Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah Kesehatan yang serius
di dunia termasuk di negara berkembang. Menurut World Health Organization
(WHO) Kematian ibu dapat didefinisikan sebagai semua kematian selama periode
kehamilan, persalinan, dan nifas yang dijadikan indikator derajat kesehatan
perempuan. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu target global dalam
Sustainable Development Goals (SDG’s) dalam menurunkan angka kematian ibu,
menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Namun sampai saat ini
AKI belum sesuai dengan target rancangan Sustainable Development Goals
(SDGs) atau yang sering disebut dengan tujuan berkelanjutan tahun 2023 yang
dikenal sebagai Global Goals.
Ada 17 poin SDG’s yang didukung penuh oleh Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, dengan point yang menjadi perhatian khusus berada di sector
Kesehatan yaitu “Good Health and Well-being” atau “Kesehatan yang baik”
dimana terdapat 13 target yang ingin dituju, salah satunya menyebutkan di tahun
2023 tujuannya mengurangi angka kematian ibu hingga dibawah 70 per 100.000
kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2016).
Pada tahun 2019 WHO (World Health Organization) mencatat Angka
Kematian Ibu (AKI) didunia sebanyak 303.000 jiwa, di ASEAN didapati Angka
Kematian Ibu sebesar 235 per 100.000 kelahiran hidup (ASEAN Secretariat,
2020). Menurut data survei demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia meningkat dari 228 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2002-2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007-
2012. Angka Kematian Ibu (AKI) sempat mengalami penurunan di tahun 2012-
2015 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup dan jumlah kematian ibu di
Indonesia pada tahun 2019 yaitu sebanyak 4.221 kasus (Kemenkes RI, 2019)

1
Didapatkan data dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Jumlah kematian
ibu tahun 2020 berdasarkan pelaporan profil kesehatan kabupaten/kota sebanyak
745 kasus atau 88,57 per 100.000 Kelahiran Hidup, meningkat 61 kasus
dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar 684 kasus (Dinkes Jabar, 2020)
Sedangkan kematian akibat preeklamsia di Jawa Barat didapatkan angka 3,76.
Sebanyak 25-50% kematian ibu didunia disebabkan masalah yang berkaitan
dengan kehamilan, persalinan dan nifas (WHO, 2018). Data WHO pada tahun
2011 menyebutkan bahwa preeklamsi merupakan penyebab ke 2 dari kematian ibu
didunia setelah perdarahan (WHO, 2011). WHO menyebutkan bahwa secara
global kematian ibu di dunia adalah sebesar 289.000 pada tahun 2013 daerah Sub-
Sahara Afrika menyumbang 62% (179.000) diikuti Asia Selatan 24% (69.000).
Berdasarkan peringkat negara yang menyumbang sepertiga dari kematian ibu
adalah India 17% (50.000) dan Nigeria 14% (40.000) kematian WHO.
Kematian ibu di Indonesia 80% banyak disebabkan oleh penyebab langsung
obstetric seperti preeklamsi, perdarahan, infeksi, gangguaan metabolik, abortus
tidak aman, persalinan macet dan lain-lain. Sisanya 20% terjadi oleh karena
penyakit yang diperberat oleh kemahilan. Penyebab kematian ibu di Indonesia
yang masih menjadi perhatian khusus yaitu perdarahan 30,3%, preeklamsia 27,1%
dan infeksi 7,3% sehingga pencegahan dan penanggulangan masalah ini
difokuskan melalui intervensi mendeteksi kemungkinan resiko dan edukasi
pengenalain dini tanda bahaya kehamilan (Chalid, 2016).
Tingginya angka kejadian preeklampsia merupakan faktor utama penyebab
timbulnya masalah yang dapat mengancam kehidupan ibu hamil. Sehingga
semakin tinggi ibu hamil dengan preeklampsia yang tidak terkontrol, maka akan
meningkatkan kejadian kematian ibu selama kehamilan maupun setelah proses
melahirkan (Mayes, 2007)
Preeklamsi merupakan hipertensi pada kehamilan yang ditandai dengan
kenaikan tekanan darah menjadi >140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20
minggu, disertai dengan protein urin > 300 mg/24jam (Nugroho, 2012). Pada

2
kondisi berat preeklamsi dapat berubah menjadi eklamsi dengan tanda dan gejala
kejang-kejang (Angsar, 2009) Preeklamsia merupakan penyebab ke 2 kematian ibu
di dunia setelah perdarahan (Saifuddin, 2009).
Preeklamsi merupakan komplikasi kehamilan yang menjadi masalah pada ibu
hamil dan menjadi pembunuh nomer dua ibu hamil setelah perdarahan.
Pencegahan dan diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka
kesakitan dan kematian. Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan
pengawasan hamil yang teratur dengan memperlihatkan pembengkakkan pada
muka dan ekstremitas, kenaikan berar badan, kenaikan tekanan darah, dan
pemeriksaan urin untuk menentukan protein urin. Untuk dapat selektif dalam
meningkatkan keselamatan ibu dan bayi yang baru lahir (Susanti, 2016).
Bukti bahwa diet ibu hamil adalah salah satu dari banyak factor yang
menyumbang preeklampsia (Lutter et al., 2008). Diet sehat ditandai dengan
tingginya asupan sayuran, buah-buahan dan minyak nabati guna penurunan risiko
preeklamsia. Kualitas diet dan pola nutrisi meliputi nutrisi makro, nutrisi mikro,
serat makanan, alcohol, cafein dan makanan individu serta keseluruhan
pemenuhan pola makan erat kaitannya dengan preeklampsia (Torjusen et al., 2016)
Menurut Manuaba (2007) salah satu factor resiko terjadinya preeklamsia
dalah kebiasaan hidup atau gaya hidup yaitu merokok, pola makan tidak sehat, dan
kurang berolah raga. Gaya hidup ini mencerminkan keseluruhan pribadi yang
berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup berubah dari zaman ke zaman seiring
perkembangan dan peningkatan kualitas hidup manusia, terjadi pula pergeseran-
pergeseran terutama pada pola hidup. Pergeseran pola hidup ini juga diikuti
dengan perubahan pola makan, baik dilihat dari komposisi menu maupun
intensitas makan. Pola hidup modern di perkotaan sering membuat masyarakat
terlena dalam mengkonsumsi makanan. Pola makan dikota-kota telah bergeser dari
pola makan tradisional ke pola makan kebarat-baratan dengan komposisi makanan
yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula dan mengandung sedikit
serat, makanan seperti ini terdapat pada makanan siap saji yang akhir-akhir ini

3
sangat digemari seperti pizza, hamburger, ayam goreng dan lain sebagainya
(Leiliana, 2000) Hasil penelitian di Swedia menyatakan bahwa kebiasaan merokok
di awal dan pertengahan kehamilan dapat mempengaruhi resiko terjadinya
preeklamsia (Lestari Dewi, 2012)
Upaya dalam meningkatkan derajat Kesehatan yang optimal dapat dilakukan
dengan melakukan perubahan perilaku dari yang belum baik menjadi perilaku
yang lebih baik. Salah satunya dengan memberikan konseling pada ibu hamil.
Konseling dalam kehamilan adalah proses pemberian informasi yang lebih objektif
dan lengkap yang dilakukan dengan cara sistematik berdasarkan panduan
keterampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan, penugasan pengetahuan
klinik yang bertujuan membantu klien menentukan solusi dan jalan keluar dalam
upaya mengatasi masalah-masalahnya (Pieter, 2017)
Dalam pengelolaan gizi ibu hamil, edukasi merupakan salah satu bentuk
perlakuan mandiri yang dapat dilakukan untuk membantu klien baik individu,
kelompok maupun masyarakat dalam mengatasi masalah pola makan ibu hamil
melalui kegiatan pembelajaran dengan harapan adanya indikasi penurunan reiko
kejadian preeklamsia yang disebabkan oleh pola makan ibu hamil dikarenakan
peningkatan informasi dan pengetahuan tentang pentingnya asupan makanan bagi
ibu hamil.
Konseling merupakan prioritas dan merupakan salah satu intervensi untuk
meningkatkan kesadaran ibu hamil tentang preeklamsi. Konseling akan diberikan
selama 3 kali pertemuan. Pelayanan konseling akan diberikan secara perorangan
dengan maksud pelayanan khusus dalam melakukan hubungan tatap muka pada
klien. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah presentasi dan dilakukan
juga pengisian kuisioner oleh ibu hamil. Pemberian konseling ini bertujuan
meningkatkan informasi dan pengetahuan ibu hamil tentang bagaimana perilaku
pencegahan infeksi dengan mengubah pola makan menjadi bersih dan sehat dan
menerapkan health seeking behavior dalam kehidupannya.

4
Pengetahuan ibu hamil sangat berpengaruh terhadap penegahan atau
pengurangan resiko preeklamsi. Tujuan dari kegiatan pencegahan adalah agar
mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Menegakkan diagnosis dini diperlukan untuk dapat melakukan pengawasan hamil
yang teratur dengan memperhatikan berat badan, kenaikan tekanan darah dan
pemeriksaan urin untuk menentukan protein urin.
Tenaga Kesehatan dapat menggunakan media-media untuk menyebarkan
Pendidikan Kesehatan seperti menggunakan leaflet dan poster. Selain itu KIA
(Kartu Ibu dan Anak) bermanfaat untuk mengidentifikasi factor resiko dan
komplikasi kehamilan (Rahmi, 2008)
Berdasarkan penelitian Astin, Nurmiaty, 2019 yang berjudul Hubungan
Kebiasaan Pola Makan Ibu Hamil dengan Kejadian Preeklamsia di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kediri Tahun 2019 didapatkan hasil bahwa ibu hamil yang
mengalami preeklamsia sebanyak 46 orang (50.0%) dan ibu hamil yang tidak
mengalami preeklampsia sebanyak 46 prang (50.0%) Wanita yang memiliki
tekanan darah tinggi selama kehamilan memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengalami komplikasi kehamilan, kelahiran, dan dalam masa nifas. Peningkatan
risiko tersebut berlaku untuk ibu dan janin. Preeklamsia dapat berakibat buruk
pada ibu maupun janin yang dikandungnya. Tanpa perawatan yang tepat,
preeklamsia dapat menimbulkan komplikasi serius yaitu persalinan preterm dan
kematian ibu.
Berdasarkan penelitian McKeon (1997) menjelaskan bahwa pola makan guna
memenuhi nutrisi dilakukan dengan cara mengkonsumsi makanan bergizi, rendah
lemak, dan kolestrol. Pembatasan gula juga diperlukan tertutama pada ibu yang
beresiko tinggi diabetes dan preeklampsia. Kebutuhan untuk konseling nutrisi
selama hamil merupakan aspek penting dalam perawatan diri selama hamil.
Perilaku pencarian pengobatan/penyembuhan adalah perilaku orang atau
masyarakat yang sedang mengalami sakit atau masalah Kesehatan lain untuk
memperoleh pengobatan sehingga dapat memperoleh kesembuhan atau dapat

5
teratasi masalah kesehatannya. Masyarakat atau anggota masyarakat yang
mendapat penyakit dan tidak merasakan sakit (disease but no illness) sudah tentu
tidak akan bertindak apa apa apa terhadap penyakit tersebut. Tetapi bila mereka
diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai
macam perilaku dan usaha (Notoadmodjo, 2016)
Menurut Notoadmodjo (2016) perilaku pengobatan dan pelayanan Kesehatan
terkait dengan respon masyarakat terhadap sakit itu sendiri. Respon masyarakat
terhadap sakit yang biasa dapat terjadi antara lain tidak bertindak atau tidak
melakukan kegiatan apa-apa (no action) untuk mengobati penyakitnya, melakukan
Tindakan mengobati sendiri (self treatment atau self medication), mencari
pengobatan ke fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy) dan mencari
pengobatan ke fasilitas pengobatan berbasis klinis (klinik bidan, klinik dokter,
puskesmas, rumah sakit)
Sebagian anggota masyarakat dalam mencari pemecahan masalah Kesehatan
atau kebiadsaan mencari pengobatan (health seeking behavior) dengan mencoba
mengobati sendiri terlebih dahulu dengan menggunakan bahan tradisional yang
sehari-hari dipergunakan di lingkungan keluarga. Apabila belum berhasil baru
mereka pergi ke tempat pelayanan Kesehatan berbasis klinis, hasilnya akan jauh
lebih baik daripada tidak mengobati (Agoes, Jacob 2016)
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rizky pada tahun 2016 yang
berjudul “Hubungan Pola Makan dan Stres dengan Kejadian Hipertensi Grade 1
dan 2 pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji Kecamatan Palu
Barat” yang menggunakan 14 responden didapatkan pola makan buruk dan
hipertensi tahap 2 sebanyak 14 responden (40%). Untuk responden dengan pola
makan buruk dan hipertensi tahap 1 sebanyak 13 responden (37,1%) dari 21
responden (60%). Selanjutnya untuk subjek dengan penelitian yang pola
makannya baik namun mengalami hipertensi tahap 1 didapatkan 8 responden
(22,9%) dari 21 responden.

6
Berdasarkan wawancara dari salah satu kader di wilayah kerja Puskesmas
Dago Kota Bandung menyatakan bahwa pola makan ibu hamil di wilayah tersebut
sering mengkonsumsi tahu, tempe dengan cara digoreng. Mengkonsumsi makanan
cepat saji yang ada di aplikasi penyedia jasa makanan, tidak menyukai sayur karna
warna dan tekstur yang tidak menarik, mengkonsumsi garam dan gula dalam
jumlah berlebih (>3-5sendok/hari). Dan masih jarang untuk mengkonsumsi
makanan dengan kandungan vitamin dan zat besi yang cukup. Hal ini disebabkan
karena kurangnya pengetahuan akan makanan bergizi dan cara mengolah makanan
yang baik dan menarik selama remaja hingga kehamilan.
Dari uraian masalah tersebut, saya sebagai peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pola makan ibu hamil dan health seeking behavior, dengan
mengambil judul skripsi “Hubungan Pola Makan Sehat dan Health Seeking
Behavior dengan Resiko Kejadian Preeklamsia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Dago Kota Bandung Tahun 2022”

1. 2. Identifikasi Masalah
Puskesmas Dago merupakan Puskesmas dibawah naungan Unit Pelayanan
Tekhnis Daerah (UPTD) dibidang Kesehatan Kota Bandung. Terletak di Jln. Ir. H.
Juanda No.360, Dago Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Puskesmas Dago
mencakup wilayah Dago, Cipaganti, dan Lebak Siliwangi.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada bulan
November dan Desember 2022 didapatkan data 50 dari 120 ibu hamil mengalami
preeklamsia. 30 diantaranya mengaku sering makan makanan saji dengan takaran
garam berlebih, makan daging olahan tanpa tambahan sayuran dan buah buahan
dan hanya mementingkan enak dan gurih dibandingkan enak, sehat dan bergizi,
serta tidak ada motivasi dari ibu untuk melakukan olahraga dan pola hidup sehat
lainnya

7
1. 3. Rumusan Masalah
Maka dari masalah tersebut peneliti tertarik untuk meneliti dan mengetahui
“Bagaimana Hubungan Pola Makan Sehat dan Health Seeking Behavior dengan
Kejadian Preeklamsia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Dago Kota
Bandung Tahun 2022?”

1. 4. Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Pola Makan Sehat dan Health Seeking Behavior
dengan Kejadian Preeklamsia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskemas Dago
Kota Bandung Tahun 2022
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi karateristik pola makan pada ibu hamil di wilayah
kerja Puskemas Dago Kota Bandung Tahun 2022
2. Untuk mengetahui Health Seeking Behavior pada Ibu Hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Dago Kota Bandung Tahun 2022
3. Untuk mengetahui hubungan Pola makan dan Health Seeking Behavior
dengan resiko preeklamsia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Dago Kota Bandung Tahun 2022
1. 5. Manfaat
Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu manfaat secara teoritis
dan manfaat secara praktis.
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini untuk membuktikan teori mengenai pola makan
sehat dan health seeking behavior dengan resiko kejadian preeklamsia, serta
dapat menambah wawasan peneliti khususnya dalam masalah penelitian
mengenai pola makan sehat dan health seeking behavior dengan resiko kejadian
preeklamsia di Wilayah Kerja Puskesmas Dago Kota Bandung. Dan juga dapat
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pola makan sehat dan health

8
seeking behavior dengan resiko kejadian preeklamsia di Wilayah Kerja
Puskesmas Dago Kota Bandung.
1.5.2 Manfaat Praktis
A. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan sumber bagi peneliti lain dalam membuat penelitian
tentang hubungan pola makan sehat dan health seeking behavior dengan
resiko kejadian preeklamsia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Dago
Kota Bandung
B. Bagi Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Dago
Dapat dijadikan tambahan pengetahuan dan perubahan perilaku terhadap
pola makan sehat dan health seeking behavior terhadap resiko kejadian
preeklamsia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Dago Kota
Bandung.
C. Bagi Puskesmas Dago Kota Bandung
Dapat dijadikan bahan masukan untuk mengetahui pentingnya edukasi
mengenai pola makan sehat dan health seeking behavior terhadap resiko
kejadian preeklamsia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Dago Kota
Bandung sehingga dapat mengurangi kejadian resiko preeklamsia dan dapat
meningkatkan taraf hidup sehat masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas
Dago Kota Bandung.
D. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya di Fakultas Kebidanan
Sarjana Kebidanan Alih Jenjang Semester Genap, Institut Kesehatan Rajawali
Bandung khususnya tentang pentingnya pola makan sehat dan health seeking
behavior terhadap resiko kejadian preeklamsia pada Ibu hamil seebagai bahan
bacaan di Perpustakaan Institut Kesehatan Rajawali Bandung.

Anda mungkin juga menyukai