibu tetap makan-makanan yang bergizi dan sehat. Selama ini ibu

selalu menerapkan makan dan minum yang sehat dan bergizi, seperti buah –

buahan dan sayur – sayuran.


91

III. Kunjungan Ketiga

Tanggal 22 Oktober 2018 jam 10.30 WIB

Kunjungan Rumah Klien

SUBJEKTIF (S)

Ibu mengatakan sakit di bagian panggul, belum ada mulas, belum keluar lendir

darah ataupun air – air. Ibu mengatakan sugesti positif yang di berikan pada

pertemuan sebelumnya dapat dirasakan oleh ibu dan janin. Ibu selalu menerapkan

pikiran positif dan dapat mengontrol emosi.

OBJEKTIF (O)

Pemeriksaan Umum : Keadaan Umum baik, kesadaran composmentis, keadaan

emosional stabil. TTV: TD 110/70 mmHg, N 82x/menit, RR 21x/menit, S 36,70C.

TB 162 cm, BB: 71,02 kg

Hasil pemeriksaan fisik

wajah tidak ada oedema, kelopak mata tidak ada oedema, konjungtiva tidak

anemis, dan sklera tidak ikterik

Pemeriksaan Obstetrik

Inspeksi

Pembesaran sesuai usia kehamilan, tidak ada bekas luka operasi, linea nigra.

Palpasi

TFU : 27 cm.
92

Leopold I : Teraba satu bagian janin bulat, lunak dan tidak melenting

(bokong)

Leopold II : Di sebelah kanan perut ibu teraba bagian janin keras,

memanjang seperti papan (punggung). Di sebelah kiri teraba bagian – bagian kecil

janin (ekstremitas)

Leopold III : Teraba satu bagian janin bulat, keras, melenting (kepala)

Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP, teraba 4/5 bagian.

Auskultasi

Punctum maksimum pada satu tempat disebelah kanan dibawah pusat.

Djj : 140 kali/menit. Teratur.

TBJ : (TFU-11) x 155 = (27 – 11) x 155 = 2480 gram

ANALISA (A)

Diagnosa ibu : G3P2A0 Hamil 38 minggu

Diagnosa janin : Janin tunggal hidup, presentasi kepala

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa saat ini keadaan ibu dan

janin dalam keadaan baik. Ibu senang dan lega atas hasil pemeriksaan karena

dalam keadaan baik.

2. Memberitahu ibu bahwa sakit dibagian panggul adalah hal yang normal, karena

janin sudah masuk ke pintu panggul. Ibu mengerti dan baru mengetahui bahwa

kepala bayi sudah masuk PAP.


93

3. Memberitahu ibu untuk meminimalisir sakit/nyeri di bagian tertentu, dengan

melakukan senam hamil. Karena dengan senam hamil akan melenturkan otot

panggul ibu. Ibu mengerti dan mau mengikuti senam hamil.

4. Mengingatkan ibu tentang tanda bahaya kehamilan seperti sakit kepala hebat,

mual muntah yang berlebihan, tangan serta wajah yang bengkak, keluar darah

segar dari jalan lahir, dan keluar air-air. Ibu mengerti dan masih mengingat di

buktikan dengan ibu mampu menjelaskan kembali mengenai tanda bahaya

kehamilan.

5. Mengingatkan ibu agar segera ke puskesmas atau rumah sakit apabila merasakan

atau terjadi hal seperti di atas. Ibu mengerti dan tidak ada tanda gejala bahaya

kehamilan pada dirinya.

6. Mengingatkan ibu tanda awal persalinan seperti keluar air-air dari jalan lahir,

keluar lender darah dari jalan lahir, mules yang semakin sering dan teratur. Ibu

mengerti dan masih mengingat mengenai tanda awal persalinan dan dapa

menjelaskan nya.
94

IV. Tanggal 01 Oktober 2018 jam 21.45 WIB

Di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan

SUBJEKTIF (S)

Ibu mengatakan cemas karena sampai saat ini belum melahirkan. Karena

tetangganya yang sedang hamil sudah melahirkan semua. Ibu mengatakan perut

bagian bawah masih terasa sakit. Sudah mulas – mulas dan sudah keluar lender

daran tetapi belum keluar air – air.

OBJEKTIF (O)

Pemeriksaan Umum : Keadaan Umum baik, kesadaran composmentis, keadaan

emosional stabil. TTV: TD 120/80 mmHg, N 81x/menit, RR 19x/menit, S 36,50C.

Hasil pemeriksaan fisik

wajah tidak ada oedema, kelopak mata tidak ada oedema, konjungtiva tidak anemis,

dan sklera tidak ikterik

Pemeriksaan Obstetrik

Inspeksi

Pembesaran sesuai usia kehamilan, tidak ada bekas luka operasi, linea nigra.

Palpasi

TFU : 30 cm.

Leopold I : Teraba satu bagian janin bulat, lunak dan tidak melenting

(bokong)
95

Leopold II : Di sebelah kanan perut ibu teraba bagian janin keras,

memanjang seperti papan (punggung). Di sebelah kiri teraba bagian – bagian kecil

janin (ekstremitas)

Leopold III : Teraba satu bagian janin bulat, keras, melenting (kepala)

Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP, teraba 4/5 bagian.

Auskultasi

Punctum maksimum pada satu tempat disebelah kanan dibawah pusat.

Djj : 132 kali/menit. Teratur. Pergerakan (+) aktif.

TBJ : (TFU-11) x 155 = (30 – 11) x 155 = 2945 gram

his 1x dalam 10 menit lamanya 15 detik, relaksasi baik.

Pemeriksaan dalam : vulva dan vagina tidak ada kelainan, portio tebal lunak, Ø

1 cm, selaput ketuban (+), presentasi kepala, penurunan H I

Analisa (A)

G3 P2 A0 H 40 minggu.

Janin tunggal, hidup, presentasi kepala


96

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa saat ini keadaan ibu

dan janin dalam keadaan baik, usia kehamilan 40 minggu. Ibu mengerti atas

hasil pemeriksaan nya.

2. Memberitahu ibu dan suami bahwa keadaan ibu dan janin saat ini dalam

keadaan baik dan ibu sudah pembukaan 1 cm. Menjelaskan pada ibu dan

suami bahwa pembukaan lengkap yaitu sampai dengan pembukaan 10 cm.

Ibu mengerti dan ibu ingin pulang ke rumah untuk beristirahat, karena masih

pembukaan 1.

3. Mengingatkan ibu untuk tetap menanamkan sugesti positif, mengajak

ngobrol janin yang berada dalam kandungan untuk selalu sehat, bergerak

aktif, lahir secara alami, nyaman, dan aman. Ibu mengerti dan mulai rileks

dengan penanaman sugesti yang di sampaikan.

4. Menganjurkan ibu mengganti kata “mulas/apa yang ibu rasakan” dengan

sebutan gelombang cinta. Untuk membuat ibu merasa lebih terkontrol saat

gelombang cinta datang. Ibu mencoba mengganti kata mulas dengan

gelombang cinta.

5. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk persiapan persalinan. Ibu sudah

menyiapkan untuk persalinan.

6. Memberitahu ibu bahwa kondisi janin sudah cukup matang jika terdapat

tanda-tanda persalinan. Ibu mengerti dan saat ini gelombang cinta nya sudah

tidak datang lagi.


97

7. Memberitahu ibu saat ini usia kehamilan ibu masih batas normal. Ibu harus

tetap semangat dan menerapkan sugesti positif. Ibu mengerti dan akan terus

berusaha menanamkam sugesti positif yang sudah di ajarkan dengan sebaik

mungkin.

8. Menganjurkan ibu untuk sering berkomunikasi dengan janinnya, dan ajak

suami untuk berkomunikasi juga. Dengan cara, menyentuh menempelkan

tangan ke perut ibu dan mulai mengobrol dengan janin menggunakan

bahasa yang halus dan penuh kasih sayang. Ibu mengerti dan

mempraktikkan dengan suami.

9. Menganjurkan ibu untuk selalu libatkan suami dalam berkomunikasi

dengan janin. Karena jika ibu dan suami bersama dengan rasa kasih sayang

maka akan mentransfer energi positif ke janin, secara tidak langsung janin

menerima energi tersebut. Ibu dan suami bersedia untuk selalu bersama

demi kelahiran bayi nya agar lahir dengan sehat, nyaman dan bahagia.

10. Mengingatkan untuk tetap mengonsumsi vitamin SF 60mg 1x1/hari untuk

penambah darah. Kalk 500mg 1x1/hari untuk tulang dan gigi janin serta

vitamin C 60mg 1x1. Ibu mengerti dan masih mengkonsumsi terapi obat.

11. Mengingatkan ibu tentang tanda bahaya kehamilan seperti sakit kepala

hebat, mual muntah yang berlebihan, tangan serta wajah yang bengkak,

keluar darah segar dari jalan lahir, dan keluar air-air. Ibu mengerti dan ibu

masih mengingatnya.
98

12. Mengingatkan ibu agar segera ke puskesmas atau rumah sakit apabila

merasakan atau terjadi hal seperti di atas. Ibu mengerti dan tidak ada tanda

bahaya kehamilan.

13. Mengingatkan ibu tanda awal persalinan seperti keluar air-air dari jalan

lahir, keluar lender darah dari jalan lahir, mules yang semakin sering dan

teratur. Ibu mengerti dan sudah mengetahuinya.

14. Menganjurkan ibu melakukan berdiri jongkok untuk proses penurunan bayi.

Ibu besedia dan mulai mempraktikkan “berdiri – jongkok”

15. Menganjurkan ibu melakukan hubungan seksual dan mengeluarkan sperma

didalam untuk memicu kontraksi, karna sperma mengandung hormon

prostaglandine yang dapat memicu kontraksi pada rahim. Ibu mengerti dan

bersedia melakukannya

16. Menganjurkan ibu untuk menyiapkan pakaian ibu bersalin dan pakaian bayi.

Sudah dilakukan

17. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu bersedia

18. Menganjurkan ibu untuk ke puskesmas jika sudah mulas yang semakin

sering dan intens. Ibu mengerti dan akan segera ke puskesmas jika sudah

mulas yang sering dan intens

19. Memberitahu ibu mulas yang adekuat. Ibu mengerti

20. Menganjurkan ibu untuk USG. Ibu bersedia untuk USG esok hari.
99

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Kala I Fase Aktif

Tanggal 4 Oktober 2018 jam 21.10 WIB

Subjektif (S)

Ibu mengatakan saat ini mulas semakin sering dan intens. Ibu mengatakan dapat

mengatasi mulas dengan menerapkan sugesti yang di ajarkan. Ibu mengatakan

masih bisa tersenyum saat ini dan berbicara dengan baik. Ibu mengatakan ingin

memeriksakan kembali karena seperti sudah ada ajakan dari bayi nya.

Objektif (O)

Pemeriksaan Umum : Keadaan Umum baik, kesadaran composmentis, keadaan

emosional stabil. TTV: tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 83x/menit, pernafasan

19x/menit, suhu 36,10C. Tinggi badan 162 cm, berat badan 73,65 kg

Hasil pemeriksaan fisik

wajah tidak ada oedema, kelopak mata tidak ada oedema, konjungtiva tidak anemis,

dan sklera tidak ikterik, Wajah tidak ada oedem, putting payudara menonjol, aerola

hiperpigmentasi, dan kolostrum (+), Ekstremitas tidak ada oedem dan tidak ada

varises, punggung lordosis fisiologis

Pemeriksaan Umum : Keadaan Umum baik, kesadaran composmentis, keadaan

emosional stabil.

Pemeriksaan Obstetrik

Inspeksi
100

Pembesaran sesuai usia kehamilan, tidak ada bekas luka operasi, linea nigra.

Palpasi

TFU : 30 cm.

Leopold I : Teraba satu bagian janin bulat, lunak dan tidak melenting

(bokong)

Leopold II : Di sebelah kanan perut ibu teraba bagian janin keras,

memanjang seperti papan (punggung). Di sebelah kiri teraba bagian – bagian kecil

janin (ekstremitas)

Leopold III : Teraba satu bagian janin bulat, keras, melenting (kepala)

Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP, teraba 2/5 bagian

HIS : 4x dalam 10 menit lamanya 45 detik, relaksasi baik.

Auskultasi

Punctum maksimum pada satu tempat disebelah kanan dibawah pusat.

Djj : 132 kali/menit. Teratur.

Pergerakan janin (+) aktif

TBJ : (TFU-11) x 155 = (30 – 11) x 155 = 2945 gram

Pemeriksaan dalam: vulva dan vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak, Ø 7

cm, selaput ketuban (+), deminator ubun – ubun kecil depan, penurunan H III+,

molase 0

Analisa (A)

G3 P2 A0 H 40 minggu 4 hari inpartu kala 1 fase aktif

Janin tunggal, hidup, presentasi kepala


101

Penatalaksanaan (P)

1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan bahwa saat ini ibu dan janin dalam keadaan baik, ibu

sudah pembukaan 7 cm, TTV dalam batas normal, kondisi janin

baik dan normal. Ibu dan keluarga mengerti atas hasil pemeriksaan.

2. Mengajarkan ibu teknik relaksasi ketika ada his yaitu dengan cara

menarik nafas panjang dari hidung dan menghembuskan secara

perlahan dari mulut. Ibu mau melakukannya.

3. Memberitahu ibu agar tidak meneran sebelum pembukaan lengkap

dan sendampingi ibu untuk memberikan dukungan dan afirmasi

positif agar bayi lahir sehat, lancar, aman dan nyaman. Ibu mampu

menyerap afirmasi yang di berikan dengan teknik pernafasan in

hale ex hale.

4. Memberitahu ibu agar tidak menahan BAB dan BAK. Ibu tidak

menahan BAK.

5. Mengajarkan suami masase pinggang ibu yang bertujuan untuk

mengurangi nyeri. Suami mau melakukannya dan memberikan

dukungan dengan selalu berada di samping ibu memberikan

afirmasi positif kepada ibu dan juga memenuhi hidrasi/nutrisi ibu

pada saat kondisi rileks.

6. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi

agar tubuh tidak kehabisan tenaga pada saat mengedan nanti. Ibu
102

hanya dapat makan roti dan minum air mineral karena sedang fokus

dengan nafas dan gelombang cinta yang di rasakan ibu.

7. Menyiapkan partus set, hecting set, dan infus set dan obat – obatan.

Telah disiapkan.

8. Memberitahu suami/keluarga untuk menyiapkan keperluan

persalinan seperti kain, pakaian ibu dan bayi, serta kantong plastik

untuk pakaian kotor dan plasenta. Telah disiapkan.

9. Mengobservasi keadaan ibu dan janin serta kemajuan persalinan.

Hasil dalam batas normal.

10. Merencanakan untuk melakukan pemeriksaan dalam pukul 01.15

WIB atau jika ada indikasi.


103

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Kala II

Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan

Tanggal: 04 November 2018 pukul 22:00 WIB

Subjektif (S)

Ibu mengatakan kontraksi semakin sering dan kuat. Ibu mengatakan ingin meneran

seperti ingin BAB.

Objektif (O)

Pemeriksaan Umum : Keadaan Umum baik, kesadaran composmentis, keadaan

emosional stabil.

Pemeriksaan Obstetrik

Denyut jantung janin 145x/menit, teratur, pergerakan (+) aktif, punctum maksimum

satu tempat disebelah kanan dibawah pusat, his 4x dalam 10 menit lamanya 45

detik, relaksasi baik.

Terdapat tanda-tanda gejala kala II: adanya dorongan ingin meneran, tekanan pada

anus, perineum menonjol, dan vulva terbuka.

Pemeriksaan dalam: vulva dan vagina tidak ada kelainan, portio tidak teraba, Ø

lengkap, selaput ketuban (-) amniotomi, ketuban jernih, presentasi kepala,

penurunan H III+, molase 0


104

Analisa (A)

G3 P2 A0 H 40 minggu 3 hari partus kala II

Janin tunggal, hidup, presentasi kepala

Penatalaksanaan (P)

1. Memberitahu ibu dan suami bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik dan

saat ini ibu sudah pembukaan lengkap dan informed choice untuk dilakukan

amniotomi yaitu pemecahan ketuban. Ibu mengerti dan tetap melakukan

teknik pernafasan dengan baik dan menyetujui untuk dilakukan amniotomi.

2. Melakukan amniotomi dikarenakan pembukaan sudah lengkap dan ketuban

menonjol. Pada pukul 22.02 WIB ketuban pecah warna jernih, dan jumlah

cairan ketuban cukup.

3. Membolehkan ibu untuk mengejan jika mulas.

4. Mengevaluasi cara meneran ibu. Saat meneran ibu membuka mata,

pandangan mata ke arah perut ibu, posisi mulut dengan gigi yang di

rapatkan, dan mengejan tanpa suara. Cara meneran ibu sudah baik.

5. Membantu ibu untuk mengatur posisi yang nyaman untuk bersalin. Ibu

memilih posisi litotomi.

6. Memberitahu suami ibu untuk membantu ibu minum jika tidak ada his.

Suami bersedia.

7. Memimpin persalinan, menolong persalinan normal, memeriksa lilitan tali

pusat saat kelahiran kepala (tidak ada lilitan).


105

8. Bayi lahir spontan pukul 22.05 WIB tanggal 04 Oktober 2018, bayi segera

menangis, tonus otot kuat, kulit kemerahan, jenis kelamin perempuan.

9. Menghisap lender dengan delee, mengeringkan dan melakukan rangsangan

taktil

10. Menjepit dan memotong tali pusat

11. Memfasilitasi bayi untuk IMD


106

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Kala III

Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan

Tanggal: 04 November 2018 Pukul: 22.06 WIB

Subjektif (S)

Ibu mengatakan masih terasa mulas. Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya

Objektif (O)

Pemeriksaan Umum : Keadaan Umum baik, kesadaran composmentis, keadaan

emosional stabil.

Pemeriksaan Obstetric : Tinggi fundus uteri sepusat, kontraksi uterus baik, kandung

kemih kosong. Palpasi abdomen tidak terdapat janin kedua.

Terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta: adanya semburan darah, uterus globuler,

tali pusat memanjang.

Perdarahan ± 30 cc

Analisa (A)

P3 A0 partus kala III


107

Penatalaksanaan (P)

1. Memberitahu ibu dan suami bahwa plasenta akan dilahirkan. Ibu mengerti

2. Melakukan pemeriksaan apakah ada janin ke dua atau tidak. Tidak

terdapat janin ke dua.

3. Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik oksitosin di 1/3 paha kanan luar

ibu untuk membantu melahirkan plasenta. Ibu menyetujui untuk dilakukan

penyuntikkan oksitosin.

4. Menyuntikkan oksitosin 10 IU di 1/3 paha kanan bagian luar secara IM.

Telah di suntikkan pada pukul 22.06 WIB

5. Melakukan tindakan PTT (peregangan tali pusat terkendali).

6. Plasenta lahir pukul: 22.15 WIB spontan.

7. Masase fundus uterus selama 15”. Kontraksi uterus baik.


108

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Kala IV

Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan

Tanggal: 04 November 2018 Pukul: 22.16

Subjektif (S)

Ibu merasa senang atas kelahirannya dan merasa bahagia karena trauma persalinan

sebelumnya tidak terjadi pada persalinan saat ini.

Objektif (O)

Pemeriksaan Umum : Keadaan Umum baik, kesadaran composmentis, keadaan

emosional stabil. TTV: tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 79x/menit, pernafasan

20x/menit, suhu 36,50C.

Pemeriksaan Obstetrik

Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih

kosong, perineum utuh. Perdarahan ±30 cc

Analisa (A)

P3 A0 partus kala IV
109

Penatalaksanaan (P)

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu

2. Masase fundus uterus untuk memastikan kontraksi. Kontraksi baik

3. Mengecek perineum adakah laserasi dan perdarahan. Tidak terdapat luka

laserasi dan perdarahan ± 30 cc.

4. Mengecek plasenta. Jumlah kotiledon (20 buah), panjang tali pusat 30 cm,

tebal 3cm, diameter 15 cm. Terdapat 2 lapisan ( kation dan amnion).

Plasenta utuh dan lengkap.

5. Mebersihkan dan merapikan alat-alat dan bahan habis pakai

6. Mendekontaminasi alat dengan air klorin 0,5% selama 10 menit lalu

mencuci dan mensterilkan alat

7. Membersihkan dan memakaikan baju ibu.

8. Memberitahu ibu cara melakukan massase uteri untuk merangsang

kontraksi uterus. Ibu mengerti dan dapat mempraktikkan melakukan masase

uterus dengan gerakan yang searah.

9. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum, dan memberitahu ibu untuk

tidak pantang terhadap makanan. Ibu mengerti

10. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB. Ibu mengerti

11. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi. Ibu akan mencoba duduk secara

perlahan jika mau melakukan makan dan minum.

12. Memberitahu ibu cara menyusui yang benar yaitu posisi kepala dan tubuh

bayi sejajar, badan bayi menghadap ke dada ibu, kulit bayi dan ibu
110

menempel, lalu sebelum dan sesudah menyusui ibu oleskan bagian putting

untuk mencegah lecet pada payudara. Setelah itu sendawakan bayinya

dengan cara menepuk-nepuk punggungnya. Ibu mampu melakukannya.

13. Memberitahu ibu tanda bahaya nifas yaitu uterus lembek, perdarahan yang

mengalir, demam, pusing yang berlebihan, mata berkunang-kunang. Jika

ibu terdapat salah satu tanda bahaya nifas beritahu petugas kesehatan. Ibu

mengerti

14. Mengobservasi 2 jam postpartum : pemantauan tekanan darah, nadi,

kontraksi uterus, perdarahan, kandung kemih setiap 15 menit pada 1 jam

pertama dan 30 menit pada jam kedua serta pemeriksaan suhu setiap 2 jam.

15. Memberikan ibu terapi oral: amoxicillin 3x1, SF 1x1, vitamin A 1x24 jam,

dan paracetamol 3x1, vit C 2x1. Ibu akan minum terapi obat setelah makan.

16. Melengkapi partograf


111

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

BBL 1 Jam

Puskesmas Keecamatan Grogol Petamburan

Tanggal: 04 November 2018 Pukul: 23:05 WIB

Subjektif (S)

Bayi melakukan IMD selama 1 jam, bayi sudah BAB dan BAK

Objektif (O)

Keadaan umum baik, denyut jantung bayi 144 x/menit, pernafasan 52 x/menit, suhu

36,8, berat badan 3505 gram, panjang badan 49 cm, lingkar perut 33 cm, lingkar

kepala 34 cm, lingkar dada 33 cm

Pemeriksaan fisik

Kulit kemerahan, wajah tidak seperti orang mongol, kepala tidak ada benjolan yang

melewati sutura, tidak ada molase, dan fontanel mayor dan minor belum menutup,

Mata simetris, tidak ada secret, konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak kuning,

telinga tidak ada secret, simetris dengan mata, dan terdapat lubang telinga, hidung

: tidak ada secret, septum terbentuk sempurna, dan tidak ada \cuping hidung

mulut tidak ada secret, tidak ada bagian yang terbelah, tidak ada celah bibir, dan

bibir tidak biru, leher tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, dada tidak ada

retraksi dada, terdapat putting susu, tidak ada secret, tidak ada suara tambahan pada

denyut jantung dan napas, abdomen tidak ada pengeluaran organ dalam, anogenital
112

simetris, terdapat labia mayora dan labia minora, terdapat lubang uretra, terdapat

lubang anus, punggung tidak ada benjolan dan tidak ada kelainan bentuk,

ekstremitas pergerakan aktif, jari tangan dan kaki 10, kuku tidak sianosis, refleks

labirin (+), reflex glabella (+), refleks rooting (+), refleks swallowing (+),refleks

sucking (+), refleks morro (+),refleks tonic neck (+), dan refleks babynski (+)

Analisa (A)

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Usia Kehamilan, usia 1 jam

Penatalaksanaan (P)

1. Melakukan informed consent kepada ibu dan suami bahwa bayinya akan

diperiksa dan diberi salep mata dan Vitamin K. Keluarga menyutujui.

2. Memberitahu ibu dan suami bahwa bayinya dalam keadaan kedaan sehat

dan tidak cacat.

3. Memberi salep mata dengan tetrasiklin 1% pukul 22:11 WIB dan

menyuntikkan vitamin K 1 mg di 1/3 paha kiri bagian luar secara IM pukul

22:13 WIB.

4. Memakaikan baju bayi dan memberi pengenal nama bayi

5. Melakukan cap kaki bayi untuk Surat Keterangan Lahir

6. Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayinya


113

7. Membertitahu ibu tanda bahaya bayi baru lahir yaitu demam, kulit bayi

kuning, demam, dan kejang. Jika terdapat salah satu tanda bahaya nifas

beritahu petugas kesehatan.

8. Memberitahu ibu, cara melakukan perwatan tali pusat yaitu tidak

menggunakan alcohol, betadin atau apapun, jaga kelembapan tali pusat, dan

bungkus dengan kasa. Ibu mengerti.

9. Memberitahu ibu untuk menjemur bayinya di pagi hari yaitu sekitar pukul

07;00 WIB-08:00 WIB durasi minimal 15 menit, di bagian kelamin dan

mata ditutupi dan dijemur secara bergantian antara bagian depan tubuh bayi

dan bagian belakang. Ibu mengerti

10. Merencanakan imunisasi HB0 pada bayinyan pukul 23:13 WIB

11. Melanjutkan observasi BBL.


114

ASUHAN KEBIDANAN PADA NIFAS

Nifas 6 jam

Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan

Tanggal: 04 November 2018 Pukul: 04:00 WIB

Subjektif (S)

Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Ibu mengatakan ASI sudah keluar tetapi

hanya sedikit. Ibu mengatakan sudah BAK 2 kali dan belum BAB. Ibu

membersihkan alat kelamin dari depan ke belakang dan megeringkannya terlebih

dahulu sebelum menggunakan celana dalam dan menggunakan air biasa untuk

membersihkannya. ibu mengatakan sudah mengganti pembalut 2 kali. Ibu

mengatakan sudah makan dengan nasi sayur dan telur, minum air putih ±1 liter. Ibu

mengatakan sudah tidur. Ibu mengatakan sudah bisa berjalan disekitar ruangan.

Objektif (O)

Keadaan umum baik, keadaan emosional stabil, kesadaran compos mentis, tekanan

darah 110/70 mmHg, pernafasan 20x/menit, nadi 81 x/menit, Suhu 36,9

Pemeriksaan fisik

Mata konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterik, payudara simetris putting

susu menonjol, payudara tidak bengkak, ASI (+)

Abdonmen : Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik,

kandung kemih kosong, anogenital perdarahan ±30 cc, warna merah, lochea rubra,

tidak ada hematoma, ekstremitas tidak ada oedem.


115

Analisa (A)

P3 A0 postpartum 6 jam

Penatalaksanan (P)

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik

2. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. Ibu

mengerti dengan cara selalu memberikan ASI secara cukup dan juga sering

mengajak ngobrol bayi nya dapat mempererat hubungan antara ibu dan

bayi.

3. Mengajarkan ibu menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi

dengan tidak membiarkan bayi tanpa penutup kain dan juga dengan

mendekatkan bayi skin to skin pada ibu. Ibu mengerti dan akan selalu

menerapkannya.

4. Menganjurkan ibu jika bayi sedang tidur diusahakan ibu juga tidur agar

tidur ibu cukup.

5. Mengingatkan ibu tetap membersihkan bagian kelamin dari bagian depan

ke belakang.

6. Memberitahu ibu untuk menjaga kelembapan dibagian anogenital dengan

mengganti pembalut minimal 2 kali sehari.

7. Memberitahu ibu tetap makan makanan yang bergizi dan berserat agar

produksi ASI cukup.

8. Mengingatkan ibu untuk minum obat dan vitamin.


116

KUNJUNGAN NIFAS 6 HARI

Tanggal : 10 November 2018

Pukul : 15.40 WIB

Data Subjektif

Kunjungan nifas 6 hari dilakukan di rumah pasien. Ibu mengatakan tidak ada

keluhan dan tidak merasakan tanda-tanda bahaya nifas. Ibu merasa senang dengan

perkembangan bayinya dan mengatakan bahwa ibu mampu merawat bayinya. BAB

dan BAK ibu lancar. Ibu mengatakan bayinya menyusui dengan kuat dan sering.

Ibu mengatakan memberikan ASI kepada bayinya dan tidak memberikan bayinya

susu formula.

Data Objektif

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil,

TTV: TD 120/70 mmHg, Suhu 36,5˚C, Nadi 79 kali/menit, Pernafasan 20

kali/menit.

TFU pertengahan pusat-simfisis, kontraksi baik, kandung kemih kosong.

Genetalia: vulva vagina tidak ada kelainan dan lochea sanguilolenta.

Analisa

P3A0 postpartum 6 hari


117

Penatalaksanaan

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu saat ini baik. Ibu mengerti

dengan penjelasan yang diberikan.

2. Menilai adanya tanda infeksi, demam dan perdarahan abnormal. Tidak

terdapat infeksi, demam dan tidak terdapat perdarahan abnormal.

3. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi. Ibu

mengerti dan mengkonsumsi makanan bergizi.

4. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan payudara agar tetap bersih,

kering, dan menggunakan BH yang dapat menyokong payudara. Ibu mengerti

dan melakukan hal yang dianjurkan.

5. Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri terutama di daerah

sekitar kemaluan. Ibu mengerti dan mengganti pambalut dan pakaian dalam

bila terasa tidak nyaman, lembab, basah atau kotor.

6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan beristirahat saat bayi tidur.

Ibu beristirahat cukup.

7. Mengingatkan kembali kepada ibu mengenai tanda bahaya pada masa nifas.

yaitu diantaranya: Kontraksi uterus yang lemah ditandai dengan kontrkasi

uterus yang lembek yang dapat berakibat pada perdarahan (perdarahan

postpartum), adanya perdarahan pervaginam yang terus – menerus, lochea

yang berbau busuk (bau dari vagina), pusing dan lemas yang berlebihan, suhu

tubuh ibu lebih dari 380c.Ibu mengerti dan akan konsultasi ke tenaga

kesehatan jika terjadi salah satu tanda bahaya nifas.


118

8. Mengingatkan kembali pada ibu mengenai cara menyusui bayi yang baik dan

benar. Ibu telah melakukan nya dengan baik dan benar terbukti tidak terdapat

lecet pada puting susu ibu dan bayi dapat menyusu dengan baik.

9. Memberikan konseling mengenai perawatan pada bayi baru lahir. Ibu

mengerti mengenai perawatan bayi baru lahir.

KUNJUNGAN KEDUA BAYI BARU LAHIR 6 HARI

Tanggal : 10 November 2018

Pukul : 15.40 WIB

Data Subjektif

Kunjungan dilakukan di rumah pasien. Ibu mengatakan tidak ada keluhan, bayi

dalam keadaan baik gerakannya juga aktif, bayi menyusu dengan kuat dan sering.

Bayi BAK ± 8 kali/hari dan BAB ± 3 kali/hari. Ibu mengatakan sudah menjemur

bayinya di pagi hari.

Ibu mengatakan menyusui bayinya sesering mungkin, membangunkan bayinya

untuk menyusui apabila sedang tidur. Ibu mengatakan hanya ingin memberikan

ASI kepada bayinya tanpa memberikan bayinya susu formula.


119

Data Objektif

Keadaan umum baik, suhu 37,0oC, DJB 142x/mnt, pernafasan 45x/mnt, kulit

kemerahan dan tidak ikterik, mata bersih dan tidak ikterik, tali pusat belum puput

dan tidak ada tanda-tanda infeksi, BAB/BAK : +/+ lancar dan tidak ada keluhan.

Analisa

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa kehamilan umur 6 hari

Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa

keadaan bayi baik. Ibu dan keluarga mengerti.

2. Menjaga kehangatan bayi serta segera mengganti popok bayi jika bayi

BAK atau BAB. Suhu tubuh bayi normal.

3. Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin atau jika

bayi terus tertidur sebaiknya dibangunkan untuk disusui dan

memberikan ASI eksklusif/ASI saja tanpa tambahan

minuman/makanan apapun sampai usia 6 bulan. Ibu telah menyusui

bayinya.

4. Memberitahu ibu tentang personal hygine bayi, memandikan bayi

secara teratur dengan menggunakan air hangat dan jaga tali pusat agar

tetap kering dan bersih serta tidak diberikan apapun baik alkohol

ataupun betadine. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.


120

5. Mengingatkan ibu untuk menjemur bayinya di matahari pagi sekitar

pukul 07.00-08.00 WIB selama 15 menit. Ibu mengerti dan sering

menjemur bayinya setiap pagi.

6. Merencanakan kunjungan bayi 12 hari tanggal 24 November 2017 atau

apabila ada keluhan.

KUNJUNGAN NIFAS 14 HARI

Tanggal : 18 November 2018

Pukul : 13.00 WIB

Data Subjektif

Ibu tidak ada keluhan. ASI sudah keluar banyak, Ibu merasa senang dengan

kehadiran anak ke ketiganya. Ibu mengatakan sudah istirahat cukup.

Data Objektif

Pemeriksaan Umum : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TD

120/80 mmHg, Nadi 80 x/menit, RR 19 x/menit, Suhu 36,5 C, konjungtiva tidak

anemis, skelera tidak ikterik, tidak ada oedema diwajah, tidak ada pembesaran

kelenjar tyroid dan getah bening, payudara normal, tidak ada pembengkakan, ASI

keluar, berwarna putih bening, tidak ada rasa nyeri, TFU tidak teraba, perdarahan

½ softex, lochea serosa, ekstremitas atas dan bawah tidak ada oedema dan varices.
121

Analisa

P3A0 postpartum 14 hari

Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu baik, TFU

tidak teraba, perdarahan normal. Ibu mengerti dan senang mendengarnya.

2. Menganjurkan ibu untuk beristirahat cukup. Ibu mengerti dan akan

melakukannya.

3. Memberitahu dan menganjurkan ibu memijat bayinya sebelum mandi

menggunakan baby oil atau bisa sebelum tidur menggunakan minyak telon,

supaya bayi selalu relaks dan tidak terbangun disaat malam hari. Ibu

mengerti dan akan melakukannya

4. Menganjurkan ibu untuk beristirahat saat bayinya tidur setelah menyusui

untuk mengganti kekurangan jam tidur ibu. Ibu mengerti dan akan

melakukannya.
122

KUNJUNGAN BAYI BARU LAHIR 14 HARI

Tanggal : 18 November 2018

Pukul : 13.00 WIB

Data Subjektif

Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan, bayi sudah BAB 2 kali hari ini

dan BAK sudah 3 kali hari ini. Ibu mengatakan bayinya tidak lagi terbangun di

malam hari, ibu mengatakan bayinya menyusu dengan kuat dan sering, ibu

mengatakan bayinya setiap pagi di jemur dibawah sinar matahari. Ibu belum

mengetahui tentang imunisasi lengkap pada bayi.

Data Objektif

Pemeriksaan umum : Keadaan umum baik, DJB 135 x/menit, pernapasan

40 x/menit, suhu : 36,8 0 C, menangis kuat, gerakan aktif, kulit kemerahan, berat

badan 4400 gram dan panjang badan 54 cm.

Analisa

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan usia 14 hari


123

Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum bayi baik. Ibu

mengerti dan senang mendengarnya.

2. Menganjurkan ibu untuk menyendawakan bayi setelah di susui dengan

cara posisi bayi dimiringkan lalu sambil menepuk pelan punggung bayi.

Ibu mengerti dan akan melakukannya.

3. Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi dengan membedong

bayi dengan kain setelah mandi, saat malam hari dan cuaca dingin. Ibu

mengerti dan akan melakukannya.

4. Memberitahu ibu tentang imunisasi dasar pada bayi yaitu Hb 0, BCG dan

Polio 1, DPT-HB-HIB 1 dan Polio 2, DPT-HB-HIB 2 dan Polio 3, DPT-

HB-HIB 3 dan Polio 4 + IPV, dan terakhir Campak. Ibu mengerti.


124

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Pada BAB ini penulis akan membahas manajemen asuhan kebidanan yang

telah dilakukan pada Ny. P mulai kehamilan, bersalin, nifas dan bayi baru lahir

di Puskesmas Kecamatan Gragol Petamburan dan kunjungan ke rumah Ny. P

Asuhan kebidanan ini telah dilakukan pada usia kehamilan 37 minggu sampai

nifas 14 hari.

i. Antenatal Care

Kehamilan Ny. P G3P2A0 berlangsung selama 40 minggu 3 hari

yang berarti usia kehamilan dalam batas normal karena menurut teori

(Prawirohardjo, 2014) kehamilan normal akan berlangsung dalam 40

minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Usia

kehamilan pada Ny. P ditentukan berdasarkan hasil pengkajian HPHT yaitu

pada tanggal 25 Januari 2018.

Pada standar asuhan antenatal care terdapat kebijakan program

pelayanan asuhan antenatal “10T” yaitu timbang berat badan, Ukur tekanan

darah, Ukur tinggi fundus uteri, Pemberian tablet Fe, Pemberian imunisasi

TT, Pemeriksaan Hb, Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan,

Pemeriksaan protein urine atas indikasi, Pemeriksaan reduksi urine atas

indikasi, Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok,


125

pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (Permenkes No

24 Tahun 2016). Di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Ny. P hanya

dapat melakukan pelayanan asuhan antenatal 8T karena Ny. P tidak

terdeteksi penyakit malaria dan juga kekurangan Yodium.

Selama kehamilan Ny. P memeriksakan kehamilannya secara rutin.

Pada kehamilan trimester I sebanyak 2 kali, trimester II sebanyak 4 kali, dan

trimester 3 sebanyak 4 kali. Hal ini sesuai dengan program pelayanan

antenatal yang ditetapkan oleh Depkes (2007), yaitu tentang frekuensi

kunjungan sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan.

Dalam hal ini Ny. P memenuhi kunjungan ibu hamil yang disarankan.

Faktor yang mendukung terpenuhinya kunjungan ini adalah dukungan dari

suami, kehamilan yang diinginkan dan tingginya inisiatif ibu dalam

pemeriksaan kehamilan.

Dilihat dari hasil pemeriksaan berat badan, TTV, leopold, status

gizi, dan laboratorium keadaan ibu dan janin dalam keadaan baik. Ny. P

tidak mengalami kelainan atau komplikasi dalam kehamilan, ini

dikarenakan telah dilakukan asuhan kebidanan pada kehamilan Ny. P. Hal

ini terbukti dari pemeriksaan ANC yang dilakukan di Puskesmas

Kecamatan Grogol Petamburan pada 4 kali pertemuan dengan penulis

kehamilan Ny. P tidak ditemukan adanya masalah dan keluhan. Ny. P

menjalankan kehamilannya dengan nyaman dan didukung sepenuhnya oleh

keluarga, terbukti pada setiap kunjungan ANC, Ny P datang dengan


126

ekspresi ceria serta ditemani oleh suaminya. Sebagai seorang bidan, kita

harus tetap memantau keadaan ibu agar ibu selalu dalam kondisi baik dan

dapat mendeteksi secara dini agar tidak terjadi komplikasi pada ibu.

B. Asuhan Persalinan

Kala I fase aktif berlangsung selama kurang lebih 1 jam.

Kala II pada Ny. P berlangsung selama 5 menit, dari mulai pembukaan

lengkap hingga bayi lahir. Hal ini sesuai dengan teori Saifuddin (2010) yang

menyatakan bahwa kala II Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai

bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada

multigravida.

Manajemen aktif kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai

lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit menurut teori

Sulistyawati (2010) bertujuan untuk menghindari terjadinya perdarahan

pasca persalinan. Teori tersebut sesuai dengan kenyataan manajemen aktif

kala III pada Ny. P berlangsung selama 10 menit.

Terlihat semburan darah secara tiba-tiba yang merupakan salah satu

tanda-tanda pelepasan plasenta, dan terlihat tanda-tanda pelepasan plasenta

yang lainnya dan sudah dilakukan tindakan pada manajemen aktif kala III.

Hal ini sesuai dengan teori Saifuddin (2010) pada kala III persalinan, terlihat

adanya tanda-tanda pelepasan plasenta seperti adanya semburan darah

secara tiba-tiba, tali pusat tampak memanjang, dan uterus globuler.


127

Tindakan yang dilakukan adalah manajemen aktif kala III yaitu: melakukan

suntik oksitosin 10 IU secara IM, melakukan peregangan tali pusat

terkendali dan memassase fundus segera setelah plasenta lahir atau selama

15 detik.

Pada kala IV dilakukan 2 jam pemantauan post pasrtum dan hasil

pemantauan 2 jam postpartum keadaan ibu baik dan tidak ada komplikasi.

Hal ini sesuai dengan teori Sondakh (2013) yang menyatakan “dimulainya

dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Komplikasi

yang dapat timbul pada kala IV adalah sub involusi dikarenakan oleh uterus

tidak berkontraksi, perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri, laserasi

jalan lahir, sisa plasenta.”

C. Asuhan Bayi Baru lahir Usia 1 Jam


128

Setelah bayi lahir dan tali pusat sudah terpotong penulis

memfasilitasi bayi untuk diberikan IMD untuk tujuan mendukung

keberhasilan diberikan ASI Eksklusif. Hal ini sesuai dengan teori Roesli

(2008) menyatakan hasil penelitian menyatakan hubungan saat kontak ibu-

bayi pertama kali terhadap menyusui. Bayi yang diberikan kesempatan

menyusui dini dengan meletakkan bayi dengan kulit ke kulit setidaknya satu

jam hasilnya dua kali lebih lama disusui.

Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dengan berat badan 2400-

4000 gram saat kelahiran, dengan masa kehmailan 37-42 minggu. Umur 0-

7 hari disebut neonatal dini, sedangkan umur 8-28 hari disebut neonatal

lanjut (Prawirohardjo, 2008). Pemeriksaan fisik penulis tidak ditemukan

masalah yang memerlukan tindakan segera. Sesuai dengan teori tersebut

dengan berat badan bayi 3900 gram dan panjang badan bayi 53 cm dengan

masa kehamilan 38 minggu.


129

D. Nifas

Masa nifas Ny. P berlangsung dengan normal, keadaan umum dan tanda-

tanda vital dalam batas normal. Proses involusi uterus pada Ny. P

berlangsung normal yaitu pada saat janin di lahirkan fundus uteri kira-kira

setinggi pusat, setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri sekitar lebih kurang

2 jari di bawah pusat, pada jam ke-6 postpartum sebesar 2 jari bawah pusat,

pada hari ke-6 postpartum ½ pusat dan symphisis. Proses involusi uterus

yang dialami oleh Ny. P dalam batas normal sesuai dengan teori

(Prawirohardjo, 2009). Sebagai seorang bidan diharapkan mampu

mengetahui perubahan fisiologis pada ibu nifas agar dapat mengetahui jika

ada masalah pada perubahan ibu nifas.

Selama masa nifas, proses menyusui berjalan dengan baik dan

payudara ibu tidak terjadi pembengkakan dan tidak ada bendungan ASI.

Segera setelah lahir ibu memberikan ASI yang pertama keluar (kolostrum)

langsung diberikan saat IMD. Pada masa nifas Ny. P tidak mengalami

depresi postpartum karena Ny. N dan keluarga sangat bahagia atas kelahiran

anak ketiganya.
130

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan asuhan yang diberikan selama masa kehamilan, bersalin, nifas,

dan BBL, ibu tidak memiliki keadaan kegawatdaruratan dan bayi dalam

keadaan baik dan tidak mengalami komplikasi. Saat masa kehamilan penulis

melakukan asuhan yang diberikan berupa afirmasi positif dan juga teknik

hypnobirthing. Kala I penulis melakukan teknik untuk mengurangi rasa sakit

mengenai teknik effluarge, teknik pernapasan, teknik hypnobirthing dan posisi

ibu bersalin. Pada saat diberikan teknik mengurangi rasa sakit ibu merasa nyeri

sedikit berkurang dan ibu merasa lebih rileks. Hal tersebut didapatkan

berdasarkan subjektif dan terlihat ibu lebih rileks. Selain itu, penulis

memberitahu ibu cara meneran yang baik saat ibu sudah pembukaan lengkap

yaitu meneran jika ada his dan tidak mengangkat bokong. Kala II asuhan yang

diberikan mengenai posisi bersalin, posisi pertama ibu memilih posisi setengah

duduk. Saat mengevaluasi cara meneran ibu saat pembukaan lengkap cara

meneran ibu sudah benar. ibu tidak mengangkat bokongnya. pukul 22.05 WIB

bayi lahir spontan, segera menangis, tonus otot kuat, dan kulit kemerahan. Kala

III dilakukan manajemen aktif kala III plasenta lahir lengkap pukul 22.15. Saat

Kala IV penulis memeriksa perdarahan ibu mengalami tidak rupture. Selama

pematauan kala IV keadaan ibu baik dan tidak ada komplikasi.


131

Pada masa nifas ibu tidak mengalami tanda bahaya seperti demam,

perdarahan, kontraksi uteri buruk dan lain-lain..

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

a. Membuat jadwal tersendiri untuk studi kasus komprehensif, tidak disaat

program pembelajaran sedang berlangsung agar tidak mengganggu

proses belajar mengajar.

b. Meningkatkan kerjasama dengan pihak penyedia layanan kesehatan

guna memberikan pembelajaran bagi mahasiswi kebidanan

2. Bagi Mahasiswi

a. Meningkatkan kualitas pengetahuan baik materi maupun praktek

mengenai asuhan kebidanan baik untuk kehamilan, persalinan, nifas

maupun bayi baru lahir

b. Mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu

hamil, bersalin, nifas serta bayi baru lahir yang sesuai dengan teori dan

evidence based

c. Untuk melihat terjadinya retensio plasenta pada Ny. N penulis melihat

dari faktor yang menyebabkan ibu akan mengalami retensio plasenta

seperti riwayat retensio plasenta sebelumnya.

d. Lebih efektif dan efisien dalam memanajemen waktu

e. Dapat membantu ibu untuk memenuhi kebutuhan selama hamil sampai

nifas.
132

3. Bagi Puskesmas

a. Meningkatkan kualitas asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu

hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.

b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk para tenaga

kesehatan agar lebih baik dalam memberikan pelayanan.

4. Bagi Klien

Mampu meningkatkan pengetahuannya tentang kehamilan, persalinan,

nifas, asuhan bayi baru lahir dan keluarga berencana melalui membaca atau

bertanya kepada tenaga kesehatan


133

DAFTAR PUSTAKA

Darmayanti. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Inisiasi

Menyusu Dini.

Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Kebidanan Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba

Medika

Heryani, Reni. 2012. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta. Trans

Info Media

JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Depkes RI.

Johariyah, dkk. 2012. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta.

Trans Info medis

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan

Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar Rujukan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Lisnawati, Lilis. Dkk. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Terkini Maternal dan

Neonatal. Jakarta. Trans Info Media

Maryunani, Anik. Dkk. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.

Jakarta. Trans Info Media

Andriana, evariani .2007. Melahirkan Tanpa Rasa Sakit

Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. 2016. Buku Acuan Midwifery Update.

Jakarta: PP IBI
134

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo :

Jakarta

Rukiah, Ai Yeyeh, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan II Persalinan. Jakarta. Trans Info

Media

Mongan, Marie F. 2007. Hypnobirthing. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer

Sari, Anggrita. Dkk. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Bogor. In Media

Sari, Eka Puspita. 2014. Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal Care). Jakarta.

Trans Info Media

Salmah. 2013. Asuhan Kebidanan Antenatal. Monica Ester. Jakarta.

Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed.4. Jakarta : EGC

Varney, H. 2010. Buku Ajar Asuhan kebidanan. Edisi. 2. Jakarta: EGC

Walyana, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta.

Pustaka Baru

Kurniati, Citra. 2010. Diktat Ajar Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Purwokerto.

Diakses dari:

http://www.academia.edu/10576871/Diktat_Ajar_Asuhan_Kebidanan_II_0 pada

tanggal 24 November 2018


135

IDAI, 2013. Asi Sebagai Pencegah Malnutrisi Pada Bayi. diakses pada tanggal 27

November 2018

www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/asi-sebagai-pencegahan-malnutrisi-pada-bayi di

akses pada tanggal 27 November 2018

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-msjbd09731df0full.pdf di akses

pada tanggal 28 November 2018

http://www.depkes.go.id/article/view/17081700004/-inilah-capaian-kinerja-

kemenkes-ri-tahun-2015--2017.html di akses pada tanggal 29 November 2018

pukul 14:41 WIB

http://www.bidankita.com/ayo-belajar-hypnobirthing/ di akses pada tanggal 29

November 2018 pukul 17:22 WIB

http://jurnal.ibijabar.org/implementasi-pengurangan-resiko-kecemasan-ibu-

bersalin-kala-i-melalui-metode-hypnobirthing-di-klinik-bersalin-gegerkalong-

kota-bandung-tahun-2016/ di akses pada tanggal 30 November 2018 pukul 11.22

wib

Anda mungkin juga menyukai