ANC (5)
Latar belakang :
Menurut WHO (2019) Angka Kematian Ibu (maternal mortality rate) merupakan
jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan, dan pasca
persalinan yang dijadikan indikator derajat kesehatan perempuan. Angka
Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu target global Sustainable Development
Goals (SDGs) dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 70 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030.
Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka Kematian
Ibu (AKI) di Indonesia meningkat dari 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2002-2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007-2012.
Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami penurunan pada tahun 2012-2015 menjadi
305 per 100.000 kelahiran hidup dan jumlah kematian ibu di Indonesia pada
tahun 2019 yaitu sebanyak 4.221 kasus (Kemenkes RI, 2019).
Gambaran pelaksanaan :
-Keluhan utama : Pasien Ingin Kontrol kehamilan
-Ibu datang ke puskesmas untuk kontrol rutin kehamilan
anak pertamanya. Keluhan saat ini tidak ada. Mual dan
muntah tidak ada. Riwayat demam tidak ada. Riwayat
batuk dan sesak tidak ada.
-Riwayat Obstetri :
HPHT : 03/09/2021
TP : 10/06/2022
-Usia Kehamilan : 38 minggu
-Gerakan janin : ada
-Keluhan saat hamil muda : mual muntah
ANC : 3 kali di puskesmas dan 1 kali di Sp.OG
-Imunisasi TT : 1 kali
-Riwayat haid :
Menarche: Usia 14 tahun
Lamanya: 7 hari
Dismenorhoe: Tidak ada
Siklus: 28 hari
Banyaknya: 3-5x ganti pembalut/hari
riwayat kehamilan:
1. 2022/ kehamilan saat ini
-Riwayat Ginekologi : (-)
-Riwayat KB : tidak ada
-Riwayat penyakit lainnya : -
PEMERIKSAAN FISIS
1.Kesadaran : Composmentis
2.Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 100/80 mmHg
Frek. Nadi : 86x/menit
Frek. Nafas : 20x/menit
Suhu : Afebris
PENATALAKSANAAN
ANC Rutin
Tablet Tambah darah Ferrous fumarate 60 mg tablet
1x1
Asam folat 0.4 mg tablet 1x1
Konseling Informasi Edukasi Ibu Hamil
•Edukasi tanda bahaya kehamilan pada pasien dan
segera ke pusat pelayanan kesehatan
•Edukasi utuk konsumsi makanan yang mengandung gizi
seimbang, mengonsumsi rutin tablet tambah darah)
•Edukasi untuk melakukan perencanaan persalinan di
pusat pelayanan Kesehatan (edukasi tanda persalinan,
transpotasi ke pusat pelayanan Kesehatan, suami harus
siap siaga, calon pendonor darah jika dibutuhkan)
•Edukasi untuk merencanakan jenis kontrasepsi apa
yang akan di gunakan setelah persalinan.
•Edukasi untuk melakukan IMD dan pemberian ASI
ekslusif setalah persalinan.
Gambaran pelaksanaan :
-mencuci tangan
IUD (1)
Latar belakang :
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program yang penting
dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan, baik secara individu maupun
sebagai bagian dari keluarga dan komunitasnya. Salah satu tujuan dari program KB
adalah meningkatkan status kesehatan ibu dan kualitas reproduksi di Indonesia.
Secara spesifik, program KB bermanfaat untuk menurunkan risiko terjangkitnya
kanker rahim dan kanker serviks pada perempuan, menurunkan angka kematian
maternal serta peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM), menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, meningkatkan Kesehatan ibu hamil dan anak,
mencegah penularan penyakit berbahaya, menjamin tumbuh kembang bayi dan
anak, meningkatkan kesejahteraan keluarga, turut menjamin pendidikan anak, serta
meningkatkan kualitas sebuah keluarga.
Berdasarkan Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, AKI di Indonesia
berada pada angka 305 per 100.000 kelahiran hidup. Upaya untuk menurunkan AKI
perlu dilakukan dengan melihat target Sustainable Development Goals (SDGs)
dalam The 2030 Agenda For Sustainable Development yaitu 70 per 100.000
kelahiran hidup.
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa pembangunan keluarga adalah upaya
mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan
Keluarga Berencana adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan
sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas. UU ini mendukukng
program KB sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan keluarga sehat dan
berkualitas. Pengaturan kehamilan dalam program KB dilakukan dengan
menggunakan alat kontrasepsi.
Adapun metode kontrasepsi yang digunakan di Indonesia terdiri atas Metode
Operasi Wanita (MOW), Metode Operasi Pria (MOP), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR)/IUD, Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)/ Implan, Suntikan KB, Pil KB,
Kondom, dan Metode Amonore Laktasi (MAL).
Oleh karena itu, untuk mendukung program KB dibutuhkan kemudahan akses bagi
peserta dan calon peserta untuk mendapatkan layanan KB, baik itu di Puskesmas,
Dokter Keluarga, Klinik, maupun di Rumah Sakit. Kementrian Kesehatan, BKKBN,
serta Pemerintah Daerah berkewajiban untuk mendukung penyediaan dan
kemudahan dalam mengakses KB.
Pengguna kontrasepsi di dunia menurut World Health Organization (WHO) lebih
dari 100 juta wanita menggunakan kontrasepsi yang memiliki efektifitas, dengan
pengguna kontrasepsi hormonal lebih dari 75% dan 25% menggunakan non
hormonal.
Gambaran pelaksanaan :
IMD (2)
Latar belakang :
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu, yaitu
dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri
dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya.
Menurut WHO/UNICEF, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan salah satu dari
Evidence for the ten steps to successful breastfeeding yang harus diketahui oleh
setiap tenaga Kesehatan. Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi
pemapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan
inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah
infeksi nosokomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena
pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkkan insiden ikterus
bayi baru lahir. Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang
sehingga didapat pola tidur yang lebih baik. Dengan demikian, berat badan bayi
cepat meningkat dan lebih cepat ke luar dari rumah sakit. Bagi ibu, IMD dapat
mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin, prolaktin, dan secara psikologis
dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi.
Sebuah studi yang dipublikasikan di Pediatrics tahun 2016 menunjukkan bahwa
IMD ini dapat mengurangi kematian bayi baru lahir akibat dari infeksi, diare,
hipotermia dan masalah pernapasan. Hal ini dikarenakan bayi mendapat ASI yang
pertama kali keluar dari payudara ibu, yaitu kolostrum, dimana kolosrum ini
sangat bermanfaat untuk membentuk imunitas pada bayi. Kolostrum penuh
dengan zat antibody (pertahanan untuk melawan zat asing yang masuk ke dalam
tubuh bayi) dan immunoglobulin ( zat untuk melawan infeksi penyakit). Selain itu
kolostrum dapat berfungsi sebagai pencahar yang ideal untuk membersihkan zat
yang tidak terpakai dari usus bayi baru lahir serta mempersiapkan saluran
pencernaan makanan bagi bayi (Wiji et al., 2017).
Menurut data RISKESDAS tahun 2020, Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI
Esklusif merupakan indikator yang tercantum pada Renstra Kementerian
Kesehatan periode 2020-2024, bahkan pada Renstra periode sebelumnya (2015-
2019) indikator ini sudah menjadi indikator kinerja kegiatan (IKK) Direktorat Gizi
Masyarakat, karena sangat terkait dengan program prioritas pemerintah, yaitu
percepatan penurunan stunting. Pada tahun 2020, dari jumlah bayi usia kurang
dari 6 bulan yang di recall, dari 3.196.303 sasaran bayi kurang dari 6 bulan
terdapat 2.113.564 bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif
atau sekitar 66,1%. Capaian indikator persentase bayi usia kurang dari 6 bulan
yang mendapatkan ASI Eksklusif sudah memenuhi target tahun 2020, yaitu
sebesar 40%. Berdasarkan distribusi provinsi, sebanyak 32 provinsi telah
mencapai target yang diharapkan termasuk di wilayah Kalimantan selatan.
Namun nyatanya, di Indonesia, hanya 1 dari 2 bayi berusia di bawah 6 bulan yang
mendapatkan ASI eksklusif, dan hanya sedikit lebih dari 5 persen anak yang
masih mendapatkan ASI pada usia 23 bulan. Artinya, hampir setengah dari
seluruh anak Indonesia tidak menerima gizi yang mereka butuhkan selama dua
tahun pertama kehidupan. Lebih dari 40 persen bayi diperkenalkan terlalu dini
kepada makanan pendamping ASI, yaitu sebelum mereka mencapai usia 6 bulan,
dan makanan yang diberikan sering kali tidak memenuhi kebutuhan gizi bayi
(WHO,2020).
Oleh karena itu, pentingnya tenaga kesehatan memberikan informasi terkait
seberapa pentingnya IMD, memfasilitasi serta memberikan dukungan kepada ibu
yang baru saja melahirkan untuk melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Gambaran pelaksanaan :
- Menjelaskan kepada ibu seberapa penting
dilakukannya IMD
- Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk
melakukan kontak kulit ibu-bayi (di dada ibu minimal 1
jam).
Gambaran pelaksanaan :
- Melakukan edukasi mengenai kontrasepsi